• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan efektivitas penyampaian pesan iklan melalui media periklanan televisi, majalah, dan radio : studi pada mahasiswa Uiversitas Sanata Dharma Mrican, Yogyakarta terhadap iklan produk AXE - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan efektivitas penyampaian pesan iklan melalui media periklanan televisi, majalah, dan radio : studi pada mahasiswa Uiversitas Sanata Dharma Mrican, Yogyakarta terhadap iklan produk AXE - USD Repository"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

Disusun oleh: Lusia Titis Satyosanti

(032214085)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv PE RS E M B A H A N

S kripsi ini kupersembahkan kepada:

B unda M aria, Y esus K ristus T uhan dan Penolongku

B apak, Ibu, M as, dan A dikku tercinta

O m Pri dan T ante D ar tersayang

K ekasihku E lman tercinta

D an sahabat -sahabatku....

M O T T O

S aya belajar,

B ahwa tidak ada yang instant atau

serba cepat di dunia ini.

S emua butuh proses dan pertumbuhan,

kecuali saya ingin sakit hati...

S elalu berkata “itu sulit tetapi mungkin” daripada

berkata “itu mungkin tetapi sulit” dalam menghadapi

setiap persoalan.

(5)
(6)
(7)

vi

segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul

“Perbedaan Efektivitas Penyampaian Pesan Iklan melalui Media Periklanan: Televisi, Majalah, dan Radio.” Studi pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Mrican, Yogyakarta terhadap iklan Produk AXE, dapat selesai dengan

baik.

Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Jurusan

Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini tidak akan terselesikan dengan baik tanpa adanya dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis hendak

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi.

2. Bapak Drs. G. Hendra Poerwanto, M.Si, selaku Ketua Program Studi

Manajemen yang telah membantu dalam proses penentuan

pembimbing II.

3. Bapak Dr. H. Herry Maridjo, M.Si, selaku pembimbing I yang telah

berkenan memberikan pengarahan dan bimbingan dengan penuh

(8)

vii

5. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Mrican,

Yogyakarta yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan

dalam menuntut ilmu di perguruan tinggi ini.

6. Segenap Staf dan Karyawan Kesekretariatan Fakultas Ekonomi yang

telah banyak memberikan bantuan dalam pengurusan segala sesuatu

tentang perkuliahan.

7. Segenap Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Mrican,

Yogyakarta yang selama ini memberikan pelayanan yang baik kepada

penulis.

8. Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Mrican, Yogyakarta yang telah

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Orang tua saya yang sangat saya hormati, sayangi, cintai, dan kasihi

Bapak Y. Hendrito. Susmadi dan Ibu Y. Retno. Widayati, yang selalu

mendoakan dan mendukung. Mas Bimo dan Dimas tersayang yang

selalu memberi semangat. Om Pri dan Tante Dar yang selalu memberi

perhatian yang tulus sebagai orang tua selama saya menyelesaikan

kuliah. Wida yang sangat berbaik hati membantu saya dalam

menyelesaikan skripsi ini dengan meminjamkan laptop.

10.Elman yang selalu ada untuk saya dan selalu memotivasi saya dalam

(9)

sahabat-viii

semangat. Semua sahabat-sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu

per satu. Anak- anak mitra perpustakaan (Eko, Bambang, Markus,

Fandi, Zico, Melon, Henni yang menjadi terang untuk skripsi ini,

Sarah, Merli, Irene, Wiwid, Mbak Tari, Yudha, Eva, Nani, Novi, Putri,

Iis, Mas Banu) yang selalu memberikan keceriaan dan pengertian.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis membuka diri terhadap saran dan kritik yang dapat menjadikan skripsi ini

menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Penulis

(10)

ix

MAJALAH, DAN RADIO

Studi pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Mrican, Yogyakarta terhadap Iklan Produk AXE

Lusia Titis Satyosant i Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan efektivitas penyampaian pesan iklan melalui media periklanan: televisi, majalah, dan radio. Selain itu penelitian ini juga bertujua n untuk mengetahui manakah di antara media periklanan: televisi, majalah, dan radio yang paling efektif dalam menyampaikan pesan iklan. Penelitian dilakukan di Universitas Sanata Dharma Mrican, Yogyakarta pada bulan November 2007 sampai dengan bulan Januari 2008.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Universitas Sanata Dharma Mrican, Yogyakarta, yaitu mahasiswa berjenis kelamin laki- laki, sudah pernah melihat iklan AXE di televisi, majalah, dan sudah pernah mendengar iklan AXE di radio. Sampel penelitian ini sebanyak 120 responden, terbagi dalam tiga bagian yaitu, 40 responden media televisi, 40 responden media majalah, dan 40 responden media radio. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode

accidental sampling. Data dikumpukan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah uji normalitas, uji homogenitas, dan statistik parametrik One Way ANOVA (Analysis of Variance) dengan taraf signifikan α= 0.05 (5%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan efektivitas penyampaian pesan iklan melalui media periklanan: televisi, majalah, dan radio. Melalui penelitian ini juga ditunjukkan bahwa secara umum dari ketiga media periklanan: televisi, majalah, dan radio, yang paling efektif dalam menyampaikan pesan iklan kepada audiens adalah media periklanan televisi.

(11)

x

ADVERTISING MEDIA: TELEVISION,

MAGAZINES, AND RADIO

A Study on AXE Product Advertisement

Lusia Titis Satyosanti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

This research aimed to find out the effectiveness differences of delivering the advertisement message using advertising media: television, magazines, and radio. It also aimed to find out the most effective media among television, magazines, and radio in delivering the advertisement message. This research was conducted at Sanata Dharma University, Mrican Yogyakarta from November 2007 to January 2008.

The populations of this research were the male students of Sanata Dharma University, Mrican Yogyakarta, who ever saw the AXE advertisement in the television, magazines and listened AXE advertisement through the radio. There were 120 respondents of this research. The respondents were divided into three groups that were, 40 respondents of television, 40 respondents of magazines, and 40 respondents of radio. Accidental sampling technique was used in this research. The data were collected by distributing questionnaire. To analyze the data, the researcher used normality test, homogeneity test, and One Way ANOVA (Analysis of Variance) parametric statistic techniques with the level of significance α= 0.05 (5%).

(12)

xi

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL xvi DAFTAR GAMBAR xviii BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Batasan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian... 6

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II: LANDASAN TEORI A. Pengertian Pemasaran... 9

B. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)... 10

(13)

xii

G. Pengertian Produk dan Jasa ... 18

H. Product Positioning... 19

I. Perilaku Konsumen... 20

J. Proses Keputusan Pembelian... 21

K. Tipe Perilaku Pembelian Konsumen... 23

L. Pengertian Iklan... 25

M. Sejarah Iklan... 27

N. Klasifikasi Periklanan... 28

O. Prinsip-prinsip Dasar Iklan... 30

P. Tujuan Periklanan... 32

Q. Fungsi Iklan... 35

R. Media Periklanan... 36

1. Media Cetak ... 37

2. Media Siaran ... 43

S. Perencanaan Periklanan ... 48

T. Merancang Pesan yang Efektif ... 51

U. Kriteria untuk Periklanan yang Efektif ... 55

V. Mengukur Efektivitas Program Periklanan... 58

W. Penelitian Sebelumnya... ... 59

(14)

xiii

B. Lokasi Penelitian ... 63

C. Waktu Penelitian... 63

D. Subyek dan Obyek Penelitian... 63

E. Teknik Pengumpulan Data... 64

F. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 65

G. Definisi Operasional... 66

H. Variabel Penelitian... 67

I. Teknik Pengujian Instrumen... 68

1. Validitas ... 68

2. Reliabilitas... 69

J. Alat Analisis Data ... 71

1. Uji Prasyarat Analisis ... 71

a. Uji Normalitas... 71

b. Uji Homogenitas ... 71

2. Pengujian Hipotesis... 72

BAB IV: GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Universitas Sanata Dharma (SADHAR) ... 79

