KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DALAM
PENGEMBANGAN WAWASAN NUSANTARA
Biodata Narasumber
•
Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si
•Lahir : Jambi, 4 Maret 1977
•
NIP
: 19770304 1995 11 1 001
•
Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)
•Pangkat : Pembina TK. I (IV/b)
•
Instansi : Kampus IPDN Jatinangor
•
Alamat : Komp. Singgasana Pradana
Manusia adalah mahkluk sosial (
homo
socious
) yang kemudian berkembang
menjadi mahkluk organisasi (HOMO
ORGANISMUS).
Setiap kelompok akan selalu ada
pemimpinnya.
Organisasi ada yang berorientasi pada
pemimpin (
leader orientation
), adapula
yang berorientasi pada sistem (
system
orientation).
Organisasi modern
cenderung berorientasi pada sistem.
Gejala kepemimpinan muncul dalam
kelompok.
Kepemimpinan berkaitan dengan
kemampuan seseorang.
Kepemimpinan berbicara mengenai
Kepemimpinan pada dasarnya adalah
kemampuan & pengaruh, yaitu kemampuan
mempengaruhi orang lain utk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu yg dikehendaki oleh
pemimpin secara sukarela.
Sekurang-kurangnya ada dua jenis
kepemimpinan dalam bidang pemerintahan
yakni kepemimpinan organisasional dan
kepemimpinan sosial.
Kepemimpinan organisasional
- Timbul karena ybs menjadi pimpinan unit organisasi dengan pengikut sebagai bawahan yang patuh dgn berbagai ikatan norma-norma organisasi formal;
- Dimensi administratif lebih dominan daripada dimensi sosial maupun politik;
- Pimpinan organisasi formal, biasanya dapat menggunakan fasilitas manajerial seperti :
kewenangan, dana, personil dan logistik dsb
Kepemimpinan Sosial
- Timbul karena kapasitas & kualitas pribadinya dalam menggerakkan bawahannya;
- Dimensi sosial & politik lebih dominan dari pada dimensi administratif;
Kepala Daerah termasuk pimpinan SKPD seharusnya
Pertimbangan dalam memilih Pimpinan Pemerintahan :
1. Kapabilitas 2. Akseptabilitas 3. Kompatibilitas
ad. 1. Kapabilitas
Gambaran kemampuan diri si pemimpin baik intelektual maupun moral, yang dapat dilihat dari catatan jejak (track record) pendidikannya maupun jejak sikap dan perilakunya selama ini.
Pemimpin yang baik tidak akan muncul secara tiba-tiba,
ad. 2. Akseptabilitas
Gambaran tingkat penerimaan pengikut terhadap kehadiran pemimpin.
ad. 3. Kompatibilitas
Kemampuan untuk menyesuaikan diri dgn kebijakan dari pemerintah tingkat atasnya & mengakomodasikan
kebijakan dari pemerintah tingkat bawahnya maupun tuntutan dari para pengikutnya.
Derajat urgensi ketiga aspek tsb sangat tergantung
Urutan pentingnya Aspek Kepemimpinan
dikaitkan dengan Tingkatan pada Posisi Pemerintahan
NO Tingkatan Posisi Pemerintahan
Urutan Derajat Urgensi Aspek Kepemimpinan
1. Presiden 1. Kapabilitas 2. Akseptabilitas 3. Kompatibilitas
2. Kepala Daerah Propinsi
1. Kompatibilitas 2. Kapabilitas 3. Akseptabilitas
3. Kepala Daerah K/K
1. Akseptabilitas 2. Kapabilitas 3. Kompatibilitas 4. Kepala Desa 1. Akseptabilitas
Ada empat variabel yang mempengaruhi
kepemimpinan visioner dalam pemerintahan yakni :
1. Pemimpin 2. Pengikut
3. Situasi dan kondisi
4. Visi dan misi yang diembannya
PEMIMPIN
Visi & misi Situasi &
organisasi Kondisi
Pengikut
Keterkaitan Antar
PEMIMPIN = Fungsi (BAKAT, KEMAMPUAN, KESEMPATAN).
