• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhnya beraneka macam bahasa daerah yaitu kurang lebih 746 bahasa daerah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tumbuhnya beraneka macam bahasa daerah yaitu kurang lebih 746 bahasa daerah."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sistem komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk saling berinteraksi antara yang satu dengan yang lain. Manusia menggunakan bahasa sebagai alat untuk berinteraksi, bekerja sama dan mengidentifikasi dirinya masing-masing. Keberadaan bahasa di Indonesia sangat beragam yang menyebabkan tumbuhnya beraneka macam bahasa daerah yaitu kurang lebih 746 bahasa daerah. Beragamnya bahasa itu disebabkan oleh banyaknya pulau yaitu 17.508 pulau di Indonesia (Depdiknas, 2009). Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia, yang memiliki jumlah penutur yang cukup besar yaitu 75,5 juta orang (Wedhawati, 2006: 1).

Bahasa Jawa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari bergantung pada lokasi (tempat) mereka tinggal (letak geografis). Pada perbedaan lokasi (tempat) dan batasan-batasan dengan alam inilah yang akhirnya membedakan penggunaan dialek bahasa Jawa antara daerah yang satu dengan yang lain. Dialek itu mempunyai ciri-ciri tersendiri. Disatu pihak ciri-ciri itu menandai kehadirannya sebagai suatu dialek. Disisi lain ciri-ciri itu membedakannya dengan dialek lain. Pada dasarnya di dalam dialek terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat mendasar, baik dari segi bunyi, pembentukan kata, dan makna.

Secara umum dialek dibagi menjadi dua yaitu dialek geografi dan dialek sosial. Dalam penelitian yang peneliti lakukan, peneliti lebih menekankan pada dialek geografis, yaitu variasi bahasa yang ditentukan oleh wilayah pemakaian. Variasi dialek

(2)

2

dalam penelitian ini yaitu variasi dialek Pemalang dengan dialek Banyumas. Dialek Pemalang merupakan dialek yang digunakan oleh seluruh penduduk Kabupaten Pemalang. Dialek yang digunakan oleh penduduk Pemalang ialah bahasa Jawa ngoko dan krama, tetapi bahasa Jawa yang sering digunakan yaitu bahasa ngoko.

Kabupaten Pemalang memiliki 14 kecamatan yaitu Ulujami, Comal, Petarukan, Taman, Pemalang, Ampelgading, Randudongkal, Bantarbolang, Bodeh, Warungpring, Moga, Belik, Watukumpul, dan Pulosari. Dari 14 kecamatan di Kabupaten Pemalang, peneliti akan membatasi penelitian yang akan dilakukan yaitu di Kecamatan Pulosari, tepatnya di Desa Pulosari. Desa Pulosari ini terletak di paling ujung perbatasan antara Kabupaten Pemalang dengan Kabupaten Purbalingga. Desa Pulosari terletak di lereng Gunung Slamet yang masih terpencil, dengan kehidupan sosial penduduk yang masih rendah. Rendahnya kehidupan sosial penduduk tersebut disebabkan oleh kurangnnya pendidikan yang mereka tempuh.

Dari data monografi Desa Pulosari dapat diketahui bahwa jumlah lulusan pendidikan yang ditempuh oleh penduduk Desa Pulosari mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan sarjana, yaitu Taman Kanak-Kanak 6%, lulusan SD 63%, lulusan SMP 23%, lulusan SMA/SLTA 4%, lulusan akademi (D1-D3) 0,9%, lulusan sarjana (S1-S2) 0,8%, dan selain itu juga lulusan pondok pesantren 0,1%. Berdasarkan data monografi di atas dapat dilihat bahwa jumlah lulusan pendidikan terbanyak di Desa Pulosari Kabupaten Pemalang terdapat pada lulusan SD 63%. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Pulosari ini masih cukup rendah. Rendahnya tingkat pendidikan di Desa Pulosari Kabupaten Pemalang menyebabkan penduduk Desa Pulosari hanya menghabiskan waktu dirumah dan bekerja sebagi petani sehingga mereka jarang untuk pergi dari desanya.

