• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Subjek dan Objek Penelitian

3.1.1 Subjek Penelitian

Suharsimi Arikunto (1993) menyebutkan bahwa yang dimaksud subyek penelitian adalah suatu benda, hal atau orang tempat data variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan. Jadi subyek merupakan sesuatu yang posisinya sangat penting, karena pada subyek itulah terdapat data tentang variabel yang diteliti dan diamati oleh peneliti. Subjek penelitian ini adalah komite sekolah SD Negeri 1 Wonokerso Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung yang berjumlah 11 orang. Adapun nama-nama subjek penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Subjek Penelitian No Nama Jabatan 1 Wi Ketua Komite 2 An Sekretaris 1 3 Bu Sekretaris 2 4 Fat Bendahara 1 5 Wa Bendahara 2 6 Mu Penggalian SDM 7 Kis Pengelola SDM 8 Ju Pengendalian kualitas SDM 9 Ta Jaringan kerjasama 10 Tas Sarpras 11 Ru Bidang Usaha 3.1.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengetahuan dan kemampuan komite sekolah terkait tugas dan fungsinya.

3.2 Jenis dan Lokasi Penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan atau penelitian tindakan sekolah. Mulyasa (2009: 9) mengemukakan bahwa penelitian

(2)

tindakan sekolah (PTS) merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan dan mengembangkan manajemen sekolah agar menjadi lebih produktif, efektif dan efisien. Penelitian tindakan ini direncanakan dalam siklus-siklus yang terdiri dari 3 langkah yaitu:

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan. Keterangan: 1: Perencanaan 2: Tindakan 3: Observasi 4: Refleksi 3.2.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SD Negeri 1 Wonokerso Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung.

3.3

Tahapan Penelitian

3.3.1 Identifikasi Kebutuhan

Identifikasi kebutuhan ini dimaksudkan untuk menggali kebutuhan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan peran komite. Pada tahap ini dilakukan penelitian pendahuluan melalui teknik angket dan wawancara untuk menggali bagaimana peran komite

(3)

dan kendala apa saja yang dihadapi komite dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

3.3.2 Perencanaan Tindakan

Langkah berikutnya adalah peneliti melakukan perencanaan pelatihan partisipatif. Setelah diketahui permasalahan dan kendala yang dihadapi komite sekolah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, maka peneliti menyusun sebuah desain pelatihan partisipatif untuk meningkatkan pengetahuan anggota komite sekolah terhadap tugas dan fungsinya. Menyunsun instrumen pre-test dan post test untuk mengukur pengetahuan komite sekolah terhadap peran dan fungsinya.

Desain Pelatihan partisipatif yang penulis susun menganut prinsip pembelajaran partisipatif yaitu:

1. Didasarkan pada kebutuhan belajar (learning needs based).

2. Berorientasi pada tujuan kegiatan pembelajaran (learning goals and objective oriented).

3. Berpusat pada warga belajar (participant centered). 4. Berangkat dari pengalaman belajar (experiential

learning).

Dalam perencanaan pelatihan peneliti menyusun langkah-langkah pelaksanaan pelatihan digunakan sebagai rambu-rambu dalam penyelenggaraan agar pelaksanaan pelatihan dapat berjalan runtut dan baik sehingga mencapai hasil yang diinginkan. Adapun langkah-langkah pelatihan partisipatif komite sekolah yang disusun oleh peneliti yaitu:

1. Menentukan Kebutuhan Pelatihan. 2. Perumusan Tujuan Pelatihan. 3. Penyusunan Program Pelatihan.

4. Penyusunan Alat Evaluasi Awal dan Evaluasi Akhir Peserta.

5. Melaksanakan Evaluasi Awal Peserta Pelatihan. 6. Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan, Memanfaatkan

Bahan Belajar, dan menerapkan Metode dan Teknik Pelatihan.

(4)

8. Melaksanakan Evaluasi Akhir Peserta Pelatihan. Pelatihan direncanakan selama 3 kali pertemuan dengan tiap kali pertemuan 6 jam pelatihan dimana setiap jam pelatihan terdiri dari 45 menit. Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti dan narasumber mendiskusikan terlebih dahulu tentang materi dan desain pelatihan agar pelatihan dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

Pada akhir pelatihan peneliti melakukan analisis terhadap hasil post test dengan hasil pretest dilanjutkan dengan angket peran komite sekolah. Apabila hasil test memiliki nilai (rata-rata kelompok) sudah mencapai ketuntasan dan kemudian peran komite sekolah meningkat, maka pelatihan partisipatif dinyatakan sudah berhasil. Akan tetapi apabila hasil tes dan masih kurang memuaskan maka peneliti merencanakan diklat untuk siklus yang kedua dan seterusnya.

