• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

13

BAB II

LANDASAN TEORI

1.1 Kajian Teori

1.1.1 Strategi Bersaing

Perubahan globalisasi menuntut semua perusahaan, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan untuk mampu bersaing agar dapat bertahan dan berkembang lebih maju. Di dalam dunia pendidikan, lembaga pendidikan yang tidak memiliki strategi yang tepat mengikuti persaingan akan tergilas oleh zaman, sedikit demi sedikit lembaga tersebut mengalami penurunan jumlah pelanggan (peserta didik). Dengan demikian, lembaga pendidikan perlu menerapkan strategi bersaing dalam proses penerimaan peserta didik baru.

Strategi bersaing merupakan upaya untuk memperoleh posisi dengan menggunakan taktik-taktik seperti persaingan harga, perang iklan, perkenalan produk, dan meningkatkan pelayanan atau jaminan (garansi) kepada pelanggan (Porter 2007: 50). Strategi bersaing yang efektif mencakup tindakan-tindakan menyerang (ofensif) ataupun bertahan (defensive) guna menciptakan posisi bertahan yang aman (defendable position). Tujuan strategi bersaing adalah menemukan posisi dalam industri tersebut dimana perusahaan dapat melindungi diri sendiri dengan sebaik-baiknya terhadap kekuatan tekanan persaingan atau dapat mempengaruhi tekanan tersebut secara positif (Porter, 2007: 34). Tujuan dari strategi bersaing adalah untuk

(2)

memaksimalkan keunggulan kompetitif dan meminimalkan keterbatasan bersaing (Hunger, 2003: 16).

Pemikiran yang melandasi konsep strategi generic adalah bahwa keunggulan bersaing adalah inti dari strategi apapun, dan mencapai keunggulan bersaing mengharuskan suatu lembaga untuk menentukan pilihan (Porter, 2007: 70). Suatu lembaga harus memilih jenis keunggulan bersaing yang akan dicapainya serta cakupan pasar tempat lembaga akan mencapainya. Lembaga tersebut juga perlu melakukan sesuatu hal lebih baik daripada pesaingnya, misalnya menemukan produk baru; memberikan kualitas yang terbaik, harga yang paling rendah, layanan pelanggan yang terbaik; atau mempunyai teknologi pintas yang terbaik. Dalam dunia pendidikan, perlu melakukan inovasi baru, menunjukkan kualitas hasil pendidikan, meningkatkan kualitas pelayanan terhadap peserta didik sehingga akan berdampak pada hasil output dan outcome yang optimal yang dapat dijadikan sebagai nilai jual sebagai strategi bersaing.

1.1.2 Keunggulan Strategis 1. Keunggulan Biaya

Dalam srategi keunggulan biaya, suatu lembaga berusaha menjadi produsen berbiaya rendah dalam bidangnya. Biaya rendah adalah kemampuan sebuah unit bisnis atau suatu lembaga untuk merancang, membuat, dan memasarkan sebuah produk sebanding dengan cara yang lebih efisien dari pada pesaingnya (Hunger & Wheelen, 2003: 245).

(3)

Dalam konteks lembaga pendidikan keunggulan biaya merupakan strategi sekolah untuk mengefisienkan seluruh biaya operasionalnya, biaya yang dibebankan pada peserta didik lebih murah sehingga memiliki daya saing dengan sekolah lain. Dalam menjalankan strategi ini setiap sekolah perlu menetapkan harga yang paling tepat sehingga dapat memberikan keuntungan, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang. Keunggulan sekolah juga tidak harus memberikan biaya yang selalu murah, sekolah dapat menetapkan harga yang lebih tinggi namun peserta didik dapat merasakan nilai tambah atau nilai pelayanan pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

Posisi biaya rendah membuat perusahaan dalam hal ini sekolah mampu bertahan terhadap persaingan harga yang terjadi. Karena pembeli hanya dapat menggunakan kekuatannya untuk menekan harga sampai tingkat harga yang paling efisien. Jika sekolah dapat mencapai dan mempertahankan keunggulan biaya menyeluruh, sekolah ini akan menjadi sekolah yang prestasinya di atas rata-rata dalam bidang pendidikan jika ia dapat mengatur agar harganya setingkat atau mendekati harga rata-rata dalam bidangnya. Dengan harga setara atau sedikit lebih rendah dari pada harga pesaingnya, posisi biaya rendah dari sekolah yang unggul biaya ini akan terwujud dalam bentuk keuntungan yang lebih tinggi. Posisi biaya rendah akan membuat perusahaan memperoleh hasil laba diatas rata-rata dalam industrinya meskipun ada kekuatan persaingan yang besar (Porter, 2007: 71).

