BAGIAN WARISAN UNTUK
CUCU DAN WASIAT WAJIBAH
NENG DJUBAEDAH, SH, MH, PH.D RABU, 26 MARET 2008, 18, 25
MARET 2009, 16 nov 2011, 28 Maret, 25 April 2012, 22 Mei 2013
KEDUDUKAN CUCU atau AHLI
WARIS PENGGANTI MENURUT
HUKUM KEWARISAN ISLAM
NENG DJUBAEDAH YENI SALMA BARLINTI KAMIS, 30 MARET 2017
MATERI YANG DIBAHAS
1. PENGERTIAN CUCU2. DASAR HUKUM BAGI CUCU
3. GARIS-GARIS HUKUM BAGIAN WARISAN CUCU: ZAID BIN TSABIT dan IBNU MAS’UD (SYAFI’I)
4. TAKMILAH: CUCU PEREMPUAN melalui ANAK
LAKI-LAKI (hadis IBNU MAS’UD): Patrilineal Syafi’i
5. ZUL-ARHAM: CUCU melalui ANAK PEREMPUAN
6. PEMBANDING: Kitab Undang-Undang Hukum Wasiat Mesir Nomor 71/1946: WASIAT WAJIBAH
UNTUK CUCU
7. CUCU AHLI WARIS PENGGANTI: PASAL 185 KHI 8. AHLI PEWARIS PENGGANTI ANAK DAN AHLI
PEWARIS PENGGANTI BAGI SAUDARA MENURUT SEMA NO. 3 TAHUN 2015
CUCU
Pengertian & Dasar Hukum Bagian Cucu
1. Patrilineal Syafi’i: Zaid bin Sabit 2. Bilateral Hazairin: mawali: Q.4:33
DASAR HUKUM KEWARISAN ISLAM BAGI
CUCU: PATRILINEAL SYAFI’I
• Hadis Zaid bin Tsabit (terjemahan A.Hassan) • “Anak laki-laki punya anak-anak, sepangkat
dengan anak-anak, jika si mati tidak meninggalkan anak, yaitu
• yang laki-laki sama dengan laki-laki; dan
• yang perempuan sama dengan perempuan. • Mereka jadi warits sebagaimana anak-anak
DASAR HUKUM KEWARISAN ISLAM BAGI CUCU: PATRILINEAL SYAFI’I (cont’d)
• Mereka jadi hajiib sebagaimana anak-anak jadi
hajiib; dan
• anak laki-laki punya anak laki-laki tidak dapat
waritsan selama ada anak laki-laki.
• Jika si mati meninggalkan anak pe-rempuan dan
seorang cucu laki-laki, maka anak itu mendapat
GARIS HUKUM hadis ZAID BIN TSABIT yang
dibuat Sajuti Thalib
a. Cucu laki-laki melalui anak laki-laki
menempati tempat anak laki-laki, kalau tidak ada anak laki-laki dan tidak ada anak
perempuan.
b. Cucu perempuan melalui anak laki-laki
menempati tempat anak perempuan, kalau tidak ada anak laki-laki dan tidak ada anak perempuan.
CUCU LELAKI melalui ANAK LELAKI = ANAK
LELAKI, jika TIDAK ADA ANAK
CUCU PEREMPUAN melalui ANAK LELAKI =
ANAK PEREMPUAN, jika TIDAK ADA ANAK
GARIS HUKUM hadis ZAID BIN TSABIT yang
dibuat Sajuti Thalib (cont’d)
c. Cucu laki-laki melalui anak laki-laki yang menempati tempat anak laki-laki kalau tidak ada anak laki-laki dan tidak ada anak perempuan itu mewaris dan menghijab sama seperti anak
laki-laki.
d. Cucu perempuan melalui anak lelaki yang menempati tempat anak perempuan kalau tidak ada anak lelaki dan tidak ada
anak perempuan itu mewaris dan menghijab sama seperti
CUCU LAKI-LAKI (A) menghijab SAUDARA
lelaki sekandung PEWARIS (B)
• A = cucu laki-laki melalui anak lelaki = seluruh harta warisan;
• B = saudara laki-laki sekandung = terhijab oleh A.