* Bakat dapat dilihat melalui psikotest
* Kemampuan dapat dikembangkan melalui pendidikan
dan atau pelatihan
* Kesempatan diberikan dan diperoleh melalui perjuangan
baik secara sosiologis maupun secara politis. Pada saat
sekarang kesempatan secara politis terbuka lebar. Seseorang dapat melakukan mobilitas vertikal
secara cepat.
Contoh: Walikota Cilegon yang semula adalah Kepala Desa.
Manajer mengadiministrasikan, pemimpin melakukan inovasi-inovasi.
Manajer tiruan, pemimpin adalah asli.
Manajer memelihara, pemimpin mengembangkan. Manajer memfokuskan pada sistem dan struktur,
pemimpin memfokuskan pada orang.
Manajer menitikberatkan pada pengendalian, pemimpin mendasarkan pada rasa percaya. Manajer memiliki pandangan jangka pendek,
pemimpin memiliki pandangan jangka panjang
Manajer menanyakan “mengapa” dan “bagaimana”, sedangkan pemimpin menanyakan “apa” dan
“mengapa”.
Manajer memiliki pandangan pada garis dasar,
pemimpin memiliki pandangan pada horison. (Bennis & Townsend, 1995).
1. Bahwa definisi satu-satunya tentang seorang
pemimpin adalah orang yang mempunyai pengikut. 2. Bahwa seorang pemimpin efektif bukanlah orang
yang dicintai atau dikagumi, tetapi ia adalah orang yang menggugah pengikutnya untuk melakukan hal-hal yang besar.
3. Bahwa pemimpin itu nyata. Mereka adalah orang-orang yang nyata memberikan teladan.
4. Bahwa kepemimpinan bukanlah jabatan, hak
istimewa, gelar atau uang. Kepemimpinan adalah tanggung jawab. ( Sumber : Peter F. Drucker,
1997).
1. Kelompokkan masalahnya.
2. Tetapkan masalahnya.
3. Buat spesifikasi jawaban terhadap masalah.
4. Putuskan apakah yang “benar”, daripada yang dapat diterima, berkaitan dengan batas-batas kondisi.
5. Kaitkan keputusan dengan tindakan yang nyata.
6. Uji validitas dan keefektifan keputusan dihadapkan pada kejadian aktual.
(Sumber : Peter F. Drucker, The Effective Decision, Harvard Business Review on Decision Making, 2001 : 2-3).
ENAM LANGKAH BERTAHAP
PARPOL BALON KDH KDH & WAKIL KDH & WAKIL
RAKYAT APBD
SDM INVESTOR/ SDA PENGUSAHA SDB
Banyak sekali faktor yang menentukan
kemajuan suatu daerah, ada faktor internal yakni faktor yang berada di bawah kendali manajemen. Adapula faktor eksternal, yakni faktor yang berada diluar kendali manajemen.
Berkaitan dengan Pilkada, ada tiga faktor penting yang berdampak langsung terhadap kemajuan daerah, yakni :
a. Kapabilitas Kepala Daerah terpilih;
b. Dukungan partai politik yang tercermin melalui
anggotanya di DPRD;
c. “Profesionalitas” birokrasi pemerintahan daerah.
