PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA
MATERI PEMBENTUKAN TANAH DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SDK TOTOGAN
TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
YOHANES BABTISTA IBNU PRANOWO 081134102
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA
MATERI PEMBENTUKAN TANAH DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SDK TOTOGAN
TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
YOHANES BABTISTA IBNU PRANOWO 081134102
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan Anugerah-Nya
selama hidupku.
Kedua orang tua ku Bpk. Sukarmin dan Ibu Siti Indarsih yang
senantiasa memberikan dukungan moral dan materiil kepadaku
serta do’a yang tak pernah putus untukku demi kesuksesan dan
kelancaran hidupku.
Adikku yang selalu membantuku dan sebagai penyemangat
hidupku.
Elisa Setyaningtyas yang telah mendampingiku, memberiku
semangat, doa serta dukungan kepadaku sehingga aku mampu
menjalani semua ini
Teman-teman ku yang selalu menjadi tempat curahan hati dan
v
MOTTO
Jadilah dirimu sendiri dan banggalah
dengan HASILKARYA SENDIRI
.
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah
pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab
Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu
dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia
akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat
menanggungnya. (1 korintus 10: 13)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya yang saya tulis tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan pada daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 17 Desember 2012
Penulis
Yohanes Babtista Ibnu Pranowo
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yohanes Babtista Ibnu Pranowo
NIM : 081134102
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang
berjudul:
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI
PEMBENTUKAN TANAH DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SDK TOTOGAN TAHUN
PELAJARAN 2011/ 2012
Dengan demikian saya memberitahukan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola
dalam bentuk pangkalan data mendistribusikan secara terbatas dan
mempublikasikan ke dalam internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa meminta ijin dari saya, atau memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat
dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 17 Desember 2012
Yang menyatakan
Yohanes Babtista Ibnu Pranowo
viii
ABSTRAK
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA
MATERI PEMBENTUKAN TANAH DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SDK TOTOGAN
TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012 Yohanes Babtista Ibnu Pranowo
Universitas Sanata Dharma 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat dan prestasi belajar ipa materi pembentukan tanah dengan metode penemuan terbimbing pada siswa kelas V semester 2 SDK Totogan tahun pelajaran 2011/ 2012, yang ditandai dengan peningkatan rata-rata minat siswa, peningkatan nilai rata-rata siswa dan presentase siswa yang mencapai KKM. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK).
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Totogan, Sleman pada tahun pelajaran 2011/ 2012. Dengan jumlah 22 siswa, 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2012. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yang terdiri dari dua kali pertemuan, dengan masing-masing pertemuan adalah 2 x 35 menit (2 jam pelajaran). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan, wawancara, dan tes
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) metode penemuan terbimbing pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas V SDK Totogan tahun pelajaran 2011/ 2012. Kondisi awal minat siswa menunjukkan bahwa nilai rata-rata minat siswa (dalam skala 1-20) adalah 10,409. Pada siklus I nilai rata-rata minat siswa adalah 14,136, sedangkan pada siklus II persentase nilai rata-rata minat siswa meningkat menjadi 16,14. (2) metode penemuan terbimbing pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDK Totogan tahun pelajaran 2011/ 2012. Kondisi awal prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa 29,63% (8 siswa) dari jumlah siswa telah tercapai KKM (70). Pada siklus I, sebanyak 68,18% (15 siswa) mencapai KKM (70) dengan nilai rata-rata 70,03, sedangkan pada siklus II sebanyak 95,45% (21 siswa) mencapai KKM (70) dengan nilai rata-rata 81,19.
ix ABSTRACT
INCREASED INTEREST AND LEARNING ACHIEVEMENT OF NATURAL SCIENCE IN SOIL FORMATION TOPIC WITH GUIDED DISCOVERY METHOD FOR FIFTH GRADUATED 2NDSEMESTER OF SDK TOTOGAN
2011/ 2012
Yohanes Babtista Ibnu Pranowo Sanata Dharma University
2012
The research aims to know the increased interest and learning achievement of natural science in soil formation topic with guided discovery method for fifth graduated 2nd semester of SDK Totogan 2011/ 2012, which is indicated by the increase of students interest average, students score average, and percentage of students that reach (KKM). This research was an Classroom Action Research (CAR).
The subjects of this study were fifth grade elementary school students SDK Totogan 2011/2012. The number of students was 22, 10 male students and 12 female students. The objectives of the research were interest and student achievement in science studies with the topic on soil formation. The research was conducted in may 2012. The research was conducted in two cycles. Each cycle consisted of two meetings, each meeting was 2 x 35 minutes (2 hour lessons). Instruments used in this research were observation, interview, dan tests.
The results of this research are: (1) guided discovery method in natural science on soil formation topic increase student interest in the fifth grade SDK Totogan 2011/2012. The initial condition indicated the average value of student interest (on a scale of 1-20) was 10,409. First cycle the student interest was 14,136 wich was included in high interest criteria. In the second cycle the average percentage of the student interest increased to 16,14. (2) Guided discovery method in natural science on soil formation topic increase student achievement in the fifth grade SDK Totogan 2011/2012. The initial condition of student achievement showed that 29,63% (8 students) reached KKM (70). In first cycle much as 68,18% (15 students) achieved KKM (70) with an average value of 70,03. In second cycle much as 95,45% (21 students) achieved KKM (70) with an average value of 81,19.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
tindakan kelas ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar dalam Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
Penulis menyadari betul, bahwa penulisan sikripsi ini tidak dapat selesai
jika tidak ada bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ. S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program
Studi PGSD Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. Puji Purnomo M.Si., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah
memberikan arahan, dorongan, semangat, serta sumbangan pemikiran
yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. J. Sumedi, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
memberikan bantuan ide, saran, masukan, kritik, serta bimbingannya yang
sangat berguna selama penelitian ini.
5. Ibu C. Tri Utami, selaku Kepala Sekolah SDK Totogan, Sleman yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kelas V SD
Kanisius Totogan, Sleman.
6. Ibu Katarina Sri Murwani, selaku Guru Kelas V SDK Totogan, Sleman
yang telah memberikan waktu, bantuan, dan masukan-masukan yang
bermanfaat bagi penulis.
7. Bapak Ibu guru serta karyawan atau karyawati SDK Totogan yang telah
memberikan bantuan sehingga proses penelitian menjadi lancar.
8. Siswa-siswi kelas V SDK Totogan, Sleman yang telah bersedia menjadi
xi
9. Ayah, Ibu, dan Adikku yang tercinta yang telah memberikan doa,
semangat dan kasaih sayang sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
10. Elisa Setyaningtyas yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan
selalu menghibur sehingga penulis selalu bersemangat untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman kelompok PPL Rista, Ambar, yang telah memberikan
bantuan, semangat, dan dorongan untuk menyelesaikan penelitian ini.
12. Teman-teman angkatan 2008 kelas VIII A Niko, Alex, Wisnu, Vetri,
Dimas, Vektor, Dwi, Budi, dll terimakasih atas dukungan yang diberikan.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis dengan rendah hati bersedia menerima
sumbangan baik pemikiran, kritik maupun saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan
peneliti lain.
