• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPA materi pembentukan tanah dengan metode penemuan terbimbing pada siswa kelas V semester 2 SDK Totogan tahun pelajaran 2011/2012 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan minat dan prestasi belajar IPA materi pembentukan tanah dengan metode penemuan terbimbing pada siswa kelas V semester 2 SDK Totogan tahun pelajaran 2011/2012 - USD Repository"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA

MATERI PEMBENTUKAN TANAH DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SDK TOTOGAN

TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

YOHANES BABTISTA IBNU PRANOWO 081134102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA

MATERI PEMBENTUKAN TANAH DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SDK TOTOGAN

TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

YOHANES BABTISTA IBNU PRANOWO 081134102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan Anugerah-Nya

selama hidupku.

Kedua orang tua ku Bpk. Sukarmin dan Ibu Siti Indarsih yang

senantiasa memberikan dukungan moral dan materiil kepadaku

serta do’a yang tak pernah putus untukku demi kesuksesan dan

kelancaran hidupku.

Adikku yang selalu membantuku dan sebagai penyemangat

hidupku.

Elisa Setyaningtyas yang telah mendampingiku, memberiku

semangat, doa serta dukungan kepadaku sehingga aku mampu

menjalani semua ini

Teman-teman ku yang selalu menjadi tempat curahan hati dan

(6)

v

MOTTO

Jadilah dirimu sendiri dan banggalah

dengan HASILKARYA SENDIRI

.

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah

pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab

Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu

dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia

akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat

menanggungnya. (1 korintus 10: 13)

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya yang saya tulis tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan pada daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Desember 2012

Penulis

Yohanes Babtista Ibnu Pranowo

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Yohanes Babtista Ibnu Pranowo

NIM : 081134102

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang

berjudul:

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI

PEMBENTUKAN TANAH DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SDK TOTOGAN TAHUN

PELAJARAN 2011/ 2012

Dengan demikian saya memberitahukan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola

dalam bentuk pangkalan data mendistribusikan secara terbatas dan

mempublikasikan ke dalam internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa meminta ijin dari saya, atau memberikan royalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat

dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 17 Desember 2012

Yang menyatakan

Yohanes Babtista Ibnu Pranowo

(9)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA

MATERI PEMBENTUKAN TANAH DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SDK TOTOGAN

TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012 Yohanes Babtista Ibnu Pranowo

Universitas Sanata Dharma 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat dan prestasi belajar ipa materi pembentukan tanah dengan metode penemuan terbimbing pada siswa kelas V semester 2 SDK Totogan tahun pelajaran 2011/ 2012, yang ditandai dengan peningkatan rata-rata minat siswa, peningkatan nilai rata-rata siswa dan presentase siswa yang mencapai KKM. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK).

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Totogan, Sleman pada tahun pelajaran 2011/ 2012. Dengan jumlah 22 siswa, 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2012. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yang terdiri dari dua kali pertemuan, dengan masing-masing pertemuan adalah 2 x 35 menit (2 jam pelajaran). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan, wawancara, dan tes

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) metode penemuan terbimbing pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas V SDK Totogan tahun pelajaran 2011/ 2012. Kondisi awal minat siswa menunjukkan bahwa nilai rata-rata minat siswa (dalam skala 1-20) adalah 10,409. Pada siklus I nilai rata-rata minat siswa adalah 14,136, sedangkan pada siklus II persentase nilai rata-rata minat siswa meningkat menjadi 16,14. (2) metode penemuan terbimbing pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDK Totogan tahun pelajaran 2011/ 2012. Kondisi awal prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa 29,63% (8 siswa) dari jumlah siswa telah tercapai KKM (70). Pada siklus I, sebanyak 68,18% (15 siswa) mencapai KKM (70) dengan nilai rata-rata 70,03, sedangkan pada siklus II sebanyak 95,45% (21 siswa) mencapai KKM (70) dengan nilai rata-rata 81,19.

(10)

ix ABSTRACT

INCREASED INTEREST AND LEARNING ACHIEVEMENT OF NATURAL SCIENCE IN SOIL FORMATION TOPIC WITH GUIDED DISCOVERY METHOD FOR FIFTH GRADUATED 2NDSEMESTER OF SDK TOTOGAN

2011/ 2012

Yohanes Babtista Ibnu Pranowo Sanata Dharma University

2012

The research aims to know the increased interest and learning achievement of natural science in soil formation topic with guided discovery method for fifth graduated 2nd semester of SDK Totogan 2011/ 2012, which is indicated by the increase of students interest average, students score average, and percentage of students that reach (KKM). This research was an Classroom Action Research (CAR).

The subjects of this study were fifth grade elementary school students SDK Totogan 2011/2012. The number of students was 22, 10 male students and 12 female students. The objectives of the research were interest and student achievement in science studies with the topic on soil formation. The research was conducted in may 2012. The research was conducted in two cycles. Each cycle consisted of two meetings, each meeting was 2 x 35 minutes (2 hour lessons). Instruments used in this research were observation, interview, dan tests.

The results of this research are: (1) guided discovery method in natural science on soil formation topic increase student interest in the fifth grade SDK Totogan 2011/2012. The initial condition indicated the average value of student interest (on a scale of 1-20) was 10,409. First cycle the student interest was 14,136 wich was included in high interest criteria. In the second cycle the average percentage of the student interest increased to 16,14. (2) Guided discovery method in natural science on soil formation topic increase student achievement in the fifth grade SDK Totogan 2011/2012. The initial condition of student achievement showed that 29,63% (8 students) reached KKM (70). In first cycle much as 68,18% (15 students) achieved KKM (70) with an average value of 70,03. In second cycle much as 95,45% (21 students) achieved KKM (70) with an average value of 81,19.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

tindakan kelas ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar dalam Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar.

Penulis menyadari betul, bahwa penulisan sikripsi ini tidak dapat selesai

jika tidak ada bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ. S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program

Studi PGSD Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. Puji Purnomo M.Si., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah

memberikan arahan, dorongan, semangat, serta sumbangan pemikiran

yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. J. Sumedi, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

memberikan bantuan ide, saran, masukan, kritik, serta bimbingannya yang

sangat berguna selama penelitian ini.

5. Ibu C. Tri Utami, selaku Kepala Sekolah SDK Totogan, Sleman yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas V SD

Kanisius Totogan, Sleman.

6. Ibu Katarina Sri Murwani, selaku Guru Kelas V SDK Totogan, Sleman

yang telah memberikan waktu, bantuan, dan masukan-masukan yang

bermanfaat bagi penulis.

7. Bapak Ibu guru serta karyawan atau karyawati SDK Totogan yang telah

memberikan bantuan sehingga proses penelitian menjadi lancar.

8. Siswa-siswi kelas V SDK Totogan, Sleman yang telah bersedia menjadi

(12)

xi

9. Ayah, Ibu, dan Adikku yang tercinta yang telah memberikan doa,

semangat dan kasaih sayang sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

10. Elisa Setyaningtyas yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan

selalu menghibur sehingga penulis selalu bersemangat untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman kelompok PPL Rista, Ambar, yang telah memberikan

bantuan, semangat, dan dorongan untuk menyelesaikan penelitian ini.

