• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN PESERTA PEMBIASAAN DALAM PENDIDIKAN MODEL BOARDING SCHOOL DI MAS SIMBANG KULON PEKALONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN PESERTA PEMBIASAAN DALAM PENDIDIKAN MODEL BOARDING SCHOOL DI MAS SIMBANG KULON PEKALONGAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

90

BOARDING SCHOOL DI MAS SIMBANG KULON PEKALONGAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di MAS Simbang Kulon Pekalongan yang menggunakan pendidikan model boarding school, peneliti akan menganalisis sesuai dengan rumusan masalah yang telah disampaikan pada bab I dengan menggunakan teknik analisis Miles dan Huberman.

A. Analisis Upaya Pembentukan Karakter Disiplin melalui Pendidikan Model Boarding School di MAS Simbang Kulon Pekalongan.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pelaksanaan upaya pembentukan karakter disiplin melalui pembiasaan dalam pendidikan model Boarding School di MAS Simbang Kulon Pekalongan tidak serta merta berjalan dengan sendirinya sesuai dengan harapan, akan tetapi melalui proses yang terencana sebagai landasan dalam membentuk pribadi disiplin peserta didik. Diantaranya memadukan antara kurikulum pembelajaran, kegiatan ekstra/ kegiatan tambahan dan kegiatan harian (rutin).

1. Kurikulum (materi wajib).

Kurikulum pembelajaran yang ada di madrasah reguler (sekolah pagi) yang didalamnya terdapat pembelajaran-pembelajaran agama seperti kitab tafsir, hadits, fiqih, kitab akhlak dan lainya yanga sudah terjadwal yang dapat menjadi modal dasar peserta didik agar mengetahui

(2)

hukum, tata krama dan mengaji yang bertujuan untuk menguatkan akidah dan akhlak peserta didik di boarding school dan tentunya dapat membantu melatih kedisiplinan peserta didik.

Dalam kurikulum (materi wajib) peserta didik diberikan materi-materi pembelajaran yang sesuai dalam upaya pembentukan karakter disiplin peserta didik di MAS Simbang Kulon yang berada di boarding

school, diantaranya:1

a. Tahsinu al Qur’an (materi membaca Al-Qur’an sesuai dengan ilmu tajwid dari Al-Fatihah sampai akhir al-Qur’an. Materi ini diajarkan dengan cara talaqqi dan syafahi dari seseorang pendidik al-Qur’an yang memiliki sanad dan landasan yang kuat sampai kepada baginda Rasulullah SAW). Dengan tahsinu al Qur’an dapat membuat peserta didik belajar disiplin, karena peserta didik dianjurkan (diwajibkan) membaca al-Qur’an setiap harinya secara teratur.

b. Ta’limu al Muta’allim (kitab yang di dalamnya berisi tentang tata cara dan tata krama bagi seseorang yang mencari ilmu). Diharapkan dengan materi ini peserta didik pada saat dan setelah mengkaji kitab bersama-sama, peserta didik yang berada di boarding school betul-betul memiliki nilai-nilai etika yang baik terutama kedisiplinan, dimana di dalam kitab dianjurkan bagi peserta didik untuk selalu mengulang-ulang pembelajaran yang telah diajarkan oleh pendidik di

1Hasil Pengolahan Dokumentasi, Observasi, dan Wawancara dengan Pengasuh dan Para Mudaris di Boarding School MAS Simbang Kulon Pekalongan, pada tanggal 21 September 2015- 04 November 2015.

(3)

dalam kelas serta rajin belajar tanpa menunggu waktu akan melakukan tes (ulangan semester).

c. Jawahiru al-Bukhori (kitab kumpulan hadits-hadits sahih tentang hukum, muamalat, adab dan lain-lain. Setelah mengkaji kitab ini, peserta didik yang berada di boarding school diharapkan:

1. memiliki wawasan dan hafal beberapa hadits pokok dalam hukum, muamalat, adab dan lain-lain

2. dapat berguna untuk bekal hidup di masyarakat dan bekal dalam hal penyampaian materi yang diperoleh dari masa pendidikannya kepada orang lain

3. dapat membentuk karakter disiplin pada peserta didik dengan cara pembiasaan setoran hafalan yang tepat waktu.