Kemajuan Daerah sangat tergantung pada Parpol pendukung Tingkat kemajuan daerah moderat, apabila didukung birokrasi profesional Tingkat kemajuan daerah akan tinggi
Tergantung
Dinamika DPRD, Apabila DPRDnya High Profile, daerah berpeluang untuk maju Tingkat kemajuan daerah moderat, meskipun cenderung lambat Tingkat kemajuan daerah tinggi apabila DPRD justru bersifat “Low Profile” Daerah akan cenderung mengalami kemandegan, bahkan kemunduran Tingkat kemajuan daerah lambat, sehingga memerlukan konsultansi pihak luar Cenderung banyak konflik politik, membuat kemajuan daerah menjadi lambat
PETA PRAKIRAAN HASIL PILKADA TERHADAP KEMAJUAN DAERAH
(Berdasarkan Perpaduan antara Faktor Kapabilitas
Kepemimpinan dengan Dukungan Politik dari Parpol Melalui DPRD)
D TINGGI U
K U N
G SEDANG A
N G
P A
R RENDAH P
O L
RENDAH SEDANG TINGGI
KAPABILITAS KEPEMIMPINAN
Kemajuan Daerah tergantung pada ketulusan birokrasi, atau Justru terjadi biropatologi
Tingkat kemajuan daerah moderat
sampai tinggi apabila dilakukan banyak pendelegasian kew.
Tingkat kemajuan daerah akan tinggi
Untuk mencapai
kemajuan, diperlukan banyak supervisi dari Pem tingkat atasnya dan bantuan pihak luar Tingkat kemajuan daerah moderat, meskipun cenderung lambat Tingkat kemajuan daerah dari
moderat ke arah tinggi apabila ada cetak biru yang jelas Daerah akan cenderung mengalami kemandegan, bahkan kemunduran Tingkat kemajuan daerah lambat, shg memerlukan Konsultansi pihak luar Cenderung menggunakan gaya otoriter untuk membuat daerah maju PETA PRAKIRAAN HASIL PILKADA TERHADAP KEMAJUAN DAERAH
(Berdasarkan Perpaduan antara Faktor Kapabilitas Kepemimpinan dengan “Profesionalitas” Birokrasi)
P TINGGI R
O F B E I
S R SEDANG I O
O K N R A A
L S RENDAH I I
T A
S
RENDAH SEDANG TINGGI
KAPABILITAS KEPEMIMPINAN
Parpol mempunyai peran penting di dalam seleksi awal bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Oleh karena itu, Parpol harus ikut
bertanggungjawab apabila bakal calon tersebut ternyata tidak membawa kemajuan berarti bagi daerah otonom bersangkutan.
Mengingat bahwa desentralisasi pada empat dimensi (politik, administrasi, fiskal, dan
ekonomi) bersifat komprehensif dan
berkelanjutan, diperlukan langkah-langkah
perubahan strategis lainnya untuk membangun daerah, antara lain membangun birokrasi yang profesional dan DPRD yang berwawasan
kenegarawanan.
Tidak kalah pentingnya adalah membangun
masyarakat pembelajaran yang senantiasai mau belajar pada setiap langkah kegiatan untuk
Sesuai dengan jenis kepemimpinan dalam bidang pemerintahan, ada dua jenis pengikut yakni :
pengikut dalam konteks organisasi administratif, dan pengikut dalam konteks organisasi sosial.
Pengikut dalam konteks organisasi administratif terdiri para PNS, yang bekerja dengan imbalan penghasilan dari negara.
Menurut Hersey & Blanchard (1990 : 183) tingkat
kematangan pengikut dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) macam yakni :
M1 : Rendah, Tidak mampu dan tidak mau atau tidak
yakin.
M2 : Rendah ke sedang, tidak mampu tetapi mau atau
yakin.
M3 : Sedang ke tinggi, mampu tetapi tidak mau atau
tidak yakin.
M4 : Tinggi, mampu/kompeten dan mau/yakin.
Gaya Kepemimpian yang digunakan sesuai kematangan
Pengikut :
M1 G1 ( Gaya Memberitahukan).
M2 G2 ( Gaya Menjajakan).
M3 G3 ( Gaya Mengikutsertakan).
1. Membagikan informasi secara terbuka.
2. Tekankan pembelajaran dan investasikan masa depannya.
3. Jangan menghukum kesalahan atau kegagalan.
4. Harapkan orang untuk terus belajar.
(Sumber : Jeffrey A. Krames; “Jack Welch Lexicon of Leadership”
2002).
