SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Margarita Krishna Setiawati NIM : 058114062
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala perkaraku kuserahkan padaMu, Allah pembelaku Segala kuatirku kutaruh di kakiMu, Allah pemeliharaku
Bila Kau yang membuka pintu, tak ada satupun dapat menutupnya Bila Kau yang mengangkat aku, tiada yang dapat merendahkanku
Selama aku masih bisa bernafas, masih sanggup berjalan
Kukan selalu memujiMu
Meski ku tlah tahu pasti, Engkau ada di Sorga
Dengarlah Tuhan, kumerindukanMu
Kupersembahkan karya kecil ini untuk:
Bapa di Surga yang memegang sejarah kehidupanku
Keluargaku yang merupakan hadiah bagiku dari Bapa
Saudara-saudariku yang selalu memberi semangat
vi
PRAKATA
Segala pujian dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Tuhan Yesus
Kristus karena hanya oleh berkat, anugerah, kasih, kekuatan, dan pertolongan-Nya,
serta terang Roh Kudus-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi yang berjudul Perbedaan Antara Pengaruh Ceramah dengan
Ceramah-Testimoni Tentang Kanker Serviks dan Papsmear Terhadap Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta. Skripsi ini disusun guna
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program
Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah hal yang mudah,
hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis mampu
menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberi kekuatan disaat kulemah, menghapus
air mata dan memberi sukacita disaat kusedih, serta mengulurkan tangan-Nya
disaat kuterjatuh, dan bila penulis dapat berdiri tegak sampai hari ini, bukan
karena kuat dan hebatku, melainkan semua karena Yesus.
2. Walikota Yogyakarta c.q BAPEDA Kota Yogyakarta yang telah memberikan ijin
untuk melakukan penelitian di Kota Yogyakarta.
3. Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan
penelitian kepada guru-guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta.
vii
5. Rita Suhadi M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
6. Dra. I.M. Sunarsih, S.U., Apt. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis.
7. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis.
8. dr. Fx. Ediati Triningsih M.Sc.,Sp.PA, yang telah membantu memberikan
ceramah serta dukungan moril selama penelitian
9. Bapak, Ibu, mas Andreas, dan mbak Lisa yang selalu memberikan cinta,
dukungan, motivasi, doa, dan selalu setia mendengar keluh kesahku. Bapak dan
ibu yang memberikan asupan gizi selama ini, khususnya ibu atas bantuannya
menyiapkan konsumsi untuk ceramah. Tanpa semua itu aku tidak akan jadi
seperti sekarang.
10.Aris Widayati, M.Si., Apt. atas kesempatan yang diberikan untuk melakukan
penelitian yang telah direncanakan dan diprogramkan.
11.Romo Drs. Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., S.Si. yang bersedia menjadi
pembimbing ketiga, yang telah memberikan arahan dan bimbingan mengenai
statistik untuk pengolahan data, juga memberikan motivasi dan dukungan moril
dalam melakukan penelitian.
12.Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc. yang telah memberikan arahan dan bimbingan
viii
13.Teman-teman seperjuanganku: Hesti, Rosye, Kaka, Yuan, dan Jerry atas kerja
sama dan pahit-getirnya dalam menyelesaikan penelitian kita.
14.Bu Cicilia S. yang membantu dalam pergumulanku, Mas Adven yang selalu
mengingatkan ’jangan khawatir dengan segala persoalanmu’ dan untuk telinga
yang mendengarkanku, Mas Yoyo yang selalu berkata ’sabar ya, semangat!’, mas
Kobo yang mengirimkan skripsinya untuk dibaca, mas Bayu dan mas Danang atas
koreksian abstraknya.
15.Ari, Cici, Shasha atas persaudaraan yang kita bangun selama ini di dalam Tuhan.
16.Mas FX. Sunarto yang senantiasa setia membuatkan surat pengantar untuk
melakukan penelitian kepada sekolah-sekolah dasar di Kota Yogyakarta kepada
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, memintakan tanda tangan Dekan untuk
keperluan surat menyurat dan sertifikat.
17.Pak Wiwid dan Bu Wiwid, pegawai YKI, yang membantu semua persiapan dan
pelaksanaan ceramah.
18.Teman-teman kelas B angkatan 2005, khususnya kelompok praktikum C atas
persahabatannya selama ini dan teman-teman FKK angkatan 2005, atas
kebersamaannya dalam proses belajar dan saling membangun dalam presentasi
yang asyik.
19.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
ix
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Harapan penulis adalah skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca semua.
Yogyakarta, 9 Januari 2009
xi
INTISARI
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang jaringan serviks, menempati urutan kedua sebagai jenis kanker yang paling sering diderita kaum wanita di Yogyakarta. Walaupun demikian, kanker serviks dapat dideteksi secara dini dengan tes papsmear rutin untuk mengetahui sel-sel yang bertendensi menjadi kanker. Tetapi, kesadaran masyarakat melakukan papsmear masih rendah. Karena itu, perlu dilakukan upaya meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat tentang kanker serviks dan papsmear. Ceramah dan ceramah-testimoni merupakan alternatif model edukasi yang dapat dilakukan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh ceramah dengan ceramah-testimoni tentang kanker serviks
dan papsmear terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita sekolah dasar di
Kota Yogyakarta. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuasi eksperimental dengan desain pretest-posttest intervention with control group. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif evaluatif dan statistik uji menggunakan uji beda
Paired T-Test (data terdistribusi normal) dan Wilcoxon (data terdistribusi tidak
normal) dalam 1 kelompok dan Independent T-Test (data terdistribusi normal) dan
Mann-Whitney U Test (data terdistribusi tidak normal) untuk kelompok yang berbeda
dengan taraf kepercayaaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh intervensi yang signifikan terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku dari pretes ke postes pada kelompok perlakuan dengan metode ceramah dan ceramah-testimoni. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara ceramah dengan ceramah-testimoni hanya pada sikap segera setelah intervensi (p=0,039), dimana ceramah memberikan peningkatan sikap yang lebih tinggi daripada ceramah-testimoni.
xii ABSTRACT
Servical cancer is a cancer which attacked servix. It is the second cancer which ofen suffered by woman in Yogyakarta. Servical cancer can be detected earlier with papsmer test routinely. However, the awareness of people to do papsmear are still low. Therefore, it is necessary to improve people’s knowledge, attitude, and behavior about servical cancer and papsmear. Lecture and lecture-testimony is an alternative education model to be done.
The aim of this research was to know if there are some significant differences between the influence of lecture from lecture-testimony towards Female Elementary School Teachers’s knowledge, attitude, and behaviour in Yogyakarta. This research is experimental quasi research with pretest-posttest intervention with control group design. The data analysis was evaluative descriptive analysis and the statistic test using Paired T-Test (for normal distribution data) and Wilcoxon (for abnormal distribution data) in one group and Independent T-Test (for normal distribution data) and Mann-Whitney U Test (for abnormal distribution data) to different group with level of significance 95%.
The result of the research shows that there is a significant intervension influence towards knowledge, attitude, and behaviour from pretest to posttest in the treatment group. There is only a significant difference of influence towards attitude immediately after intervention (p=0,039), in which the lecture give higher improve to attitude than lecture-testimony.