(3)

3

Dialek Banyumas digunakan oleh penduduk Banyumas. Selain digunakan oleh penduduk Banyumas dialek Banyumas juga digunakan oleh penduduk Kabupaten Purbalingga. Kabupaten Purbalingga memiliki 15 kecamatan yaitu Kecamatan Kemangkon, Bukateja, Kaligondang, Kejobong, Purbalingga, Bojongsari, Kalimanah, Padamara. Karangreja, Bobotsari, Karang Anyar, Karangmoncol, Rembang, Mrebet, dan sebagian Kecamatan Kutasari. Dari 15 kecamatan di Kabupaten Purbalingga, peneliti akan membatasi penelitian yang akan dilakukan yaitu di Kecamatan Karangreja karena Kecamatan Karangreja terletak pada dataran tinggi pegunungan bagian utara, selain itu juga Kecamatan Karangreja merupakan kecamatan perbatasan dari bagian utara. Di Kecamatan Karangreja terdiri atas Desa Gondang, Desa Tlahab Kidul, Desa Karangreja, Desa Siwarak, Desa Tanah Lor, Desa Katabawa, dan Desa Serang. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian di Desa Serang, karena Desa Serang termasuk wilayah perbatasan antara Kabupaten Purbalingga dengan Kabupaten Pemalang. Selain itu juga ada pertimbangan yang peneliti lakukan, mulai dari letak geografis dan kehidupan sosialnya.

Desa Serang terletak di lereng Gunung Slamet yang masih terpencil, dengan kehidupan sosial penduduk yang masih rendah. Rendahnya kehidupan sosial penduduk tersebut disebabkan kurangnya pendidikan yang mereka tempuh. Dari data monografi Desa Serang dapat diketahui bahwa jumlah lulusan pendidikan yang ditempuh oleh penduduk Desa Serang yaitu tidak pernah sekolah usia 7-45 tahun 8,5%, pernah sekolah SD tetapi tidak lulus 14%, lulusan SD 62%, lulusan SMP/SLTA 9%, lulusan SMA/SLTA 3%, lulusan akademi (D1-D3) 0,6%, lulusan sarjana (S1-S2) 0,4%. Pada data monografi yang peneliti dapatkan dapat diketahui bahwa lulusan

(4)

4

pendidikan terbanyak di Desa Serang terdapat pada lulusan SD 62%. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Serang masih cukup rendah. Hal tersebut menyebabkan penduduk desa Serang jarang berpergian dari desanya dan menghabiskan waktu untuk bekerja di kebun, sehingga dialek yang digunakan di Desa Serang masih asli dan belum tercampur dialek lain. Dialek yang digunakan oleh penduduk Desa Serang adalah dialek Banyumasan.

Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti mengenai dialek perbatasan antara Desa Pulosari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang dengan Desa Serang Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga. Dari pengalaman peneliti selama ini bahwa dari kedua desa perbatasan tersebut memiliki perbedaan dialek antara satu dengan dialek yang lain.Walaupun kedua desa perbatasan hanya dibatasi dengan tugu dan kebun milik warga setempat, tetapi ada saja perbedaan-perbedaan yang mencolok. Perbedaan-perbedaan itulah yang akan peneliti bahas dalam penelitian yang akan peneliti lakukan saat ini.

Perbedaan itu dapat dilihat dari perbedaan semantis dan morfologis. Berikut merupakan klasifikasi perbedaan secara morfologis seperti halnya penambahan afiks ater-ater dan imbuhan bebarengan di Desa Pulosari. Di Desa Pulosari terdapat kosakata ngundhang [ŋunḑaŋ]. Kosakata ngundhang [unḑaŋ] berasal dari kosaka dasar undang [unḑaŋ] yang mengalami ater-ater A-[ng-] di awal kata menjadi

ngundhang [ŋunḑaŋ]. Kosakata ngundhang [unḑaŋ] di Desa Pulosari Kabupaten

Pemalang berarti ‘memanggil’. Selanjutnya di Desa Pulosari juga terdapat imbuhan bebarengan. Imbuhan bebarengan yang terdapat di Desa Pulosari imbuhan bebarengan renggang yang terdapat pada kosakata nguculi benang [ŋucUlI bƏnaŋ]. Kosakata nguculi [ŋucUlI] berasal dari kosakata dasar ucul. Kemudian kosakata dasar

(5)

5

ucul mengalami imbuhan bebarengan renggang A-[ng--i] menjadi nguculi benang [ŋucUl bƏnaŋ] yang berarti ‘melepaskan jahitan’. Adapun di Desa Serang terdapat penambahan afiks ater-ater dan panambang. Penambahan afiks ater-ater di Desa Serang terdapat pada kosakata nyeluk [ńƏlu?]. Kosakata nyeluk [ńƏlu?] berasal dari kosakata dasar celuk [cƏlu?] yang mengalami ater-ater A-[ny-] di awal kata menjadi nyeluk [ńƏlu?]. Kosakata nyeluk [ńƏlu?] di Desa Serang berarti ‘memanggil’. Kemudian penambahan afiks panambang di Desa Serang terdapat pada kosakata

dhedheli [ḑԐḑԐli]. Kosakata dhedheli [ḑԐḑԐli] berasal dari kosakata dasar dhedhel

