PROBLEMATIKA PENANGGULANGAN PENYEBARAN
PORNOGRAFI
DI KALANGAN REMAJA MELALUI MEDIA
ONLINE
( Studi di Kota Bandar Lampung Tahun 2012)
Oleh
Hari Andrianto
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA ADMINISTRASI NEGARA
pada
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRACT
PROBLEMATICS OF PORNOGRAPHY SPREAD CONTROL AMOUNGST TEENAGER BY ONLINE MEDIA
(Case Study Bandar Lampung in 2012) By
Hari Andrianto
Internet technology advances very fast and easy way to use it, allowing anyone to use the internet. One of the negative impacts of Internet technology advances for teens is giving a lot of information that contain elements of pornography. Existing in Indonesia Law Number 44 Year 2008 on Pornography and Presidential Regulation Number 25 of 2012 on the Prevention and Control Task Force Pornography. But despite existing laws pornography, dissemination pornogarfi among teenagers through online media in the city of Bandar Lampung many more.
This study aims to describe and analyze the problems of handling the spread of pornography through online media among teenagers in the city of Bandar Lampung. This study focused on: (1) Why pornogarfi easily spread among teenagers?, (2) What action do city Bandar Lampung government and stakeholders in addressing the spread of pornography?, (3) Constraints faced in tackling the spread of pornography?
This study shows there is no seriousness of the government in the city of Bandar Lampung overcome pornography deployment. It can be seen from the lack of concrete actions undertaken city Bandar Lampung administration for prevention ranging from the absence of local regulations on prevention pornography and absence control programs pornography.
Trough results and discussion that has been described researchers suggested that city Bandar Lampung government began a program to combat the spread of pornography which has become a serious problem in the city of Bandar Lampung, one of them by forming a team of anti-pornography.
ABSTRAK
PROBLEMATIKA PENANGGULANGAN PENYEBARAN PORNOGRAFI DI KALANGAN REMAJA MELALUI MEDIA ONLINE
( Studi di Kota Bandar Lampung Tahun 2012)
Oleh
Hari Andrianto
Kemajuan teknologi internet yang sangat cepat dan mudahnya cara menggunakanya, memungkinkan siapa saja dapat menggunakan internet. Salah satu dampak negatif dari kemajuan teknologi internet bagi remaja adalah banyak memberikan informasi yang mengandung unsur pornografi. Di indonesia sudah ada Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2012 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Pornografi. Namun meski sudah ada undang-undang pornografi, penyebaran pornografi di kalangan remaja melalui media online di kota Bandar Lampung makin banyak.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis problematika penanggulangan penyebaran pornografi melalui media online di kalangan remaja di kota Bandar Lampung. Penelitian ini terfokus pada : (1) Mengapa pornografi mudah menyebar di kalangan remaja ?, (2) Tindakan apa yang dilakukan pemerintahan kota Bandar Lampung dan pihak terkait dalam mengatasi penyebaran pornografi ?, (3) Kendala yang dihadapi dalam menangulangi penyebaran pornografi ?
Penelitian ini menunjukan belum ada keseriusan dari pemerintah kota Bandar Lampung dalam mengatasi penyebaran pornografi. Ini dapat dilihat dari belum adanya tindakan nyata yang dilakukan Pemkot Bandar Lampung sebagai upaya pencegahan mulai dari tidak adanya peraturan daerah tentang penanggulangan pornogarfi dan tidak adanya program penanggulangan pornografi.
Melalui hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan peneliti menyarankan agar pemerintah kota Bandar Lampung mulai membuat program untuk menanggulangi penyebaran pornografi yang sudah menjadi masalah serius dikota Bandar Lampung, salah satunya dengan membentuk tim anti pornografi.
DAFTAR ISI
2. Perkembangan Pornografi di Indonesia ... 13
B. Media Online sebagai Sarana Penyebaran Pornografi melalaui Jaringan internet ... 15
C. Kebijakan Pemerintah dalam Menanggulangi Penyebaran Pornografi berdasarkan Undang-Undang Anti Pornografi dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik ... 19
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44 1. Letak Geografis Kota Bandar Lampung ... 44 2. Kondisi Sosial Masyarakat Kota Bandar Lampung ... 45 3. Tingkat Penggunaan Teknologi Informasi di kota Bandar
Lampung ... 47 B. Hasil dan Pembahasan ... 49 1. Faktor-Faktor Penyebab Cepatnya Penyebaran Pornogarfi di Kalangan
Remaja Melalui Media Online di Kota Bandar Lampung ... 49 a. Penyebaran Pornografi Melalui Internet (Warung Internet) ... 58 b. Penyebaran Pornografi Melalui Handphone ... 62 2. Tindakan-Tindakan yang Dilakukan Pemerintah Kota Bandar Lampung
dalam Menanggulangi Penyebaran Mornografi Melalui Media Online . 66 3. Hambatan yang dihadapi oleh Pemerintahan Kota Bandar Lampung
dalam mencegah Penyebaran Pornografi melalui Media Online
di Kota Bandar Lampung ... 69 a. Faktor internal ... 70 b. Faktor eksternal ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Jumlan Pelecehan Seksual Tahun 2010 – 2012 ... 6
2. Tahapan Reduksi Data ... 37
3. Proses Triangulasi Data ... 40
4. Data Observasi Pengguna Warung Internet Texas ... 60
5. Data Hasil Pembagian Angket Kepada Siswa/i Sekolah Dasar ... 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Wawancara dengan Bapak Seno Koencoro S.Sos selaku
Kepala Bidang Pengembangan Komunikaasi dan Informatika
kota Bandar Lampung ... 51
2. Wawancara dengan Ibu Ruth Dora S. Sos selaku Kepala Pemberdayaan
Perempuan, Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang
Penyebaran pornografi saat ini erat hubunganya dengan perkembangan teknologi,
terutama teknologi internet. Sistem jaringan internet yang dapat menjangkau
berbagai daerah terpencil yang juga memiliki akses internet, menjadikan media
komunikasi menggunakan jaringan internet jadi pilihan banyak masyarakat di
Indonesia saat ini. Semakin banyaknya masyarakat indonesia yang mulai
menggunakan berbagai aplikasi dalam internet seperti jejaring sosial friendster,
facebook, twiter dan lain sebagainya, dimanfaatkan oleh pembuat websites porno
dengan mengiklankan websitesnya yang disisipkan dalam tampilan jejaring sosial
yang digunakan dalam bentuk informasi mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan seks. Bahkan apabila kita mengunjungi website yangmenyediakan layanan
video seperti you tube kita akan banyak menemukan banyak video porno dan
mereka juga menujukan dimana website yang dapat dikunjungi pengguna internet
untuk mencari kumpulan video porno yang lainnya.
Secara sederhana internet didefinisikan sebagai jaringan global yang
mengkoneksikan jutaan komputer (Jumiran 2005:1). Melalui internet jutaan orang
dapat saling berhubungan secara sistematis dalam dunia maya, sehingga saat ini
tetapi sanggup memenuhi sejumlah kebutuhan manusia seperti pertemanan,
penghargaan dan cinta. Internet ibarat perpustakaan yang di dalamnya menyimpan
berbagai macam informasi berupa teks, grafik, audio, gambar maupun animasi
dalam bentuk media elektronik.
