• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA GURU GEOGRAFI PADA MATERI PENGINDERAAN JAUH DAN SIG DI SMA NEGERI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROBLEMATIKA GURU GEOGRAFI PADA MATERI PENGINDERAAN JAUH DAN SIG DI SMA NEGERI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEMATIKA GURU GEOGRAFI PADA MATERI PENGINDERAAN JAUH DAN SIG DI SMA NEGERI KOTA BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2012

Oleh

PUTRI DWI WULANAYU

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PROBLEMATIKA GURU GEOGRAFI PADA MATERI PENGINDERAAN JAUH DAN SIG DI SMA NEGERI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN

2012

Oleh

PUTRI DWI WULANAYU

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji problematika guru geografi pada materi penginderaan jauh dan SIG di SMA Negeri Kota Bandar Lampung Tahun 2012. Metode yang digunakan adalah metode kuantitaif bersifat eksploratif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru geografi yang mengajar kelas XII di SMA Negeri Kota Bandar Lampung yaitu sebanyak 17 orang guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru geografi di SMA Negeri Kota Bandar Lampung: 1) kurang menguasai materi Penginderaan Jauh dan SIG, hal ini tercermin dari 64,71% guru menjawab kurang menguasai. 2) kurang menguasai metode pembelajaran materi Penginderaan Jauh dan SIG, hal ini tercermin dari 41,18% guru menjawab kurang menguasai. 3) kurang menguasai media pembelajaran pada materi Penginderaan Jauh dan SIG, hal ini tercermin dari 52,94% guru menjawab kurang menguasai. 4) tidak menguasai dalam penyediaan dan penggunaan sarana dan prasarana, hal ini tercermin dari 64,71% guru menjawab tidak menguasai. 5) motivasi belajar guru yang rendah, hal ini tercermin dari 100% guru menjawab motivasi belajar guru rendah.

(3)
(4)
(5)
(6)

v

II. TINJAUAN PUSTAKA, DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 10

2. Konsep Penginderaan Jauh dan SIG ... 11

3. Penguasaan Materi Penginderaan Jauh dan SIG ... 13

4. Metode Pembelajaran ... 14

a. Jenis-jenis Metode Pembelajaran ... 15

5. Media Pembelajaran ... 19

a. Manfaat Media Pembelajaran ... 19

b. Macam-macam Media Pembelajaran ... 20

c. Media Pembelajaran Geografi ... 21

d. Pemilihan Media Pembelajaran ... 22

e. Pemanfaatan Media Pembelajaran... 23

6. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 24

7. Motivasi Belajar Guru ... 26

B. Penelitian Sejenis ... 27

(7)

vi III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 30

B. Populasi ... 30

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 31

1. Variabel Penelitian ... 31

2. Definisi Operasional Variabel ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

1. Teknik Wawancara Terstruktur... 35

2. Teknik Dokumentasi ... 36

E. Teknik Analisa Data ... 36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum Daerah Penelitian ... 38

1. Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung ... 38

a. Zaman Pra Kemerdekaan Indonesia... 38

b. Zaman Pasca Kemerdekaan Indonesia ... 39

c. Hari Jadi Kota Bandar Lampung... 40

d. Perubahan Jumlah Kecematan ... 40

2. Letak Astronomis dan Luas Wilayah ... 42

3. Kependudukan ... 44

4. Pendidikan ... 45

B. Deskripsi dan Hasil Penelitian ... 46

1. Identitas Responden ... 46

a. Problematika Guru Geografi dalam Penguasaan Materi Penginderaan Jauh dan SIG dalam Penggunaan aplikasinya di SMA Negeri Bandar Lampung ... 49

b. Problematika Guru Geografi dalam Penggunaan Metode Pembelajaran di SMA Negeri Kota Bandar Lampung ... 54

c. Problematika Guru Geografi dalam Penggunaan Media Pembelajaran di SMA Negeri Kota Bandar Lampung ... 58

d. Problematika Guru Geografi dalam Ketersediaan Sarana dan Prasarana di SMA Negeri Kota Bandar Lampung ... 62

e. Problematika Guru Geografi dalam Motivasi Belajar Guru di SMA Negeri Kota Bandar Lampung ... 64

C. Pembahasan ... 67

a. Problematika Guru Geografi dalam Penguasaan Materi Penginderaan Jauh dan SIG dalam Penggunaan Aplikasinya di SMA Negeri Kota Bandar Lampung ... 67

(8)

vii c. Problematika Guru Geografi dalam Penggunaan

Media pembelajaran di SMA Negeri Kota Bandar

Lampung ... 75 d. Problematika Guru Geografi dalam Penyediaan dan

Penggunaan Sarana dan Prasarana di SMA Negeri

Kota Bandar Lampung ... 78 e. Problematika Guru Geografi dalam Motivasi Belajar

Guru di SMA Negeri Kota Bandar Lampung ... 79 V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 82 B. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA

(9)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kota Bandar Lampung memiliki beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat diantaranya Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri, Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta, Madrasah Aliyah Negeri (MAN), Madrasah Aliyah Swasta (MAS), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri, dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta. Tempat penelitian yang dipilih adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Bandar Lampung, hal ini dikarenakan pada SMA Negeri terdapat mata pelajaran Geografi, dan SMA Negeri merupakan tujuan utama siswa dalam mendaftarkan dirinya sebagai siswa, serta keterjangkauan waktu dan tempat dalam melakukan penelitian ini.

(10)

Perkembangan sains yang begitu pesat mengharuskan para pendidik atau guru untuk melakukan perubahan materi pembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah. Salah satu materi pembelajaran yang sangat pesat perkembangannya seiring dengan teknologi informasi adalah bidang ilmu geografi. Perkembangan ilmu geografi terutama pada cabang geografi teknik, yakni Penginderaan Jauh, Kartografi, dan SIG. Dalam hal pembelajaran mata pelajaran geografi khususnya materi Penginderaan Jauh dan SIG, komputer sangat dibutuhkan dalam pemetaan suatu wilayah. Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) yang secara umum merupakan sistem yang menggunakan komputer sebagai media dalam berbagai tahapan pengerjaannya, sehingga dalam penyampaian materi ini Penginderaan Jauh dan SIG perlu penguasaan materi dan keterampilan khusus.