(4)

2. Diferensiasi

Strategi generik yang kedua adalah diferensiasi. Diferensiasi adalah salah satu strategi organisasi yang memberikan perbedaan yang lebih unik dari pada pesaing, sehingga dengan perbedaan itu konsumen memiliki nilai yang lebih tinggi. Diferensiasi yaitu menciptakan sesuatu yang baru yang dirasakan oleh industri secara menyeluruh sebagai hal yang unik (Porter, 2007: 73). Strategi diferensiasi menurut Kodrat (2009: 9) “lebih memfokuskan pada pelanggan ketimbang biaya”. Strategi ini berusaha membangun persepsi pelanggan akan keunggulan kualitas, disain produk, teknologi, jaringan distribusi, bahan dan pelayanan. Atas dasar strategi diferensiasi tersebut membawa konsekuensi bagi sekolah untuk memiliki keistimewaan yang bisa membedakan dirinya dari para pesaing apabila akan menerapkan strategi diferensiasi, misalnya meningkatkan kualitas kinerja guru dan karyawan, layanan pendidikan yang lebih baik, menciptakan program sekolah yang unggul.

Keberhasilan sekolah yang dilihat dari strategi diferensiasi yaitu pada kurikulum, program pendidikan, fasilitas, kemudahan akses, proses pendidikan dan layanan pendidikan. Semakin banyak aspek yang dimiliki tentu memperkuat struktur lembaga pendidikan secara maksimal. Untuk menerapkan strategi diferensiasi, korporasi perlu memperhatikan keterampilan dan sumber daya. Keterampilan dan sumber daya yang diperlukan adalah kemampuan pemasaran yang kuat, bakat yang kreatif, perekayasaan produk, kemampuan yang kuat dalam riset dasar,

(5)

reputasi korporat untuk kepemimpinan mutu dan teknologi dan kerjasama yang kuat dari saluran-saluran (Kodrat, 2009: 10). Implikasi dari pendapat tersebut di sekolah yang akan menggunakan strategi diferensiasi, maka sekolah harus memiliki sumber daya yaitu guru dengan tingkat kreatifitas yang tinggi, kerjasama yang tinggi antara guru yang saling melengkapi, perhatian guru yang cukup terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan.

3. Fokus

Strategi generik yang ketiga adalah fokus. Strategi fokus ini memusatkan pada kelompok pembeli, segmen lini produk atau pasar wilayah geografis tertentu (Porter, 2007: 75). Strategi fokus menurut Kodrat (2009: 10) dipakai korporasi untuk menghindari diri dari konfrontasi langsung dengan para pesaing. Caranya dengan mengkonsentrasikan diri pada pangsa pasar yang lebih kecil. Untuk menerapkannya perlu memperhatikan keterampilan dan sumber daya korporasi dan organisasi korporasi. Implikasi dari pendapat tersebut, maka sekolah yang menerapkan strategi fokus untuk memperoleh peserta didik (pelanggan) adalah memusatkan pada calon peserta didik yang lebih khusus pada wilayah tertentu, sehingga diperlukan sumber daya promosi yang kompeten.