Informasi yang mengandung unsur pornografi di internet diperoleh melalui 3
bentuk, yaitu: (1) dalam bentuk web sites yang menawarkan gambar-gambar
pornografi yang sangat mudah diakses, murah dan beragam bentuk seksual, (2) chat
room yaitu sarana komunikasi yang menawarkan materi seksualitas yang sering
disebut cybersexs, berupa percakapan dua arah yang menawarkan materi seksualitas
seolah-olah melakukan hubungan seksual dan menimbulkan rangsangan, (3) news
group yang sifatnya terbuka membahas hal-hal yang berhubungan dengan
seksualitas dan pornografi (http//litbang-sulsel.go.id/mediap-penyebar-pornografi,
Minggu 16 September 2012, 09 : 15 WIB).
Pornografi juga merupakan salah satu masalah yang serius di Indonesia, terutama
mengenai penyebaran pornografi melalui media online. Banyaknya kasus kekerasan
seksual yang terjadi di Indonesia saat ini berawal dari maraknya penyebaran
pornografi. Dari kebanyakna kasus kekerasan seksual yang diliput oleh berita
kriminal di setasiun televisi, pelaku kebanyakan mengaku melakukan perbuatan
asusila karena terangsang setelah melihat video porno. Melalui media online yang
menggunakan jaringan internet video porno dapat dengan mudah diperoleh oleh
Kemajuan teknologi internet yang sangat cepat dan mudahnya cara
menggunakannya, memungkinkan siapa saja dapat menggunakan internet. Bahkan
anak-anak usia sekolah dasar sudah pandai menggunakan internet untuk mengakses
informasi apa saja yang mereka inginkan, tidak terkecuali informasi yang
berhubungan dengan pornografi. Hasil penelitian Yayasan Kita dan Buah Hati
menyebutkan sejak 2008 hingga 2010, sebanyak 67 persen dari 2.818 siswa sekolah
dasar (SD) kelas 4, 5, dan 6 di wilayah Jabodetabek mengaku pernah mengakses
informasi pornografi. Sekitar 24% mengaku melihat pornografi melalui media
komik. Selain itu, sekitar 22% melihat pornografi dari situs internet, 17% dari
games, 12% melalui film di televisi, dan 6% lewat telepon genggam
(http//VIVAnews/Muhammad Firman/Ilustrasi-situs-pornografi-diInternet, 9 April
2012 13:15 WIB).
Kian maraknya pornografi di masyarakat ditanggapi oleh pemerintah dengan
mengesahkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi sebagai
upaya dari pemerintah untuk mengatasi penyebaranya. Undang-Undang ini terdiri
dari delapan bab, dimana pada bab IV dijelaskan pencegahan penyebaran
pornografi di masyarakat. Pada bab tentang pencegahan juga dijelaskan peran
pemerintah daerah dalam mencegah penyebaran pornografi yang terdapat dalam
pasal 18 dan 19 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam pasal 19 pemerintahan daerah berkewenangan mencegah
pornografi dengan cara pemutusan jaringan yang mengandung unsur pornografi
melalui internet, melakukan pengawasan terhadap penyebaran pornografi di
mencegah pornografi di wilayahnya, serta mengembangkan sistem informasi
komunikasi untuk mencegah penyebaran pornografi.
Contoh nyata dari maraknya pornografi di Indonesia yaitu kasus video mesum artis
Indonesia Aril, Luna Maya, dan Cut Tari beberapa tahun lalu. Yang lebih heboh
lagi persebaran video tersebut yang sangat cepat melalui internet, sehingga dalam
waktu yang sangat cepat, setiap orang yang memiliki handphone yang memiliki
aplikasi pemutar video memiliki video mesum tersebut, bahkan di kalangan pelajar
yang terkena razia handphone di sekolahnya sebagian besar memiliki video porno
tersebut.
Keseriusan pemerintah dalam mencegah penyebaran pornografi di Indonesia,
ditindak lanjuti dengan mengesahkan Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2012
tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Pornografi. Pengesahan
Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2012 tersebut merupakan bentuk pelaksanaan
dari pasal 42 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, yang berbunyi “Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Undang- Undang ini,
dibentuk gugus tugas antar departemen, kementerian, dan lembaga terkait yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Presiden”. Bersamaan dengan disahkanya
Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2012 dibentuk juga tim Anti Pornografi oleh
presiden yang struktur organisasinya dijelaskan dalam Peraturan Presiden Nomor
25 Tahun 2012 pada bab III.
Khususnya di kota Bandar Lampung sepertinya ada suatu problematika yang
yang menjadi penilaian peneliti bahwa peraturan mengenai pelaksanaan
pencegahan penyebaran pornografi belum di implemantasikan di kota Bandar
Lampung. Diantaranya adalah belum dibentuknya Tim Anti Pornografi oleh
Walikota sebagaimana seperti yang termuat dalam Peraturan Presiden Nomor 25
Tahun 2012 tentang gugus tugas pencegahan dan penanganan pornografi, sehingga
penyebaran pornografi makin banyak di kota Bandar Lampung.
Banyaknya kasus pelecehan seksual yang terjadi di kota Bandar Lampung
seharusnya menjadi bahan pertimbangan tersendiri bagi pemerintah untuk mulai
mengatasi masalah pornografi di kota Bandar Lampung. Data yang dirilis aparat
Kepolisian Resort Kota Besar (Polresta) Bandar Lampung selama tahun 2011,
sebanyak 24 mahasiswi perguruan tinggi di Bandarlampung pernah menjadi korban
pelecehan seksual, 45 pelajar putri mengalami pelcehan seksual, pelajar SMP
maupun SMA masuk dalam kategori ini. Sementara kekerasan seksual terbanyak
dialami karyawati swasta jumlahnya 13 kasus, diikuti 2 kasus dengan korban ibu
rumah tangga dan 2 kasus dengan korban pembantu rumah tangga .
Kasat Reskrim Polresta Bandar Lampung Kompol Syaiful Wahyudi berpendapat,
tingginya kasus pelecehan seksual berimplikasi erat dengan kemajuan teknologi di
mana pornografi dan pornoaksi semakin mudah dan cepat diperoleh. Dari hasil
introgasi yang dilakukan polisi kepada pelaku pencabulan. Sebagian besar
beralasan mereka melukukan pencabulan karena terangsang setelah menonton blue
film baik melalui situs porno di internet maupun blue film yang banyak di
pencabulan cenderung naik. Terbukti dalam Januari 2012 ini saja sudah terjadi 9
kasus pencabulan yang dilaporkan ke Polresta Bandar Lampung
(http://rakyatlampung.co.id/new/berita-utama/berita-lainnya/3304-24-mahasiswi-dicabul-beruntun.html diakses 19 November 2012, 12:05).
Tabel 1.
Data Jumlan Pelecehan Seksual Tahun 2010 - 2012
Sumber : POLRESTA Bandar Lampung Tahun ( 2010-2012 )
Dikutip dari Radar Lampung mengenai penyebaran video porno di Kota Bandar
Lampung, ternyata saat ini tidak sulit untuk mendapatkan video porno, karena
banyak counter handphone yang memperdagangkan film porno. Sehingga tidaklah
mengherankan jika banyak pelajar yang memiliki handphone dan dilengkapi
aplikasi pemutar video menyimpan video porno. Penjual video yang merupakan
pemilik counter mengaku mendapatkan film-film porno dengan cara men-download
dari internet. Penelusuran wartawan Radar Lampung pada beberapa counter di
sebuah pusat perbelanjaan di Kota Bandar Lampung juga sama hasilnya, dimana
untuk mendapatkan film porno cukup mudah dan harganya relatif murah. Karena
sebagian besar counter menjual video porno. Harga yang dibandrol oleh pemilik
counter untuk membeli video porno berkisar antara Rp. 30.000,00 s/d Rp.