Dalam konteks organisasi, situasi dan kondisi dapat dibedakan menjadi dua macam yakni SIKON internal dan SIKON eksternal.
SIKON INTERNAL adalah situasi dan kondisi di dalam organisasi yang mempengaruhi kinerja pencapaian tujuan organisasi dan berada di bawah kendali
manajemen.
SIKON EKSTERNAL adalah situasi dan kondisi di luar organisasi yang mempengaruhi kinerja pencapaian tujuan organisasi tetapi berada di luar kendali
manajemen.
Bagi pemimpinan pemerintahan, variabel situasi dan kondisi yang dominan meliputi :
- ideologi - politik - ekonomi
- sosial dan budaya - agama.
Menghadapi perubahan situasi dan kondisi internal maupun eskternal organisasi yang serba tidak
menentu, diperlukan pemimpin organisasi yang mempunyai visi ke masa depan.
Visi pimpinan organisasi tsb kemudian dikemas menjadi visi organisasi yang dipimpinnya, karena utk mencapainya diperlukan dukungan dari seluruh anggota organisasi maupun para pemegang saham.
Abstrak
Tingkatan Sifat
Visi di Daerah
Visi Pemerintah
Daerah
Visi Perangkat
Daerah
Kongkret & Terukur
Spesifik (
specific
);
Sederhana (
simple
);
Terikat Waktu (
time-bound
);
Mungkin untuk dicapai (
achieveable);
Terukur (
measurable
).
ada KPI (Key
Performance Indicators) untuk organisasi
dan atau individu anggota organisasi.
Faktor-faktor Yang Perlu Diperhatikan
Dalam Menyusun Visi Daerah
Kontributor PDRB Terbesar 1)
2) 3)
Mata Pencarian
Penduduk Terbanyak 1)
2) 3)
Penetapan Bisnis Inti
(Core Business)
Susun Visi
10 kata
Keunggulan yang di-Rencanakan di masa Mendatang :
Sumber : Sadu Wasistiono
Model Penyusunan Organisasi Pemerintah Daerah Berdasarkan Visi, Misi dan Kewenangan Daerah
Pemerintah Pusat
Kewenangan Daerah
Rakyat
Mandat
Visi Daerah Jangka Panjang
Visi Pemda Jangka Menengah
Potensi SDA, SDM, SDB
Organisasi Pemerintah Daerah Transfer
Kewenangan
Kompetensi Dasar Eselon I :
- Mampu menyusun Visi, Misi, dan Strategi
organisasi;
- Mampu menyebarkan visi pada seluruh anggota
organisasi;
- Mampu menginformasikan visi, misi, dan strategi
kepada pihak luar yang memiliki hubungan
strategis dengan organisasi;
- Mampu menggerakkan dan memimpin organisasi
mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan;
- Mampu mempertanggungjawabkan dan
mempertanggunggugatkan keberhasilan atau
kegagalan visi, misi, dan strategi yang telah
ditetapkan.
Kompetensi Dasar Eselon II :
-
Mampu menyusun Visi, Misi, dan Strategi organisasi;- Mampu menyebarkan visi pada seluruh anggota organisasi;
- Mampu menginformasikan visi, misi, dan strategi kepada pihak luar yang memiliki hubungan
strategis
dengan organisasi;
- Mampu menggerakkan dan memimpin organisasi mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan; - Mampu mempertanggungjawabkan dan
mempertanggunggugatkan keberhasilan atau kegagalan
visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan.
Kompetensi Dasar Eselon III :
- Mampu menerjemahkan Visi, Misi, dan Strategi organisasi yg disusun oleh pejabat eselon diatasnya ke dalam
bahasa yang
lebih operasional;
- Mampu menyebarkan visi, misi dan strategi pada seluruh anggota
organisasi;
- Mampu menginformasikan visi, misi, dan strategi kepada pihak
luar yang memiliki hubungan strategis dengan organisasi;
- Mampu menggerakkan, memimpin organisasi serta menjalankan
aktivitas guna mencapai visi, misi, dan strategi yang telah
ditetapkan;
- Mampu mempertanggungjawabkan dan gugatkan keberhasilan atau kegagalan kegiatan yang
dilaksanakan
dalam rangka mencapai visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan.