Materi-materi pembelajaran kitab yang diberikan kepada peserta didik di boarding school tersebut tidak akan terealisasi dengan baik tanpa adanya sebuah metode pembelajaran. Berdasarkan observasi peneliti menunjukkan bahwa metode yang digunakan oleh pengasuh dan para mudaris di boarding school dalam upaya pembentukan karakter disiplin juga bervariatif. Mereka memahami bahwa metode merupakan alat yang dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian tujuan. Tanpa metode, materi pelajaran tidak dapat berjalan secara efisien dan efektif. Tanpa adanya metode pembelajaran dalam pelaksanaan pendidikan karakter, maka pendidikan tidak akan tercapai sesuai harapan khususnya pembentukan karakter disiplin. Variasi metode-metode yang diterapkan

(4)

oleh para mudaris di boarding school, meliputi: Metode Sorogan, Bandongan, Pembiasaan, Keteladanan dan Hafalan. Beberapa metode tersebut digunakan berdasarkan materi yang relevan.

2. Ekstra Kulikuler (Kegiatan Tambahan)

Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan tambahan, dalam arti lain dapat mengembangkan bakat peserta didik. Di boarding school ini pengawasan terhadap peserta didik sangatlah ketat, jadi seluruh peserta didik yang ada di boarding school ini juga dapat terlatih untuk disiplin. Kegiatan ekstra di sini sifatnya indoor, diantaranya:

a. Khitobah (latihan berpidato)

Latihan pidato di boarding school ini untuk semua peserta didik yang dilaksanakan secara bergantian (bergilir tiap kelasnya) dalam setiap minggunya.

b. Bahsul Masail (diskusi)

Kegiatan diskusi ini membahas dan memperdalam materi-materi yang sudah diajarkan. Bahsul masail ini dilakukan oleh peserta didik sesuai dengan tingkat kelas secara bergantian.

c. Maulidu al-Rasul

Kegiatan pembacaan maulid ar Rasul diharapkan peserta didik dapat mempelajari karakter Nabi Muhammad SAW dan dapat memberikan proses adaptasi yang cepat untuk peserta didik apabila kelak akan tampil di masyarakat.

(5)

d. Olahraga

Kegiatan pengembangan bakat ini juga dapat dijadikan kegiatan refresing karena kegiatan ini dilaksanakan pada hari libur. e. Qiro’ah, Tartil dan pendalaman kaifiyatu as-Sholat

Kegiatan ini diharapkan agar seluruh peserta didik yang berada di boarding school mampu mengembangkan bakat dalam membaca al-Qur’an sesuai dengan makhariju al-huruf, serta dapat membuat peserta didik lebih mengetahui tata cara sholat dengan benar sesuai syariat islam.

Kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam pembelajaran tambahan di atas adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam membantu pembentukan karakter disiplin peserta didik yang berada di boarding school.

3. Kegiatan Harian (Rutin)

Kegiatan harian (pembiasaan) ini lebih mengacu pada tata tertib yang ada boarding school, diantaranya: hak, kewajiban, larangan dan sangsi. Dengan tata tertib yang ada di boarding school diharapkan peserta didik dapat mulai terlatih dan terbiasa hidup disiplin dan berperilaku positif (memiliki sopan santun) sehingga aspek psikomotorik dapat terbentuk. Diantaranya:

a. Qiyamu al-Lail

Kegiatan sholat malam ini (tahajud) yang dilakukan oleh semua peserta didik secara berjama’ah di aula boarding school.

(6)

b. Shalat berjama’ah

Kegiatan harian ini dilakukan untuk seluruh jenjang pendidikan yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal sholat lima waktu.

c. Qiro’atu al-Qur’an (membaca al-Qur’an)

Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan metode sorogan (metode tatap muka antara peserta didik kepada pendidik (mudaris)), diharapkan peserta didik dapat membaca al-Qur’an dengan benar dan fasih (sesuai dengan makhariju al-huruf).

d. Mudzakarah (belajar mandiri)

Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama (belajar mandiri akan tetapi dilaksanakan pada waktu yang sama sesuai jadwal di boarding school). Dengan kegiatan ini diharapkan peserta didik dapat gemar membaca dan diberi kesempatan untuk belajar pelajaran yang ada di madrasah reguler.

e. Piket

Kegiatan ini terjadwal dilaksanakan setiap pagi hari sebelum mengikuti pembelajaran di madrasah reguler yang ada di MAS Simbang Kulon.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti berasumsi bahwa pembentukan karakter disiplin peserta didik melalui pembiasaan dalam pendidikan model boarding school di MAS Simbang Kulon Pekalongan ini berjalan dengan baik karena upaya-upaya yang dilakukan sekolah diantaranya terdapat

(7)

pengawasan 24 jam oleh pengasuh Boarding School juga adanya reward and punishmant dalam setiap kegiatan yang ada, serta diimbangi dengan materi-materi keagamaan yang sangat membantu dalam pembentukan karakte peserta didik yang berada di boarding school terutama pembentukan karakter disiplin.