Yogyakarta, 17 Desember 2012
Penulis
Yohanes Babtista Ibnu Pranowo
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah ... 3
D. Pemecahan Masalah ... 4
E. Batasan Pengertian ... 4
F. Tujuan Penelitian... 4
G. Manfaat Penelitian ... 5
xiii
A. Minat Belajar... 6
B. Prestasi Belajar ... 10
C. Metode Penemuan Terbimbing ... 12
D. Ilmu Pengetahuan Alam ... 17
E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 22
F. Kerangka Berpikir ... 24
G. Hipotesis Tindakan... 25
BAB III. METODE PENELITIAN... 26
A. Jenis Penelitian ... 26
B. Setting Penelitian ... 27
C. Rencana Tindakan ... 28
D. Instrumen Penelitian... 33
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ... 43
G. Analisis Data ... 44
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49
A. Hasil Penelitian ... 49
1. Proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 49
2. Hasil Minat Siswa... 60
3. Prestasi Belajar Siswa... 64
B. Pembahasan ... 68
1. Minat Siswa ... 68
2. Prestasi belajar ... 72
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 77
xiv
B. Saran ... 79
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jadwal Penelitian... 28
Tabel 2. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 33
Tabel 3: Rubrik Pengamatan Minat... 34
Tabel 4: Indikator Aspek Afektif ... 36
Tabel 5: Indikator Aspek Psikomotorik ... 36
Tabel 6: Panduan Wawancara Siswa... 37
Tabel 7: Panduan Wawancara Guru... 37
Tabel 8: Rincian Pemberian Skor... 38
Tabel 9: Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran... 40
Tabel 10 : Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 40
Tabel 11: Kisi-Kisi Uji Coba Soal Siklus 1 ... 41
Tabel 12: Kisi-Kisi Uji Coba Soal Siklus 2 ... 42
Tabel 13: Koefisien Reliabilitas ... 43
Tabel 14: Kriteria Keberhasilan Minat Siswa ... 45
Tabel 15: Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar ... 45
Tabel 16: Hasil Uji Normalitas Minat Kondisi awal dengan siklus I ... 61
Tabel 17: Hasil Uji Normalitas Minat Siklus I dengan Siklus II ... 62
Tabel 18: Hasil Uji t Minat Kondisi Awal dengan Siklus I ... 62
Tabel 19: Hasil Uji t Minat Siklus I dengan Siklus II ... 63
Tabel 20: Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa... 66
Tabel 21: Hasil Uji t satu Sampel Hasil Belajar Siswa ... 67
xvi
Tabel 23: Hasil Peningkatan Minat Belajar Siswa... 71
Tabel 24: Rangkuman Hasil Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 72
Tabel 25: Kriteria Minat Belajar siswa ... 72
Tabel 26: Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II... 75
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Penelitian Model Kemmis & Mc Taggart ... 26
Gambar 2. Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 61
Gambar 3. Peningkatan Rata-rata Nilai Kelas ... 65
Gambar 4. Pencapaian KKM Kondisi Awal ... 65
Gambar 5. Pencapaian KKM Siklus I ... 65
Gambar 6. Peningkatan Pencapaian KKM Siklus II ... 66
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Prestasi Kondisi Awal ... 82
Lampiran 2. Silabus... 83
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 86
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 102
Lampiran 5. Bahan Ajar ... 113
Lampiran 6. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus... 119
Lampiran 7. Soal Evaluasi ... 121
Lampiran 8. Validitas Soal Evaluasi ... 130
Lampiran 9. Reliabilitas Soal Evaluasi ... 133
Lampiran 10. Taraf Kesukaran Soal Evaluasi ... 143
Lampiran 11. Instrumen dan Pedoman Penilaiam ... 146
Lampiran 12. Instrumen Validasi Desain Pembelajaran ... 148
Lampiran 13. Catatan Lapangan ... 154
Lampiran 14. Data Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 164
Lampiran 15. Data Hasil Belajar Siswa ... 165
Lampiran 16. Contoh Hasil Kerja Siswa ... 167
Lampiran 17. Surat Ijin Penelitian ... 177
Lampiran 18. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian Di SD ... 178
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar
mengajar, karena guru sebagai orang terdepan dalam pendidikan. Guru
adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru
merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar (Aqib, 2002: 22).
Peran startegis guru dalam proses pembelajaran ini memiliki dampak pada
kompetensi yang akan dicapai siswa baik itu pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Kompetensi siswa akan berkembang secara optimal
tergantung bagaimana guru mampu memposisikan diri serta kedudukan
siswanya di dalam pembelajaran. Posisi guru yang dimaksud adalah Sebagai
sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan
evaluator (Wina Sanjaya, 2006: 19).
Guru setelah memahami posisinya diharapkan mampu
menciptakan suatu pembelajaran yang dapat membangkitkan minat siswa
dalam mengikuti pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA, karena IPA
adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam
(Iskandar, 2001: 2), sehingga perlu kajian secara sistematis dan mendalam
agar hasil belajar atau prestasi belajar siswa juga meningkat. Pembelajaran
IPA jika didominasi dengan metode ceramah dan tanpa mempergunakan
membayangkan suatu peristiwa yang dijelaskan oleh guru yang terkadang
penjelasan tersebut sulit untuk dibayangkan dan memerlukan benda yang
nyata untuk dilihat siswa, apabila demikian akhirnya membuat minat anak
tehadap mata pelajaran tersebut rendah dan hasilnya prestasi belajar anak
juga menurun.
Mata pelajaran IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip
saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2006: 70).
Mata pelajaran IPA merupakan pelajaran yang menyajikan materi dalam
bentuk proses, produk dan sikap, dan ini akan sulit dipahami oleh siswa jika
guru hanya mengajarkan konsep-konsep saja, hal ini terbukti dari pendapat
rata-rata siswa, menganggap pelajaran IPA sulit, yang berakibat pada
penurunannya prestasi siswa pada mata pelajaran tersebut.
Berdasarkan wawancara dan observasi dengan guru kelas V SD
Kanisius Totogan dalam mata pelajaran IPA bahwa metode pembelajaran
yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah ceramah diselingi tanya
jawab serta pemberian tugas. Hasil observasi didalam kelas saat pelajaran
berlangsung kebanyakan siswa tidak memperhatikan guru dan hanya diam
saja mendengarkan ceramah guru tanpa ada rasa ketertarikan dan semangat
untuk belajar, dari hasil wawancara dengan siswa sebagian besar siswa
merasa bosan dengan cara mengajar guru. Hasilnya siswa kurang paham
belajar siswa kelas V SD Kanisius Totogan tahun 2010/2011 pada mata
pelajaran IPA materi Pembentukan Tanah 70,37 % siswa tidak lulus dari
KKM yang ditentukan yaitu 70.