50.000,00 dan pembeli dapat memperoleh puluhan video porno yang dapat diputar
di handphone. Pemilik counter mengungkapkan bahwa kebanyakan konsumen
yang menginginkan video porno adalah remaja. Alasan pemilik counter mengapa
menyediakan video porno karena banyak yang menanyakan serta keuntungannya
cukup banyak.
(http://radarlampung.co.id/read/berita-utama/21751-maraknya-peredaran-video-porno-di-bandarlampung diakses senin 19 November 2012,
12:10).
Untuk penyebaran melalui media online di kota Bandar Lampung di kalangan
remaja sangat menghawatirkan. Karena dari hasil pra riset peneliti pada beberapa
remaja di kota Bandar Lampung yang dengan cara turut bergaul dengan para remaja
yang juga teman dari peneliti atau tetangga kosan dari teman peneliti. Banyak para
remaja yang men-download video porno menggunakan laptop dengan perangkat
tambahan berupa modem untuk koneksi internetnya. Dari media online yang
banyak menyediakan situs porno tersebut kalangan remaja dapat dengan mudah
mengkoleksi berbagai jenis video porno yang mereka ingingkan. Di warung
internet juga para remaja di kota Bandar Lampung dapat dengan mudah mengakses
pornografi, karena banyak situs di internet yang menawarkan informasi pornografi,
SMP yang berdasarkan pemikiran orang awam segala informasi yang diberikan
akan berhubungan dengan pendidikan, namun jika kita telusuri dalam sebagian
website ada yang menawarkan informasi dan tayangan pornografi seperti video
anak SMA atau SMP seks di kelas dan lain sebagainya. Selain itu pengusaha
warung internet banyak yang tidak memasang himbauan kepada pengguna agar
tidak mengakses situs porno.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengungkap problematika yang
berkaitan dengan penanggulangan pornografi di kalangan remaja melalui media
online di kota Bandar Lampung. Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008
tentang Pornografi sudah dijelaskan tata cara pencegahan penyebaran pornografi
selain itu dalam Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2012 tentang Gugus Tugas
Pencegahan dan Penanggulangan Pornografi juga sudah di jelaskan siapa saja yang
bertanggung jawab dalam menanggulangi penyebaran pornografi dan juga namun
kenyataanya pornografi makin marak di kota Bandar Lampung.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang,
maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
a. Apakah penyebab cepatnya penyebaran pornografi di kalangan remaja
b. Tindakan-tindakan apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah kota
Bandar Lampung, dalam menanggulangi penyebaran pornografi di kalangan
remaja melalui media online ?
c. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam penanggulangan
penyebaran pornografi di kalangan remaja melaui media online di kota
Bandar Lampung ?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan
pornografi cepat menyebar dikalangan remaja melalui media online di kota
Bandar Lampung.
b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis apa saja upaya yang sudah
dilakukan oleh pemerintahan kota Bandar Lampung dalam menanggulangi
penyebaran pornografi pada remaja melalui media online.
c. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang
menjadi penghambat dalam penanggulangan penyebaran pornografi, di
D.Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan secara praktis :
a. Secara teoritis atau akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya khazanah keilmuan ilmu administrasi negara terutama tentang
kebijakan publik mengenai penanggulangan masalah sosial khususnya
pornografi.
b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan
atau bahan evaluasi bagi pemerintahan kota Bandar Lampung dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Pornografi
1. Pengertian Pornografi
Kata porno dan pornografi sudah tidak asing bagi kita semua, namun definisi dari
pornografi itu sendiri tidak jelas karena ragam budaya dan juga adat istiadat yang
berbeda-beda menjadikan definisi pornografi juga berbeda juga. Banyak seniman
yang mengekspresikan ide mereka dalam banyak bentuk karya seni, namun kadang
sesuatu yang dianggap seniman sebagai karya seni, bagi masyarakat umum bukan
dianggap sebuah seni melainkan sebagai pornografi. Hal ini yang menyebabkan
definisi dari pornografi memiliki banyak persepsi tergantung dari sudut pandang
mana seseorang mendefinisikan suatu objek tertentu sehingga dapat mengatakan
bahwa objek tersebut merupakan pornografi.
Kata pornografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu pornographos yang terdiri dari
dua kata porne (=a prostitute) berarti prostitusi, pelacuran dan graphein (= to
write, drawing) berarti menulis atau menggambar. Secara harfiah dapat diartikan
sebagai tulisan tentang atau gambar tentang pelacur, (terkadang juga disingkat
menjadi "porn," atau "porno") adalah penggambaran tubuh manusia atau perilaku
(Mutia dalam Kesumastuti 2010:96). Bsaat ini istilah pornografi digunakan untuk
mengungkapkan segala sesuatu yang bersifat seksual, khususnya yang dianggap
berselera rendah atau tidak bermoral, apabila pembuatan, penyajian atau konsumsi
bahan tersebut dimaksudkan hanya untuk membangkitkan rangsangan seksual.
Pengertian pornografi dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang
Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya
melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum,
yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan
dalam masyarakat. Yang dimaksut kecabulan dalam undang-undang anti
pornografi dijelaskan dalam bab II, berisi larangan dan pembatasan yang
dijelaskan dalam pasal 4 dimana hal yang mengandung unsur cabul atau porno
antara lain, yaitu :
a. persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang;
b. kekerasan seksual;
c. masturbasi atau onani;
d. ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan;
e. alat kelamin; atau
f. pornografi anak.
Menurut H.B Jassin pornografi adalah setiap tulisan atau gambar yang sengaja
digambar atau ditulis dengan maksud merangsang seksual. Pornografi membuat
fantasi pembaca mengarah pada daerah kelamin dan menyebabkan syahwat
13:15 WIB). Istilah obscenity (kecabulan) dalam bahasa Inggris lebih sering
digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang tabu selain kata pornografi. Makna
dari obscenity mengacu pada segala sesuatu yang tidak senonoh, mesum, dan
melanggar kesopanan. Terkadang orang juga membedakan antara pornografi ringan
dengan pornografi berat. Dapat disimpulkan pornografi adalah segala sesuatu
dalam bentuk gambar, tulisan, kata-kata, gerak tubuh yang yang mengarah pada
kecabulan yang dibuat untuk merangsang seksualitas.
2. Perkembangan Pornografi di Indonesia
Pornografi di Indonesia merupakan perbuatan yang ilegal, namun penegakan
hukumnya lemah dan interpretasinya pun tidak sama dari waktu ke waktu. Bidang
pertelevisian merupakan salah satu media yang paling banyak menyumbang
persebaran pornografi sebelum tahun 2000-an, karena masa itu masyarakat belum
mengenal internet. Film Antara Bumi dengan Langit merupakan film pertama yang
mengandung unsur pornografi yang diputar pada tahun 1955 yang menampilkan
adegan ciuman antara Frieda dan S. Bono. Memasuki tahun 1970-an persebaran
pornografi di Indonesia kian marak, ini dibuktikan dengan banyaknya film yang
menjurus ke pornografi seperti Bernafas di Atas Ranjang, Satu Ranjang Dua
Cinta, Wanita Simpanan, Nafsu Birahi, yang beredar di masyarakat yang
dipertontonkan dalam bentuk hiburan Layar Tancap
(http//Wikipedia/sejarah-pengertian-pornografi, Senin, 9 April 2012 13:15 WIB).