Dari penelitian ini juga ditemukan sebuah perbedaan yang signifikan dalam pembentukan karakter terutama karakter disiplin dengan sekolah-sekolah lainnya yang tidak menggunakan pendidikan model boarding school sesuai dengan penelitian yang telah di teliti, seperti adanya kegiatan harian yang diisi dengan kegiatan pembiasaan untuk membentuk karakter disiplin peserta didik.

Upaya pembentukan karakter disiplin peserta didik melalui pembiasaan dalam pendidikan model boarding school di MAS Simbang Kulon Pekalongan yang di dalamnya terdapat pelaksanaan pembelajaran diantaranya memadukan kurikulum (materi wajib), kegiatan Ekstrakulikuler (kegiatan tambahan) dan kegiatan harian (rutin) tersebut di atas dianggap cukup positif dan berhasil karena adanya controling (pengawasan) selama 24 jam oleh pengasuh boarding school juga adanya reward and punishmant dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh seluruh peserta didik boarding school di MAS Simbang Kulon Pekalongan, hal ini jelas sesuai fakta dengan hasil penelitian di MAS Simbang Kulon yang menggunakan pendidikan model boarding school. Di boarding school, upaya pembentukan karakter disiplin peserta didik melalui pembiasaan adalah cara

(8)

yang paling efektif dengan cara melalui kegiatan harian. Kegiatan harian ini didalamnya berisi tentang pembiasaan-pembiasaan untuk melatih kedisiplinan peserta didik di boarding school, salah satunya sholat berjama’ah tepat waktu.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Ivan Pavlov dengan teori belajar behavioristik-nya yang lebih lanjut dikembangkan oleh Watson. Setelah mengadakan serangkaian eksperimen, ia menyimpulkan bahwa pengubahan tingkah laku dapat dilakukan melalui latihan/ membiasakan mereaksi terhadap stimulus-stimulus yang diterima.2 Hal ini sesuai dengan penelitian yang ada di MAS Simbang Kulon yang menggunakan model boarding school yang di dalamnya terdapat pelatihan-pelatihan, pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan setiap harinya sesuai jadwal.

Selain itu teori lain yang mendukung penelitian ini menurut Wayson dalam bukunya “Opening Windows to teaching; Empowering Educators to Teach Self-Disipline: Dalam Journal of the college of education. Theory

into practice”, Disiplin memerlukan proses belajar.3

Menurut Crow, pada awal proses belajar perlu ada upaya orang tua. Hal ini dapat dilakukan dengan cara (1) melatih, (2) membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai berdasarkan acuan moral. Jika anak terlatih dan terbiasa berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral maka (3) perlu adanya kontrol

2 Eveline Siregar, dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Galia Indonesia, 2011), hlm. 25-27.

3 Wayson, W. W. Opening Windows to teaching; Empowering Educators to Teach

Self-Disipline: Dalam Journal of the college of education. Theory into practice, (USA: vol. Xxiv, no.

(9)

orang tua untuk mengembangkanya.4 Dengan penelitian ini adanya sekolah melalui model boarding school dapat berupaya menerapkan karakter dengan cara adanya pelatihan, pembiasaan yang ada di boarding school juga adanya pengawasan dari sekolah serta boarding school yang menggunakan pengawasan 24 jam oleh pengasuh boarding school.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik melalui Pembiasaan dalam Pendidikan Model

Boarding School.

1. Faktor Pendukung a. Internal, meliputi:

1) Adanya komitmen dari pengurus yayasan, kepala madrasah, pengasuh dan para mudaris di boarding school. Adanya komitmen tersebut dapat menentukan keberhasilan pembentukan karakter disiplin di boarding school MAS Simbang Kulon.

2) Penerapan pendidikannya menggunakan budaya pesantren salaf, sehingga tercipta kultur religius di boarding school. Dengan adanya budaya pesantren salaf di boarding school membuat para peserta didik lebih dapat mendalami ilmu agama dan dapat mengamalkannya sehingga terciptalah kultur religius di boarding school.

