• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR, ANATOMI DAN IDENTIFIKASI JENIS KAYU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR, ANATOMI DAN IDENTIFIKASI JENIS KAYU"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS

STRUKTUR, ANATOMI

DAN IDENTIFIKASI JENIS KAYU

Disusun Oleh: Tito Sucipto, S.Hut., M.Si. NIP. 19790221 200312 1 001

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan keajaiban-Nya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis mengenai “Struktur, Anatomi dan Identifikasi Jenis Kayu“.

Karya tulis ini berisi tentang gambaran umum mengenai struktur dan anatomi kayu sebagai dasar identifikasi jenis-jenis kayu. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memperkaya khasanah wawasan dan pengetahuan di bidang ilmu dan teknologi kayu.

Tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan saran dan masukan yang konstruktif demi menyempurnakan karya tulis.

Medan, Desember 2009

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

Sifat Umun Kayu ... 1

Sel Penyusun Kayu ... 2

Struktur dan Anatomi kayu untuk Identifikasi Jenis Kayu ... 4

(4)

STRUKTUR, ANATOMI DAN IDENTIFIKASI JENIS KAYU

Sifat Umum Kayu

Kayu dihasilkan oleh tumbuhan yang berupa pohon. Pohon didefinisikan sebagai tanaman berkayu yang mempunyai tinggi 15–20 kaki atau lebih dengan ciri batang pokok yang tunggal dan bukannya batang yang banyak. Ciri-ciri tumbuhan berkayu (pohon) adalah:

1. Vascular (memiliki jaringan pengangkutan berupa xylem dan floem). 2. Perennial (dapat hidup beberapa tahun).

3. Mempunyai batang di atas tanah yang hidup bertahun-tahun. 4. Mengalami pertumbuhan skunder (penambahan diameter batang).

Sifat-sifat umum kayu antara lain: 1. Berasal dari pohon yang senantiasa vertikal.

2. Komposisi kimia kayu terdiri dari tiga komponen penting, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin.

3. Bersifat anisotropis, artinya ada perbedaan sifat-sifat pada ketiga bidang orientasinya.

4. Bersifat higroskopis, artinya mempunyai kecenderungan menghisap atau mengeluarkan air.

Secara umum kayu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu hardwood (kayu lunak, kayu daun jarum) dari ordo coniferales subdivisio gymnospermae dan softwood (kayu keras, kayu daun lebar) dari kelas dicotil subdivisio angiospermamae. Kedua jenis kayu tersebut memiliki perbedaan sel-sel penyusunnya.

Bagian-bagian batang pohon dewasa menurut potongan cross-section dari bagian luar ke bagian dalam terdiri dari kulit luar, floem, kambium, kayu gubal, kayu teras dan empulur yang tersusun atas sel-sel dan mempunyai fungsi masing-masing. Penampang kayu berdasarkan arah orientasi serat terdiri dari bidang lintang/transversal/aksial/cross-section (bidang yang tegak lurus terhadap sumbu batang), bidang radial (bidang yang searah terhadap jari-jari) dan bidang tangensial (bidang yang tegak lurus terhadap jari-jari).

(5)

Sel Penyusun Kayu

Hardwood dan softwood memiliki perbedaan dalam struktur dan anatomi sel-sel penyusun kayu. Dalam kayu terdapat dua jenis sel berdasarkan arahnya, yaitu sel yang menyusun kayu ke arah sumbu batang (longitudinal) dan sel yang menyusun kayu tegak lurus sumbu batang (horizontal). Sel-sel penyusun kayu terdiri dari:

1. Sel-sel penyalur (konduksi), seperti sel pori dan sel trakeid. 2. Sel-sel penguat (mekanik), seperti sel serabut dan sel trakeid. 3. Sel-sel penyimpan, seperti sel parenkim.

