• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DALAM PENGEMBANGAN WAWASAN NUSANTARA - Repository IPDN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DALAM PENGEMBANGAN WAWASAN NUSANTARA - Repository IPDN"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DALAM

PENGEMBANGAN WAWASAN NUSANTARA

(2)

Biodata Narasumber

Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si

Lahir : Jambi, 4 Maret 1977

NIP

: 19770304 1995 11 1 001

Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)

Pangkat : Pembina TK. I (IV/b)

Instansi : Kampus IPDN Jatinangor

Alamat : Komp. Singgasana Pradana

(3)

Manusia adalah mahkluk sosial (

homo

socious

) yang kemudian berkembang

menjadi mahkluk organisasi (HOMO

ORGANISMUS).

Setiap kelompok akan selalu ada

pemimpinnya.

Organisasi ada yang berorientasi pada

pemimpin (

leader orientation

), adapula

yang berorientasi pada sistem (

system

orientation).

Organisasi modern

cenderung berorientasi pada sistem.

Gejala kepemimpinan muncul dalam

kelompok.

Kepemimpinan berkaitan dengan

kemampuan seseorang.

Kepemimpinan berbicara mengenai

(4)

Kepemimpinan pada dasarnya adalah

kemampuan & pengaruh, yaitu kemampuan

mempengaruhi orang lain utk melakukan atau

tidak melakukan sesuatu yg dikehendaki oleh

pemimpin secara sukarela.

Sekurang-kurangnya ada dua jenis

kepemimpinan dalam bidang pemerintahan

yakni kepemimpinan organisasional dan

kepemimpinan sosial.

(5)

Kepemimpinan organisasional

- Timbul karena ybs menjadi pimpinan unit organisasi dengan pengikut sebagai bawahan yang patuh dgn berbagai ikatan norma-norma organisasi formal;

- Dimensi administratif lebih dominan daripada dimensi sosial maupun politik;

- Pimpinan organisasi formal, biasanya dapat menggunakan fasilitas manajerial seperti :

kewenangan, dana, personil dan logistik dsb

Kepemimpinan Sosial

- Timbul karena kapasitas & kualitas pribadinya dalam menggerakkan bawahannya;

- Dimensi sosial & politik lebih dominan dari pada dimensi administratif;

Kepala Daerah termasuk pimpinan SKPD seharusnya

(6)

Pertimbangan dalam memilih Pimpinan Pemerintahan :

1. Kapabilitas 2. Akseptabilitas 3. Kompatibilitas

ad. 1. Kapabilitas

Gambaran kemampuan diri si pemimpin baik intelektual maupun moral, yang dapat dilihat dari catatan jejak (track record) pendidikannya maupun jejak sikap dan perilakunya selama ini.

Pemimpin yang baik tidak akan muncul secara tiba-tiba,

(7)

ad. 2. Akseptabilitas

Gambaran tingkat penerimaan pengikut terhadap kehadiran pemimpin.

ad. 3. Kompatibilitas

Kemampuan untuk menyesuaikan diri dgn kebijakan dari pemerintah tingkat atasnya & mengakomodasikan

kebijakan dari pemerintah tingkat bawahnya maupun tuntutan dari para pengikutnya.

Derajat urgensi ketiga aspek tsb sangat tergantung

(8)

Urutan pentingnya Aspek Kepemimpinan

dikaitkan dengan Tingkatan pada Posisi Pemerintahan

NO Tingkatan Posisi Pemerintahan

Urutan Derajat Urgensi Aspek Kepemimpinan

1. Presiden 1. Kapabilitas 2. Akseptabilitas 3. Kompatibilitas

2. Kepala Daerah Propinsi

1. Kompatibilitas 2. Kapabilitas 3. Akseptabilitas

3. Kepala Daerah K/K

1. Akseptabilitas 2. Kapabilitas 3. Kompatibilitas 4. Kepala Desa 1. Akseptabilitas

(9)

Ada empat variabel yang mempengaruhi

kepemimpinan visioner dalam pemerintahan yakni :

1. Pemimpin 2. Pengikut

3. Situasi dan kondisi

4. Visi dan misi yang diembannya

(10)

PEMIMPIN

Visi & misi Situasi &

organisasi Kondisi

Pengikut

Keterkaitan Antar

(11)

 PEMIMPIN = Fungsi (BAKAT, KEMAMPUAN, KESEMPATAN).