1. Sejarah Singkat... 79

2. Visi dan Misi... 82

(15)

xiv

2. Tujuan... 85

3. Misi... 87

4. Nilai Perusahaan... 87

C. Gambaran Umum Produk AXE... 89

BAB V: ANALISIS DATA A. Data untuk Analisis ... 91

B. Karakteristik Responden... 92

C. Uji Instrumen... 103

1. Uji Validitas ... 103

2. Uji Reliabilitas... 104

D. Analisis Data ... 105

1. Uji Prasyarat Analisis ... 105

a. Uji Normalitas... 105

b. Uji Homogenitas ... 106

2. Pengujian Hipotesis... 107

E. Pembahasan ... 111

BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 116

B. Saran... 118

(16)

xv

LAMPIRAN III: Hasil Uji Validitas dan Hasil Uji Reliabilitas ... 133

LAMPIRAN IV: Hasil Uji Normalitas ... 135

LAMPIRAN V: Hasil Uji Homogenitas ... 136

LAMPIRAN VI: Hasil Pengujian Hipotesis ... 137

(17)

xvi

Tabel 5.1b Klasifikasi Responden Media Televisi Berdasarkan Tempat

Tinggal ... 94

Tabel 5.1c Klasifikasi Responden Media Televisi Berdasarkan Uang

Saku per Bulan... 94

Tabel 5.1d Klasifikasi Responden Media Televisi Berdasarkan Media

yang Dimiliki di Tempat Tinggal... 95

Tabel 5.2a Klasifikasi Responden Media Majalah Berdasarkan Usia ... 96

Tabel 5.2b Klasifikasi Responden Media Majalah Berdasarkan Tempat

Tinggal ... 97

Tabel 5.2c Klasifikasi Responden Media Majalah Berdasarkan Uang

Saku per Bulan... 98

Tabel 5.2d Klasifikasi Responden Media Majalah Berdasarkan Media

yang Dimiliki di Tempat Tinggal... 99

Tabel 5.3a Klasifikasi Responden Media Radio Berdasarkan Usia... 100

Tabel 5.3b Klasifikasi Responden Media Radio Berdasarkan Tempat

Tinggal ... 100

Tabel 5.3c Klasifikasi Responden Media Radio Berdasakan Uang Saku

per Bulan... 101

Tabel 5.3d Klasifikasi Responden Media Radio Berdasarkan Media

(18)

xvii

Tabel 5.6 Uji Normalitas Efektivitas Penyampaian Pesan Iklan

melalui Media Periklanan: Televisi, Majalah, dan Radio ... 106

Tabel 5.7 Uji Homogenitas Efektivitas Penyampaian Pesan Iklan

melalui Media Periklanan: Televisi, Majalah, dan Radio ... 106

Tabel 5.8 Hasil Uji Statistik One Way ANOVA Perbedaan Efektivitas Penyampaian Pesan Iklan melalui Media Periklanan:

Televisi, Majalah, dan Radio ... 108

Tabel 5.9 Hasil Uji Multiple Comparisons Perbedaan Efektivitas Penyampaian Pesan Iklan melalui Media Periklanan:

Televisi, Majalah, dan Radio ... 109

Tabel 5.10 Hasil Uji Homogeneous Subsets Perbedaan Efektivitas Penyampaian Pesan Iklan melalui Media Periklanan:

Televisi, Majalah, dan Radio ... 110

Tabel 5.11 Ringkasan Statistik Perbedaan Efektivitas Penyampaian

Pesan Iklan melalui Media Periklanan: Televisi, Majalah,

(19)
(20)

1

A. Latar Belakang Masalah

Tingkat persaingan bebas dewasa ini baik di persaingan bisnis lokal

maupun global memang sangat tinggi. Semua perusahaan berlomba- lomba untuk

mencapai keunggulan kompetitif (competitive advantage) agar mampu memenangkan persaingan di bisnis global. Untuk itu pemasar harus menerapkan

konsep pemasaran modern yang berorientasi pasar atau pelanggan, karena

merekalah ujung tombak keberhasilan pemasaran. Pemasaran modern

memerlukan lebih dari sekedar menge mbangkan produk, menawarkannya dengan

harga yang menarik, dan membuatnya mudah didapat. Hal lain yang penting

dilakukan oleh pemasar ialah berkomunikasi dengan para pelanggan, pengecer,

pemasok yang memiliki kepentingan dengan perusahaan tersebut, dan masyarakat

umum. Dari fenomena inilah perusahaan terdorong untuk lebih meningkatkan

usaha memperkenalkan produk serta memasarkannya dengan gencar melalui iklan

di berbagai media.

Seiring dengan perkembangan zaman, dunia periklanan saat ini telah

mengalami perkembangan yang sangat pesat. Mulai dari media dan teknologi

yang digunakan, sampai ide kreatif yang muncul dari para creator iklan sangat beragam. Belanja iklan yang dilakukan oleh dunia bisnis juga cenderung

(21)

membuktikan bahwa, kalangan industri masih memberikan kepercayaan kepada

para pengiklan untuk mempromosikan produk-produknya.

Pesatnya laju pertumbuhan belanja iklan tampaknya juga dipicu dengan

adanya proliferasi media, yaitu bertambahnya jumlah media yang diakibatkan

reformasi pemerintah di bidang komunikasi, di mana pendirian media baru, baik

media cetak maupun elektronik sangat dipermudah dibanding ketika Orde Baru.

Peningkatan ini membuat berbagai kalangan optimis, apalagi iklan juga diakui

kekuatannya secara luas oleh masyarakat, sebagai sesuatu yang mampu

menggerakkan roda perekonomian sehingga tetap berjalan.

Setiap pemasar berkeyakinan bahwa, semakin tinggi intensitas iklan yang

dilakukan dapat membangun kesadaran akan produk (awareness) dengan lebih baik. Oleh karena itulah setiap perusahaan berlomba mengiklankan produk baru

maupun produk lama.

Media periklanan yang sampai saat ini masih banyak digunakan yaitu

media periklanan tradisional. Media periklanan tradisional meliputi televisi, radio,

majalah dan surat kabar. Periklanan tradisional merupakan periklanan yang

berorientasi produk dengan menekankan pada sebuah image dan menimbulkan kebutuhan yang akan mendorong pembelian akhir.

Media periklanan lainnya adalah media direksional seperti, katalog, movie listing, surat kabar khusus, dan yellow pages. Media periklanan ini dirancang untuk pembelian langsung pada supplier baik produk ataupun jasa.

Pada era milenium ini media yang mulai banyak digemari ialah cyber

(22)

Pengeluaran periklanan yang tinggi memang menimbulkan efek secara

pengeluaran, tetapi secara umum mampu memberikan informasi penting tentang

suatu produk, yang dapat meningkatkan permintaan. Selain itu dalam jangka

panjang dapat menciptakan preferensi merek tertentu yang tidak dapat dicapai

melalui media komunikasi lainnya. Ini berarti bahwa kontributor utama dalam

membangun brand equity adalah periklanan (advertising). Itulah sebabnya periklanan perlu mendapat perhatian lebih agar tujuan tercapai. Tujuan yang

hendak dicapai perusahaan diantaranya agar produk suatu perusahaan dikenal dan

dipilih oleh pelanggan sasaran. Dengan begitu, perusahaan dapat mencapai

keunggulan kompetitif lebih efektif di pasar global.

Agar periklanan dapat lebih efektif, maka proses komunikasi antara

pengirim pesan iklan dan penerima pesan iklan (pelanggan sasaran) harus

dirancang sedemikian rupa sehingga penyampaian informasi dapat berjalan lancar.

Para creator iklan juga harus dapat mendesain iklan yang kreatif dan menarik, sehingga perhatian pelanggan sasaran tertuju pada produk yang akan diiklankan.

Selain itu, satu hal lagi yang penting untuk dipertimbangkan adalah pemilihan

media periklanan. Memilih media periklanan memang bukan sesuatu yang mudah.

Perlu banyak pertimbangan dan perhitungan dalam memutuskan media mana yang

paling sesuai serta diestimasi paling efektif dalam menyampaikan pesan iklan.

Pertimbangan dan perhitungan dalam memutuskan media periklanan

memang menjadi hal vital dalam kegiatan periklanan. Setiap media periklanan

melakukan stimulasi atau rangsangan dengan cara yang berbeda-beda dalam

(23)

media radio, karena televisi bukan hanya menampilkan suara tetapi juga

menampilkan gambar- gambar bergerak yang dapat dilihat. Begitu juga dengan

majalah, stimulasi media majalah berbeda dengan stimulasi media radio dan

stimulasi media televisi. Stimulasi media majalah hanya melalui sebuah gambar

tidak bergerak yang dirancang sedemikian rupa, di mana gambar tersebut

diharapkan mampu menyampaikan informasi produk yang diiklankan dan pesan

dari sebuah iklan.

Dari perbedaan stimulasi setiap media periklanan, maka peneliti tertarik

untuk meneliti apakah ada perbedaan efektivitas penyampaian pesan iklan,

ditinjau dari media periklanan yang digunakan. Dengan demikian dalam

penelitian ini peneliti mengambil judul “Perbedaan Efektivitas Penyampaian Pesan Iklan melalui Media Periklanan: Televisi, Majalah, dan Radio ”. Studi pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Mrican, Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka ada dua rumusan masalah

dalam penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan efektivitas penyampaian pesan iklan melalui media

periklanan: televisi, majalah, dan radio?

2. Manakah di antara media periklanan: televisi, majalah, dan radio yang

(24)

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti memberi batasan-batasan masalah, untuk

menghindari pembahasan yang meluas. Batasan-batasan masalah tersebut adalah:

1. Media periklanan yang diteliti dalam penelitian ini adalah media

periklanan: televisi, majalah, dan radio.

