• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nafisatul Izza R.U., St. dan Nur Resky Ahmalia Putri Universitas Darussalam Gontor (UNIDA) Jawa Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nafisatul Izza R.U., St. dan Nur Resky Ahmalia Putri Universitas Darussalam Gontor (UNIDA) Jawa Timur"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

[99]

Implementasi Strategi Talking Stick Mata Pelajaran Nahwu dalam meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas VIII A

di Mts Miftahul Jannnah Mantingan Ngawi Jawa Timur Nafisatul Izza R.U., St. dan Nur Resky Ahmalia Putri

Universitas Darussalam Gontor (UNIDA) Jawa Timur

nafisatulizza99@gmail.com

Abstrak

Pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia mempunyai problematika dan

pembelajarannya. Kesulitan atau problematika pembelajaran Bahasa Arab adalah unsur-unsur yang menjadi penghambat terlaksananya keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Salah satunya pelajaran nahwu yang merupakan ilmu dasar penyusunan kalimat bahasa Arab. Kualitas dan keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih strategi pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian, masih ada hal-hal yang perlu dibenahi di MTS Miftahul Jannah, diantaranya: metode pembelajaran, guru yang masih monoton, kurangnya pemanfaatan media pembelajaran, sehingga menyebabkan siswa kurang konsentrasi dan kurang paham mata pembelajaran. Melihat kondisi demikian, Maka solusi atas permasalahan ini yaitu menggunakan strategi talking stick.

Tujuan Penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) Penggunaan strategi talking stick dalam pembelajaran bahasa Arab di MTS Miftahul Jannah kelas VIII A (2) Peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan strategi talking stick. Desain penelitian ini adalah Eksperimen Kuantitatif tipe One Group Pretes Postes. Data dikumpulkan dengan wawancara, observasi, dan tes (Pretes ,Postes). Hasil penelitian: (1) Berdasarkan Paired T tes analisis, pretes dan postes memberikan hasil yang signifikan. (2) Pembelajaran Nahwu dengan menerapkan strategi talking stick telah terlaksana dengan baik sehingga nilai siswa dapat meningkat dengan pesat setelah dilakukan postes.

Kata kunci: Strategi pembelajaran talking stick, Nahwu, Mts Miftahul Jannah,

Problematika

Pendahuluan

Guru sebagai penyelenggara dalam kegiatan pembelajaran bukan hanya berperan membelajarkan siswa tetapi berperan lebih dalam meningkatkan motivasi dan juga memperoleh hasil belajar yang optimal dalam sebuah proses belajar mengajar yang harus selalu dilakukan secara optimal dan maksimal.

Bukan rahasia umum lagi jika pembelajaran di madrasah/sekolah masih sering diidentikkan dengan proses pembelajaran tradisional yang lebih banyak mengandalkan tradisional dan metode ceramah dalam pembelajarannya. Karena ceramah lebih

(2)

Rabu, 18 Desember 2019 Prodi Bahasa dan Kebudayaan Arab – Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya – Universitas Al Azhar Indonesia

mendominasi suatu proses pembelajaran, Maka menjadi tidak aneh jika kebanyakan dan hampir semua alumni madrasah/sekolah terbentuk menjadi sosok yang sulit untuk memecahkan persoalan yang dihadapi, kurang kritis dan terkesan tidak terbuka dan tidak perduli terhadap berbagai wacana baru yang muncul di masyarakat.

Di lembaga pendidikan yang bersifat formal seperti sekolah, keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar siswa dalam prestasi belajarnya. Kualitas dan keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru memilih dan menggunakan metode pengajaran. Model pembelajaran tradisional ini mulai ditinggalkan dengan berganti model yang lebih modern karena hal ini akan mengakibatkan siswa kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan siswa hanya duduk, diam, dengar, catat dan hafal. Sehingga kegiatan ini mengakibatkan siswa kurang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang cenderung menjadikan mereka cepat bosan dan malas belajar salah satunya adalah dalam mata pelajaran Nahwu yang tergolong sulit dipelajari dan siswa harus benar-benar memperhatikan dan mempelajarinya.1

Berdasarkan hasil penelitian, masih ada hal-hal yang perlu untuk dibenahi di MTS Miftahul Jannah, diantaranya: metode pembelajaran guru yang masih monoton, kurangnya pemanfaatan media pembelajaran, sehingga menyebabkan siswa kurang konsentrasi dan kurang paham mata pembelajaran, bicara sendiri bahkan melamun.

Melihat kondisi demikian, diperlukan strategi pembelajaran yang bervariasi sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar bahasa Arab dan dapat menguasai kemahiran berbahasa. Guru juga mempunyai peran penting dalam memilih strategi pembelajaran bahasa yang tepat sesuai dengan tujuan yang ingin, hal merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik.

Strategi yang kami pilih untuk dapat terlaksananya proses belajar yang baik dan memposisikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran adalah strategi talking stick dimana anak dituntut untuk aktif dan mampu bertukar pikiran dengan teman lainnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam Penelitian tindakan kelas ini adalah Apakah dengan menggunakan Strategi talking stick akan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Nahwu Kelas VIII A MTS Miftahul Jannah?.

Pengertian Hasil Belajar

Setiap saat dalam kehidupan manusia selalu mengalami proses pembelajaran. Belajar dilakukan manusia secara formal maupun informal, dimana dalam proses pembelajaran akan di peroleh hasil belajar setelah pembelajaran segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Perubahan-perubahan pada siswa inilah yang dinamakan hasil belajar. Menurut Nana2 “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

1

Anita L, Cooperative Learning dan Memperaktekkan Cooperative Learning di ruang Kelas. (Jakarta: Grasindo, 2005), hlm.5.

2

Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algensindo, 1996)

(3)

“Multaqa Nasional Bahasa Arab (MUNASBA) ke- II”

ia menerima pengalaman belajar’. Dengan adanya hasil belajar guru dapat mengetahui kemampuan siswa dan tingkat keberhasilan proses pembelajaran.

Djamarah dan Zain3 mengemukakan bahwa setiap proses belajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai dimana hasil (hasil) belajar yang telah dicapai. Proses belajar tidak mungkin dicapai begitu saja, banyak faktor yang mempengaruhi sehingga seorang anak mampu mencapai hasil atau keberhasilan dalam belajar. Pada umumnya hasil atau keberhasilan belajar seorang murid, dalam hal ini siswa kelas VIII MTS Miftahul Jannah Mantingan sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dilaksanakan oleh anak itu sendiri.

Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu, Syah4 mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua faktor-faktor, yaitu faktor-faktor yang datangnya dari dalam diri individu siswa (internal factor), dan faktor yang datangnya dari luar diri individu siswa (eksternal factor). Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Faktor internal anak, meliputi:

a. Faktor psikis (jasmani). Kondisi umum jasmani yang menandai dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran.

b. Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil belajar siswa antara lain: Intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi.

2. Faktor eksternal anak, meliputi :

a. Faktor lingkungan sosial, seperti para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas.

b. Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana sekolah/ belajar, letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak.

c. Faktor pendekatan belajar, yaitu cara guru mengajar guru, maupun metode dan media pembelajaran yang digunakan.

Mata Pelajaran Nahwu

Ibn Jiniy (w. 302 H.) mengungkapkan nahwu adalah “Pedoman dalam memakai bahasa Arab berupa perubahan i’rab seperti tatsniyah, jama’, tahqir, taksir, idhafah, nasab, tarkîb dll”, agar non arab dapat berbicara fasih dengan bahasa Arab seperti halnya orang Arab. Definisi di atas mencerminkan aspek struktural dalam bahasa Arab, itulah yang disebut dengan nahwu. Aspek ini berfungsi sebagai pedoman bagi mereka yang bukan bangsa Arab khususnya dalam menggunakan bahasa Arab, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penggunaannya.

Definisi di atas relevan dengan definisi yang dikemukakan oleh Ahmad al-Hasyimi. Ia

3

Djamarah, Syaiful bahri dan Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 121.

4

(4)

Rabu, 18 Desember 2019 Prodi Bahasa dan Kebudayaan Arab – Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya – Universitas Al Azhar Indonesia

mengatakan, bahwa secara etimologi nahwu berarti: “Maksud, arah, dan ukuran.” Secara terminologi, nahwu adalah aturan (dasar hukum) yang digunakan untuk memberi baris (syakal) akhir kata sesuai dengan jabatannya masing-masing dalam kalimat agar terhindar dari kesalahan dan kekeliruan, baik pada bacaan dan pemahaman.”

Seiring dengan itu, Al-Jurjâni merangkum beberapa definisi tentang nahwu sebagai berikut: “(1) nahwu adalah ilmu yang mengandung sejumlah kaedah yang dapat digunakan untuk mengetahui posisi susunan kata bahasa Arab dalam kalimat seperti i’rab, bina dsb (2) ilmu yang mengandung sejumlah ketentuan untuk mendeteksi benar-tidaknya sebuah kalimat”.

Memperhatikan beberapa defenisi di atas, dapat diketahui bahwa substansi nahwu adalah ketentuan-ketentuan atau yang biasa disebut dengan gramatikal (qawaid) dalam berbahasa Arab. Maka eksistensinya dalam bahasa Arab merupakan alat pengontrol untuk menghindari terjadinya kesalahan dengar, ucap, baca dan tulis dalam berbahasa Arab sehingga nahwu dianggap sebagai cabang ilmu bahasa Arab yang terpenting.

Metode Pembelajaran Nahwu di MTS Miftahul Jannah

Setelah penulis melakukan observasi bahwa metode yang digunakan di MTS Miftahul Jannnah adalah metode ilqoiyah atau metode ceramah. Metode ceramah menurut M. Basyiruddin Usman5 adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik. Yang mana dalam metode ini menyebabkan murid pasif, kurang paham pelajaran, bosan, bahkan mengantuk. Karena dalam metode ini hanya guru yang aktif dalam proses belajar mengajar dan pusat perhatian hanya tertuju pada guru, sedangkan para peserta didik hanya duduk diam mendengarkan penjelasan yang telah diberikan oleh guru. Sehingga, perlu adanya pengembangan dalam metode tersebut dengan menghadirkan strategi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, salah satunya adalah strategi talking stick.

Tinjauan tentang Stategi Talking Stick Pengertian Strategi Talking Stick

Sebagaimana namanya, talking stick merupakan model pembelajaran kooperatif dengan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi pokoknya. Kegiatan ini di ulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Pada mulanya, talking stick ( tongkat berbicara) adalah cara yang di gunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku). Seiring perkembangan zaman, talking stick di gunakan dalam pembelajaran di ruang kelas.6

Talking Stick merupakan metode pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat. Tongkat dijadikan sebagai jatah atau giliran untuk berpendapat atau menjawab pertanyaan

5

M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Islam, (Jakarta: Ciputat Pers), cet. ke-1, hlm. 32.

6

Miftahul Huda, Model – model Pengajaran dan Pembelajaran, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013), hal. 224

(5)

“Multaqa Nasional Bahasa Arab (MUNASBA) ke- II”

dari guru setelah peserta didik mempelajari materi pelajaran.7 Kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi pokoknya.8

Dalam penerapannya, pembelajaran talking stick guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 peserta didik yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, kecerdasan, persahabatan, atau minat yang berbeda. Model pembelajaran ini cocok digunakan untuk semua kelas dan semua tingkat umur.

Langkah-Langkah Talking Stick

a. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari b. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang c. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm

d. Guru memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi yang akan dipelajari.

e. siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana

f. setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan

g. Guru mengambil tongkat dan memberikanya kepada salah satu siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

h. Sambil memberikan tongkat, siswa dan guru bernyanyi bersama. Setelah bernyanyi atau guru memberi tanda tertentu, maka siswa yang memegang tongkat diberikan pertanyaan.

i. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.

j. Guru memberi kesimpulan

k. Guru melakukan evaluasi/penilaian l. Guru memberi refleksi

m. Guru menutup pembelajaran.9

Kelebihan dan Kekurangan Strategi Talking Stick a. Kelebihan

1. Menguji kesiapan siswa

2. Melatih siswa membaca dan memahami materi dengan cepat 3. Memacu siswa agar lebih giat belajar

4. Siswa berani mengemukakan pendapat

7

Imas Kurniasih & Berlin Sani, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran, ( Yogyakarta : Kata Pena, 2015), hal. 82

8

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: AR -RUZZ MEDIA, 2014), hal. 198.

9

Miftahul Huda, Model – Model Pengajaran Dan Pembelajaran (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2013), cet. 1, hlm.225

(6)

Rabu, 18 Desember 2019 Prodi Bahasa dan Kebudayaan Arab – Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya – Universitas Al Azhar Indonesia

5. Terdapat interaksi antara guru dan siswa 6. Kegiatan belajar lebih menyenangkan10 b. Kekurangan

1. Membuat siswa senam jantung

2. Membuat siswa minder karena belum terbiasa 3. Materi yang diserap kurang

4. Guru kesulitan melalukan pengawasan11 Alat dan Bahan

Menurut Andi Prastowo bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk perencanaan dan penelaah implementasi pembelajaran.12 Untuk itu, dalam strategi Talking Stick media yang digunakan adalah materi dan tongkat panjangnya 20 cm.

Tujuan dan Manfaat a. Tujuan

1) Untuk meningkatkan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran

2) Melatih siswa agar mampu berbicara atau mengeluarkan pendapatnya di depan umum.

3) Membuat suasana pembelajaran yang lebih hangat, menyenangkan, serta tidak menegangkan.

4) Melatih mental siswa agar lebih berani saat dihadapkan oleh sebuah pertanyaan

5) Mendidik siswa agar mampu bergotong - royong dalam memecahkan masalah dengan teman - temannya.13

b. Manfaat

1) Mampu menguji kesiapan anak, dalam melatih memahami materi pelajaran dengan cepat.

2) Mengajak siswa untuk terus siap dalam situasi apapun.

3) Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa 4) Menjadikan siswa aktif dalam belajar

5) Menciptakan suasana yang menyenangkan. Hasil Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan tipe one grup pre- test post- test.

10

Agus Suprijono, Cooperatif Learning,( Yogyakarta:Pustaka Media, 2010) hlm.110 11

Kisparini Wiji Utami, Penerapan Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam

Pembelajaran Ipa Pada Siswa Kelas I Sd Negeri 1 Katong,Toroh, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2013/2014, Skripsi Sarjana Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014

12

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: Diva Press, 2014), hlm 17.

13

Murtiningsih, Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Pada Mata Pelajaran Ips Di Sekolah

(7)

“Multaqa Nasional Bahasa Arab (MUNASBA) ke- II”

Maka, hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS setelah melakukan pretest pada siswi kelas 8A dengan sampel valid 27, skor rerata yaitu 80,0, nilai tengah 7,00 nilai minimunnya 10,0, dan nilai maximunnya 90 total/Sum= 1610.00.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi (Pre test) kelas eksperimen.

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi pre-test kelas eksperimen dapat digambarkan dalam Bar Chart di bawah ini:

Tabel 1. Hasil Belajar Kelas Eksperimen Sebelum Perlakuan (Pre test)

Tabel 3. Distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas Eksperimen Sebelum perlakuan (pre test)

(8)

Rabu, 18 Desember 2019 Prodi Bahasa dan Kebudayaan Arab – Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya – Universitas Al Azhar Indonesia

Berdasarkan tabel dan Bar chart di atas, frekuensi pre test kelas eksperimen mayoritas terletak pada interval 70.00 sebanyak 7 siswa (21%).

(9)

“Multaqa Nasional Bahasa Arab (MUNASBA) ke- II”

Maka, hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS setelah melakukan postest pada siswi kelas 8 A dengan sampel valid 27, skor rerata yaitu 30.00 nilai tengah 90.0000 nilai minimunnya 70.00 dan nilai maximunnya 100.00 total/Sum = 2400.00.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi (Post test) kelas eksperimen.

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi post-test kelas eksperimen dapat digambarkan dalam Bar Chart di bawah ini:

Tabel 5. Distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas Eksperimen Setelah perlakuan (post test)

Berdasarkan tabel dan Bar chart di atas, frekuensi pre test kelas eksperimen mayoritas terletak pada interval 90.00 sebanyak 9 siswa (27%) dan 100.00 sebanyak 9 siswa (27%).

Metode Analisis

(10)

Rabu, 18 Desember 2019 Prodi Bahasa dan Kebudayaan Arab – Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya – Universitas Al Azhar Indonesia

Berdasarkan pairet t tes analisis, pre test dan post test memberikan hasil yang signifikan, berbeda nyata. Terlebih, ini membuktikan bahwa strategi talking stick pada mata pelajaran nahwu memberikan efek yang nyata.

Observasi Kelas

Masing-masing siswa mendapat kesempatan untuk membaca dan berdiskusi seputar materi, dan bekerjasama dengan setiap kelompok. Siswa mampu menyerap dan menyampaikan materi dengan baik serta memberikan kesimpulan dari setiap kelompok dengan pendapatnya masing-masing. Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab yang tinggi. Kegiatan belajar mengajar menjadi menarik, lebih hidup dan menyenangkan dengan penggunaan strategi Talking stick ini.

Kesimpulan

Berdasarkan pairet t tes analisis, pre test dan post test memberikan hasil yang signifikan, ini membuktikan bahwa strategi talking stick pada mata pelajaran nahwu memberikan efek yang nyata.

Dengan pembelajaran kooperatif Talking Stick mata pelajaran nahwu di Mts Miftahul Jannah dapat menciptakan keaktifan siswa dalam memperoleh ketrampilan intelektual, sikap, ketrampilan motorik, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk melatih mengemukakan pendapat. Selain itu dapat menimbulkan respon yang positif, dapat menghubungkan hubungan yang lebih baik sesama teman, dapat menanamkan sikap percaya diri dan tanggung jawab. Terlebih setelah diadakannya post tes, hasil nilai siswa meningkat secara drastis dengan nilai minimum 70.00 dan maxsimum 100.00.

Sehingga diterapkannya model pembelajaran Model pembelajaran Talking Stick ini telah berhasil. Strategi ini dapat menjadi solusi bagi seorang guru atau pengajar terutama mata pelajaran nahwu untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.

(11)

“Multaqa Nasional Bahasa Arab (MUNASBA) ke- II”

Daftar Pustaka

Huda, Miftahul. 2013. Model – model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kurniasih, Imas & Sani, Berlin .2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Kata Pena.

L, Anita. 2005. Cooperative Learning dan Memperaktekkan Cooperative Learning di ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Muhibbin, Syah. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Murtiningsih. Diakses pada tanggal 19 September 2019. Penerapan Model Pembelajaran

Talking Stick Pada Mata Pelajaran Ips Di Sekolah Dasar.

(Online).(pgsd.fip.um.ac.id).

Prastowo, Andi. 2014. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta: AR -RUZZ MEDIA.

Sudjana, Nana. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Media.

Syaiful bahri, Djamarah dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Usman, M. Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Islam. Jakarta: Ciputat Pers, cet. ke-1. Utami. 2014. Penerapan Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa

Dalam Pembelajaran Ipa Pada Siswa Kelas I Sd Negeri 1 Katong,Toroh, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2013/2014, Skripsi Sarjana Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(12)

Rabu, 18 Desember 2019 Prodi Bahasa dan Kebudayaan Arab – Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya – Universitas Al Azhar Indonesia

Gambar

Tabel 3. Distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas Eksperimen   Sebelum perlakuan (pre test)
Tabel 4. Hasil Belajar Kelas Eksperimen Setelah Perlakuan (Post  test)
Tabel 6. Metode Analisis pairet t test

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

Hasil adsorpsi logam Cd pada variasi konsentrasi dan waktu oleh arang aktif serta parameter-parameter untuk isoterm Langmuir dan Freundlich dapat terlihat pada Tabel

Penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Cash Value Added terhadap Harga Saham Perusahaan Whole Sale and Retail Trade di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2008”

Pengecualian dari instrumen ekuitas AFS, jika, pada periode berikutnya, jumlah penurunan nilai berkurang dan penurunan dapat dikaitkan secara obyektif dengan sebuah peristiwa

 Memudahkan guru untuk merancang strategi yang lebih berkesan dalam pembelajaran agar sesuai dengan gaya pembelajaran murid.  Guru boleh memperbanyakkan aktiviti untuk

Hasil yang dicapai adalah suatu kios informasi yang memuat tentang CV Eiffel Groups, baik sejarah perusahaan maupun informasi detail seputar produk–produk dan jasa–jasa

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Museum Adityawarman, terlihat dari pengkategorian skor dan nilai rata-rata pada statistik data hasil penelitian

Guru sebagai tenaga profesional diharapkan bisa merencanakan pembelajaran, melaksanakan atau menerapkan proses pembelajaran, hasil proses pembelajaran, pembimbingan atau