• Gambar:
A
CUCU PEREMPUAN (A) bersama SAUDARA
lelaki sekandung PEWARIS (B)
• A = cucu perempuan = 1/2, zul-fara’id (Q.4:11c jo. hadis Zaid bin Sabit);
• B = saudara lelaki sekandung = sisa = 1/2,
‘asabah binafsihi (hadis Zaid bin Sabit).
• Gambar:
A
GARIS HUKUM hadis ZAID BIN TSABIT yang
dibuat Sajuti Thalib (cont’d)
e. Cucu laki-laki melalui anak laki-laki tidak mewaris kalau ada anak laki-laki.
• Gambar: A = anak lelaki = seluruh harta; B = cucu lelaki = terhijab oleh A.
B
GARIS HUKUM hadis ZAID BIN TSABIT yang
dibuat Sajuti Thalib (cont’d)
f. Kalau ahli waris terdiri atas seorang anak perempuan dan seorang cucu laki-laki melalui anak laki-laki, maka anak perempuan memperoleh 1/2 harta peninggalan, dan cucu laki-laki melalui anak laki-laki memperoleh sisa.
• Gambar:
B
Seorang Anak Perempuan (A) = 1/2, Cucu
Lelaki (B) = sisa
B
CUCU PEREMPUAN melalui ANAK LAKI-LAKI:
TAKMILAH (hadis IBNU MAS’UD): Patrilineal
Syafi’i
• Abdullah bin Mas’ud: Rasulullah saw pernah hukumkan untuk seorang anak perempuan
1/2,
• dan untuk cucu perempuan 1/6 un-tuk
mencukupkan 2/3 (takmilatas-sulusaini),
ANAK PEREMPUAN (A)=1/2, CUCU PEREMPUAN (B) melalui anak lelaki (C)=1/6, & SAUDARA
PEREMPUAN sekandung (D)=SISA (Ibnu Mas’ud)
B
A
D C
BAGIAN WARISAN untuk CUCU menurut BILATERAL HAZAIRIN = MAWALI
• CUCU = mawali
• Dasar hukum an-Nisa: 33a (Q.4:33a jo. Q.4:11a, 11b, 11c).
CUCU menurut Pasal 185 KHI =
AHLI WARIS PENGGANTI
1) Ahli waris yang meninggal lebih dahulu
daripada pewaris maka kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka
tersebut dalam Pasal 173.
2) Bagian bagi ahli waris pengganti tidak boleh
melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti.
AYAH, IBU bersama satu ANAK LELAKI & CUCU LELAKI melalui ANAK LELAKI; BILATERAL HAZAIRIN = MAWALI;
KHI = AHLI WARIS PENGGANTI
A B
C
AYAH, IBU, ANAK PEREMPUAN & CUCU LELAKI melalui ANAK LELAKI ; BILATERAL HAZAIRIN = MAWALI ; KHI = AHLI
WARIS PENGGANTI
A
D C
AYAH, CUCU PEREMPUAN & CUCU LELAKI melalui ANAK PEREMPUAN= ZULARHAM ; BILATERAL HAZAIRIN =
MAWALI ; KHI = AHLI WARIS PENGGANTI
A
AYAH, IBU, CUCU LELAKI melalui ANAK LELAKI ; BILATERAL HAZAIRIN = MAWALI ; KHI = AHLI WARIS
PENGGANTI
A B
AYAH, IBU, CUCU PEREMPUAN melalui ANAK LELAKI ; BILATERAL HAZAIRIN = MAWALI ;
KHI = AHLI WARIS PENGGANTI
A
C
AYAH, IBU, CUCU LELAKI melalui ANAK PEREMPUAN =
ZUL-ARHAM ; BILATERAL HAZAIRIN = MAWALI ; KHI =
AHLI WARIS PENGGANTI
B A
AYAH, IBU, CUCU PEREMPUAN melalui ANAK
PEREMPUAN = ZUL-ARHAM; BILATERAL HAZAIRIN =
MAWALI ; KHI = AHLI WARIS PENGGANTI
A B
Pewaris meninggalkan ibu (E), isteri (F), satu anak laki-laki (A), satu anak perempuan (B), dan satu cucu
laki-laki (C) melalui ANAK LELAKI (D) Penyelesaian menurut KHI:
Tahap I:
• E = Ibu = 1/6 = 40/240 • F = Isteri = 1/8 = 30/240
• Sisa = 1 – (4/24 + 3/24) = 24/24 – 7/24 = 17/24, diberikan kepada anak-anak pewaris, A, B, dan D.