Sel-sel penyusun hardword adalah berupa sel pori, sel serabut (trakeid serabut dan serabut libriform), sel trakeid (trakeid pori dan trakeid keliling pori), sel parenkim (parenkim aksial, parenkim fusiform dan sel epithel), sel jari-jari (sel tegak dan sel baring). Sel-sel penyusun softwood adalah berupa sel trakeid (trakeid, trakeid berdamar dan trakeid rantai), sel parenkim (parenkim aksial dan parenkim apitel), sel trakeid jari-jari, sel jari-jari dan sel epithel.

Sel pori berbentuk seperti pipa yang tersusun secara longitudinal dan sambung-menyambung searah dengan sumbu batang. Sel ini berfungsi sebagai saluran air dan zat hara dari akar ke daun. Dinding penyekat dua sel pori yang berhubungan ke arah longitudinal biasanya miring terhadap arah bentangan sel pori. Pada saat pori baru dibentuk, dinding rapat dan pada saat por menjadi dewasa sebagian dinding penyekat tersebut larut hingga berlubang untuk menghubungkan antar pori secara longitudinal dan disebut bidang perforasi. Bidang ini dapat berupa bidang perforasi sederhana, bentuk tangga dan bentuk jala/saringan.

Sel parenkim berbentuk kotak dengan dinding sel relatif tipis. Sel ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara makanan hasil fotosintesis dan sebagai tempat pengolahan lebih lanjut untuk keperluan sel disekitarnya. Sel parenkim tersusun ke arah longitudinal (parenkim aksial/parenkim) dan tersusun ke arah radial (parenkim jari-jari/jari-jari). Parenkim terdiri dari parenkim apotrakea (parenkim yang tidak berhubungan langsung dengan sel pori) dan parenkim paratrakea (parenkim yang berhubungan langsung dengan sel pori). Yang termasuk parenkim apotrakea adalah parenkim baur, kelompok baur/difus,

(6)

bentuk pita (terminal dan inisial), bentuk jala dan bentuk tangga. Yang termasuk parenkim paratrakea adalah parenkim jarang, selubung, bentuk sayang (aliform) dan konfluen.

Sel serabut/serat berbentuk panjang langsing dengan dinding lebih tebal daripada dinding sel parenkim atau pembuluh. Sel ini berfungsi sebagai penguat batang pohon (fungsi mekanis), sehingga memiliki dinding sel yang tebal.

Sel trakeid adalah sel yang berbentuk panjang dan ujung-ujungnya tertutup runcing. Sel trakeid merupakan komponen utama penyusun softwood dengan komposisi 90-95%.

Sel epithel merupakan sel yang menyusun saluran interseluler, bukan merupakan sel-sel yang menyusun kayu, karena saluran ini merupakan ruang antar sel yang berbentuk saluran dan tidak mempunyai dinding sel sendiri. Dindingnya adalah berupa dinding dari jaringan kayu yang terdapat disekitarnya, yaitu jaringan epithel.

Setiap sel memiliki celah sempit (noktah) pada dindingnya yang menghubungkan rongga sel yang satu dengan rongga sel sebelahnya. Noktah tersebut dapat berbentuk sederhana, berhalaman dan peralihan antar keduanya. Sedangkan pola penyusunan noktah dapat berupa berpasangan/opposite, berseling/alternate dan bertangga/scalariform. Pada beberapa jenis kayu juga terdapat rongga antar sel yang berupa saluran sempit yang dikelilingi parenkim serta selaput yang terdiri atas sel epithel dan dinamakan sebagai saluran interseluler, baik berupa saluran aksial maupun radial.

Softwood tidak memiliki sel pori seperti pada hardwood. Yang ada hanya sel serat/serabut, parenkim dan jari-jari. Fungsi saluran air dan zat hara yang dijalankan sel pori pada hardwood, pada softwood dirangkap oleh serat. Tidak adanya pori pada softwood dapt dijadikan pembeda dengan dengan hardwood yang memiliki pori.