1.1.3 Promosi sebagai Strategi Bersaing 1. Pengertian Promosi

Promosi menurut Kotler dalam Rangkuti (2009: 177) “merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan

(6)

untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya dan untuk meyakinkan konsumen agar membeli”. Menurut Lupiyadi dalam Rangkuti (2009: 177) “promosi merupakan salah satu variabel dalam bauran pemasaran yang sangat penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk jasa”. Cummins dalam Rangkuti (2009: 177) menyatakan bahwa “promosi sebagai rangkaian teknik yang digunakan untuk mencapai sasaran penjualan atau pemasaran dengan penggunaan biaya yang efektif, dengan memberikan nilai tambah produk atau jasa baik kepada perantara maupun pemakai langsung dan biasanya dibatasi dalam jangka waktu tertentu”. Menurut Nickels dalam Halim (2005: 23) “promosi merupakan arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi pada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran”.

Pengertian-pengertian tersebut memberikan gambaran bahwa promosi merupakan kegiatan yang berkesinambungan dalam rangka mengkomunikasi-kan manfaat produk jasa atau barang agar pengguna merasa yakin dengan apa yang ditawarkan. Promosi dalam lembaga pendidikan termasuk SMA merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengenalkan apa yang dimiliki, keunggulan-keunggulan yang ada termasuk di dalamnya adalah fasilitas yang tersedia, output yang dihasilkan, bentuk pelayanan yang diberikan agar calon peserta didik maupun orang tua calon peserta didik merasa yakin dan selanjutnya dapat

(7)

memanfaatkan jasa layanan pendidikan yang ditawarkan.

2. Perlunya Promosi

Tujuan promosi hendaknya disesuaikan dengan tingkat pengetahuan pelanggan. Ada tiga tujuan promosi menurut Rangkuti (2009: 28) adalah memberikan informasi, mengubah sikap dan keyakinan atau perasaan serta menstimulasi agar pelanggan melakukan pembelian. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1

Diagram Strategi Promosi Menurut Tujuannya (Rangkuti, 2009: 27)

Tujuan memberikan informasi digunakan apabila ingin mendidik pelanggan menggunakan konsep baru. Dampak yang ditimbulkan dari jenis

(8)

promosi ini adalah peningkatan kesadaran dan pengetahuan pelanggan. Bauran promosi seperti ini antara lain iklan, public relatio, point-of-purchase (POP) serta displai untuk menarik perhatian pelanggan (Rangkuti: 2009: 28).

Tujuan promosi untuk mengubah sikap dan keyakinan atau perasaan adalah dengan melakukan kegiatan komunikasi yang didasarkan dari hasil pengujian serta berbagai survei yang dilakukan terhadap sejumlah responden. Kegiatan promosi yang dilakukan antara lain competitive, advertising, personal selling, promosi penjualan serta berbagai kegiatan point-of-sales. Pengaruh positif promosi ini adalah pelanggan berpikir untuk mengubah pikirannya (Rangkuti: 2009: 29). Dampak promosi yang bertujuan untuk membangkitkan keinginan atau merangsang pembelian adalah pelanggan merasa yakin sehingga mau melakukan pembelian. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain memberikan hadian sampai batas tertentu, memberikan contoh produk, kupon, door prize, program trade-in dan sebagainya (Rangkuti: 2009: 29).

Menurut Rossiter dalam Rangkuti (2009: 151), program promosi yang efektif adalah “promosi yang dikaitkan dengan tujuan promosi yang ingin dicapai”. Adapun tujuan promosi dapat berupa: 1) brand awarness yaitu memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang suatu produk kepada target market; 2) category need yaitu menimbulkan persepsi pembeli terhadap suatu kebutuhan; 3) brand purebase intention, yaitu mendorong konsumen dalam

(9)

melakukan pemilihan terhadap suatu produk; dan 4) purbase facilitation yaitu upaya memberi dukungan atau memfasilitasi konsumen dalam proses melakukan pembelian. Puspito (2014) memberikan alasan pentingnya perlunya promosi antara lain untuk menciptakan brand awareness, membangun merek, menciptakan loyalitas konsumen dan sarana edukasi untuk konsumen.

Berkaitan dengan promosi sekolah (SMA) kepada masyarakat bertujuan untuk: 1) mem-perkenalkan dan memberikan pemahaman tentang SMA; 2) menimbulkan persepsi positif kepada masyarakat tentang SMA dan bentuk-bentuk layanan pendidikan yang diberikan; 3) mendorong masyarakat untuk memilih SMA sebagai tempat menyekolahkan anaknya dan 4) memberi dukungan atau fasilitasi kepada masyarakat dalam proses melakukan pemilihan terhadap SMA.