Pada periode 2000-an pengaruh kemajuan teknologi informasi semakin terasa dan
disc, Digital Versaitle Disc (DVD) dan internet, semuanya membuat film dan
gambar panas semakin mudah ditemukan, baik di kota-kota sampai ke pedesaan
sekalipun. Tersedianya kamera video dan videophone dengan harga relatif murah
telah memungkinkan orang merekam adegan-adegan panas, yang pada mulanya
dimaksudkan hanya untuk koleksi pribadinya. Namun setelah masyarakat
mengenal internet banyak orang yang mengunggah video panas mereka ke
situs-situs tertentu seperti youtube.
Majalah Playboy edisi Indonesia, adalah media cetak yang terbit pertama kali
pada April 2006 merupakan majalah khusus pria dewasa yang isinya penuh dengan
pornografi, namun di tahun pertama terbit majalah Playboy langsung mendapat
tentangan keras dari masyarakat dan hasil akhirnya majalah tersebut dilarang
beredar di Indonesia dan pengadilan mempidanakan pihak-pihak yang terkait
dalam pembuatan majalah tersebut. Berawal dari kasus majalah Playboy
pemerintah semakin giat menggagas undang-undang anti pornografi. Ironisnya
masih banyak majalah yang mengandung unsur pornografi sejenis Playboy yang
masih bebas beredar di Indonesia misalnya majalah Populer yang di dalamnya
banyak membahas masalah seksualitas dan menampilkan foto-foto model yang
fulgar.(Wikipedia/sejarah-pengertian-pornografi, diakses Senin, 9 April 2012
13:15).
Hadirnya internet di Indonesia mengakibatkan banyak masyarakat mulai
meninggalkan media cetak dan beralih menggunakan internet untuk menggali
informasi, hal itu dikarenakan mencari informasi dari media cetak harus menunggu
menggunakan internet setiap orang dapat kapan saja mencari informasi yang
diinginkan asalkan jaringan internet tersedia di rumahnya. Pemanfaatan internet
oleh masyarakat Indonesia masih banyak untuk hal yang kurang bermanfaat dalam
artian hanya sekedar mengikuti tren agar tidak dianggap ketinggalan zaman atau
hanya untuk mencari kepuasan biologis dengan mengakses situs-situs porno. Dari
data hasil survei media cetak Cina tahun 2009 menyebutkan di Asia, Indonesia
menempati peringkat ketiga sebagai pembuka situs porno. Hal ini menunjukkan
bahwa perkembangan pornografi di negara kita sangat banyak. (http//radar
solo.com/Ari-Perdana/situs-porno -diindonesia, Minggu, 22 April 2012, 16:18
WIB).
B.Media Online sebagai Sarana Penyebar Pornografi melalui Jaringan Internet
Zaman modern seperti saat ini, media massa sangatlah penting bagi semua orang.
Melalui media massa segala informasi yang penting dapat diperoleh dengan
mudah oleh seseorang yang berada di daerah terpencil sekalipun. Seiring
berkembangnya media massa maka kehidupan sosial, ekonomi dan budayanya
juga mengalami perkembangan serta perubahan. Sehingga media massa
merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya suatu perubahan dalam segala
aspek kehidupan masyarakat.
Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan
secara serempak, cepat kepada audience (pendengar) yang luas dan heterogen
(Nurudin, 2007: 23). Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi
mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. Dua
fungsi dari media massa adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi
dan informasi (Rakhmat dalam Kesumastuti, 2010:17). Secara umum media masa
terbagi dalam tiga jenis, (Vivian, 2008:15) :
a. Media Massa Cetak (Printed Media), yaitu media massa yang dicetak
dalam lembaran kertas.
b. Media Massa Elektronik (Electronic Media), yaitu media massa yang
isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan
menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi, dan film.
c. Media Massa Online (Online Media, Cybermedia), yaitu media massa
yang menggunakan sistem internet.
Saat ini dari tiga jenis media massa yang telah disebutkan sebelumnya, media
massa online banyak dipilih sebagai sarana untuk bertukar informasi. Online
dalam konteks ini diartikan sebagai menggunakan komputer atau sumber informasi
lain yang terhubung ke jaringan untuk mengakses informasi dan layanan dari
komputer lain atau sumber informasi lainnya. Sedangkan jaringan adalah sistem
komunikasi yang menghubungkan dua komputer atau lebih: internet adalah contoh
jaringan yang terbesar (Wiliam dan Sawyer, 2007:5). Sejarah internet bermula
pada akhir dekade 60-an saat United States Department of Defense (DoD)
memerlukan standar baru untuk komunikasi Internetworking. Yaitu standar yang
mampu menghubungkan segala jenis komputer di DoD dengan komputer milik
harus kuat, aman dan tahan kerusakan sehingga mampu beroperasi di dalam
kondisi minimum akibat bencana atau perang (Sutanta, 2005 :55).
Baru pada pertengahan tahun 1990-an mulai masuk dalam budaya masyarakat di
Amerika Serikat. Mereka mulai mengunakan internet sebagai sarana menyebarkan
foto pribadi, keluarga, mem-posting portofolio, mengekspresikan opini, dan
mempromosikan produk. Internet adalah jaringan komputer yang saling terhubung
ke seluruh dunia tanpa mengenal batas teritorial, hukum dan budaya. Secara fisik
dianalogikan sebagai jaring laba-laba (TheWeb) yang menyelimuti bola dunia dan
terdiri dari titik-titik (node) yang saling berhubungan. Secara fisik internet adalah
interkoneksi antar jaringan komputer namun secara umum internet harus
dipandang sebagai sumber daya informasi. Isi internet adalah informasi, dapat
dikatakan sebagai suatu database atau perpustakaan multimedia yang sangat besar
dan lengkap. Bahkan internet dipandang sebagai dunia dalam bentuk lain (maya)
karena hampir seluruh aspek kehidupan di dunia nyata ada di Internet seperti
bisnis, hiburan, olah raga, politik dan lain sebagainya.
Secara sederhana internet didefinisikan sebagai seluruh jaringan global yang
menghubungkan jutaan komputer (an almost global network connecting million of
computer) (Thurlow, Langel & Tomic dalam Sutanta, 2005:11). Sedangkan
menurur Arie Yanuar P internet adalah suatu jaringan komputer yang terhubung
secara universal yang tersebar di seluruh dunia, jaringan ini terhubung satu dengan
yang lainya dengan memanfaatkan jaringan telephone maupun gelombang
elektromagnetik, serta di dukung oleh software dan hardware yang dibutuhkan
internet (kependekan dari interconnected-networking) ialah rangkaian komputer
yang terhubung secara global dengan menggunakan Transmision Control Protocol
(TPC) dan Internet Protocol (IP) sebagai protokol pertukaran paket (packet
switching communication protocol). Cara menghubungkan rangkaian dengan
kaidah ini dinamakan internetworking (Jumiran, 2005:1).