12. Teman-teman angkatan 2008 kelas VIII A Niko, Alex, Wisnu, Vetri,

Dimas, Vektor, Dwi, Budi, dll terimakasih atas dukungan yang diberikan.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis dengan rendah hati bersedia menerima

sumbangan baik pemikiran, kritik maupun saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan

peneliti lain.

Yogyakarta, 17 Desember 2012

Penulis

Yohanes Babtista Ibnu Pranowo

(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Pemecahan Masalah ... 4

E. Batasan Pengertian ... 4

F. Tujuan Penelitian... 4

G. Manfaat Penelitian ... 5

(14)

xiii

A. Minat Belajar... 6

B. Prestasi Belajar ... 10

C. Metode Penemuan Terbimbing ... 12

D. Ilmu Pengetahuan Alam ... 17

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 22

F. Kerangka Berpikir ... 24

G. Hipotesis Tindakan... 25

BAB III. METODE PENELITIAN... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Setting Penelitian ... 27

C. Rencana Tindakan ... 28

D. Instrumen Penelitian... 33

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 38

F. Teknik Pengumpulan Data ... 43

G. Analisis Data ... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil Penelitian ... 49

1. Proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 49

2. Hasil Minat Siswa... 60

3. Prestasi Belajar Siswa... 64

B. Pembahasan ... 68

1. Minat Siswa ... 68

2. Prestasi belajar ... 72

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 77

(15)

xiv

B. Saran ... 79

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jadwal Penelitian... 28

Tabel 2. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 33

Tabel 3: Rubrik Pengamatan Minat... 34

Tabel 4: Indikator Aspek Afektif ... 36

Tabel 5: Indikator Aspek Psikomotorik ... 36

Tabel 6: Panduan Wawancara Siswa... 37

Tabel 7: Panduan Wawancara Guru... 37

Tabel 8: Rincian Pemberian Skor... 38

Tabel 9: Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran... 40

Tabel 10 : Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 40

Tabel 11: Kisi-Kisi Uji Coba Soal Siklus 1 ... 41

Tabel 12: Kisi-Kisi Uji Coba Soal Siklus 2 ... 42

Tabel 13: Koefisien Reliabilitas ... 43

Tabel 14: Kriteria Keberhasilan Minat Siswa ... 45

Tabel 15: Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar ... 45

Tabel 16: Hasil Uji Normalitas Minat Kondisi awal dengan siklus I ... 61

Tabel 17: Hasil Uji Normalitas Minat Siklus I dengan Siklus II ... 62

Tabel 18: Hasil Uji t Minat Kondisi Awal dengan Siklus I ... 62

Tabel 19: Hasil Uji t Minat Siklus I dengan Siklus II ... 63

Tabel 20: Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa... 66

Tabel 21: Hasil Uji t satu Sampel Hasil Belajar Siswa ... 67

(17)

xvi

Tabel 23: Hasil Peningkatan Minat Belajar Siswa... 71

Tabel 24: Rangkuman Hasil Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 72

Tabel 25: Kriteria Minat Belajar siswa ... 72

Tabel 26: Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II... 75

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan Penelitian Model Kemmis & Mc Taggart ... 26

Gambar 2. Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 61

Gambar 3. Peningkatan Rata-rata Nilai Kelas ... 65

Gambar 4. Pencapaian KKM Kondisi Awal ... 65

Gambar 5. Pencapaian KKM Siklus I ... 65

Gambar 6. Peningkatan Pencapaian KKM Siklus II ... 66

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Prestasi Kondisi Awal ... 82

Lampiran 2. Silabus... 83

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 86

Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 102

Lampiran 5. Bahan Ajar ... 113

Lampiran 6. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus... 119

Lampiran 7. Soal Evaluasi ... 121

Lampiran 8. Validitas Soal Evaluasi ... 130

Lampiran 9. Reliabilitas Soal Evaluasi ... 133

Lampiran 10. Taraf Kesukaran Soal Evaluasi ... 143

Lampiran 11. Instrumen dan Pedoman Penilaiam ... 146

Lampiran 12. Instrumen Validasi Desain Pembelajaran ... 148

Lampiran 13. Catatan Lapangan ... 154

Lampiran 14. Data Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 164

Lampiran 15. Data Hasil Belajar Siswa ... 165

Lampiran 16. Contoh Hasil Kerja Siswa ... 167

Lampiran 17. Surat Ijin Penelitian ... 177

Lampiran 18. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian Di SD ... 178

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar

mengajar, karena guru sebagai orang terdepan dalam pendidikan. Guru

adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru

merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar (Aqib, 2002: 22).

Peran startegis guru dalam proses pembelajaran ini memiliki dampak pada

kompetensi yang akan dicapai siswa baik itu pengetahuan, sikap, dan

keterampilan. Kompetensi siswa akan berkembang secara optimal

tergantung bagaimana guru mampu memposisikan diri serta kedudukan

siswanya di dalam pembelajaran. Posisi guru yang dimaksud adalah Sebagai

sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan

evaluator (Wina Sanjaya, 2006: 19).

Guru setelah memahami posisinya diharapkan mampu

menciptakan suatu pembelajaran yang dapat membangkitkan minat siswa

dalam mengikuti pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA, karena IPA

adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam

(Iskandar, 2001: 2), sehingga perlu kajian secara sistematis dan mendalam

agar hasil belajar atau prestasi belajar siswa juga meningkat. Pembelajaran

IPA jika didominasi dengan metode ceramah dan tanpa mempergunakan

(21)

membayangkan suatu peristiwa yang dijelaskan oleh guru yang terkadang

penjelasan tersebut sulit untuk dibayangkan dan memerlukan benda yang

nyata untuk dilihat siswa, apabila demikian akhirnya membuat minat anak

tehadap mata pelajaran tersebut rendah dan hasilnya prestasi belajar anak

juga menurun.

Mata pelajaran IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2006: 70).

Mata pelajaran IPA merupakan pelajaran yang menyajikan materi dalam

bentuk proses, produk dan sikap, dan ini akan sulit dipahami oleh siswa jika

guru hanya mengajarkan konsep-konsep saja, hal ini terbukti dari pendapat

rata-rata siswa, menganggap pelajaran IPA sulit, yang berakibat pada

penurunannya prestasi siswa pada mata pelajaran tersebut.

Berdasarkan wawancara dan observasi dengan guru kelas V SD

Kanisius Totogan dalam mata pelajaran IPA bahwa metode pembelajaran

yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah ceramah diselingi tanya

jawab serta pemberian tugas. Hasil observasi didalam kelas saat pelajaran

berlangsung kebanyakan siswa tidak memperhatikan guru dan hanya diam

saja mendengarkan ceramah guru tanpa ada rasa ketertarikan dan semangat

untuk belajar, dari hasil wawancara dengan siswa sebagian besar siswa

merasa bosan dengan cara mengajar guru. Hasilnya siswa kurang paham

(22)

belajar siswa kelas V SD Kanisius Totogan tahun 2010/2011 pada mata

pelajaran IPA materi Pembentukan Tanah 70,37 % siswa tidak lulus dari

KKM yang ditentukan yaitu 70.

Melihat fakta tersebut peneliti akan memperbaikinya dengan

menggunakan metode penemuan terbimbing. Metode penemuan terbimbing

dipilih karena mampu mengajak siswa untuk bereksperimen dengan obyek

secara langsung sehingga mereka mampu menemukan pengetahuan mereka

sendiri dengan bimbingan dari guru, oleh karena itu peneliti berharap siswa

akan lebih tertarik pada materi pembentukan tanah dan dapat meningkatkan

minat dan prestasi belajarnya.

