• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Perpipaan

Dalam kegiatan sehari-hari, transportasi fluida dari satu tempat ke tempat yang lainnya sangat fital bagi kehidupan. Untuk itu, dibentuklah sebuah sistem yang terdiri dari rangkaian pipa-pipa yang bertujuan untuk mendistribusikan fluida tanpa mengalami kebocoran. Sistem perpipaan yang digunakan untuk mendistribusikan fluida dari satu tempat ke tempat yang lain dengan jarak yang sangat jauh disebut dengan pipeline. Fungsi dari pipeline sangat beragam meliputi sistem irigasi, drainase, serta distribusi sumber daya alam berupa minyak bumi dan gas alam.

Terdapat beberapa faktor yang menentukan desain pipeline[2], antara lain. 1. Jenis fluida yang didistribusikan

2. Kondisi operasi 3. Pembebanan 4. Lokasi instalasi 5. Faktor ekonomi

Faktor-faktor tersebut kemudian disesuaikan dengan standar yang telah dibuat oleh berbagai lembaga seperti ASME (The American Society of

Mechanical Engineering), API (American Petroleum Institute), DnV (Det Norske Veritas), dan berbagai lembaga yang lainnya. Standar tersebut telah mengatur

ketentuan-ketentuan desain pipeline agar memenuhi kriteria yang telah ditetapkan untuk mencapai kondisi operasi yang maksimal.

Salah satu faktor penting yang menentukan analisis adalah lokasi instalasi.

Pipeline menurut lokasi instalasinya dibagi manjadi dua jenis yaitu. 1. Onshore Pipeline

Sistem pipeline yang diinstalasi di darat.

(2)

2.2 Resiko (Risk)

Resiko (Risk) adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya suatu kejadian dalam suatu jangka waktu tertentu dan konsekuensi, yang secara umum berarti negatif, yang mengiringi kejadian tersebut[3]. Sesuai dengan definisinya,

Risk dipengaruhi oleh dua komponen yang secara matematis dapat dituliskan oleh

persamaan sebagai berikut.

Risk = Probability x Consequence (1.1)

Dimana,

Probability : Kemungkinan terjadinya suatu kejadian/kegagalan Consequence : Konsekuensi yang terjadi akibat suatu kejadian/kegagalan

Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi besarnya risk. Semakin besar nilai Probability dan Consequence dari suatu kejadian maka akan semakin besar pula nilai risk. Kedua komponen dari risk dianalisis secara terpisah karena masing-masing memiliki faktor-faktor pengaruh yang berbeda.

Pada pabrik yang tengah beroperasi, terdapat tingkat risk yang berbeda-beda bagi tiap peralatan yang terdapat di dalamnya. API 581 BRD dapat menentukan program inspeksi dan perawatan yang dilakukan sesuai dengan tingkat risk pada tiap peralatan.

Tujuan dari program tersebut antara lain[3].

1. Memilah unit operasi di dalam pabrik untuk mengidentifikasi dareah yang memiliki nilai risk yang tinggi

2. Melakukan estimasi nilai risk pada tiap peralatan dengan metodologi yang konsisten

3. Mengutamakan penanganan sesuai dengan nilai risk masing-masing peralatan

4. Merancang program inspeksi yang sesuai

5. Mengatur risk kegagalan peralatan secara sistematis

(3)

1. Pengurangan risk pada fasilitas dan peralatan secara keseluruhan 2. Pemahaman terhadap kondisi risk peralatan

Risk dapat dipilah sesuai dengan kondisi yang dimiliki oleh

masing-masing peralatan. Inspeksi dan perawatan pada peralatan yang memiliki nilai risk yang rendah akan disesuaikan sehingga tidak terjadi kerugian secara finansial akibat penerapan sistem inspeksi yang tidak efisien. Hal ini juga mengarah kepada berkurangnya jumlah data yang dikumpulkan pada proses inspeksi sehingga proses inspeksi menjadi lebih fokus dan akurat.

Namun, meskipun telah menerapkan metoda-metoda analisis yang terdapat pada API 581 BRD, Risk tidak dapat dieliminasi seluruhnya akibat adanya risk yang tidak dipengaruhi oleh analisis tersebut. Hal tersebut ditunjukkan pada gambar 2.1. risk yang tidak terpengaruh antara lain.

1. Kesalahan manusia 2. Bencana alam 3. Kejadian eksternal 4. Efek dari unit terdekat 5. Sabotase

6. Keterbatasan metoda inspeksi 7. Kesalahan desain

(4)

Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa terdapat suatu titik dimana nilai risk pada program inspeksi biasa semakin lama menjadi semakin besar akibat adanya

over inspection. Over inspection terjadi apabila tidak dilakukan optimalisasi

terhadap program inspeksi sehingga inspeksi yang dilakukan cenderung bersifat merusak kepada peralatan itu sendiri karena dilakukan secara berlebihan.

2.2.1 Jenis Penilaian Risk

Metoda penilaian risk menurut API 581 BRD dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu.

1. Pendekatan Kualitatif

Pendekatan ini membutuhkan kemampuan penilaian engineering dan pengalaman sebagai dasar penentuan nilai risk. Input berupa rentang dan hasil penilaian Risk berupa tingkatan seperti “rendah”, “sedang”, dan “tinggi”.

2. Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan ini menggunakan metoda analisis yang seragam terhadap informasi berupa desain, keadaan operasi, ketahanan, serta potensi efek kegagalan terhadap manusia dan lingkungan dengan menggunakan model logika berupa event trees.

3. Pendekatan Semi-Kuantitatif

Pendekatan ini merupakan gabungan dari kedua pendekatan yang telah dijelaskan sebelumnya. Pendekatan ini memiliki keuntungan berupa kecepatan analisis yang merupakan kelebihan dari pendekatan kualitatif dan ketelitian analisis yang merupakan kelebihan dari pendekatan kuantitatif. Hal tersebut dapat dicapai dikarenakan oleh penggunaan kategori risk yang digambarkan pada risk matriks yang dapat dilihat pada gambar 2.2. Pada gambar tersebut, nilai risk semakin tinggi seiring arah anak panah.

