• Tidak ada hasil yang ditemukan

FITOREMEDIASI MENGGUNAKAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) PADA TANAH TERCEMAR MERKURI (Hg) DI WILAYAH PERTAMBANGAN TRADISIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FITOREMEDIASI MENGGUNAKAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) PADA TANAH TERCEMAR MERKURI (Hg) DI WILAYAH PERTAMBANGAN TRADISIONAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

FITOREMEDIASI MENGGUNAKAN TANAMAN JARAK PAGAR

(Jatropha curcas L) PADA TANAH TERCEMAR MERKURI (Hg)

DI WILAYAH PERTAMBANGAN TRADISIONAL

Ciciliya F. Onggi1), Lintje Boekoesoe2), Sunarto Kadir3)

1

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

Email: bags_binyone@yahoo.co.id

2

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

Email: lintjeboekoesoe@yahoo.co.id

3

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

Email: sunarto.kadir@yahoo.co.id

Abstrak

Pengolahan emas secara tradisonal dengan proses amalgamasi menghasilkan limbah tailing yang mengadung merkuri (Hg). Limbah tailing akan dibuang ditanah dan menjadi sumber pencemar. Salah satu cara untuk mengurangi kadar merkuri (Hg) yang dihasilkan oleh limbah tailing yaitu dengan proses fitoremediasi menggunakan tanaman jarak pagar (Jatrhopa curcas L). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh fitoremediasi menggunakan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L) pada tanah tercemar merkuri (hg) di wilayah pertambangan tradisonal. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya pengaruh fitoremediasi menggunakan tanaman jarak pagar (Jatrhopa curcas L) dalam penyerapan dalam akar maupun tanah berdasarkan variasi waktu (7 hari, 14 hari, 21 hari dan 4 hari).

Penelitian ini adalah eksperimental dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Populasi adalah tanah di sekitar penambangan emas yang terkontaminasi oleh limbah tailing. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji One Way Anova dan uji Least Significant Difference (LSD).

Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai angka signifikansi data kandungan merkuri pada tanah sebesar 0,000 <

=0,05 maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh fitoremediasi oleh tanaman jarak pagar pada penurunan kadar merkuri di tanah tercemar berdasarkan variasi waktu. Sedangkan data kandungan merkuri pada akar, diperoleh angka signifikansi sebesar 0,000 <

=0,05 maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh fitoremediasi oleh tanaman jarak pagar pada penyerapan kadar merkuri di akar berdasarkan variasi waktu. Penurunan optimum ditanah terjadi pada hari ke 28 dengan kandungan merkuri menurun menjadi 3,72 ppm dan penyerapan diakar meningkat menjadi 10,23 ppm. Sehingga peneliti berharap agar masyarakat ikut peduli terhadap pencemaran tanah akibat proses penambangan tradisional.

Kata Kunci : Merkuri, Tanah, Akar.

Abstract

Traditional got meaning by amalgation process causess mercury (Hg)

contained tailling wasted. Tailling wasted will be discharged into the ground and

(3)

3

becames a source of soil contaminants. One way to reduce mercury (Hg) content

is by phytoremediation process using Jathrhopa curcas L. The problem discussed

in this researche is if there is any infuence of the phytoremediation using

Jathropha curcas L in root an soil absorption according to time varians ( 7 days,

14 day, 21 day, 28 day).

This is an experimental researche using completely randomized design

(RAL). The population is the taillling waste contained soil arround the gold

meaning. The technique of data analysis is by one way anova test and least

significant difference test.

The analysis reulted the a significance value of mercury containt as

0,000<α=0,005. Therefor, it can be concluded that there is an influence of

phytoremeiation using Jatrhopa curcas L toward the reduction og mercury

content in contaminated soil according to time variant. Where as the data of

mercury contamination in root resuted the significance value as 0,000<α=0,005

can be concluded to an influence of phytoremediation using Jathropa curcas L to

ard the absorption of mercury content according to time varian. The optimum

reduction on soil was on the 28

th

day-the mercury content reduced to 3,72 ppm,

and the root absorption increased to 10,23 ppm. By the result of this research it is

expected that people give more attention on soil pollution caused by traditional

mining process.