Kemampuan sumber daya manusia yang semakin meningkat juga berperan dalam penciptaan suatu inovasi baru. Salah satunya adalah Penginderaan Jauh dan SIG dalam ilmu geografis. Khusus kajian pendekatan lokasi ini atau lebih dikenal pendekatan keruangan atau spasial sangat penting dalam analisis–analisis fenomena yang terjadi di bumi ini, baik bersifat sosial kemasyarakatan seperti ekonomi, politik, lingkungan budaya dan sebagainya. Karena jika fenomena itu bisa dilengkapi informasinya secara utuh berikut lokasi dan pokoknya, hal tersebut bisa membantu dalam menyelesaikan atau mencari solusi dari permasalahan terkait muka bumi.

(11)

mempresentasikan aspek–aspek keruangan dengan jenis data–data posisi, kordinat, ruang (spasial). Sedangkan peran Pengindraan Jauh sebagai suatu proses membaca dengan menggunakan berbagai sensor dari pengumpulan datadari jarak jauh yang dapat dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang objek, daerah atau fenomena yang diteliti.

Masuknya materi Penginderaan Jauh dan SIG pada kurikulum Geografi SMA merupakan konsekuensi dari pesatnya perkembangan materi teknik dalam geografi. Apalagi kini proyeksi peta dan interpretasi hasil interpretasi citra dapat diintegrasikan, sehingga informasi dapat diperoleh secara lebih mudah. Bagi mereka yang tidak mengikuti perkembangan teknik-teknik pemetaan akan jauh tertinggal.

Materi Penginderaan Jauh dan SIG adalah materi pelajaran geografi yang berkaitan dengan teori dan praktik. Selama ini masih ada tenaga pendidik atau guru geografi di Kota Bandar Lampung yang hanya menyampaikan materi tersebut berupa teori saja. Tenaga pendidik atau guru geografi di Kota Bandar Lampung yang dalam menyampaikan materi Penginderaan Jauh dan SIG dalam bentuk praktik masih jarang, atau minimal memperlihatkan kepada siswa secara visual tentang bagaimana hasil-hasil dari suatu Penginderaan Jauh dan SIG. Guru geografi di Kota Bandar Lampung masih jarang yang menjelaskan dalam bentuk visual tentang bagaimana membuat peta yang berbasis komputer, dari proses

input, pengolahan basis data, manipulasi data, sampai keluaranya (misal: output

(12)

Ketidakmampuan akan penguasaan praktik Penginderaan Jauh dan SIG tersebut bisa jadi akan sedikit mempengaruhi kepercayaan diri para guru geografi di Kota Bandar Lampung, sehingga beberapa guru geografi berkata bahwa materi tentang Penginderaan Jauh dan SIG adalah materi pelajaran geografi yang sulit. Tenaga pendidik atau guru geografi dalam memberikan suatu materi pelajaran kepada siswa dituntut untuk menguasai materi tersebut, yang pada akhirnya mengharuskan guru untuk lebih memahami terlebih dahulu dibandingkan dengan siswa. Berkaitan dengan materi pelajaran geografi di SMA, misalnya materi tentang Penginderaan Jauh dan SIG maka guru geografi akan mendapat tuntutan yang harus dipenuhi yaitu penguasaan materi Penginderaan Jauh dan SIG secara teoritis maupun praktik.

Teori adalah bahan dasar materi yang akan diajarkan, jika guru benar-benar menguasai materi Penginderaan Jauh dan SIG tersebut secara teori maka kesiapan dalam mengajar akan menjadi sesuatu yang ringan. Terlebih jika guru geografi di Kota Bandar Lampung tersebut mampu menguasai Penginderaan Jauh dan SIG secara praktik, misalnya mampu membuat peta/pemetaan berbasis komputer.

(13)

metode pembelajaran yang tepat, akan menghasilkan pencapaian pembelajaran yang efektif.

Selain penggunaan metode pembelajaran, penggunaan media pembelajaran dalam materi Penginderaan Jauh dan SIG akan lebih baik apabila didukung oleh adanya media pembelajaran yang efektif dan efisien seperti menunjukkan peta digital hasil keluaran SIG. Dengan demikian pembelajaran akan lebih bervariasi dengan penggunaan media pembelajaran tersebut, sehingga siswa dapat menganalisis suatu peta digital tersebut. Sarana dan prasarana juga dapat mendukung pembelajaran materi Penginderaan Jauh dan SIG yang efektif dan efisien.

Materi Penginderaan Jauh dan SIG merupakan suatu materi yang terdapat dua sisi yaitu teori dan praktik, oleh karena itu dalam pembelajarannya menggunakan media berupa alat-alat berteknologi modern. Sehingga sarana dan prasarana dapat menambah keefektifan dalam proses pembelajaran. Materi Penginderaan Jauh dan SIG ini membutuhkan alat-alat berteknologi modern, hal ini tentunya dapat memotivasi guru untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan. Dengan demikian guru sebagai tenaga pendidik dapat lebih menguasai materi Penginderaan Jauh dan SIG.

(14)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penguasaan materi Penginderaan Jauh dan SIG dalam penggunaan aplikasinya.

2. Penguasaan guru dalam penggunaan metode pembelajaran. 3. Penguasaan guru dalam penggunaan media pembelajaran.

4. Penyediaan serta penggunaan sarana dan prasarana yang mendukung. 5. Motivasi belajar guru.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian adalah: 1. Apakah penguasaan aplikasi materi Penginderaan Jauh dan SIG dalam

penggunaan aplikasinya menjadi problematika guru dalam pembelajaran materi tersebut pada SMA Negeri di Bandar Lampung tahun 2012?

2. Apakah penguasaan metode pembelajaran guru geografi menjadi problematika dalam pembelajaran Penginderaan Jauh dan SIG pada SMA Negeri di Bandar Lampung tahun 2012?

3. Apakah penguasaan media pembelajaran guru geografi menjadi problematika guru dalam pembelajaran Penginderaan Jauh dan SIG pada SMA Negeri di Bandar Lampung tahun 2012?

(15)

5. Apakah kurangnya motivasi belajar guru untuk meningkatkan kemampuan penguasaan materi Penginderaan Jauh dan SIG menjadi problematika guru dalam pembelajaran Penginderaan Jauh dan SIG pada SMA Negeri di Bandar Lampung tahun 2012?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang problematika guru geografi:

1. Penguasaan materi Penginderaan Jauh dan SIG dalam penggunaan aplikasinya di SMA Negeri Kota Bandar Lampung tahun 2012.