* Bakat dapat dilihat melalui psikotest

* Kemampuan dapat dikembangkan melalui pendidikan

dan atau pelatihan

* Kesempatan diberikan dan diperoleh melalui perjuangan

baik secara sosiologis maupun secara politis. Pada saat

sekarang kesempatan secara politis terbuka lebar. Seseorang dapat melakukan mobilitas vertikal

secara cepat.

Contoh: Walikota Cilegon yang semula adalah Kepala Desa.

(12)

Manajer mengadiministrasikan, pemimpin melakukan inovasi-inovasi.

Manajer tiruan, pemimpin adalah asli.

Manajer memelihara, pemimpin mengembangkan.Manajer memfokuskan pada sistem dan struktur,

pemimpin memfokuskan pada orang.

Manajer menitikberatkan pada pengendalian, pemimpin mendasarkan pada rasa percaya.Manajer memiliki pandangan jangka pendek,

pemimpin memiliki pandangan jangka panjang

Manajer menanyakan “mengapa” dan “bagaimana”, sedangkan pemimpin menanyakan “apa” dan

“mengapa”.

Manajer memiliki pandangan pada garis dasar,

pemimpin memiliki pandangan pada horison. (Bennis & Townsend, 1995).

(13)

1. Bahwa definisi satu-satunya tentang seorang

pemimpin adalah orang yang mempunyai pengikut. 2. Bahwa seorang pemimpin efektif bukanlah orang

yang dicintai atau dikagumi, tetapi ia adalah orang yang menggugah pengikutnya untuk melakukan hal-hal yang besar.

3. Bahwa pemimpin itu nyata. Mereka adalah orang-orang yang nyata memberikan teladan.

4. Bahwa kepemimpinan bukanlah jabatan, hak

istimewa, gelar atau uang. Kepemimpinan adalah tanggung jawab. ( Sumber : Peter F. Drucker,

1997).

(14)

1. Kelompokkan masalahnya.

2. Tetapkan masalahnya.

3. Buat spesifikasi jawaban terhadap masalah.

4. Putuskan apakah yang “benar”, daripada yang dapat diterima, berkaitan dengan batas-batas kondisi.

5. Kaitkan keputusan dengan tindakan yang nyata.

6. Uji validitas dan keefektifan keputusan dihadapkan pada kejadian aktual.

(Sumber : Peter F. Drucker, The Effective Decision, Harvard Business Review on Decision Making, 2001 : 2-3).

ENAM LANGKAH BERTAHAP

(15)

PARPOL BALON KDH KDH & WAKIL KDH & WAKIL

RAKYAT APBD

SDM INVESTOR/ SDA PENGUSAHA SDB

(16)

Banyak sekali faktor yang menentukan

kemajuan suatu daerah, ada faktor internal yakni faktor yang berada di bawah kendali manajemen. Adapula faktor eksternal, yakni faktor yang berada diluar kendali manajemen.

Berkaitan dengan Pilkada, ada tiga faktor penting yang berdampak langsung terhadap kemajuan daerah, yakni :

a. Kapabilitas Kepala Daerah terpilih;

b. Dukungan partai politik yang tercermin melalui

anggotanya di DPRD;

c. “Profesionalitas” birokrasi pemerintahan daerah.

(17)

Kemajuan Daerah sangat tergantung pada Parpol pendukung Tingkat kemajuan daerah moderat, apabila didukung birokrasi profesional Tingkat kemajuan daerah akan tinggi

Tergantung

Dinamika DPRD, Apabila DPRDnya High Profile, daerah berpeluang untuk maju Tingkat kemajuan daerah moderat, meskipun cenderung lambat Tingkat kemajuan daerah tinggi apabila DPRD justru bersifat “Low Profile” Daerah akan cenderung mengalami kemandegan, bahkan kemunduran Tingkat kemajuan daerah lambat, sehingga memerlukan konsultansi pihak luar Cenderung banyak konflik politik, membuat kemajuan daerah menjadi lambat

PETA PRAKIRAAN HASIL PILKADA TERHADAP KEMAJUAN DAERAH

(Berdasarkan Perpaduan antara Faktor Kapabilitas

Kepemimpinan dengan Dukungan Politik dari Parpol Melalui DPRD)

D TINGGI U

K U N

G SEDANG A

N G

P A

R RENDAH P

O L

RENDAH SEDANG TINGGI

KAPABILITAS KEPEMIMPINAN

(18)

Kemajuan Daerah tergantung pada ketulusan birokrasi, atau Justru terjadi biropatologi

Tingkat kemajuan daerah moderat

sampai tinggi apabila dilakukan banyak pendelegasian kew.