3.3.3 Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan, meliputi tindakan yang dilakukan pelatih/nara sumber melaksanakan pelatihan partisipatif kepada komite sekolah agar pengetahuan dan kemampuan komite sekolah sebagai badan pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, dan penghubung meningkat sehingga mampu meningkatkan pula peran komite sekolah. Pada tahap ini peneliti melaksanakan proses pelatihan (Implementasi Desain Pelatihan) yang dibantu oleh salah satu anggota Dewan Pendidikan sebagai Narasumber.

3.3.4 Observasi

Kegiatan observasi adalah mengamati pada saat pelaksanaan pelatihan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Peneliti mengamati kegiatan pelatihan dengan mengisi instrumen lembar pengamatan pelatihan dan mengambil dokumen yang berupa gambar.

(5)

Selain observasi dalam rangka mengamati pelaksanaan pelatihan, observasi disini juga merupakan kegiatan pengambilan data untuk mengetahui peningkatan peran komite sekolah setelah dilakukan tindakan pelatihan partisipatif melalui angket dan wawancara.

3.3.5 Refleksi

Peneliti melakukan refleksi mengenai hal-hal yang terjadi sebelum dan sesudah pelatihan pada siklus I. Kemudian diambil kesimpulan untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Jika pada siklus pertama belum mencapai hasil peningkatan perang komite sekolah maka dilakukan tindakan selanjutnya pada siklus II.

Pada Penelitian Tindakan ini apabila dalam satu siklus telah mencapai target kompetensi dan terjadi peningkatkan peran komite sekolah maka maka penelitian tindakan ini telah selesai. Namun jika tidak maka dilakukan siklus berikutnya.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data awal untuk identifikasi kebutuhan dilakukan dengan mengisi kuesioner dan wawancara. Kuisioner diberikan kepada pengurus komite sekolah SD Negeri 1 Wonokerso, butir-butir kuesioner menggunakan indikator peran komite sekolah.

Proses pengumpulan data pada saat pelaksanaan pelatihan partisipatif dengan test dan lembar observasi. Hal ini untuk mengukur daya serap materi pelatihan pada komite sekolah peserta pelatihan partisipatif.

Proses pengumpulan data untuk mengukur peran komite sekolah menggukanan quesioner dan wawancara.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain berupa lembar tes, lembar observasi, angket, dan wawancara. Wawancara

(6)

dilakukan kepada pengurus komite sekolah. Tes dilaksanakan pada awal pelatihan (pre test), pada saat pelatihan (sumatif test) dan di akhir pelatihan (post test). Observasi dilakukan pada proses pelatihan berlangsung. Selama mengikuti pelatihan perilaku peserta pelatihan diamati dan dicatat. Hal yang diamati dan dicatat terdiri dari seperti berikut ini:

1. Aktivitas peserta diklat selama mengikuti proses pelatihan dengan pendekatan partisipatif.

2. Aktivitas narasumber dalam menerapkan pelatihan metode partisipatif dalam proses pembelajaran.

Angket digunakan untuk mengetahui peningkatan peran komite sekolah setelah dilakukan tindakan pelatihan partisipatif.

INSTRUMEN WAWANCARA

No Pertanyaan Ket

1 Bagaimana pendapat bapak tentang keberadaan komite sekolah.

2 Menurut bapak sejauh mana peran komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. 3 Kendala apa yang dihadapi komite sekolah untuk

ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan ? 4 Apa yang diharapkan dari komite sekolah untuk

pengembangan Pendidikan ?

5 Apa saran komite sekolah agar dapat berperan dalampenyelenggaraanpendidikan

3.6 Indikator Peran Komite Sekolah

Dalam penelitian ini yang akan didiskripsikan adalah mengenai peran komite sekolah, konsep ini bersifat abstrak agar menjadi konkrit maka peran dan fungsi komite sekolah dijabarkan secara rinci kedalam kegiatan operasional. Indikator kinerja mengacu pada peran serta komite sekolah sesuai dengan Kepmendiknas RI Nomor 044/U/2002, tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas RI Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Acuan

(7)

Operasional Kegiatan dan Indikator Kinerja Komite Sekolah (Depdiknas, 2013: 19).