A E C F D B
PENYELESAIAN KASUS CUCU BERDASARKAN PASAL 185 KHI: (menurut Neng Djubaedah)
Tahap II: • A : B : D = 2 : 1 : 2 (Pasal 176 KHI) • A = 2/5 X 17/24 (sisa) = 34/120 = 68/240; • B = 1/5 X 17/24 (sisa) = 17/120 = 34/240; • D = 2/5 X 17/24 = 34/120 = 68/240 diberikan kepada C.
Tahap III:
• Pasal 185 (2) KHI: C tidak boleh lebih dari B,
maka keluarkan dulu bagian A= 34/120;
• Sisa HW setelah dibagikan kepada A adalah:
(i) 17/24 atau 85/120 (yaitu BAGIAN UNTUK ANAK setelah DIBAGIKAN KEPADA ZUL
FARA’ID (IBU & ISTERI) dikuarangi 34/120 (yaitu BAGIAN WARISAN untuk A), yaitu (ii) 85/120 – 34/120 = 51/120
(iii) Sisa HW = 51/120
(iv) dibagikan kepada B dan C sesuai hadis Zaid bin Tsabit
Lanjuan TAHAP III
• Sisa HW = 51/120 dibagikan kepada B dan C sesuai hadis Zaid bin Tsabit:
Garis hukum ZaidBin Tsabit ke-6: ANAK PEREMPUAN 1/2, SISA DIBERIKAN KEPADA CUCU LAKI-LAKI MELALUI ANAK LAKI-LAKI
• B (ANAK PEREMPUAN) = 1/2 X 51/120 =
51/240
• C (CUCU LAKI-LAKI MELALUI ANAK LAKI-LAKI) =
SISA = 51/120 – 51/240 = 102/240 -51/240 =
HASIL AKHIR: PERHITUNGAN
BERDASARKAN PASAL 185 KHI
KARENA ITU PENYELESAIAN KEWARISAN DIGUNAKAN SAMPAI TAHAP KE3 SAJA.
E = Ibu = 1/6 = 40/240 = 120/720, ZF. F = Isteri = 1/8 = 30/240 = 90/720, ZF
A = ANAK LELAKI = 68/240, Asb binafsihi
B = ANAK PEREMPUAN = 51/240, Asb bilghairi C = AHLI WARIS PENGGANTI = 51/240
ANALISIS:
KETENTUAN PASAL 185 AYAT (2) KHI TERPENUHI,
namun TIDAK SESUAI DENGAN AJARAN PATRILINEAL SYAFI’I,
yaitu CUCU LAKI-LAKI SEHARUSNYA TERHIJAB OLEJ ANAK LAKI-LAKI;
DI MESIR: mendapat WASIAT WAJIBAH
Penyelesaian Kasus menurut KHI:
LEBIH SINGKAT (cont’d)
Tahap II: • A : B : D = 2 : 1 : 2 (Pasal 176 KHI) • A = 2/5 X 17/24 (sisa) = 34/120 = 68/240; • B = 1/5 X 17/24 (sisa) = 17/120 = 34/240; • D = 2/5 X 17/24 = 34/120 = 68/240 diberikan kepada C.
Penyelesaian Kasus menurut KHI
LEBIH SINGKAT (cont’d)
Tahap III:
• Pasal 185 (2) KHI: C tidak boleh lebih dari B,
maka keluarkan dulu bagian A= 34/120;
• Sisa = 17/24 – 34/120 = 85/120 – 34/120 =
51/120 dibagikan kepada B dan C sesuai hadis
Penyelesaian Kasus menurut KHI:
LEBIH SINGKAT (cont’d)
• B = anak perempuan = 1/2 X 51/120 = 51/240; • Sisa = 51/120 – 51/240 = 102/240 – 51/240 =
51/240
• C = cucu laki-laki = sisa = 51/240. • A = 68/240;
• B = 51/240; • C = 51/240; • E = 40/240; • F = 30/240
Penyelesaian Kasus menurut KHI
(cont’d)
AWP= mendapat bagian, menurut Neng Djubaedah:
1. tidak lebih dari ½ (bersama seorang anak / saudara perempuan); akan tetapi,
2. mendapat bagian terkecil yang tidak
berbatas karena tergantung kepada jumlah saudara perempuan yang sederajat dengan ahli waris yang digantikan.