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Bumi dan alam semesta dalam mata pelajaran IPA cukup luas cakupannya,

maka dari itu penelitian ini dibatasi pada kompetensi dasar

mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan.

2. Tindakan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pembelajaran

menggunakan metode penemuan terbimbing.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan metode penemuan terbimbing dalam upaya

meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD

(23)

2. Apakah penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan

minat dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD Kanisius

Totogan?

D. Pemecahan Masalah

Masalah rendahnya minat belajar dan prestasi belajar IPA materi

pembentukan tanah pada siswa kelas V SD Kanisius Totogan Tahun Pelajaran

2011/ 2012 akan diatasi dengan menggunakan metode penemuan terbimbing.

E. Batasan Pengertian

Berikut ini merupakan batas pengertian yang peneliti ambil yaitu

sebagai berikut:

1. Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin Syah, 2008: 151).

2. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari

aktifitas dalam belajar, Djamara dalam Purnomo (2008: 370).

3. Metode penemuan terbimbing sebagai metode belajar-mengajar yang

memberikan peluang diperhatikannya proses dan hasil kegiatan belajar

siswa (Moedjiono, 1993: 87).

F. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. untuk mengetahui bagaimana penerapan metode penemuan terbimbing

dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA pada siswa

(24)

2. untuk mengetahui apakah penerapan metode penemuan terbimbing

dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V

SD Kanisius Totogan.

G. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di SD Kanisius Totogan ini menurut

peneliti memiliki beberapa manfaat, yaitu :

1. Bagi siswa

Dengan penelitian ini diharapkan minat dan prestasi belajar siswa

meningkat.

2. Bagi guru

Jika hasil penelitian ini dirasakan dapat membantu proses

pembelajaran menjadi lebih baik, maka diharapkan dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan guru agar dapat menerapkan metode

penemuan terbimbing sebagai usaha memperbaiki dan

menyempurnakan proses pembelajaran.

3. Bagi lembaga (sekolah)

Apabila penelitian ini membantu dalam proses kegiatan belajar

mengajar yang lebih baik, sekolah disarankan untuk lebih

menfasilitasi guru agar lebih kreatif sehingga mutu pendidikan

(25)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Minat

1. Pengertian minat

Muhibbin Syah (2008: 151) mendefinisikan minat (interest)

berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang

besar terhadap sesuatu. Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh

orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil

belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.

Ahmadi (1991: 79) menyebutkan bahwa, tidak adanya minat

seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar.

Winkel (1984: 158), minat merupakan kecenderungan yang

menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal

tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.

Slameto (2003: 180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara

diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat

hubungan tersebut, semakin besar minatnya.

2. Ciri-ciri minat

Hurlock (1995:117), menyatakan ciri-ciri minat antara lain

sebagai berikut:

(26)

Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan

mental. Pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan

dicapai, minat menjadi lebih stabil. Dengan demikian

perkembangan fisik dan mental seorang siswa akan tumbuh

bersamaan dengan minat siswa tersebut.

b. Minat bergantung pada kesiapan belajar

Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap

secara fisik dan mental. Sebagai contoh mereka tidak dapat

mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk permainan bola

sampai mereka memiliki kekuatan dan koordinasi otot yang

diperlukan untuk permainan bola tersebut.

c. Minat bergantung pada kesempatan belajar

Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat,

baik anak-anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari

lingkungan anak, karena lingkungan anak kecil sebagian besar

terbatas pada rumah. Minat mereka “tumbuh dari rumah.” Dengan

bertambah luasnya lingkup sosial, mereka menjadi tertarik pada

minat orang di luar rumah yang mulai mereka kenal.

d. Perkembangan minat mungkin terbatas

Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang

terbatas membatasi minat anak. Anak yang cacat fisik misalnya,

tidak mungkin memiliki minat yang sama pada olahraga seperti

(27)

e. Minat dipengaruhi pengaruh budaya

Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang

dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok

budaya mereka dianggap minat yang sesuai dan mereka tidak diberi

kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi

mereka oleh kelompok budaya mereka.

f. Minat berbobot emosional

Bobot emosional-aspek afektif dari minat menentukan

kekuatannya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan

melemahkan minat, dan bobot emosional yang menyenangkan

memperkuatnya

g. Minat itu egosentris

Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris, misalnya minat

anak laki-laki pada matematika, sering berlandaskan keyakinan

bahwa kepandaian itu bidang matematika di sekolah akan

merupakan langkah penting menuju kedudukan yang

menguntungkan dan bergengsi di dunia usaha.

3. Cara mengukur minat

Minat siswa dapat diukur menggunakan penilaian non-tes.

Masidjo (1995: 59) mengemukakan bahwa non-tes merupakan

rangkaian pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab secara

sengaja dalam situasi yang kurang distandarisasikan, dimana yang

(28)

dapat diamati secara konkret dari individu atau kelompok. Penilaian

non-tes dapat berupa pengamatan (observasi), catatan anekdot, daftar

cek, skala nilai, angket, dan wawancara.

Selain pengamatan (observasi), minat siswa dapat dilihat dengan

menggunakan wawancara. Masidjo (1995: 72) menyatakan bahwa

wawancara merupakan suatu proses tanya jawab sepihak antara

pewawancara dengan yang diwawancarai, yang dilaksanakan sambil

bertatap muka, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan

maksud memperoleh jawaban dari wawancara. Wawancara tentang

kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan kepada guru dan sebagian

siswa setelah pelajaran selesai pada setiap akhir siklus.

4. Indikator minat belajar

Safari (2003: 60), ada beberapa indikator minat belajar yaitu

sebagai berikut :

a. Perasaan senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap

pelajaran ekonomi misalnya, maka ia harus terus mempelajari ilmu

yang berhubungan dengan ekonomi. Sama sekali tidak ada

perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.

b. Ketertarikan siswa

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong siswa untuk

(29)

berupa pengalaman efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu

sendiri.

c. Perhatian siswa

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa terhadap

pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain

dari pada itu. Siswa yang memiliki minat pada objek tertentu, maka

dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut.

d. Keterlibatan siswa

Ketertarikan seseorang akan sesuatu obyek yang mengakibatkan

orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau

mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian belajar

Belajar menurut Syah (2008: 59) merupakan key term, (istilah

kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga

tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.

Skinner dalam Syah (2008: 64) mendefinisikan belajar adalah

suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlaku secara

progresif. Proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang

optimal apabila apabila ia diberi penguatan(reinforcer).

Chaplin dalam Syah (2008: 64) merumusankan belajar dibagi

menjadi dua, rumusan pertama berbunyi: belajar adalah perolehan

(30)

dan pengalaman. Rumusan kedua mengatakan: belajar ialah proses

memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.

Sependapat dengan definisi belajar diatas, Syah (2008: 64)

mengutarakan pengertian belajar sebagai tahapan perubahan seluruh

tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman

dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

2. Pengertian prestasi belajar

Djamara dalam Purnomo (2008: 370) menyebutkan, prestasi

belajar berasal dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah

hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara

individu maupun kelompok. Belajar adalah suatu aktifitas yang

dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan

yang telah dipelajari. Dari uraian tersebut dapat dibuat pengertian

bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan

yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari

aktifitas dalam belajar.