Tingkat kemajuan daerah akan tinggi

Untuk mencapai

kemajuan, diperlukan banyak supervisi dari Pem tingkat atasnya dan bantuan pihak luar Tingkat kemajuan daerah moderat, meskipun cenderung lambat Tingkat kemajuan daerah dari

moderat ke arah tinggi apabila ada cetak biru yang jelas Daerah akan cenderung mengalami kemandegan, bahkan kemunduran Tingkat kemajuan daerah lambat, shg memerlukan Konsultansi pihak luar Cenderung menggunakan gaya otoriter untuk membuat daerah maju PETA PRAKIRAAN HASIL PILKADA TERHADAP KEMAJUAN DAERAH

(Berdasarkan Perpaduan antara Faktor Kapabilitas Kepemimpinan dengan “Profesionalitas” Birokrasi)

P TINGGI R

O F B E I

S R SEDANG I O

O K N R A A

L S RENDAH I I

T A

S

RENDAH SEDANG TINGGI

KAPABILITAS KEPEMIMPINAN

(19)

Parpol mempunyai peran penting di dalam seleksi awal bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. Oleh karena itu, Parpol harus ikut

bertanggungjawab apabila bakal calon tersebut ternyata tidak membawa kemajuan berarti bagi daerah otonom bersangkutan.

Mengingat bahwa desentralisasi pada empat dimensi (politik, administrasi, fiskal, dan

ekonomi) bersifat komprehensif dan

berkelanjutan, diperlukan langkah-langkah

perubahan strategis lainnya untuk membangun daerah, antara lain membangun birokrasi yang profesional dan DPRD yang berwawasan

kenegarawanan.

Tidak kalah pentingnya adalah membangun

masyarakat pembelajaran yang senantiasai mau belajar pada setiap langkah kegiatan untuk

(20)

Sesuai dengan jenis kepemimpinan dalam bidang pemerintahan, ada dua jenis pengikut yakni :

pengikut dalam konteks organisasi administratif, dan pengikut dalam konteks organisasi sosial.

Pengikut dalam konteks organisasi administratif terdiri para PNS, yang bekerja dengan imbalan penghasilan dari negara.

(21)

Menurut Hersey & Blanchard (1990 : 183) tingkat

kematangan pengikut dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) macam yakni :

M1 : Rendah, Tidak mampu dan tidak mau atau tidak

yakin.

M2 : Rendah ke sedang, tidak mampu tetapi mau atau

yakin.

M3 : Sedang ke tinggi, mampu tetapi tidak mau atau

tidak yakin.

M4 : Tinggi, mampu/kompeten dan mau/yakin.

(22)

Gaya Kepemimpian yang digunakan sesuai kematangan

Pengikut :

M1  G1 ( Gaya Memberitahukan).

M2  G2 ( Gaya Menjajakan).

M3  G3 ( Gaya Mengikutsertakan).

(23)

1. Membagikan informasi secara terbuka.

2. Tekankan pembelajaran dan investasikan masa depannya.

3. Jangan menghukum kesalahan atau kegagalan.

4. Harapkan orang untuk terus belajar.

(Sumber : Jeffrey A. Krames; “Jack Welch Lexicon of Leadership”

2002).

(24)

Dalam konteks organisasi, situasi dan kondisi dapat dibedakan menjadi dua macam yakni SIKON internal dan SIKON eksternal.

SIKON INTERNAL adalah situasi dan kondisi di dalam organisasi yang mempengaruhi kinerja pencapaian tujuan organisasi dan berada di bawah kendali

manajemen.

SIKON EKSTERNAL adalah situasi dan kondisi di luar organisasi yang mempengaruhi kinerja pencapaian tujuan organisasi tetapi berada di luar kendali

manajemen.