2. Penggunaan metode pembelajaran di SMA Negeri Kota Bandar Lampung tahun 2012.

3. Penguasaan media pembelajaran di SMA Negeri Kota Bandar Lampung tahun 2012.

4. Penyediaan serta penggunaan sarana dan prasarana yang mendukung di SMA Negeri Kota Bandar Lampung tahun 2012.

5. Motivasi belajar guru di SMA Negeri Kota Bandar Lampung tahun 2012.

E. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Geografi di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(16)

Penginderaan Jauh dan SIG di SMA Negeri Kota Bandar Lampung tahun 2012.

3. Untuk memperbaiki kemampuan guru dalam pembelajaran Geografi khususnya pada materi Penginderaan Jauh dan SIG diantaranya mengenai penguasaan materi, penguasaan metode pembelajaran, penguasaan media pembelajaran, penyediaan serta penggunaan sarana dan prasarana dan motivasi belajar guru.

4. Sebagai bahan informasi bagi penelitian-penelitian yang sejenis.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup objek penelitian adalah problematika yang dihadapi guru geografi pada materi Penginderaan Jauh dan SIG di SMA Negeri Kota Bandar Lampung.

2. Ruang lingkup subjek penelitian adalah guru geografi SMA Negeri di Kota Bandar Lampung

3. Ruang lingkup tempat penelitian adalah Kota Bandar Lampung. 4. Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2012.

5. Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Penginderaan Jauh dan SIG

(17)
(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Menurut Thursan Hakim belajar adalah suatu proses perubahan di dalam pribadi manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. (http://herrystw.wordpress.com/2011/05/23/pengertian-belajar-menurut-para-ahli/diaksespadatanggal12oktober2012).

Sesuai dengan definisi di atas, maka belajar dalam penelitian ini adalah suatu proses yang ditempuh oleh siswa untuk menggali wawasan geografi agar dapat memperoleh prestasi yang baik.

(19)

2. Konsep Penginderaan Jauh dan SIG

Penginderaan Jauh berasal dari dua kata dasar yaitu indera berarti melihat dan jauh berarti dari jarak jauh. Jadi berdasarkan asal katanya (epistimologi), Penginderaan Jauh berarti melihat objek dari jarak jauh. Menurut Lillesand dan Kieffer dalam Mulyadi Kusumowidagdo (2007:5) mendefinisikan sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis menggunakan kaidah ilmiah data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang dikaji.

Estes dan Simonett (1975) dalam Sutanto (1992) mengatakan bahwa interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Pengalaman sangat menentukkan hasil interpretasi, karena persepsi pengenalan objek bagi orang-orang yang berpengalaman biasanya lebih konstan atau dengan kata lain pengenalan objek yang sama pada berbagai bentuk citra akan selalu sama. Misalkan pada citra A dianggap sebuah pemukiman, maka pada citra B atau C pun tetap bisa dikenal sebagai pemukiman walaupun agak sedikit berbeda dalam penampakannya.

Interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interpretasi secara manual dan interpretasi secara digital (Purwadhi, 2001). Interpretasi secara manual adalah interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan ciri/karakteristik objek secara keruangan. Karakteristik objek dapat dikenali berdasarkan 9 unsur interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona/warna, tekstur, situs, asosiasi dan konvergensi bukti. Interpretasi secara digital adalah evaluasi kuantitatif tentang informasi spektral yang disajikan pada citra. Dasar interpretasi citra digital berupa klasifikasi citra pixel berdasarkan nilai spektralnya dan dapat dilakukan dengan cara statistik. Dalam pengklasifikasian citra secara digital, mempunyai tujuan khusus untuk mengkategorikan secara otomatis setiap pixel yang mempunyai informasi spektral yang sama dengan mengikutkan pengenalan pola spektral, pengenalan pola spasial dan pengenalan pola temporal yang akhirnya membentuk kelas atau tema keruangan (spasial) tertentu.

http://mbojo.wordpress.com/2007/07/22/interpretasi-citra-pengindraan-

(20)

Sedangkan penggunaan SIG sekarang ini telah meliputi berbagai bidang dan aktivitas. Pada kenyataan SIG merupakan alat yang sangat berguna dan diperlukan. Demikian juga dibidang pendidikan, SIG merupakan suatu sistem yang digunakan sebagai alat bantu pemahaman dan pembelajaran masalah-masalah geografi.

Adapun pengertian Sistem Informasi Geografi (SIG) yaitu kesatuan formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik dan logika berkenaan dengan objek-objek terdapat di permukaan bumi (Eddy Prahasta, 2001:42). Sistem Informasi Geografi adalah teknologi informasi yang dapat menyimpan dan menganalisis data spasial dan non spasial (Guo, 1990 dalam Eddy Prahasta, 2001:57). Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa SIG adalah teknologi informasi yang dapat menganalisis, menyimpan dan menampilkan informasi geografi yang berkenaan dengan objek-objek geografi.

Adapun menurut Dulbahri (1999:20) SIG adalah suatu sistem yang dapat menekankan unsur informasi mengenai tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi dan informasi mengenai keterangan-keterangan yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diberikan atau diketahui. Berdasarkan uraian di atas maka jelas bahwa SIG merupakan subsistem yang menampilkan bentuk informasi yang bereferensi geografi, sehingga merupakan bagian yang tidak terpisah dengan ilmu pengetahuan geografi dan di dalam mempelajari SIG sangat diperlukan adanya penguasaan konsep dasar geografi.

(21)

merupakan kumpulan dari prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengolah data menjadi informasi. Misalnya penjumlahan, klasifikasi, rotasi, koreksi geometri, query, overlay, buffer, join table dan sebagainya. 3) Data, digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data atribut. Data grafis/spasial ini merupakan data yang merupakan representasi fenomena permukaan bumi yang memiliki referensi (koordinat) lazim berupa peta, foto udara, citra satelit dan sebagainya atau hasil dari interpretasi data-data tersebut, sedangkan data atribut misalnya data sensus penduduk, catatan survei, data statistik lainnya. Kumpulan data-data dalam jumlah besar dapat disusun menjadi sebuah basis data. Jadi dalam SIG juga dikenal adanya basis data yang lazim disebut sebagai basisdata spasial

(spatial database). 4) Software, merupakan program komputer yang dibuat khusus

dan memiliki kemampuan pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangan data spasial. Adapun perangkat lunak ini cukup beragam, misalnya ArcInfo, ArcView, ArcGIS, Map Info, TNT Mips (Mac Os, Windows, Unix, Linux tersedia), GRASS, bahkan ada Knoppix GIS dan masih banyak lagi. 5) Hardware, perangkat keras ini berupa seperangkat komputer yang dapat mendukung pengoperasian perangkat lunak yang dipergunakan. Dalam perangkat keras ini juga termasuk di dalamnya scanner, digitizer, GPS, printer dan plotter.

http://agustedhewe.blogspot.com/AgusteDhewe/2009/10/15/SIG/diaksespadatang gal12desember2012

3. Penguasaan Materi Penginderaan Jauh dan SIG

Dalam menciptakan proses pembelajaran baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka sebelum guru mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada anak didiknya.