(4)

4 Di Indonesia, pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses industrialisasi. Lajunya pembangunan dan penggunaan berbagai bahan baku logam bisa berdampak negatif bagi kehidupan manusia. “Beberapa kegiatan manusia yang dapat menambah polutan bagi lingkungan udara, air dan tanah berupa kegiatan industri dan pertambangan. Salah satu pencemaran logam di darat yakni di tanah. Logam akan mencemari tanah yang merupakan media tanam tumbuhan yang selanjutnya akan dikonsumsi oleh manusia ataupun hewan. Selain itu, pencemaran logam bisa terjadi di udara ataupun di air. Pencemaran yang terjadi di air, ketika logam berat akan sampai pada sungai ataupun menyerap kedalam air tanah yang akan dikonsumsi oleh manusia. Sedangkan pencemaran yang terjadi di udara, bisa melalui inhalasi terhadap logam tersebut” (Widowati. 2008).

Logam berat secara alamiah sudah terdapat di alam, seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), kadmiun (Cd), Seng (Zn), krom (Cr), tembaga (Cu) dan arsen (As). Penggunaan logam berat yang semakin meningkat pada proses industrialiasi, sehingga mengakibatkan pencemaran lingkungan. Lingkungan yang telah tercemar tidak akan berfungsi sesuai dengan peruntukannya, sehingga mempengaruhi kualitas lingkungan. Logam berat yang mencemari lingkungan dalam jumlah yang melampaui batas akan menyebabkan kemampuan lingkungan akan menurun untuk mendukung kehidupan yang ada didalamnya.

Seiring dengan meningkatnya proses industrialisasi, di Provinsi Gorontalo salah satu industri yang

berkembang saat ini ialah industri pertambangan. “Pertambangan dan pengolahan emas telah dilakukan oleh pemerintah Belanda di Provinsi Gorontalo sejak tahun 1940. Potensi pertambangan emas cukup besar namun sebagian besar daerah yang mengandung emas berada dalam kawasan hutan lindung. Merkuri atau air raksa (Hg) telah digunakan dalam proses ekstraksi emas tersebut” (Akuba. 2008).

Menurut Biki (2012) luas pertambangan emas di Provinsi Gorontalo tahun 2009 mencakup 898,03 ha, pertambangan batuan sebesar 96,101 ha dan 90,9 ha pertambangan pasir dan kerikil. Area pertambangan rakyat ini tersebar di seluruh wilayah provinsi. Sebagian dari pertambangan ini terutama pertambangan emas merupakan kegiatan ilegal yang dikenal dengan Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI). Peti yang utama saat ini berada di Kabupaten Bone Bolango, Pohuwato dan Gorontalo Utara. Pengolahan bijih dilakukan dengan menggunakan merkuri atau air raksa dan sianida. Limbah cair dari proses pengolahan dibuang langsung ke aliran sungai di dekat penambangan.

Menurut Akuba (2008) bahwa “jumlah pengolahan mencapai kira-kira 30-40 unit yang masing-masing unit terdiri dari 6-10 tromol. Batuan asal sebagai bahan baku yang akan diproses adalah berkisar antara 30-40 kg, dengan pemakaian merkuri untuk satu tromol adalah sekitar 0,5-1 kg. Kisaran waktu pengolahan untuk satu tromol mencapai 4 jam, sehingga proses pengolahan dalam kurun waktu 24 jam, intensitas usaha mencapai 5-7 kali proses”.