(25)

Bagi pemimpinan pemerintahan, variabel situasi dan kondisi yang dominan meliputi :

- ideologi - politik - ekonomi

- sosial dan budaya - agama.

(26)

Menghadapi perubahan situasi dan kondisi internal maupun eskternal organisasi yang serba tidak

menentu, diperlukan pemimpin organisasi yang mempunyai visi ke masa depan.

Visi pimpinan organisasi tsb kemudian dikemas menjadi visi organisasi yang dipimpinnya, karena utk mencapainya diperlukan dukungan dari seluruh anggota organisasi maupun para pemegang saham.

(27)

Abstrak

Tingkatan Sifat

Visi di Daerah

Visi Pemerintah

Daerah

Visi Perangkat

Daerah

Kongkret & Terukur

(28)

Spesifik (

specific

);

Sederhana (

simple

);

Terikat Waktu (

time-bound

);

Mungkin untuk dicapai (

achieveable);

Terukur (

measurable

).

ada KPI (Key

Performance Indicators) untuk organisasi

dan atau individu anggota organisasi.

(29)

Faktor-faktor Yang Perlu Diperhatikan

Dalam Menyusun Visi Daerah

Kontributor PDRB Terbesar 1)

2) 3)

Mata Pencarian

Penduduk Terbanyak 1)

2) 3)

Penetapan Bisnis Inti

(Core Business)

Susun Visi

10 kata

Keunggulan yang di-Rencanakan di masa Mendatang :

(30)

Sumber : Sadu Wasistiono

Model Penyusunan Organisasi Pemerintah Daerah Berdasarkan Visi, Misi dan Kewenangan Daerah

Pemerintah Pusat

Kewenangan Daerah

Rakyat

Mandat

Visi Daerah Jangka Panjang

Visi Pemda Jangka Menengah

Potensi SDA, SDM, SDB

Organisasi Pemerintah Daerah Transfer

Kewenangan

(31)

Kompetensi Dasar Eselon I :

- Mampu menyusun Visi, Misi, dan Strategi

organisasi;

- Mampu menyebarkan visi pada seluruh anggota

organisasi;

- Mampu menginformasikan visi, misi, dan strategi

kepada pihak luar yang memiliki hubungan

strategis dengan organisasi;

- Mampu menggerakkan dan memimpin organisasi

mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan;

- Mampu mempertanggungjawabkan dan

mempertanggunggugatkan keberhasilan atau

kegagalan visi, misi, dan strategi yang telah

ditetapkan.

(32)

Kompetensi Dasar Eselon II :

-

Mampu menyusun Visi, Misi, dan Strategi organisasi;

- Mampu menyebarkan visi pada seluruh anggota organisasi;

- Mampu menginformasikan visi, misi, dan strategi kepada pihak luar yang memiliki hubungan

strategis

dengan organisasi;

- Mampu menggerakkan dan memimpin organisasi mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan; - Mampu mempertanggungjawabkan dan

mempertanggunggugatkan keberhasilan atau kegagalan

visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan.

(33)

Kompetensi Dasar Eselon III :

- Mampu menerjemahkan Visi, Misi, dan Strategi organisasi yg disusun oleh pejabat eselon diatasnya ke dalam

bahasa yang

lebih operasional;

- Mampu menyebarkan visi, misi dan strategi pada seluruh anggota

organisasi;

- Mampu menginformasikan visi, misi, dan strategi kepada pihak

luar yang memiliki hubungan strategis dengan organisasi;

- Mampu menggerakkan, memimpin organisasi serta menjalankan

aktivitas guna mencapai visi, misi, dan strategi yang telah

ditetapkan;

- Mampu mempertanggungjawabkan dan gugatkan keberhasilan atau kegagalan kegiatan yang

dilaksanakan

dalam rangka mencapai visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan.