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PRAKATA... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... x
INTISARI... xi
ABSTRACT ... xii
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL... xviii
DAFTAR GAMBAR ... xxi
DAFTAR LAMPIRAN... xxv
BAB I. PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Perumusan Masalah ... 5
2. Keaslian Penelitian... 6
3. Manfaat Penelitian ... 7
B. Tujuan Penelitian ... 8
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 9
xiv
1. Definisi... 9
2. Gejala-gejala Klinis... 9
3. Penyebab Kanker ... 10
4. Skrining Kanker ... 10
5. Pencegahan Kanker... 11
B. Kanker Serviks ... 11
1. Definisi... 11
2. Epidemiologi ... 12
3. Gejala ... 13
4. Penyebab ... 14
5. Faktor Risiko... 14
6. Stadium Klinik ... 14
7. Diagnosis... 15
8. Pencegahan... 16
C. Papsmear... 17
1. Definisi... 17
2. Prosedur dan Ketentuan Papsmear... 17
3. Interpretasi Hasil Papsmear... 19
D. Edukasi... 21
E. Edukasi Kesehatan ... 21
F. Ceramah ... 22
xv
H. Pengetahuan ... 23
I. Sikap... 25
J. Perilaku ... 27
K. Landasan Teori... 30
L. Kerangka Konsep ... 31
M. Hipotesis... 32
BAB III. METODE PENELITIAN ... 33
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 33
B. Variabel Penelitian ... 34
C. Definisi perasional ... 35
D. Subyek Penelitian... 36
E. Tempat Peneltitian ... 37
F. Waktu Penelitian ... 37
G. Instrumen Penelitian ... 37
H. Tata Cara Penelitian ... 38
1. Penentuan Subyek Penelitian ... 38
2. Pengurusan Izin Penelitian... 41
3. Penelusuran Data Populasi... 41
4. Pembuatan Kuesioner ... 42
5. Pelaksanaan Intervensi ... 49
6. Pengambilan Data ... 51
xvi
I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ... 56
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58
A. Karakteristik Responden ... 58
1. Umur ... 58
2. Tingkat Pendidikan ... 59
3. Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear 60 4. Riwayat Melakukan Papsmear... 62
B. Pengaruh Ceramah dan Ceramah-Testimoni tentang Kanker Serviks dan Papsmear terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta ... 63
C. Perbedaan Antara Pengaruh Ceramah dan Ceramah-testimoni Tentang Kanker Serviks dan Papsmear terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta ... 68
1. Perbandingan Kelompok Intervensi (Ceramah dan Ceramah-testimoni) dengan Kelompok Kontrol... 68
2. Perbandingan Kelompok Intervensi Ceramah dengan Ceramah-testimoni... 71
xvii
1. Umur ... 80
2. Tingkat Pendidikan ... 87
3. Latar Belakang Informasi... 93
4. Riwayat Papsmear... 98
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 105
A. Kesimpulan ... 105
B. Saran... 107
DAFTAR PUSTAKA ... 108
xviii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Profil Pertanyaan dalam Kuesioner mengacu ke NCI... 44
Tabel II. Jenis Pertanyaan dan Pengelompokan Pernyataan
Berdasarkan Variabel Dalam Kuesioner... 45
Tabel III. Frekuensi Umur Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota
Yogyakarta yang menjadi responden dalam setiap kelompok
perlakuan ... 58
Tabel IV. Frekuensi Tingkat Pendidikan Guru Wanita Sekolah Dasar di
Kota Yogyakarta yang menjadi responden dalam setiap
kelompok perlakuan ... 59
Tabel V. Frekuensi Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks
dan Papsmear Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta
yang Menjadi Responden Dalam Setiap Kelompok Perlakuan .. 61
Tabel VI. Frekuensi Riwayat Melakukan Papsmear Guru Wanita
Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta yang Menjadi Responden
Dalam Setiap Kelompok Perlakuan ... 62
Tabel VII. Signifikansi Perubahan Nilai Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Responden ... 63
Tabel VIII. Perbandingan Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku ... 66
xix
Tabel X. Nilai Signifikansi Perbedaan Pengaruh Ceramah dengan
Ceramah-Testimoni terhadap Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Responden... 72
Tabel XI. Perbedaan Peningkatan Perilaku Antara Kelompok Ceramah
dengan Ceramah-Testimoni ... 78
Tabel XII. Frekuensi Responden Kelompok Ceramah dan
Ceramah-Testimoni yang Sudah Melakukan Papsmear Setelah
Intervensi dan Alasan Responden yang Belum Papsmear... 79
Tabel XIII. Perbandingan % Perubahan Nilai Pengetahuan antara
Kelompok Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut
Rentang Umur ... 81
Tabel XIV. Perbandingan % Perubahan Nilai Sikap antara Kelompok
Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut Rentang Umur ... 83
Tabel XV. Perbandingan % Perubahan Nilai Perilaku antara Kelompok
Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut Rentang Umur ... 85
Tabel XVI. Perbandingan % Perubahan Nilai Pengetahuan antara
Kelompok Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut
Tingkat Pendidikan ... 88
Tabel XVII. Perbandingan % Perubahan Nilai Sikap antara Kelompok
Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut Tingkat
xx
Tabel XVIII. Perbandingan % Perubahan Nilai Perilaku antara Kelompok
Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut Tingkat
Pendidikan... 91
Tabel XIX. Perbandingan % Perubahan Nilai Pengetahuan antara
Kelompok Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut Latar
Belakang Informasi ... 94
Tabel XX. Perbandingan % Perubahan Nilai Sikap antara Kelompok
Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut Latar Belakang
Informasi ... 96
Tabel XXI. Perbandingan % Perubahan Nilai Perilaku antara Kelompok
Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut Latar Belakang
Informasi ... 97
Tabel XXII. Perbandingan % Perubahan Nilai Pengetahuan antara
Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut Riwayat
Melakukan Papsmear... 99
Tabel XXIII. Perbandingan % Perubahan Nilai Sikap antara Ceramah dan
Ceramah-Testimoni Menurut Riwayat Melakukan Papsmear... 100
TabelXXIV. Perbandingan % Perubahan Nilai Perilaku antara Ceramah
dan Ceramah-Testimoni Menurut Riwayat Melakukan
xxi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Alat reproduksi wanita ... 11
Gambar 2. Frekuensi Relatif Kanker yang Menyerang Kaum Wanita Di
Indonesia Tahun 1994-1997... 12
Gambar 3. Frekuensi Relatif Kanker yang Menyerang Kaum Wanita di
Yogyakarta Tahun 1994-1999 ... 13
Gambar 4. Proses edukasi ... 21
Gambar 5. Skema Rancangan Penelitian (Pretest-Posttes Control Group
Design) ... 31
Gambar 6. Kerangka Konsep Penelitian ... 32
Gambar 7. Skema rancangan pretest-posttest intervention with control
group design ... 33
Gambar 8. Kerangka Kuesioner... 43
Gambar 9. Skema Analisis Data ... 53
Gambar 10. Frekuensi Umur Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota
Yogyakarta yang Menjadi Responden Dalam Setiap
Kelompok Perlakuan... 59
Gambar 11. Frekuensi Tingkat Pendidikan Guru Wanita Sekolah Dasar di
Kota Yogyakarta yang Menjadi Responden Dalam Setiap
xxii
Gambar 12. Frekuensi Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks
dan Papsmear Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota
Yogyakarta yang Menjadi Responden Dalam Setiap