2. Iklan produk dalam penelitian ini adalah iklan produk AXE melalui media

periklanan: televisi, majalah, dan radio.

3. Pengujian ini terbatas pada efektivitas penyampaian pesan iklan pada iklan

produk AXE.

4. Responden dari penelitian ini yaitu mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Mrican, Yogyakarta, yang berjenis kelamin laki- laki, pernah melihat iklan

AXE di televisi, majalah, dan mendengar iklan AXE di radio.

5. Setiap responden hanya boleh mengisi salah satu kuesioner media

periklanan yang menjadi media habbit-nya.

6. Responden yang diteliti sebanyak 120 responden, terbagi dalam tiga

kelompok responden media yaitu:

a. Responden media televisi: 40 responden

b. Responden media majalah: 40 responden

(25)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan efektivitas penyampaian pesan

iklan melalui media periklanan: televisi, majalah, dan radio.

2. Untuk mengetahui manakah di antara media periklanan: televisi, majalah,

dan radio yang paling efektif dalam menyampaikan pesan iklan.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan referensi yang berguna

bagi perusahaan maupun biro-biro iklan, dalam menentukan media

periklanan yang tepat untuk menyampaikan pesan dari sebuah produk

(barang atau jasa).

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Diharapkan penelitian ini dapat menambah review karya ilmiah, dengan begitu wawasan para mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi

Sanata Dharma bertambah.

3. Bagi Penulis

Dengan melakukan penelitian, peneliti berharap dapat mengembangkan

wawasan serta dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah

dalam praktek sesungguhnya.

(26)

F. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung dan

mendasari penulisan skripsi ini, yang kemudian diuraikan

secara teoritis. Skripsi ini juga merupakan hasil studi pustaka

terhadap masalah penelitian. Beberapa pokok bahasan adalah

tentang pemasaran, manajemen pemasaran, perilaku

konsumen, pengertian iklan, tujuan periklanan, media

periklanan, merancang pesan yang efektif, kriteria untuk

periklanan yang efektif, mengukur efektivitas program

periklanan, penelitian sebelumnya, kerangka konseptual

penelitian, dan rumusan hipotesis.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, lokasi penelitian,

waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, teknik

pengumpulan data, populasi, samp el, teknik sampling,

definisi operasional, variabel penelitian, teknik pengujian

(27)

BAB IV : Gambaran Umum

Bab ini berisi tentang gambaran umum Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta dan gambaran umum tentang AXE.

BAB V : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang pengujian instrumen, analisis data,

pengujian hipotesis, dan pembahasan.

BAB VI : Kesimpulan, Saran, dan Keterbatasan Penelitian

Bab ini berisi kesimpulan, saran dan keterbatasan penulis.

(28)

9

A. Pengertian Pemasaran

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial di mana individu dan

kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui

penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain. Dengan kata lain

definisi singkat dari pemasaran adalah proses pemberian kepuasan kepada

konsumen untuk mendapatkan laba (Kotler dan Armstrong, 2003: 7). Kegiatan

pemasaran lebih pada urusan dengan pelanggan dibandingkan fungsi bisnis

lainnya. Inti pemik iran dan praktek pemasaran modern ialah memahami,

menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai serta kepuasan kepada

konsumen. Adapun sasaran utama dalam pemasaran yaitu menarik konsumen baru

dengan menjanjikan nilai yang unggul dan mempertahankan konsumen saat ini

dengan memberikan kepuasan.

Bila pemasar melakukan dengan baik pekerjaan memahami konsumen,

menciptakan produk yang memberikan nilai unggul, menetapkan harga,

mendistribusikan dan mempromosikan dengan efektif, produk-produk tersebut

akan terjual dengan mudah. Jadi, penjualan dan periklanan hanyalah bagian dari

sesuatu yang lebih luas yaitu bauran pemasaran (marketing mix), yang merupakan sekumpulan peralatan pemasaran yang bekerja bersama untuk mempengaruhi

pasar.

(29)

B. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Variabel-variabel bauran pemasaran sering kali dipandang sebagai

variabel terkendali, karena seorang manajer pemasaran dapat memutuskan tipe

setiap komponen dan jumlah yang akan digunakan untuk meraih kepuasan

konsumen. Jadi, promosi (yang menyertakan periklanan) harus diseimbangkan

dengan rancangan produk, metode distribusi, dan harga untuk menciptakan bauran

pemasaran menyuluruh yang akan dipertimbangkan para konsumen ketika

konsumen memilih sebuah produk. Bauran pemasaran terdiri dari empat

komponen utama (Lee dan Johnson, 2004: 14):

1. Produk

Produk adalah “sebundel harga” yang memenuhi harapan konsumen.

Mengiklankan ciri-ciri dan keuntungan-keuntungan ini akan membantu para

konsumen memilih produk atau jasa yang cocok dengan kebutuhan mereka.

Penentuan merek dan pengemasan adalah dua karakter penting sebuah produk.

Untuk menerjemahkan karakteristik produk ke dalam sesuatu yang konkret,

yang dapat digunakan untuk membedakan satu produk dengan yang lain,

banyak bisnis mengiklankan satu merek, nama atau kata atau frasa, dan simbol

tersendiri, atau kombinasi dari ketiga elemen.

2. Tempat

Tempat juga disebut saluran distribusi. Sebuah saluran distribusi merujuk pada

sekelompok individu dan orga nisasi yang mengarahkan aliran produk dari

para produsen ke para konsumen. Kegiatan-kegiatan distribusi menyertakan

(30)

dan pencatatan stok. Para anggota saluran distribusi termasuk para pedagang

partai besar dan eceran serta para pembeli industri dalam pasar industri.

Keputusan saluran distribusi merupakan hal yang sangat kritis karena mereka

menentukan keberadaan pasar sebuah produk dan keterjangkauan bagi para

pembeli.

3. Harga

Harga adalah nilai yang dipertukarkan dengan produk-produk dalam sebuah

transaksi pemasaran. Sebuah harga produk harus mencakup seluruh biaya

yang terlibat dalam produksi, distribusi, dan promosinya, demikian pula

perkiraan laba. Sebagai tambahan, harga dapat mendukung citra sebuah

produk, merebut penjualan dari para pesaing, atau mempengaruhi orang untuk

mengubah waktu pemesanan mereka.

4. Promosi

Promosi (komunikasi pemasaran) mencakup berbagai teknik yang digunakan

untuk berkomunikasi dengan para konsumen dan calon potensial konsumen.

Seiring dengan penjualan pribadi, promosi penjualan, dan hubungan

masyarakat (publisitas), periklanan adalah satu dari empat elemen bauran

promosi.

a. Penjualan langsung adalah sebuah komunikasi bersifat personal dan komersil yang mencoba memberitahu dan membujuk para konsumen

untuk membeli sebuah produk. Pada umumnya penjualan langsung adalah

(31)

digunakan dalam pasar industri di mana kontak pribadi merupakan hal

penting untuk membangun hubungan dengan para pembeli.

b. Promosi penjualan sekarang ini semakin penting bagi banyak organisasi.

Para pemasar sering kali menggunakan contoh dan kupon gratis untuk

meraih konsumen ketika mereka memperkenalkan produk baru.

c. Hubungan masyarakat adalah serangkaian kegiatan komunikasi yang

dipergunakan untuk menciptakan dan memelihara hubungan

menguntungkan di antara organisasi dan publiknya. Publik yang dimaksud

termasuk para konsumen, karyawan, pihak berkepentingan, pejabat

pemerintah, dan masyarakat pada umumnya. Publisitas dipandang sebagai

bagian hubungan masyarakat. Organisasi menggunakan media release

untuk mendapatkan komunikasi gratis yang ditransmisikan melalui sebuah

media massa. Dan periklanan, tentu saja, juga sebuah komunikasi

nonpribadi tentang organisasi dan atau produk-produknya, ditransmisikan

ke khalayak target melalui media massa atau alternatifnya.

C. Pengertian Manajemen Pemasaran

Menurut Kotler dan Armstrong (2003: 16), definisi dari manajemen

pemasaran ialah analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian program

yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran

yang menguntungkan dengan pembeli sasaran demi mencapai tujuan organisasi.

Jadi, manajemen pemasaran berisi tentang pengelolaan permintaan, yang akhirnya

(32)

D. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran menyatakan bahwa pencapaian sasaran organisasi

tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan

penyampaian kepuasan yang didambakan itu lebih efektif dan efisien

dibandingkan pesaing. Salah satu contoh konsep pemasaran yaitu konsep

pemasaran dari sebuah maskapai penerbangan, British Airways, yang berbunyi “Terbang untuk melayani”.