(34)

Kompetensi Dasar Eselon IV:

- Mampu memahami dan menerjemahkan Visi, Misi, dan Strategi

organisasi yg disusun oleh pejabat eselon diatasnya ke dalam

bahasa yang lebih operasional;

- Mampu menyebarkan visi, misi dan strategi pada seluruh anggota

organisasi;

- Mampu menginformasikan visi, misi, dan strategi kepada pihak

luar yang memiliki hubungan strategis dengan organisasi; - Mampu memimpin organisasi serta menjalankan aktivitas

guna

mencapai visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan; - Mampu mempertanggungjawabkan dan gugatkan keberhasilan atau kegagalan kegiatan yang

dilaksanakan

dalam rangka mencapai visi, misi, dan strategi yang telah ditetapkan.

(35)

Etika dapat disebut juga sebagai filosofi moral, berisi

tentang konsep PERILAKU BENAR ATAU SALAH secara moral, bukan berbicara benar atau salah secara

hukum.

Secara teoretis, etika dibagi menjadi tiga subyek

umum yakni :

a. Metaetika, yang berbicara mengenai asal-usul prinsip-prinsip etika;

b. Etika normatif, yang berbicara mengenai tugas -tugas praktek;

c. Etika aplikasi, yang berbicara mengenai isyu-isyu kontroversial spesifik.

(36)

Etika pemerintahan, berarti berbicara prinsip-prinsip perilaku yang benar dan salah secara moral maupun perilaku yang baik dan buruk di lingkungan pemerintahan.

Pemerintahan sebagai sebuah sistem sosial mempunyai tatanilai yang berbeda

dibandingkan sistem sosial lainnya. Bahkan di setiap jenjang dan lokasi pemerintahan akan dijumpai etika pemerintahan yang berbeda-beda karena adanya pengaruh tata nilai

setempat.

(37)

Banyak sekali dimensi etika pemerintahan yang seharusnya diatur, sehingga ada pedoman

perilaku bersama antar pegawai pemerintah (internal organisasi), antara organisasi

pemerintah yang satu dengan organisasi

lainnya maupun antara pegawai pemerintah dengan masyarakat (eksternal organisasi).

Etika internal organisasi pemerintah mengatur pedoman perilaku :

a. Antara atasan dengan bawahan; b. Antara teman sejawat;

c. Antara pegawai wanita dengan pegawai pria;

(38)

Etika eksternal organisasi antara pejabat satu kantor pemerintah dengan kantor pemerintah lainnya, dalam kedudukan yang sejajar atau berhierarkhi.

Etika dalam hubungan antara pejabat

pemerintah dengan kepala negara sendiri, maupun kepala negara sahabat.

Etika dalam berhubungan antara pejabat

dengan masyarakat dalam konteks pekerjaan.

(39)

Karena etika pemerintahan berkaitan dengan norma

perilaku baik dan buruk dalam organisasi

pemerintah, maka keteladanan dari pemimpin memegang peran utama dalam penerapannya.

Pada masyarakat yang masih berorientasi ke atas

seperti Indonesia, perilaku baik akan mudah

dikembangkan apabila dimulai dari atas. Prinsip “ Satu Kata Dengan Perbuatan”, menjadi sangat

cocok untuk membangun etika pemerintahan yang baik. Pada sisi lain, yang menonjol saat ini justru sikap-sikap munafik atau hipokrit, yang

menyebabkan hilangnya rasa saling percaya dan saling menghormati.

(40)

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya membuat masyarakat menjadi lebih berdaya untuk mengurus kebutuhan dan kepentingannya sendiri. Inti dari

pemberdayaan masyarakata adalah KEMANDIRIAN.

Pemberdayaan dapat ditujukan kepada perorangan, kelompok ataupun masyarakat.

Ciri seorang pemimpin yang berhasil apabila mampu membuat bawahan atau pengikutnya menjadi

semakin mandiri, dengan resiko mereka akan

menjadi kompetitor. Pemimpin yang berhasil adalah yang telah lulus dalam setiap kompetisi.

(41)

Agar sesorang atau sekelompok orang mampu mengatasi masalahnya sendiri sehingga terlepas dari ketergantungan pada pihak lain.

Agar seseorang atau sekelompok orang mampu mengambil keputusan sendiri.

Agar seseorang atau sekelompok orang memiliki akses informasi dan sumberdaya sehingga dapat mengambil keputusan secara tepat.

Agar seseorang atau sekelompok orang memiliki pandangan positif sehingga mampu melakukan perubahan.