Melihat fakta tersebut peneliti akan memperbaikinya dengan
menggunakan metode penemuan terbimbing. Metode penemuan terbimbing
dipilih karena mampu mengajak siswa untuk bereksperimen dengan obyek
secara langsung sehingga mereka mampu menemukan pengetahuan mereka
sendiri dengan bimbingan dari guru, oleh karena itu peneliti berharap siswa
akan lebih tertarik pada materi pembentukan tanah dan dapat meningkatkan
minat dan prestasi belajarnya.
B. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Bumi dan alam semesta dalam mata pelajaran IPA cukup luas cakupannya,
maka dari itu penelitian ini dibatasi pada kompetensi dasar
mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan.
2. Tindakan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pembelajaran
menggunakan metode penemuan terbimbing.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan metode penemuan terbimbing dalam upaya
meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD
2. Apakah penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan
minat dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD Kanisius
Totogan?
D. Pemecahan Masalah
Masalah rendahnya minat belajar dan prestasi belajar IPA materi
pembentukan tanah pada siswa kelas V SD Kanisius Totogan Tahun Pelajaran
2011/ 2012 akan diatasi dengan menggunakan metode penemuan terbimbing.
E. Batasan Pengertian
Berikut ini merupakan batas pengertian yang peneliti ambil yaitu
sebagai berikut:
1. Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin Syah, 2008: 151).
2. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari
aktifitas dalam belajar, Djamara dalam Purnomo (2008: 370).
3. Metode penemuan terbimbing sebagai metode belajar-mengajar yang
memberikan peluang diperhatikannya proses dan hasil kegiatan belajar
siswa (Moedjiono, 1993: 87).
F. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. untuk mengetahui bagaimana penerapan metode penemuan terbimbing
dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA pada siswa
2. untuk mengetahui apakah penerapan metode penemuan terbimbing
dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V
SD Kanisius Totogan.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di SD Kanisius Totogan ini menurut
peneliti memiliki beberapa manfaat, yaitu :
1. Bagi siswa
Dengan penelitian ini diharapkan minat dan prestasi belajar siswa
meningkat.
2. Bagi guru
Jika hasil penelitian ini dirasakan dapat membantu proses
pembelajaran menjadi lebih baik, maka diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan guru agar dapat menerapkan metode
penemuan terbimbing sebagai usaha memperbaiki dan
menyempurnakan proses pembelajaran.
3. Bagi lembaga (sekolah)
Apabila penelitian ini membantu dalam proses kegiatan belajar
mengajar yang lebih baik, sekolah disarankan untuk lebih
menfasilitasi guru agar lebih kreatif sehingga mutu pendidikan
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Minat
1. Pengertian minat
Muhibbin Syah (2008: 151) mendefinisikan minat (interest)
berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu. Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh
orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil
belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.
Ahmadi (1991: 79) menyebutkan bahwa, tidak adanya minat
seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar.
Winkel (1984: 158), minat merupakan kecenderungan yang
menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal
tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.
Slameto (2003: 180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara
diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut, semakin besar minatnya.
2. Ciri-ciri minat
Hurlock (1995:117), menyatakan ciri-ciri minat antara lain
sebagai berikut:
Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan
mental. Pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan
dicapai, minat menjadi lebih stabil. Dengan demikian
perkembangan fisik dan mental seorang siswa akan tumbuh
bersamaan dengan minat siswa tersebut.
b. Minat bergantung pada kesiapan belajar
Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap
secara fisik dan mental. Sebagai contoh mereka tidak dapat
mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk permainan bola
sampai mereka memiliki kekuatan dan koordinasi otot yang
diperlukan untuk permainan bola tersebut.
c. Minat bergantung pada kesempatan belajar
Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat,
baik anak-anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari
lingkungan anak, karena lingkungan anak kecil sebagian besar
terbatas pada rumah. Minat mereka “tumbuh dari rumah.” Dengan
bertambah luasnya lingkup sosial, mereka menjadi tertarik pada
minat orang di luar rumah yang mulai mereka kenal.
d. Perkembangan minat mungkin terbatas
Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang
terbatas membatasi minat anak. Anak yang cacat fisik misalnya,
tidak mungkin memiliki minat yang sama pada olahraga seperti
e. Minat dipengaruhi pengaruh budaya
Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang
dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok
budaya mereka dianggap minat yang sesuai dan mereka tidak diberi
kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi
mereka oleh kelompok budaya mereka.
f. Minat berbobot emosional
Bobot emosional-aspek afektif dari minat menentukan
kekuatannya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan
melemahkan minat, dan bobot emosional yang menyenangkan
memperkuatnya
g. Minat itu egosentris
Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris, misalnya minat
anak laki-laki pada matematika, sering berlandaskan keyakinan
bahwa kepandaian itu bidang matematika di sekolah akan
merupakan langkah penting menuju kedudukan yang
menguntungkan dan bergengsi di dunia usaha.
3. Cara mengukur minat
Minat siswa dapat diukur menggunakan penilaian non-tes.
Masidjo (1995: 59) mengemukakan bahwa non-tes merupakan
rangkaian pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab secara
sengaja dalam situasi yang kurang distandarisasikan, dimana yang
dapat diamati secara konkret dari individu atau kelompok. Penilaian
non-tes dapat berupa pengamatan (observasi), catatan anekdot, daftar
cek, skala nilai, angket, dan wawancara.
Selain pengamatan (observasi), minat siswa dapat dilihat dengan
menggunakan wawancara. Masidjo (1995: 72) menyatakan bahwa
wawancara merupakan suatu proses tanya jawab sepihak antara
pewawancara dengan yang diwawancarai, yang dilaksanakan sambil
bertatap muka, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
maksud memperoleh jawaban dari wawancara. Wawancara tentang
kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan kepada guru dan sebagian
siswa setelah pelajaran selesai pada setiap akhir siklus.
4. Indikator minat belajar
Safari (2003: 60), ada beberapa indikator minat belajar yaitu
sebagai berikut :
a. Perasaan senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap
pelajaran ekonomi misalnya, maka ia harus terus mempelajari ilmu
yang berhubungan dengan ekonomi. Sama sekali tidak ada
perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.
b. Ketertarikan siswa
Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong siswa untuk
berupa pengalaman efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu
sendiri.
c. Perhatian siswa
Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa terhadap
pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain
dari pada itu. Siswa yang memiliki minat pada objek tertentu, maka
dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut.
d. Keterlibatan siswa
Ketertarikan seseorang akan sesuatu obyek yang mengakibatkan
orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau
mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut.
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian belajar
Belajar menurut Syah (2008: 59) merupakan key term, (istilah
kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga
tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.
Skinner dalam Syah (2008: 64) mendefinisikan belajar adalah
suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlaku secara
progresif. Proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang
optimal apabila apabila ia diberi penguatan(reinforcer).
Chaplin dalam Syah (2008: 64) merumusankan belajar dibagi
menjadi dua, rumusan pertama berbunyi: belajar adalah perolehan
dan pengalaman. Rumusan kedua mengatakan: belajar ialah proses
memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.