Menurut Sardiman (2008:162) ada kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu sebagai berikut:

a. Berkendala bahan/materi

b. Mengolah program belajar mengajar c. Mengolah kelas

d. Menggunakan media dan sumber belajar e. Berkendala landasan pendidikan

f. Mengelola interaksi belajar mengajar

g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran

h. Pengenalan fungsi dan program layanan bimbingan dan konseling sekolah i. Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah

(22)

Dengan demikian dapat diketahui bahwa penguasaan materi merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru. Menurut Wina Sanjana dalam Yuniarti (2009:22) Penyampaian materi yang sempurna akan membuat kepercayaan diri guru meningkat, sehingga guru akan mudah mengelola kelas, guru akan bebas bergerak, berani menatap siswa, tidak takut dalam perilaku-perilaku siswa yang dapat menganggu jalannya proses pembelajaran.

Berkaitan dengan Penginderaan Jauh dan SIG yang merupakan subsistem dari geografi, guru dituntut untuk menguasai tidak hanya teori dan konsep dasar geografi tetapi juga praktik sehingga apabila guru kurang menguasai materi pembelajaran akibatnya guru akan sulit mengontrol dan mengendalikan perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran.

4. Metode Pembelajaran

(23)

Menurut Winarno Surakhmad dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006:46) yang harus diperhatikan guru dalam memilih metode pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Tujuan yang bermacam-macam jenis dan fungsinya

b. Anak didik yang bermacam-macam tingkat kematangannya c. Situasi yang bermacam-macam keadaannya

d. Fasilitas yang bermacam-macam kualitas dan kuantitasnya e. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda

Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar kegiatan belajar mengajar tidak membosankan, melainkan dapat menarik perhatian anak didik. Tetapi juga penggunaan metode yang bervariasi tidak akan menguntungkan kegiatan belajar mengajar apabila penggunaannya tidak tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan dengan kondisi psikologis anak didik.

a) Jenis-jenis Metode Pembelajaran

Menurut Slameto (2003:65) mengajar adalah menyajikan bahan pelajaran oleh kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai, dan mengembangkannya. Dalam kegiatan pembelajaran seharusnya tepat guna, maksudnya adalah metode itu mampu memfungsikan siswa belajar sendiri, sesuai dengan student active learning.

Adapun macam-macam metode pembelajaran geografi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran menurut Nursid Sumaatmadja (2001:73):

1) Metode Ceramah

(24)

belajar mengajar geografi, harus diperkaya oleh penerapan metode lain yang lebih mendorong keaktifan anak didik.

2) Metode Tanya Jawab

Metode ceramah yang dilengkapi dengan adanya metode tanya jawab, maka akan memupuk siswa untuk berani bertanya dan menjawab. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan berlatih mengajukan pertanyaan secara terarah. Penerapan metode tanya jawab selain memberikan kesempatan kepada siswa untuk membiasakan diri bertanya dan menjawab pertanyaan secara terarah, juga memupuk keberanian dan keaktifan. Diperkayanya metode ceramah dengan metode tanya jawab pada Proses belajar mengajar (PBM) geografi, dapat menghindarkan kejemuan dan kebosanan siswa mengikuti ceramah.

3) Metode Tugas/Resitasi

Metode mengajar yang memberikan keaktifan lebih jauh kepada siswa (Cara Belajar Siswa Aktif/CBSA) yaitu metode tugas/resitasi. Berbagai konsep kenyataan, peristiwa, bahkan juga masalah yang tidak ada kesempatan untuk disajikan oleh guru geografi di sekolah, dapat ditugaskan kepada siswa untuk dicari dan dikumpulkan di tempat lain. Bentuk-bentuk tugas itu disesuaikan dengan kemampuan anak pada batas-batas frekuensi yang tetap menggairahkan mereka, yang tidak menimbulkan kebosanan dan kejemuan. Metode tugas ini pada pengajaran geografi menjadi sarana memupuk kreativitas, inisiatif, kemandirian, kerja sama atau gotong royong, dan meningkatkan minat pada geografi. Dorongan ingin tahu, ingin membuktikan kenyataan dan menemukan sendiri gejala-gejala kehidupan, dapat dipupuk dan dikembangkan melalui metode tugas ini. Bentuk-bentuk tugas itu berupa pengumpulan artikel yang berhubungan dengan pokok bahasan geografi, pengumpulan gambar dan potret gejala-gejala geografi, penyusunan laporan kunjungan, pembuatan karangan, pembuatan peta, pembuatan alat peraga, dan lain sebagainya. Banyak hal yang dapat dijadikan bahan mengisi metode tugas ini.

4) Metode Diskusi

(25)

5) Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Metode demonstrasi dan eksperimen, pada batas-batas tertentu dapat diterapkan pada proses belajar mengajar geografi. Pokok bahasan geografi yang berkenaan dengan gejala fisis dan jagat raya, pada batas-batas tertentu dapat didemonstrasikan atau dieksperimenkan. Penyelenggaraan demonstrasi atau eksperimen ini tidak usah selalu dilakukan sendiri oleh guru geografi, melainkan dapat bersama dengan siswa, oleh siswa dan bahkan mengundang atau memanfaatkan orang yang ahli pada bidangnya (demonstrasi penggunaan alat-alat meteorologi dan astronomi). Pada batas-batas mungkin dipersiapkan di sekolah sepertinya terjadinya hujan, erosi, pencemaran, dan lain-lain sebangsanya, dapat didemostrasikan dan dieksperimenkan oeh guru bersama siswa. Manfaat metode demonstrasi dan eksperimen ini antara lain mengembangkan keterampilan, mengamati gejala geografi secara langsung meskipun dalam bentuk mini dan buatan. Manfaat lan adalah keterlibatan dan keikutsertaan siswa dalam proses, serta pemanfaatan sumber daya masyarakat dalam pendidikan dan pengajaran. 6) Metode Karyawisata