[ḑԐḑԐl] mengalami panambang [i-] di akhir kata menjadi dhedheli [ḑԐḑԐli]. dhedheli [ḑԐḑԐli] di Desa Serang berarti ‘melepaskan jahitan’.

Perbedaan secara semantis itu tampak terlihat seperti halnya pada Dialek Pemalang kosakata dasar sengit berarti ‘benci’, sedangkan pada dialek Banyumas kosakata dasar wadeh ‘benci’. Pada kosakata kedua desa tersebut terdapat perbedaan nama akan tetapi maknanya sama yang di sebut dengan sinonim. Selanjutnya ‘tulang rahang’ di Desa Pulosari disebut dengan tenggorokan. sedangkan ‘tulang rahang’ di Desa Serang disebut dengan uwang. Kedua kosakata tersebut memiliki makna yang sama, walaupun namanya berbeda. Kemudian untuk nama yang sama, akan tetapi maknanya berbeda terdapat pada kosakata ‘wetan’. ‘Wetan’ di Desa Pulosari memiliki arti ‘selatan’, sedangkan ‘wetan’ di Desa Serang berarti ‘timur’. Kedua kosakata tersebut memiliki nama yang sama ‘wetan’, akan tetapi maknanya berbeda. Masih banyak lagi kosakata dialek Pemalang dan dialek Banyumas yang terjadi di Desa Pulosari Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang dan Desa Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga.

(6)

6

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perbedaan proses morfologis kosakata dialek Pemalang Desa Pulosari dengan kosakata dialek Banyumas Desa Serang-Purbalingga?

2. Bagaimanakah perbedaan struktur leksikal semantis kosakata dialek Pemalang Desa Pulosari dengan kosakata dialek Banyumas Desa Serang-Purbalingga?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan:

1. Perbedaan morfologis kosakata dialek Pemalang Desa Pulosari dengan kosakata dialek Banyumas Desa Serang-Purbalingga

2. Perbedaan struktur leksikal semantis kosakata dialek Pemalang Desa Pulosari dengan kosakata dialek Banyumas Desa Serang-Purbalingga.

3. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan bukan saja sebagai pelaksanaan skripsi, tetapi juga diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini memberikan acuan tambahan dalam meningkatkan analisis suatu bahasa dengan berbagai sudut permasalahan.

b. Penelitian ini memperjelas adanya perbedaan dialek bahasa Jawa perbatasan antara Kabupaten Pemalang dengan Kabupaten Purbalingga.

(7)

7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat untuk dapat membedakan dan menggunakandialek bahasa Jawa Desa Pulosari dan Desa Serang.

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, dalam hukum Islam dan fatwa Dewan Syariah Nasional No.02/DSN-MUI/IV/2000 terdapat ketidaksesuaian dengan praktik yang terjadi dalam simpanan qurban yang ada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manakah diantara faktor asam tartrat, natrium karbonat atau interaksi bersifat keduanya yang dominan terhadap sifat

Optimasi Produksi Bakteriosin Bakteri Asam Laktat yang Diisolasi dari Acar Rebung Ampel (Bambusa vulgaris) pada Kondisi Fermentasi yang Berbeda Menggunakan Media Whey

Sebelum perhitungan sesuai prosedur dilakukan, kontrol pilihan harga awal dengan hasil dari harga rata-rata pesawat sejenis perlu agar setiap parameter pilihan tersebut

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswi Universitas Katolik Soegijapranata Fakultas Ekonomi yang menggunakan dan tidak menggunakan produk pemutih wajah.

Hasil penelitian dan pembahasan adalah prosedur memperoleh akta kelahiran setelah Putusan MK No.46/PUU-VIII/2010 yaitu terlebih dahulu melaui Putusan/Penetapan

terhadap anak yang melakukan tindak pidana dalam Undang-undang Nomor 11. Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Maka dalam penelitian ini penulis bermaksud untuk mengembangkan instrumen tes berupa soal-soal pilihan ganda beralasan yang bertujuan sejauh mana efektivitas