(7)

Struktur dan Anatomi kayu untuk Identifikasi Jenis Kayu

Tiap jenis kayu memiliki struktur dan anatomi kayu yang berbeda-beda. Perbedaan ini dapat dijadikan sebagai ciri untuk identifikasi jenis kayu dengan membedakan jenis kayu yang satu dengan jenis yang lainnya. Penggolongan tersebut antara lain:

1. Warna kayu:

a. putih (Gonystyllus bancanus) b. kuning (Arthocarpus sp.) c. cokelat (Tectona grandis) d. merah (Shorea sp.) e. ungu

f. hitam (Dyospiros sp.) g. kelabu (Campnosperma sp.) 2. Corak kayu:

a. polos (Gonystyllus bancanus) b. bercorak (Tectona grandis) 3. Tekstur kayu: a. sangat halus b. halus c. agak halus d. agak kasar e. sangat kasar 4. Arah serat: a. lurus b. agak berpadu c. perpadu d. sangat berpadu e. bergelombang 5. Kilap: a. kusam b. agak mengkilap c. mengkilap

(8)

d. sangat mengkilap 6. Kesan raba: a. kesat b. agak licin c. licin 7. Bau:

a. harum (Santalum album)

b. bahan penyamak (Tectona grandis) c. damar (Pinus sp.) d. bau lainnya 8. Kekerasan kayu: a. sangat lunak b. lunak c. agak lunak d. agak keras e. keras f. sangat keras 9. Lingkaran tumbuh:

a. jelas (Tectona grandis) b. tidak jelas (Shorea sp.). 10. Susunan pori:

a. baur (Spondias cytherea dan Terminalia rubiginosa) b. tata lingkar (Tectona grandis)

c. berkelompok radial (Quercus sp.)

d. berkelompok tangensial (Rhodamnia cinerea) e. berkelompok diagonal (Eucalyptus deglupta)

f. hampir seluruhnya soliter (jumlah pembuluh soliter >95%) (Xanthophyllum excelsum)

g. sebagian besar soliter (80-95%)

h. soliter dan berganda (65-80%) (Shorea sp.)

i. sebagian besar berganda (25-65%) (Macadamia hildebrandii) j. hampir seluruhnya berganda (<25%) (Anthocephalus chinensis).

(9)

11. Ukuran pori:

a. luar biasa kecil (diameter tangensial <20 μ) b. sangat kecil (20-50 μ) (Pertusadina fagifolia) c. kecil (50-100 μ) (Dyospiros celebica)

d. agak kecil (100-200 μ) (Shorea sp.) e. agak besar (200-300 μ) (Heritiera sp.) f. besar (300-400 μ)

g. sangat besar (>400 μ) 12. Frekuensi pori:

a. sangat jarang (jumlah per mm2 <2) (Heritiera sp.) b. jarang (2-5)

c. agak jarang (6-10) d. agak banyak (10-20)

e. banyak (20-40) (Pertusadina fagifolia) f. sangat banyak (>40)

13. Isi pori:

a. tilosis (Shorea sp., Dipterocarpus sp. dan Cotylelobium sp.)

b. endapan/amorf (Tectona grandis, Intsia palemabnica, Toona surenia dan Eusideroxylon zwagery)).

14. Bidang perforasi:

a. bentuk sederhana (Heritiera javanicaI, Shorea sp., Dipterocarpus sp. dan Dryobalanops sp.),

b. bentuk jala (Croxylum sp.)

c. bentuk tangga (Elmerrillia ovalis, Altingia excelsa, Ampnosperma sp. dan Michelia campaka).

15. Golongan jari-jari:

a. satu golongan (Diospyros pilosanthera) b. dua golongan (Quercus sp.).

16. Susunan jari-jari:

a. tersusun bertingkat (Dialium sp.)

b. tanda kerinyut atau kesan lipatan pada permukaan tangensial (Dialium platysepalum dan Pentacea triptera).

(10)

17. Lebar jari-jari:

a. sangat sempit (lebar <15 μ) (Diospyros pilosanthera) b. sempit (15-30 μ)

c. agak sempit (30-50 μ) (Cananga odorata) d. agak lebar (50-100 μ) (Cananga odorata) e. lebar (100-200 μ)

f. sangat lebar (200-400 μ)

g. luar biasa lebar (>400 μ) (Quercus sp.) 18. Uukuran jari-jari:

a. luar biasa pendek (tinggi <0,5 mm) b. sangat pendek (0,5-1 mm)

c. pendek (1-2 mm) d. agak pendek (2-5 mm) e. agak tinggi (5-10 mm) f. tinggi (10-20 mm)

g. luar biasa tinggi (>20 mm) 19. Frekuensi jari-jari:

a. sangat jarang (jumlah per mm <4) (Cananga odorata) b. jarang (4-5)

c. agak jarang(6-7) (Shorea sp.) d. agak banyak (8-10)

e. banyak (11-15) f. sangat banyak (>15) 20. Bentuk parenkim:

a. baur (Paraserianthes falcataria) b. kelompok baur (Heritiera littoralis) c. jala (Burckellia macropoda)

d. tangga (Polyalthia hypoleuca) e. pita (Pometia pinnata)

f. pita marginal (Tectona grandis) g. selubung (Duabanga moluccana) h. sayap (Koompassia malaccensis)

(11)

i. konfluen (Koompassia excelsa)

21. Saluran interselular, saluran getah dan kulit tersisip: a. baur (Anisoptera sp.)

b. deret tangensial pendek (Dipterocarpus sp.) c. deret tangensial panjang (Shorea sp.)

d. saluran interselular radial (Shorea hopeifolia dan S. leprosula) e. saluran interselular aksial (Dryobalanops lanceolata dan D. fusca) f. saluran getah (Alstonia scholaris dan Dyera costulata)

(12)

Referensi

Bowyer, J.L., R. Shmulsky & J.G. Haygreen. 2003. Forest Product and Wood Science: An Introduction. 4th ed. Iowa State Press. Iowa.

Forest Product Society. 1999. Wood Handbook: Wood as An Engineering Material. Forest Product Laboratory General Technical Report FPL-GTR-113. USDA Forest Science, Forest Product Laboratory. USA.

Mandang, Y.I. dan I.K.N. Pandit. 1997. Seri Manual: Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan. Yayasan Prosea. Bogor.

Pandit, I.K.N. dan H. Ramdan. 2002. Anatomi Kayu: Pengantar Sifat Kayu sebagai Bahan Bangunan. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Panshin, A.J. dan C. de Zeeuw. 1970. Texbook of Wood Technology. 4th ed. McGraw-Hill. New York.

Tsoumis, G. 1991. Science and Technology of Wood: Structure, Properties, Utilization. Van Nostrand Reinhold. New York.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “ Kajian Struktur Anatomi dan Kualitas Serat Kayu Normal, Kayu Tarik, dan Kayu Opposite dari Jenis Kawista

Silinder pusat atau stele berupa sel-sel parenkim dan merupakan bagian tengah akar.pada bagian inilah terdapat jaringan xilem dan jaringan floem. Bila dilihat dari

(ki hampelas) kayu teras putih krem agak merah muda berbeda dengan kayu gubalnya, polos, arah serat lurus dan agak berpadu, pori hampir seluruhnya soliter, tilosis umum, parenkim

Ciri anatomi yang khas pada jenis kayu kamper adalah saluran damar berderet tangensial dengan diameter lebih kecil dibandingkan diameter sel pembuluh, serta sel

Jenis kayu Pulai umumnya memiliki ciri anatomi berupa pori tersebar (baur), soliter dan ganda/multi radial 2(-3-4-5), terkadang bergerombol; bidang perforasi sederhana; noktah

Kayu yang memiliki penyusutan tinggi pada umumnya adalah jenis yang mempunyai dinding serat yang tebal dan kayu kumea batu mempunyai diding serat yang sangat tebal yaitu rata-rata

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis kayu yang selama ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal ikan tradisional dan kemudian menentukan jenis-jenis

aquatica perairan bersih aerenkim tidak begitu jelas dan sulit dibedakan dengan parenkim yang terdapat pada batang.. Ukuran sel epidermis pada akar