Menerapkan konsep pemasaran berarti lebih dari sekedar merespons

hasrat atau kebutuhan jelas yang diungkapkan konsumen (Kotler dan Armstrong,

2003: 21). Menurut konsep pemasaran dalam bukunya Lee dan Johnson (2004:

13), sebuah organisasi hendaknya mencoba menyediakan produk-produk yang

memuaskan kebutuhan konsumen melaui sekumpulan kegiatan terkoordinasi yang

juga memungkinkan organisasi mencapai tujuan-tujuannya.

Dewasa ini, perusahaan manufaktur mampu menghasilkan lebih banyak

barang dan perusahaan jasa pun dapat semakin efisien memproduksi barang dan

jasa dibandingkan sebelumnya. Ini berarti bahwa persediaan sering kali lebih

besar daripada permintaan. Hal ini membuat masyarakat memiliki begitu banyak

pilihan produk, sehingga sebuah organisasi harus memberikan alasan nyata

kepada para konsumen untuk memilih produknya ketimbang yang lain. Jika tidak,

laba organisasi akan anjlok saat para konsumen pindah ke perusahaan pesaing.

(33)

Dalam menerapkan konsep pemasaran, ada tiga komponen utama yang

menyusunnya (Lee dan Johnson, 2004:13):

1. Pemenuhan Kebutuhan dan Keinginan Konsumen

Sebuah organisasi harus menemukan apa yang akan memuaskan para

konsumen dan menggunakan informasi ini untuk menciptakan produk yang

tepat. Organisasi harus terus- menerus mengubah, mengadaptasi, dan

mengembangkan produk agar bisa mengikuti perubahan selera para

pelanggan.

2. Upaya Pemasaran Terkoordinasi di Seluruh Organisasi

Pemasaran hanya salah satu fungsi yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan

konsumen. Penelitian dan pengembangan, manufaktur, keuangan, dan

fungsi-fungsi lain juga penting, sehingga dengan mengkoordinasikan fungsi-fungsi- fungsi-fungsi

ini dengan upaya- upaya pemasaran sangat meningkatkan peluang-peluang

sukses sebuah organisasi.

3. Pencapaian Tujuan-tujuan Jangka Panjang

Sebuah perusahaan yang mengadopsi konsep pemasaran tidak hanya harus

memuaskan tujuan-tujuan konsumen, namun juga mencapai tujuan-tujuannya

sendiri, jika tidak ia tidak akan bertahan lama di dalam bisnis.

Tujuan menyeluruh sebuah bisnis mungkin diarahkan menuju

peningkatan laba, pangsa pasar, penjualan, atau kombinasi dari ketiganya. Ketika

organisasi benar-benar mengembangkan konsep pemasaran, mereka menemukan

(34)

memuaskan kebutuhan mereka, yang akan meningkatkan penjualan dan laba

dalam jangka panjang.

E. Segmentasi Pasar

Kunci kesuksesan perusahaan mana pun adalah kemampuannya untuk

menarik dan mempertahankan konsumen yang mau dan mampu membayar

produk dan jasanya. Ini berarti sebuah perusahaan harus mampu menentukan letak

konsumen potensial, di mana pun mereka, dan kemudian mampu memahami serta

berkomunikasi dengan mereka.

Orang-orang pemasaran dan periklanan terus- menerus memantau pasar

untuk melihat kebutuhan dan keinginan berbagai kelompok konsumen dan

bagaimana mereka dapat dipuaskan secara lebih baik. Salah satu teknik yang

mereka gunakan adalah segmentasi pasar.

Tujuan penggunaan segmentasi pasar adalah untuk memungkinkan satu

pemasar merancang bauran pemasaran yang lebih tepat dalam menjawab

kebutuhan para konsumen di segmen pasar tertentu. Satu segmen pasar terdiri dari

individu, kelompok, atau organisasi dengan satu atau lebih karakteristik serupa,

yang menyebabkan mereka memiliki kebutuhan produk yang relatif serupa.

Segmen pasar ini dapat berupa kelompok etnik, wilayah geografis, atau negara

tertentu.

Pemasaran yang menggunakan segmentasi untuk meraih pasar dapat

(35)

konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat kategori (Lee dan Johnson, 2004:

90-95):

1. Segmentasi Demografis

Segmentasi demografis melibatkan pembagian pasar berdasarkan

variabel-variabel demografis seperti usia, seks, ukuran keluarga, tahap siklus hidup

keluarga, pendapatan, pekerjaan, agama, ras, dan kebangsaan.

2. Segmentasi Geografis

Variabel-variabel geografis, seperti agama, ukuran populasi, kepadatan, dan

iklim, juga mempengaruhi kebutuhan produk konsumen. Orang-orang di satu

wilayah negara atau dunia memiliki kebutuhan dan perilaku beli yang berbeda

dengan mereka yang berada di wilayah lain.

3. Segmentasi Behavioralis

Perusahaan-perusahaan dapat membagi sebuah pasar menjadi

kelompok-kelompok menurut manfaat yang mereka cari, penggunaan volume produk,

dan loyalitas merek.

4. Segmentasi Psikografis

Pembagian pasar berdasarkan gaya hidup dan atau kepribadian disebut sebagai

segmentasi psikografis. Penentuan gaya hidup biasanya didasarkan pada

(36)

F. Pemasaran Sasaran (Target Marketing)

Setelah para pemasar mengelompokkan konsumen atau pengguna

potensial sebuah produk berdasarkan karakteristik serupa (demografis, geografis,

atau variabel lain), mereka dapat melanjutkan ke tahap berikutnya: pemasaran

sasaran. Cara pencapaian hal ini menentukan kandungan, rancangan, dan

implementasi periklanan perusahaan.

Memilih pasar sasaran yang tepat adalah kunci dalam

mengimplementasikan sebuah rencana pemasaran yang berhasil dan merupakan

hal penting bagi kemampuan bertahan sebuah perusahaan. Kegagalan untuk

menentukan sasaran secara tepat dapat mengakibatkan rendahnya penjualan,

tingginya biaya, dan kerugian keuangan yang parah. Sebuah analisis pasar sasaran

secara teliti akan menempatkan organisasi pada satu posisi yang lebih baik dalam

melayani kebutuhan para konsumen dan mencapai tujuan-tujuannya (Lee dan

Johnson, 2004: 95-99).

Setelah perusahaan mendefinisikan pasar sasarannya, akan dapat

diketahui secara pasti di mana perusahaan harus memfokuskan perhatian dan

sumber dayanya. Ia dapat membentuk konsep produk (yaitu, ciri-ciri khusus

produknya), menyusun harga yang tepat, menentukan kebutuhan lokasi toko-toko,

dan menyiapkan pesan-pesan periklanan yang paling meyakinkan. Dengan kata

lain, bauran pemasaran bisa ditujukan untuk menjadikan produk menarik dan

mudah didapatkan pada pasar sasaran di saat yang tepat dan di tempat yang tepat.

Setelah memilih pasar sasaran, perusahaan harus menemukan cara untuk

(37)

G. Pengertian Produk dan Jasa

Dalam proses pemuasan atau peme nuhan kebutuhan dan keinginan, orang

menggunakan produk dan jasa. Pengertian produk itu sendiri adalah segala yang

bisa ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi

yang mampu memuaskan kebutuhan atau keinginan. Itu mencakup obyek fisik,

jasa, orang, tempat, organisasi, dan ide (Kotler dan Armstrong, 2003: 8).

Secara garis besar, produk dapat dikelompokkan menjadi tiga macam berdasarkan

tipe kebutuhan yang dipuaskan (Chandra, 2001: 189):

1. Functional needs, yaitu produk-produk yang mengatasi masalah-masalah berkaitan dengan konsumsi yang dimunculkan oleh lingkungan individu,

contohnya mesin potong rumput, weker, obat nyamuk, dan seterusnya.

2. Symbolic needs, yaitu produk-produk yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ditimbulkan secara internal, misalnya peningkatan rasa percaya diri atau

identifikasi ego. Contohnya mobil, permata, parfum, arloji mewah, dan

seterusnya.

3. Experiential needs, yakni produk-produk yang memberikan stimulasi sensory pleasure, contohnya makanan, hiburan, petualangan, dan lain- lain.

Segala aktivitas atau manfaat yang ditawarkan untuk dijual oleh suatu

pihak yang secara esensial tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan

atas apa pun disebut jasa. Contohnya ialah jasa perbankan, airline, hotel, persiapan pajak, dan perbaikan rumah (Kotler dan Armstrong, 2003: 8).

Maraknya persaingan produk dan jasa ternyata membuat banyak penjual

(38)

dibanding manfaat yang mereka tawarkan dari produk tersebut. Hal inilah yang

membuat mereka berada pada posisi penjual produk bukan sebagai penyedia

solusi bagi suatu kebutuhan. Sebenarnya produk hanyalah alat untuk memecahkan

persoalan konsumen. Masalah akan timbul bila produk baru muncul dan dapat

memenuhi kebutuhan konsumen dengan lebih baik bahkan lebih murah.