Dari beberapa pengertian internet di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai
pengertian internet yaitu jaringan besar yang saling berhubungan dari
jaringan-jaringan komputer yang menghubungkan orang-orang dan komputer-komputer di
seluruh dunia, melalui telepon, satelit dan sistem-sistem komunikasi yang lain.
Internet dibentuk oleh jutaan komputer yang terhubung bersama dari seluruh
dunia, memberi jalan bagi informasi (mulai dari teks, gambar, audio, video, dan
lainnya ) untuk dapat dikirim dan dinikmati bersama. Untuk dapat bertukar
informasi, digunakan protokol standar yaitu Transmision Control Protocol dan
Internet Protocol yang lebih dikenal sebagai TCP/IP.
Untuk memudahkan pengguna intenet dalam berkomunikasi dan menemukan
informasi, internet sebagai jaringan terbesar yang di gunakan oleh perusahaan
komunikasi online memiliki fasilitas berupa web yang berisi kumpulan situs-situs
yang telah diklasifikasikan sesuai kategori dan jenis informasi yang disampaikan.
Hubungan internet dengan fenomena penyebaran pornografi dalam media online
yaitu, pornografi dalam media online banyak menyebar melalui fasilitas atau
aplikasi yang ada dalam internet tersebut yang termuat dalam kumpulan situs-situs
C.Kebijakan yang Dibuat Pemerintah untuk Menanggulangi Penyebaran Pornografi berdasarkan Undang Anti Pornografi dan Undang-Undang Informasi dan Transakasi Elektronik
Mengingat bahwa pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi
semakin berkembang luas di tengah masyarakat yang mengancam kehidupan dan
tatanan sosial masyarakat Indonesia pemerintah mengesahkan Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Disahkanya undang-undang anti
pornografi diharapkan mampu mengatasi perbedaan penafsiran tentang pornografi
sehingga masalah pornografi dapat ditanggulangi dengan pengertian pornografi
dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi sebagai dasar
acuan. Permasalahan pornografi di Indonesia hingga saat ini belum terselesaikan,
disebabkan oleh lemahnya tanggapan masyarakat terhadap pornografi selain itu
adanya perbedaan pengertian dan penafsiran pornografi setiap individu
menjadikan masalah tersendiri dalam penanggulangannya.
Upaya pencegahan terhadap penyebaran pornografi di Indonesia tanggapi serius
oleh pemerintah dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008
tentang Pornografi. Secara jelas dalam undang-undang tersebut termuat larangan
dan pembatasan pornografi di indonesia yang dimuat secara umum dalam pasal 4
yaitu:
a. Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak,
menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor,
menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan
1. persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang;
2. kekerasan seksual;
3. masturbasi atau onani;
4. ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan;
5. alat kelamin; atau
6. pornografi anak.
b. Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang:
1. menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau tampilan yang
mengesankan ketelanjangan;
2. menyajikan secara eksplisit alat kelamin;
3. mengeksploitasi atau memamerkan aktivitas seksual; atau
4. menawarkan atau mengiklankan, baik langsung maupun tidak
langsung layanan seksual.
Untuk mengantisipasi penyebaran pornografi di masyarakat, dalam
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Pada bab III mengenai
pencegahan dijelaskan peran pemerintah daerah dan masyarakat untuk mencegah
penyebaran pornografi, sebagaimana yang tertera dalam pasal 19 dan pasal 21.
Untuk melakukan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Pemerintah
Daerah berwenang:
a. melakukan pemutusan jaringan pembuatan dan penyebarluasan produk
pornografi atau jasa pornografi, termasuk pemblokiran pornografi melalui
b. melakukan pengawasan terhadap pembuatan, penyebarluasan, dan
penggunaan pornografi di wilayahnya;
c. melakukan kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak dalam
pencegahan pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi di
wilayahnya; dan
d. mengembangkan sistem komunikasi, informasi, dan edukasi dalam rangka
pencegahan pornografi di wilayahnya.
Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dapat dilakukaan
dengan cara:
a. melaporkan pelanggaran Undang-Undang ini;
b. melakukan gugatan perwakilan ke pengadilan;
c. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan yang mengatur
pornografi;dan
d. melakukan pembinaan kepada masyarakat terhadap bahaya dan dampak
pornografi.
Adanya undang-undang anti pornografi sebagai payung hukum dalam menutup
situs porno, majalah porno, dan tayangan yang berbau porno tidak serta-merta
membuat kita bebas dari masalah pornografi. Faktanya penyebaran dan
perkembangan pornografi bagai jamur di musim hujan yang pada waktu terjadi
sebuah masalah dan pemerintah mulai ramai membicarakan pencegahan dan
penanganannnya, berbagai hal tentang pornografi seolah hilang dan tiba-tiba
muncul kembali dengan jumlah yang lebih banyak ketika masalah tersebut sudah
hanya menjangkit masyarakat umum, namun juga pejabat publik yang seharusnya
menjadi contoh dalam mencegah pornografi tetapi mereka sendiri yang terkena
kasus asusila. Hal tersebut membangkitkan keprihatinan presiden terhadap moral
pejabat publik, yang kemudian presiden dengan disetujui Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
mengasahkan Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2012 tentang Gugus Tugas
Pencegahan dan Penanganan Pornografi.
Pengesahan keputusan presiden tersebut merupan bentuk pelaksanaan dari pasal 42
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008, agar kordonasi antara lembaga
pemerintah dalam menanggulangi penyebaran pornografi di Indonesia. Bersamaan
dengan disahkanya peraturan presiden itu juga dibentuk Tim Anti Pornografi yang
susunan organisasinya dijelaskan dalam BAB III Pasal 5 sebagai berikut
a. Ketua : Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat;
b. Ketua Harian: Menteri Agama.
Anggota Gugus Tugas terdiri atas :
a. Menteri Komunikasi dan Informatika;
b. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
c. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;
d. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan;
e. Menteri Dalam Negeri;
f. Menteri Perindustrian;
g. Menteri Perdagangan;
i. Menteri Kesehatan;
j. Menteri Sosial;
k. Menteri Pemuda dan Olahraga;
l. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;
m.Jaksa Agung Republik Indonesia;
n. Ketua Komisi Penyiaran Indonesia; dan
o. Ketua Lembaga Sensor Film.
Mengatasi penyebaran pornografi di tingkat daerah berdasarkan peraturan presiden
tim Anti Pornografi dapat di bentuk di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab dibawah Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pengaturan mengenai tugas, susunan organisasi,
keanggotaan, dan tata kerja Gugus Tugas Provinsi dan Gugus Tugas
Kabupaten/Kota diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dengan memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Presiden ini
sebagaimana seperti yang di jelaskan dalam pasal 9. Dan untuk membantu
kelancaran kelancaran pelaksanaan tugas, Gugus Tugas dibantu oleh Sekretariat.
Sekretariat dijabat oleh pejabat eselon II di lingkungan
Kementerian Agama.