3. Prosedur Promosi

Promosi yang dilakukan perusahaan agar mencapai hasil yang diinginkan tentu diperlukan prosedur dan langkah-langkah yang tepat dalam melakukan promosi. Menurut Haryadi (2007: ix), “prosedur yang dilakukan dalam melakukan promosi antara lain: mengumpulkan informasi, memahami jasa yang akan dijual, menentukan, melakukan semua tindakan penting dan mengawasi serta mengevaluasi kegiatan”. Berkaitan dengan kegiatan promosi SMA berdasarkan Haryadi (2007: xiii) dapat digambarkan dalam skema pada gambar 2.2.

(10)

Gambar 2.2.

Modifikasi Prosedur Promosi (Haryadi, 2007: xiii) Gambar 2.2 menunjukkan bahwa pembuatan program promosi diawali dengan pengumpulan informasi yaitu mengetahui lebih dahulu marketing Menentukan 1. Menentukan anggaran pembiayaan promosi

2. Menentukan prosedur promosi yang akan dilakukan

3. Menentukan bentuk promosi

Mengumpul-kan

Informasi

1. Merencanakan promosi 2. Menentukan target promosi 3. Produktivitas tenaga promosi 4. Sistem distribusi Memahami bahan/isi materi yang akan dipromosi-kan

1. Memahami jenis-jenis layanan

pendidikan dan informasi yang akan dipromosikan

2. Memahami proses, pendistribusian 3. Memahami materi yang cocok dengan

target pasar

4. Mamahami target pasar 5. Memahami kompetitor

6. Memahami hasil kajian penelitian

Melakukan tindakan penting

1. Penyebaran informasi ke internal dan eksternal sekolah

2. Memprediksi pencapaian target

Mengawasi dan evaluasi kegiatan

1. Melakukan komunikasi dua arah 2. Melakukan dialog dengan semua pihak

yang terkait

3. Melakukan kunjungan langsung ke lokasi promosi atau even promosi dan membuat laporan

(11)

plan, mengetahui rencana dan realisasi pencapaian target dan memahami jenis-jenis layanan jasa yang akan dibuat program promosi.

Berkaitan dengan perencanaan promosi tersebut, maka perlu diperhatikan alat-alat promosi baik perangkat lunak (sistem aplikasi, prosedur yang diperlukan, rancangan konsep promosi), sumber daya manusia yang menangani pendistribusi serta sarana dan prasarana pendukungnya. Dalam perencanaan ini perlu dipertimbangkan pula tentang insentif untuk tenaga promosi maupun perantara dan menentukan lama waktu promosi serta jadwal untuk kegiatan promosi.

4. Pengukuran Efektivitas Promosi

Keberhasilan program promosi dapat diukur menggunakan beberapa cara yaitu: 1) efisiensi (menghitung biaya promosi), 2) waktu eksekusi (menghitung total waktu yang dipakai mulai dari membuat perencanaan program promosi sampai pada saat eksekusi program promosi tersebut, 3) Expener (dengan cara menghitung semua biaya yang dikeluarkan untuk program promosi (Rangkuti, 2009: 25).

1.1.4 Peningkatan Jumlah Peserta Didik

Peserta didik merupakan komponen penting dalam pendidikan, sebagai variabel input. Berdasarkan input tersebut dilakukan proses pendidikan dengan daya dukung sumber daya manusia (pendidik), material (sarana prasarana), metode dan menghasilkan output berupa hasil pendidikan. Hal ini sesuai pendapat

(12)

Hamalik dalam Badrudin (2014: 22) “peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional”.

Peserta didik menurut Arikunto dalam Badrudin (2014: 20) “merupakan siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan”. Dijelaskan lebih lanjut dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003, “peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.

Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa setiap peserta didik pada suatu satuan pendidikan mempunyai hak: 1) mendapatkan perlakuan sesuai bakat, minat dan kemampuannya; 2) mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan; 3) mendapatkan bantuan fasilitas belajar, beasiswa atau bantuan lain sesuai persyaratan yang berlaku; dan 4) pindah ke satuan pendidikan sejajar atau yang tingkat lebih tinggi sesuai dengan persyaratan penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan yang hendak dimasuki.

Untuk memperoleh peserta didik, pada umumnya melakukan rekruitment atau seleksi peserta didik baru. Meskipun setiap peserta didik mempunyai hak yang

(13)

sama untuk mendapatkan layanan pendidikan, tetapi tidak secara otomatis dapat diterima di suatu lembaga pendidikan karena ada kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh peserta didik. Cara melakukan seleksi peserta didik juga menggambarkan kualitas sekolah yang bersangkutan, semakin ketat cara menyeleksinya karena jumlah pendaftar yang jauh melebihi daya tampung akan mempengaruhi kualitas inputnya.

Permasalahan pertama yang dialami oleh sekolah berkaitan dengan penerimaan peserta didik adalah jumlah pendaftar yang mengalami penurunan. Persaingan antar sekolah tidak dapat dielakkan dalam perkembangan saat ini. Sekolah yang memiliki kualitas tinggi akan diminati oleh calon-calon peserta didik yang berkualitas dalam kemampuannya, sebaliknya sekolah yang kualitasnya rendah menjadi kurang di-perhitungkan oleh calon peserta didik.

Uraian tersebut menunjukkan bahwa jumlah calon peserta didik baru menjadi faktor yang penting untuk diperhitungkan sekolah. Sekolah perlu melakukan introspeksi manakala terjadi penurunan jumlah calon peserta didik baru pada saat seleksi peserta didik baru.

1.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang strategi bersaing antara lain oleh Herlina (2006) yang meneliti tentang hubungan tipe strategi bisnis dan strategi pemasaran dalam menciptakan keunggulan bersaing perusahaan dengan menggunakan manajemen tenaga penjual.

(14)

Hasilnya memberikan kesimpulan bahwa keunggulan kompetitif dapat dicapai melalui keunikan aktivitas rantai nilai yang dimiliki oleh perusahaan dimana aktivitas ini perlu dikelola secara efektif dan efisien. Dalam menciptakan keunggulan kompetitif pada aktivitas rantai nilai, perusahaan perlu melakukan pembedaan dalam rantai nilai yang dimikiki yaitu menciptakan keunikan yang tidak dimiliki oleh pesaing. Penelitian serupa oleh Supranoto (2009), yang meneliti tentang strategi menciptakan keunggulan bersaing produk menunjukkan bahwa keunggulan bersaing dapat dicapai melalui orientasi pasar, inovasi, dan orientasi kewirausahaan, dimana keunggulan bersaing yang dihasilkan perusahaan dapat meningkatkan kinerja pemasaran. Penelitian yang dilakukan Sari (2003) yang mengkaji tentang analisa strategi keunggulan bersaing yang dilakukan di PT. ILUFA (Inti Luhur Fuja Abadi) menunjukkan bahwa penerapan strategi dapat dilakukan dengan kegiatan promosi yang efektif.

Papulova (2006) dalam penelitiannya memberikan penjelasan sebagai berikut.

In order to be successful, organizations must be strategically aware. Strategic management is a highly important element of organizational success. Strategic success requires a clear understanding of the needs of the market, and the satisfaction of targeted customers more effectively and more profitably than by competitors.

Penelitian tersebut memberikan gambaran bahwa untuk mencapai kesuksesan, organisasi harus

(15)

menyadari suatu strategi. Strategi manajemen merupakan elemen yang penting untuk kesuksesan. Keberhasilan strategis memerlukan pemahaman yang jelas tentang kebutuhan pasar, dan kepuasan pelanggan yang menjadi sasaran efektif dan menguntungkan dibandingkan dengan pesaing.

Meredith (2000) dalam penelitiannya memberikan penjelasan sebagai berikut.