“Pada pengolahan dengan tromol, material yang tercecer pada

(5)

5 proses penggilingan ditampung dalam bak penampung, selanjutnya material tersebut diolah kembali dalam tong dan diperkirakan tidak lagi mengandung emas. Setelah material dianggap sudah tidak mengandung emas, tetapi masih mengandung merkuri, oleh para penambang dibuang ke tanah lokasi sekitar” (Ruslan dan Khairuddin, 2011 dalam Mirdat. 2013). Selanjutnya menurut Akuba (2008) bahwa “permasalahan yang terjadi akibat kegiatan pertambangan emas adalah pencemaran logam berat Hg pada badan air sungai. Kandungan merkuri pada air sungai tersebut kemudian akan mengalir menuju ke muara dan akhirnya akan masuk ke laut”.

Salah satu lokasi PETI di Provinsi Gorontalo terletak di Kabupten Gorontalo Utara. Berdasarkan data Dinas Pertambangan, Kehutanan dan Energi Provinsi Gorontalo tahun 2012, Kabupaten Gorontalo Utara memiliki lokasi penambangan seluas 140 Ha, yang tersebar di empat Kecamatan, yaitu Kecamatan Sumalata di Desa Buladu dan Desa Hulawa dengan masing-masing lokasi penambangan sebesar 50 Ha, Kecamatan Anggrek di Desa Ilangata Barat dengan luas pertambangan sebesar 15 Ha, Kecamatan Bolontiyo Timur di Desa Buloila dengan luas pertambangan sebesar 20 Ha dan Kecamatan Kwandang di Desa Masuru dengan luas pertambangan sebesar 5 Ha.

Penambang emas di Desa Ilangata menggunakan metode pengolahan emas yang masih tradisional yaitu dengan proses amalgamasi. “Proses amalgamasi merupakan pencampuran antara bijih dengan merkuri untuk membentuk amalgam

dengan media air” (Widhiyatna. 2005). Batuan dan urat kuarsa mengandung emas atau bijih hasil penambangan selanjutnya digiling dengan alat gelundung (trommel, berukuran panjang 55-60 cm dan diameter 30 cm dengan alat penggiling 3-5 batang besi). Bijih seberat 5-10 kg dimasukkan kedalam gelundung dan diputar selama beberapa jam, gelundung dibuka, dibuang ampas (tailing) dan ditambahkan bijih baru, selanjutnya gelundung diputar kembali. Bijih atau pulp yang telah digelundung disaring dan diperas dengan kain parasit untuk memisahkan amalgam dengan ampasnya. Selanjutnya emas dipisahkan dengan proses penggarangan (penguapan merkuri) pada suhu ±400oC di tempat terbuka sampai didapatkan logam paduan emas dan perak (bullion).

Berdasarkan hasil Uji Labaraotirum yang dilakukan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) terhadap sampel tanah yang bercampur dengan tailing yang ada dilokasi sekitar penambangan emas di Desa Ilangata, tercatat bahwa limbah merkuri yang dihasilkan mencapai 14,48 ppm dalam 500 gr sampel tanah. Hal ini apabila dibandingkan dengan baku mutu merkuri dalam tanah oleh British Columbia Ministry of Environment Tahun 1995 akibat kegiatan industri hanya sebesar 10 ppm, menunjukan bahwa tingginya kadar merkuri dalam tanah yang dihasilkan pada proses amalgamasi.

Tingginya kandungan logam merkuri (Hg) pada lokasi pertambangan tersebut, maka perlu ditanggulangi demi mengurangi risiko toksisitas terhadap manusia. Salah satu metode dalam mengurangi limbah pencemaran adalah

(6)

6 metode fitoremediasi dengan menggunakan tanaman sebagai alat pengolah bahan pencemar. Fahrudin (2010) menyebutkan bahwa : “Tanaman yang dapat digunakan dalam metode ini, salah satunya yang termasuk dalam famili Euphorbiaceae, yaitu tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L). Karena tanaman ini bersifat hiperakumulasi metal dan merupakan tanaman yang paling banyak menyerap logam berat”.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis akan melakukan penelitian di Desa Ilangata Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara dengan judul “Fitoremediasi Menggunakan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L) pada Tanah Tercemar Merkuri (Hg) di Wilayah Pertambangan Tradisonal“.