(42)

E. Paradigma Baru Berpemerintahan

1. Hubungan antara pemerintah dgn masyarakat bersifat sangat

dinamis, bergerak seperti pendulum antara kutub sangat berkuasa ke kutub yang sangat lemah.

2. Fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat.

3. Dalam perjalanan waktu, pemerintah menjadi sangat berkuasa dan ‘menelan’ masyarakat (studi kasus sebelum abad 19 :

pemerintahan kolonialisme /monarkhi absolut).

4. Munculnya paham demokrasi (pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat) pada awal abad 20, masyarakat

menuntut hak untuk lebih banyak memegang peran dalam pembuatan kebijakan publik, walaupun banyak menemui hambatan.

5. Hambatan – hambatan pelaksanaan proses demokrasi :

(43)

Beberapa pendapat ahli tentang kegagalan Pemerintah :

1. Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’  Kemungkinan bangkrutnya birokrasi.

2. Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’  Masyarakat bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.

3. Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ => Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya.

.4. Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’ => agar birokrasi lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the least government is the best government’

(44)

 Mc Leod (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa krisis

multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan

oleh adanya salah urus (mismanagement) pada semua sektor, baik swasta dan terutama pemerintah.

 Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua

tahapan, mulai dari tahapan perencanaan, tahapan implementasi sampai tahapan evaluasi.

 Paradigma good governance pada dasarnya adalah upaya

membangun filosofi, strategi serta teknik mengelola urusan-urusan publik secara lebih transparan dengan melibatkan para pihak-pihak yang terlibat (stakeholder and shareholder).

 Diantara komponen bangsa, setelah terjadinya reformasi,

(45)

 Berdasarkan praktek pemerintahan di berbagai negara ditengarai adanya “bad government”, yang ditandai dengan banyaknya korupsi, kolusi, nepotisme, yang

membuat negara mengarah ke kebangkrutan. Oleh karena itu, diperlukan konsep baru mengenai cara

berpemerintahan yang baik (good government).

Good governance

Bad Good

Government Government

(46)

Perbandingan Ciri-ciri Bad Government

dengan Good Government

Ciri-ciri Bad Government

Ciri-ciri Good Government

1.

Lamban dan bersifat reaktif

2.

Arogan

3.

Korup

4.

Birokratisme

5.

Boros

6.

Bekerja secara naluriah

7.

Enggan berubah

8.

Kurang berorientasi pada kepentingan publik

1.

Proaktif

2.

Ramah dan Persuasif

3.

Transparan

4.

Mengutamakan proses dan produk

5.

Proporsional dan profesional

6.

Bekerja secara sistemik

7.

Pembelajaran sepanjang hayat

8.

Menempatkan stakeholder &
(47)

C. Konsep Good Governance

*Menurut World Bank, Governance diartikan sebagai ‘the way state power is used in managing economic and social

resources for development society’. Dengan demikian,

governance adalah cara, yaitu cara bagaimana kekuasaan negara digunakan untuk mengelola sumberdaya2 ekonomi dan sosial guna pembangunan masyarakat.

*UNDP, mengartikan governance sebagai ‘the exercise of

political,economic, and administrative authority to manage a nation’s affair at all levels’. Kata governance, diartikan sbg penggunaan/ pelaksanaan, yakni penggunaan kewenangan politik, ekonomi dan administratif untuk mengelola

(48)

Governance memiliki tiga domain :

1. Negara/pemerintahan :

Sebagai pembuat kebijakan, pengendali &

pengawas

2. Swasta/Dunia usaha :

Sebagai penggerak aktivitas bidang ekonomi

3. Masyarakat :

(49)

Sektor Sektor Pem. Swasta

Sektor Masy.

Posisi Tiga Domain (pemerintah, swasta, masyarakat) dalam konsep good governance yang bersifat

(50)

Governance didukung oleh TIGA elemen :

1. Politik

Proses pembuatan keputusan utk formulasi kebijakan publik, yang dilakukan oleh birokrasi & bersama dengan politisi.

2. Ekonomi

Proses pembuatan keputusan utk memfasilitasi

aktivitas ekonomi di dalam negeri & interaksi diantara penyelenggara ekonomi.