(5)

Gambar 2.2 Matriks kategori risk[3]

Tiap komponen yang mempengaruhi risk dibagi dalam kategori yang

berbeda sesuai dengan tingkatnya. Pembagian kategori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut..

a. Kategori Consequence

Kategori Consequence dibagi berdasarkan luas daerah yang dipengaruhi oleh efek kegagalan peralatan. Pembagian kategori dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Kategori Consequence

Kategori Rentang (ft2) A < 10 B 10 - 100 C 100 - 1000 D 1000 - 10000 E > 10000 b. Kategori Probability

(6)

besarnya kemungkinan terjadinya kegagalan pada peralatan. Pembagian kategori dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Kategori Probability

Kategori Rentang (nilai TMSF)

1 < 1

2 1 - 10

3 10 - 100

4 100 - 1000

5 > 1000

2.3 Analisis Konsekuensi (Consequence Analysis)

Analisis konsekuensi menurut API 581 BRD dilakukan untuk memilah-milah perlengkapan yang ada berdasarkan pengaruh potensi kegagalan. Analisis konsekuensi dapat dilakukan dengan jenis kategori penilaian yang telah dipaparkan sebelumnya. Untuk mencapai hasil analisis yang akurat, umumnya digunakan pendekatan kuantitatif. Metoda analisis konsekuensi secara kuantitatif melibatkan model logika yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.

1. Jenis proses yang dilakukan oleh peralatan 2. Keadaan fluida di dalam peralatan

3. Sifat-sifat fisik fluida 4. Kondisi operasi peralatan

5. Jumlah massa yang dapat tumpah saat terjadi kebocoran 6. Modus kegagalan dan jumlah tumpahan

7. Fasa tumpahan fluida

2.3.1 Unit Yang Diukur Pada Analisis Konsekuensi

Berbagai jenis konsekuensi akan lebih baik apabila dijabarkan pada kriteria yang berbeda-beda. Kriteria tersebut harus dapat diperbandingkan agar

(7)

setelah itu dapat dipilah berdasarkan skala prioritas. Berikut adalah unit yang diukur pada analisis konsekuensi berdasarkan API 581 BRD.

1. Keamanan (Safety)

Keamanan pada analisis konsekuensi seringkali ditunjukkan oleh angka atau karakteristik kategori konsekuensi yang berkaitan dengan seberapa besar potensi kegagalan suatu peralatan dapat menimbulkan luka-luka bahkan kematian.

2. Biaya (Cost)

Besarnya biaya yang dikeluarkan saat terjadinya kegagalan dapat dijadikan indikator seberapa merugikan konsekuensi kegagalan dari suatu peralatan. Biaya yang dikeluarkan dapat berupa biaya penggantian peralatan yang mengalami kegagalan maupun biaya akibat terhentinya produksi akibat terjadinya kegagalan pada peralatan.

3. Daerah yang dipengaruhi oleh konsekuensi (Affected area)

Efek dari kegagalan peralatan dapat menimbulkan kerusakan di daerah sekitarnya. Besarnya daerah yang dipengaruhi oleh kegagalan suatu peralatan dapat menggambarkan seberapa besar pengaruh konsekuensi akibat kegagalan dari suatu peralatan.

4. Kerusakan lingkungan (Environmental damage)

Kerusakan lingkungan akibat kegagalan peralatan dapat menghabiskan biaya penanggulangan yang tidak sedikit. Biaya tersebut dapat dijadikan ukuran potensi konsekuensi kegagalan peralatan.

2.3.2 Kalkulasi Konsekuensi

Alur kalkulasi konsekuensi pada analisis konsekuensi kegagalan dengan pendekatan kuantitatif berdasarkan API 581 BRD dapat dilihat pada gambar 2.3.

(8)

Gambar 2.3 Alur kalkulasi konsekuensi[4]

2.3.2.1 Menentukan Sifat-Sifat Fluida

Seperti yang ditunjukkan pada alur kalkulasi konsekuensi, salah satu langkah yang harus dilakukan untuk memulai analis adalah menentukan sifat-sifat fluida yang ada dalam peralatan. Pada industri migas, sebagaian besar fluida yang mengalir melalui pipeline maupun peralatan tidak berupa material murni. Untuk

(9)

umumnya mengalir pada pipeline maupun peralatan beserta sifat-sifat fisik yang dibutuhkan dalam analisis konsekuensi.

Tabel 2.3 Fluida representatif[4]

FLUIDA REPRESENTATIF CONTOH MATERIAL YANG DIAPLIKASIKAN

C1-C2 Metana, Etana, Etilen, LNG

C3-C4 Propana, Butana, Isobutana, LPG

C5 Pentana

C6-C8 Gasoline (bensin), Naptha, Heptana

C9-C12 Diesel, Kerosin

C13-C16 Bahan Bakar Jet, Kerosin, Gas Atmosferik

C17-C25 Gas Oil, Crude

C25+ Residu, Heavy Crude

H2 Hidrogen

H2S Hidrogen Sulfida

HF Hidrogen Florida

Air Air

Uap air Uap Air

Asam (rendah) Asam Bertekanan Rendah dengan caustic

Asam (sedang) Asam Bertekanan Rendah dengan caustic

Asam (tinggi) Asam Bertekanan Rendah dengan caustic

Senyawa Aromatik Benzena, Toluena, Zylena

(10)

Tabel 2.4 Sifat-sifat fisik fluida representatif[4]

Fluida Molekul Berat Densitas lb/ft3

Temperatur Didih Normal 0F Fasa Keadaan Lingkungan Konstanta Cp Gas A Konstanta Cp Gas B Konstanta Cp Gas C Konstanta Cp Gas D Auto Ignition Iemperature 0F % penguapan dalam 24 jam

C1-C2 23 5.64 -193 gas 12.3 1.15E-01 -2.87E-05 -1.30E-09 1036 100%

C3-C4 51 3.61 -6.3 gas 2,632 0.3188 13470 1.47E-08 696 100%

C6-C8 100 42.7 210 cair -5.146 6.76E-01 -3.63E-04 7.66E-08 433 90%

C9-C12 149 45.82 364 cair -8.5 1.01E+00 -5.56E-04 1.18E-07 406 50%

C13-C16 205 47.73 502 cair -11.7 1.39E+00 -7.72E-04 1.67E-07 396 10%

C17-C25 280 48.38 651 cair -22.4 1.94E+00 -1.12E-03 -2.53E-07 396 5%

C25+ 422 56.19 981 cair -22.4 1.94E+00 -1.12E-03 -2.53E-07 396 2%

H2 2 4433 -423 gas 27.1 9.27E-03 -1.38E-05 7.65E-09 752 100%

H2S 34 61.99 -75 gas 31.9 1.44E-03 2.43E-05 -1.18E-08 500 100%

HF 20 60.37 68 gas 29.1 6.61E-04 -2.03E-06 2.50E-09 32000 100%

Air 18 62.3 212 cair 32.4 0.001924 1.05E-05 -3.60E-07 n/a 0%

Uap air 18 62.3 212 gas 32.4 0.001924 1.05E-05 -3.60E-07 n/a 0%

Asam (rendah) 18 62.3 212 cair 32.4 0.001924 1.05E-05 -3.60E-09 n/a 0%

Asam (sedang) 18 62.3 212 cair 32.4 0.001924 1.05E-05 -3.60E-09 n/a 0%

Asam (tinggi) 18 62.3 212 cair 32.4 0.001924 1.05E-05 -3.60E-09 n/a 0%

Senyawa

Aromatik 104 42.73 293.3 cair -28.25 0.6159 -4.02E-04 9.94E-08 914 0%

(11)