Winkel (1984: 64), prestasi adalah bukti usaha yang dapat

dicapai. Untuk mengetahui hasil dari usaha dalam pembelajaran perlu

diukur secara langsung dengan menggunakan tes atau evaluasi, untuk

mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.

Mulyono dalam Purnomo (2008: 381), prestasi belajar adalah

(31)

kemampuan menguasai pelajaran yang diberikan oleh guru, yang

selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar atau tes prestasi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Secara global (Syah, 2008: 137-138), faktor-faktor yang

mempengaruhi Prestasi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga

macam, yakni:

a. faktor internal, yakni keadaan kondisi jasmani di tandai dengan

kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dan rohani

(psikologis) siswa baik itu tingkat kecerdasan/ intelegensi, sikap

siswa, bakat siswa, minat siswa, motivasi siswa.

b. faktor eksternal, yakni kondisi di lingkungan sekitar siswa baik

itu lingkungan sosial (lingkungan sekolah, masyarakat dan

keluarga) maupun non sosial (gedung sekolah rumah, cuaca,

dll).

c. faktor pendekatan pembelajaran, yakni jenis upaya belajar siswa

yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

C. Metode Penemuan Terbimbing 1. Metode penemuan

Sund dalam Roestiyah (2001: 20) menyatakan penemuan adalah

proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep

atau prinsip. yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara

(32)

membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan

sebagainya. dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau

mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan

memberikan instruksi.

Gilstrap dalam Moedjiono (1993: 86) menyatakan istilah metode

penemuan didefinisikan sebagai suatu prosedur yang menekankan

belajar secara individual, manipulasi objek atau pengaturan atau

pengkondisian objek, dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum

generalisasi atau penarikan kesimpulan dibuat. Metode ini

membutuhkan penundaan penjelasan tentang temuan-temuan penting

sampai siswa menyadari sebuah konsep.

Gage & Berliner dalam Moedjiono (1993: 86) mengutarakan

bahwa dalam metode penemuan, para siswa memerlukan penemuan

konsep, prinsip dan pemecahan masalah untuk menjadi miliknya lebih

daripada sekedar menerimanya atau pendapatnya dari seseorang guru

atau sebuah buku. Dari penjelasan yang dikemukakan oleh Gage &

Berliner tentang metode penemuan, dapat ditandai adanya keaktifan

siswa dalam memperoleh keterampilan intelektual, sikap, dan

keterampilan psikomotorik.

Gilstrap dalam Moedjiono (1993: 86) menyatakan metode

penemuan merupakan komponen dari suatu bagian praktek pendidikan

yang seringkali diterjemahkan sebagai mengajarheuristik, yakni suatu

(33)

meningkatkan rentangan keaktifan siswa yang lebih besar, berorientasi

pada proses, mengarahkan diri sendiri, mencari sendiri, dan refleksi

yang sering muncul sebagai kegiatan belajar. Gage dan Berliner dalam

Moedjiono (1993: 88) mengemukakan bahwa: “metode penemuan

dapat digunakan secara individual atau kelompok”.

2. Metode penemuan terbimbing

Moedjiono (1993: 87) menyatakan metode penemuan

terbimbing sebagai metode belajar-mengajar yang memberikan

peluang diperhatikannya proses dan hasil kegiatan belajar siswa,

digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar dengan tujuan:

a. meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh

dan memproses perolehan belajar.

b. mengarahkan para siswa sebagai pelajar seumur hidup.

c. mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya

sumber informasi yang diperlukan oleh para siswa.

d. melatih para siswa mengeksplorasi atau memanfaatkan

lingkungannya sebagai sumber informasi yang tidak akan pernah

tuntas digali.

3. Keunggulan metode penemuan terbimbing

Marzano dalam Widdiharto (2004: 6) mengemukakan kelebihan

dari metode penemuan terbimbing adalah sebagai berikut:

(34)

b. menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry

(mencari-temukan).

c. mendukung kemampuanproblem solvingsiswa.

d. memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan

guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan

bahasa Indonesia yang baik dan benar.

e. materi yang disajikan dapat mencapai tingkat kemampuan yang lebih

tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses

menemukannya.

4. Kelemahan metode penemuan terbimbing

Kelemahanteknik penemuan seperti yang diutarakan Widdiharto

(2004: 6) sebagai berikut:

a. untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.

b. tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini, di

lapangan beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti

dengan model ceramah.

c. tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. umumnya

topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan

dengan metode penemuan terbimbing.

5. Langkah-langkah Metode Penemuan Terbimbing

Berdasarkan langkah-langkah pemakaian metode penemuan

(35)

memberikan langkah-langkah pemakaian metode penemuan sebagai

berikut:

a. mengidentifikasi kebutuhan siswa.

b. pemilihan pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengetahuan, dan

generalisasi yang akan dipelajari.

c. pemilihan bahan dan masalah atau tugas-tugas yang akan

dipelajari.

d. membantu memperjelas mengenai tugas atau masalah yang akan

dipelajari dan peranan masing-masing siswa.

e. mempersiapkan tempat dan alat-alat untuk penemuan.

f. mengecek pemahaman siswa tentang masalah yang akan

dipecahkan dan tugas-tugasnya dalam pelaksanaan penemuan.

g. memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan

penemuan dengan melakukan kegiatan pengumpulan data dan

pengolahan data.

h. membantu siswa dengan informasi atau data yang diperlukan oleh

siswa untuk kelangsungan kerja mereka, bila siswa

menghendakinya.

i. membimbing para siswa menganalisis sendiri dengan pertanyaan

mengarahkan dan mengidentifikasi proses yang digunakan.

j. membesarkan hati dan memuji siswa yang ikut serta dalam proses

(36)

k. membantu siswa merumuskan kaidah, prinsip, ide, generalisasi,

atau konsep berdasarkan hasil penemuannya.

D. Ilmu Pengetahuan Alam 1. Hakikat IPA

Srini M. Iskandar (2001: 1) mengemukakan bahwa ilmu

pengetahuan alam adalah penyelidikan yang terorganisir untuk mencari

pola atau keteraturan dalam alam. Ilmu pengetahuan alam menawarkan

cara-cara untuk dapat memahami dan mempelajari kejadian-kejadian

yang ada di alam dan supaya dapat hidup di dalam alam. Ilmu

pengetahuan alam merupakan ilmu pengetahuan tentang kejadian bersifat

kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi,

eksperimen dan induksi (Iskandar, 2001: 17 ). Sri Sulistyorini (2007: 39)

menuliskan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengertian yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA

diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dari

sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Hakekat ilmu pengetahuan alam adalah sebagai produk, proses dan

sikap (Sulistyorini, 2007: 9-10).

(37)

Ilmu pengetahuan alam sebagai produk merupakan akumulasi

hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya telah

tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks.

Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak

anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar.

Alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan

tidak akan habis digunakan.

b. IPA sebagai proses

Proses di sini adalah proses mendapatkan IPA. Ilmu

pengetahuan alam disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah,

jadi yang dimaksud proses IPA adalah metode ilmiah. Sepuluh

keterampilan proses meliputi : (1) observasi; (2) klasifikasi; (3)

interpretasi; (4) prediksi; (5) hipotesis; (6) mengendalikan variable;

(7) merencanakan dan melaksanakan penelitian; (8) inferensi; (9)

aplikasi; (10) komunikasi.

c. IPA sebagai pemupukan sikap

Makna “sikap” pada pengajaran IPA dibatasi pengertiannya

pada “sikap ilmiah terhadap alam sekitar”. Ada sembilan aspek

sikap dari ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD atau

MI, yaitu : (1) sikap ingin tahu; (2) sikap ingin mendapatkan

sesuatu yang baru; (3) sikap kerja sama; (4) sikap tidak putus asa;

(5) sikap tidak berprasangka; (6) sikap mawas diri; (7) sikap

(38)

diri. Sikap ilmiah ini dapat dikembangkan ketika siswa melakukan

diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan di lapangan.

2. Pembelajaran IPA di SD

Sri Sulistyorini (2007: 40) mengemukakan tujuan pembelajaran

IPA SD yaitu:

a. memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME

berdasarkan keberadaaan, keindahan, dan keteraturan dan

ciptaannya.

b. mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d. mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara,

menjaga, melestarikan lingkungan alam.

f. meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

(39)

3. Kompetensi Dasar

Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran wajib untuk siswa

kelas 5. Penelitian ini mengambil standar kompetensi bumi dan alam

semesta yang diajarkan pada semester 2 khususnya pada kompetensi

dasar mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan

karena prestasi belajar siswa banyak yang dibawah KKM.

Tanah sangat penting, karena tanah mendukung kehidupan pada

manusia, hewan, dan tumbuhan. Tanah terbentuk dari batuan yang telah

lapuk dan hancur.

a. Batuan: menurut proses pembentukannya, batuan dapat

digolongkan atas tiga golongan, yaitu: batuan beku, batuan

sedimen, batuan metamorf (Indrianti, 2010: 172-175).

1) Batuan beku

Batuan beku terbentuk dari magma yang membeku.

Batuan yang sudah ada di alam ini dapat berubah akibat

pengaruh perubahan suhu dan pelapukan, yang termasuk

batuan beku, antara lain: batu granit, batu basal, batu

obsidian, dan batu apung.

2) Batuan sedimen atau batuan endapan

Batuan endapan atau batuan sedimen merupakan batuan

yang terjadi karena pelapukan dari batuan yang sudah ada.

(40)

konglomerat, batuan breksi, batu pasir, batu serpih, dan batu

kapur atau batu gamping.

3) Batuan metamorf atau batuan malihan

Batu marmer berasal dari batu kapur yang mengalami

perubahan bentuk. Perubahan bentuk batu marmer

disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain karena suhu dan

tekanan yang sangat tinggi, pengaruh air, dan perubahan

kimia yang terjadi di dalam kerak bumi. Batuan yang

mengalami perubahan bentuk disebut batuan metamorf.

Contoh batuan metamorf antara lain batu marmer (pualam),

batu tulis, batu sabak, batu kuarsa, dan batu genes

b. Pelapukan batuan: pelapukan batuan disebabkan oleh perubahan

suhu dan kegiatan alam lain. Macam-macam pelapukan ada tiga,

yaitu: pelapukan fisika, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologi.

1) Pelapukan fisika

Pelapukan fisika dapat disebabkan oleh perubahan

suhu. Suhu yang turun naik secara berulang-ulang akan

mengembangkan dan mengerutkan batuan yang ada.

Akibatnya batuan akan terkikis atau pecah berkeping-keping.

Pelapukan fisika juga dapat terjadi karena terpaan angin dan

hujan, serta tarikan gaya gravitasi. Hal ini dapat

mengakibatkan perubahan muka bumi yang disebabkan

(41)

2) Pelapukan kimiawi

Pelapukan kimiawi terjadi akibat adanya reaksi kimia

antara udara, air, dan mineral yang ada di dalam batuan.

Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada pegunungan

kapur (karst). Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air

dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2

(zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur

(CaCO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat

menimbulkan gejalakarst(Sulistyowati, 2009: 113).

3) Pelapukan biologi

Pelapukan biologis disebabkan oleh kegiatan makhluk

hidup, yaitu manusia, tumbuhan, dan hewan. Berbagai

kegiatan makhluk hidup dapat mempercepat terjadinya

pelapukan.

Contoh pelapukan biologi antaralain: akar tumbuhan

dapat menembus dan menghancurkan batuan, dalam waktu

lama akar tumbuhan itu akan melapukkan batuan. Manusia

juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan

pohon, pembangunan maupun penambangan (Maryanto,

2009: 146).

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Pada bagian ini peneliti mencoba untuk memaparkan hasil penelitian

(42)

1. Berdasarkan skripsi penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh

Kusuma Sanjai denga judul ”Penerapan Metode Guided Discovery

untuk Meningkatkan Minat Belajar IPA pada Siswa Kelas IVA SD

Negeri Sidomulyo Magelang Tahun Ajaran 2010/ 2011”, hasil

penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode penemuan

terbimbing dapat meningkatkan minat belajar IPA siswa kelas 4A

SDN Sidomulyo, Magelang. Data yang diperoleh adalah minat

belajar siswa pada pra siklus adalah 55%, kemudian pada siklus I

naik menjadi 66%, dan pada siklus II naik menjadi 78 %.

2. Berdasarkan skripsi yang disusun oleh Chotidjah Hidayati dengan

judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V SDN Ngawonggo

01 Kecamatan Tajinan melalui Model Pembelajaran Penemuan

Terbimbing”, dapat dipaparkan bahwa hasil penerapan model

penemuan terbimbing terjadi peningkatan hasil belajar yang dapat

dilihat pada Hasil belajar siswa pada Pra siklus nilai rata-rata adalah

55,68, dan pada siklus I nilai rata-rata naik menjadi 67,81, dan pada

siklus II nilai rata-rata naik menjadi 71,56.

Dilihat dari hasil penelitian yang pertama dengan satu variabel yaitu

minat belajar dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dan

hasilnya terjadi kenaikan pada setiap siklusnya, dan pada penelitian yang

kedua dengan satu variabel yaitu hasil belajar dengan menggunakan metode

penemuan terbimbing dan hasilnya terjadi kenaikan pada setiap siklusnya,

(43)

Mengacu pada keberhasilan kedua penelitian diatas dengan menggunakan

metode penemuan terbimbing, peneliti mencoba menggabungkan kedua

variabel diatas menjadi satu penelitian di tempat lain.

F. Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA identik dengan praktikum atau praktik langsung

dilapangan, dalam belajar IPA khususnya mengenai materi tentang

pembentukan tanah dapat diajarkan dengan menggunakan macam-macam

tipe pembelajaran sehingga siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan

adalah metode penemuan terbimbing. Metode penemuan terbimbing dapat

meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh informasi,

mengarahkan siswa untuk terus belajar sehingga ketergantungan terhadap

guru semakin berkurang.

Pembelajaran proses pembentukan tanan dengan metode penemuan

ini, siswa diajak untuk melakukan pengamatan batuan serta siswa dituntut

dapat mengidentifikasi ciri-ciri batuan yang mereka amati baik itu secara

individu maupun secara berkelompok (diskusi). Kegiatan percobaan juga

dilakukan siswa sebagai salah satu cara siswa menemukan sendiri

pengetahuan mereka mengenai pelapukan baik itu secara fisika, kimia serta

biologi, dengan demikian peneliti yakin, bahwa dengan menggunakan

metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan minat dan prestasi

(44)

G. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :

1. Penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan

minat belajar IPA materi pembentukan tanah pada siswa kelas V

semester 2 SDK Totokan tahun pelajaran 2011/ 2012.

2. Penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan

prestasi belajar IPA materi pembentukan tanah pada siswa kelas V

(45)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yaitu menggunakan jenis Penelitian Tindakan

Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama-sama.

Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang

dilakukan oleh siswa (Arikunto, 2007: 3).

Penelitian ini menggunakan model menurut Kemmis & Mc Taggart.

(Arikunto, 2007:16).

Gambar 1: Bagan Penelitian model Kemmis & Mc Taggart

Siklus 1

Siklus 2

1. Perencanaan, yaitu merupakan rancangan kegiatan dalam melakukan

suatu tindakan yang akan dilakukan pada setiap siklus. Perencanaan Perencanaan

Refleksi Observasi

Tindakan

Refleksi Observasi

Tindakan

(46)

yang matang perlu dilakukan setelah mengetahui masalah

pembelajaraan.

2. Tindakan, yaitu melakukan kegiatan yang telah direncanakan.

Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan (acting) dari

guru berupa solusi tindakan sebelumnya.

3. Observasi, yaitu merekam atau mengamati segala peristiwa dan

kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung dengan

atau tanpa alat bantu.

4. Refleksi, yaitu merenungkan secara intens apa yang telah terjadi dan

tidak terjadi, serta menjajaki alternatif-alternatif solusi yang perlu

dikaji, dipilih dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa yang

dikehendaki, sehingga dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi

dalam kelasnya.

B. SettingPenelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Totogan Desa

Madurejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman.

2. Subyek penelitian

Subyek penelitian ini adalah Siswa SD Kanisius Totogan Tahun

Pelajaran 2011/2012 kelas V yang berjumlah 22 siswa. Terdiri dari 10

siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

(47)

Obyek penelitian ini adalah peningkatan minat dan prestasi

belajar IPA materi pembentukan tanah.

4. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada semester genap

tahun pelajaran 2011/2012 yakni bulan Januari-Juli 2012.

Tabel 1: Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan

Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 Observasi pra

penelitian 2 Penyusunan

Proposal √ √ √

3 Permohonan ijin

penelitian √

4 Pengumpuln data √ √

5 Pengolahan data √ √

6 Penyusunan

laporan √ √

7 Ujian skripsi √

8 Revisi √

9 Pembuatan artikel √

C. Rencana Tindakan

Rencana penelitian menggunakan dua siklus, dimana setiap siklus

mencakup empat langkah, yaitu: 1. perencanaan (planning), 2. tindakan

(acting), 3. pengamatan (observing), 4. refleksi (reflecting). Keempat

langkah tersebut bersifat spiral dan dipandang sebagai satu siklus.

1. Persiapan

a. permintaan izin kepada Kepala Sekolah SDK Totogan

b. menyusun Silabis, RPP, LKS dan Bahan Ajar

(48)

d. menyusun rubrik penilaian tes dan non tes.

e. menyiapkan media pembelajaran yaitu LKS dan dan alat peraga.

f. melakukan wawancara dan pengamatan di kelas. Pengamatan di

kelas bertujuan untuk memberikan gambaran awal mengenai

aktivitas belajar siswa sedangkan wawancara dilakukan untuk

memperoleh informasi dari guru tentang hasil belajar siswa.

2. Rencana tindakan setiap siklus

Setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, maka dilakukan tindakan

kelas sebagai berikut:

a. Siklus I

1) Siklus I (2 pertemuan)

Siklus ini akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan,

dimana setiap pertemuan beralokasikan 2 jp (2 x 35

menit).

2) Perencanaan tindakan

Peneliti mempersiapkan silabus dan menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan membagi siswa

dalam kelompok.

3) Pelaksanaan tindakan I

a) menyampaikan kompetensi dasar dan indikator yang

akan dicapai dalam rencana kegiatan yang akan

(49)

b) membentuk kelompok kecil secara heterogen 5-6

siswa

c) mengemukakan problema yang akan dicari

jawabannya melalui kegiatan penemuan.

d) diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan

penemuan atau pemecahan problema yang telah

ditetapkan.

e) pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan

atau percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip

yang telah ditetapkan.

f) siswa melakukan analisis data hasil temuan.

g) memberi kesempatan siswa melaporkan hasil

penemuannya.

h) meminta siswa membuat rangkuman hasil-hasil

penemuannya.

i) mengadakan tes atau evaluasi pembelajaran (siklus I

pertemuan ke-2)

4) Observasi

a) mengobservasi minat belajar siswa dengan lembar

pengamatan yang telah tersedia pada siklus I

b) melaksanakan ulangan atau tes untuk mengukur

keberhasilan siswa pada siklus I

(50)

a) mengevaluasi apa yang dilakukan pada pelaksanaan

siklus 1, tentang apa yang berhasil, kendala, dan

hambatan yang dihadapi siswa.

b) membandingkan hasil ulangan atau tes dan observasi

yang sudah dicapai dengan indikator keberhasilan

yang telah ditetapkan.

c) merencanakan perbaikan berdasarkan hasil ulangan

atau tes dan observasi untuk dilakukan pada siklus ke

II

b. Siklus II

1) Siklus II (2 pertemuan)

Siklus ini akan dilaksanakan selama dua kali

pertemuan, dimana setiap pertemuan beralokasikan 2 jp

(2 x 35 menit).

2) Perencanaan tindakan

Peneliti mempersiapkan silabis dan menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan

melanjutkan pembelajaran pada siklus I, sehingga

pemahaman siswa lebih mendalam dan diakhiri dengan

ulangan atau tes di akhir siklus II.

(51)

a) menyampaikan kompetensi dasar dan indikator yang

akan dicapai dalam rencana kegiatan yang akan

dilaksanakan.

b) mengingatkan kembali tentang pembentukan tanah

yang sudah dipelajari

c) membentuk kelompok kecil secara heterogen 4-5

siswa

d) mengemukakan problema yang akan dicari

jawabannya melalui kegiatan penemuan.

e) diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan

penemuan atau pemecahan problema yang telah

ditetapkan.

f) pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan

atau percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip

yang telah ditetapkan.

g) siswa melakukan analisis data hasil temuan.

h) memberi kesempatan siswa melaporkan hasil

penemuannya.

i) meminta siswa membuat rangkuman hasil-hasil

penemuannya.

j) mengadakan tes atau evaluasi pembelajaran (siklus II

pertemuan ke-2)

(52)

a) mengobservasi minat belajar siswa dengan lembar

pengamatan yang telah tersedia pada siklus II

b) melaksanakan ulangan atau tes untuk mengukur

keberhasilan siswa pada siklus II

5) Refleksi

Refleksi yang dilakukan peneliti adalah:

a) mengevaluasi apa yang dilakukan pada pelaksanaan

siklus II, tentang apa yang berhasil, kendala, dan

hambatan yang dihadapi siswa.

b) membandingkan hasil ulangan atau tes dan observasi

yang sudah dicapai dengan indikator keberhasilan

yang telah ditetapkan untuk memutuskan apakah

siklus dilanjutkan atau tidak.