Kompetensi Dasar Eselon IV:
- Mampu memahami dan menerjemahkan Visi, Misi, dan Strategi
organisasi yg disusun oleh pejabat eselon diatasnya ke dalam
bahasa yang lebih operasional;
- Mampu menyebarkan visi, misi dan strategi pada seluruh anggota
organisasi;
- Mampu menginformasikan visi, misi, dan strategi kepada pihak
luar yang memiliki hubungan strategis dengan organisasi; - Mampu memimpin organisasi serta menjalankan aktivitas
guna
mencapai visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan; - Mampu mempertanggungjawabkan dan gugatkan keberhasilan atau kegagalan kegiatan yang
dilaksanakan
dalam rangka mencapai visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan.
Etika dapat disebut juga sebagai filosofi moral, berisi
tentang konsep PERILAKU BENAR ATAU SALAH secara moral, bukan berbicara benar atau salah secara
hukum.
Secara teoretis, etika dibagi menjadi tiga subyek
umum yakni :
a. Metaetika, yang berbicara mengenai asal-usul prinsip-prinsip etika;
b. Etika normatif, yang berbicara mengenai tugas -tugas praktek;
c. Etika aplikasi, yang berbicara mengenai isyu-isyu kontroversial spesifik.
Etika pemerintahan, berarti berbicara prinsip-prinsip perilaku yang benar dan salah secara moral maupun perilaku yang baik dan buruk di lingkungan pemerintahan.
Pemerintahan sebagai sebuah sistem sosial mempunyai tatanilai yang berbeda
dibandingkan sistem sosial lainnya. Bahkan di setiap jenjang dan lokasi pemerintahan akan dijumpai etika pemerintahan yang berbeda-beda karena adanya pengaruh tata nilai
setempat.
Banyak sekali dimensi etika pemerintahan yang seharusnya diatur, sehingga ada pedoman
perilaku bersama antar pegawai pemerintah (internal organisasi), antara organisasi
pemerintah yang satu dengan organisasi
lainnya maupun antara pegawai pemerintah dengan masyarakat (eksternal organisasi).
Etika internal organisasi pemerintah mengatur pedoman perilaku :
a. Antara atasan dengan bawahan; b. Antara teman sejawat;
c. Antara pegawai wanita dengan pegawai pria;
Etika eksternal organisasi antara pejabat satu kantor pemerintah dengan kantor pemerintah lainnya, dalam kedudukan yang sejajar atau berhierarkhi.
Etika dalam hubungan antara pejabat
pemerintah dengan kepala negara sendiri, maupun kepala negara sahabat.
Etika dalam berhubungan antara pejabat
dengan masyarakat dalam konteks pekerjaan.
Karena etika pemerintahan berkaitan dengan norma
perilaku baik dan buruk dalam organisasi
pemerintah, maka keteladanan dari pemimpin memegang peran utama dalam penerapannya.
Pada masyarakat yang masih berorientasi ke atas
seperti Indonesia, perilaku baik akan mudah
dikembangkan apabila dimulai dari atas. Prinsip “ Satu Kata Dengan Perbuatan”, menjadi sangat
cocok untuk membangun etika pemerintahan yang baik. Pada sisi lain, yang menonjol saat ini justru sikap-sikap munafik atau hipokrit, yang
menyebabkan hilangnya rasa saling percaya dan saling menghormati.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya membuat masyarakat menjadi lebih berdaya untuk mengurus kebutuhan dan kepentingannya sendiri. Inti dari
pemberdayaan masyarakata adalah KEMANDIRIAN.
Pemberdayaan dapat ditujukan kepada perorangan, kelompok ataupun masyarakat.