Untuk fluida campuran, fluida representatif dapat ditentukan oleh Titik Didih Normal (TDN) dan Berat Molekul (BM) lalu setelah itu oleh kerapatannya. Jika ketiga sifat tersebut tidak diketahui, salah satunya dapat diketahui melalui persamaan berikut.

campuran i i

Sifat

=

x Sifat

(2.1)

Dimana,

xi : fraksi mol komponen

Sifati : sifat komponen

Sifatcampuran : sifat campuran yang ingin diketahui

2.3.2.2 Memilih Ukuran Lubang

Dalam penerapan analisis konsekuensi berdasarkan API 581 BRD digunakan satu set ukuran lubang kebocoran yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan sifat keterulangan (reproducibility) dan konsistensi pada analisis yang dilakukan serta memudahkan untuk dilakukan oleh perangkat lunak. Tabel berikut menunjukkan rentang ukuran lubang yang digunakan berdasarkan API 581 BRD.

Tabel 2.5 Ukuran lubang kebocoran

Ukuran

Lubang Rentang (in) Nilai Acuan (in)

Kecil 0 - 1/4 1/4

Sedang 1/4 - 2 1

Besar 2 - 6 4

Pecah > 6 diameter ukuran peralatan sampai maksimum 16-in

Pemilihan ukuran lubang dilakukan secara spesifik bagi tiap jenis pralatan. Berikut adalah ukuran lubang yang dipilih berdasarkan jenis peralatan.

(12)

Pipa menggunakan ukuran lubang yang sesuai dengan tabel 2.5. 2. Pressure vessel

Pressure vessel menggunakan ukuran lubang yang sesuai dengan tabel 2.5.

Peralatan-peralatan yang dikelompokkan dalam bejana tekan, yaitu:

a. Vessel; bejana tekan standar, seperti KO drum, accumulators, dan reaktor.

b. Filter; jenis standar dari filter dan strainer. c. Column; distillation columns, absorber, stripper.

d. Heat exchanger shell; sisi shell dari reboiler, condenser, heat

exchanger.

e. Fin/fan Cooler; penukar panas dengan tipe fin/fan.

3. Pompa

Pompa diasumsikan memiliki tiga kemungkinan ukuran lubang yang konsisten dengan data kegagalan peralatan. Ketiga ukuran lubang itu adalah ½-in, 1-in, dan 4-in. Jika ukuran bagian hisap (suction line) kurang dari 4-in maka ukuran lubang terakhir yang mungkin adalah ukuran penuh dari bagian hisap.

4. Kompresor

Kompresor torak maupun sentrifugal menggunakan ukuran lubang 1-in dan 4-in. Serupa dengan pompa, jika ukuran bagian isap kurang dari 4-in maka ukuran lubang terakhir yang mungkin adalah ukuran penuh dari bagian hisap. 5. Tangki atmosferik

Untuk menentukan ukuran lubang yang mungkin terjadi pada tangki penyimpanan atmosferik diperlukan ukuran lubang khusus. Tanki penyimpanan tersebut biasanya dikelilingi oleh berm yang menyediakan penampung kedua untuk kebocoran. Untuk kemudahan penghitungan digunakan asumsi sebagian tangki adalah berada di atas permukaan tanah, dan waktu yang dibutuhkan untuk deteksi kebocoran bergantung pada metode

(13)

deteksi yang digunakan. Dikarenakan alasan di atas, maka berikut ukuran yang digunakan untuk tangki penyimpan atmosferik:

a. ¼ inchi, 1 inchi, dan 4 inchi untuk bagian atas tanah dari tangki. b. Pecah; digunakan pada dinding atau dari lantai tangki.

c. ¼ inchi dan 1 inchi digunakan pada lantai dari tangki penyimpan atmosferik.

2.3.2.3 Menentukan Massa Total yang Dapat Tumpah

Perhitungan konsekuensi berdasarkan API 581 BRD memerlukan batas atas dari jumlah fluida yang dapat tumpah dari sebuah peralatan (inventori). Pada pendekatan kuntitatif, digunakan prosedur sederhana yang dapat menentukan massa fluida yang secara realistis dapat tumpah saat terjadi kebocoran pada peralatan. Estimasi massa yang dapat tumpah menurut prosedur tersebut adalah jumlah yang lebih jumlah yang lebih rendah diantara dua kriteria berikut.

1. Massa fluida yang terdapat dalam peralatan tersebut ditambah banyaknya fluida yang dapat ditambahkan selama tiga menit dengan asumsi laju aliran yang sama dari peralatan tersebut. Ukuran lubang pecah hanya dibatasi pada kebocoran 8-in.

2. Keseluruhan massa fluida yang terdapat dalam peralatan.

Jika inventori peralatan pada kondisi operasi normal tidak diketahui, maka dapat diambil asumsi yang ditunjukkan pada tabel 2.6.

(14)

Tabel 2.6 Asumsi inventori peralatan

Peralatan Persentase volum

Liquid/liquid column 50% dari tiap material Tray column (dibagi atas 2)

bagian atas 50% uap

bagian bawah 50% cairan Knock-out Pots dan Dryers 10% cairan Accumulators dan Drums 50% cairan

Separator 50% volum dari tiap material Pompa dan kompresor diabaikan

Heat Exchangers 50% sisi shell, 25% sisi tube Furnace 50% cairan/50% uap dalam tube

Pipa 100%

2.3.2.4 Menentukan Laju Tumpahan

Perhitungan laju tumpahan fluida pada analisis konsekuensi dibagi menurut fasa fluida tersebut. Penjabaran perhitungan bagi tiap fasa adalah sebagai berikut.

1. Laju tumpahan fasa cair

Laju fluida yang mengalir melalui lubang yang memiliki kontur tajam dapat dihitung oleh persamaan berikut.

144 . 2 c d L g DP A C Q = ρ (2.2) Dimana,

QL : laju pelepasan cairan (lbs/s)

Cd : koefisien pelepasan (0,60-0,64), untuk penghitungan dipilih

0,61.