Dan untuk memperkuat pencegahan penyebaran pornografi yang termasuk cyber
crime pemerintah juga dapat menggunakan Undang-Undang ITE untuk menjerat
penyebar situs porno di media online. Menyadari adanya potensi penyebaran
pornografi melalui media informasi dan elektronik serta melihat dari kemajuan
yang mengarah dan bertumpu pada pemanfaatan teknologi informasi. Didasari
kecenderungan akan timbulnya dampak negatif dan dampak yang lebih luas yang
dapat merugikan pihak pengguna teknologi informasi dalam melakukan transaksi
bisnis, komunikasi dan lain sebagainya, maka diperlukan suatu peraturan sebagai
pedoman dalam melakukan transaksi elektronik dan untuk menjamin kepastian
hukumnya. Disahkannya Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elekronik (UU
ITE) oleh Dewan Perwakilan Rakyat pada 25 Maret 2008 menjadi bukti bahwa
Indonesia tidak lagi ketinggalan dari negara lain dalam menjamin kepastian hukum
di bidang hukum duni maya(cyberspace law).
Undang-undang ini memiliki muatan dan cakupan yang luas dalam membahas
pengaturan di dunia maya. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik ini
mengatur berbagai perlindungan hukum atas kegiatan yang memanfaatkan internet
sebagai medianya, baik transaksi maupun pemanfaatan informasinya. Pada
Undang-Undang Informasi dan Teknologi Elektronik ini juga diatur berbagai
ancaman hukuman bagi kejahatan yang dilakukan melalui internet.
Kehadiran UU ITE tidak diharapkan bisa menekan tingkat kejahatan cyber crime
(dunia maya) di Indonesia termasuk penyebaran pornografi di internet. Seperti
yang diungkapkan Tuarita dosen Sosiologi universitas Diponegoro pornografi
menjadi permasalahan, karena pada dasarnya merupakan sebuah bentuk kejahatan
terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan berpotensi menimbulkan masalah-masalah
sosial (Kesumastuti 2010:123). Rencana pemerintah menutup akses situs porno di
tantangan. Fenomena situs porno dan software penangkalnya mirip dengan virus
dan antivirus komputer. Software penangkal akses situs porno di internet bisa jadi
sangat sering di-update, namun begitu juga dengan situs porno yang juga juga
mengalami update oleh pembuatnya, sehingga bisa saja lolos dari penyaringan
yang dilakukan pemerintah dan bebas berkembang di internet. Banyak cara untuk
bisa menembus dan mengakses situs tersebut seperti halnya untuk mengakses
situs-situs umum lainnya. Sebagi contoh Negara China, pemerintah di sana telah
berusaha keras memblokir masuknya situs porno, namun tetap saja tidak bisa
100% mereka bisa mencegah penyebaran pornografi di masyarakat
(http://news.okezone.com/read/2008/03/28/1/95319/pencekalan-askes-situs-porno-banyak-tantangan, diakses Senin 19 November 2012, 12:00).
D.Remaja Sebagai Penikmat Pornografi
Remaja merupakan kata yang diberikan untuk anak-anak yang berada pada masa
dimana seorang anak memasuki masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.
Sebutan tersebut biasanya diberikan kepada seseorang antara masa kanak-kanak
dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu
antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 22 tahun yaitu menjelang masa
dewasa muda (Soetjiningsih. 2004 : 45). Menurut Hurlock masa remaja adalah
masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang mencakup kematangan
mental, emosional, dan fisik (Hurlock 1999 : 206). Masa remaja digolongkan
1. Masa pra remaja: 12 – 14 tahun, yaitu periode sekitar kurang lebih 2 tahun
sebelum terjadinya pemasakan seksual yang sesungguhnya tetapi sudah
terjadi perkembangan fisiologi yang berhubungan dengan pemasakan
beberapa kelenjar endokrin.
2. Masa remaja awal: 14 – 17 tahun, yaitu periode dalam rentang
perkembangan dimana terjadi kematangan alat -alat seksual dan tercapai
kemampuan reproduksi.
3. Masa remaja akhir: 17 – 21 tahun, yaitu periode seseorang tumbuh menjadi
dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Ciri-ciri remaja menurut Horlock yaitu:
1. Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat
dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa.
2. Seksual mengalami perkembangan yang kadang -kadang menimbulkan
masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri dan
kriminalitas dan lain sebagainya.
3. Cara berpikir causatif yaitu jika seorang remaja dilarang orang tuanya agar
tidak boleh melakukan sesuatu hal merekan akan cenderung bertanya
mengapa tidak diperbolehkan untuk melakukanya.
4. Emosi yang meluap-luap karena emosi remaja masih labil yang erat
hubungannya dengan perkembangan hormon.
6. Mulai mencari perhatian lingkungannya, serta berusaha mendapatkan status
dan peran seperti melalui kegiatan remaja di lingkungan sosialnya
7. Remaja dalam kehidupan sosialnya tertarik pada kelompok sebayanya
sehingga tidak jarang orang tua dinomor duakan sedangkan kelompoknya
dinomor satukan (Hurlock 1999 : 206-207).
Dari definisi beberapa ahli di atas dapat disimpulakn definisi remaja yaitu individu
yang berada dalam masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dimana pada
masa ini individu mengalami kematangan kematangan mental, emosional, sosial
dan fisik yang terjadi pada usia antara 11 hingga 22 tahun.
Kecendrungan remaja saat ini dalam mengikuti tren yang sedang populer
menjadikan remaja mulai tergantung pada internet untuk mengetahui tren yang
hits saat ini. Internet merupakan media paling efektif dan efesien untuk
menemukan beragam informasi dari manca negara, oleh karena itu remaja lebih
suka menggunakan internet untuk menggali informasi yang mereka butuhkan.
Rasa ingin tahu dan ingin mencoba para remaja ini yang menjadikan pornografi
lebih banyak dinikmati oleh para remaja. Banyaknya situs-situs porno dalam
internet juga menjadikan pornografi lebih cepat ditemukan dalam internet dari
pada menemukan informasi yang berbau pendidikan, dalam seminggu ada lebih
4000 situs porno dibuat (Kusumastuti, 2010:105).
Sesuatu yang paling menakutkan adalah apabila para remaja menjadi kecanduan
terhadap pornografi, karena seringnya mengakses pornografi dalam internet.
seseorang menyukai pornografi, seseorang akan merasakan kebutuhan untuk terus
mencari dan memperoleh materi pornografi. Bahkan pecandu pornografi
cenderung akan mengalami proses peningkatan kebutuhan, yang akhirnya memicu
sek bebas (free sex) di kalangan remaja (Kusumastuti, 2010:110). Untuk mencegah
hal tersebut peran orang tua sebagai orang terdekat sangat dibutuhkan untuk
membimbing perkembangan anaknya agar tidak berkembang ke arah yang negatif
selain itu orang tua juga harus tahu dengan siapa saja anak-anak mereka bergaul
karena lingkungan bermain salah satu aspek yang cukup berpengaruh dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis dan Tipe Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian studi
kasus. Penelitian studi kasus yaitu suatu penelitian kualitatif yang berusaha
menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan
pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok, atau situasi (Koestoro dan
Basrowi, 2006: 96). Studi kasus dapat menjadi berbeda dari bentuk-bentuk
penelitian kualitatif lain oleh fakta bahwa studi ini berfokus pada satu “unit tunggal” atau “suatu sistem terbatas”.
Umumnya, studi kasus dihubungkan dengan sebuah lokasi. “Kasusnya” dapat
berupa organisasi, sekumpulan orang seperti kelompok kerja atau kolompok sosial,
komunitas, peristiwa, proses, isu, maupun kampanye (Moleong, 2004:5).