Competitive advantage increasingly rests upon a dynamic capability to compete successfully in an environment of frequent, challenging and, often, unpredictable change. Sustaining competitive advantage through price alone is no longer a viable strategy for most firms. Firms need to succeed in markets where a range of non price advantages are expected by customers. Order winning criteria include rate of innovation, fitness for purpose, volume flexibility, variety, extreme customisation and, above all, rapid responsiveness.

Keuntungan kompetitif yang semakin dinamis terletak pada kemampuan perusahaan dalam bersaing dalam lingkungan yang berhasil dan menantang dan sering mengalami perubahan tak terduga. Mempertahankan keunggulan kompetitif melalui harga saja bukanlah strategi yang layak bagi sebagian besar perusahaan. Keberhasilan perusahaan dalam pasar di samping harga, perlu inovasi, tujuan yang sehat, fleksibel, perhatian terhadap pelanggan dan cepat tanggap.

Penelitian lainnya oleh Kastanja (2013) tentang strategi bersaing Sekolah Kristen Lentera Ambarawa memberikan penjelasan bahwa sekolah tersebut

(16)

menerapkan strategi diferensiasi untuk dapat bersaing dengan sekolah-sekolah lainnya yang berada di Ambarawa. Strategi diferensiasi tersebut dengan menjalankan program Multiple Intelligences, Moving Class, Sekolah Lima Hari, Wasana Warsa Sekolah Kristen Lentera, Hari Budaya, Field Trip dan Parent Seminar.

Strategi bersaing merupakan komponen penting untuk memenangkan pasar. Hasil penelitian Herlina (2006), memandang perlunya strategi yang unik yang mampu membedakan dengan pesaing, sedangkan Supranoto (2009), memandang perlunya memahami karakteristik pasar. Sari (2003) dan Papulova (2006) memandang bahwa promosi yang efektif merupakan salah satu solusi untuk melakukan orientasi pasar dengan memahami kebutuhan pasar. Meredith (2000) juga menekankan tentang orientasi pelanggan untuk memenangkan persaingan, yaitu memperhatikan harga, inovasi, tujuan yang sehat, fleksibel, perhatian terhadap pelanggan dan cepat tanggap. Berbeda dengan Kastanja (2013) yang menyatakan bahwa untuk memenangkan persaingan diperlukan strategi diferensiasi.

Terkait dengan dunia pendidikan, jumlah calon peserta didik merupakan pangsa pasar bagi lembaga pendidikan. Jumlah pendaftar yang melampaui batas kuota akan menentukan kualitas inputnya. Perlu strategi untuk tetap mempertahankan maupun meningkatkan jumlah calon pendaftar. Strategi yang unik perlu dilakukan pihak sekolah yang membedakan dengan pesaing sebagai bentuk inovasi. Untuk itu perlu

(17)

dilakukan orientasi pasar dan melaksanakan promosi yang efektif. Untuk mencapai keberhasilan strategi yang digunakan perlu pemahaman yang jelas tentang pasar dan kepuasan pelanggan. Orientasi pasar terhadap calon peserta didik, sehingga pihak sekolah mengetahui bagaimana tingkat minat terhadap sekolah, bagaimana pandangannya terhadap kualitas sekolah, pembiayaan dan sebagainya sebagai masukan untuk melakukan perbaikan terhadap manajemen sekolah. Orientasi pasar tersebut dapat dilaksanakan oleh pihak sekolah apabila melakukan hubungan langsung dengan calon peserta didik melalui sebuah promosi. 1.3 Kerangka Pikir

Hasil analisis trend jumlah pendaftar di SMA Negeri 1 Boja dari tahun 2005 terus mengalami penurunan yang berbanding terbalik dengan jumlah pendaftar di SMK Negeri 3 Kendal yang letaknya masih satu Kecamatan disinyalir bahwa adanya perubahan minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke SMK. Dari 9 Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Boja, yang terdiri dari 6 Sekolah Kejuruan, 2 Sekolah Menengah Atas dan 1 Madrasah Aliyah, SMA Negeri 1 Boja merupakan satu-satunya SMA Negeri di Kecamatan Boja, namun jumlah pendaftarnya terus mengalami penurunan. Hal tersebut mendukung dugaan bahwa masyarakat sudah beralih ke SMK sebagai pilihan untuk menyekolahkan anaknya. Struktur masyarakatnya yang sebagian besar sebagai petani (43,4%) dengan tingkat pendidikan masyarakat yang masih tergolong rendah yaitu pada tingkat

(18)

pendidikan dasar juga melatarbelakangi mengapa calon peserta didik lebih banyak ke SMK.

Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu strategi bersaing untuk memperoleh calon peserta didik sehingga memenuhi kuota dan memperoleh calon peserta didik yang berkualitas. Banyak strategi yang dapat dilakukan antara lain strategi keunggulan biaya, strategi diferensiasi dan strategi fokus. Dalam situasi saat ini, keunggulan biaya yang seminimal mungkin tidak dapat dijadikan sebagai acuan karena sekolah-sekolah terutama yang sekolah-sekolah negeri diterapkan sistem Bantuan Operasional Sekolah dari Pemerintah. Dengan demikian, biaya murah bukan lagi menjadi strategi yang dapat diunggulkan, karena SMK Negeri 3 Kendal, SMA Negeri 1 Singorojo, maupun SMA Negeri 1 Limbangan yang masih di sekitar Kecamatan Boja juga menerapkan hal serupa.

Strategi diferensiasi juga tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan, karena melihat minat masyarakat di sekitar Kecamatan Boja yang cenderung menyekolahkan anaknya ke SMK. Meskipun SMA Negeri 1 Boja adalah satu-satunya SMA Negeri di Kecamatan Boja, selama ini juga masih mengalami kekurangan calon peserta didik. Meskipun pada akhirnya terpenuhi kuotanya, namun jumlah pendaftarnya hampir sama dengan kuotanya, menyebabkan input peserta didik kurang dapat diseleksi.

Strategi yang ketiga yaitu strategi fokus. Strategi ini dapat dijadikan sebagai alternatif strategi bersaing yang dapat diterapkan oleh SMA Negeri 1 Boja. SMA

(19)

Negeri 1 Boja dapat melakukan proses pendekatan lebih fokus terhadap SMP/MTs yang selama ini alumninya dapat masuk di SMA Negeri 1 Boja. Strategi yang dapat dilakukan adalah melakukan analisis terhadap data-data penerimaan peserta didik baru beberapa tahun sebelumnya sehingga akan diperoleh data persentase jumlah alumni SMP/MTs sekitar yang dapat masuk di SMA Negeri 1 Boja. Dengan memfokuskan dan menjalin kerjasama dengan SMP/MTs yang menjadi sasaran utama, diharapkan dapat meningkatkan jumlah calon peserta didik baru.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan simpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan yaitu, penelitian ini menemukan bahwa indeks ASX200 dan SSE berpengaruh tidak

Gaya kepemimpinan disini merupakan suatu kegiatan dimana seorang pemimpin memberikan pengaruh kepada orang lain untuk bekerja sama secara sukarela tentang tugas-tugas

Alternatif teknologi pengelolaan limbah padat B3 yang dapat direkomendasikan anatara lain dengan pengadaaan bahan yang sesuai kebutuhan; melaksanakan house keeping yang lebih

Jawaban atas pertanyaan berikut ini dapat digunakan untuk menjelaskan tingkat komitmen diperusahaan Anda.mohon Bapak/Ibu menjawab 9 pertanyaan ini dengan membertilan tanda silang

Dalam hal ini penulis mengemukakan hipotesis sementara sebagai berikut yaitu: adanya pengaruh dari pengetahuan tentang perbankan syariah dan riba terhadap minat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa pendidikan dokter UMY yang menjadi responden mempunyai kategori prestasi akademik kurang.. Dari hasil

 Adaptive Link Sorting, penyortiran node secara adaptif dari suatu sistem, agar semua node pada halaman web tertentu dapat dipilih sesuai dengan keinginan mahasiswa. 

Menurut Heath (2003), embedded system atau sistem tertanam adalah suatu sistem berbasis mikroprosesor yang dibuat untuk mengontrol fungsi-fungsi dan tidak dapat diprogram