BAB II
GAMBARAN BUNYI YANG TERWARIS DALAM
PROTO-AUSTRONESIA DAN BAHASA KARO
2.1 Gambaran Bunyi Proto-Austronesia
Semua bahasa di dunia khususnya bahasa yang terdapat pada kawasan tertentu mempunyai hubungan kekerabatan satu dengan yang lainnya. Termasuk di dalamnya bahasa-bahasa di Sumatera Utara. Tingkat kekerabatan bahasa bukan dilandasi pada kemiripan bunyi karena warisan langsung dari protobahasa langsung. Bahasa Austronesia (PAN) sebagai bahasa asal (induk) bahasa-bahasa di kawasan Asia Tenggara-Pasifik mengalami pewarisan, dan di dalamnya terjadi perubahan dalam bahasa-bahasa turunannya. Rumpun bahasa Austronesia adalah sebuah keluarga bahasa yang tersebar meliputi gugusan kepulauan Asia Tenggara dan Lautan Pasifik. Beberapa anggota keluarga bahasa ini juga dituturkan di tanah besar Asia. Rumpun bahasa mengalami persebaran dari Taiwan dan Hawai di ujung utara hingga ke New Zealand di wilayah (Aotearoa) di ujung timur; Seperti bahasa-bahasa Bantu, Indo-Eropah, Afro-Asiatik dan Uralik. Rumpun bahasa Austronesia merupakan salah satu bahasa purba yang telah dikenal pasti dengan lengkap.
Hubungan kekerabatan (genetic relationship) adalah hubungan antara dua bahasa atau lebih yang diturunkan dari sumber bahasa induk yang sama yang disebut bahasa purba (Kridalaksana, 2008; 116). Menurut Keraf bahwa asumsi mengenai kata-kata
kerabat yang berasal dari sebuah proto-bahasa didasarkan pada beberapa kenyataan berikut.
1) Ada sejumlah besar kosakata dari suatu bahasa tertentu yang relatif memperlihatkan kesamaan yang besar apabila dibandingkan dengan kelompok-kelompok lainnya.
2) Perubahan fonetis dalam sejarah bahasa-bahasa tertentu memperlihatkan pula sifat teratur.
3) Bila semakin dalam menelusuri sejarah bahasa-bahasa kerabat, semakin banyak terdapat kesamaan antara pokok-pokok yang dibandingkan.
2.1.1 Sistem Bunyi Proto-Austronesia
Semua bahasa tentu memiliki sebuah sistem bunyi. Sistem bunyi merupakan uraian mengenai semua bunyi dan alofon dan hubungan-hubungan dalam suatu bahasa (Kridalaksana, 2008; 224). Hal ini berlaku juga pada bahasa Proto-Austronesia sebelum bahasa itu terpecah menjadi bahasa-bahasa turunannya. Sekalipun pengguna bahasa tersebut tidak dapat menyusun secara lengkap dan utuh sistem bunyi tersebut. Setiap bahasa memiliki sistem bahasa tersendiri, baik perbendaharaan maupun distribusinya, tetapi di balik itu ada pula persamaan apalagi bila bahasa itu dianggap seasal dan seketurunan dengan bahasa lainnya.
2.1.2 Perbendaharaan Bunyi-bunyi Proto-Austronesia
Berdasarkan hasil rekonstruksi, yang kemudian ditemukan pula sejumlah kata dasar, bahasa Austronesia purba memiliki sistem bunyi. Sistem bunyi Austronesia Purba adalah sebagai berikut. Bunyi vokal sebanyak empat buah yaitu vokal tinngi Depan */i/, vokal tinggi belakang */u/, vokal tengah sental */ə/, dan vokal rendah sentral */a/. lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3 Bunyi-Bunyi Vokal Proto-Austronesia
Sumber (Blust, 2013;59) Diftong:
*/uy/ */iw/ */ey/ */aw/
Selanjutnya sistem bunyi konsonan PAN dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini.