Sependapat dengan definisi belajar diatas, Syah (2008: 64)
mengutarakan pengertian belajar sebagai tahapan perubahan seluruh
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman
dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
2. Pengertian prestasi belajar
Djamara dalam Purnomo (2008: 370) menyebutkan, prestasi
belajar berasal dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah
hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara
individu maupun kelompok. Belajar adalah suatu aktifitas yang
dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan
yang telah dipelajari. Dari uraian tersebut dapat dibuat pengertian
bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan
yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari
aktifitas dalam belajar.
Winkel (1984: 64), prestasi adalah bukti usaha yang dapat
dicapai. Untuk mengetahui hasil dari usaha dalam pembelajaran perlu
diukur secara langsung dengan menggunakan tes atau evaluasi, untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.
Mulyono dalam Purnomo (2008: 381), prestasi belajar adalah
kemampuan menguasai pelajaran yang diberikan oleh guru, yang
selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar atau tes prestasi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Secara global (Syah, 2008: 137-138), faktor-faktor yang
mempengaruhi Prestasi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga
macam, yakni:
a. faktor internal, yakni keadaan kondisi jasmani di tandai dengan
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dan rohani
(psikologis) siswa baik itu tingkat kecerdasan/ intelegensi, sikap
siswa, bakat siswa, minat siswa, motivasi siswa.
b. faktor eksternal, yakni kondisi di lingkungan sekitar siswa baik
itu lingkungan sosial (lingkungan sekolah, masyarakat dan
keluarga) maupun non sosial (gedung sekolah rumah, cuaca,
dll).
c. faktor pendekatan pembelajaran, yakni jenis upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
C. Metode Penemuan Terbimbing 1. Metode penemuan
Sund dalam Roestiyah (2001: 20) menyatakan penemuan adalah
proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep
atau prinsip. yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara
membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan
sebagainya. dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau
mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan
memberikan instruksi.
Gilstrap dalam Moedjiono (1993: 86) menyatakan istilah metode
penemuan didefinisikan sebagai suatu prosedur yang menekankan
belajar secara individual, manipulasi objek atau pengaturan atau
pengkondisian objek, dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum
generalisasi atau penarikan kesimpulan dibuat. Metode ini
membutuhkan penundaan penjelasan tentang temuan-temuan penting
sampai siswa menyadari sebuah konsep.
Gage & Berliner dalam Moedjiono (1993: 86) mengutarakan
bahwa dalam metode penemuan, para siswa memerlukan penemuan
konsep, prinsip dan pemecahan masalah untuk menjadi miliknya lebih
daripada sekedar menerimanya atau pendapatnya dari seseorang guru
atau sebuah buku. Dari penjelasan yang dikemukakan oleh Gage &
Berliner tentang metode penemuan, dapat ditandai adanya keaktifan
siswa dalam memperoleh keterampilan intelektual, sikap, dan
keterampilan psikomotorik.
Gilstrap dalam Moedjiono (1993: 86) menyatakan metode
penemuan merupakan komponen dari suatu bagian praktek pendidikan
yang seringkali diterjemahkan sebagai mengajarheuristik, yakni suatu
meningkatkan rentangan keaktifan siswa yang lebih besar, berorientasi
pada proses, mengarahkan diri sendiri, mencari sendiri, dan refleksi
yang sering muncul sebagai kegiatan belajar. Gage dan Berliner dalam
Moedjiono (1993: 88) mengemukakan bahwa: “metode penemuan
dapat digunakan secara individual atau kelompok”.
2. Metode penemuan terbimbing
Moedjiono (1993: 87) menyatakan metode penemuan
terbimbing sebagai metode belajar-mengajar yang memberikan
peluang diperhatikannya proses dan hasil kegiatan belajar siswa,
digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar dengan tujuan:
a. meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh
dan memproses perolehan belajar.
b. mengarahkan para siswa sebagai pelajar seumur hidup.
c. mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya
sumber informasi yang diperlukan oleh para siswa.
d. melatih para siswa mengeksplorasi atau memanfaatkan
lingkungannya sebagai sumber informasi yang tidak akan pernah
tuntas digali.
3. Keunggulan metode penemuan terbimbing
Marzano dalam Widdiharto (2004: 6) mengemukakan kelebihan
dari metode penemuan terbimbing adalah sebagai berikut:
b. menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry
(mencari-temukan).
c. mendukung kemampuanproblem solvingsiswa.
d. memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan
guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
e. materi yang disajikan dapat mencapai tingkat kemampuan yang lebih
tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses
menemukannya.
4. Kelemahan metode penemuan terbimbing
Kelemahanteknik penemuan seperti yang diutarakan Widdiharto
(2004: 6) sebagai berikut:
a. untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b. tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini, di
lapangan beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti
dengan model ceramah.
c. tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. umumnya
topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan
dengan metode penemuan terbimbing.
5. Langkah-langkah Metode Penemuan Terbimbing
Berdasarkan langkah-langkah pemakaian metode penemuan
memberikan langkah-langkah pemakaian metode penemuan sebagai
berikut:
a. mengidentifikasi kebutuhan siswa.
b. pemilihan pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengetahuan, dan
generalisasi yang akan dipelajari.
c. pemilihan bahan dan masalah atau tugas-tugas yang akan
dipelajari.
d. membantu memperjelas mengenai tugas atau masalah yang akan
dipelajari dan peranan masing-masing siswa.
e. mempersiapkan tempat dan alat-alat untuk penemuan.
f. mengecek pemahaman siswa tentang masalah yang akan
dipecahkan dan tugas-tugasnya dalam pelaksanaan penemuan.
g. memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan
penemuan dengan melakukan kegiatan pengumpulan data dan
pengolahan data.
h. membantu siswa dengan informasi atau data yang diperlukan oleh
siswa untuk kelangsungan kerja mereka, bila siswa
menghendakinya.
i. membimbing para siswa menganalisis sendiri dengan pertanyaan
mengarahkan dan mengidentifikasi proses yang digunakan.
j. membesarkan hati dan memuji siswa yang ikut serta dalam proses
k. membantu siswa merumuskan kaidah, prinsip, ide, generalisasi,
atau konsep berdasarkan hasil penemuannya.
D. Ilmu Pengetahuan Alam 1. Hakikat IPA
Srini M. Iskandar (2001: 1) mengemukakan bahwa ilmu
pengetahuan alam adalah penyelidikan yang terorganisir untuk mencari
pola atau keteraturan dalam alam. Ilmu pengetahuan alam menawarkan
cara-cara untuk dapat memahami dan mempelajari kejadian-kejadian
yang ada di alam dan supaya dapat hidup di dalam alam. Ilmu
pengetahuan alam merupakan ilmu pengetahuan tentang kejadian bersifat
kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi,
eksperimen dan induksi (Iskandar, 2001: 17 ). Sri Sulistyorini (2007: 39)
menuliskan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengertian yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip
saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dari
sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Hakekat ilmu pengetahuan alam adalah sebagai produk, proses dan
sikap (Sulistyorini, 2007: 9-10).
