• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PEMBANGUNAN INDONESIA KE DEPAN DAN TANTANGANNYA Rabu, 06 Mei 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PEMBANGUNAN INDONESIA KE DEPAN DAN TANTANGANNYA Rabu, 06 Mei 2009"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Rabu, 06 Mei 2009

Gambaran yang lebih jelas tentang arah yang dituju

dalam pembangunan Indonesia dapat dibaca dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Dalam RPJPN tersebut telah ditetapkan bahwa visi pembangunan adalah “Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur―. “Mandiri― artinya mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri. “Maju― dapat diukur dari kualitas SDM, tingkat kemakmuran, kemantapan sistem dan

kelembagaan politik dan hukum. Sedangkan “Adil― dicerminkan oleh tidak adanya diskrimasi dalam bentuk apapun, baik antar individu, gender, maupun wilayah.

Sementara “Makmur― dapat diukur dari tingkat pemenuhan seluruh kebutuhan hidup.

Â

Di berbagai negara, seperti Cina, tingkat kemakmuran

bisa dikelompokkan menjadi 4, yang indikatornya adalah rasio pengeluaran untuk makanan dari total pengeluaran. Apabila rasio pengeluaran untuk makanan diatas 60% dari total pengeluaran, maka komunitas tersebut tergolong “miskin―. Apabila rasionya antara 50% - 60% dari total

pengeluaran, maka komunitas tersebut tergolong “hampir miskin― atau “hanya cukup makan dan pakaian―. Apabila rasionya antara 40% - 50%, maka komunitas tersebut tergolong “relatif makmur―. Sedangkan bila rasionya sudah dibawah 60% dari total pengeluaran, maka komunitas tersebut tergolong “makmur―. Mengacu kepada tolok ukur diatas, sebenarnya masing-masing kita dapat mengira-ngira sendiri termasuk golongan yang mana.

Â

Sebagai informasi, rasio mengeluaran penduduk Cina

untuk makanan dari total pengeluaran pada tahun 1978 adalah 57,5% di pedesaan dan 67,7% di perkotaan. Angka tersebut turun menjadi 43,0% di pedesaan dan 35,8% di perkotaan pada tahun 2006 (Bahan Seminar

on Economic Administration for Asian Countries, 2008). Artinya penduduk Cina di pedesaan pada saat ini telah relatif makmur, dan di perkotaan sudah makmur.

Â

Selanjutnya, bagaimana di Indonesia ? Dalam RPJPN

2005 – 2025 juga telah ditetapkan misi pembangunan sebagai berikut :

- Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral,

beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. - Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

- Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum. - Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu.

(2)

- Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan. - Mewujudkan Indonesia asri dan lestari.

- Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. -

Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.

Untuk mencapai misi tersebut, telah ditetapkan pula 4 tahapan pembangunannya, yaitu :

- Dalam RPJMN 1 (2005 – 2009) dilakukan penataan kembali

NKRI, membangun Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

-

RPJMN 2 (2010 – 2014) ditujukan untuk memantapkan

penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan iptek, dan memperkuat daya saing perekonomian.

- Sedangkan target dalam RPJMN 3 (2015 – 2019) adalah

memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan iptek.

- Pada tahapan terakhir, RPJMN 4 (2020 – 2024) diharapkan

terwujudnya masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh belandaskan keunggulan kompetitif.

(3)

- Pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. - Penguatan perekonomian domestik dengan orientasi dan berdaya saing global.

- Penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan iptek.

- Pembangunan sarana dan prasarana yang memadai dan maju. - Reformasi hukum dan birokrasi.

Â

Tantangan

Â

Dalam melaksanakan pembangunan, berbagai tantangan

sudah, sedang akan kita dihadapi. Misalnya di bidang perekonomian kita menglami kemajuan, namun dalam tahun-tahun terakhir mengalami tekanan karena terjadinya krisis ekonomi global. Tantangan utamanya adalah menjaga stabilitas dan

pemulihan ekonomi. Sebagaimana dilaporkan oleh Bappenas bahwa pertumbuhan ekonomi kita turun dari 6,3% pada tahun 2007 menjadi 6,1% pada 2008, dan diprediksi menjadi 4 – 4,5% pda 2009. Sementara inflasi naik dari 6,6% pada 2006 dan 2007 menjadi 11,1% pada 2008, meskipun angka pada 2008 masih lebih rendah dari inflasi tahun 2005 sebesar 17,1%.

Â

Tingkat pengangguran memang telah menurun, namun

masih relatif tinggi, yaitu sebanyak 9,39 juta orang atau 8,39% pada Agustus 2008. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, meskipun terus menurun, namun angkanya masih relatif tinggi yitu 35 juta atau 15,4% pada Maret 2008. Oleh

karena itu upaya untuk menekan angka pengangguran dan angka kemiskinan ini masih perlu ditingkatkan.

Â

Upaya untuk meningkatkan akses dan kualitas

pendidikan dan kesehatan, perlu terus dilaksanakan. Meskipun data BPS

menjunjukkan usia harapan hidup (UHH) telah meningkat menjadi 70,5 tahun, angka kematian ibu (AKI) 228 per 100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi 34 per 1.000 kelahiran hidup, dan gizi kurang menjadi 18,45%, namun masih terjadi kesenjangan status kesehtan antar kelompok sosial ekonomi dan antar provinsi.