Kelompok Perlakuan... 61
Gambar 13. Frekuensi Riwayat melakukan Papsmear Guru Wanita
Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta yang Menjadi Responden
Dalam Setiap Kelompok Perlakuan ... 62
Gambar 14. Perbandingan Persentase Perubahan Nilai Pengetahuan
Pretes-Postes dan Pretes-Postes 1 Bulan untuk Setiap
Kelompok... 66
Gambar 15. Perbandingan Persentase Perubahan Nilai Sikap
Pretes-Postes dan Pretes-Pretes-Postes 1 Bulan untuk Setiap Kelompok... 67
Gambar 16. Perbandingan Persentase Perubahan Nilai Perilaku
Pretes-Postes dan Pretes-Pretes-Postes 1 Bulan untuk Setiap Kelompok... 67
Gambar 17. Perbandingan Persentase Perubahan Nilai Perilaku
Pretes-Postes dan Pretes-Pretes-Postes 1 Bulan antara Kelompok Ceramah-
Ceramah-testimoni ... 71
Gambar 18. Perbandingan Persentase Perubahan Nilai Perilaku
Pretes-Postes dan Pretes-Pretes-Postes 1 Bulan antara Kelompok Ceramah
dengan Ceramah-testimoni ... 74
xxiii
Gambar 20. Perbedaan Peningkatan Perilaku Antara Kelompok Ceramah
dengan Ceramah-Testimoni ... 78
Gambar 21 Frekuensi Responden Kelompok Ceramah dan
Ceramah-testimoni yang Sudah Melakukan Papsmear Setelah
Intervensi dan Alasan Responden yang Belum Papsmear... 80
Gambar 22. Perbandingan % Perubahan Nilai Pengetahuan antara
Kelompok Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut
Rentang Umur ... 81
Gambar 23. Perbandingan % Perubahan Nilai Sikap antara Kelompok
Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut Rentang Umur ... 83
Gambar 24. Perbandingan % Perubahan Nilai Perilaku antara Kelompok
Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut Rentang Umur ... 85
Gambar 25. Perbandingan % Perubahan Nilai Pengetahuan antara
Kelompok Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut
Tingkat Pendidikan ... 88
Gambar 26. Perbandingan % Perubahan Nilai Sikap antara Kelompok
Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut Tingkat
Pendidikan... 90
Gambar 27. Perbandingan % Perubahan Nilai Perilaku antara Kelompok
Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut Tingkat
xxiv
Gambar 28. Perbandingan % Perubahan Nilai Pengetahuan antara
Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut Latar Belakang
Informasi ... 94
Gambar 29. Perbandingan % Perubahan Nilai Sikap antara Ceramah dan
Ceramah-Testimoni Menurut Latar Belakang Informasi ... 96
Gambar 30. Perbandingan % Perubahan Nilai Perilaku antara Kelompok
Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut Latar Belakang
Informasi ... 97
Gambar 31. Perbandingan % Perubahan Nilai Pengetahuan antara
Ceramah dan Ceramah-Testimoni Menurut Riwayat
Melakukan Papsmear... 99
Gambar 32. Perbandingan % Perubahan Nilai Sikap antara Ceramah dan
Ceramah-Testimoni Menurut Riwayat Melakukan Papsmear... 100
Gambar 33. Perbandingan % Perubahan Nilai Perilaku antara Ceramah
dan Ceramah-Testimoni Menurut Riwayat Melakukan
xxv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner penelitian ... 110
Lampiran 2. Data Validitas Kuesioner ... 113
Lampiran 3. Daftar Sekolah Dasar yang Diundang dalam Ceramah... 114
Lampiran 4 Daftar Sekolah Dasar yang Diundang dalam
Ceramah-testimoni... 116
Lampiran 5. Normalitas Pretes, Postes, dan Postes 1 Bulan Untuk Setiap
Variabel dari Setiap Kelompok... 118
Lampiran 6. Jenis Analisis untuk Tiap Variabel ... 119
Lampiran 7. Normalitas selisih antara pretes-postest dan pretes-postest 1
bulan untuk setiap variabel dari setiap kelompok ... 120
Lampiran 8. Jenis Analisis untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
yang signifikan dari intervensi dari Tiap Variabel... 121
Lampiran 9. Jenis Analisis untuk untuk melihat ada atau tidak adanya
perbedaan yang signifikan antara pengaruh ceramah dengan
ceramah-testimoni dari Tiap Variabel... 122
Lampiran 10.Hasil Skoring Kelompok Ceramah Pretes ... 123
Lampiran 11.Hasil Skoring Kelompok Ceramah Postes... 125
Lampiran 12.Hasil Skoring Kelompok Ceramah Postes 1 Bulan ... 127
Lampiran 13.Hasil Skoring Kelompok Ceramah-Testimoni Pretes ... 129
xxvi
Lampiran 15.Hasil Skoring Kelompok Ceramah-Testimoni Postes 1 Bulan .. 133
Lampiran 16.Hasil Skoring Kelompok Kontrol Pretes-Postes ... 135
Lampiran 17.Hasil Skoring Kelompok Kontrol Postes 1 Bulan ... 137
Lampiran18. Output Uji Normalitas Pretes, Postes, Postes 1 Bulan
Kelompok Ceramah ... 139
Lampiran19. Output Uji Normalitas Pretes, Postes, Postes 1 Bulan
Kelompok Ceramah-Testimoni... 140
Lampiran20. Output Uji Normalitas Pretes, Postes, Postes 1 Bulan
Kelompok Kontrol ... 141
Lampiran21 Output Uji Normalitas Selisih Pretes-Postes (prepos1) dan
Pretes-Postes 1 Bulan (Prepos2) Kelompok Ceramah ... 142
Lampiran22 Output Uji Normalitas Selisih Pretes-Postes (prepos1) dan
Pretes-Postes 1 Bulan (Prepos2) Kelompok
Ceramah-Testimoni ... 143
Lampiran23 Output Uji Normalitas Selisih Pretes-Postes (prepos1) dan
Pretes-Postes 1 Bulan (Prepos2) Kelompok Kontrol ... 144
Lampiran 24 Uji Signifikasi Satu Kelompok... 145
Lampiran 25 Uji Signifikasi Satu Kelompok Ceramah-Kontrol... 148
Lampiran 26 Uji Signifikasi Satu Kelompok Ceramah-Testimoni-Kontrol .... 149
Lampiran27 Output Uji Signifikasi Kelompok
Ceramah-Ceramah-Testimoni ... 150
xxvii
Lampiran 29 Surat Ijin dari Dinas Perijinan Walikota Yogyakarta... 153
Lampiran 30 Surat Ijin Menyebarkan Kuesioner ... 155
Lampiran 31 Surat Rekomendasi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta ... 156
Lampiran 32 Gambaran Umum Testimoni dan Ceramah ... 157
xxviii
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Dewasa ini kanker menjadi salah satu penyakit yang memerlukan perhatian
dan pengobatan khusus di bidang kesehatan. Kanker merupakan suatu kondisi
patologis dimana terjadi pertumbuhan sel yang tidak normal yaitu tumbuh sangat
cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama, dapat menyusup dan menekan jaringan
tubuh normal sehingga akan mempengaruhi fungsi tubuh. Insidensi penyakit ini
semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut WHO (2008), jumlah kematian
karena kanker di dunia, tahun 2007 hingga 2030 diprediksi meningkat sebesar 45%.
Bahkan, di sebagian besar negara berkembang, kanker menjadi penyebab kematian
terbesar nomor dua setelah penyakit kardiovaskular (Anonim, 2008a).
Salah satu jenis kanker yang menyerang kaum wanita adalah kanker serviks.
Kanker serviks adalah kanker yang terbentuk pada jaringan serviks. Pada fase
permulaan kanker serviks, terdapat kemungkinan bahwa penderita belum mempunyai
keluhan-keluhan, mereka masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari sebagaimana
biasanya. Pada fase yang lebih lanjut, akan timbul keluhan-keluhan seperti
perdarahan intermenstrual, perdarahan kontak (contact bleeding), gangguan defekasi,
nyeri di bawah perut, atau fluor vaginalis yang abnormal. Faktor pendorong
terjadinya kanker serviks antara lain Human Pappiloma Virus (HPV), melakukan
xxix
hubungan seksual di usia muda, sering melahirkan, dan berganti-ganti pasangan
seksual, merokok (Velde, et al., 1996).