Ilmu pengetahuan alam sebagai produk merupakan akumulasi
hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya telah
tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks.
Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak
anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar.
Alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan
tidak akan habis digunakan.
b. IPA sebagai proses
Proses di sini adalah proses mendapatkan IPA. Ilmu
pengetahuan alam disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah,
jadi yang dimaksud proses IPA adalah metode ilmiah. Sepuluh
keterampilan proses meliputi : (1) observasi; (2) klasifikasi; (3)
interpretasi; (4) prediksi; (5) hipotesis; (6) mengendalikan variable;
(7) merencanakan dan melaksanakan penelitian; (8) inferensi; (9)
aplikasi; (10) komunikasi.
c. IPA sebagai pemupukan sikap
Makna “sikap” pada pengajaran IPA dibatasi pengertiannya
pada “sikap ilmiah terhadap alam sekitar”. Ada sembilan aspek
sikap dari ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD atau
MI, yaitu : (1) sikap ingin tahu; (2) sikap ingin mendapatkan
sesuatu yang baru; (3) sikap kerja sama; (4) sikap tidak putus asa;
(5) sikap tidak berprasangka; (6) sikap mawas diri; (7) sikap
diri. Sikap ilmiah ini dapat dikembangkan ketika siswa melakukan
diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan di lapangan.
2. Pembelajaran IPA di SD
Sri Sulistyorini (2007: 40) mengemukakan tujuan pembelajaran
IPA SD yaitu:
a. memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME
berdasarkan keberadaaan, keindahan, dan keteraturan dan
ciptaannya.
b. mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d. mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e. meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara,
menjaga, melestarikan lingkungan alam.
f. meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
3. Kompetensi Dasar
Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran wajib untuk siswa
kelas 5. Penelitian ini mengambil standar kompetensi bumi dan alam
semesta yang diajarkan pada semester 2 khususnya pada kompetensi
dasar mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan
karena prestasi belajar siswa banyak yang dibawah KKM.
Tanah sangat penting, karena tanah mendukung kehidupan pada
manusia, hewan, dan tumbuhan. Tanah terbentuk dari batuan yang telah
lapuk dan hancur.
a. Batuan: menurut proses pembentukannya, batuan dapat
digolongkan atas tiga golongan, yaitu: batuan beku, batuan
sedimen, batuan metamorf (Indrianti, 2010: 172-175).
1) Batuan beku
Batuan beku terbentuk dari magma yang membeku.
Batuan yang sudah ada di alam ini dapat berubah akibat
pengaruh perubahan suhu dan pelapukan, yang termasuk
batuan beku, antara lain: batu granit, batu basal, batu
obsidian, dan batu apung.
2) Batuan sedimen atau batuan endapan
Batuan endapan atau batuan sedimen merupakan batuan
yang terjadi karena pelapukan dari batuan yang sudah ada.
konglomerat, batuan breksi, batu pasir, batu serpih, dan batu
kapur atau batu gamping.
3) Batuan metamorf atau batuan malihan
Batu marmer berasal dari batu kapur yang mengalami
perubahan bentuk. Perubahan bentuk batu marmer
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain karena suhu dan
tekanan yang sangat tinggi, pengaruh air, dan perubahan
kimia yang terjadi di dalam kerak bumi. Batuan yang
mengalami perubahan bentuk disebut batuan metamorf.
Contoh batuan metamorf antara lain batu marmer (pualam),
batu tulis, batu sabak, batu kuarsa, dan batu genes
b. Pelapukan batuan: pelapukan batuan disebabkan oleh perubahan
suhu dan kegiatan alam lain. Macam-macam pelapukan ada tiga,
yaitu: pelapukan fisika, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologi.
1) Pelapukan fisika
Pelapukan fisika dapat disebabkan oleh perubahan
suhu. Suhu yang turun naik secara berulang-ulang akan
mengembangkan dan mengerutkan batuan yang ada.
Akibatnya batuan akan terkikis atau pecah berkeping-keping.
Pelapukan fisika juga dapat terjadi karena terpaan angin dan
hujan, serta tarikan gaya gravitasi. Hal ini dapat
mengakibatkan perubahan muka bumi yang disebabkan
2) Pelapukan kimiawi
Pelapukan kimiawi terjadi akibat adanya reaksi kimia
antara udara, air, dan mineral yang ada di dalam batuan.
Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada pegunungan
kapur (karst). Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air
dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2
(zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur
(CaCO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat
menimbulkan gejalakarst(Sulistyowati, 2009: 113).
3) Pelapukan biologi
Pelapukan biologis disebabkan oleh kegiatan makhluk
hidup, yaitu manusia, tumbuhan, dan hewan. Berbagai
kegiatan makhluk hidup dapat mempercepat terjadinya
pelapukan.
Contoh pelapukan biologi antaralain: akar tumbuhan
dapat menembus dan menghancurkan batuan, dalam waktu
lama akar tumbuhan itu akan melapukkan batuan. Manusia
juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan
pohon, pembangunan maupun penambangan (Maryanto,
2009: 146).
E. Hasil Penelitian yang Relevan
Pada bagian ini peneliti mencoba untuk memaparkan hasil penelitian
1. Berdasarkan skripsi penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh
Kusuma Sanjai denga judul ”Penerapan Metode Guided Discovery
untuk Meningkatkan Minat Belajar IPA pada Siswa Kelas IVA SD
Negeri Sidomulyo Magelang Tahun Ajaran 2010/ 2011”, hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode penemuan
terbimbing dapat meningkatkan minat belajar IPA siswa kelas 4A
SDN Sidomulyo, Magelang. Data yang diperoleh adalah minat
belajar siswa pada pra siklus adalah 55%, kemudian pada siklus I
naik menjadi 66%, dan pada siklus II naik menjadi 78 %.
2. Berdasarkan skripsi yang disusun oleh Chotidjah Hidayati dengan
judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V SDN Ngawonggo
01 Kecamatan Tajinan melalui Model Pembelajaran Penemuan
Terbimbing”, dapat dipaparkan bahwa hasil penerapan model
penemuan terbimbing terjadi peningkatan hasil belajar yang dapat
dilihat pada Hasil belajar siswa pada Pra siklus nilai rata-rata adalah
55,68, dan pada siklus I nilai rata-rata naik menjadi 67,81, dan pada
siklus II nilai rata-rata naik menjadi 71,56.
Dilihat dari hasil penelitian yang pertama dengan satu variabel yaitu
minat belajar dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dan
hasilnya terjadi kenaikan pada setiap siklusnya, dan pada penelitian yang
kedua dengan satu variabel yaitu hasil belajar dengan menggunakan metode
penemuan terbimbing dan hasilnya terjadi kenaikan pada setiap siklusnya,
Mengacu pada keberhasilan kedua penelitian diatas dengan menggunakan
metode penemuan terbimbing, peneliti mencoba menggabungkan kedua
variabel diatas menjadi satu penelitian di tempat lain.
F. Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA identik dengan praktikum atau praktik langsung
dilapangan, dalam belajar IPA khususnya mengenai materi tentang
pembentukan tanah dapat diajarkan dengan menggunakan macam-macam
tipe pembelajaran sehingga siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan
adalah metode penemuan terbimbing. Metode penemuan terbimbing dapat
meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh informasi,
mengarahkan siswa untuk terus belajar sehingga ketergantungan terhadap
guru semakin berkurang.
Pembelajaran proses pembentukan tanan dengan metode penemuan
ini, siswa diajak untuk melakukan pengamatan batuan serta siswa dituntut
dapat mengidentifikasi ciri-ciri batuan yang mereka amati baik itu secara
individu maupun secara berkelompok (diskusi). Kegiatan percobaan juga
dilakukan siswa sebagai salah satu cara siswa menemukan sendiri
pengetahuan mereka mengenai pelapukan baik itu secara fisika, kimia serta
biologi, dengan demikian peneliti yakin, bahwa dengan menggunakan
metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan minat dan prestasi
G. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :
1. Penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan
minat belajar IPA materi pembentukan tanah pada siswa kelas V
semester 2 SDK Totokan tahun pelajaran 2011/ 2012.
2. Penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan
prestasi belajar IPA materi pembentukan tanah pada siswa kelas V
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yaitu menggunakan jenis Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama-sama.
Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang
dilakukan oleh siswa (Arikunto, 2007: 3).
Penelitian ini menggunakan model menurut Kemmis & Mc Taggart.
(Arikunto, 2007:16).
Gambar 1: Bagan Penelitian model Kemmis & Mc Taggart
Siklus 1
Siklus 2
1. Perencanaan, yaitu merupakan rancangan kegiatan dalam melakukan
suatu tindakan yang akan dilakukan pada setiap siklus. Perencanaan Perencanaan
Refleksi Observasi
Tindakan
Refleksi Observasi
Tindakan
yang matang perlu dilakukan setelah mengetahui masalah
pembelajaraan.
2. Tindakan, yaitu melakukan kegiatan yang telah direncanakan.
Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan (acting) dari
guru berupa solusi tindakan sebelumnya.
3. Observasi, yaitu merekam atau mengamati segala peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung dengan
atau tanpa alat bantu.
4. Refleksi, yaitu merenungkan secara intens apa yang telah terjadi dan
tidak terjadi, serta menjajaki alternatif-alternatif solusi yang perlu
dikaji, dipilih dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa yang
dikehendaki, sehingga dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi
dalam kelasnya.
B. SettingPenelitian
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Totogan Desa
Madurejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman.
2. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah Siswa SD Kanisius Totogan Tahun
Pelajaran 2011/2012 kelas V yang berjumlah 22 siswa. Terdiri dari 10
siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Obyek penelitian ini adalah peningkatan minat dan prestasi
belajar IPA materi pembentukan tanah.
4. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada semester genap
tahun pelajaran 2011/2012 yakni bulan Januari-Juli 2012.
Tabel 1: Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan
Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 Observasi pra
penelitian √ 2 Penyusunan
Proposal √ √ √ √
3 Permohonan ijin
penelitian √
4 Pengumpuln data √ √
5 Pengolahan data √ √
6 Penyusunan
laporan √ √
7 Ujian skripsi √
8 Revisi √
9 Pembuatan artikel √
C. Rencana Tindakan
Rencana penelitian menggunakan dua siklus, dimana setiap siklus
mencakup empat langkah, yaitu: 1. perencanaan (planning), 2. tindakan
(acting), 3. pengamatan (observing), 4. refleksi (reflecting). Keempat
langkah tersebut bersifat spiral dan dipandang sebagai satu siklus.
1. Persiapan
a. permintaan izin kepada Kepala Sekolah SDK Totogan
b. menyusun Silabis, RPP, LKS dan Bahan Ajar
d. menyusun rubrik penilaian tes dan non tes.
e. menyiapkan media pembelajaran yaitu LKS dan dan alat peraga.
f. melakukan wawancara dan pengamatan di kelas. Pengamatan di
kelas bertujuan untuk memberikan gambaran awal mengenai
aktivitas belajar siswa sedangkan wawancara dilakukan untuk
memperoleh informasi dari guru tentang hasil belajar siswa.
2. Rencana tindakan setiap siklus
Setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, maka dilakukan tindakan
kelas sebagai berikut:
a. Siklus I
1) Siklus I (2 pertemuan)
Siklus ini akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan,
dimana setiap pertemuan beralokasikan 2 jp (2 x 35
menit).
2) Perencanaan tindakan
Peneliti mempersiapkan silabus dan menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan membagi siswa
dalam kelompok.
3) Pelaksanaan tindakan I
a) menyampaikan kompetensi dasar dan indikator yang
akan dicapai dalam rencana kegiatan yang akan
b) membentuk kelompok kecil secara heterogen 5-6
siswa
c) mengemukakan problema yang akan dicari
jawabannya melalui kegiatan penemuan.
d) diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan
penemuan atau pemecahan problema yang telah
ditetapkan.
e) pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan
atau percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip
yang telah ditetapkan.
f) siswa melakukan analisis data hasil temuan.
g) memberi kesempatan siswa melaporkan hasil
penemuannya.
h) meminta siswa membuat rangkuman hasil-hasil
penemuannya.
i) mengadakan tes atau evaluasi pembelajaran (siklus I
pertemuan ke-2)
4) Observasi
a) mengobservasi minat belajar siswa dengan lembar
pengamatan yang telah tersedia pada siklus I
b) melaksanakan ulangan atau tes untuk mengukur
keberhasilan siswa pada siklus I
a) mengevaluasi apa yang dilakukan pada pelaksanaan
siklus 1, tentang apa yang berhasil, kendala, dan
hambatan yang dihadapi siswa.
b) membandingkan hasil ulangan atau tes dan observasi
yang sudah dicapai dengan indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan.
c) merencanakan perbaikan berdasarkan hasil ulangan
atau tes dan observasi untuk dilakukan pada siklus ke
II
b. Siklus II
1) Siklus II (2 pertemuan)
Siklus ini akan dilaksanakan selama dua kali
pertemuan, dimana setiap pertemuan beralokasikan 2 jp
(2 x 35 menit).