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus karena berusaha untuk
menemukan jawaban tentang problematika penanggulangan persebaran pornografi
melalui media online di kota Bandar Lampung, yang sepertinya terdapat masalah
yang menjadi kendala bagi pemerintahan kota Bandar Lampung dan pihak-pihak
internet di kota Bandar Lampung, sehingga persebarannya dalam masyarakat dapat
terkendali.
B.Fokus Penelitian
Hal yang harus diperhatikan dalam penelitian kualitatif adalah masalah dan fokus
penelitian. Fokus memberikan batasan dalam studi dan batasan dalam
pengumpulan data, sehingga dengan batasan ini peneliti akan fokus memahami
masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian (Moleong, 2004:97). Karena itu
fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif, sekaligus
membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana data yang
tidak relevan.
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan masalah penelitian pada pemerintahan
kota Bandar Lampung dan pihak-pihak terkait yang bertanggung jawab dalam
mencegah penyebaran pornografi, untuk menemukan masalah yang menjadi
kendala dalam menanggulangi penyebaran pornografi di kalangan remja melalui
media online di kota Bandar Lampung :
1. Faktor-faktor penyebab persebaran pornografi di kalangan remaja melalui
media online di kota Bandar Lampung yang dapat melalui warung internet,
internet pribadi menggunakan laptop atau computer serta handphone.
2. Tindakan-tindakan yang telah dilakukan pemerintahan kota Bandar
Lampung dalam menanggulangi penyebaran pornografi di kota Bandar
3. Hambatan yang dihadapi oleh pemerintahan Kota Bandar Lampung dalam
mencegah penyebaran pornografi melalui media online di Kota Bandar
Lampung.
C.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian
terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari
objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat
(Moleong, 2004:128). Dalam penentuan lokasi penelitian, cara terbaik yang
ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dengan menjajaki
lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan. Selain di perlu
pertimbangkan dalam penentuan lokasi penelitian seperti, keterbatasan geografi
dan praktis seperti waktu, biaya serta tenaga.
Mempertimbangkan hal di atas dan membatasi penelitian, maka lokasi penelitian
dan unit analisis dalam penelitian ini ditentukan dengan sengaja (purposive) yang
akan dilakukan di Kota Bandar Lampung pada pemerintahan kota Bandar
Lampung dan pihak-pihak terkait yang bertanggung jawab. Beberapa alasan yang
menjadi dasar pemilihan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kota Bandar Lampung merupakan pusat pemerintahan di Provinsi Lampung
yang memiliki mobilitas tinggi dalam berbagai aspek kehidupan, seperti
ekonomi, sosial, dan politik. Gaya hidup, pergaulan remaja, dan kehidupan
Indonesia seperti Jakarta, Bandung dan masih banyak lagi, yang cenderung
mengikuti budaya barat seiring perkembangan zaman.
2. Kota Bandar Lampung yang memiliki banyak lembaga pendidikan
terkemuka di Lampung dan menjadi tujuan pelajar untuk menuntut ilmu,
membuka peluang usaha bagi pengusaha warung internet. Dan banyaknya
warung internet di kota Bandar lampung menjadi penyumbang persebaran
pornografi melalui internet di kota Bandar Lampung.
D.Sumber Data
Data merupakan bentuk tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, hasil
pemikiran dan pengetahuan seseorang tentang segala sesuatu yang dipertanyakan
sehubungan dengan masalah. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata, dan tindakan yang di dapat dari informan melalui wawancara,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data
merupakan suatu benda, hal atau orang maupun tempat yang dapat dijadikan
sebagai acauan peneliti untuk mengumpulkan data yang diinginkan sesuai dengan
masalah dan fokus penelitian (Moleong, 2004:157).
Data penelitian terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di
lapangan oleh orang yang melakukan penelitian. Data primer dalam
penelitian ini diperoleh peneliti melalui proses wawancara dengan beberapa
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya
diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan peneliti terdahulu. Adapun data
sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen-dokumen.
E.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian,
karena ini merupakan strategi untuk mendapatkan data yang diperlukan.
Keberhasilan penelitian sebagian besar tergantung pada teknik-teknik
pengumpulan data yang digunakan (Koestoro dan Basrowi, 2006:142). Pada tahap
ini ada tiga macam metode yang digunakan dalam mengumpulkan data, yaitu :
1. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab seraya bertatap
muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif
lama. Dalam penelitian ini informan yang diwawancarai adalah aktor-aktor
yang terlibat dalam penangulangan persebaran pornografi melalui media
a. Kepala Bidang Pengembangan Komunikasi dan Informatika Di Dinas
Komunikasi dan Informatika Kota Bandarlampung bapak Seno Kuncoro
S.Sos.
b. Kepala Bagian Pemberdayaan Perempuan Badan Kordinasi Keluarga
Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Bandar Lampung ibu
Ruth Dora S.Sos.
c. Andi Septiawan pelajar SMA Perintis 2.
d. Hari Natal Arumsasi mahasiswa Teknokrat jurusan Teknologi
Informatika
e. Yayan Muhayat mahasiswa Teknokrat jurusan Teknologi Informatika.
f. Budi penjaga warung internet FAJAR di Palapa Bandar Lampung
g. Dino penjaga warung internet TEXAS di Kemiling Bandar Lampung
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Koestoro dan Basrowi, 2006:146). Instrumen
atau alat pengumpulan datanya disebut angket yang berisi sejumlah
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Pembagian
angket untuk memperoleh data diberikan kepada pelajar kelas 6 Sekolah
Dasar Neger 5 Sumberejo Kemiling, Bandar Lampung dan Sekolah Dasar
Negeri 1 Langkapura Bandar Lampung, pelajar Sekola Menengah Pertama
Negeri 28 Bandar Lampung, dan pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri 14
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan
dalam metode penelitian sosial. Pada intinya metode dokumentasi adalah
metode yang digunakan untuk menulusuri data historis. Dokumen yang
didapat peneliti dalam penelitian ini yaitu :
a. Data tindak kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak dari
Lembaga Advokasi Perempuan Damar tahun 2012.
b. Data pelanggaran hukum mengenai tindakan asusila tahun 2010 s/d
2012.
c. Foto ketika wawancara dan foto hasil observosi.
3. Observasi
Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok secara langsung. Hal yang diamati
peneliti dalam observasi yaitu para pengguna warung internet di beberapa
tempat di Bandar lampung yang telah ditentukan sebelumnya, dimana dalam
observasi peneliti melihat banyak pelejar dan mahasiswa yang menjadi
pengguna dan ada beberapa pelajar yang datang berpasangan (laki-laki dan
perempuan).
F. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain (Moloeng, 2004:248). Menurut Miles dan Huberman bahwa
aktifitas dalam analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang bersamaan yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Ini dapat dijelaskan dalam
gambar mengenai komponen-komponen analisis data model interaktif sebagai
berikut ( Sugiono, 2012: 246).
Bagan 1
Komponen-komponen analisis data model interaktif
1. Reduksi data (Data Reduction). Yaitu suatu proses merangkum, pemilihan
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya. Dengan demikian data yang sudah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi
data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung.
Data yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan, dianalisa melalui
tahapan penajaman informasi, penggolongan berdasarkan kelompoknya,
pengarahan atau diarahkan dari arti data tersebut. Pengumpulan
data
Penyajian data
Reduksi
data Penarikan
Tabel 2.