Ciri seorang pemimpin yang berhasil apabila mampu membuat bawahan atau pengikutnya menjadi
semakin mandiri, dengan resiko mereka akan
menjadi kompetitor. Pemimpin yang berhasil adalah yang telah lulus dalam setiap kompetisi.
Agar sesorang atau sekelompok orang mampu mengatasi masalahnya sendiri sehingga terlepas dari ketergantungan pada pihak lain.
Agar seseorang atau sekelompok orang mampu mengambil keputusan sendiri.
Agar seseorang atau sekelompok orang memiliki akses informasi dan sumberdaya sehingga dapat mengambil keputusan secara tepat.
Agar seseorang atau sekelompok orang memiliki pandangan positif sehingga mampu melakukan perubahan.
E. Paradigma Baru Berpemerintahan
1. Hubungan antara pemerintah dgn masyarakat bersifat sangat
dinamis, bergerak seperti pendulum antara kutub sangat berkuasa ke kutub yang sangat lemah.
2. Fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat.
3. Dalam perjalanan waktu, pemerintah menjadi sangat berkuasa dan ‘menelan’ masyarakat (studi kasus sebelum abad 19 :
pemerintahan kolonialisme /monarkhi absolut).
4. Munculnya paham demokrasi (pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat) pada awal abad 20, masyarakat
menuntut hak untuk lebih banyak memegang peran dalam pembuatan kebijakan publik, walaupun banyak menemui hambatan.
5. Hambatan – hambatan pelaksanaan proses demokrasi :
Beberapa pendapat ahli tentang kegagalan Pemerintah :
1. Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’ Kemungkinan bangkrutnya birokrasi.
2. Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’ Masyarakat bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.
3. Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ => Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya.
.4. Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’ => agar birokrasi lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the least government is the best government’
Mc Leod (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa krisis
multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan
oleh adanya salah urus (mismanagement) pada semua sektor, baik swasta dan terutama pemerintah.
Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua
tahapan, mulai dari tahapan perencanaan, tahapan implementasi sampai tahapan evaluasi.
Paradigma good governance pada dasarnya adalah upaya
membangun filosofi, strategi serta teknik mengelola urusan-urusan publik secara lebih transparan dengan melibatkan para pihak-pihak yang terlibat (stakeholder and shareholder).
Diantara komponen bangsa, setelah terjadinya reformasi,
Berdasarkan praktek pemerintahan di berbagai negara ditengarai adanya “bad government”, yang ditandai dengan banyaknya korupsi, kolusi, nepotisme, yang
membuat negara mengarah ke kebangkrutan. Oleh karena itu, diperlukan konsep baru mengenai cara
berpemerintahan yang baik (good government).
Good governance
Bad Good
Government Government
Perbandingan Ciri-ciri Bad Government
dengan Good Government
Ciri-ciri Bad Government
Ciri-ciri Good Government
1.
Lamban dan bersifat reaktif2.
Arogan3.
Korup4.
Birokratisme5.
Boros6.
Bekerja secara naluriah7.
Enggan berubah8.
Kurang berorientasi pada kepentingan publik1.
Proaktif2.
Ramah dan Persuasif3.
Transparan4.
Mengutamakan proses dan produk5.
Proporsional dan profesional6.
Bekerja secara sistemik7.
Pembelajaran sepanjang hayat8.
Menempatkan stakeholder &C. Konsep Good Governance
*Menurut World Bank, Governance diartikan sebagai ‘the way state power is used in managing economic and social
resources for development society’. Dengan demikian,
governance adalah cara, yaitu cara bagaimana kekuasaan negara digunakan untuk mengelola sumberdaya2 ekonomi dan sosial guna pembangunan masyarakat.
*UNDP, mengartikan governance sebagai ‘the exercise of
political,economic, and administrative authority to manage a nation’s affair at all levels’. Kata governance, diartikan sbg penggunaan/ pelaksanaan, yakni penggunaan kewenangan politik, ekonomi dan administratif untuk mengelola
Governance memiliki tiga domain :
1. Negara/pemerintahan :
Sebagai pembuat kebijakan, pengendali &
pengawas
2. Swasta/Dunia usaha :
Sebagai penggerak aktivitas bidang ekonomi
3. Masyarakat :
Sektor Sektor Pem. Swasta
Sektor Masy.
Posisi Tiga Domain (pemerintah, swasta, masyarakat) dalam konsep good governance yang bersifat
Governance didukung oleh TIGA elemen :
1. Politik
Proses pembuatan keputusan utk formulasi kebijakan publik, yang dilakukan oleh birokrasi & bersama dengan politisi.
2. Ekonomi
Proses pembuatan keputusan utk memfasilitasi
aktivitas ekonomi di dalam negeri & interaksi diantara penyelenggara ekonomi.
3. Administrasi
ADMINISTRASI EKONOMI
POLITIK
Ciri – ciri Tata Pemerintahan yang Baik
:
1. Mengikutsertakan semua;
2. Transparan dan bertanggung jawab;
3. Efektif dan adil;
4. Menjamin adanya supremasi hukum;
5. Menjamin bahwa prioritas2 politik, sosial dan
ekonomi didasarkan pada konsensus masyarakat;
Karakteristik
Good Governance
menurut UNDP
:1. Partisipasi (Participation)
Syarat utama warga negara dalam berpartisipasi :
a. ada rasa kesukarelaan dan tanpa paksaaan; b. ada keterlibatan secara emosional;
c. memperoleh manfaat, secara langsung dan tidak langsung dari keterlibatannya.
2. Penegakan Hukum (Rule of Law);
Membangun sistem hukum yang sehat, baik perangkat lunaknya (software),perangkat keras (hardware) maupun sumber daya manusianya (humanware)
3. Transparansi (Transparancy);
Keterbukaan mencakup semua aspek aktivitas yang menyangkut kepentingan publik, mulai dari proses
4. Daya Tanggap (Responsiveness);
Sektor publik selama ini dianggap tertutup,arogan dan berorientasi pada kekuasaan.Untuk mengetahui
kepuasan
masyarakat sebagai konsumen, perlu dilakukan survey secara periodik. Lihat Kep. Menpan No. 25. M.Pan
/2004 tentang Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
5. Berorientasi pada konsensus (Consensus Orientation);
Aktivitas politik berisi dua hal pokok yaitu konflik dan konsensus. Dalam pengambilan keputusan lebih
menitikberatkan konsensus. Musyawarah merupakan proses, sedangkan mufakat merupakan hasil.
6. Keadilan/kesetaraan (Equity)
7. Keefektifan dan Efisiensi (Effectiveness & Efficiency);
Perlunya kompetisi untuk menciptakan keefektifan dan efisiensi pada sektor publik.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Pertanggungjawaban setiap aktivitas menyeluruh
kepada publik/masyarakat luas, disamping kepada atasan. Akuntabilitas meliputi :
a. Akuntabilitas organisasional/administratif b. Akuntabilitas legal
c. Akuntabilitas politik
d. Akuntabilitas profesional e. Akuntabilitas moral
Menurut Klitgaard (2000), korupsi terjadi karena :
Corruption = Discretion + Monopoly - Accountability
9. Visi Strategis (Strategic Vision)
Perlunya memiliki visi jangka panjang (long-term vision), visi jangka menengah (mid-term vision) dan visi jangka pendek (short-term vision).
Ciri visi yang baik adalah : a. bersifat spesifik
b. disusun dalam bahasa yang sederhana(+/- 10 kata)
c. bersifat terukur
d. mungkin untuk dicapai
Meskipun tidak secara resmi diumumkan penggunaan
paradigma baru berpemerintahan, yakni dengan paradigma good governance, namun secara implisit paradigma tersebut nampak dalam berbagai peraturan perundang-undangan baru yang terbit pada era reformasi. Termasuk berbagai peraturan yang mengatur tentang otonomi Daerah. Hal ini tidak terlepas dari tekanan negara dan lembaga donor yang memberikan
hutang maupun hibah ke Indonesia.