4 Moh. Shochib, Pola Asuh Orang tua dalam membantu anak mengembangkan disiplin diri, (Jakarta: Rineka Cipta), hlm. 21.

(10)

3) Adanya bimbingan dan pembinaan oleh pengasuh di boarding school selama 24 jam dalam setiap kegiatan dan aktifitas peserta didik, sehingga proses adaptasi di boarding school berlangsung cepat dan baik. Ini berjalan dengan baik karena adanya keikhlasan dan kesabaran para pendidik dan pengasuh boarding school dalam pembimbingan dan pembinaan di boarding school selama 24 jam dalam setiap kegiatan dan aktifitas peserta didik, sehingga proses adaptasi di boarding school berlangsung cepat dan baik.

4) Adanya komitmen yang kuat dari peserta didik yang masuk di program keagamaan (boarding school), sehingga kegiatan-kegiatan dalam upaya pembentukan karakter disiplin berjalan dengan baik. Peserta didik yang masuk di boarding school, mereka benar-benar memiliki kemauan yang kuat untuk mempelajari dan mendalami ilmu agama dan mereka secara mental sudah siap akan semua resikonya yang harus dihadapi selama mengenyam pendidikan di boarding school yang kaitannya dalam upaya pembentukan karakter disiplin dan juga untuk pencapaian visi misi dan tujuan dari sekolah, sehingga terciptalah komitmen yang kuat dari peserta didik yang dapat menunjang kelancaran kegiatan-kegiatan di boarding school.

b. Eksternal, meliputi:

1) Adanya komitmen orangtua peserta dalam melihat perkembangan anaknya, lewat komunikasi intensif antara pengasuh, guru dan

(11)

orangtua peserta didik. kesadaran daripada mayoritas santri dan orang tua dimana peserta didik sudah siap konsekuensinya yang nantinya akan mereka hadapi dan orang tua peserta didik sudah sudah memasrahkan anaknya kepada pengasuh dan para guru supaya anaknya menjadi baik. Para orang tua peserta didik sudah mau bekerjasama untuk tidak menjenguk anak mereka saat kegiatan santri di ma’had sedang berlangsung. Mereka sangat mendukung dengan adanya boarding school ini, dengan harapan agar anaknya menjadi pribadi yang baik, disiplin, rajin beribadah dan berakhlakul karimah . 2) Adanya dukungan dari masyarakat dan warga sekitar dalam keikutsertaanya mengawasi, menasehati dan membimbing peserta didik program keagamaan (boarding school). Terbukti keikutsertaan warga sekitar boarding school dalam mengawasi, menasehati dan membimbing peserta didik ketika ada perilaku kurang baik yang dilakukan oleh peserta didik ketika keluar dari boarding school pada waktu senggang atau libur.

2. Faktor Penghambat a. Internal, meliputi:

1) Adaptasi dari masing-masing peserta didik yang membutuhkan waktu. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas peserta didik boarding school yang masih terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan yang ada di rumah masing-masing peserta didik yang mana tidak sama dengan pembiasaan-pembiasaan yang ada di boarding school

(12)

dengan menggunakan peraturan yang ketat untuk membentuk karakter disiplin peserta didik, ada juga sebagian belum terbiasa terpisah lama dengan orang tua mereka. Hal ini disebabkan karena latar belakang keluarga yang berbeda dan lulusan yang berbeda. Proses adaptasi bagi peserta didik di boarding school ini dapat diantisipasi dengan adanya pendampingan maksimal dari para senior atau kakak kelas, karena biasanya yang terjadi justru sebaliknya yaitu praktek “perploncoan” dari kakak kelas kepada adik kelas yang masih dilaksanakan dengan berkedok pembinaan mental, inilah yang harus dihilangkan sehingga peserta didik baru dapat cepat beradaptasi.

2) Sarana prasarana yang belum memadai sehingga menghambat dalam upaya pembentukan karakter disiplin melalui pendidikan model boarding school di MAS Simbang Kulon Pekalongan. Seperti sarana dan prasarana untuk ibadah, diantaranya kurang adanya fasilitas tempat wudhu yang luas, tempat belajar yang memadai sehingga pembentukan karakter disiplin peserta didik di boarding school ini menjadi sedikit terganggu. Kurangnya sarana dan prasarana ini perlu adanya penambahan sarana dan prasarana (kalau bisa) atau jika itu belum bisa dapat diminimalisir dengan penggunaan secara terjadwal oleh peserta didik secara bergantian dan untuk mengurangi kebiasaan peserta didik di luar boarding school sudah sepatutnya memiliki sarpras IT sehingga dapat

(13)

menunjang sarana dan prasarana yang ada untuk mengurangi kegiatan peserta didik di luar boarding school juga agar peserta didik tidak merasa jenuh dan merasa terisolasi di boarding school. b. Eksternal, meliputi:

1) Kegiatan peserta didik di luar boarding school pada saat kegiatan sedang berlangsung yang dapat mengganggu upaya pembentukan karakter disiplin. kegiatan diluar boarding school seperti kegiatan sekolah pagi yang mewajibkan para peserta didik boarding school untuk mengikuti kegiatan ekstra pada sore hari juga terkadang adanya tugas dari sekolah pagi yang mengharuskan peserta didik keluar boarding school untuk mengakses tugas melalui internet yang membutuhkan waktu lama yang mana dapat membuat peserta didik terhalang untuk mengikuti kegiatan sore hari di boarding school. Kegiatan seperti itu yang terkadang menghambat atau mengganggu kegiatan di dalam boarding school sehigga hal ini dapat diantisipasi dengan pengaturan jam belajar yang fleksibel, karena semua peserta didik berada di boarding school maka pengaturan jadwal memungkinkan untuk dilaksanakan secara fleksibel.

2) Kurangnya kerjasama yang baik dengan beberapa wali santri yang dapat mengganggu aktifitas peserta didik di boarding school. Hal ini dapat diantisipasi dengan adanya peraturan yang ketat dalam mengatur jadwal orang tua untuk menjenguk atau menenui

(14)

putranya di boarding school, sehingga tidak akan ditemui lagi orang tua peserta didik yang menjenguk atau menemui putranya pada saat jam-jam kegiatan boarding school sedang berlangsung. 3) Kegiatan warga sekitar boarding school yang terkadang

mengganggu kegiatan belajar peserta didik di boarding school. Lingkungan boarding school yang berdampingan dengan rumah-rumah penduduk terkadang mengganggu kegiatan-kegiatan peserta didik boarding school. Bahkan terkadang warga sekitar suka bergerombol dan bersuara keras (bersenda gurau keras) sampai tengah malam yang sangat mengganggu dan merusak konsentrasi hafalan serta belajar peserta didik di boarding school. Selain itu, peserta didik yang non boarding school juga terkadang mengganggu aktifitas peserta didik di dalam boarding school. Hal ini perlu adanya penjelasan secara langsung kepada warga sekitar boarding school atau memberikan pengertian kepada warga agar dapat bekerja sama menciptakan suasana yang kondusif di sekitar boarding school agar kegiatan peserta didik di boarding school akan berjalan dengan maksimal sesuai tujuan.

Peneliti memandang bahwa keseimbangan pendidikan yang diterapkan di boarding school dan madrasah reguler mampu menjangkau tiga aspek yaitu: aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diaktualisasikan oleh peserta didik dalam cara berpikir, cara bersikap dan cara berperilaku sehingga dapat terbentuk cerdas intelektual, cerdas emosional dan cerdas spiritual. . Untuk itu

(15)

pendidikan karakter model boarding school seperti ini dapat dijadikan pendidikan alternatif dalam era globalisasi seperti sekarang ini untuk lebih bisa membantu pembentukan karakter disiplin.

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian perlindungan merek tersebut secara umum adalah untuk mencegah unfair competition atau persaingan usaha tidak wajar, karena tidak adil jika karya dari hasil pemikiran

Dengan demikian kinerja sebuah perusahaan membutuhkan suatu sistem aplikasi yang dapat melakukan kegiatan administrasi pelatihan dengan cepat yaitu dengan cara

Pengaruh Kompetensi bidan Di desa Dalam Manajemen Penatalaksanaan Kasus gizi buruk Pada Anak Balita Terhadap Pemulihan Kasus Gizi buruk Tahun 2008 (studi kasus di dinas

‘Alat peraga manipulatif ( manipulatif material ) adalah alat bantu pelajaran yang digunakan oleh guru dalam menerangkan materi pelajaran dan berkomunikasi dengan siswa,

Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar KEGIATAN: KEGIATAN: Pengantar (15 menit) Tanya Jawab (10 menit) Tanya Jawab (10 menit).. Kerja kelompok merancang prota,

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA UISU Medan mengenai Pembelajaran Materi Sistem Periodik Unsur Menggunakan TGT ( Team Games Tournament)

ekonomi suatu negara. Sektor keuangan yang maju dan berkembang akan memfasilitasi pertumbuhan sektor riil melalui penyediaan pendanaan yang memadai secara efisien. Lebih

Hasil pengukuran DO pada Stasiun 2 dan Stasiun 3 yang merupakan stasiun masuknya limbah cair batik masih memenuhi persyaratan Baku Mutu Air Kelas II, dapat