I.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di 2 lokasi yakni lokasi penelitian dan lokasi pengujian sampel. Lokasi penelitian dilakukan di Jln Jeruk Kelurahan Libuo Kecamatan Dungingi dan lokasi pengujian sampel di Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP). Waktu penelitian dilakukan selama 7 bulan yakni pada bulan Maret - Sempember 2014. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan desain Rancangan Acak Lengkap. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kadar merkuri (Hg), sedangkan Variabel independen dalam penelitian ini adalah variasi waktu penanaman yaitu 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh limbah merkuri (Hg) yang dihasilkan dari proses tailing yang terkontaminasi pada tanah di sekitar penambangan emas Desa Ilangata Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Dalam pengambilan sampel tanah, pertama-tama mengukur luas sisa tailing. Selanjutnya diperoleh panjang 3 meter dan lebar 4 meter. Lalu

dibuatlah kapling berbetuk persegi empat. Kemudian masing-masing sudut dan bagian tengah digali dengan kedalaman 30 cm dan diameter 30 cm. Tanah hasil galian dicampurkan menjadi satu. Tanah yang diambil sebagai sampel sebanyak 30 kg.

II.

HASIL PENELITIAN

Hasil pengujian pengaruh fitoremediasi menggunakan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L) pada tanah tercemar merkuri (hg) di wilayah pertambangan tradisional, dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini :

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) pada Akar Tanaman Jarak Pagar (Jatrhopa

curcas L.) dalam Proses

Fitoremediasi

Berdasarkan Variasi

Waktu.

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.1 hasil pengujian kandungan logam berat merkuri (Hg) pada media tanah tercemar merkuri maupun di akar tanaman jarak pagar (Jatrhopa curcas L) diketahui bahwa kandungan merkuri pada hari ke 7 di akar meyerap sebanyak 2,72 ppm dan di tanah turun menjadi 11,16 ppm. Hari ke 14 kandungan merkuri diakar sebanyak 5,20 ppm dan ditanah turun menjadi 8,67 ppm. Pada hari ke 21 kandungan merkuri di akar sebanyak 7,68 ppm dan di tanah sebanyak 6,15 ppm. Hari ke 28, kandungan merkuri diakar menjadi 10,23 ppm dan di tanah berkurang menjadi 3,72 ppm. Sehingga penurunan optimum ditanah terjadi pada

(7)

7 hari ke 28 dengan kandungan merkuri turun sebanyak 3,72 dan penyerapan diakar meningkat menjadi 10,23 ppm.

Gambar 4.1

Hasil Fitoremediasi pada penurunan di tanah dan penyerapan oleh

akar pada tanah tercemar merkuri.

Dari grafik 4.1 terlihat adanya peningkatan kandungan merkuri (Hg) pada akar tanaman jarak pagar setelah proses penanaman 28 hari. Pada hari ke 7 proses penanaman penyerapan oleh akar terhadap kandungan merkuri sebanyak 2,72 ppm. Hal ini terus meningkat hingga hari ke 28 yang menyerap sebanyak 10,23 ppm. Berbanding terbalik dengan kandungan merkuri yang ada di tanah, dari hari ke hari semakin menurun. Terlihat pada hari ke 7 proses penanaman kandungan merkuri di tanah sebesar 11,16 ppm dan semakin menurun hingga hari ke 28 menjadi 3,72 ppm.

1) Pengaruh fitoremediasi oleh

tanaman jarak pagar pada

penurunan kadar merkuri di tanah

tercemar berdasarkan variasi

waktu.