CUCU melalui ANAK PEREMPUAN =
ZUL-ARHAM
Pengertian ahli waris zul-arham:
1. Ahli waris yang dihubungkan melalui garis keturunan perempuan: a. cucu lelaki/cucu
perempuan melalui anak perempuan; b. Anak lelaki/perempuan melalui saudara
perempuan; nenek gairu sahih; saudara lelaki dan/atau saudara perempuan ibu
CUCU melalui ANAK PEREMPUAN =
ZUL-ARHAM & DASAR HUKUM
2. dapat tampil sebagai ahli waris jika pewaris tidak meninggalkan
a. Ahli waris zul-fara’id nasabiyah; b. ‘Asabah.
3. DAPAT TAMPIL bersama JANDA/ DUDA
(zul-fara’id sababiyah/perkawinan)
CUCU
melalui ANAK PEREMPUAN = ZUL ARHAM adalah far’u ghairu waritsA = ISTERI = 1/4; A = SUAMI = ½; B C = ZAWIL ARHAM = SISA
B : C = 2:1
A
B C
A
Kitab Undang-undang Hukum Wasiat Mesir Nomor 71/1946: WASIAT WAJIBAH
• Besar wasiat wajibah bagi CUCU yang TERHIJAB = bagian orang tuanya;
• Maksimal 1/3
• Memenuhi 2 Syarat :
1. Cucu: berhak menerima harta warisan;
2. Si Mati tidak memberikan jalan lain sebesar yang ditentukan baginya (wasiat ihktiyariyah).
WASIAT WAJIBAH untuk ANAK
ANGKAT dalam PASAL 209 KHI
1) Harta peninggalan anak angkat dibagiberdasarkan pasal-pasal 176 sampai dengan 193 tersebut di atas, sedangkan terhadap
orang tua angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan anak angkatnya
2) Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah
sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya
WASIAT WAJIBAH SELAIN ANAK
ANGKAT
Bagaimana Wasiat Wajibah untuk selain Anak Angkat dan Orang Tua Angkat:
A. Anak hasil zina ? alm DR. Satria Effendi & Tesis Neng Djubaedah
B. Anggota keluarga karena hubungan DARAH NON-ISLAM yang semestinya menjadi ahli waris seandainya ia beragama Islam ?
FATWA MUI No. 5/MUNAS
VII/MUI/2005
TENTANG KEWARISAN BEDA AGAMA:
1. Hukum waris Islam tidak memberikan hak
saling mewaris antar orang-orang yang
berbeda agama (antara muslim dengan
non-muslim).
2. Pemberian harta antar orang yang berbeda
agama hanya dapat dilakukan dalam bentuk hibah, wasiat dan hadiah.
WASIAT WAJIBAH
C. Keluarga sepersusuan sepatutnya ditentukan sebagai penerima wasiat wajibah
D. Anak Tiri yang berada dalam asuhan dan
pemeliharaan orang tua tiri sejak usia anak tiri belum 18 tahun dan perkawinan orang tua
kandung dengan orang tua tirinya putus karena kematian (ANALOG kpd SYARAT ANAK YANG AKAN ANGKAT dalam PASAL 12 PP NO. 54 TAHUN 2007 TENTANG PENGANGKATAN ANAK; Orang Tua Tiri dapat menerima wasiat wajibah dari anak tiri yang meninggal ketika perkawinan orang tua kandung dan orang tua tirinya masih terjalin?
WASIAT WAJIBAH
E. Jika pewaris meninggalkan PARA AHLI WARIS yang
jumlahnya dapat menyebabkan HARTA WARISAN
yang diterima setiap AHLI WARIS menjadi LEBIH KECIL dibandingkan JUMLAH MAKSIMAL wasiat/
wasiat wajibah (1/3) yang diterima anak
angkat/orang tua angkat ?
Neng Djubaedah: bagian harta peninggalan yang dapat diterima oleh penerima wasiat wajibah tidak boleh melebihi bagian warisan terkecil yang diterima ahli waris zawil-furud dan/atau asabah
Wallahu ‘alam
Wassalamu ‘alaikum