Sumber : Reduksi peneliti
2. Penyajian data (Data Display). Yaitu penyusunan sekumpulan informasi
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan
tindakan. Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan hasil temuan
dalam wawancara, melampirkan foto-foto hasil observasi sebagai bukti dari
hasil temuan di lokasi penelitian, tabel data mengenai kasus asusila yang
terjadi di kota Bandara Lampung selama tahun 2012, serta menghadirkan
dokumen sebagai penunjang data;
3. Penarikan kesimpulan dan melakukan verifikasi (Conclusoin
drawing/verification). Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan secara
terus menerus selama penelitian berlangsung, yaitu sejak awal memasuki
lokasi penelitian dan selama pengumpulan data yang dituangkan dalam
G.Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh. Validitas
merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan
data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah
data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data
yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian (Sugiyono, 2012: 268). Ada
empat kriteria yang diguanakan untuk memeriksa keabsahan data yaitu :
1. Derajat keterpercayaan (credibility)
Konsep ini menggantikan validitas internal. Suatu riset akan kredibel jika
orang-orang yang terlibat mengakui kebenaran temuan-temuan riset dalam
konteks sosialnya sendiri. Uji kredibilitas dalam penelitian kualitatif dapat
dilakukan dengan perpanjangan waktu pengamatan, peningkatan ketekunan
dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus
negatif dan memberchek. Dalam uji kredibilias peneliti melakukan
triangulasi data dan perpanjangan waktu penelitian.
a. Triangulasi
Triangulasi bertujuan untuk mengecek kebenaran data tertentu dengan
membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada
berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yangberlainan, dan
dengan metode yang berlainan. Ada tiga pola triangulasi , yaitu
triangulasi sumber data , triangulasi teoritis, dan triangulasi teknik atau
metode. Triangulasi yang akan dipakai peneliti dalam penelitian ini
untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang
diperoleh dari beberapa sumber. Adapun untuk mencapai kepercayaan
itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
Tabel 3
Proses Triangulasi Data
Data Toori Wawancara Observasi Kesimpulan
b. Perpanjangan waktu penelitian
Perpanjangan waktu penelitian dilakukan peneliti untuk meningkatkan
kredibilitas data karena data yang didapat sebelumnya dianggap masih
kurang, sehingga peneliti perlu melakukan observasi di salah satu
warung internet kembali dan wawancara lagi terhadap informan
sebelumnya dan perpanjangan waktu yang dibutuhkan peneliti kurang
lebih dua bulan.
2. Keteralihan (transferability)
Konsep ini menggantikan validitas eksternal dimana dalam konteks ini,
penulis berperan untuk membantu pembaca memindahkan pengetahuan
khusus yang diperoleh dari temuan-temuan sebuah riset pada latar/situasi
lain. Proses transferability yang dilakukan peneliti meliputi :
1. Penyusunan proposal, tapatnya ketika penulis menguraikan
karakteristik situasi yang menjadi pusat perhatian, gambaran lokasi,
serta menunjukkan bagaimana sampel akan dipilih.
2. Melakukan riset untuk mengungkap masalah yang diteliti.
3. Melakukan pengkajian hasil riset untuk menemukan jawaban dari
masalah penelitian dan menentukan kesimpulan hasil penelitian.
3. Tingkat ketergantungan (dependability)
Kredibilitas dan tingkat ketergantungan berhubungan erat. Kriteria tingkat
ketergantungan menggantikan gagasan tentang reliabilitas. Agar temuan riset
dapat dikaitkan (dengan yang lain), maka temuan tersebut harus konsisten
untuk memenuhi kriteria dependability adalah dengan menunjukkan audit
keseluruhan proses aktifitas penelitian. Tahapan yang dilakukan peneliti
dalam proses audit yaitu :
1. Tahap awal mengadakan pertemuan antara auditor (dosen
pembimbing) dengan auditi (peneliti) untuk menemukan kesepakatan
apakah penelitian diteruskan,diteruskan dengan perubahan atau
dihentikan. Berdasarkan hasil kesepakatan setelah melakukan
pertemuan antara auditor dan auditi penelitian ini diteruskan dan
proses auditing diadakan selama proses studi.
2. Tahap selanjutnya setelah ditemukan kesepakatan bahwa penelitian
diteruskan peneliti bertugas menyediakan data yang diperlukan dalam
penelitian yang kemudian dianalisis dan dideskripsikan dalam bentuk
tulisan agar pembaca mudah memehami. Auditor bertugas
mempelajari hasil bahasan peneliti dan meminta penjelasan seperlunya
dari peneliti.
3. Menguji keabsahan data menggunakan metode yang sesuai dengan
jenis penelitian.
4. Dapat di konfirmasikan (confirmability)
Confirmability merupakan teknik keabsahan data untuk membuktikan
apakah hasil penelitian dapat diuji kepastianya. Teknik confirmability sekilas
mirip dengan teknik dependability karena ini merupakan tahap ahir dari
proses auditing. Tahap ini mengaudit kepastian hasil penelitian apakah hasil
penelitian diperlukan auditor dengan menelusuri dari mana data tersebut
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada pembahasan, maka didapat
kesimpulan sebagai berikut :
a. Penyebaran pornografi di kota Bandar Lampung di kalangan remaja
melalui media online, berawal dari beberapa remaja yang sengaja
mendwoanload video porno dari warung internet atau handphone.
Kemudian menyebar dikalangan remaja dengan cara bertukar video antar
teman saat mereka berkumpul.
b. Belum ada upaya dari pemerintah Kota Bandar Lampung untuk
menanggulangi penyebaran pornografi di kalangan remaja terutama
penyebaran melalui media online. Karena hingga saat ini belum ada
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah kota Bandar Lampung untuk
menagatasi masalah penyebaran pornografi.
c. Belum adanya kebijakan membuat penanggulangan pornografi nenemui
beberapa kendala yang menjadi faktor penghambat bagi pemerintah kota
Bandar Lampung untuk menanggulangi penyebaran pornografi, yang
terdiri dari :
a. Belum ada peraturan daerah sebagai dasar tindakan
pencegahan dan acuan untuk mencegah penyebaran
pornografi.
b. Belum terjalin kordinasi antar dinas-dinas yang
bertanggungjawab menaggulangi penyebaran pornografi.
c. Belum ada program penyuluhan mengenai bahaya
pornografi dari pemerintah kepada masyarakat karena belum
ada kebijakan dan dana untuk membiayai program tersebut.
d. Sulitnya mengontrol penyebaran pornografi melalui media
online melalui barang elektronik milik pribadi yang dapat
langsung terkoneksi dengan internet seperti handpone dan
laptop atau komputer.
2) Faktor eksternal
a. Banyak warung internet di kota Bandar Lampung yang
menempel menghimbauan bagi para penggunanya untuk
tidak mengakses situs porno karena berbagai alasan
diantaranya takut kehilangan pelanggan warung internet.
b. Pergaulan antar remaja yang mulai terbiasa dengan hal yang
berbau porno dan mulai menganggap tayangan porno wajar
ditonton. Sekarang ini bagi para remaja melihat video porno
adalah hal biasa dan mereka juga tidak merasa malu untuk
saling berbagi video porno antar teman melalui handphone
atau laptop bahkan download langsung dari berbagai situs di