H. Product Positioning

Product positioning adalah persepsi konsumen terhadap atribut produk bersangkutan berkenaan dengan merek pesaing. Untuk memposisikan produk baru

atau memposisi- ulang produk yang telah ada, para pemasar perlu mengetahui

bagaimana konsumen atau pembeli industri dalam pasar targetnya membayangkan

produk dalam kategori terkait (Lee dan Johnson, 2004: 102).

Menurut Pride dan Ferrell (dalam Lee dan Johnson, 2004: 99) product positioning mengacu pada berbagai keputusan dan kegiatan yang dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan konsep tertentu dari produk sebuah

perusahaan dalam benak para pelanggan. Dalam periklanan, tidak ada yang lebih

penting daripada menginformasikan kekhasan yang menjadikan produk berbeda.

Gagasan tentang persepsi konsumen sangatlah penting dalam pembedaan

produk-produk, karena perbedaan antarproduk dapat bersifat nyata ataupun bayanga n.

perbedaan nyata dapat berupa ciri-ciri, harga, atau kualitas.

Perbedaan-perbedaan yang diciptakan oleh persepsi biasanya didasarkan pada citra sebuah

(39)

Terlepas apakah perbedaan antarproduk merupakan suatu yang nyata atau

ekstrinsik bagi sebuah produk atau jasa, seluruh pemasar atau pengiklan telah

mengambil langkah untuk memastikan bahwa perbedaan ini memang ada.

Para pengiklan sering kali menggunakan iklan perbandingan untuk mengklaim

keunggulan atas para pesaing dalam sejumlah aspek. Periklanan semacam ini legal

selama perbandingannya jujur. Sebagai tambahan bagi sikap jujur, periklanan

perbandingan juga harus melakukan perbandingan dalam lingkup sejumlah

karakteristik yang terukur secara obyektif dari sebuah produk atau jasa.

I. Perilaku Konsumen

Kebutuhan dan keinginan para konsumen terus berubah. Agar berhasil

para pemasar perlu bersungguh-sungguh berupaya untuk menentukan kebutuhan

konsumen mereka sekarang. Dengan cara ini, mereka mungkin dapat menangkap

perilaku pembelian konsumen dengan lebih baik, menciptakan bauran pemasaran

yang memuaskan konsumen, dan bermuara pada kesuksesan di pasar. Perusahaan

yang benar-benar mengerti bagaimana reaksi konsumen terhadap fitur, harga, dan

iklan produk yang berbeda-beda, memiliki keunggulan yang hebat dibandingkan

dengan pesaingnya.

Perilaku pembelian konsumen mengacu pada perilaku pembelian

konsumen akhir individu dan rumah tangga yang membeli barang atau jasa untuk

konsumsi pribadi. Semua individu dan rumah tangga yang membeli atau

mendapatkan barang atau jasa untuk konsumsi pribadi tadi akan membentuk pasar

(40)

J. Proses Keputusan Pembelian

Menurut Sherlock (dalam Lee dan Johnson, 2004: 110) seluruh pelanggan

dapat dipisahkan menjadi dua kelompok umum yaitu, konsumen dan organisasi.

Pasar konsumen tersusun dari individu dan rumah tangga yang membeli barang

dan jasa bagi penggunaan pribadi. Pasar organisasi terdiri dari bisnis, pemerintah,

dan organisasi nirlaba.

Proses keputusan pembelian baik pada pasar konsumen maupun pasar

organisasi dipandang sebagai serangkaian tahap yang dilalui pembeli dalam

membeli sebuah produk atau jasa. Lee dan Johnson (2004: 110) menuliskan

bahwa prosesnya terdiri dari lima tahap:

1. Pengenalan Kebutuhan

Langkah pertama pembeli menuju keputusan pembelian adalah pengenalan

kebutuhan, yang berarti bahwa pembeli membayangkan kesenjangan di antara

keadaan aktual dan keadaan yang diharapkan. Kesenjangan ini dapat

sesederhana rasa dahaga untuk minum atau lebih kompleks lagi, seperti

menyadari bahwa perusahaan membutuhkan komputer yang lebih cepat untuk

memproses pesanan-pesanannya. Pada tahap ini dalam proses pembuatan

keputusan, pengiklan dapat mencoba mempengaruhi para pembeli dengan

membantu mereka mengenali kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh produk dari

pengiklan.

2. Pencarian Informasi

Ketika para pembeli telah mengidentifikasi satu kebutuhan, mereka mungkin

(41)

informasi ini bersifat internal maupun eksternal, dan ingatan pembeli dapat

menjadi aspek kunci dalam proses ini. Seandainya pembeli pernah memenuhi

kebutuhan yang sama di masa lalu, ia sepertinya akan mengawali pencarian

informasi dengan mengingat- ingat bagaimana kebutuhan tersebut pernah

terpenuhi. Sering kali pembeli berkonsultasi dengan orang lain (yaitu, para

kerabat dan teman). Para pembeli juga mendapatkan informasi dari para

pemasar melalui iklan, paket, tenaga penjualan, dan sebagainya.

3. Evaluasi Alternatif

Berdasarkan informasi yang terkumpul, pembeli mengidentifikasi dan

mengevaluasi cara-cara untuk memenuhi kebutuhan dirinya atau

organisasinya, mencari pilihan terbaik menyangkut kualitas, harga, waktu

pengiriman, dan faktor- faktor lain yang dianggap penting. Dalam tahap ini,

periklanan yang rasional dan emosional memainkan peran penting.

4. Pembelian

Setelah mempertimbangkan berbagai pilihan yang mungkin, pembeli

membuat keputusan pembelian. Tahap ini termasuk penentuan jadi tidaknya

membeli, dan jika ya, apa yang dibeli, di mana dibeli, dan kapan dibeli.

Menyangkut pembelian-pembelian besar dalam pasar organisasi, pembeli dan

penjual juga harus menuntaskan waktu pengiriman, syarat-syarat pembayaran,

pemasangan, dan selanjutnya. Pada tahap ini, periklanan tetap memainkan

(42)

5. Evaluasi Pasca Pembelian

Setelah membeli sebuah produk, para konsumen secara resmi atau tidak resmi

mengevaluasi hasil pembelian. Meskipun para konsumen cenderung untuk

tidak begitu resmi dalam evaluasi mereka, dalam arti bahwa mereka tidak

akan menentukan kriteria untuk mengevaluasi pembelian mereka secara tepat,

para konsumen organisasi biasanya menggunakan kriteria kinerja berstandar

untuk mengevaluasi pemasok-pemasok utama.

Dalam kasus barang-barang mahal, tanggapan umum konsumen adalah

keraguan terhadap pilihannya setelah pembelian. Perasaan ini disebut

‘disonansi kognitif’, yaitu keadaan gelisah yang dihadirkan oleh kesulitan

dalam memilih satu di antara beberapa alternatif. Periklanan dapat membantu

para pembeli mengatasi disonansi seandainya periklanan mampu memperkuat

alasan-alasan untuk membuat pilihan tertentu.

K. Tipe Perilaku Pembelian Konsumen

Perilaku pembelian setiap barang atau jasa pasti berbeda. Biasanya keputusan yang lebih rumit melibatkan lebih banyak pelaku dan lebih banyak

kesadaran pembeli. Menurut Kotler dan Armstrong (2003: 221-224) di bawah ini

merupakan tipe-tipe pembelian konsumen:

1. Perilaku Pembelian Kompleks

Suatu kondisi di mana konsumen sangat terlibat dalam pembelian dan

mempunyai persepsi yang signifikan mengenai perbedaan di antara merek.

(43)

Pertama mengembangkan keyakinan mengenai produk, sikap, kemudian

melakukan pilihan pembelian dengan penuh pertimbangan. Pemasar yang

menjual produk dengan keterlibatan tinggi perlu memahami perilaku

konsumen, pengumpulan informasi dan evaluasi. Mereka perlu membantu

pembeli untuk mempelajari atribut-atribut produk dan tingkat kepentingannya

serta apa yang ditawarkan oleh merek. Itulah sebabnya pemasar perlu

mempelajari cara membedakan fitur-fitur mereknya, dan mendeskripsikan

manfaat mereknya dengan menggunakan media cetak dan teks yang panjang.

2. Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi

Perilaku pembelian ini terjadi ketika konsumen mempunyai keterlibatan yang

tinggi dengan pembelian yang mahal, tidak sering atau beresiko, namun

melihat sedikit perbedaan antarmerek. Seringkali konsumen mengalami

disonansi setelah pembelian, yaitu ketika mereka menyadari bahwa ada

kekurangan tertentu dari barang atau jasa yang telah dibeli atau mendengar hal

yang lebih baik dari merek yang tidak dibelinya. Untuk mengatasi disonansi

ini sebaiknya komunikasi pasca penjualan dari pemasar memberikan bukti dan

dukungan kepada konsumen agar merasa tepat dan merasa nyaman dengan

pilihan merek yang telah dilakukannya.

3. Perilaku Pembelian Kebiasaan

Perilaku pembelian kebiasaan yaitu suatu situasi di mana konsumen

mempunyai keterlibatan rendah dan perbedaan yang tidak jauh antar merek.

Konsumen tidak mencari secara luas informasi merek, mengevaluasi

(44)

dibeli. Umumnya konsumen secara pasif menerima informasi pada saat

melihat televisi atau membaca majalah. Pengulangan suatu iklan akan

menciptakan kebiasaan merek (brand familiarity) bukannya keyakinan merek (brand conviction).

4. Perilaku Pembelian Pencarian Variasi

Perilaku pembelian konsumen dalam situasi di mana konsumen mempunyai

tingkat keterlibatan yang rendah tetapi mempersepsikan adanya perbedaan

merek yang signifikan. Dalam kasus ini sering kali konsumen beralih merek.

Penggantian merek terjadi bukan karena ketidakpuasan tetapi semata- mata

hanya variasi. Untuk perusahaan yang memasarkan kategori produk ini akan

selalu berusaha merangsang perilaku pembelian kebiasaan dengan

memasarkan produknya secara luas dan menjalankan iklan berkala untuk

meningkatkan. Sedangkan perusahaan pesaing akan merangsang pencarian

variasi dengan menawarkan harga yang rendah, penawaran khusus, kupon,

sampel gratis, dan iklan yang memperlihatkan berbagai alasan untuk mencoba

sesuatu yang baru.

L. Pengertian Iklan

Cara komunikasi pemasaran yang juga disebut bauran promosi yaitu periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan pribadi dan

pemasaran langsung. Dari kelima cara komunikasi tersebut yang paling umum dan

(45)

ada beberapa media iklan yang membutuhkan biaya mahal), iklan juga mampu

membangun image produk dalam jangka panjang.

Menurut Kasali (1992: 9) iklan adalah bagian dari bauran promosi

(promotion mix) dan bauran promosi adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media.

Akan tetapi iklan jelas berbeda dengan pengumuman biasa, iklan lebih diarahkan

untuk membujuk orang supaya membeli. Masyarakat periklanan Indonesia

mendefinisikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk yang

disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.

Jadi, keseluruhan proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan penyampaian iklan. Sedangkan kegiatan periklanan adalah

komunikasi komersiil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat

massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail (pengeposan langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan umum. Dalam komunitas global baru,

khususnya internet (Lee dan Johnson, 2004: 3).

Pada hakikatnya pengertian iklan berbeda dengan promosi. Iklan adalah

bagian dari promosi. Disamping iklan masih banyak bentuk promosi lainnya yang

memiliki peranan yang sama pentingnya dengan promosi dalam strategi

pemasaran. Menurut Kasali (1992: 11), promosi yaitu bauran komunikasi

(46)

lihat dari sasaran yang akan dituju. Sasaran iklan adalah mengubah jalan pikiran

konsumen untuk membeli. Sedangkan sasaran promosi adalah merangsang

pembelian di tempat. Pada pembedaan tersebut, pengertian promosi lebih

dimaksudkan sebagai promosi penjualan, yakni promosi berupa display, hadiah, kupon undian, dan lain- lain, yang langsung disediakan di berbagai jalur distribusi.

M. Sejarah Iklan

Tanpa kita sadari ternyata iklan sudah lama dilakukan manusia. Sebelum Gutenberg menemukan sistem percetakan pada tahun 1450, iklan dikenal dalam

bentuk pesan berantai. Pesan berantai itu disampaikan untuk membantu

kelancaran jual beli dalam masyarakat. Pesan berantai ini dilakukan secara tatap

muka melalui mulut ke mulut (word of mouth), karena mayoritas masih belum mengenal huruf. Walaupun daya jangkaunya sempit namun pada saat itu iklan

yang demikian sudah dianggap efektif.

Ketika manusia mengenal tulisan, manusia mulai menggunakan sarana

tulisan sebagai alat penyampaian pesan. Ini berarti pesan iklan sudah dapat dibaca

berulang-ulang dan dapat disimpan. Kemudian bentuk iklan mengalami

perkembangan menjadi relief-relief yang diukir pada dinding.

Pada zaman Caesar, banyak toko di kota-kota besar yang telah mulai memakai tanda dan simbol atau papan nama. Itulah media utama dalam beriklan

yang digunakan masyarakat Romawi pada masa itu. Setelah sistem percetakan

ditemukan dan muncul sejumlah surat kabar mingguan, iklan semakin sering

(47)

N. Klasifikasi Periklanan

Menurut Lee dan Johnson (2004: 4-10), periklanan sering diklasifikasikan

dalam beberapa tipe besar, yaitu:

1. Periklanan Produk

Porsi utama pengeluaran periklanan dibelanjakan untuk produk: presentasi dan

promosi produk-produk baru, produk-produk yang ada, dan produk-produk

hasil revisi.

2. Periklanan Eceran

Berlawanan dengan iklan produk, periklanan eceran bersifat lokal dan

berfokus pada toko, tempat di mana beragam produk dapat dibeli atau di mana

satu jasa ditawarkan. Periklanan eceran memberi tekanan pada harga,

ketersediaan, lokasi, dan jam-jam operasi.

3. Periklanan Korporasi

Fokus periklanan ini adalah membangun identitas korporasi atau untuk

mendapatkan dukungan publik terhadap sudut pandang organisasi.

Kebanyakan periklanan korporasi dirancang untuk menciptakan citra

menguntungkan bagi sebuah perusahaan dan produk-produknya; meski

demikian, periklanan citra secara khusus mengindikasikan kampanye

korporasi yang menyoroti keunggulan atau karakteristik menguntungkan dari

perusahaan sponsor.

4. Perikla nan Bisnis-ke-Bisnis

Istilah ini berkaitan dengan periklanan yang ditujukan kepada para pelaku

(48)

perantara (pedagang partai besar dan pengecer), serta para profesional (seperti

pengacara dan akuntan).

5. Periklanan Politik

Periklanan politik sering kali digunakan para politisi untuk membujuk orang

untuk memilih mereka; dan karenanya, iklan jenis ini merupakan sebuah

bagian penting dari proses politik di Amerika Serikat dan negara- negara

demokrasi lain yang memperbolehkan iklan para kandidat.

6. Periklanan Direktori

Orang merujuk periklanan direktori untuk menemukan cara membeli sebuah

produk atau jasa. Bentuk terbaik direktori yang dikenal adalah Yellow Pages, meskipun sekarang terdapat berbagai jenis direktori yang menjalankan fungsi

yang sama. Ciri unik iklan direktori Yellow Pages adalah kemampuan untuk mengukur tanggapan. Perusahaan pengiklan bisa mencantumkan dua nomor

telepon berbeda, satu diberikan dalam iklan Yellow Pages dan yang lain digunakan dalam saluran-saluran iklan alternatif, sehingga tanggapan ke iklan

Yellow Pages dapat diukur. Lebih jauh lagi, iklan direktori adalah unik dalam arti pengguna biasanya siap membeli produk atau jasa ketika membuka

direktori.

7. Perikla nan Respon Langsung

Periklanan respon langsung melibatkan komunikasi dua-arah di antara

pengiklan dan konsumen. Periklanan tersebut dapat menggunakan sembarang

media periklanan (pos, televisi, koran, atau majalah), dan konsumen dapat

(49)

sekarang memperbolehkan konsumen menanggapi secara online. Produk biasanya dikirimkan ke konsumen lewat pos.

8. Periklanan Pelayanan Masyarakat

Periklanan pelayanan masyarakat dirancang untuk kepentingan masyarakat

dan mempromosikan kesejahteraan masyarakat. Iklan-iklan ini diciptakan

bebas biaya oleh para profesional periklanan, dengan ruang dan waktu iklan

merupakan hibah oleh media.

9. Periklanan Advokasi

Periklanan advokasi berkaitan dengan penyebaran gagasan-gagasan dan

klarifikasi isu sosial yang kontroversial dan menjadi kepentingan masyarakat.

Perusahaan yang menerapkan strategi periklanan pada masalah sosial seperti

konservasi alam semakin bertambah banyak.