3. Administrasi

(51)

ADMINISTRASI EKONOMI

POLITIK

(52)

Ciri – ciri Tata Pemerintahan yang Baik

:

1. Mengikutsertakan semua;

2. Transparan dan bertanggung jawab;

3. Efektif dan adil;

4. Menjamin adanya supremasi hukum;

5. Menjamin bahwa prioritas2 politik, sosial dan

ekonomi didasarkan pada konsensus masyarakat;

(53)

Karakteristik

Good Governance

menurut UNDP

:

1. Partisipasi (Participation)

Syarat utama warga negara dalam berpartisipasi :

a. ada rasa kesukarelaan dan tanpa paksaaan; b. ada keterlibatan secara emosional;

c. memperoleh manfaat, secara langsung dan tidak langsung dari keterlibatannya.

2. Penegakan Hukum (Rule of Law);

Membangun sistem hukum yang sehat, baik perangkat lunaknya (software),perangkat keras (hardware) maupun sumber daya manusianya (humanware)

3. Transparansi (Transparancy);

Keterbukaan mencakup semua aspek aktivitas yang menyangkut kepentingan publik, mulai dari proses

(54)

4. Daya Tanggap (Responsiveness);

Sektor publik selama ini dianggap tertutup,arogan dan berorientasi pada kekuasaan.Untuk mengetahui

kepuasan

masyarakat sebagai konsumen, perlu dilakukan survey secara periodik. Lihat Kep. Menpan No. 25. M.Pan

/2004 tentang Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

5. Berorientasi pada konsensus (Consensus Orientation);

Aktivitas politik berisi dua hal pokok yaitu konflik dan konsensus. Dalam pengambilan keputusan lebih

menitikberatkan konsensus. Musyawarah merupakan proses, sedangkan mufakat merupakan hasil.

6. Keadilan/kesetaraan (Equity)

(55)

7. Keefektifan dan Efisiensi (Effectiveness & Efficiency);

Perlunya kompetisi untuk menciptakan keefektifan dan efisiensi pada sektor publik.

8. Akuntabilitas (Accountability)

Pertanggungjawaban setiap aktivitas menyeluruh

kepada publik/masyarakat luas, disamping kepada atasan. Akuntabilitas meliputi :

a. Akuntabilitas organisasional/administratif b. Akuntabilitas legal

c. Akuntabilitas politik

d. Akuntabilitas profesional e. Akuntabilitas moral

Menurut Klitgaard (2000), korupsi terjadi karena :

Corruption = Discretion + Monopoly - Accountability

(56)

9. Visi Strategis (Strategic Vision)

Perlunya memiliki visi jangka panjang (long-term vision), visi jangka menengah (mid-term vision) dan visi jangka pendek (short-term vision).

Ciri visi yang baik adalah : a. bersifat spesifik

b. disusun dalam bahasa yang sederhana(+/- 10 kata)

c. bersifat terukur

d. mungkin untuk dicapai

(57)

Meskipun tidak secara resmi diumumkan penggunaan

paradigma baru berpemerintahan, yakni dengan paradigma good governance, namun secara implisit paradigma tersebut nampak dalam berbagai peraturan perundang-undangan baru yang terbit pada era reformasi. Termasuk berbagai peraturan yang mengatur tentang otonomi Daerah. Hal ini tidak terlepas dari tekanan negara dan lembaga donor yang memberikan

hutang maupun hibah ke Indonesia.

Dalam hal partisipasi, telah dicoba dibuka pintu yang lebih

lebar untuk melibatkan masyarakat dalam proses perumusan, implementasi serta evaluasi kebijakan publik melalui berbagai peraturan perundang-undangan, meskipun seringkali terjadi penolakan dari tubuh birokrasi.

(58)

Penegakan hukum juga mulai lebih digiatkan antara lain dengan memperkuat posisi Mahkamah Agung serta meletakkan jajaran pengadilan di bawahnya, bukan lagi di bawah presiden.

Sudah mulai banyak pejabat publik, baik gubernur, bupati/ walikota maupun anggota DPRD yang

diperiksa maupun telah dijatuhi hukuman karena

didakwa korupsi. Di dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juga dimuat

ketentuan kemungkinan pemberhentian Kepala Daerah dan atau Wakil Kepala Daerah yang lebih tegas dan keras.