Metode karyawisata merupakan metode mengajar yang sesuai dengan hakikat geografi. Melalui penerapan metode karyawisata pada proses belajar mengajar geografi, dasar mental siswa yang meliputi dorongan ingin tahu (sense of

curiosity), minat (sense of interest), ingin membuktikan kenyataan (sense of

relity), dan ingin menemukan sendiri gejala-gejala geografi di lapangan (sense of

discovery) dapat dibina dan dikembangkan. Selain itu juga dapat memecahkan

kejemuan dan kebosanan siswa disekat di dalam ruangan sekolah. Metode karyawisata dapat memberikan suasana segar kepada siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar geografi. Dalam hal ini, metode karyawisata jangan diartikan sebagai “perjalanan jauh” yang memakan waktu berhari-hari dan biaya yang besar. Tekanan karyawisata pada pengajaran geografi adalah pada gejala atau masalah apa yang menjadi materi geografi yang akan diamati di lapangan, bukan kepada jauhnya perjalanan ataupun lamanya waktu yang digunakan. Gejala atau masalah geografi yang terdapat di sekitar sekolah yang dapat dijangkau dengan kaki dalam waktu 40 menit dapat dijadikan bahan karyawisata. Tekanan penting pada proses belajar mengajar geografi dengan menerapkan metode karyawisata ini adalah dapat disaksikan dan diamatinya gejala atau masalah geografi secara langsung oleh siswa di lapangan.

7) Metode Sosiodrama/Bermain Peran dan Metode Kerja Kelompok

(26)

Metode mengajar yang dapat diterapkan pada proses belajar mengajar geografi dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu:

a) Metode di dalam ruangan (indoor study)

Metode yang termasuk di dalam ruangan adalah metode ceramah, metode tanya jawab, diskusi, sosiodrama, serta kerja kelompok.

b) Metode di luar ruangan (outdoor study)

Metode yang termasuk di luar ruangan adalah metode resitasi dan karyawisata.

Berkaitan dengan Penginderaan Jauh dan SIG yang merupakan subsistem dari geografi, maka metode pembelajaran yang efektif dan efisien dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode tugas/resitasi, serta metode diskusi.

Menurut Muhammad Faiq beberapa alasan guru harus menggunakan metode bervariasi adalah sebagai berikut:

1) Metode pembelajaran seringkali hanya cocok pada suatu jenis materi tertentu, namun ada beragam jenis materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, hal ini mengharuskan guru untuk menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.

2) Peserta didik memiliki karakteristik dalam gaya belajar yang berbeda-beda hal ini membuat guru untuk menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.

3) Secara tidak langsung dalam kegiatan belajar mengajar, guru menjadi panutan di depan kelas, apabila seorang guru kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran, maka secara tidak langsung peserta didik ternagsang untuk memiliki karakter dalam belajar yang kreatif.

4) Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi akan membuat peserta didik memiliki pemahaman yang lebih mendalam.

5) Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi akan mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

(27)

5. Media Pembelajaran

Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” dengan

demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan (Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, 2006:120).

Menurut Gagne dan Briggs dalam Azhar Arsyad (2000:4) mengungkapkan bahwa media adalah alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape-recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar bingkai) foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Nursid Sumaatmadja (2001:79) mengemukakan bahwa, untuk memberikan citra tentang penyebaran dan lokasi-lokasi gejala-gejala geografi kepada siswa, tidak dapat hanya diceramahkan, ditanyajawabkan, dan didiskusikan, melainkan harus ditunjukkan dan diperagakan.

Dengan demikian yang dimaksud media dalam penelitian ini adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media pembelajaran juga dapat menjadi alat bantu guru untuk membuat siswa lebih tertarik dalam memahami materi.

a) Manfaat Media Pembelajaran

(28)

mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Hamalik dalam Azhar Arsyad (2000:15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi siswa. Sudjana dan Rifai dalam Azhar Arsyad (2000:25) mengemukakan manfaat media pembelajaran proses belajar siswa, yaitu:

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya berkendala dan mencapai tujuan pembelajaran.

3. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

b) Macam-macam Media Pembelajaran

Aneka ragam media dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri tertentu, pengklasifikasian tersebut berdasarkan tiga ciri yaitu suara (audio), bentuk

(visual), dan gerak (motion). Untuk lebih jelasnya Brets dalam R. Ibrahim dan

Nana Syaodih. S (2000:114) mengemukakan beberapa kelompok media, sebagai berikut:

1. Media audio-motion-visual, yakni yang mempunyai suara ada gerakan dan beentuk objektif dapat dilihat. Jenis media dalam kelompok ini adalah televisi, video tape dan film bergerak.

(29)

3. Media audio-semi motion, mempunyai suara dan gerakan secara utuh. Salah satu dari media jenis ini adalah papan tulis jarak jauh atau tele-blackboard. 4. Media motion-visual, yakni media yang mempunyai gambar objek bergerak,

tapi tak dapat mengeluarkan suara, seperti film bisi yang bergerak.

5. Media still-visual, yakni ada objek namun tak ada gerakan seperti film strip

dan slide tanpa suara.

6. Media audio, hanya menggunakan suara seperti radio, telepon dan audio-tape.

7. Media cetak yang tampil dalam bentuk bahan-bahan tercetak/tertulis seperti buku, modul dan pamflet.

Dalam pembelajaran materi Penginderaan Jauh dan SIG di SMA terdapat beberapa media yang dapat digunakan oleh guru.

c) Media Pembelajaran Geografi

Pengajaran geografi hakikatnya adalah pengajaran tentang gejala-gejala geografi yang tersebar di permukaan bumi. Menurut Nursid Sumaatmadja (2001:79) daya jangkau dan pandangan tenaga pendidik yang terbatas, penunjukkan serta peragaan itu dilakukan dalam bentuk model permukaan bumi itu sendiri berupa:

1. Peta

Peta merupakan konsep (round earth on the flat paper) dan hakikat dasar pada geografi dan pengajaran geografi. Oleh karena itu, mengajarkan dan mempelajari geografi tanpa peta, tidak akan membentuk citra dan konsep yang baik pada diri siswa yang mempelajarinya. Pembentukkan citra dan konsep pada diri siswa yang dapat meningkatkan kognitif, afektif, psikomotor mereka, haruslah memanfaatkan peta. Prosesnya mulai dari pengenalan, pembacaan (map reading), pemilihan, dan pembuatan peta. Sesuai dengan tingkat umur dan jenjang pendidikan, siswa dibimbing mengenal peta, membaca peta, memilih peta sampai kepada membuat peta.