Pada tahun 2006, di dunia khususnya di negara berkembang, kanker serviks
menempati urutan kedua sebagai jenis kanker yang paling banyak diderita kaum
wanita dan menjadi jenis kanker ketiga yang paling banyak menyebabkan kematian
(Anonim, 2007a). Sedangkan di Indonesia, pada tahun 1994-1997 insidensi kanker
serviks menempati urutan pertama (Ghozali dan Irianiwati, 1997). Berdasarkan
Badan Registrasi Kanker bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas
Gajah Mada, frekuensi relatif kanker serviks di Yogyakarta tahun 1994-1999
menempati urutan kedua sebagai jenis kanker yang paling banyak diderita oleh kaum
wanita, setelah kanker payudara (Ghozali dan Irianiwati, 1999).
Seperti jenis kanker lainnya, apabila ditemukan secara dini, kanker serviks
dapat mudah disembuhkan, tetapi seringkali penyakit ini sulit untuk disembuhkan dan
menyebabkan kematian. Kesulitan upaya penyembuhan penyakit ini antara lain
disebabkan karena pasien datang memeriksakan diri pada saat kanker yang
dialaminya sudah pada fase lanjut. Hal ini disebabkan pada fase lanjut, upaya
penyembuhan yang dapat dilakukan hanya terapi paliatif (Yuswanto dan Sinaradi,
2000).
Papsmear merupakan suatu metode pendeteksian kanker serviks secara dini
dengan mengambil sel-sel dari dinding leher rahim untuk melihat
perubahan-perubahan yang terjadi pada sel yang bertendensi menjadi sel kanker serviks (Velde,
et al., 1996). Akan tetapi, berdasarkan Yayasan Kanker Indonesia Pusat, kesadaran
xxx
dan kewaspadaan masyarakat terhadap kanker serviks dengan melakukan papsmear
masih rendah (Susilo, dkk., 2000).
Perilaku untuk melakukan papsmear perlu ditingkatkan guna menurunkan
morbiditas dan mortalitas akibat kanker serviks. Upaya meningkatkan perilaku
papsmear secara teratur dapat dilakukan dengan terlebih dahulu meningkatkan
pengetahuan dan sikap seseorang tentang kanker serviks dan papsmear. Pengetahuan
seseorang mengenai suatu hal yang baru menjadi behavioral investment jangka
panjang bagi orang tersebut untuk dapat mengambil keputusan dalam melakukan
sesuatu yang menjadi konsekuensi dari hal baru yang diterimanya (Notoatmodjo,
2003). Adanya pengetahuan mengenai kanker serviks dan papsmear yang diterima
oleh kaum wanita, dinilai dapat menumbuhkan sikap yang didasarkan dari kesadaran
masing-masing individual. Sikap yang dimiliki oleh individual ini dapat terwujud ke
dalam suatu pola perilaku untuk melakukan papsmear jika tidak terdapat hambatan.
Untuk meningkatkan pengetahuan kaum wanita tentang kanker serviks dan
papsmear dapat dilakukan dengan memberikan edukasi/pendidikan kesehatan.
Ceramah dan ceramah-testimoni merupakan alternatif model edukasi yang dapat
dipilih. Ceramah merupakan metode edukasi yang diberikan untuk kelompok besar,
dimana metode ini sesuai untuk sasaran/subyek yang berpendidikan tinggi maupun
rendah (Notoatmodjo, 2003). Dengan mempertimbangkan kelemahan metode
ceramah yang dilakukan secara sepihak akan mematikan keaktifan peserta (Soebroto,
dkk., 2001), maka metode ceramah dalam penelitian ini dirangkaikan dengan sesi
tanya jawab antara narasumber dengan peserta ceramah sehingga terjadi komunikasi
xxxi
secara dua arah yang diharapkan bahwa peserta dapat lebih memahami materi yang
diberikan. Metode ceramah yang disertai testimoni dari penderita kanker serviks yang
telah sembuh dan yang sudah melakukan papsmear, diharapkan dapat memberikan
pengaruh yang lebih besar daripada metode ceramah saja. Hal ini disebabkan karena
menurut Suharnan (2005), ingatan kesaksian (eyewitness testimony) dari seorang
saksi yang melihat atau mengalami sendiri suatu peristiwa akan menjadi salah satu
bahan pertimbangan penting dalam mengambil keputusan.
Penelitian ini menggunakan guru wanita sekolah dasar sebagai responden
karena guru memiliki nilai lebih dan dianggap sebagai panutan dalam masyarakat
sehingga informasi yang didapatkan, nantinya bisa disebarkan kepada ibu-ibu lain.
Pemilihan guru sekolah dasar dilakukan dengan pertimbangan berdasarkan data dari
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta bagian kepegawaian, guru wanita sekolah dasar
menempati jumlah terbanyak dibandingkan jenjang pendidikan yang lain.
Farmasis sebagai salah satu tenaga kesehatan dituntut untuk lebih berperan
aktif dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat, karena banyak penyakit yang
insidensinya semakin meningkat dari waktu ke waktu. Farmasis dapat berperan aktif
dalam memberikan pelayanan informasi kesehatan atau edukasi kesehatan kepada
masyarakat guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menciptakan pola hidup
sehat dan menurunkan morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh suatu
penyakit.
Dalam upaya mewujudkan pelayanan kefarmasian guna meningkatkan
kesehatan masyarakat, dalam hal ini secara khusus terkait dengan penyakit kanker
xxxii
serviks dan perilaku melakukan papsmear yang telah dipaparkan di atas, maka
dilakukan penelitian mengenai perbedaan antara pengaruh ceramah dengan
ceramah-testimoni tentang kanker serviks dan papsmear terhadap pengetahuan, sikap, dan
perilaku guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta. Setelah diketahui metode
yang lebih efektif, maka hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam
pemilihan metode edukasi sehingga tujuan edukasi kesehatan dapat tercapai lebih
optimal.
1. Perumusan Masalah
Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah:
a. Seperti apakah karakteristik guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta
yang menjadi responden dalam penelitian bila ditinjau dari umur, tingkat
pendidikan, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear,
dan riwayat melakukan papsmear?
b. Apakah ceramah dan ceramah-testimoni memberikan pengaruh yang
signifikan berupa peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita
sekolah dasar di Kota Yogyakarta?
c. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh ceramah dengan
ceramah-testimoni tentang kanker serviks dan papsmear terhadap
pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita sekolah dasar di Kota
Yogyakarta?
d. Berapa persentase perbedaan peningkatan nilai pengetahuan, sikap, dan
perilaku guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta antara kelompok
xxxiii
intervensi ceramah dengan ceramah-testimoni bila ditinjau dari umur, tingkat
pendidikan, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear,
dan riwayat melakukan papsmear?
2. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian
mengenai perbedaan antara pengaruh ceramah dengan ceramah-testimoni tentang
kanker serviks dan papsmear terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku guru
wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta belum pernah dilakukan dan
dipublikasikan.
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan seperti:
a. Pengaruh penyuluhan tentang kanker serviks terhadap perilaku ibu dalam
deteksi dini kanker serviks di RT 05 RW 03 di Kelurahan Bulak: penelitian
pra-eksperimental (one group pratest-postes design) oleh Christina Dewi P.
(2006) dari Universitas Airlangga. Dalam penelitian ini hanya dilakukan satu
intervensi saja yaitu penyuluhan, dimana pengaruh penyuluhan pada
kelompok intervensi tidak dibandingkan dengan kelompok kontrol. Analisis
data yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Rank Test dan Mc. Nemar Test.
b. Pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan diskusi dalam
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perubahan kadar gula darah pasien
Diabetes Mellitus tipe II di Rumah Sakit Umum Dokter Pirngadi Medan oleh
Hiswani (2008) dari Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan antara metode
xxxiv
ceramah dengan metode diskusi terhadap pengetahuan, sikap, dan kadar gula
darah pasien Diabetes Mellitus tipe II dengan rancangan nonequivalent
control group desain pretes dan postes.