Tabel 3.2

Indikator Peran Komite Sekolah No Peran Komite

Sekolah Kegiatan Operasional Komite Sekolah 1 Badan

Pertimbangan (Advisory Agency)

1 Komite sekolah memberikan pertimbangan dan masukan dalam rangka merumuskan dan

menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah

2 Komite sekolah memberikan pertimbangan dan masukan dalam penyusunan kurikulum sekolah (KTSP)

3 Komite sekolah memberikan pertimbangan dalam merumuskan dan menetapkan rencana strategis pengembangan sekolah dan rencana kerja tahunan sekolah

4 Komite sekolah memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi dalam penyusunan pembahasan dan penetapan anggaran sekolah (APBS) 5 Komite sekolah memberikan

masukan dalam merumuskan dan menetapkan pedoman tentang struktur organisasi

6 Komite sekolah memberikan masukan dalam menetapkan tata tertib sekolah yang meliputi tata tertib pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik

7 Komite sekolah memberikan masukan dalam penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana 2 Badan

Pendukung (Suporting Agency)

1 Komite sekolah melakukan penggalangan dana dari

orangtua/wali murid, masyara kat, dunia usaha dan industri untuk pembiayaan penyelengga raan

pendidikan di sekolah dan pemberian bantuan bagi siswa tidak mampu

2 Komite sekolah mengelola kontribusi masyarakat berupa uang, tenaga,

(8)

pikiran, barang dan peluang yang diberikan kepada sekolah

3 Komite sekolah memberikan

persetujuan dalam kegiatan sekolah di bidang non akademik

4 Komite sekolah memberikan persetujuan dalam pelaksanaan pengelolaan sekolah yang tidak sesuai dengan rencana kerja 5 Komite sekolah membuat pedoman

tentang pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah

6 Komite sekolah memberikan motivasi atau penghargaan (baik berupa materi maupun non materi) kepada guru, staf dan siswa

7 Komite sekolah memberikan otonomi profesional kepada guru dalam melaksanakan tugas-tugas

kependidikannya sesuai kaidah dan kompetensi guru

8 Komite sekolah memberikan dukungan kepada sekolah untuk secara preventif dan kuratif dalam penyebarluasan narkoba di sekolah 9 Komite sekolah mengidentifikasi

berbagai permasalahan dan memecahkannya bersama-sama pihak sekolah 3 Badan Pengontrol (Controling Agency)

1 Komite sekolah melakukan

pemantauan terhadap pelaksanaan pengelolaan sekolah untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan

akuntabilitas sekolah, kualitas proses pelayanan dan hasil pendidikan di sekolah 2 Komite sekolah melakukan

pengawasan dan evaluasi terhadap kebijakan, program,

penyelenggaraan, dan keluaran (out put) pendidikan

3 Komite sekolah menerima laporan dari kepala sekolah yang berisi hasil evaluasi pengelolaan sekolah setiap akhir semester

4 Komite sekolah menerima pertanggungjawan pelaksanaan

(9)

pengelolaan pendidikan dari kepala sekolah dalam rapat dengan dewan pendidik

5 Komite sekolah mengevaluasi

program sekolah secara proporsional meliputi: pengawasan keuangan secara berkala dan

berkesinambungan

4 Badan Penghubung (Mediator Agency)

1 Komite sekolah melakukan

kerjasama dengan masyarakat baik perorangan maupun

kelompok/organisasi/dunia usaha dan dunia industri dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan bermutu

2 Komite sekolah membina hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan seluruh stakeholders pendidikan di sekitar sekolah 3 Komite sekolah menampung dan

menganalisis aspirasi, ide. Tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat 4 Komite sekolah menyampaikan usul

atau rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk

meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah.

3.7 Teknik Analisa Data

Pada penelitian pendahuluan, data hasil angket dianalisis dengan menggunakan metode statistik deskriptif. Kategori tinggi rendahnya peran komite sekolah ditentukan berdasarkan jawaban angket yang diperoleh dari responden. Setiap indikator diukur melalui diskriptor dari tiap aspek yang diukur. Data yang diperoleh dikuantitatifkan dengan memberi penilaian (Skor) berdasarkan skala ordinal dari setiap alternatif jawaban. Dari jawaban tersebut diberi nilai sebagai berikut:

• Tidak pernah diberi skor 1 • Kadang-kadang diberi skor 2

(10)

• Sering diberi skor 3

• Sering sekali diberi skor 4

Data yang terkumpul dibagi dalam kategori yaitu rendah sekali, rendah, cukup dan tinggi. Untuk menentukan tinggi atau rendahnya kategori jawaban responden terhadap peran komite sekolah ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

I = skor maks-skor min K

i = interval

Maks =kemungkinan skor jawaban tertinggi

Min = kemungkinan skor jawaban terendah

K = banyaknya alternatif jawaban

Maka berdasarkan rumus diatas, lebar interval dari hasil tiap kategori ditentukan sebagai berikut:

I = 4 - i = 0,75 4

Dengan demikian maka interval untuk tinggi rendahnya peran komite sekolah di sekolah ditentukan seperti tabel berikut !