O. Prinsip-prinsip Dasar Iklan

Widyatama (2005: 17) mengungkapkan bahwa di dalam setiap iklan

mengandung enam prinsip dasar, yaitu:

1. Adanya Pesan Tertentu

Sebuah iklan tidak akan berwujud tanpa adanya pesan. Pesan yang

disampaikan oleh sebuah iklan dapat berbentuk perpaduan antara pesan verbal

dan pesan non verbal. Pesan verbal adalah pesan yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan. Bentuk pesan verbal lisan dapat disampaikan melalui media audio maupun media audio visual. Sementara pesan verbal

(50)

Semua pesan yang bukan verbal adalah pesan non verbal. Sepanjang bentuk

non verbal tersebut mengandung arti, maka ia dapat disebut sebagai sebuah pesan komunikasi. Pesan non verbal dapat berupa non verbal visual; non verbal auditif; dan non verbal non visual. Pesan non verbal visual adalah pesan yang dapat diterima khususnya melalui indera mata.

2. Dilakukan oleh Komunikator (Sponsor)

Pesan iklan ada karena dibuat oleh komunikator, begitu pula sebaliknya.

Dengan demikian ciri sebuah iklan adalah bahwa pesan tersebut dibuat dan

disampaikan oleh komunikator atau sponsor tertentu secara jelas.

3. Dilakukan dengan Cara Non Personal

Non personal artinya tidak dalam bentuk tatap muka. Penyampaian pesan dapat disebut iklan bila dilakukan melalui media.

4. Disampaikan untuk Khalayak Tertentu

Dalam dunia periklanan, khalayak sasaran cenderung bersifat khusus. Sasaran

khalayak yang dipilih didasarkan pada keyakinan bahwa pada dasarnya setiap

kelompok khusus memiliki kesukaan, kebutuhan, keinginan, karakteristik, dan

keyakinan yang khusus.

5. Dalam Penyampaian Pesan Tersebut Dilakukan dengan Cara Membayar.

Dalam kegiatan periklanan istilah membayar harus dimaknai secara luas. Kata

membayar tidak saja dilakukan dengan alat tukar uang melainkan dengan cara

(51)

6. Penyampaian Pesan Tersebut, Mengharapkan Dampak Tertentu

Dalam sebuah visualisasi iklan, seluruh pesan iklan semestinya merupakan

pesan yang efektif. Artinya pesan yang mampu menggerakkan khalayak agar

mereka mengikuti pesan iklan. Dampak tertentu yang diharapkan oleh

pengiklan dapat berupa pengaruh ekonomis maupun dampak sosial. Pengaruh

ekonomis adalah dampak yang diharapkan dapat diwujudkan oleh iklan untuk

maksud- maksud mendapatkan keuntungan ekonomi. Sementara dampak sosial

adalah keuntungan dalam bentuk terbangunnya citra baik berupa penerimaan

sosial oleh masyarakat.

Sebuah pesan iklan dikatakan efektif bila pesan tersebut mampu

menggambarkan apa yang dikehendaki oleh komunikator secara tepat dan apa

yang dituangkan dalam pesan iklan tersebut mampu dipersepsikan secara sama

oleh khalayak dengan apa yang dikehendaki oleh komunikator. Melalui pesan

yang efektif ini diharapkan pesan akan mampu memberikan dampak tertentu

pada khalayak yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh komunikator.

P. Tujuan Periklanan

Tujuan periklanan biasanya mengandung misi komunikasi dan

keberhasilannya ditentukan oleh bagaimana keefektifan komunikasi yang

dijalankan. Ketika pemasar mencoba untuk mengubah sikap konsumen, mereka

mengkomunikasikan informasi tentang produk mereka dan manfaatnya.

Iklan memiliki tujuan yang dapat digunakan untuk jangka pendek maupun

(52)

memberikan dampak segera setelah iklan disampaikan di tengah masyarakat.

Misalnya iklan undian berhadiah, di mana khalayak mungkin diminta untuk

mengirimkan sejumlah kemasan dengan rasa tertentu untuk dapat diikutsertakan

dalam undian dengan hadiah yang menggiurkan.

Sementara efek iklan jangka panjang yaitu dampak yang baru dapat

dirasakan dalam kurun waktu yang lama setelah iklan diluncurkan. Umumnya

dampak jangka panjang yang diharapkan oleh pengiklan adalah terbentuknya citra

baik perusahaan. Dampak jangka panjang ini pada akhirnya juga bertujuan untuk

meningkatkan penjualan.

Berdasarkan rerangka hirarki efek (hierarchy of effects) yang terdiri atas

awareness-knowledge-liking-preference-conviction-purchase, efek periklanan dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap (Chandra, 2001:185):

1. Respon kognitif, menyangkut penerimaan pesan.

2. Respon afektif, menyangkut pengembangan sikap (suka atau tidak suka)

terhadap produk atau perusahaan.

3. Respon perilaku/behavioral, menyangkut tindakan aktual yang dilakukan para

(53)

Tabel 2.1

Efek Komunikasi pada Berbagai Tahap Respon (Chandra, 2001: 185)

Tahap Efek Spesifik

1. Tahap kognitif

2. Tahap afektif

3. Tahap behavioral

Eksposur terhadap pesan

Ingatan terhadap pesan (message recall) Kesadaran/pengenalan terhadap produk

Pengetahuan tentang atribut dan penggunaan produk

Kesediaan untuk mencari lebih banyak informasi Minat pada atribut produk

Evalua si produk atau merek yang positif Minat untuk mencoba atau membeli

Pencobaan produk Pembelian produk

Secara sederhana tujuan iklan dirumuskan dalam AIDCA sebagai berikut

(Ambarwati, 2003: 135):

1. Attention, iklan yang dibuat bertujuan untuk menarik perhatian khalayak sasarannya.

2. Interest, setelah perhatian direbut pelanggan sasaran dirangsang untuk berminat dan ingin tahu lebih jauh akan merek produk.

3. Desire, selanjutnya iklan juga bertujuan untuk menggerakkan keinginan orang untuk memiliki dan memakai.

4. Conviction, tahap ini pesan iklan sudah menciptakan kebutuhan pembeli dan mereka mulai yakin akan kualitas merek yang diiklankan.

5. Action, tahap ini bertujuan untuk membujuk calon pembeli agar segera melakukan tindakan pembelian.

Menurut Lohse (dalam Ambarwati, 2003: 130) pesan yang disampaikan

(54)

dapat mempengaruhi pilihan produk, karena warna yang menarik dan kejelasan

informasi dapat mencerminkan kredibilitas dan kualitas periklanan. Namun yang

paling penting adalah para pengiklan harus memahami khalayak mereka. Mereka

harus mengakrabkan diri dengan cara berpikir para konsumen, dengan

faktor-faktor yang memotivasi mereka, serta dengan lingkungan di mana mereka hidup.

Q. Fungsi Iklan

Menurut Widyatama (2005: 151) secara garis besar fungsi iklan hampir

sama dengan fungsi komunikasi pada umumnya. Secara pokok ada empat fungsi

iklan, yaitu:

1. Iklan mampu memberikan informasi- informasi yang berharga bagi

masyarakat. Informasi tersebut dapat berupa pengenalan adanya produk,

bagaimana cara menggunakan produk, manfaat tambahan atas produk,

perkembangan produk, di mana dan kapan produk dapat dibeli, dan

sebagainya.

2. Iklan mampu mempersuasi masyarakat agar mengikuti apa yang disarankan

dalam isi pesan iklan.

3. Iklan mampu mendidik masyarakat dengan mengajarkan atas suatu konstruksi

tertentu.

4. Iklan mampu memberi penghiburan.

Menurut Lee dan Johnson (2004: 11), fungsi iklan yang tidak kalah penting yaitu,

(55)

mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka akan tetap

membeli produk yang diiklankan tanpa memedulikan merek pesaingnya.

Bukan hanya perusahaan atau organisasi saja yang merasakan manfaat dari periklanan. Bagi konsumen periklanan juga memberikan beberapa manfaat,

antara lain (Ambarwati, 2003: 131):

1. Memperluas wawasan konsumen, artinya dengan iklan dapat mengetahui

alternatif pilihan produk yang ada.

2. Memperkenalkan dan mengingatkan keberadaan suatu produk.

3. Membangun kesadaran merek (brand awareness). 4. Menimbulkan kepercayaan akan produk (belief).

5. Menarik pelanggan sasaran menjadi konsumen yang loyal selama jangka

waktu tertentu.

6. Mengembangkan sikap positif pelanggan sasaran yang diharapkan dapat

menjadi pembeli potensial di masa datang.

Untuk mencapai itu semua membutuhkan waktu dan proses yang lama, paling

tidak hasil atau manfaat itu baru dapat dilihat setelah dilakukan kampanye iklan

secara terus menerus dan berkelanjutan.