A : luas penampang lubang (in2) ρ : densitas fluida (lb/ft3)

DP : perbedaan tekanan aliran opeasi dengan tekanan atmosfer (psid)

(15)

gc : faktor konversi dari lbf ke lbm (32,2 lbm-ft/lbf-ft).

2. Laju tumpahan fasa gas

Pada tumpahan fasa gas terdapat dua kemungkinan sifat aliran, yaitu aliran subsonik dan sonik. Kedua jenis aliran tersebut dipengaruhi besarnya tekanan transisi. Tekanan transisi dapat dihitung oleh persamaan berikut.

1 2 1 − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + = k k a trans k P P (2.3) Dimana,

Ptrans : tekanan transisi (Psia)

Pa : tekanan atmosfer (Psia)

k : Cp/Cv

Cp : kapasitas panas pada tekanan konstan

Cv : kapasitas panas pada volume konstan

Pada kondisi dimana tekanan operasi berada dibawah tekanan transisi maka digunakan persamaan laju aliran subsonik. Jika tekanan operasi berada diatas tekanan transisi maka digunakan persamaan laju aliran sonik.

a. Laju aliran subsonik

⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = − K K a K a c d g P P P P K K g RT M AP C subsonik W 1 2 1 1 2 144 ) ( (2.4) Dimana,

Wg : laju aliran gas subsonik (lbs/sekon)

Cd : koefisien pelepasan (untuk gas Cd = 0,85-1)

A : luas penampang lubang (in2) P : tekanan operasi (Psia) M : berat molekul (lb/lb-mol)

(16)

R : konstanta gas T : temperatur

gc : faktor konversi dari lbf ke lbm (32,2 lbm-ft/lbf-ft)

Pa : tekanan atmosferik (Psia)

b. Laju aliran sonik

1 1 1 2 144 ) ( − + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = K K c d g K g RT KM AP C sonik W (2.5) Dimana,

Wg : laju aliran gas sonik (lbs/sekon)

Cd : koefisien pelepasan (untuk gas Cd = 0,85-1)

A : luas penampang lubang (in2) P : tekanan operasi (Psia) M : berat molekul (lb/lb-mol) R : konstanta gas

T : temperatur

gc : faktor konversi dari lbf ke lbm (32,2 lbm-ft/lbf-ft)

2.3.2.5 Menentukan Jenis Tumpahan

Analisis konsekuensi menurut API 581 BRD memodelkan seluruh tumpahan menjadi dua jenis, yaitu.

1. Instan (Instantaneous)

Tumpahan instan adalah tumpahan yang terjadi dalam waktu yang cepat sehingga fluida tersebar dalam bentuk awan atau kolam.

2. Kontinu (Continuous)

Tumpahan kontinu adalah tumpahan yang terjadi dalam waktu yang relatif lebih lambat.

(17)

Jenis tumpahan dapat ditentukan berdasarkan jumlah massa fluida yang tumpah dalam waktu tiga menit. Alur penentuan jenis tumpahan dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Proses penentuan jenis tumpahan[4]

2.3.2.6 Menentukan Fasa Akhir Tumpahan

Karakteristik penyebaran fluida pada saat tumpah dipengaruhi oleh fasa fluida saat berada di lingkungan. Oleh sebab itu, perlu ditentukan fasa akhir fluida saat tumpah ke lingkungan. Petunjuk untuk menentukan fasa akhir tumpahan fluida dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.7 Penentuan fasa akhir tumpahan fluida[4]

Fasa Fluida Saat

Kondisi Operasi

Fasa Fluida Pada Lingkungan

Penentuan Fasa Fluida untuk Penghitungan Konsekuensi

gas gas dimodelkan sebagai gas gas cair dimodelkan sebagai gas

cair gas

dimodelkan sebagai gas, namun bila temperatur didih fluida lebih tinggi dari 80o F maka

dimodelkan sebagai cair. cair cair dimodelkan sebagai cair

(18)

2.3.2.7 Respon Pasca Tumpahan

Seluruh pebrik pengolahan pada industri migas memiliki berbagai variasi sistem mitigasi yang dirancang untuk melakukan deteksi, isolasi, serta mengurangi efek berbahaya yang diakibatkan oleh tumpahan fluida dalam peralatan. Menurut API 581 BRD, sistem mitigasi konsekuensi diperlakukan dalam dua cara.

1. Sistem yang melakukan deteksi dan isolasi pada kebocoran.

2. Sistem yang diaplikasikan langsung pada material berbahaya yang dapat mengurangi konsekuensi.

Sistem deteksi dan isolasi diklasifikasikan menjadi beberapa kategori berdasarkan seberapa besar efek sistem mitigasi yang diterapkan terhadap pengurangan konsekuensi.

Tabel 2.8 Petunjuk kategori sistem deteksi[4]

Jenis Sistem Deteksi Klasifikasi Deteksi

Instrumentasi yang mendeteksi kebocoran dengan

mendeteksi perubahan tekanan operasi pada sistem A Detektor yang ditempatkan secara khusus untuk

menentukan keberadaan material diluar peralatan B Deteksi visual berupa kamera atau detektor lainnya

dengan cakupan yang kecil C

Tabel 2.9 Petunjuk kategori sistem isolasi[4]

Jenis Sistem Isolasi Klasifikasi Isolasi

Isolasi atau sistem shutdown yang aktif dengan

sendirinya tanpa adanya intervensi operator A Isolasi atau sistem shutdown yang diaktifkan oleh

operator B

Isolasi hanya bergantung pada katup yang dijalankan

(19)

Menggunakan analisis faktor manusia, kategori kualitas deteksi dan isolasi dijabarkan dalam waktu kebocoran. Durasi kebocoran merupakan jumlah dari waktu untuk mendeteksi kebocoran, waktu untuk melakukan analisis pada kejadian dan waktu untuk melakukan tindakan untuk menghentikan kebocoran. Durasi kebocoran menurut kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel 2.10.

Tabel 2.10 Durasi kebocoran berdasarkan klasifikasi deteksi dan isolasi[4]

Klasifikasi deteksi

Klasifikasi

Isolasi Durasi Kebocoran A A 20 menit untuk 1/4 inchi 10 menit untuk 1 inchi 5 menit untuk 4 inchi

A B 30 menit untuk 1/4 inchi 20 menit untuk 1 inchi 10 menit untuk 4 inchi

A C 40 menit untuk 1/4 inchi 30 menit untuk 1 inchi 20 menit untuk 4 inchi

B A/B 40 menit untuk 1/4 inchi 30 menit untuk 1 inchi 20 menit untuk 4 inchi

B C 1 jam untuk 1/4 inchi 30 menit untuk 1 inchi 20 menit untuk 4 inchi

C A/B/C 1 jam untuk 1/4 inchi 40 menit untuk 1 inchi 20 menit untuk 4 inchi

2.3.2.8 Menentukan Konsekuensi

Analisis konsekuensi berdasarkan API 581 BRD membagi konsekuensi yang terjadi akibat tumpahan fluida menjadi empat kategori, yaitu.