Posisi Lidah Depan Tak bundar Tengah Tak bundar Belakang Bundar Tinggi *i *u Sedang *ə Rendah *a
Tabel 4 Bunyi-Bunyi Konsonan Proto-Austronesia Tempat Artikulasi
Cara Bilabial Labiodental Dental Palatal Velar Glotal Artikulasi /Alveolar Hambat Tb *p *t/*T *c *k *q B *b *d/*D *j *g Frikatif TB *s/*S *h B *z/*Z Afrikat TB *C B Nasal B *m *n *ñ (ny) *ŋ (ng) Lateral B *l *N Getar/Tril B *r *R Semivokal B *w *y Sumber (Blust, 2013; 60)
Bunyi konsonannya terdiri atas 25 buah, yaitu*/p/, */b/, */m/, */w/, */t/, */d/, */n/, */N/, */I/, */T/, */D/, */r/, */s/, */z/, */Z/, */ñ/, */y/, */c/, */C/, */j/, */k/, */g/, */ŋ/, */R/, */h/.
2.2 Gambaran Bunyi Bahasa Karo
Bahasa merupakan salah satu bahasa daerah yang terdapat di Indonesia. Bahasa karo berasal dari daerah karo di Sumatera Utara yang penuturnya disebut masyarakat Karo. Sebuah daerah pegunungan yang mempunyai hasil alam yang berlimpah. Untuk berkomunikasi masyarakat Karo menggunakan bahasa Karo, bahasa Karo jika ditelaah pemakaiannya cukup luas dilihat dari segi geografis karena daerahnya bukan hanya di Kabupaten Karo, Tetapi juga sampai ke kabupaten Dairi, Langkat, Deli Serdang. Penutur bahasa Karo dapat dikatakan cukup setia menggunakan bahasa Karo sebagai alat komunikasi dilihat dari penggunaan bahasa
karo. Bahasa Karo sebagai bahasa pengantar dalam upacara adat, peresmian rumah baru, khotbah dalam beberapa gereja, dalam perdagangan. Pelajaran bahasa Karo juga diwajibkan bagi siswa SD di Karo, siswa diajarkan bagaimana kaidah penggunaan bahasa Karo serta mempelajari aksara Karo.
2.2.1 Perbendaharaan Bunyi-bunyi Bahasa Karo
Sistem bunyi bahasa Karo juga bisa diklasifikasikan menjadi sistem bunyi vokal serta sistem bunyi konsonan. Bahasa Karo memiliki enam buah bunyi vokal untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti tabel di bawah ini
Tabel 5 Bunyi-Bunyi Vokal Bahasa Karo,
Posisi Lidah Depan Tengah Belakang TB TB B Tinggi i u Sedang e ə o Rendah a Sumber (Surbakti dkk, 1987;20) Keterangan: TB : Tak Bundar B : Bundar
Penjelasan tabel distribusi vokal Bahasa Karo dapat diamati dalam contoh berikut: /i-/ ikur ‘ekor’, /-i-/ nipe ‘ular’, /-i/ ridi ‘mandi’, /u-/ urat ‘akar’, /-u-/ waluh ‘delapan’, /-u/ abu ‘abu’, /e-/ enda ‘ini’, /-e-/ perik ‘burung’, /-e/ mate ‘mati’, /ə-/ əmpat ‘empat’,
/-ə-/ kabəŋ ‘sayap’, /-ə/, /o-/ ota ‘ayo’, /-o-/ sora ‘suara’, /-o/ rimo ‘jeruk’, /a-/ amak ‘tikar’, /-a-/ asar ‘sarang’, /-a/ naka ‘belah’.
Dari penjelasan di atas terlihat tidak semua vokal berdistribusi lengkap karena bunyi vokal /ə/ tidak dapat menduduki posisi akhir. Bunyi /i/ diartikulasi sebagai bunyi yang berciri vokal Depan serta berciri tinggi. Bunyi /u/ diartikulasikan sebagai bunyi bunyi yang berciri vokal belakang dan tinggi. Bunyi /e/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri vokal sedang dan Depan. Bunyi /ə/ diartukulasikan sebagai bunyi yang berciri sedang dan tengah. Bunyi /o/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri vokal sedang dan belakang. Bunyi /a/ diartikulasikan sebagai bunyi voakal yang berciri vokal rendah dan tengah.