3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberi informasi di bidang
farmasi komunitas tentang aplikasi dalam pemilihan metode edukasi berupa
ceramah atau ceramah-testimoni tentang kanker serviks dan papsmear dalam
rangka meningkatkan kualitas kesehatan kaum wanita dan menurunkan
insidensi kanker serviks.
b. Manfaat Metodologis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah mengenai
perbandingan keefektifan dua metode edukasi yaitu ceramah dan
ceramah-testimoni tentang kanker serviks dan papsmear kepada guru wanita.
c. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran kaum wanita untuk
melakukan papsmear secara rutin sehingga dapat mencegah serta menurunkan
insidensi kanker serviks, khususnya di Kota Yogyakarta.
xxxv
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan antara pengaruh ceramah dengan
ceramah-testimoni tentang kanker serviks dan papsmear terhadap pengetahuan,
sikap, dan perilaku guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta yang
menjadi responden dalam penelitian ini bila ditinjau dari umur, tingkat
pendidikan, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear,
dan riwayat melakukan papsmear.
b. Mengetahui signifikasi pengaruh ceramah dan ceramah-testimoni yang berupa
peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita sekolah dasar di
Kota Yogyakarta.
c. Mengetahui ada-tidaknya perbedaan yang signifikan antara nilai pengetahuan,
sikap, dan perilaku guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta yang diberi
edukasi kesehatan tentang kanker serviks dan papsmear dengan metode
ceramah dan ceramah-testimoni.
d. Mengetahui persentase perbedaan peningkatan nilai pengetahuan, sikap, dan
perilaku guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta antara kelompok
intervensi ceramah dengan ceramah-testimoni bila ditinjau dari umur, tingkat
pendidikan, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear,
dan riwayat melakukan papsmear.
xxxvi
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kanker 1. Definisi
Kanker merupakan suatu kondisi patologis dimana terjadi proliferasi sel
yang tidak beraturan karena sel kehilangan kontrol secara normal sehingga terjadi
pertumbuhan dan diferensiasi yang tidak beraturan, dapat mengalami invasi dan
seringkali mengalami metastasis ke jaringan atau organ lain (Anonim, 2008b).
Kanker bukan merupakan penyakit yang menular (Anonim, 2007b).
Banyak jenis kanker dapat disembuhkan apabila terdeteksi pada stadium
awal, tetapi penyembuhan dalam waktu yang panjang juga terkadang mungkin
terjadi pada kanker stadium lanjut. Walaupun demikian, pada kasus-kasus
tertentu, kesembuhan tidak selalu dapat dicapai, dimana terapi paliatif hanya akan
memberikan kualitas kehidupan yang lebih baik khususnya pada pasien geriatri
(Anonim, 2008b).
2. Gejala-gejala Klinis
Gejala-gejala pertumbuhan kanker dibagi menjadi gejala lokal dan gejala
sistemik. Gejala lokal pertumbuhan kanker antara lain adanya kompresi jaringan
sekitar kanker dapat menimbulkan nyeri atau hilangnya fungsi organ, terjadi
ulserasi karena nekrosis, kehilangan darah, obstruksi (karena pertumbuhan atau
metastasis kanker). Gejala sistemik pertumbuhan kanker meliputi penurunan berat
xxxvii
badan (dapat disebabkan oleh efek obstruksi suatu kanker pada saluran cerna atau
dapat juga merupakan akibat produksi suatu zat dari kanker yang menyebabkan
katabolisme meningkat), terjadi gejala-gejala paraneoplastik yang disebabkan
karena pengeluaran zat aktif dari sel kanker ke dalam sirkulasi (Velde, et al.,
1996).
3. Penyebab Kanker
Terdapat tiga agen penyebab kanker, meliputi:
a. Karsinogen kimia, seperti amin aromatis, nitrosamina dan nitrosamida,
karsinogen pengalkil, karbohidrogen polisiklik.
b. Karsinogen fisik, seperti sinar radioaktif yang ditimbulkan oleh sinar X,
radium, bom atom, sinar UV; asap rokok.
c. Karsinogen biologik, seperti parasit, bakteri, dan virus.
(Yuswanto dan Sinaradi, 2000)
4. Skrining Kanker
Kanker biasanya dapat dideteksi pada pasien yang memiliki faktor risiko
tetapi asimtomatik (tidak mengalami gejala), yaitu dengan melakukan tes skrining
dan pemeriksaan fungsi organ tubuh (meliputi tiroid, rongga mulut, kulit, kelenjar
limfe, testis, prostat, atau ovarium) yang dilakukan secara rutin. Diagnosis secara
dini dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh kanker.
Deteksi dini dapat diikuti dengan terapi yang tepat dan cepat sehingga dapat
xxxviii
5. Pencegahan Kanker
Menurut WHO (2005), diperkirakan lebih dari 40% dari seluruh kanker
dapat dicegah. Pencegahan kanker bersifat umum dan khusus. Pencegahan umum
meliputi promosi kesehatan (misalnya memperbaiki pola hidup dan makan sehat,
menghindari bahan-bahan karsinogen, mengurangi faktor risiko yang dapat
dimodifikasi) dan deteksi dini. Sedangkan pencegahan khusus merupakan upaya
pencegahan terhadap suatu jenis kanker tertentu, misalnya vaksin Hepatitis B
untuk mencegah kanker hati, vaksin HPV pada wanita 9-26 tahun untuk
mencegah kanker serviks (Anonim, 2007b).
B. Kanker Serviks 1. Definisi
Kanker serviks adalah kanker yang terbentuk pada jaringan serviks yang
menghubungkan antara uterus dan vagina (Anonim, 2007a).
xxxix
Sebelum menjadi kanker, terjadi perubahan pada sel-sel dinding serviks.
Keadaan awal ini disebut Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN) yang
merupakan peringkat prakanker. Masa CIN terdiri dari beberapa derajat yang
ditetapkan berdasarkan histologik tingkat diferensiasi, kelainan inti, dan aktivitas
mitotiknya. Berdasarkan hal-hal tersebut CIN diklasifikasikan menjadi CIN I,
CIN II, CIN III (Anonim, 2008c).
2. Epidemiologi
Pada tahun 2006, di dunia khususnya di negara berkembang, kanker
serviks menempati urutan kedua sebagai jenis kanker yang paling banyak diderita
kaum wanita dan menjadi jenis kanker ketiga yang paling banyak menyebabkan
kematian (Anonim, 2007b). Sedangkan di Indonesia, berdasarkan data Badan
Registrasi Kanker bagian Patologi Anatomi Indonesia tahun 1994-1997, insidensi
kanker serviks menempati urutan yang pertama (Ghozali dan Irianiwati, 1997).
0
Gambar 2. Frekuensi Relatif Kanker yang Menyerang Kaum Wanita Di Indonesia Tahun 1994-1997 (Ghozali dan Irianiwati, 1997)
Berdasarkan Badan Registrasi Kanker bagian Patologi Anatomi Fakultas
xl
serviks di Yogyakarta menempati urutan kedua sebagai jenis kanker yang paling
banyak diderita kaum wanita setelah kanker payudara (Ghozali dan Irianiwati,
1999).
Gambar 3. Frekuensi Relatif Kanker yang Menyerang Kaum Wanita di Yogyakarta Tahun 1994-1999 (Ghozali dan Irianiwati, 1999)
3. Gejala
Pada fase awal kanker serviks, terdapat kemungkinan bahwa penderita
belum mempunyai keluhan, penderita masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari
tanpa mengalami gangguan. Walaupun demikian, kadang-kadang ada pula yang
mengalami gejala keputihan atau perdarahan sesudah hubungan seksual.