1. Konsekuensi Flammable (Flammable Consequences)

Konsekuensi flammable terjadi apabila peralatan yang mengandung fluida yang dapat terbakar (flammable) mengalami kebocoran kemudian terkena pembakaran (ignition). Kemungkinan efek flammable yang terjadi antara lain.

a. Dispersi aman (safe dispersion)

Terjadi apabila fluida tumpah tanpa terkena pembakaran. b. Pancaran api (jet fire)

(20)

Terjadi saat fluida tumpah dengan momentum yang tinggi terkena pembakaran.

c. Ledakan awan uap (VCE)

Terjadi saat fluida yang tersebar dalam bentuk awan dan mengalami pembakaran.

d. Nyala api (flash fire)

Terjadi saat fluida tumpah pada tekanan rendah dan mengalami pembakaran.

e. Bola api (fireball)

Terjadi saat fluida tumpah dalam jumlah yang besar yang tercampur dengan udara sekitar dalam jumlah terbatas mengalami pembakaran. f. Kolam api (pool fire)

Terjadi saat fluida tersebar dalam bentuk kolam mengalami pembakaran. API 581 BRD menggunakan logika berupa event tree dalam menentukan efek

flammable yang terjadi apabila peralatan mengalami kebocoran dan fluida inventory mengalami pembakaran yang diperlihatkan pada gambar 2.5.

(21)

Gambar 2.5 Efek flammable event tree[4]

API 581 BRD mengukur konsekuensi dalam bentuk luas daerah yang dipengaruhi bila tumpahan terkena pembakaran. Berikut adalah persamaan yang digunakan untuk menghitung luas daerah yang dipengaruhi oleh efek flammable.

V C E F la s h fire F ir e b a ll F ir e b a ll S a fe d is p e rs io n P o o l fire S a fe d is p e rs io n N y a la a p i d i a k h ir N y a la a p i d i a w a l D i a ta s A u to Ig n itio n T e m p e r a tu r e T a n p a p e n y a la a n T a n p a p e n y a la a n P e n y a la a n F a s a a k h ir g a s F a s a a k h ir c a ir V C E F la s h fire J e t fire S a fe d is p e r s io n S a fe d is p e r s io n N y a la a p i d i a k h ir N y a la a p i d i a w a l D i a ta s A u to Ig n itio n T e m p e r a tu re T a n p a p e n y a la a n T a n p a p e n y a la a n P e n y a la a n F a s a a k h ir g a s F a s a a k h ir c a ir J e t fir e P o o l fire J e t fir e P e le p a s a n In s ta n P e le p a s a n K o n tin u

(22)

b

ax

A

=

(2.6)

Dimana,

A : luas daerah yang dipengaruhi oleh efek flammable (ft2) x : laju aliran fluida ke lingkungan (lb/s) atau total massa yang dilepaskan ke lingkungan, (lb)

a,b : konstanta untuk masing-masing material

Persamaan tersebut didapat dari pengujian yang dilakukan pada kelompok fluida representatif yang dilakukan melalui program process hazard analysis[4]

yaitu pendekatan secara sistematik untuk melakukan identifikasi, evaluasi, serta kontrol terhadap potensi hazard untuk mendapatkan daerah konsekuensi untuk semua kemungkinan efek flammable. Hasil analisis tersebut kemudian dirangkum dalam bentuk tabel yang memuat berbagai persamaan luas daerah kerusakan peralatan dan daerah kematian yang dipengaruhi oleh efek flammable yang bervariasi pada jenis tumpahan dan fasa akhir tumpahan fluida.

(23)

Tabel 2.11 Persamaan area pelepasan kontinu dengan kemungkinan tidak terjadi Auto

Ignition[4]

Fasa Akhir Gas Fasa Akhir Liquid Material Area Kerusakan

(ft2) Area kematian (ft2) Area Kerusakan (ft2) Area Kematian (ft2) C1-C2 A = 43 x0.98 A = 110 x0.96 C3-C5 A = 49 x0.98 A = 125 x0.96 C5 A = 25.2 x0.98 A = 62.1 x1.00 A = 536 x0.90 A = 1544 x0.90 C6-C8 A = 29 x0.98 A = 68 x0.96 A = 182 x0.89 A = 516 x0.89 C9-C12 A = 12 x0.98 A = 29 x0.96 A = 130 x0.90 A = 373 x0.89 C13-C16 A = 64 x0.90 A = 183 x0.89 C17-C25 A = 20 x0.90 A = 57 x0.89 C25+ A = 11 x0.91 A = 33 x0.89 H2 A = 198 x0.992 A = 614 x0.933 H2S A = 32 x1.00 A = 52 x1.00 HF Senyawa Aromatik A = 121,39 x0.8911 A = 359 x0.8821 Styrene A = 121,39 x0.8911 A = 359 x0.8821 x = laju aliran flida (lb/s)

Tabel 2.12 Persamaan area pelepasan instan dengan kemungkinan tidak terjadi Auto

Ignition[4]

Fasa Akhir Gas Fasa Akhir Liquid Material Area Kerusakan (ft2) Area kematian (ft2) Area Kerusakan (ft2) Area Kematian (ft2) C1-C2 A = 41 x0.67 A = 79 x0.67 C3-C5 A = 28 x0.72 A = 57,7 x0.75 C5 A = 13.4 x0.73 A = 20,4 x0.76 A = 1,49 x0.85 A = 4,34 x0.85 C6-C8 A = 14 x0.67 A = 26 x0.67 A = 4,35 x0.78 A = 12,7 x0.78 C9-C12 A = 7,1 x0.66 A = 13 x0.66 A = 3,3 x0.76 A = 9,5 x0.76 C13-C16 A = 0,46 x0.88 A = 1,3 x0.88 C17-C25 A = 0,11 x0.91 A = 0,32 x0.91 C25+ A = 0,03 x0.99 A = 0,081 x0.99 H2 A = 545 x0.657 A = 982 x0.652 H2S A = 148 x0.63 A = 271 x0.63 HF Senyawa Aromatik A = 2,26 x0.8227 A = 10,5 x0.7583 Styrene A = 2,26 x0.8227 A = 10,5 x0.7583

(24)