2) Perencanaan tindakan
Peneliti mempersiapkan silabis dan menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan
melanjutkan pembelajaran pada siklus I, sehingga
pemahaman siswa lebih mendalam dan diakhiri dengan
ulangan atau tes di akhir siklus II.
a) menyampaikan kompetensi dasar dan indikator yang
akan dicapai dalam rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan.
b) mengingatkan kembali tentang pembentukan tanah
yang sudah dipelajari
c) membentuk kelompok kecil secara heterogen 4-5
siswa
d) mengemukakan problema yang akan dicari
jawabannya melalui kegiatan penemuan.
e) diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan
penemuan atau pemecahan problema yang telah
ditetapkan.
f) pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan
atau percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip
yang telah ditetapkan.
g) siswa melakukan analisis data hasil temuan.
h) memberi kesempatan siswa melaporkan hasil
penemuannya.
i) meminta siswa membuat rangkuman hasil-hasil
penemuannya.
j) mengadakan tes atau evaluasi pembelajaran (siklus II
pertemuan ke-2)
a) mengobservasi minat belajar siswa dengan lembar
pengamatan yang telah tersedia pada siklus II
b) melaksanakan ulangan atau tes untuk mengukur
keberhasilan siswa pada siklus II
5) Refleksi
Refleksi yang dilakukan peneliti adalah:
a) mengevaluasi apa yang dilakukan pada pelaksanaan
siklus II, tentang apa yang berhasil, kendala, dan
hambatan yang dihadapi siswa.
b) membandingkan hasil ulangan atau tes dan observasi
yang sudah dicapai dengan indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan untuk memutuskan apakah
siklus dilanjutkan atau tidak.
D. Instrumen Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian yang diambil, penelitian ini memiliki
dua peubah (variabel) yaitu minat dan prestasi belajar. Pengamatan minat
dilaksanakan saat pembelajaran dan akhir pembelajaran, sedangkan untuk
mengetahui prestasi siswa dilaksanakan dengan tes yang dilakukan setelah
pembelajaran.
Tabel 2: Pengumpulan Data dan Instrumen
No Peubah Indikator Data Pengumpulan Instrumen
belajar
Tes tertulis Lembar tes atau
ulangan siswa
1. Rubrik Pengamatan
Peneliti bersama kelompok mahasiswa yang melakukan
penelitian tindakan kelas yang sama mengenai minat, bersama-sama
merancang rubrik pengamatan minat berdasarkan indikator-indikator
minat. Rubrik pengamatan minat digunakan pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung untuk mengetahui apakah terjadi
peningkatan minat dari siklus I hingga siklus II.
Tabel 3: Rubrik Pengamatan Minat
No Indikator Deskriptor Tampak (√)
atau Tidak
b. Siswa tidak mengeluh ketika diberi tugas dari guru
buku pelajaran sebelum pelajaran dimulai
e. Siswa duduk dengan tenang siap untuk belajar
2. Perhatian siswa dalam belajar
a. Siswa aktif bertanya di dalam kelas
b. Siswa aktif menjawab pertanyaan
c. Siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama
d. Siswa tidak tertidur di dalam kelas.
e. Siswa tidak mengobrol atau tidak mengganggu teman lain ketika belajar.
3. Ketertarikan siswa pada materi dan guru
a. Siswa giat membaca buku pelajaran (sesuai mapel)
b. Siswa menanyakan kesulitan yang dialami kepada guru
c. Siswa membuat catatan mengenai materi yang disampaikan oleh guru d. Siswa mengerjakan
tugas dari guru
e. Siswa membawa buku atau sumber lain dalam belajar. b. Siswa mau membantu
teman lain yang mengalami kesulitan c. Siswa bekerja dalam
kelompok
d. Siswa maju ke depan mengerjakan tugas e. Siswa mengajukan diri
pertanyaan spontan dari guru.
Jumlah keseluruhan =
Keterangan : Pengamatan minat dilakukan untuk setiap siswa,
dengan cara memberi tanda (√) biladeskriptor tampak, dan pemberian
tanda (-) bila deskriptor tidak tampak pada perilaku siswa. Penilaian
indikator tergantung pada deskriptor yang tampak. Setiap deskriptor
bernilai 1, sehingga jumlah skor maksimal setiap indikator adalah 5.
Indikator prestasi belajar siswa yang berupa aspek afektif dan
psikomotorik yang disusun peneliti adalah sebagai berikut:
Tabel 4: Indikator Aspek Afektif
NO INDIKATOR
1 Teliti dalam melakukan pengamatan batuan
2 Jujur dalam melaporkan hasil pengamatan
3 Teliti dalam melakukan percobaan pelapukan batuan
4 Jujur dalam melaporkan hasil percobaan
5 Bekerjasama dalam memyimpulkan hasil diskusi
Tabel 5: Indikator Aspek Psikomotorik
NO INDIKATOR
1 Membuktikan dengan percobaan bahwa batuan mengalami pelapukan fisika
2 Membuktikan dengan percobaan bahwa batuan mengalami pelapukan kimia
3 Membuktikan dengan percobaan bahwa batuan mengalami pelapukan biologis
4 Membuktikan ciri-ciri batuan melalui proses pengamatan
2. Paduan wawancara
Pengumpulan data mengenai minat didukung menggunakan
yang diwawancarai ditentukan berdasarkan kriteria tingkat siswa yang
berniat, kurang berniat dan tidak berniat. Kegiatan wawancara
dilaksanakan di setiap akhir siklus I dan II. Adapun panduan
wawancara yaitu sebagai berikut :
Tabel 6: Panduan Wawancara Siswa
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah kamu merasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran IPA yang diajarkan menggunakan metode penemuan terbimbing? mengapa ? 2. Apakah perhatian kamu sudah berfokus
mengikuti kegiatan pembelajaran IPA yang diajarkan menggunakan metode penemuan terbimbing? mengapa ? 3. Apakah kamu berkemauan untuk
mengembangkan diri dalam mengikuti pelajaran IPA yang diajarkan menggunakan metode penemuan terbimbing? mengapa ?
4. Apakah kamu terlibat penuh dalam kegiatan pembelajaran IPA yang diajarkan menggunakan metode penemuan terbimbing? berilah contoh keterlibatan !
Tabel 7: Panduan Wawancara Guru
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah siswa merasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran IPA yang Ibu ajarkan menggunakan metode penemuan terbimbing? mengapa ?
2. Apakah perhatian siswa sudah berfokus mengikuti kegiatan pembelajaran IPA yang Ibu ajarkan menggunakan metode penemuan terbimbing? mengapa ?
menggunakan metode penemuan terbimbing? mengapa ?
4. Apakah siswa terlibat penuh dalam kegiatan pembelajaran IPA yang Ibu pimpin menggunakan metode penemuan terbimbing? Berilah contoh keterlibatan !
3. Tes tertulis (soal evaluasi)
Tes obyektif yang digunakan untuk mengukur aspek kognitif
siswa adalah soal pilihan ganda yang dikembangkan oleh peneliti
sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing yang mengacu pada
kisi-kisi yang kemudian di uji validitas dan reliabilitas soal tersebut,
kemudian ditentukan taraf kesukaran setiap itemnya.
Soal tes obyektif pilihan ganda yang hendak diujikan sejumlah 20
nomor di setiap akhir siklus, yang masing-masing nomor memiliki
bobot 1 (satu). Setiap nomor memiliki ketentuan yaitu : skor 1 = jika
jawaban benar; skor 0 = jika jawaban salah.
Tabel 8: Rincian Pemberian Skor
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Validitas
Validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Langkah yang harus dilakukan
agar instrumen memiliki validitas yang tinggi adalah dengan cara uji No Jenis soal Jumlah Soal Skor Maksimal
Tiap Soal
Jumlah Skor 1. Pilihan ganda 20 1 20
coba instrumen (Trianto, 2010: 269). Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen
(Arikunto, 2007: 72).