Penyerapan merkuri (Hg) oleh tanaman Jarak Pagar (Jatrhopa curcas L) menyebabkan penurunan kadar Hg dalam tanah. Konsentrasi Hg semakin menurun selama waktu pengamatan yang digunakan. Variasi waktu yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar merkuri ditanah sebelum dilakukan perlakuan sebanyak 14,04 ppm. Setelah hari ke 7 proses penanaman tanaman jarak pagar ditanah tercemar, kadar merkuri menurun menjadi 11,16 ppm. Pada hari ke 14 kadar merkuri menjadi 8,67. Hari ke 21 kadar merkuri ditanah sebanyak 6,15 ppm dan hari ke 28 kadar merkuri ditanah yaitu 3,72 ppm.

Berdasarkan hasil uji One Way Anova dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan kandungan merkuri pada tanah terhadap waktu penelitian (7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari). Tabel tersebut menunjukan angka signifikansi data kandungan merkuri pada tanah = 0,000. Karena 0,000 < nilai taraf signifikansi  = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh fitoremediasi oleh tanaman jarak pagar pada penurunan kadar merkuri di tanah berdasarkan variasi waktu.

Banyaknya kandungan logam pada tanah dipengaruhi oleh penggunaan merkuri pada proses amalgamasi. Berdasarkan data yang diperoleh, penurunan optimun kandungan merkuri ditanah terjadi pada hari ke 28 dimana kandungan merkuri (Hg) turun menjadi 3,72 ppm atau turun sebesar 74,52%. Hal ini dikarenakan banyaknya serapan logam oleh tanaman jarak pagar melalui akar yang dipengaruhi oleh lamanya waktu tanaman berada pada tanah tercemar. Menurut Widyati (2011) dalam Hilamuhu (2013), banyaknya serapan logam oleh tanaman tergantung pada umur tumbuhan, banyaknya logam dalam tanah dan lamanya waktu tanaman berada pada tanah tercemar.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Triastuti (2010) tentang fitoremediasi tanah tercemar merkuri dengan menggunakan tanaman akar wangi (Vetiver zizanioides) yang menyimpulkan bahwa presentase penurunan konsentrasi 11,16 8,67 6,15 3,72 2,72 5,20 7,68 10,23 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 7 14 21 28 K an d u n gan H g (p p m ) Waktu Penanaman tanah akar

(8)

8 merkuri (Hg) meningkat seiring dengan semakin lamanya waktu yang digunakan proses fitoremediasi oleh tanaman untuk menyerap logam berat dalam tanah. Dalam penelitian ini kandungan merkuri yang ada didalam tanah berkurang hingga 52,752% selama 28 hari.

Berdasarkan data hasil pengujian laboratorium dengan menggunakan SSA, kandungan logam yang hilang akibat proses fitoremediasi tidak sebanding dengan kandungan logam yang terserap oleh akar tanaman jarak pagar. Hal ini dikarenakan merkuri merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan logam-logam yang lain, dipengaruhi oleh suhu dan cuaca. Selain itu, menurut Pivetz (2001) dalam Triastuti (2010) bahwa penurunan merkuri (Hg2+) dalam tanah juga karena disebabkan oleh kemampuan merkuri (Hg2+) sebagai jenis logam berat yang mampu menguap ke atmosfer, dimana polutan merkuri (Hg2+) dari dalam tanah yang diserap oleh tanaman yang ditransformasikan dan dikeluarkan dalam bentuk uap cair ke atmosfer dan kemadian diserap oleh daun. Proses ini yang kemudian disebut fitovolatilisasi (Follage Filtration).

2) Pengaruh fitoremediasi oleh

tanaman jarak pagar pada

penyerapan kadar merkuri di akar berdasarkan variasi waktu.

Adanya perbedaan penyerapan jumlah logam berat oleh jenis tumbuhan menyebabkan teknik fitoremediasi menggunakan jenis tanaman tertentu. Penelitian ini menggunakan tanaman jarak pagar sebagai tanaman hiperakumulator terhadap jenis logam merkuri yang ada ditanah akibat proses pertambangan tradisional. Mekanisme fitoremediasi yang digunakan yaitu rhizofiltrasi, dimana memanfaatkan akar sebagai penyerap polutan yang dapat mencemari lingkungan yang ada ditanah melalui air tanah.

Sampel yang digunakan adalah tanaman jarak pagar yang memiliki usia

5 bulan. Pada usia 5 bulan, akar tanaman ini sudah terbentuk sempurna yaitu terdiri dari satu akar utama dan beberapa cabang akar. Sehingga akar tanaman dapat secara alami menyerap kandungan merkuri ditanah tercemar. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudaryono dan Mawardi (2008) tentang umur tanaman jarak pagar yang digunakan dalam penyerapan logam berat kromium adalah 20 minggu atau 5 bulan usia tanam.

Dari hasil uji One Way Anova menunjukan angka signifikansi data kandungan merkuri pada akar = 0,000. Nilai 0,000 < nilai taraf signifikansi  = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh fitoremediasi oleh tanaman jarak pagar pada penyerapan kadar merkuri di akar berdasarkan variasi waktu.

Waktu penelitian dilakukan selama 28 hari dengan pengujian dilakukan setiap 7 hari sekali dengan cara mengambil 1 buah tanaman dimasing-masing polybag kemudian tanaman tersebut diambil akarnya dan dicuci dengan air mengalir sehingga tanah tidak melekat diakar. Berdasarkan hasil penelitian logam merkuri dalam akar tanaman sebelum ditanam ditanah tercemar merkuri sebesar 0,094 ppm. Setelah diberi perlakuan dapat diketahui bahwa penyerapan optimum merkuri oleh akar terjadi pada hari ke 28 sebanyak 10,23 ppm.

Berdasarkan hasil penelitian, tumbuhan jarak pagar ini dapat tumbuh subur dimedia tanah yang tercemar merkuri. Banyaknya serapan logam merkuri pada akar tanaman menunjukan bahwa tanaman jarak pagar berpotensial sebagai tanaman hiperakumulator, yaitu tanaman yang mempunyai kemampuan dalam meyerap logam yang menjadi polutan berbahaya ditanah. Menurut Fahrudin (2010) Hiperakumulator adalah tanaman yang dapat meyerap logam berat sekitar 1% dari berat keringnya.

(9)

9 Sudaryono dan Mawardi (2008) berpendapat bahwa “spesies hiperakumulator adalah spesies tanaman yang mampu mengakumulasi logam berat 100 kali lipat dibandingkan

tanaman pada umumnya

(nonaccumulator plants). Tanaman

hiperakumulator mampu

mengakumulasi lebih dari 10 ppm Hg, 100 ppm Cd, 1000 ppm Co, Cr, Cu, dan Pb; serta 10000 ppm Ni dan Zn. Pada penelitian ini, tanaman jarak pagar dalam waktu 28 hari mampu mengakumulasi kandungan merkuri ditanah sebesar 10,23 ppm”.

Selain itu, Rismawaty (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa “bagian tumbuhan jarak pagar (Jatrhopa curcas L) yang paling banyak menyerap kandungan merkuri adalah bagian akar”. Salah satu mekanisme fitoremediasi adalah rhizofiltrasi. Rhizofiltrasi merupakan proses dimana adsorpsi atau pengendapan zat kontaminan dilakukan oleh akar. Secara umum rhizofiltrasi mempunyai kemampuan lebih efektif dalam mengolah logam berat. Hal tersebut dapat terjadi karena akar tumbuhan mempunyai peranan afinitas yang tinggi dan sistem transport aktif secara biologis dalam mengakumulasi logam.

III.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Terdapat pengaruh fitoremediasi oleh tanaman jarak pagar pada penurunan kadar merkuri di tanah tercemar berdasarkan

variasi waktu (7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari). Penurunan optimun terjadi pada hari ke 28 dengan jumlah kandungan merkuri di tanah sebesar 3,72 ppm dan Terdapat pengaruh fitoremediasi oleh tanaman jarak pagar pada penyerapan kandungan merkuri di akar berdasarkan variasi waktu (7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari). Penyerapan optimun terjadi pada hari ke 28 dengan jumlah kandungan merkuri di akar sebesar 10,23 ppm.

Adapun yang menjadi saran kepada pemerintah untuk membuat regulasi dan memberikan sanksi khusus untuk pertambangan tradisional yang menggunakan merkuri secara ilegal. Mengingat limbah tailing yang mengandung merkuri akan menjadi sumber pencemar dan berdampak bagi kesehatan masyarakat serta agar segera menentukan nilai ambang batas untuk tanah. Hal ini penting guna menjadi patokan untuk melaksanakan penelitian terhadap tanah. Kepada masyarakat agar ikut peduli terhadap pencemaran tanah akibat proses penambangan tradisional. Tanpa kita sadari jumlah akumulasi kandungan merkuri di tanah lebih banyak dibandingkan dengan jumlah kandungan merkuri di air. Kepada peneliti lain agar mengembangkan penelitian terhadap kemampuan tanaman Jarak Pagar (Jatrhopa curcas L) dalam proses fitoremediasi dengan melihat proses fitoekstraksi pada bagian batang maupun daun.

DAFTAR PUSTAKA

Akuba, R.H., dkk. 2008. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Gorontalo

2007. Provinsi Gorontalo: Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi

Informasi

Biki, R. 2012. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Gorontalo 2012.

Provinsi Gorontalo: Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi

Informasi

(10)

10

Fahruddin. 2010. Bioteknologi Lingkungan. Bandung: Alfabeta

Widhiyatna dan Denni. 2005. Pendataan Sebaran Merkuri di Daerah Cineam,

Kab.Tasikmalaya, Jawa Barat dan Sangon, Kab. Kulon Progo, di

Yogyakarta. Kolokium Hasil Lapangan-DIM 10 hal 1-12.

Widowati, Sastiono, dan Raymon Jusuf. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta:

Andi Offset.

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kandungan  Logam  Berat  Merkuri  (Hg) pada Akar Tanaman  Jarak  Pagar  (Jatrhopa  curcas  L.)  dalam  Proses  Fitoremediasi

Referensi

Dokumen terkait

Mutu lulusan di pengaruhi setidaknya oleh dua faktor yaitu, pendidik dan proses pembelajaran; pendidik dalam pendidikan kesetaraan dikenal dengan istilah tutor

Strategi memfokus kepada masalah adalah berhubung secara secara positif dan signifikan dengan stail kepimpinan transformasional (r=.35*) tetapi mempunyai

Tabel 2 memperlihatkan bahwa nilai supervisi menunjukan adanya perbedaan yang bermakna antara supervisi yang dilakukan sebelum dengan setelah kepala ruang mendapatkan

Kesimpulan: Penggunaan pasta gigi dengan kandungan propolis dapat menghambat pembentukan plak gigi dan terdapat perbedaan rerata skor plak yang bermakna antara

Jenis yang formal, yang dibentuk oleh façade bangunan dan pelataran kota di sebut urban space ( ruang kota ), sedang yang natural ( informal ) yang menyajikan alam ( nature )

Sebagian lemak susu disintesis di dalam kelenjar ambing, yaitu 50% berupa lemak dengan asam lemak rantai pendek (C4-C14) berasal dari asetat dan beta hidroksi butirat yang

Alat transportasi yang banyak dipakai oleh orang saat ini berupa pesawat karena harganya yang sudah tidak terlalu mahal juga waktu yang ditempuh lebih cepat, dan sekarang

Di Provinsi Riau telah terjadi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di beberapa lokasi, selain pemadaman darat, juga telah dilakukan pemadaman dari udara menggunakan Helicopter