Tabel 2.13 Persamaan area pelepasan kontinu dengan kemungkinan terjadi Auto Ignition[4] Fasa Akhir Gas Fasa Akhir Liquid Material Area Kerusakan (ft2) Area kematian (ft2) Area Kerusakan (ft2) Area Kematian (ft2) C1-C2 A = 280 x0.95 A = 745 x0.92 C3-C5 A = 315 x1.00 A = 837 x0.92 C5 A = 304 x1.00 A = 811 x1.00 C6-C8 A = 313 x1.00 A = 828 x1.00 A = 525 x0.95 A = 1315 x0.92 C9-C12 A = 391 x0.95 A = 981 x0.92 A = 560 x0.95 A = 1401 x0.92 C13-C16 A = 1023 x0.92 A = 2850 x0.90 C17-C25 A = 861 x0.92 A = 2420 x0.90 C25+ A = 544 x0.90 A = 1604 x0.90 H2 A = 1146 x1.00 A = 3072 x1.00 H2S A = 203 x0.89 A = 375 x0.94 HF Senyawa Aromatik Styrene

x = laju aliran flida (lb/s)

*) Digunakan bila temperatur operasi berada 80º F di atas temperatur Auto Ignition

Tabel 2.14 Persamaan area pelepasan instan dengan kemungkinan terjadi Auto Ignition[4] Fasa Akhir Gas Fasa Akhir Liquid Material Area Kerusakan (ft2) Area kematian (ft2) Area Kerusakan (ft2) Area Kematian (ft2) C1-C2 A = 1079 x0.62 A = 3100 x0.63 C3-C5 A = 523 x0.63 A = 1768 x0.63 C5 A = 275 x0.61 A = 959 x0.63 C6-C8 A = 76 x0.61 A = 962 x0.63 C9-C12 A = 281 x0.61 A = 988 x0.63 A = 6.0 x0.53 A = 20 x0.54 C13-C16 A = 9.2 x0.88 A = 26 x0.88 C17-C25 A = 5.6 x0.91 A = 16 x0.91 C25+ A = 1.4 x0.99 A = 4.1 x0.99 H2 A = 1430 x0.618 A = 4193 x0.621 H2S A = 357 x0.61 A = 1253 x0.63 HF Senyawa Aromatik Styrene

x = total massa yang dilepaskan (lb)

(25)

Sistem deteksi, isolasi dan mitigasi yang diterapkan pada peralatan dapat mengurangi efek flammable yang terjadi sehingga perlu dilakukan penyesuaian berdasarkan klasifikasi sistem deteksi, isolasi dan mitigasi. API 581 BRD telah menentukan seberapa besar penyesuaian yang diterapkan pada konsekuensi yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.15 Penyesuaian konsekuensi[4]

Peringkat sistem respon Klasifikasi

Deteksi

Klasifikasi Isolasi

Penyesuaian konsekuensi

A A Pengurangan laju aliran massa dan total massa 25% B B Pengurangan laju aliran massa dan total massa 20% A atau B C Pengurangan laju aliran massa dan total massa 10% B B Pengurangan laju aliran massa dan total massa 15%

C C Tidak ada penyesuaian

Sistem mitigasi Penyesuaian konsekuensi

Inventory blowdown yang

digabung dengan sistem penutupan peringkat B atau lebih

Pengurangan laju aliran massa dan total massa 25% Fire water deluge system dengan

monitor Pengurangan area consequence 20%

Fire water monitor Pengurangan area consequence 5% Foam spray sistem Pengurangan area consequence 15%

2. Konsekuensi Racun (Toxic Consequences)

Zat beracun yang terdapat pada fluida yang mengalir pada pipeline dapat menimbulkan efek negatif saat pipeline mengalami kebocoran . Hidrogen fluorida (HF), ammonia, dan klorin merupakan contoh dari fluida tersebut. Lain halnya dengan hidrogen sulfida(H2S) yang meupakan zat beracun sekaligus

mudah terbakar. Standar API 581 BRD telah memperhitungkan setiap kemungkinan tersebut. Beberapa material yang dievaluasi menyangkut resiko keracunan, yaitu :

(26)

a. Hidrogen florida (HF)

Kadar HF minimum dalam fluida sebagai batas perhitungan efek racun HF adalah sebesar 30 ppm. Konsekuensi pada pelepasan HF adalah berupa luas area akibat keracunan. Luas area tersebut dapat dimodelkan ke dalam grafik pelepasan secara kontinu dan secara instan yang terdapat pada Gambar 2.6 dan Gambar 2.7

(27)

Gambar 2.7 Grafik konsekuensi HF dan H2S jenis tumpahan instan[4]

b. Hidrogen sulfida (H2S)

Kadar H2S minimum dalam fluida sebagai batas perhitungan efek racun

H2S adalah sebesar 300 ppm. Pelepasan H2S ke udara menghasilkan

pembentukan awan uap beracun secara cepat. Zat H2S selain sebagai zat

beracun juga sebagai zat yang dapat terbakar. Sama halnya dengan HF yang terdispersi dalam bentuk awan uap beracun, maka luas area beracun akibat pelepasan fluida ke lingkungan dapat dilihat dari laju aliran massa H2S untuk

pelepasan fluida secara kontinu atau total massa H2S untuk pelepasan fluida

secara instan. Luas area beracun untuk pelepasan kontinu H2S dapat

ditunjukkan pada Gambar 2.8, sedangkan pelepasan secara instan dapat ditunjukkan pada Gambar 2.7.

(28)

Gambar 2.8 Grafik konsekuensi H2S jenis tumpahan kontinu[4]

c. Model ammonia (NH3) dan klorin (Cl)

Kadar ammonia minimum dalam fluida sebagai batas perhitungan efek racun ammonia adalah sebesar 300 ppm. Luas area yang terkena efek racun sesuai dengan persentase massa ammonia dalam fluida terhadap laju aliran massa fluida. Kadar Cl minimum dalam fluida sebagai batas perhitungan efek racun Cl adalah sebesar 30 ppm. Hubungan antara laju aliran massa tumpahan dengan luas area konsekuensi dapat ditunjukkan dengan persamaan berikut.

b

A

=

c x

(2.6)

Dimana,

A : Luas area konsekuensi racun x : Laju aliran massa tumpahan

(29)

Untuk jenis tumpahan kontinu harga konstanta dapat dilihat pada tabel 2.16. Sedangkan untuk jenis tumpahan instan, keduaa zat tersebut mengikuti persamaan berikut. 1.177 14.97 A= x untuk klorin (2.7) 0.9011 14.17 A= x untuk ammonia (2.8)

Besar luas area konsekuensi ammonia pada jenis tumpahan kontinu ke lingkungan dapat didekati dengan grafik pada Gambar 2.9 sedangkan untuk jenis tumpahan instan ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 2.10.