Pada fase yang lebih lanjut, sebagai akibat nekrosis dan perubahan
proliferatif jaringan serviks, timbul keluhan-keluhan seperti keluarnya darah
vaginal yang abnormal di luar masa menstruasi (perdarahan intermenstrual),
perdarahan pada masa menopause, perdarahan kontak (contact bleeding),
gangguan defekasi, nyeri di bawah perut atau menyebar, limfedema, fluor
vaginalis yang abnormal, disuria, patah tulang karena metastasis sel kanker,
xli
4. Penyebab
Penyebab kanker serviks belum diketahui secara pasti, namun pada
90-96% kasus kanker serviks ditemukan HPV (Human Pappiloma Virus) positif.
Oleh karena itu, meskipun tidak semua penderita kanker serviks disebabkan virus
HPV, tetapi dapat dikatakan bahwa HPV mempunyai peran besar dalam
terjadinya kanker serviks (Yuswanto dan Sinaradi, 2000). Jenis virus HPV yang
paling banyak menyebabkan kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18, dimana
menyebabkan lebih dari 70% kanker serviks di Asia Pasifik dan di dunia (Velde,
et al., 1996).
5. Faktor Risiko
Faktor risiko yang menjadikan seorang wanita menderita kanker serviks
adalah mulai melakukan hubungan seksual pada usia muda, melahirkan pada usia
muda, sering melahirkan, sering berganti-ganti pasangan seks yang meningkatkan
risiko penularan penyakit menular seks, kebersihan alat vital tidak diperhatikan,
merokok (Susilo, dkk., 2000).
6. Stadium Klinik
Stadium klinis kanker serviks terbagi sebagai berikut:
a. Stadium 0 (lesi tumor belum menembus membrana basalis)
b. Stadium I (lesi tumor masih terbatas di serviks)
IA: lesi telah menembus membrana basalis, tetapi diameter permukaan kanker
masih kecil (<7 mm)
xlii
c. Stadium II (lesi telah keluar dari serviks meluas ke parametrium dan dua
pertiga vagina proksimal)
IIA: lesi telah meluas ke dua pertiga vagina proksimal
IIB: lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai dinding panggul.
d. Stadium III (lesi telah keluar dari serviks meluas ke parametrium dan
sepertiga vagina distal)
IIA: lesi telah meluas ke sepertiga vagina distal
IIB: lesi telah meluas ke parametrium sudah mencapai dinding panggul.
e. Stadium IV (lesi menyebar keluar dari organ genitalia)
IVA: lesi meluas keluar rongga panggul, menyebar ke mukosa vesika urinaria
IVB: lesi meluas ke mukosa rektum, organ jauh seperti hati, otak, tulang, dll.
(Yuswanto dan Sinaradi, 2000)
7. Diagnosis
a. Vaginal toucher
Vaginal toucher dilakukan dengan pemeriksaan panggul melalui vagina
dengan tangan oleh tenaga medis untuk memeriksa adanya kelainan yang
terdapat pada serviks. Pada pemeriksaan ini diperlukan tenaga ahli yang
berpengalaman untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan yang
menyebabkan ketegangan dari otot perut ataupun lesi (Velde et al., 1996).
b. Papsmear
Papsmear merupakan cara diagnosis yang paling umum. Selain itu papsmear
xliii
apabila diketahui pada stadium awal dapat memudahkan untuk mengambil
langkah pengobatan (Velde, et al., 1996).
c. Kolposkopi
Pada teknik kolposkopi, ginekologis memasukkan spekulum ke vagina untuk
membuka jalan sehingga serviks dapat diperiksa dengan mikroskop dengan
perbesaran 6 sampai 40 kali. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada antara
hari ke-8 dan ke-13 siklus (pada waktu lendir serviks jernih). Kolposkopi
tidak dilakukan pada saat periode menstruasi karena darah menstruasi dapat
menyulitkan ginekologis mengamati sel serviks. Selama kolposkopi,
ginekologis mungkin menggunakan laser untuk membakar area yang
abnormal, selain itu juga mungkin menggunakan loop untuk mengambil
jaringan yang abnormal (Anonim, 2008d).
d. Biopsi
Diagnosis dengan cara biopsi dilakukan dengan mengambil sampel jaringan
serviks yang dicurigai bertendensi menjadi kanker. Jaringan yang diambil
untuk diperiksa lebih banyak apabila dibandingkan teknik diagnosis yang lain
(Velde, et al., 1996).
8. Pencegahan
Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan mengurangi faktor
risiko yang mendorong ke arah terjadinya kanker serviks antara lain pasangan
seksual tunggal/setia pada pasangan, memakai kondom ketika berhubungan
xliv
aktivitas seksual, tidak berhubungan seksual di usia muda, menjaga kebersihan
alat vital, vaksinasi anti HPV, dan berperilaku hidup sehat (Velde, et al., 1996).
Di Indonesia, vaksin HPV pada wanita yang belum menikah, dilakukan mulai
usia 18 tahun, untuk mencegah virus HPV tipe 16 dan 18 (Anonim, 2008d.)
C. Papsmear
1. Definisi
Papsmear merupakan suatu cara untuk memeriksa sel-sel yang diambil
dari serviks, yaitu bagian yang menghubungkan antara uterus dan vagina. Tujuan
utama papsmear adalah mendeteksi adanya sel kanker atau sel abnormal yang
bertendensi untuk menjadi sel-sel kanker. Pemeriksaan papsmear juga dapat
mendeteksi adanya proses inflamasi atau infeksi pada organ serviks. Pemeriksaan
papsmear dilakukan dengan membuka vagina dengan spekulum, kemudian
mengambil sel-sel pada dinding serviks dengan menggunakan suatu alat (spatula
atau sikat cytobrush). Kemudian sel dan mukus yang diambil diapuskan di obyek
glass dan dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa di bawah mikroskop,
ada atau tidak adanya kelainan sel-sel yang mengarah menjadi kanker serviks
(Anonim, 2008c).
2. Prosedur dan Ketentuan Papsmear
Papsmear dilakukan pada wanita yang sudah menikah atau pernah
melakukan hubungan seksual. Wanita yang sudah tidak aktif melakukan
xlv
karena risiko kanker serviks meningkat seiring dengan meningkatnya umur
(Susilo, dkk., 2000). Selain itu, wanita yang harus melakukan papsmear adalah
yang mengalami keputihan yang parah, berganti-ganti pasangan seksual,
mengalami perdarahan setiap hubungan seksual, wanita yang menikah pada usia
muda (kurang dari 20 tahun), atau wanita yang pernah melakukan hubungan
seksual sebelum umur 20 tahun, pernah melahirkan lebih dari 3 kali(Anonim,
2008b).
Papsmear dilakukan setahun sekali. Bila dalam tiga kali pemeriksaan
berturut-turut hasilnya normal, maka untuk selanjutnya pemeriksaan dapat
dijarangkan, misalnya setiap tiga tahun sekali. Pada wanita kelompok risiko
tinggi, pemeriksaan harus dilakukan sekali setahun atau sesuai petunjuk dokter.
Wanita umur 65-70 tahun yang melakukan papsmear sebanyak tiga kali
berturut-turut dan hasilnya normal atau tidak ada sel yang abnormal, dapat berkonsultasi
dengan dokter untuk menghentikan papsmear (Susilo, dkk., 2000).
Papsmear dapat dilakukan setiap saat kecuali pada masa menstruasi,
waktu yang paling baik untuk melakukan papsmear adalah antara 10-20 hari
dihitung setelah hari terakhir periode menstrual. Dua hari sebelum papsmear
sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan melalui vagina seperti sabun
spermisida, krim, gel, atau supositoria yang dapat menyebabkan penyimpangan
dalam pemeriksaan sel-sel serviks. Selain itu juga tidak boleh melakukan
hubungan seksual satu atau dua hari sebelum papsmear karena dapat
xlvi
Papsmear dilakukan oleh dokter, bidan, atau perawat yang terlatih untuk
melakukan papsmear, tidak memerlukan waktu yang panjang, dapat dilakukan di
rumah sakit, puskesmas, laboratorium klinik, tempat praktek dokter spesialis
obstetriginekologi (Anonim, 2007b). Pada saat melakukan papsmear, pasien tidak
mengalami rasa sakit karena pada jaringan serviks tidak terdapat saraf yang dapat
menerima respon.