Validitas suatu tes ialah taraf sampai di mana suatu tes mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995: 242). Validasi tes
diuji menggunakan pendekatan empiris yaitu diujikan dilapangan
kemudian dihitung menggunakan progam SPSS 15. Dalam penelitian ini
menggunakan dua jenis validitas yaitu validitas konstruk dan validitas isi
menurut Azwar (2009: 131). Validitas konstruk dan validitas isi dapat
ditempuh melalui expert judgement yaitu bertanya kepada ahli sehingga
suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Adapun beberapa
instrument yang divaliditas dengan cara expert judgement yaitu rubrik
pengamatan minat, panduan wawancara dengan guru dan beberapa siswa,
dan perangkat pembelajarn setiap siklus. Peneliti bersama dan teman satu
kelas membuat lembar validasi perangkat pembelajaran dengan
bimbingan dosen pembimbing.
a. Validasi perangkat pembelajaran
Peneliti menyusun perangkat pembelajaran yang berupa: silabis,
RPP, LKS, bahan. Perangkat pembelajaran yang peneliti susun
kemudian divalidasi oleh beberapa ahli yaitu dosen pendidikan
biologi dan PGSD USD, Kepala Sekolah dan Guru SDK Totogan,
Tabel 9: Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran
1 Silabus Dosen Pendidikan Biologi USD 4,5 Dosen PGSD USD 4 Kepala SDK Totogan 4,22 Guru Kelas V SDK Totogan 4,56 Guru Kelas V SDN 1 Canan Klaten 4,22 Rata-Rata 4,3 2 RPP Dosen Pendidikan Biologi USD 4,71
Dosen PGSD USD 4 Kepala SDK Totogan 3,86 Guru Kelas V SDK Totogan 4,24 Guru Kelas V SDN 1 Canan Klaten 4,19 Rata-Rata 4,2 3 LKS Dosen Pendidikan Biologi USD 4,25
Dosen PGSD USD 4,25 Kepala SDK Totogan 4,25 Guru Kelas V SDK Totogan 4,75 Guru Kelas V SDN 1 Canan Klaten 4,63 Rata-Rata 4,43 4 Bahan Ajar Dosen Pendidikan Biologi USD 4,8
Dosen PGSD USD 4,8 Kepala SDK Totogan 4,6 Guru Kelas V SDK Totogan 5 Guru Kelas V SDN 1 Canan Klaten 4,8
Rata-Rata 4,8
Tabel 10: Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran
Rentang Skor Kriteria 4,2–5 Sangat baik
Berdasarka hasil perhitungan rata-rata validitas perangkat
pembelajaran yaitu silabus, RPP, LKS dan bahan ajar di atas
diperoleh rata-rata silabus 4,3 termasuk dalam kriteria sangat baik.
rata RPP yaitu 4,2 termasuk dalam kriteria sangat baik.
Rata-rata LKS yaitu 4,43 termasuk dalam kriteria sangat baik. Sedangkan
rata-rata bahan ajar yaitu 4,8 termasuk dalam kriteria sangat baik.
Dari rata-rata perangkat pembelajaran di atas dapat diperoleh nilai
4,43. Hasil rata-rata selurruh perangkat pembelajaran termasuk
dalam kriteria sangat baik, maka perangkat pembelajaran ini layak
digunakan untuk penelitian.
b. Validitas instrumen soal
Validasi instrumen soal ditempuh secara empiris dan diujikan di
lapangan. Perhitungan validasi dibantu dengan progam SPSS 15.
Peneliti mengujikan instrumen soal kepada 24 siswa kelas VI SDK
Totogan karena siswa tersebut telah mempelajari materi
pembentukan tanah pada saat duduk di kelas V. Hasil perhitungan
validasi soal evaluasi atau tes uji coba siklus 1 adalah 20 item valid
dan siklus 2 adalah 22 item valid, untuk lebih lengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 8 hal 132
Tabel 11: Kisi-kisi soal sebelum uji coba untuk siklus 1
No Indikator Nomor soal Total item Valid 1. Menyebutkan
jenis-jenis batuan
1, 2, 6, 7, 12, 24, 35
4
batuan 30, 33
Tabel 12: Kisi-kisi soal sebelum uji coba untuk siklus 2
No Indikator Nomor soal Total item Valid
3. Menyimpulkan 3 jenis pelapukan yang
Reliabilitas berarti keajegan. Instrumen yang reliabel belum tentu
valid. Reliabilitas menunjukkan bahwa data yang akan diambil akan tetap
sama meski diambil dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas
menunjukkan apakah suatu tes itu konsisten atau tidak, jadi data tidak
berubah dalam perjalanan waktu; diukur hari ini atau besok, hasilnya
dinyatakan dalam suatu bilangan dari negatif sampai 1,00. Koefisien
tersebut ialah sebagai berikut (Arikunto, 2007: 276).
Tabel 13: Koefisien Reliabilitas
Interval Koefisien Reliabilitas
Kualifikasi
0,91 - 1,00 Sangat tinggi 0,71 - 0,90 Tinggi 0,41 - 0,70 Cukup 0,21 - 0,40 Rendah
0 - 0,20 Sangat rendah
Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Split Half
atau belah dua dengan bantuan progam Ms Excel 2007. Hasil penghitungan reliabilitas tes siklus I yaitu sebesar 0,921 yang termasuk
dalam kriteria sangat tinggi, sedangkan pada siklus II dihasilkan nilai
reliabilitas yaitu 0,799 yang termasuk dalam kriteria tinggi. Item yang
valid dan reliabel tidak perlu di uji kembali, sehingga item tersebut dapat
digunakan pada siklus 1 dan siklus 2, selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 9 hal 133
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk
mendapatkan data. Jadi, observasi merupakan pengamatan langsung
dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan,
2. Wawancara
Wawancara atau interview adalah kegiatan yang menuntut peneliti
mengadakan pembicaraan terencana terhadap siswa atau subyek yang
diteliti, dengan pertanyaan lisan yang telah disiapkan untuk
mendapatkan data yang diinginkan. Sasaran interview bisa bersifat
individu (personal) atau bisa juga kelompok (Suparno, 2007: 50)
3. Rekaman video dan foto
Video atau audiotapes biasanya digunakan untuk merekam
non-verbal. Misalnya: sikap, gaya dan reaksi siswa terhadap sesuatu yang
dibuat guru atau persoalan yang muncul. Juga, berfungsi untuk
merekam apa yang dikatakan, diungkapkan, dan diteriakkan oleh siswa
(Suparno, 2007: 58-59). Peneliti mempergunakan video atau foto untuk
melihat minat siswa terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru.
4. Tes
Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau
sejenisnya yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, bakat dan kemampuan dari subyek peneliti. Tes dalam
penelitian ini digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa yang
berupa tes obyektif (Trianto, 2010: 264).
G. Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik