46
PENGARUH LAMA BETERNAK TERHADAP TINGKAT ADOPSI
TEKNOLOGI PERKANDANGAN PADA PEMELIHARAAN
TERNAK KAMBING DI KECAMATAN LIMBORO
KABUPATEN POLEWALI MANDAR
EFFECT OF FARMING EXPERIENCE ON TECHNOLOGY CAGE
ADOPTION IN GOAT FARMING AT LIMBORO DISTRICT,
POLEWALI MANDAR REGENCY
Ja’far1), S. Baba2), dan A. Abdullah2)1) Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Sulawesi Barat, Majene 2) Bagian Sosial Ekonomi, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar
e-mail: jafar.pallao@gmail.com ABSTRAK
Ternak kambing merupakan salah satu komoditas ternak yang cukup potensial untuk dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama beternak terhadap tingkat adopsi teknologi budidaya ternak kambing di Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif eksplanatori dengan jumlah sampel 85 orang peternak di dua desa yang dipilih dengan teknik proportional random sampling dengan memperhatikan proporsi untuk tiap Desa. Hasil penelitian menunjukkan Nilai Adjusted R Square sebesar 0,63 memberikan gambaran besarnya kontribusi pengaruh variabel lama beternak terhadap variabel tingkat adopsi teknologi perkandangan pada pemeliharaan ternak kambing. Hasil perhitungan di dapatkan nilai Fhitung
sebesar 6.625 dan nilai FTabel 3.95, berarti Fhitung lebih besar dari FTabel (6.625>3.95), sedangkan nilai
thitung lama beternak sebesar 3.540 dan nilai tTabel 1.989 (3.540 > 1.989), dari hasil perhitungan tersebut
maka dapat dikatakan bahwa variabel lama beternak secara bersama-sama dan secara parsial memberikan pengaruh (signifikan pada level 5%) terhadap adopsi teknologi perkandangan pada pemeliharaan ternak kambing di Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar.
Kata Kunci: Lama beternak, adopsi teknologi, ternak kambing
ABSTRACT
Goats is one of the livestock commodities that is potential enough to be developed. This study aims to find out the influence of farming duration on technology adoption rate at goat farm in Limboro subdistrict, Polewali Mandar regency. The research used the explanatory quantitative design with 85 goat farmers from two selected villages as the samples. They were selected using the proportional randam sampling technique by considering the proportion of each village. The result show that the adjusted R square value is 0.063, which describes the level of influence or farming duration on the variable of canging technology adoption rate in goat farming. The calculation results in Fcount value of
6.625 and Ftable 0f 3.95, which shows that Fcount is higher that Ftabel (6.625>3.95). The tcount value of farming duration is 3.540 and the tTable is 1.989 (3.540>1.989). these result show that the farming duration variable, simultaneously and partially, has an influence (significant at the level of 5%) on caging technology adoption in goat farming in limboro subdistrict, Polewali Mandar regency.
Keywords: Farming duration, technology adoption, goat livestock
PENDAHULUAN
Ternak kambing merupakan salah satu komoditas ternak yang cukup potensial untuk dikembangkan. Ternak ini banyak dipelihara di Pedesaan karena telah dikenal kemampuannya beradaptasi pada lingkungan yang sederhana,
dan dapat lebih efisien dalam mengubah pakan berkualitas rendah menjadi air susu dan daging. Disamping itu, kambing mempunyai kemampuan reproduksi relative tinggi dan tahan terhadap serangan penyakit (Mulyadi dkk., 1988; Legowo dkk., 2002). Selain faktor produksi, usaha peternakan kambing juga
47 memberikan kontribusi terhadap pendapatan
petani peternak berkisar 15-48% dari total pendapatan tergantung dari pola tanam usaha tani (Paat dkk., 1992; Djoharjani dkk., 1993)
Kabupaten Polewali Mandar merupakan daerah sentra populasi ternak kambing dan memberikan kontribusi terbesar dalam penyediaan ternak kambing di Propinsi Sulawesi Barat. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2013 Kabupaten Polewali Mandar memberikan kontribusi ternak kambing sebesar 195.061 ekor dari total produksi ternak kambing yang ada di Propinsi Sulawesi Barat. (BPS Sulawesi Barat, 2014). Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik selama tahun 2009-2013 tercatat jumlah ternak kambing yang keluar dari Kabupaten Polewali Mandar mencapai 36.249 ekor. (BPS Polewali Mandar, 2014)
Usaha ternak kambing di Kabupaten Polewali Mandar merupakan salah satu usaha yang dapat membantu subsistensi ekonomi dan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat petani peternak. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kepala rumah tangga (14.191 rumah tangga) yang memelihara ternak kambing dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di daerah sekitar. Selain itu, keberadaan pasar ternak (hewan) di Kabupaten Polewali Mandar membuat perekonomian ternak kambing mengalami proses pergerakan dibandingkan daerah lain yang ada di Propinsi Sulawesi Barat. Hal ini terjadi, karena daerah tersebut tidak memiliki pasar ternak (hewan). Pasar tersebut menjadi sentral pemasaran ternak lokal yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan peternak.
Kabupaten Polewali Mandar merupakan daerah yang memiliki populasi ternak kambing terbesar di Propinsi Sulawesi Barat, akan tetapi usaha ternak kambing tersebut belum bisa dijadikan sebagai usaha pokok yang dapat menopang ekonomi rumah tangga peternak, hal ini karena skala kepemilikan ternak kambing yang dimiliki rata-rata 2-5 ekor per kepala keluarga. Rendahnya kepemilikan ternak diakibatkan masih banyaknya peternak di daerah ini tergantung kepada pola pemeliharaan tradisional. Karo-Karo (2005), mengemukakan bahwa sistem usaha ternak tradisional yang relatif berskala rendah (dibawah 5 ekor induk) akan sulit untuk mentransformasi menjadi usaha agribisnis yang mampu menopang ekonomi rumah tangga petani.
Untuk meningkatkan skala kepemilikan ternak tersebut perlu dilakukan suatu pengadopsian paket teknologi. Adopsi
paket teknologi diharapkan dapat meningkatkan produktivitas ternak dan mencapai laju pertumbuhan produksi sesuai yang di harapkan (Batubara dkk., 1996). Keberhasilan adopsi paket teknologi pada pemeliharaan ternak kambing diyakini dapat dipengaruhi oleh faktor pengalaman beternak (lama beternak). Soekartawi (1988), mengemukakan bahwa tingginnya pengalaman beternak dapat menambah pengetahuan dan keterampilan peternak tentang manajemen pemeliharaan yang lebih baik. Uraian tersebut menjadi dasar dilakukanya kajian mengenai pengaruh lama peternak terhadap tingkat adopsi teknologi perkandangan pada pemeliharaan ternak kambing di Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar.
METODE PENELITIAN Lokasi dan Rancangan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif eksplanatori dimana penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh hubungan antara variabel lama beternak (variabel independen) terhadap tingkat adopsi teknologi perkandangan (variabel dependen) pada pemeliharaan ternak kambing di Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar.
Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian adalah seluruh peternak kambing yang ada didua Desa yang berjumlah 536 orang (peternak). Penarikan sampel menggunakan teknik
proportional random sampling dengan
memperhatikan proporsi untuk tiap Desa. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan cara perhitungan statistik yaitu dengan menggunakan Rumus Slovin dengan tingkat presisi yang ditetapkan dalam penentuan sampel adalah 10%. dengan rumus sebagai berikut: 𝑛 = N N. e2+ 1 Dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi e2 = Presisi
Sampel yang mewakili adalah 85 orang peternak dengan proporsi Tandasura 36 orang, Desa Lembang-lembang (49 orang).
48 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap lokasi penelitian. (b) Wawancara, yaitu melakukan wawancara mendalam dengan responden, (c) Kuesioner, yaitu suatu daftar yang berisi pertanyaan dan di berikan kepada responden. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik inferensial dengan menggunakan Regresi Linear Sederhana. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh lama beternak terhadap tingkat adopsi teknologi perkandangan pada pemeliharaan ternak kambing di Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar dengan menggunakan SPSS for windows 16.00.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa Nilai Adjusted R Square memberikan gambaran besarnya kontribusi pengaruh variabel lama beternak terhadap variabel tingkat adopsi teknologi perkandangan pada pemeliharaan
ternak kambing yaitu sebesar 0,063 (tabel 1), artinya lama beternak memberikan pengaruh sekitar 6,3% terhadap tingkat adopsi teknologi perkandangan pada pemeliharaan ternak kambing, sedangkan sisanya 93,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar dari penelitian ini.
Faktor yang menentukan berpengaruh nyata atau tidak berpengaruh nyata digunakan uji statistik, dimana untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen) secara bersama-sama (simultan) maka dilakukan uji F, dalam analisa ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai FHitung dengan FTabel dengan taraf
kepercayaan 95% atau α = 0,05, Jika nilai Fhitung lebih besar dari pada FTabel, maka dengan
demikian varabel bebas (independen) secara bersama-sama berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel terikat (dependen).Hasil perhitungan di peroleh Fhitung sebesar 6.625
sedangkan nilai FTabel 3.95, berarti Fhitung lebih
besar dari FTabel (6.625>3.95). Hal ini
menunjukkan bahwa variabel lama beternak secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap adopsi teknologi perkandangan pada pemeliharaan ternak kambing di Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar.
Tabel 1. Hasil analisis regresi linear sederhana pengaruh lama beternak terhadap tingkat adopsi teknologi budidaya ternak kambing di Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar. Varibel Bebas Variabel Terikat Koefisien Regresi (B) T Hitung Sig.
Konstanta 2.707 Adopsi teknologi (Y) .000
Lama Beternak (X1) -.272 3.540 .012
Multiple R = 0.272 Fhitung = 6.625 tTabel = 1,989
R.Square = 0.063, FTabel = 3,95
Untuk menguji ada atau tidak adanya hubungan linear antara variabel independen terhadap variabel dependen maka dilakukan uji t. Hasil perhitungan di peroleh thitung lama
beternak sebesar 3.540 dan nilai tTabel = 1,989
(α = 0,05). Karena nilai thitung lebih besar dari
tTabel (3,540 > 1,989) maka dapat dikatakan
bahwa secara parsial Lama beternak memberikan pengaruh atau hubungan yang signifikan terhadap tingkat adopsi teknologi perkandangan pada pemeliharaan ternak kambing di Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama beternak berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi perkandangan pada pemeliharaan ternak kambing di Kecamatan
Limboro, Kabupaten Polewali. Hal tersebut berarti bahwa pengalaman beternak yang semakin lama menandakan tingkat adopsi teknologi perkandangan yang semakin tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zanu et al (2012), yang meneliti mengenai faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi peternak babi di daerah Ashanti, Ghana. Mereka menemukan bahwa lama beternak mempengaruhi tingkat adopsi teknologi pengembangan. Penelitian lain yang dilakukan Howley et al (2011), melaporkan bahwa pengalaman beternak memberikan pengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi IB (Inseminasi Buatan) di peternakan sapi perah di Ireland.
49 Dibidang agrikultur, beberapa
penelitian juga dilakukan untuk melihat pengaruh pengalaman bertani terhadap tingkat adopsi teknologi. Penelitian yang dilakukan Effendy dkk (2013), pada petani kokoa di Kabupaten Sigi, Indonesia.Mereka menemukan bahwa lama bertani cocoa berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat adopsi teknologi side-grafting pada pertanian cocoa. Studi lain yang dilakukan oleh Ayoola (2012), juga melaporkan adanya pengaruh lama bertani terhadap tingkat adopsi teknologi pada pertanian ubi jalar di Nigeria. Nyanga (2012), juga melaporkan hal yang sama, bahwa tingkat adopsi teknologi pertanian konservasi cukup rendah di sebagian besar daerah di Afrika. Namun, Zambia cukup sukses dalam meningkatkan adopsi pertanian konservasi, khususnya oleh petani kecil.Penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman sebelumnya meningkatkan adopsi pertanian konservasi secara signifikan.
Pada dasarnya kemampuan untuk mengadopsi teknologi untuk digunakan di peternakan secara alami dipengaruhi oleh keputusan untuk mengadopsi. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain; umur, pendidikan formal, dan lama beternak. Beternak dengan jangka waktu yang lebih lama menandakan pengalaman peternak yang lebih banyak. Paudel et al (2011), menyatakan bahwa pendidikan dan lama beternak merupakan ukuran dari modal awal peternak yang mencerminkan kemampuan untuk melakukan inovasi. Modal peternak tersebut memiliki pengaruh terhadap keputusan untuk mengadopsi teknologi yang baru.Peternak muda yang berpendidikan umumnya bersedia untuk mengadopsi teknologi waktu dengan tujuan efisiensi (Mishra et al., 2002). Oleh karena itu, pendidikan dan lama beternak memiliki pengaruh terhadap hal tersebut karena memberikan banyak ide baru dan lebih banyak pengalaman dalam mengambil keputusan dan menggunakan informasi secara efektif. Sebagai tambahan, Zanu et al (2012), menjelaskan bahwa pengalaman membantu individu untuk memikirkan jalan yang terbaik dan menjadikan seseorang lebih matang untuk mengambil keputusan yang tepat.
KESIMPULAN
Disimpulkan bahwa lama beternak berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi perkandangan pada pemeliharaan ternak kambing di Kecamatan Limboro, Kabupaten
Polewali. Beternak dengan jangka waktu yang lebih lama menandakan pengalaman peternak akan lebih banyak, dengan pengalaman yang dimiliki peternak akan lebih matang dalam mengambil keputusan yang tepat untuk mengadopsi suatu teknologi dalam pemeliharaan ternak kambing.
DAFTAR PUSTAKA
Ayoola J. B. (2012). Socio-economic determinants of the adoption of yam minisett technology in the middle belt region of Nigeria. Journal of Agricultural Science 4: 215-222. Badan Pusat Statistik. (2014). Polewali
Mandar Dalam Angka 2014. Polewali Mandar: Badan Pusat Statistik Kabupaten Polewali Mandar.
Badan Pusat Statistik. (2014). Sulawesi Barat Dalam Angka 2014. Sulawesi Barat: Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Barat.
Batubara L.P., Karokaro S., & Elieser S. (1996). Integration of sheep in oil palm plantations in North Sumatra, Indonesia. Proceedings of the first international symposium on the integration of livestock to oil palm production. Malaysian society of animal production (MSAP).
Djoharjani T., Nuryadi B., Hartono M., Nasich, & Hermanto. (1993). Potensi dan sistem produksi ternak kambing: Studi kasus integrasi kambing dan kebun kopi di Jawa Timur. Pros. Lokakarya Potensi dan Pengembangan Ternak Kambing di Wilayah Indonesia Bagian Timur.Surabaya, 28 – 29 Juli 1992. Hal. 85 - 93.
Effendy, Nuhfil N., Budi S., & Wahid M. (2013).Effect Characteristics of farmers on the level of technology adoption side-grafting in cocoa farming at Sigi Regency-Indonesia. Journal of Agricultural Science, 5: 72-77.
Howley P., Cathal O. D., & Kevin H. (2011). Factors affecting farmers’ adoption of agricultural innovations: a panel data analysis of the use of artificial insemination among dairy farmers in Ireland. Journal of Agricultural Science, 4: 171-179.
Karo-Karo S. (2005). Kontribusi Usaha
Peternak Kambing Dalam
50 Nasional Ternak Potong. Pusat
Penelitian Pengembangan Peternakan, Medan.
Legowo A. B., Prasetyo E., & Rianto E. (2002). Penerimaan, keuntungan dan profitabilitas usaha ternak kambing Peranakan Ettawa pada anggota kelompok tani ternak di Kabupaten Purworejo. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis, 27: 177 – 185. Mishra A.K., El-Osta H. S., & Johnson J.
D.(2002). Factors contributing to earnings success of cash grain farms. Journal Of Agricultural and Applied Economics, 31: 623-637.
Mulyadi A., Sabrani A., Suprayanto, & Pramono. (1988). Pengaruh Sistem Pemilikan Lahan dan Ternak Terhadap Kemungkinan Pengembangan Domba dan Kambing. Bogor: Balitnak.
Nyanga P. H. (2012). Factors influencing adoption and area under conservation agriculture: a mixed methods approach. Sustainable Agriculture Research, 1: 27-40.
Paat P.C., Setiadi B., Sudaryanto B., & Sariubang M. (1992). Peranan usaha ternak kambing Peranakan Etawah dalam sistem usahatani di Banggae Majene. Pros. Sarasehan Usaha Ternak Kambing dan Domba Menyongsong Era PJPT II. Hal. 162–165.
Paudel K., Manesh P., Ashok M., & Eduardo S. (2011). Why don't farmers adopt precision farming technologies in cotton production?.Selected Paper prepared for presentation at the Agricultural & Applied Economics Association’s 2011 AAEA & NAREA Joint Annual Meeting. Pittsburgh Pennsylvania.
Soekartawi. (1988). Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: UI Press.
Zanu H. K., Antwiwaa A., & Agyemang C. T. (2012). Factors influencing technology adoption among pig farmers in Ashanti region of Ghana. Journal of Agricultural Technology, 8: 81-92.