3. Interpretasi Hasil Papsmear
Ada beberapa klas yang menunjukkan hasil papsmear, yaitu:
a. Klas 0 (hasil tidak dapat dinilai)
Hasil smear tidak dapat dinilai karena sel epitel tertutup darah atau radang
yang banyak, sangat sedikit sel yang didapat, kurang baik dalam fiksasi.
Papsmear akan diulang 6-12 minggu.
b. Klas I (smear normal/negatif)
Tidak menunjukkan tanda-tanda abnormalitas sel epitel leher rahim.
Walaupun demikian tetap diperlukan papsmear rutin 1-2 tahun lagi.
c. Radang
Adanya radang biasanya disebabkan infeksi, diperlukan pemeriksaan lanjutan
untuk menentukan penyebab infeksi dan menentukan pengobatan yang tepat.
d. Klas II-Atipia
Hasil papsmear atipia ringan menunjukkan adanya perubahan ringan pada sel
dan biasanya dapat kembali normal setelah 12 bulan. Untuk itu papsmear
xlvii e. HPV
Keberadaan virus ini dapat dideteksi dengan papsmear. Walaupun demikian
papsmear tidak dapat menentukan jenis virus HPV. Adanya infeksi virus
HPV diperlukan kontrol papsmear secara teratur tiap enam bulan hingga dua
kali smear yang didapat hasilnya normal.
f. Klas II-Displasia Ringan/CIN I
Hasil smear dinyatakan displasia ringan atau Cervical Intraepithelial
Neoplasia I menggambarkan terjadi perubahan sel epitel serviks yang
abnormal (sel tumbuh dengan cara yang tidak sehat) dan bisa berkembang
menjadi kanker dalam jangka panjang. Oleh karena itu diperlukan terapi untuk
mengobati abnormalitas sel. Frekuensi papsmear setelah terapi dilakukan
setiap enam bulan pada tahun pertama, lalu dilanjutkan setiap dua tahun.
g. Klas III-Displasia Sedang/Berat atau CIN II/CIN III
Hasil smear dinyatakan displasia sedang/berat atau Cervical Intraepithelial
Neoplasia II/III menggambarkan abnormalitas yang semakin berat, semakin
kecil kemungkinannya untuk dapat kembali menjadi normal bahkan semakin
tumbuh memburuk yang akhirnya dapat menjadi karsinoma invasif. Setelah
terapi, papsmear tetap dilakukan setiap enam bulan pada tahun pertama, lalu
dilanjutkan setiap satu tahun.
h. Klas IV dan V (Karsinoma in situ atau invasif)
xlviii
D. Edukasi
Pendidikan atau edukasi dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian
bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna
mencapai perubahan perilaku (tujuan). Pendidikan yang merupakan suatu proses
mempunyai masukan dan keluaran. Masukan dalam suatu proses pendidikan adalah
sasaran pendidikan atau anak didik yang mempunyai berbagai karakteristik,
sedangkan keluarannya adalah tenaga atau lulusan yang mempunyai kualifikasi
tertentu sesuai dengan tujuan pendidikan yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2003).
Gambar 4. Proses edukasi (Notoatmodjo, 2003)
E. Edukasi Kesehatan
Edukasi kesehatan sangat penting untuk menunjang program-program
kesehatan yang lain. Edukasi kesehatan merupakan behavioral investment jangka
panjang, dimana hasil investasi edukasi kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun
kemudian. Dalam waktu yang pendek (immediate impact), edukasi kesehatan hanya
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Sedangkan
peningkatan pengetahuan saja belum akan berpengaruh langsung terhadap indikator
kesehatan. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil
jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya
Masukan (input): sasaran belajar berupa subyek edukasi yaitu individu,
kelompok, atau masyarakat.
Proses belajar : mekanisme dan interaksi
terjadinya perubahan kemampuan (perilaku) pada diri subyek belajar.
xlix
perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan
masyarakat sebagai keluaran (output) edukasi kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Edukasi kesehatan adalah bagian dari seluruh upaya kesehatan yang
menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku sehat. Pendidikan
kesehatan diperlukan untuk mendorong perilaku dalam menunjang kesehatan
(Soebroto, Ghozali, dan Yuliati, 2001).
F. Ceramah
Untuk memilih metode edukasi harus memperhatikan subyek edukasi
apakah itu merupakan individu, kelompok, masyarakat/massa. Selain itu, tingkat
pendidikan formal harus menjadi pertimbangan tersendiri.
Ceramah merupakan metode edukasi yang diberikan untuk kelompok besar,
lebih dari 15 orang, metode ini sesuai untuk sasaran/subyek yang berpendidikan
tinggi atau rendah (Notoatmodjo, 2003). Metode ceramah memiliki kelemahan karena
sering dilakukan secara sepihak tanpa memberi kesempatan kepada peserta untuk
aktif berperan serta (Soebroto, dkk., 2001).
G. Ceramah-Testimoni
Ceramah-testimoni merupakan metode edukasi yang merupakan gabungan
antara ceramah dengan didukung testimoni. Testimoni merupakan pernyataan dari
seseorang tentang kejadian yang dialami dan diyakininya. Testimoni dari seseorang
l
kesehatan orang lain. Hal ini disebabkan karena menurut Suharnan (2005), ingatan
kesaksian (eyewitness testimony) dari seorang saksi yang melihat atau mengalami
sendiri suatu peristiwa akan menjadi salah satu bahan pertimbangan penting dalam
mengambil keputusan. Akan tetapi perilaku masyarakat juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang bersifat dinamis yang menimbulkan konsekuensi suatu problematika,
sehingga perlu pendekatan pemecahan masalah yang spesifik dan terus menerus
diperbaharui (Hardon, et al., 2001). Metode ceramah-testimoni dapat menjadi lebih
kuat mempengaruhi pendengar karena adanya testimoni ini menguatkan informasi
yang diberikan melalui ceramah. Sehingga dengan demikian terdapat kemungkinan
bahwa peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku pada ceramah-testimoni akan
lebih tinggi daripada ceramah saja.
H. Pengetahuan
Pengetahuan adalah pandangan subyek terhadap suatu stimulus yang
ditangkap melalui indera dan dikenal serta dipahami sehingga menimbulkan
pembentukan sikap, baik itu negatif maupun positif.
Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan,
yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk di dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
li 2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek, harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, atau menyimpulkan terhadap obyek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Secara definitif, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi. Penilaian itu ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri
lii
I. Sikap
Menurut Berkowitz (cit Azwar, 2007), sikap seseorang terhadap obyek
adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) ataupun perasaan tidak
mendukung (unfavorable) terhadap obyek tersebut. Menurut Purwanto (cit Anonim,
2008f), sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai
kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap obyek tadi.
Sikap dikatakan sebagai respon evaluatif yang berarti bahwa bentuk respon
yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu,
yang memberi kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik atau buruk,
positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka,
yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap obyek sikap dalam
bentuk perilaku (Azwar, 2007).
Sikap memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:
a. Suatu sikap mempunyai arah, berarti bahwa sikap akan menunjukkan apakah
seseorang akan menyetujui atau tidak menyetujui, mendukung atau tidak
mendukung, memihak, atau tidak memihak suatu obyek sikap (Azwar, 2007).
b. Intensitas atau kekuatan sikap pada setiap orang belum tentu sama. Sikap positif
dan negatif mempunyai derajat kekuatan yang bertingkat-tingkat (Azwar, 2007).
c. Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. (Purwanto cit Anonim,
liii
d. Sikap dapat berubah-ubah, pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan
syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu, karena itu sikap
dapat dipelajari (Purwanto cit Anonim, 2008f).
e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang
membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan
yang dimiliki orang (Purwanto cit Anonim, 2008f).
f. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu
obyek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah berkenaan
dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas (Purwanto cit
Anonim, 2008f).
g. Spontanitas menunjukkan sejauhmana kesiapan subyek untuk menyatakan
sikapnya secara spontan (Azwar, 2007).