2. Atlas

(30)

3. Globe

Globe merupakan model dan bentuk yang sangat mini dari bola bumi. Globe ini selain fungsinya sama dengan peta dan atlas, dapat membina dan mengembangkan citra serta konsep tentang waktu, iklim, musim, dan gejala-gejala alam lainnya baik yang berkenaan dengan atmosfer, hidrosfer, maupun litosfernya. Hal tersebut dapat lebih meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa tentang relasi keruangan gejala-gejala geografi di permukaan bumi.

4. Gambar dan Potret

Gambar dan potret yang berkenaan dengan gejala-gejala geografi, selain diadakan di sekolah dan guru, dapat pula pengadaannya ditugaskan kepada anak-anak. Fungsi gambar dan protet untuk meningkatkan citra dan konsep kepada siswa dapat terpenuhi.

5. Slide, Film, dan VTR

Slide, film dan VTR merupakan media pengajaran modern yang dapat membantu, membina citra, dan konsep geografi lebih meningkatkan pada diri siswa.

6. Diagram dan Grafik

Diagram dan grafik dapat mendeskripsikan data kuantitatif gejala-gejala geografi, dapat membantu meningkatkan citra dan konsep geografi yang bersifat matematis-kuantitatif kepada siswa. Dari citra dan konsep tadi, mereka akan memahami tentang relasi, interelasi, dan interaksi keruangan gejala-gejala geografi yang dapat menimbulkan ketimpangan dan masalah.

7. Media Cetak

Media cetak yang berupa surat kabar, majalah dan terutama buku. Media cetak ini menjadi sumber informasi yang memperkaya citra dan konsep geografi pada siswa.

Berakaitan dengan Penginderaan Jauh dan SIG yang merupakan subsistem dari geografi, maka media pembelajaran yang efektif dan efisien digunakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) adalah peta, gambar dan potret serta slide, film dan VTR.

d) Pemilihan Media Pembelajaran

(31)

dan kemampuan siswa. Dengan demikian guru harus benar-benar memilih media yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut Arief S. Sardiman (2011:84) beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media adalah tujuan instruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak, dan seterusnya), keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat, dan luasnya jangkauan yang ingin dilayani. Hakikat dari pemilihan media pada akhirnya adalah keputusan untuk memakai, tidak memakai, atau mengadaptasi media yang bersangkutan.

e) Pemanfaatan Media Pembelajaran

Pemanfaatan dapat berasal dari kata manfaat yaitu guna, sedangkan konsep media pembelajaran secara keseluruhan adalah alat atau benda yang digunakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

Pemanfaatan media tidak boleh sembarangan sesuai dengan keinginan gurunya saja, tidak terencana dan sistematik. Guru harus memanfaatkannya sesuai dengan langkah-langkah tertentu. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006:136) ada enam langkah yang harus ditempuh guru dalam penggunaan media, yaitu:

1. Merumuskan tujuan dan pemanfaatan media. 2. Persiapan guru.

3. Persiapan kelas.

4. Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media. 5. Langkah kegiatan belajar sisawa.

(32)

Manfaat penggunaan media dalam pembelajaran sangat penting, kehadiran media sangat membantu siswa dalam memahami suatu konsep. Nana Sudjana dalam Aswan Zain (1996:155) mengungkapkan manfaat media adalah sebagai berikut:

1. Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir. 2. Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar. 3. Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar seingga

hasil belajar bertambah mantap.

4. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.

5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.

6. Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa.

7. Model pengajaran akan lebih bervariasi.

Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam pemanfaatannya media tersebut harus menggunakan langkah-langkah yang tepat sehingga dengan pemanfaatannya media tersebut harus menggunakan langkah-langkah yang tepat sehingga dengan pemanfaatannya akan lebih efektif dan efisien, dengan demikian tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

6. Sarana dan Prasarana Sekolah

(33)

1) Ditinjau dari habis tidaknya dipakai

Apabila dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu:

a. Sarana pendidikan yang habis dipakai

Sarana pendidikan yang habis dipakai adalah segala bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai contohnya adalah kapur tulis yang bisa digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran, beberapa bahan kimia yang digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Selain itu, ada beberapa sarana pendidikan yang berubah bentuk misalnya, kayu, besi, dan kertas karton yang sering kali digunakan oleh guru dalam mengajar materi pelajaran ketrampilan. Sementara, sebagai contoh sarana pendidikan yang berubah bentuk adalah piata mesin tulis, bola lampu, dan kertas. Semua contoh tersebut merupakan sarana pendidikan yang apabila dipakai satu kali atau beberapa kali bisa habis dipakai atau berubah sifatnya.

b. Sarana pendidikan yang tahan lama

Sarana pendidikan yang tahan lama adalah keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama. Beberapa contohnya adalah bangku sekolah, mesin tulis, atlas, globe, dan beberapa contoh peralatan olahraga.

2) Ditinjau dari pendidikan bergerak tidaknya a. Sarana pendidikan yang bergerak

Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindahkan sesuai dengan kebutuhan pemakaiannya. Lemari arsip sekolah misalnya, merupakan salah satu sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindahkan kemana-mana bila diinginkan. Demikian pula bangku sekolah termasuk sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindahkan kemana saja.

b. Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak

Sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak adalah sarana pendidikan yang tidak bisa bergerak adalah semua sarana pendidikan yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan. Misalnya saja suatu sekolah yang telah memiliki saluran dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Semua peralatan yang berkaitan dengan itu, seperti pipanya, relatif tidak mudah untuk dipindahkan ke tempat-tempat tertentu.

3) Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar

(34)

Prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam. Pertama, prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang laboratorium. Kedua, prasaran sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang proses terjadinya proses belajar mengajar. Beberapa contoh tentang prasarana sekolah jenis terakhir tersebut diantaranya adalah ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.

Dapat disimpulkan bahwa ketersediaan serta penggunaan sarana dan prasarana merupakan salah satu kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sarana dan prasana yang dapat menunjang keberhasilan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Penginderaan Jauh dan SIG adalah gedung (Misal: ruangan kelas dan laboratorium), berbagai peralatan yang dapat menunjang pembelajaran (Misal: peta, foto udara, peralatan laboratorium geografi) serta materi pembelajaran.

7. Motivasi Belajar

(35)

Berkaitan dengan Penginderaan Jauh dan SIG yang menrupakan subsistem dari geografi, maka motivasi belajar guru untuk dapat menunjang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) adalah dengan mengikuti pelatihan materi Penginderaan Jauh dan SIG.