D. Instrumen Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian yang diambil, penelitian ini memiliki

dua peubah (variabel) yaitu minat dan prestasi belajar. Pengamatan minat

dilaksanakan saat pembelajaran dan akhir pembelajaran, sedangkan untuk

mengetahui prestasi siswa dilaksanakan dengan tes yang dilakukan setelah

pembelajaran.

Tabel 2: Pengumpulan Data dan Instrumen

No Peubah Indikator Data Pengumpulan Instrumen

(53)

belajar

Tes tertulis Lembar tes atau

ulangan siswa

1. Rubrik Pengamatan

Peneliti bersama kelompok mahasiswa yang melakukan

penelitian tindakan kelas yang sama mengenai minat, bersama-sama

merancang rubrik pengamatan minat berdasarkan indikator-indikator

minat. Rubrik pengamatan minat digunakan pada saat kegiatan

pembelajaran berlangsung untuk mengetahui apakah terjadi

peningkatan minat dari siklus I hingga siklus II.

Tabel 3: Rubrik Pengamatan Minat

No Indikator Deskriptor Tampak (√)

atau Tidak

b. Siswa tidak mengeluh ketika diberi tugas dari guru

(54)

buku pelajaran sebelum pelajaran dimulai

e. Siswa duduk dengan tenang siap untuk belajar

2. Perhatian siswa dalam belajar

a. Siswa aktif bertanya di dalam kelas

b. Siswa aktif menjawab pertanyaan

c. Siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama

d. Siswa tidak tertidur di dalam kelas.

e. Siswa tidak mengobrol atau tidak mengganggu teman lain ketika belajar.

3. Ketertarikan siswa pada materi dan guru

a. Siswa giat membaca buku pelajaran (sesuai mapel)

b. Siswa menanyakan kesulitan yang dialami kepada guru

c. Siswa membuat catatan mengenai materi yang disampaikan oleh guru d. Siswa mengerjakan

tugas dari guru

e. Siswa membawa buku atau sumber lain dalam belajar. b. Siswa mau membantu

teman lain yang mengalami kesulitan c. Siswa bekerja dalam

kelompok

d. Siswa maju ke depan mengerjakan tugas e. Siswa mengajukan diri

(55)

pertanyaan spontan dari guru.

Jumlah keseluruhan =

Keterangan : Pengamatan minat dilakukan untuk setiap siswa,

dengan cara memberi tanda (√) biladeskriptor tampak, dan pemberian

tanda (-) bila deskriptor tidak tampak pada perilaku siswa. Penilaian

indikator tergantung pada deskriptor yang tampak. Setiap deskriptor

bernilai 1, sehingga jumlah skor maksimal setiap indikator adalah 5.

Indikator prestasi belajar siswa yang berupa aspek afektif dan

psikomotorik yang disusun peneliti adalah sebagai berikut:

Tabel 4: Indikator Aspek Afektif

NO INDIKATOR

1 Teliti dalam melakukan pengamatan batuan

2 Jujur dalam melaporkan hasil pengamatan

3 Teliti dalam melakukan percobaan pelapukan batuan

4 Jujur dalam melaporkan hasil percobaan

5 Bekerjasama dalam memyimpulkan hasil diskusi

Tabel 5: Indikator Aspek Psikomotorik

NO INDIKATOR

1 Membuktikan dengan percobaan bahwa batuan mengalami pelapukan fisika

2 Membuktikan dengan percobaan bahwa batuan mengalami pelapukan kimia

3 Membuktikan dengan percobaan bahwa batuan mengalami pelapukan biologis

4 Membuktikan ciri-ciri batuan melalui proses pengamatan

2. Paduan wawancara

Pengumpulan data mengenai minat didukung menggunakan

(56)

yang diwawancarai ditentukan berdasarkan kriteria tingkat siswa yang

berniat, kurang berniat dan tidak berniat. Kegiatan wawancara

dilaksanakan di setiap akhir siklus I dan II. Adapun panduan

wawancara yaitu sebagai berikut :

Tabel 6: Panduan Wawancara Siswa

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah kamu merasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran IPA yang diajarkan menggunakan metode penemuan terbimbing? mengapa ? 2. Apakah perhatian kamu sudah berfokus

mengikuti kegiatan pembelajaran IPA yang diajarkan menggunakan metode penemuan terbimbing? mengapa ? 3. Apakah kamu berkemauan untuk

mengembangkan diri dalam mengikuti pelajaran IPA yang diajarkan menggunakan metode penemuan terbimbing? mengapa ?

4. Apakah kamu terlibat penuh dalam kegiatan pembelajaran IPA yang diajarkan menggunakan metode penemuan terbimbing? berilah contoh keterlibatan !

Tabel 7: Panduan Wawancara Guru

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah siswa merasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran IPA yang Ibu ajarkan menggunakan metode penemuan terbimbing? mengapa ?

2. Apakah perhatian siswa sudah berfokus mengikuti kegiatan pembelajaran IPA yang Ibu ajarkan menggunakan metode penemuan terbimbing? mengapa ?

(57)

menggunakan metode penemuan terbimbing? mengapa ?

4. Apakah siswa terlibat penuh dalam kegiatan pembelajaran IPA yang Ibu pimpin menggunakan metode penemuan terbimbing? Berilah contoh keterlibatan !

3. Tes tertulis (soal evaluasi)

Tes obyektif yang digunakan untuk mengukur aspek kognitif

siswa adalah soal pilihan ganda yang dikembangkan oleh peneliti

sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing yang mengacu pada

kisi-kisi yang kemudian di uji validitas dan reliabilitas soal tersebut,

kemudian ditentukan taraf kesukaran setiap itemnya.

Soal tes obyektif pilihan ganda yang hendak diujikan sejumlah 20

nomor di setiap akhir siklus, yang masing-masing nomor memiliki

bobot 1 (satu). Setiap nomor memiliki ketentuan yaitu : skor 1 = jika

jawaban benar; skor 0 = jika jawaban salah.

Tabel 8: Rincian Pemberian Skor

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitas

Validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Langkah yang harus dilakukan

agar instrumen memiliki validitas yang tinggi adalah dengan cara uji No Jenis soal Jumlah Soal Skor Maksimal

Tiap Soal

Jumlah Skor 1. Pilihan ganda 20 1 20

(58)

coba instrumen (Trianto, 2010: 269). Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen

(Arikunto, 2007: 72).

Validitas suatu tes ialah taraf sampai di mana suatu tes mampu

mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995: 242). Validasi tes

diuji menggunakan pendekatan empiris yaitu diujikan dilapangan

kemudian dihitung menggunakan progam SPSS 15. Dalam penelitian ini

menggunakan dua jenis validitas yaitu validitas konstruk dan validitas isi

menurut Azwar (2009: 131). Validitas konstruk dan validitas isi dapat

ditempuh melalui expert judgement yaitu bertanya kepada ahli sehingga

suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Adapun beberapa

instrument yang divaliditas dengan cara expert judgement yaitu rubrik

pengamatan minat, panduan wawancara dengan guru dan beberapa siswa,

dan perangkat pembelajarn setiap siklus. Peneliti bersama dan teman satu

kelas membuat lembar validasi perangkat pembelajaran dengan

bimbingan dosen pembimbing.

a. Validasi perangkat pembelajaran

Peneliti menyusun perangkat pembelajaran yang berupa: silabis,

RPP, LKS, bahan. Perangkat pembelajaran yang peneliti susun

kemudian divalidasi oleh beberapa ahli yaitu dosen pendidikan

biologi dan PGSD USD, Kepala Sekolah dan Guru SDK Totogan,

(59)