Selanjutnya segmen konsonan bahasa Karo dapat diamati seperti tabel berikut Tabel 6 Bunyi-Bunyi Konsonan
Cara Artikulasi Tempat Artikulasi Bilabial Alveolar
Palato-Alveolar
Palatal Volar Glotal
Hambat TB p t e k B b d j g Frikatif TB s h Nasal m n ŋ Lateral i Getar r Semivokal y w
(Surbakti dkk, 1987; 22) Keterangan:
TB = Tak Bersuara B = Bersuara
Penjelasan tabel, Bahasa Karo memiliki 17 segmen konsonan seperti dalam contoh di bawah ini:
/p-/ piher ‘keras’, /-p-/ pəkpək ‘pukul’. /-p/ cikəp ‘pegang’, /b-/ bəltek ‘perut’, /-b-/ rubat ‘bertengkar’, /-b/ lembab ‘lembab’, /m-/ man ‘makan’, /-m-/ amak ‘tikar’, /-m/ maləm ‘sembuh’, /t-/ tədəh ‘rindu’, /-t-/ gutul ‘nakal’, /-t/ ukat ‘sendok’, /d-/ dum ‘penuh’, /-d-/ dədəh ‘injak’, /s-/ sirang ‘pisah’, /-s-/ masin ‘asin’, /-s/ mənipəs ‘tipis’, /n-/ nakan ‘nasi’, /-n-/ bəncah ‘basah’, /-n/ suan ‘tanam’, /l-/ lipo ‘kandang ayam’, /-l/ dilat ‘jilat’, /-l/ kundul ‘duduk’, /r-/ ridi ‘mandi’, /-r-/ tarum ‘atap’, /-r/ bənter ‘lempar’, /c-/ cirəm ‘senyum’, /-c-/ banci ‘bisa’, /j-/ jemak ‘pegang’, /-j-/ mejin ‘jelek’, /-y-/ ayo ‘muka’, /k-/ kari ‘nanti’, /-k-/ dakep ‘peluk’, /-k/ sinik ‘diam’, /g-/ gədaŋ ‘Panjang’, /-g-/ pagit ‘pahit’, /ŋ-/ ŋgerana, /-ŋ-/ taŋko ‘curi’, /-ŋ/ isaŋ ‘dagu’, /w-/ wari ‘hari’, /-w-/ gawer ‘aduk’, /h-/ halus ‘halus’, /-h-/ merhat ‘keingginan’, /-h/ turah ‘tumbuh’.
Dari inventarisasi bunyi-bunyi konsonan di atas tampak tidak semua konsonan berdistribusi lengkap karena tidak dapat menempati posisi akhir seperti bunyi /d/, /c/, /j/, /w/, /g/, dan /y/ tidak bisa menempati posisi awal dan akhir. Bunyi /p/ diartikulasi sebagai bunyi yang berciri konsonan bialabial, hambat tidak bersuara, bunyi /b/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri konsonan bilabial, hambat bersuara. Bunyi /m/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri konsonan bilabial, nasal. Bunyi /t/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri konsonan alveolar lambat
tak bersuara. Bunyi /d/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri konsonan alveolar hambat bersuara. Bunyi /s/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri konsonan alveolar frikatif. Bunyi /n/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri konsonan alveolar nasal. Bunyi /I/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri konsonan alveolar lateral. Bunyi /r/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri konsonan alveolar getar. Bunyi /c/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri konsonan palato alveolar hambat tak bersuara. Bunyi /j/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri konsonan palato alveolar hambat bersuara. Bunyi /y/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri konsonan palatal semivokal. Bunyi /k/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri konsonan velar hambat tak bersuara. Bunyi /g/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri konsonan velar hambat bersuara. Bunyi /ŋ/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri konsonan velar nasal. Bunyi /w/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri konsonan velar semivokal. Bunyi /h/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri konsonan glotal frikatif tidak bersuara. Bunyi /t/ diartikulasikan sebagai bunyi yang berciri konsonan alveolar