Menurut Azwar (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap
obyek sikap antara lain:
a. Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau
liv c. Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap
berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya,
karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman setiap individu.
d. Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya,
berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung
dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh pada sikap konsumen.
e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
menentukan sistem kepercayaan, tidaklah mengherankan jika pada gilirannya
konsep tersebut mempengaruhi sikap.
f. Faktor Emosional
Kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego.
J. Perilaku
Potensi reaksi terhadap obyek sikap bisa dinyatakan dalam bentuk reaksi
berupa perilaku yang konsisten bila individu dihadapkan pada stimulus sikap, tetapi
bisa juga tidak. Hal tersebut bergantung pada berbagai kondisi serta situasi di mana
lv
sikapnya. Apabila individu berada dalam situasi yang betul-betul bebas dari berbagai
bentuk tekanan atau hambatan yang dapat mengganggu ekspresi sikapnya, maka
dapat diharapkan bahwa bentuk-bentuk perilaku yang ditampakkan merupakan
ekspresi sikap yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa potensi reaksi yang sudah
terbentuk dalam diri individu itu akan muncul berupa perilaku aktual sebagai
cerminan sikap terhadap suatu hal. Faktor yang menentukan bentuk respon individu
terhadap stimulus yang diterimanya antara lain stimulus itu sendiri, latar belakang
pengalaman individu, motivasi, sikap individu, dan sebagainya (Azwar, 2007).
Penelitian Rogers (cit., Notoatmodjo, 2003) mengungkapkan bahwa sebelum
orang berperilaku, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu
awareness (kesadaran), dimana orang mulai menyadari dalam arti mengetahui
stimulus atau obyek terlebih dahulu; interest, dimana orang mulai tertarik kepada
stimulus; evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya dan hal ini menunjukkan sikap responden yang lebih baik lagi; trial,
dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru; dan adoption,dimana subyek telah
berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap
stimulus (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003) gejala-gejala jiwa yang mempengaruhi
perilaku manusia antara lain :
a. Pengamatan
Pengamatan adalah pengenalan obyek dengan cara melihat, mendengar, meraba,
lvi b. Perhatian
Ada dua batasan tentang perhatian, yaitu perhatian yang merupakan pemusatan
energi psikis yang tertuju kepada suatu obyek dan perhatian yang merupakan
banyak-sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas yang sedang dilakukan.
c. Tanggapan
Setelah melakukan pengamatan, maka akan terjadi gambaran yang tinggal dalam
ingatan inilah yang disebut tanggapan.
d. Fantasi
Fantasi adalah kemampuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan yang telah
ada. Dalam proses belajar-mengajar, fantasi ini sangat penting, dan terwujud
dalam daya kreativitas sasaran belajar.
e. Ingatan
Ingatan adalah kemampuan menerima, menyimpan, dan memproduksikan
kesan-kesan. Ingatan yang baik mempunyai sifat cepat, setia, teguh, luas, dan siap.
f. Berpikir
Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya idealistis yang menggunakan
abstraksi-abstraksi. Dalam berpikir, orang meletakkan hubungan antara bagian-bagian
informasi yang ada pada dirinya berupa pengertian-pengertian.
g. Motif
Motif adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang
lvii
tidak dapat diamati. Yang dapat diamati adalah kegiatan atau mungkin
alasan-alasan melakukan tindakan tersebut.
K. Landasan Teori
Insidensi kanker serviks di dunia menempati peringkat kedua, di Indonesia
menempati peringkat pertama, dan di Yogyakarta menempati urutan kedua sebagai
jenis kanker yang paling banyak menyerang kaum wanita.
Walaupun demikian, kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap
kanker serviks masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan minimnya masyarakat yang
telah melakukan papsmear secara rutin sebagai upaya deteksi dini kanker serviks.
Berdasarkan fakta ini, maka dilakukan upaya meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
perilaku masyarakat tentang pentingnya papsmear untuk deteksi dini kanker serviks.
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat
tentang kanker serviks dan papsmear dapat dilakukan dengan memberi edukasi
kesehatan. Edukasi tersebut dapat dikemas diantaranya dalam bentuk model edukasi
ceramah dan ceramah-testimoni. Edukasi ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta, yang kemudian
pengetahuan tersebut akan mendasari timbulnya suatu sikap yang pada akhirnya
dapat dikristalisasikan dalam bentuk perilaku melakukan papsmear. Partisipasi aktif
guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta untuk melakukan papsmear
diharapkan menjadi langkah awal mengurangi insidensi kanker serviks khususnya di
lviii
lain, sehingga dengan penyebaran informasi mengenai kanker serviks dan papsmear
oleh kader-kader ini diharapkan akan meningkatkan kesehatan masyarakat,
khususnya kaum wanita.
Keefektifan antara metode ceramah dan ceramah-testimoni dapat digunakan
sebagai pertimbangan dalam pemilihan metode edukasi mengenai kanker serviks dan
papsmear sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai lebih maksimal.
L. Kerangka Konsep
Rancangan penelitian ini mengacu pada Pratiknya (2001), dimana dalam
penelitian dilakukan pengukuran/observasi sebanyak dua kali yaitu pengukuran awal
(0) dan pengukuran akhir (1).
Kelompok perlakuan (P):
0 P 1
Gambar 5. Skema Rancangan Penelitian (Pretest-Posttes Control Group Design)
(Pratiknya, 2001)
Berdasarkan rancangan penelitian di atas, maka dikembangkan kerangka
konsep penelitian dimana dengan adanya edukasi kesehatan berupa ceramah maupun
ceramah-testimoni tentang kanker serviks dan papsmear diharapkan akan
memberikan pengaruh berupa peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku guru
wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta. Kemudian peningkatan nilai pengetahuan,
lix
edukasi berupa ceramah dan ceramah-testimoni dibandingkan, sehingga dapat
diketahui keefektifan kedua metode tersebut.
Kerangka konsep dalam penelitian ini, dapat dilihat lebih jelas pada Gambar
6 berikut ini:
Gambar 6. Kerangka Konsep
M.Hipotesis
1. Terdapat pengaruh intervensi yang signifikan pada kelompok perlakuan baik
ceramah maupun ceramah-testimoni terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku
guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan nilai pengetahuan, sikap,
dan perilaku antara kelompok perlakuan yang diberi intervensi ceramah dengan
lx
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (
Quasi-Experimental research) dengan rancangan penelitian pretest-posttest intervention
with control group dan deskriptif evaluatif. Penelitian ini termasuk dalam
eksperimental semu karena tidak memungkinkan untuk mengontrol semua hal yang
berpengaruh dan mengalami kesulitan teknis dan etik untuk dapat melakukan
randomisasi subyek (Pratiknya, 2001). Jenis eksperimental semu digunakan dalam
penelitian ini untuk melihat efek edukasi berupa ceramah dan ceramah-testimoni
terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita sekolah dasar di Kota
Yogyakarta. Rancangan penelitian deskriptif evaluatif digunakan untuk
menggambarkan dan mengevaluasi karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat
pendidikan, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear, dan
riwayat melakukan papsmear terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku
guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta.
Kelompok eksperimen:
01---P1---11---21
02---P2---12---22
Kelompok kontrol:
0k---TP---2k
Gambar 7. Skema rancangan pretest-posttest intervention with control group design