Tabel 9: Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran

1 Silabus Dosen Pendidikan Biologi USD 4,5 Dosen PGSD USD 4 Kepala SDK Totogan 4,22 Guru Kelas V SDK Totogan 4,56 Guru Kelas V SDN 1 Canan Klaten 4,22 Rata-Rata 4,3 2 RPP Dosen Pendidikan Biologi USD 4,71

Dosen PGSD USD 4 Kepala SDK Totogan 3,86 Guru Kelas V SDK Totogan 4,24 Guru Kelas V SDN 1 Canan Klaten 4,19 Rata-Rata 4,2 3 LKS Dosen Pendidikan Biologi USD 4,25

Dosen PGSD USD 4,25 Kepala SDK Totogan 4,25 Guru Kelas V SDK Totogan 4,75 Guru Kelas V SDN 1 Canan Klaten 4,63 Rata-Rata 4,43 4 Bahan Ajar Dosen Pendidikan Biologi USD 4,8

Dosen PGSD USD 4,8 Kepala SDK Totogan 4,6 Guru Kelas V SDK Totogan 5 Guru Kelas V SDN 1 Canan Klaten 4,8

Rata-Rata 4,8

Tabel 10: Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran

Rentang Skor Kriteria 4,2–5 Sangat baik

(60)

Berdasarka hasil perhitungan rata-rata validitas perangkat

pembelajaran yaitu silabus, RPP, LKS dan bahan ajar di atas

diperoleh rata-rata silabus 4,3 termasuk dalam kriteria sangat baik.

rata RPP yaitu 4,2 termasuk dalam kriteria sangat baik.

Rata-rata LKS yaitu 4,43 termasuk dalam kriteria sangat baik. Sedangkan

rata-rata bahan ajar yaitu 4,8 termasuk dalam kriteria sangat baik.

Dari rata-rata perangkat pembelajaran di atas dapat diperoleh nilai

4,43. Hasil rata-rata selurruh perangkat pembelajaran termasuk

dalam kriteria sangat baik, maka perangkat pembelajaran ini layak

digunakan untuk penelitian.

b. Validitas instrumen soal

Validasi instrumen soal ditempuh secara empiris dan diujikan di

lapangan. Perhitungan validasi dibantu dengan progam SPSS 15.

Peneliti mengujikan instrumen soal kepada 24 siswa kelas VI SDK

Totogan karena siswa tersebut telah mempelajari materi

pembentukan tanah pada saat duduk di kelas V. Hasil perhitungan

validasi soal evaluasi atau tes uji coba siklus 1 adalah 20 item valid

dan siklus 2 adalah 22 item valid, untuk lebih lengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 8 hal 132

Tabel 11: Kisi-kisi soal sebelum uji coba untuk siklus 1

No Indikator Nomor soal Total item Valid 1. Menyebutkan

jenis-jenis batuan

1, 2, 6, 7, 12, 24, 35

4

(61)

batuan 30, 33

Tabel 12: Kisi-kisi soal sebelum uji coba untuk siklus 2

No Indikator Nomor soal Total item Valid

3. Menyimpulkan 3 jenis pelapukan yang

Reliabilitas berarti keajegan. Instrumen yang reliabel belum tentu

valid. Reliabilitas menunjukkan bahwa data yang akan diambil akan tetap

sama meski diambil dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas

menunjukkan apakah suatu tes itu konsisten atau tidak, jadi data tidak

berubah dalam perjalanan waktu; diukur hari ini atau besok, hasilnya

(62)

dinyatakan dalam suatu bilangan dari negatif sampai 1,00. Koefisien

tersebut ialah sebagai berikut (Arikunto, 2007: 276).

Tabel 13: Koefisien Reliabilitas

Interval Koefisien Reliabilitas

Kualifikasi

0,91 - 1,00 Sangat tinggi 0,71 - 0,90 Tinggi 0,41 - 0,70 Cukup 0,21 - 0,40 Rendah

0 - 0,20 Sangat rendah

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Split Half

atau belah dua dengan bantuan progam Ms Excel 2007. Hasil penghitungan reliabilitas tes siklus I yaitu sebesar 0,921 yang termasuk

dalam kriteria sangat tinggi, sedangkan pada siklus II dihasilkan nilai

reliabilitas yaitu 0,799 yang termasuk dalam kriteria tinggi. Item yang

valid dan reliabel tidak perlu di uji kembali, sehingga item tersebut dapat

digunakan pada siklus 1 dan siklus 2, selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 9 hal 133

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan

perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk

mendapatkan data. Jadi, observasi merupakan pengamatan langsung

dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan,

(63)

2. Wawancara

Wawancara atau interview adalah kegiatan yang menuntut peneliti

mengadakan pembicaraan terencana terhadap siswa atau subyek yang

diteliti, dengan pertanyaan lisan yang telah disiapkan untuk

mendapatkan data yang diinginkan. Sasaran interview bisa bersifat

individu (personal) atau bisa juga kelompok (Suparno, 2007: 50)

3. Rekaman video dan foto

Video atau audiotapes biasanya digunakan untuk merekam

non-verbal. Misalnya: sikap, gaya dan reaksi siswa terhadap sesuatu yang

dibuat guru atau persoalan yang muncul. Juga, berfungsi untuk

merekam apa yang dikatakan, diungkapkan, dan diteriakkan oleh siswa

(Suparno, 2007: 58-59). Peneliti mempergunakan video atau foto untuk

melihat minat siswa terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru.

4. Tes

Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau

sejenisnya yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan,

keterampilan, bakat dan kemampuan dari subyek peneliti. Tes dalam

penelitian ini digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa yang

berupa tes obyektif (Trianto, 2010: 264).

G. Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik

Gambar

Tabel 26: Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II...................
Gambar 1. Bagan Penelitian Model Kemmis & Mc Taggart...........................
Gambar 1: Bagan Penelitian model Kemmis & Mc Taggart
Tabel 1: Jadwal Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan simpulan, disarankan (1) guru Bahasa Indonesia diharapkan lebih memerhatikan penulisan huruf kapital, tanda koma, tanda titik, dan penulisan kalimat dalam karangan

Dan kepada semua pihak orang dekat saya, yang tidak menyangkut dalam penulisan skripsi ini, tetapi mereka memberikan dukungan dan motivasi untuk dapat

Selisih antara harga produk atau barang dengan biaya dari proses pembuatan produk; maka laba yang diperoleh pengusaha ditentukan seberapa besar selisih antara harga jual produk

Dengan demikian, tokoh merupakan unsur yang penting dalam karya sastra (novel), karena suatu peristiwa terjadi karena reaksi para tokoh, tanpa tokoh tidak mungkin

Tingkat pendapatan keripik ubi kayu pada Industri Pundi Mas diperoleh dengan cara penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi

Bahasa merupakan sarana yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi, karena hanya dengan bahasa (lisan atau tulisan) kita mampu menerjemahkan pikiran seseorang

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik dan memisahkan senyawa yang mempunyai kelarutan berbeda–beda dalam berbagai pelarut komponen kimia yang terdapat dalam bahan

Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pelayanannya maka dilakukan pemeliharaan terhadap peralatan tegangan tinggi/ekstra tinggi, pemeliharan yang dilakukan berupa