Luas area konsekuensi klorin akibat jenis tumpahan kontinu dapat ditunjukkan pada Gambar 2.11, sedangkan untuk jenis tumpahan instan dapat ditunjukkkan dengan Gambar 2.12.

(30)

Gambar 2.10 Grafik konsekuensi ammonia jenis tumpahan instan[4]

(31)

Gambar 2.12 Grafik konsekuensi klorin jenis tumpahan instan[4]

Tabel 2.16 Konstanta b dan c untuk tiap zat racun pada jenis lepasan kontinu Zat Kimia Durasi Pelepasan c b

Klorin 60 menit 30 menit 10 menit 46,563 27,711 15,147 1.01 1.10 1.10 Ammonia 60 menit 30 menit 10 menit 11,049 7,852 2,690 1.16 1.16 1.19

3. Konsekuensi Lingkungan (Environmental Consequences)

Kerusakan lingkungan akibat dari kebocoran alat penampung fluida pada analisis konsekuensi secara kuantitatif adalah berupa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membersihkan fluida yang tumpah ke lingkungan. Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam analisis konsekuensi lingkungan.

a. Fasa akhir tumpahan

Jika fasa akhir tumpahan berupa gas maka analisis konsekuensi lingkungan tidak perlu dilakukan.

(32)

Jika fluida kemungkinan besar mengalami auto-ignition makan analisis konsekuensi lingkungan tidak perlu dilakukan karena kemungkinan besar fluida itu akan terbakar dengan sendirinya.

c. Titik Didih Normal (TDN)

Jika TDN lebih rendah daripada 200oF maka analisis konsekuensi lingkungan tidak perlu dilakukan karena kemungkinan besar fluida telah menguap.

Pada analisis ini digunakan kriteria yang dikembangkan oleh organisasi

Environmental Protection Agency (EPA) yang disebut dengan metoda Basic Oil Spill

Cost Estimation Model (BOSCEM)[5]. Metoda ini menghitung konsekuensi

environmental dengan memperhitungkan tiga faktor yang dapat memperngaruhi biaya

yang harus dikeluarkan untuk menanggulangi pencemaran lingkungan akibat tumpahan fluida yang terdapat pada pipeline. Berikut adalah penjelasan tentang ketiga faktor tesebut.

a. Faktor Respon Tumpahan

Faktor respon tumpahan dipengaruhi lokasi dimana tumpahan terjadi. Biaya yang dikeluarkan dapat dihitung oleh persamaan berikut.

Biaya respon tumpahan = Biaya respon/gallon x konstanta lokasi

x volume tumpahan (2.9) Biaya respon per gallon dapat dilihat pada tabel 2.17 sedangkan konstanta lokasi dapat dilihat pada tabel 2.18.

(33)

Tabel 2.17 Biaya respon tumpahan per gallon[5] Range Volume Tumpahan (gallon) Biaya Respon (US$/gallon) < 500 199 500 - 1000 197 1000 - 10000 195 10000 - 100000 185 100000 - 1000000 118 > 1000000 82

Tabel 2.18 Konstanta lokasi[5]

Lokasi Konstanta Lokasi

Air 1 Tanah/Pasir 0.6 Bebatuan 0.5 Rawa 1.6 Lumpur 1.4 Padang Rumput 0.7 Hutan 0.8 Taiga 0.9 Tundra 1.3

b. Faktor Kerusakan Sosioekonomik

Faktor kerusakan sosioekonomik dipengaruhi oleh pengaruh tumpahan yang terjadi terhadap kehidupan sosial dan ekonomi lingkungan sekitar daerah tumpahan. Biaya yang dikeluarkan dapat dihitung oleh persamaan berikut.

Biaya respon tumpahan = Biaya kerusakan sosioekonomik/gallon x konstanta sosioekonomik

x volume tumpahan

(2.10)

Pada analisis ini, konstanta sosioekonomik ditetapkan sebesar 0,7. Biaya kerusakan sosioekonomik per gallon dapat dilihat pada tabel 2.19

(34)

Tabel 2.19 Biaya kerusakan sosioekonomik per gallon[5] Range Volume Tumpahan (gallon) Biaya Kerusakan Sosioekonomik (US$/gallon) < 500 50 500 - 1000 200 1000 - 10000 300 10000 - 100000 140 100000 - 1000000 70 > 1000000 60

c. Faktor Kerusakan Lingkungan

Faktor kerusakan lingkungan dipengaruhi oleh pengaruh tumpahan yang terjadi terhadap kehidupan satwa liar dan air bersih di sekitar tumpahan. Biaya yang dikeluarkan dapat dihitung oleh persamaan berikut.

Biaya respon tumpahan = Biaya kerusakan lingkungan /gallon x 0,5 (konstanta freshwater + konstanta wildlife)x volume tumpahan

(2.11)

Pada analisis ini, konstanta freshwater ditetapkan sebesar 0,5 sedangkan konstanta wildlife ditetapkan sebesar 1,9.

(35)

Tabel 2.20 Biaya kerusakan lingkungan per gallon[5] Range Volume Tumpahan (gallon) Biaya Kerusakan LIngkungan (US$/gallon) < 500 90 500 - 1000 87 1000 - 10000 80 10000 - 100000 73 100000 - 1000000 35 > 1000000 30

4. Konsekuensi Interupsi Bisnis (Business Interruption Consequences)

Efek dari tumpahan fluida flammable dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan. Biaya kerugian tersebut berasal dari beberapa sektor.

a. Biaya untuk mengganti peralatan yang mengalami kerusakan.

Terdapat pembagian biaya untuk mengganti peralatan yang mengalami kerusakan berdasarkan jenis peralatan dan material peralatan tersebut. Pembagian tersebut dapat dilihat pada tabel 2.21 dan 2.22.