Tabel 3.3

Interval Kategori Alternatif Jawaban Kategori Range Rendah Sekali 1,00 < x < 1,75 Rendah 1,75 < x < 2,50 Cukup 2,50 < x < 3,25 Tinggi 3,25 < x < 4,00

Pada pelaksanaan pelatihan partisipatif dilaksanakan, teknik analisis yang digunakan adalah analisa data secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif yaitu mendeskripsikan data yang diperoleh melalui instrumen penelitian dan didasarkan pada refleksi tiap

(11)

siklus tindakan. Analisa data secara kuantitatif yaitu mendeskripsikan data yang diperoleh untuk menemukan koreksi antara dua variabel atau lebih.

Data kuantitatif dianalisis dengan mengetahui ada dan tidaknya peningkatan pengetahuan dan keterampilan komite sekolah setelah melaksanakan diklat. Yaitu dengan membandingkan hasil tes sebelum dan sesudah pelatihan menggunakan pelatihan partisipatif. Apabila nilai rata-rata lebih tinggi dari pada sebelum mengikuti pelatihan partisipatif maka penelitian sudah berhasil, tapi sebaliknya apabila hasil tes dibandingkan dengan sebelumnya tidak mengalami peningkatan berarti penelitian belum berhasil dan dilanjutkan dengan siklus selanjutnya.

Data kualitatif dianalisis untuk memperoleh rangkuman perilaku peserta pelatihan selama mengikuti kegiatan pelatihan partisipatif sehingga dapat dijadikan sebagai umpan balik dan perbaikan pada siklus berikutnya. Cara memberi skor hasil pengamatan dengan memberi skor 1 – 4 sesuai dengan gejala keaktifan peserta pelatihan yang diamati. Adapun skornya seperti berikut ini.

1 : kurang 2 : cukup 3 : baik

4 : Baik sekali

Analisa data kuantitatif adalah untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan kemampuan komite sekolah melalui pelatihan partisipatif, maka data hasil pretes dan hasil postes pada akhir siklus dapat dihitung dengan rumus seperti berikut ini.

P = f / N x 100 % Keterangan:

P = Presentase keberhasilan

F = Frekuensi peserta pelatihan yang mendapat nilai ketuntasan minimal kompetensi

N = Jumlah seluruh peserta diklat

Ketuntasan nilai kompetensi yang harus dicapai oleh peserta diklat adalah 70.

(12)

Analisa data pada penelitian ini yang bersifat kualitatif adalah sebagai berikut, data-data yang sudah dianalisa secara kuantitatif dengan statistik, kemudian disusun dengan interpretasi data, yaitu menjelaskan hubunganhubungan data sehingga diperoleh pengertian yang bermakna dan mudah dipahami.

Gambar

Tabel 3.1 Subjek Penelitian
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan.

Referensi

Dokumen terkait

Media Pembelajaran sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, dimana hal ini dapat dilihat dengan adanya kemauan dan keinginan siswa dalam menerima pelajaran yang di

Kerangka Utama (Grand Design) merupakan gambaran umum secara menyeluruh tentang program dan kegiatan yang dilaksanakan Kementerian Negara/Lembaga dan di dalamnya terdapat

Penjelasan mengenai penghasilan Netto untuk WP OP yang memperoleh penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas dan Norma Penghitungan Penghasilan Netto disertai contoh.. NS

Kota bekasi dengan Penduduk kurang lebih 2 juta orang masih memiliki kesempatan besar dalam memanfaatkan lahan pekarangan sebagai solusi alternatif memenuhi kebutuhan

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial yang terdiri dari cara penyediaan (ekstrak etanol daun pegagan, daun segar dan rebusan) serta lama

• Dpt ditemukan pada air dari PAM yang telah diklorinasi, Dpt ditemukan pada air dari PAM yang telah diklorinasi, sementara bakteri hilang virus tdk juga dapat lolos pada.

Adapun metode dalam meningkatkan kecerdasan spiritual anak yaitu Metode tersebut antara lain; menjadi “gembala” spiritual yang baik, bantulah anak untuk merumuskan

Perancangan Sistem Basis Data Terpusat Rawat Inap dan Rawat Jalan pada Rumah Sakit Anak dan Bersalin Widiyanti Palembang ” dengan menggunakan MySQL dengan metode