Telah dikembangkan transparansi di bidang

keuangan daerah, antara lain melalui keharusan diaudit oleh BPK dan menyampaikan laporan

penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada publik. Best practice mengenai hal ini misalnya

dapat dilihat di Kabupaten Sleman, yang pada tahun 2004 telah membuat neraca yang diaudit oleh

(59)

Telah mulai dikembangkan mekanisme untuk

mengetahui pandangan masyarakat terhadap kinerja pemberian pelayanan publik oleh pemerintah daerah. Contoh mengenai hal ini misalnya di Kota Palangkaraya.

Pengembangan konsensus sebenarnya bukan hal yang

baru, karena sudah merupakan budaya nasional

Indonesia sebagaimana tercermin pada sila keempat dari Pancasila. Tetapi budaya konsensus tersebut justru

mulai ditinggalkan dan digantikan dengan model

pemungutan suara untuk setiap pengambilan keputusan yang mengakibatkan munculnya kubu pro dan kontra.

Pengembangan kesetaraan dalam bidang politik sudah

mulai dijalankan, tetapi kesetaraan dibidang ekonomi masih tersendat- sendat karena birokrasi nampaknya masih lebih banyak berpihak pada kelompok ekonomi kuat dibandingkan pada kelompok ekonomi lemah. Hal tersebut nampak dari pembuatan kebijakan publik

(60)

UU Nomor 32 Tahun 2004 telah menempatkan efektivitas dan efisiensi sebagai nilai yang

diutamakan, tetapi dalam prakteknya masih sulit untuk dilaksanakan. Birokrasi tidak siap untuk menjalankan prinsip ini, sehingga diperlukan

kepemimpinan visioner untuk melakukan perubahan seperti yang terjadi di Kabupaten Jembrana dan

Kabupaten Tanah Datar.

Prinsip akuntabilitas secara bertahap sudah mulai diterapkan dalam implementasi otonomi daerah di berbagai tempat di Indonesia, meskipun tingkat kemajuannya relatif terbatas. Killgaard

(61)

Keharusan membuat visi stratejik bagi setiap

instansi pemerintah sudah diatur di dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang AKIP. Begitu pula dengan kewajiban calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah memaparkan visi, misi dan

programnya dihadapan sidang paripurna DPRD telah diatur di dalam pasal 66 ayat (3) huruf (f) UU Nomor 32 Tahun 2004. Meskipun demikian masih banyak visi Daerah, visi Pemerintah Daerah serta visi

Perangkat Daerah yang disusun secara tidak benar serta tidak dilaksanakan secara konsisten dan

bersinambungan.

Keluarnya UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

setidak-tidaknya memberi acuan mengenai perlunya

(62)

Bagimu Negeri

Jiwa Raga Kami

Amiin.

Hatur Nuhun

Semoga Tuhan Selalu Memberi Yang

Terbaik

Hatur Nuhun

Semoga Tuhan Selalu Memberi Yang

(63)

TERIMAKASIH

Atas Perhatiannya

Mohon Maaf Kalau

Kurang

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 40 ibu didapatkan hasil bahwa sikap ibu tentang ketepatan imunisasi polio pada bayi di Posyandu RW 10 Kampung Banteng Kota

P : Apa saja praktek yang sudah dilakukan dalam membuat karya kerajinan tangan pada mata pelajaran seni budaya dan keterampilan5. 4.2 : Menggambar,

Desain atau rancangan pada dasarnya mempunyai arti sebagai sebuah elemen visual yang dikembangkan dengan dalih tertentu dan diolah sesuai dengan keperluan pengiklan atau

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk menganalisis Efektifitas Iklan Televisi terhadap Minat Beli obat flu Decolgen wilayah Surabaya Timur. Penelitian ini menggunakan

dalam Pendidikan dan Komitmen Siswa terhadap Sekolah: Studi Meta- Analisis” menunjukkan bahwa keterlibatan orangtua di sekolah memiliki korelasi positif terhadap komitmen

Di desa Gempol Denok Kecamatan Dempet Kabupaten Demak, kondisi perekonomian sebagian besar masyarakatnya bertumpu pada sektor pertanian sehingga banyak yang

Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Materi Volume Bangun Ruang (Kubus dan Balok) Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Learning dan Jigsaw Di

[r]