B. Penelitian Sejenis

(36)

C. Kerangka Pikir

Materi Penginderaan Jauh dan SIG merupakan materi baru yang masuk pada kurikulum 2006. Materi ini memiliki “tuntutan yang harus dipenuhi yaitu

penguasaan materi SIG secara teoritis maupun praktik. Teori adalah bahan dasar materi yang akan kita ajarkan, kalau guru benar-benar berkendala materi SIG tersebut secara teori maka kesiapan dalam mengajar akan menjadi sesuatu yang ringan. Terlebih jika guru tersebut mampu berkendala SIG secara praktik, misalnya mampu membuat peta/pemetaan berbasis komputer, serta pada penggunaan atau pemilihan metode dan media pembelajaran yang harus efektif dan efisien.

(37)

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Problematika guru

dalam pembelajaran materi SIG dan Inderaja

Penguasaan materi SIG dan Inderaja

Penguasaan guru dalam penggunaan metode pembelajaran

Penguasaan guru dalam

menggunakan media pembelajaran

Penyediaan dan penggunaan sarana dan prasarana yang mendukung

(38)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitan eksploratif, menurut pendapat Usman Riase dan Abdi (2009:26), metode eksploratif adalah: penelitian yang bersifat eksploratif, dengan tujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai gejala tertentu. Dapat pula bertujuan untuk memperoleh ide-ide baru mengenai suatu gejala.

Penggunaan metode eksploratif dalam penelitian ini diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah yang telah dikemukakan dalam penelitian dengan jalan menyusun data, menganalisis dan menafsirkan serta memberi kesimpulan.

B. Populasi

(39)

C. Variabel Penelitan dan Definisi operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah penelitian yang bervariasi atau yang menjadi titik tekan dalam penelitian (Suharsimi Arikunto 2006:116). Dengan demikian variabel adalah sesuatu yang memiliki variasi nilai dan dapat dijadikan objek penelitian.

Variabel dalam penelitian ini adalah problematika guru geografi pada materi Penginderaan Jauh dan SIG di SMA Negeri Kota Bandar Lampung tahun 2012 yaitu penguasaan materi Penginderaan Jauh dan SIG, penguasaan metode pembelajaran, penguasaan media pembelajaran, penyediaan dan penggunaan sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran Penginderaan Jauh dan SIG, serta motivasi guru dalam belajar.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Penguasaan materi Penginderaan Jauh dan SIG dalam penggunaan aplikasinya

Dalam pembelajaran guru harus dapat berkendala materi yang tergabung dalam materi Penginderaan Jauh dan SIG. Adapun indikatornya adalah: a. Menguasai apabila:

(40)

b. Cukup menguasai apabila:

Guru cukup menguasai seluruh indikator yaitu pemahaman materi, penyampaian materi, menginterpretasi citra, dan menggunakan aplikasi SIG, hanya menguasai 3 indikator.

c. Kurang menguasai apabila:

Guru kurang menguasai seluruh indikator yaitu pemahaman materi, penyampaian materi, menginterpretasi citra, dan menggunakan aplikasi SIG, hanya menguasai 2 indikator.

d. Tidak menguasai apabila:

Guru tidak menguasai seluruh indikator yaitu pemahaman materi, penyampaian materi, menginterpretasi citra, dan menggunakan aplikasi SIG, hanya menguasai 1 indikator

2. Penguasaan penggunaan metode pembalajaran

Penggunaan metode pembelajaran dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Adapun indikatornya adalah: a. Menguasai apabila:

Guru menguasai seluruh indikator yaitu metode pembelajaran dan metode pembelajaran bervariasi.

b. Cukup menguasai apabila:

(41)

c. Kurang menguasai apabila:

Guru kurang menguasai salah satu dari indikator metode pembelajaran dan kurang metode pembelajaran bervariasi.

d. Tidak menguasai apabila:

Guru tidak menguasai menguasai metode pembelajaran dan metode pembelajaran bervariasi.

3. Penguasaan media pembelajaran

Penguasaan media dalam penelitian ini adalah sejauh mana guru memanfaatkan media pembelajaran yang ada pada saat penyampaian materi. Adapun indikatornya:

a. Menguasai apabila:

Guru menguasai dalam memilih media pembelajaran dan mengembangkan media pembelajaran.

b. Cukup menguasai apabila:

Guru cukup menguasai dari salah satu indikator dalam memilih media pembelajaran dan mengembangkan media pembelajaran.

c. Kurang menguasai apabila:

Guru kurang menguasai dalam memilih media pembelajaran dan mengembangkan media pembelajaran.

d. Tidak menguasai apabila:

(42)

4. Penyediaan serta penggunaan sarana dan prasarana

Sarana dan Prasarana yang terkait dengan pembelajaran materi Penginderaan Jauh dan SIG

Guru menguasai apabila dapat menggunakan sarana dan prasarana 8 alat ataupun lebih.

b. Cukup menguasai apabila:

Guru cukup menguasai apabila dapat menggunakan sarana dan prasarana 6 alat.

c. Kurang menguasai apabila:

Guru kurang menguasai apabila dapat menggunakan sarana dan prasarana 4 alat.

d. Tidak menguasai apabila:

(43)

5. Motivasi belajar guru

Motivasi guru dalam pembelajaran materi Penginderaan Jauh dan SIG adalah berupa pelatihan-pelatihan guru atau tenaga pendidik yang dapat menunjang guru atau tenaga pendidik semakin memahami dalam proses pembelajaran materi Penginderaan Jauh dan SIG. Adapun indikatornya: a. Motivasi tinggi apabila:

Guru memiliki motivasi belajar tinggi apabila pernah mengikuti pelatihan Penginderaan Jauh dan SIG sebanyak 10 kali.

b. Motivasi sedang apabila:

Guru memiliki motivasi belajar sedang apabila pernah mengikuti pelatihan Penginderaan Jauh dan SIG sebanyak 6 kali.

c. Motivasi rendah apabila:

Guru memiliki motivasi belajar rendah apabila pernah mengikuti pelatihan Penginderaan Jauh dan SIG sebanyak 3 kali.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Wawancara Terstruktur

(44)

sopan, terarah dan tepat sasaran sehingga wawancara dapat berjalan dengan baik dan lancar serta menghasilkan data yang tepat dan akurat.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk melengkapi data dalam rangka analisa masalah yang akan diteliti, maka memerlukan informasi dari dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti (Nursid Sumaatmadja, 1988:109).

Dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan adalah data sekunder yang berupa catatan dan keterangan dari pihak SMA dan Dinas Pendidikan Nasional di Kota Bandar Lampung, dan referensi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Proses dokumentasi dilakukan pada waktu pengumpulan data baik penelitian pendahuluan maupun penelitian hasil. Data-data yang dikumpulkan dari teknik dokumentasi adalah data jumlah guru yang mengajar di Bandar Lampung.

E. Analisis Data

Dalam pengelolaan dan menganalisis data pada penelitian ini digunakan rumus presentase sebagai berikut:

Keterangan:

% : Persentase yang diperoleh

n : Jumlah nilai yang diperoleh

(45)

N : Jumlah responden

100 : Konstanta

(46)

V.SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai Problematika Guru Geografi pada Mengajar Materi Penginderaan Jauh dan SIG di SMA Negeri Kota Bandar Lampung Tahun 2012, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa guru mengalami kurang berkendala materi Penginderaan Jauh dan SIG, guru kurang berkendala dalam penguasaan metode pembelajaran materi Penginderaan Jauh dan SIG, guru kurang berkendala dalam penguasaan media pembelajaran, guru berkendala dalam menyediakan sarana dan prasarana, guru berkendala dalam motivasi belajar.

Hal tersebut dapat ditunjukkan dari hasil analisis data pada setiap variabel, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Guru geografi di SMA Negeri Kota Bandar Lampung kurang menguasai dalam penguasaan materi Penginderaan Jauh dan SIG, hal ini tercermin dari 64,71% guru menjawab kurang menguasai.

(47)

3. Guru geografi di SMA Negeri Kota Bandar Lampung kurang menguasai dalam penguasaan media pembelajaran pada materi Penginderaan Jauh dan SIG, hal ini tercermin dari 52,94% guru menjawab kurang menguasai.

4. Guru geografi di SMA Negeri Kota Bandar Lampung tidak menguasai dalam penyediaan dan penggunaan sarana dan prasarana, hal ini tercermin dari 64,71% guru menjawab tidak menguasai.

5. Guru geografi di SMA Negeri Kota Bandar Lampung memiliki motivasi belajar guru yang rendah, hal ini tercermin dari 100% guru menjawab motivasi belajar guru rendah.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Problematika Guru Geografi pada Materi Penginderaan Jauh dan SIG di SMA Negeri Kota Bandar Lampung, maka disarankan hal-hal berikut:

(48)

2. Bagi pemerintah, sebaiknya menambah anggaran pendidikan, untuk melengkapi sarana dan prasarana yang kurang memadai dalam proses pembelajaran Materi Penginderaan Jauh dan SIG. Selain itu pemerintah membantu pihak sekolah dan universitas untuk mengadakan kerja sama yang dapat menunjang proses kegiatan belajar mengajar.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

A.R.As-Syakur.2007.Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. 12 Desember 2012 http://mbojo.wordpress.com/2007/07/22/interpretasi-citra-pengindraan-

jauh/A.R.As-Syakur/InterpretasiCitraPenginderaanJauh/diaksespadatanggal12desember2 012

Aguste Dhewe. 2009. SIG. 12 Desember2012

http://agustedhewe.blogspot.com/AgusteDhewe/2009/10/15/SIG/diaksespad atanggal12desember2012

Arief S. Sardieman, dkk. 2011. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan,

dan Pemanfaatannya). Pustekom Dibud dan PT. RajaGrafindo Persada.

Jakarta

Azhar Arsyad. 2000. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

B. Suryosubroto. 2002. Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Dimiyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. PT. Asdi Mahasatya. Jakarta.

Dulbahri. 1999. Sistem Informasi Geografi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Eddy Prahasta. 2001. Sistem Informasi Geografi. Bumi Aksara. Jakarta

Hadari nawawi. 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

(50)

Ibrahim Bafadal. 2003. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya. Bumi Aksara. Jakarta.

Merina Haditama. 2010. Deskripsi Kesulitan Guru Tentang Pembelajaran IPS Terpadu Di SMP Pada Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009-2010 (skripsi). Unila. Lampung

Muhammad Faiq. 2012. Alasan Mengapa Metode Mengajar Harus Variasi. http://penelitiantindakkelas.blogspot.com/MuhammadFaiq/2012/07/alasan-mengapa-metode-mengajar-harus/diaksespadatanggal19November2013

Mohammad Ali. 1985. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.

Mulyadi Kusumowidagdo, dkk. 2007. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Nana Sudjana. 1991. Macam-macam Metode Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa

Keruangan. Alumni. Bandung.

Nursid Sumaatmadja. 2001. Metode Pembelajaran Geografi. Bumi Aksara. Jakarta

Usman Rianse dan Abdi. 2009. Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi. Alfabet. Bandung

R. Ibrahim dan Nana Syaodih. 2000. Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta

Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi dalam Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. PT. Rineka Cipta. Jakarta

(51)

_______. 2006. Prosedur Penelitian dalam Pendekatan dan Praktik. PT. Adimahasatya. Jakarta.

Sumadi Suryabrata. 1995. Psikologi Pendidikan. CV. Rajawali. Jakarta.

Sutanto. 1998. Penginderaan Jauh Jilid I. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Group. Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi kuasi Eksperimen Kelas XI IPA SMA Negeri 07.. Bandar Lampung Tahun

UPAYA MENURUNKAN KENAKALAN REMAJA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA COVERT SENSITIZATION PADA SISWA.. KELAS XI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN

Hasil penelitian menunjukkan hambatan guru dalam pembelajaran SIG di SMA Negeri 1 Palas meliputi (a) Hambatan guru dalam penguasaan materi SIG: guru geografi belum pernah

Berdasarkan hasil wawancara saat pra survey yang dilakukan di sekolah MTs Negeri Kota Bandar Lampung yaitu MTs Negeri 1 Bandar Lampung dan MTs Negeri 2 Bandar Lampung

Guru mata pelajaran geografi di sekolah menengah atas negeri 1, 2 dan 3 Kota Bandar Lampung memiliki peran penting dalam proses dan hasil pendidikan yang berkualitas.

Hasil penelitian menunjukkan hambatan guru dalam pembelajaran SIG di SMA Negeri 1 Palas meliputi (a) Hambatan guru dalam penguasaan materi SIG: guru geografi belum pernah

Berdasarkan studi pustaka dan hasil wawancara dengan Guru mata pelajaran IPA Biologi di SMA Negeri 2 Bandar Lampung, diketahui bahwa SMA Negeri 2 Bandar

Salah satu upaya untuk membelajarkan siswa pada materi penginderaan jauh dengan lebih baik adalah dengan menggunakan media berbasis prezi. Prezi adalah software dari