(36)

Tabel 2.21 Biaya kerusakan peralatan berdasarkan tingkat kegagalan[4] Tipe Keterangan Biaya ukuran lubang kecil Biaya ukuran lubang medium Biaya ukuran lubang besar Biaya pecah Pompa1

centrifugal pump, single

seal $1,000 $2,500 $5,000 $5,000 Pompa 2 centrifugal pump,double seal $1,000 $2,500 $5,000 $5,000 Column BTM column $10,000 $25,000 $50,000 $100,000 Column top column $10,000 $25,000 $50,000 $100,000

Comp C Compresor, centrifugal $10,000 $20,000 $100,000 $300,000 Comp R Compressor,reciprocating $5,000 $10,000 $50,000 $100,000

Filter Filter $1,000 $2,000 $4,000 $10,000

Finfan Fin/fan coolers $1,000 $2,000 $20,000 $40,000 Exchanger Heat exchanger,Shell $1,000 $2,000 $20,000 $60,000 Pipe-0.75

Piping,0.75" diameter,

per feet $5 $0 $0 $10

Pipe-1

Piping, 1", diameter, per

feet $5 $0 $0 $20

Pipe-2

Piping, 2", diameter, per

feet $5 $0 $0 $40

Pipe-4

Piping, 4", diameter, per

feet $5 $10 $0 $60

Pipe-6

Piping, 6", diameter, per

feet $5 $20 $0 $120

Pipe-8

Piping, 8", diameter, per

feet $5 $30 $60 $180

Pipe-10

Piping, 10", diameter, per

feet $5 $40 $80 $240

Pipe-12

Piping, 12", diameter, per

feet $5 $60 $120 $360

Pipe-16

Piping, 16", diameter, per

feet $5 $80 $160 $500

pipe->16

Piping, >16", diameter,

per feet $10 $120 $240 $700

Drum Pressure vessels $5,000 $12,000 $20,000 $40,000

Reactor Reactor $10,000 $24,000 $40,000 $80,000

PumpR Reciprocating pumps $1,000 $2,500 $5,000 $10,000 Tank

Atmospheric Storage

tank $40,000 $40,000 $40,000 $80,000

Heater

Furnace tubes for Fired

(37)

Tabel 2.22 Cost factor untuk berbagai material[4]

Material Cost factor

Carbon steel 1 1 1/4 Cr 1/2 Mo 1.3 2 1/4 Cr 1/2 Mo 1.7 5 Cr 1/2 Mo 1.7 7 Cr 1/2 Mo 2 Clad 304 SS 2.1 9 Cr 1/2 Mo 2.6 405 SS 2.8 410 SS 2.8 304SS 3.2 Clad 316 SS 3.3 CS "Saran" lined 3.4 CS rubber lined 4.4 316 SS 4.8 CS Glass lined 5.8 Clad Alloy 400 6.4 90/10 Cu/Ni 6.8 Clad Alloy 600 7 CS "Teflon" lined 7.8 Clad nickel 8 Alloy 800 8.4 70/30 Cu/Ni 8.5 904L 8.8 Alloy 20 11 Alloy 400 15 Alloy 600 15 Nickel 18 Alloy 625 26 Titanium 28 Alloy "C" 29 Zirconium 34 Alloy "B" 36 Tantalum 535

b. Biaya kerusakan peralatan di sekitar area konsekuensi flammable.

Efek flammable yang terjadi menimbulkan kerusakan pada peralatan di sekitarnya. Biaya rata-rata menurut metodologi API 581 BRD adalah $550/ft2.

(38)

c. Biaya kerugian akibat penghentian kegiatan produksi.

Kegiatan produksi dapat mengalami gangguan bahkan sampai terhenti apabila peralatan maupun pipeline mengalami kerusakan. Tentunya jumlah pemasukan pada saat proses produksi terhenti akan hilang. Jumlah pemasukan yang hilang tersebut adalah biaya kerugian akibat penghentian kegiatan produksi.

Tiap peralatan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap proses produksi sehingga kegagalan yang terjadi pada satu peralatan akan berbeda pengaruhnya dengan peralatan yang lain. Tabel 2.23 menunjukkan waktu penghentian kegiatan produksi untuk tiap perlatan yang mengalami kerusakan.

(39)

Tabel 2.23 Waktu pengehentian proses produksi untuk berbagai jenis peralatan[4] Tipe Outage time ukuran lubang kecil Outage time ukuran lubang medium Outage time ukuran lubang besar Outage time pecah Pompa1 0 0 0 0 Pompa 2 0 0 0 0 Column BTM 2 4 5 21 Column top 2 4 5 21 Comp C 2 3 7 14 Comp R 2 3 7 14 Filter 0 1 1 1 Finfan 1 1 3 5 Exchanger 1 1 3 5 Pipe-0.75 0 0 0 1 Pipe-1 0 0 0 1 Pipe-2 0 0 0 2 Pipe-4 0 1 0 2 Pipe-6 0 1 2 3 Pipe-8 0 2 3 3 Pipe-10 0 2 3 4 Pipe-12 0 3 4 4 Pipe-16 0 3 4 5 pipe->16 1 4 5 7 Drum 2 3 3 7 Reactor 4 6 6 14 Pump R 0 0 0 0 Tank 0 0 0 7 Heater 1 2 4 5

Gambar

Tabel 2.1 Kategori Consequence  Kategori  Rentang (ft 2 )  A &lt;  10  B  10 - 100  C  100 - 1000  D  1000 - 10000  E &gt;  10000  b
Tabel 2.2 Kategori Probability  Kategori  Rentang (nilai TMSF)
Gambar 2.3 Alur kalkulasi konsekuensi [4]
Tabel 2.4 Sifat-sifat fisik fluida representatif [4] Fluida  Berat  Molekul  Densitas lb/ft3 Temperatur Didih  Normal  0 F  Fasa  Keadaan  Lingkungan Konstanta Cp Gas A  Konstanta Cp Gas B  Konstanta Cp Gas C  Konstanta Cp Gas D  Auto  Ignition  Iemperatur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Minat beli ulang konsumen Verde Resto And Lounge Bandung sudah dalam kategori baik, item pernyataan yang mendapatkan persentase tanggapan paling besar adalah saya

 Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer  Tujuan: mengetahui kepekatan urine.  Alat

Indikator yang harus dikuasai siswa untuk mencapai kompetensi tersebut antara lain (1) siswa dapat menuliskan latar belakang buku dengan tepat, (2) siswa dapat mengklasifikasikan

Score apgar memang agak sukar dikaitkan dengan hipoksia karena yang tumpang tindih dan telah dibuktikan tidak berhubungan dengan kelangsungan hidup perinatal oleh karena itu pada

Beberapa kondisi instrumen lampu yang buruk pada kendaraan sepeda motor mahasiswa/mahasiswi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo, karena kurangnya

Berdasarkan seksyen 60, EUUKI (Negeri Melaka) menyatakan bahawa; “(1) Tertakluk kepada Hukum Syarak, Mahkamah boleh memerintahkan seseorang lelaki membayar nafkah

Method Statement merupakan pernyataan tatacara/ kaedah kerja pembinaan yang dicadangkan untuk dilaksanakan oleh pihak kontraktor bagi sesuatu

Lampiran 17 Hasil pengujian formal dengan spesifikasi tren nilai rata-rata hasil evaluasi mata kuliah pada fakultas setiap tahun. Lampiran 18 Hasil pengujian non formal