Dalam hal partisipasi, telah dicoba dibuka pintu yang lebih
lebar untuk melibatkan masyarakat dalam proses perumusan, implementasi serta evaluasi kebijakan publik melalui berbagai peraturan perundang-undangan, meskipun seringkali terjadi penolakan dari tubuh birokrasi.
Penegakan hukum juga mulai lebih digiatkan antara lain dengan memperkuat posisi Mahkamah Agung serta meletakkan jajaran pengadilan di bawahnya, bukan lagi di bawah presiden.
Sudah mulai banyak pejabat publik, baik gubernur, bupati/ walikota maupun anggota DPRD yang
diperiksa maupun telah dijatuhi hukuman karena
didakwa korupsi. Di dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juga dimuat
ketentuan kemungkinan pemberhentian Kepala Daerah dan atau Wakil Kepala Daerah yang lebih tegas dan keras.
Telah dikembangkan transparansi di bidang
keuangan daerah, antara lain melalui keharusan diaudit oleh BPK dan menyampaikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada publik. Best practice mengenai hal ini misalnya
dapat dilihat di Kabupaten Sleman, yang pada tahun 2004 telah membuat neraca yang diaudit oleh
Telah mulai dikembangkan mekanisme untuk
mengetahui pandangan masyarakat terhadap kinerja pemberian pelayanan publik oleh pemerintah daerah. Contoh mengenai hal ini misalnya di Kota Palangkaraya.
Pengembangan konsensus sebenarnya bukan hal yang
baru, karena sudah merupakan budaya nasional
Indonesia sebagaimana tercermin pada sila keempat dari Pancasila. Tetapi budaya konsensus tersebut justru
mulai ditinggalkan dan digantikan dengan model
pemungutan suara untuk setiap pengambilan keputusan yang mengakibatkan munculnya kubu pro dan kontra.
Pengembangan kesetaraan dalam bidang politik sudah
mulai dijalankan, tetapi kesetaraan dibidang ekonomi masih tersendat- sendat karena birokrasi nampaknya masih lebih banyak berpihak pada kelompok ekonomi kuat dibandingkan pada kelompok ekonomi lemah. Hal tersebut nampak dari pembuatan kebijakan publik
UU Nomor 32 Tahun 2004 telah menempatkan efektivitas dan efisiensi sebagai nilai yang
diutamakan, tetapi dalam prakteknya masih sulit untuk dilaksanakan. Birokrasi tidak siap untuk menjalankan prinsip ini, sehingga diperlukan
kepemimpinan visioner untuk melakukan perubahan seperti yang terjadi di Kabupaten Jembrana dan
Kabupaten Tanah Datar.
Prinsip akuntabilitas secara bertahap sudah mulai diterapkan dalam implementasi otonomi daerah di berbagai tempat di Indonesia, meskipun tingkat kemajuannya relatif terbatas. Killgaard
Keharusan membuat visi stratejik bagi setiap
instansi pemerintah sudah diatur di dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang AKIP. Begitu pula dengan kewajiban calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah memaparkan visi, misi dan
programnya dihadapan sidang paripurna DPRD telah diatur di dalam pasal 66 ayat (3) huruf (f) UU Nomor 32 Tahun 2004. Meskipun demikian masih banyak visi Daerah, visi Pemerintah Daerah serta visi
Perangkat Daerah yang disusun secara tidak benar serta tidak dilaksanakan secara konsisten dan
bersinambungan.
Keluarnya UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
setidak-tidaknya memberi acuan mengenai perlunya
Bagimu Negeri
Jiwa Raga Kami
Amiin.
Hatur Nuhun
Semoga Tuhan Selalu Memberi Yang
Terbaik
Hatur Nuhun
Semoga Tuhan Selalu Memberi Yang
TERIMAKASIH
Atas Perhatiannya
Mohon Maaf Kalau
Kurang