R. Media Periklanan

Lee dan Johnson (2004: 241-277) membagi media yang secara umum digunakan dalam kegiatan periklanan sebagai berikut:

(56)

1. Media cetak

Setiap media dan sarana periklanan memiliki karakteristik dan keunggulan

yang unik. Oleh sebab itu para pengiklan selalu memilih media dan

sarana-sarana yang karakteristiknya paling sesuai dengan produk yang diiklankan,

dan yang akan memajukan citra produk. Banyak majalah mampu

mereproduksi iklan- iklan dengan tingkat ketajaman warna yang sempurna.

Kebutuhan akan reproduksi warna yang baik adalah jelas bagi jenis-jenis

periklanan produk tertentu seperti makanan dan make up. a. Periklanan Majalah

Periklanan majalah adalah informasi yang dibuat (diproduksi) dan

disampaikan kepada khalayak sasaran (pembaca) melalui tulisan (cetakan)

dan seringkali disertai gambar sehingga dapat dilihat dan dibaca. Informasi

itu (yang umum maupun yang komersial) hanya akan sampai pada

khalayak sasaran atau target audience bila sasaran melihat atau membacanya (Madjadikara, 2004:11).

Dalam beberapa dekade terakhir, majalah merupakan satu media yang

tumbuh pesat untuk melayani kebutuhan dan kepentingan pendidikan,

informasi, serta hiburan dari banyak pembaca dalam pasar konsumen

maupun bisnis. Keragaman majalah yang besar ini menjadikannya media

yang menarik bagi banyak pengiklan. Majalah umumnya dikategorikan

(57)

1) Majalah Konsumen

Para pengiklan tidak memilih majalah sebagai media sesering yang

mereka lakukan dengan produk berdaya tarik massal pada umumnya.

Walaupun demikian, majalah sangat baik untuk menjangkau segmen

konsumen tertentu (kelompok sasaran). Sebagai contoh, terdapat

publikasi-publikasi bagi kaum wanita yang senang mendekorasi,

berkebun, memasak, dan menjahit. Terdapat pula majalah- majalah

tentang perkawinan, perjalanan, kebugaran, busana, karier, dan

kesehatan. Ada juga yang sedikit-sedikit mencoba mencakup

kesemuanya (majalah- majalah minat umum). Majalah juga semakin

baik menjangkau pasar-pasar target dalam wilayah-wilayah geografis.

2) Majalah Bisnis

Majalah bisnis lebih diarahkan kepada para pembaca bisnis. Terdapat

beberapa tipe majalah bisnis:

a) Majalah industri, diarahkan kepada para pelaku manufaktur.

b) Majalah perdagangan, diarahkan kepada para perantara.

c) Majalah profesional, diarahkan kepada sebuah profesi spesifik.

3) Majalah Pertanian

Kategori majalah ini adalah publikasi-publikasi pertanian, diarahkan

kepada para petani dan keluarga-keluarga mereka atau kepada

perusahaan-perusahaan yang memproduksi atau menjual peralatan,

pasokan, dan jasa pertanian. Sebagian pengiklan kurang menganggap

(58)

publikasi pertanian sebagai sebuah media periklanan, mereka mungkin

tidak menggunakannya dengan baik.

4) Majalah Komputer atau Internet

Kategori majalah baru ini ditargetkan kepada para pengguna komputer

dan internet. Majalah ini berisi informasi- informasi umum tentang

topik-topik komputer atau internet, termasuk perangkat lunak terbaru.

5) Majalah Online

Para penerbit cetak pada mulanya merasa ragu untuk meluncurkan

versi online majalah mereka, takut kalau itu akan “menganibal properti-properti cetak mereka”. Namun kelebihan utama dari majalah

online berupa loyalitas pembaca. Selain itu pena rgetan khusus juga dimungkinkan. Kebanyakan majalah online mempromosikan publikasi cetak perusahaan, menyediakan informasi umum dan cara

berlangganan dari publikasi cetak terkait.

Majalah memiliki sejumlah karakteristik dan kualitas yang menjadikannya

menarik sebagai sebuah media periklanan:

1) Kemampuan untuk menuju khalayak-khalayak spesifik adalah ciri

yang paling membedakan periklanan majalah dari media periklanan.

2) Majalah dicatat atas usia panjangnya dan keterlibatan pembaca yang

tinggi. Kebanyakan pembaca menghabiskan beberapa hari untuk

membaca majalah baru, kemudian menyimpannya untuk jangka waktu

lama. Para pelanggan majalah (pembaca primer) sering kali

(59)

sekunder atau pinjaman), semakin menambah guna/manfaat bagi

pembaca-pembaca lain dari sebuah majalah.

3) Iklan- iklan majalah memiliki kualitas cetak dan warna yang baik.

4) Majalah menawarkan format-format luwes yang memungkinkan

ukuran- ukuran iklan berbeda, demikian pula dengan sisipan-sisipan

dan sampel aroma. Perusahaan-perusahaan parfum sering kali

menambahkan sampel aroma pada iklan- iklan mereka sehingga

penerima dapat benar-benar membaui produknya.

5) Terkadang satu pengiklan menggunakan sisipan majalah. Pengiklan

mencetak iklannya pada kertas khus us berkualitas tinggi dan

mengirimkan iklan jadinya ke penerbit untuk disisipkan ke dalam

majalah dengan harga khusus.

Meskipun demikian, media ini dibatasi oleh faktor-faktor tertentu.

Kekurangan terjelasnya adalah biaya yang tinggi, waktu tampilan (lead time) yang lama, kepadatan, dan persaingan:

1) Periklanan dalam majalah- majalah bertiras bisa sangat mahal. Meski

demikian, harga ruang iklan dalam publikasi-publikasi yang lebih

khusus yang bertiras lebih kecil akan lebih sedikit.

2) Iklan- iklan majalah harus diserahkan jauh sebelum waktu publikasi,

biasanya 30 hingga 90 hari.

3) Majalah- majalah biasanya mengukur kesuksesan mereka dalam

lingkup jumlah halaman iklan yang mereka tarik. Dengan demikian,

(60)

b. Periklanan Koran

Koran tetap menjadi sebuah media periklanan yang penting bagi para

pengiklan lokal, dan khususnya bagi para pengecer yang mengandalkan

periklanan koran dalam jumlah besar. Karena koran memungkinkan

komunikasi segera, para pengecer menggunakan media ini untuk

mengumumkan penjualan dan menawarkan kupon-kupon diskon. Banyak

orang membeli koran khusus demi kupon-kupon potongan dan informasi

penjualan.

Klasifikasi-klasifikasi atau tipe-tipe koran: harian, mingguan, nasional,

khalayak khusus, dan pennysaver (publikasi-publikasi lokal dengan format koran dan isi non-iklan yang mininmal, terutama didanai oleh iklan dan

dikirimkan secara gratis ke seluruh alamat dalam satu wilayah geografis).

Koran biasanya tersedia dalam dua ukuran. Pertama koran sebagai tabloid,

berukuran panjang 14 inci dan lebar 11 inci. Ukuran standar atau lembaran

besar, berukuran panjang 22 inci dan lebar 13 inci, serta dibagi menjadi 6

kolom.

Kelebihan koran:

1) Koran memberikan cakupan lengkap dan tidak dibatasi pada

kelompok-kelompok sosioekonomi atau demografis tertentu. Hampir

setiap orang membaca koran.

2) Periklanan koran dapat dilakukan dengan cepat. Waktu tampilan yang

singkat (waktu di antara pemesanan sebuah iklan dan pemunculannya)

Gambar

Tabel 2.1 Efek Komunikasi pada Berbagai Tahap Respon
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 3.1 Kurva Kriteria Pengujian Satu Sisi
Tabel 5.1a
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode kerja kelompok yaitu dimana siswa dikelompokan dengan cara sesuai kebutuhan. Berdasarkan jumlah siswa ada kelompok yang berjumlah 4, 5, atau 6 siswa.

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA KONTEKS PENCEMARAN AIR SUNGAI AKIBAT LIMBAH PEMUKIMAN.. Universitas Pendidikan Indonesia |

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi globalisasi dan westernisasi? 3. Apa saja solusi dari dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi dan westernisasi?.. Pengertian Globalisasi

Kedua, berdasarkan lama pemakaian dapat diketahui bahwa responden yang mengalami amenorhea sekunder lebih banyak terjadi pada responden yang menggunakan KB suntik

Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa pada KAM tinggi dan rendah, terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat

Mayoritas dosen memiliki kesiapan terhadap IPE dalam kategori baik (94,5%). Gambaran kesiapan dosen terhadap IPE berdasarkan jurusan menunjukkan bahwa kesiapan dosen

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap workload dan workpace pada karyawan Kantor Cabang Perusahaan “X”, didapatkan hasil karyawan condong ke arah

Dalam penelitian ini diketahui bahwa helai daun terpanjang ditemukan pada populasi Ipomoea pes- caprae dari Pantai Teluk Pacitan yang hampir sama panjang dengan populasi dari