Â

(4)

Kemajuan dalam kemandirian pangan perlu

dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang terus meningkat. Pada tahun 2008, produksi padi kita meningkat 5,4% menjadi sebesr 60,3 juta ton gabah kering giling (GKG). Disamping itu, upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi juga perlu terus ditingkatkan, misalnya dengan

meningkatkan pemakaian sumber energi yang akrab lingkungan seperti panas bumi dan bahan bakar nabati (BBN).

Â

Daya saing  kita dan dukungan infrastruktur terhadap daya

saing juga perlu terus ditingkatkan karena sampai saat ini (2009) kita berada pada ranking 127 dari 181 negara menurut Doing

Bussiness Survey. Sedangkan menurut Global

Competitiveness Index (GCI) tahun 2008-2009 kita berada pada ranking 55 dari 134 negara. Sementara menurut Institute

for Managemen Development (IMD) World Competitiveness, kita berada pada rangking 51 dari 55 negara. Demikian juga halnya dengan daya saing

infrastruktur kita yang berada pada pada urutan 96, untuk jalan di urutan ke 105, dan untuk pelabuhan berada di uruatan 104 dari 134 negara.

Â

Tantangan dalam bidang Polhukam juga perlu mendapat

perhatian yang serius. Kepastian hukum masih perlu penataan yang lebih baik, dan pelaksanaan demokrsi masih perlu dimantapkan. Sementara stabilitas keamanan

dan kemampuan pertahanan perlu ditingkatkan, karena belum mencapai minimum essential force, terjadi penurunan efek penggentar.

Â

Di bidang lingkungan kita juga menghadapi tantangan

yang tidak ringan, antara lain masih tingginya laju kerusakan hutan yang mencapai 1,08 juta hektar per tahun. Konflik pemanfaatan ruang antar sektor juga perlu mendapatkan perhatian. Kita juga perlu mengoptimalkan pemanfaatan

sumber daya kelautan untuk pembangunan ekonomi nasional. Disamping itu dampak global warming juga perlu ditangani dengan serius. Dalam periode 2003 – 2005 terjadi lebih dari 1.300 bencana dan

53% diantaranya terkait hydro metrologi (34% banjir dan 16% tanah longsr). Selama tahun El-nino 1994, 1997, 2002, 2003, 2004, dan 2006 terdapat 8 bendungan di pulau Jawa menghasilkan listrik dibawah normal. Kenaikan suhu di Indonesia selama 100 tahun : Palembang naik 4,60 C, Cilacap naik 340

C, dan Surabaya naik 3,20 C.

Â

Selain itu, terjadi pula kesenjangan pembangunan dan

kesenjangan kepadatan penduduk antar daerah yang peru diatasi. Misalnya, kepadatan penduduk di provinsi Jakarta adalah 13.344 jiwa per km2, jauh lebih

besar dibanding provinsi Papua yang cuma 7 jiwa per km2.

Mengatasi kesenjangan ini bukanlah pekerjaan yang

(5)

Â

Ada yang mengusulkan agar pembangunan di luar pulau

Jawa lebih diprioritaskan, sehingga sentra-sentra ekonomi berpencar di berbagai daerah. Apabila lapangan pekerjaan telah tersebar di berbagai provinsi, di berbagai kabupaten, di berbagai kecamatan, maka pencari kerja beserta keluarganya pasti akan pindah ke sana untuk mencari penghidupan yang lebih layak. Dengan demikian, tanpa program transmigrasi-pun masyarakat akan pindah sendiri ke luar pulau Jawa. (Catatan : Bahan tulisan ini, antara lain bersumber dari laporan Menneg PPN/Bappenas).

Â

( Ibnu Purna / Hamidi )

Referensi

Dokumen terkait

Mayor

4.6 Melakukan pemantauan pengelolaan kualitas air, pakan, dan pengendalian penyakit pada pemeliharaan larva komoditas perikanan 3.7 Menerapkan pemanenan hasil.

Dari penelitian ini ditemukan jawaban dari permasalahan yang dirumuskan sebelumnya yaitu hadits-hadits tentang imam wanita bagi mamum laki-laki sanadnya hasan karena

Ketiga adalah burhani merupakan metode berpikir yang lebih mengedepankan rasio atau akal yang mana disiplin ilmunya sering disebut sebagai filsafat dengan penganut

Untuk koefisien regresi variabel orientasi pembelian impulsif sebesar 0,022, variabel orientasi merek sebesar 0,070, variabel orientasi kualitas sebesar 0,174,

Berdasarkan kondisi hasil penilaian tingkat efisiensi teknis di atas yang belum tercapai dan kondisi efisiensi harga yang juga menunjukkan kondisi belum efisien, maka

laporan biaya kualitas sebagai alat pengendalian biaya adalah bahwa setiap perusahaan menerapkan penyusunan laporan biaya kualitas yang merupakan salah satu usaha

30 Nopember-1 Desember 2011 Universitas Brawijaya, Malang LP3 Universitas Brawijaya & BSN 5 Workshop dan Kuliah Tamu "Arsitektur. Nusantara Kontemporer"