E. Latar Belakang Masalah
Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat
dalam kehidupannya. Hal tersebut disebabkan pertumbuhan yang begitu pesat
dan perkembangan mental yang cukup membingungkan mereka. Pikiran,
perasaan, perasaan tanggung jawab, kemauan dan nilai-nilai kehidupan
memang sedang mengalami perkembangan dan kematangan menuju taraf
kemasakan atau kedewasaannya.
Masa remaja adalah masa peralihan, anak meninggalkan masa
kanak-kanak yang penuh dengan kemauan bermain dan akan memasuki masa
dewasa yang memerlukan perasaan dan bertanggung jawab yang maksimal.
Bermacam-macam permasalahan yang khas remaja dialami oleh sementara
anak-anak remaja, baik yang berhubungan dengan kondisi biologis, psikis,
sosial. Semua permasalahan tersebut disebabkan perubahan-perubahan
fisik-biologis, niali-nilai kehidupan yang belum sempurna, diketahui mungkin pula
kurangnya upaya persiapan kedua orangtuanya dalam mengantarkan kealam
remaja yang penuh pertanyaan dan kebingungan. Pada saat remaja sangat
memerlukan bantuan dan pengarahan dari orangtua dan orang dewasa lainnya
yang bertanggung jawab, kaum remaja diharapkan bertanggung jawab
terhadap perkembangan dirinya sendiri menuju taraf kedewasaan dirinya
dihilangkan dan tetap dipelihara dan dikembangkan semangat kerja sama
yang baik dalam hubungan penuh kasih sayang.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998
dalam Kertamuda, 2009). Sementara itu, Suryanto, (dalam Kertamuda, 2009)
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas bapak, ibu,
anak dan lain-lain (kakek, nenek dan sebagainya) yang hidup di bawah satu
atap dan saling berhubungan
Hubungan orangtua yang efektif penuh kemesraan dan tanggung jawab
yang didasari oleh kasih sayang yang tulus, setiap hubungan yang baik antara
kedua orangtua dengan anak-anaknya. Hubungan dengan kedua orangtua
yang sangat mesra, hangat dan penuh kasih sayang yang sehat, sangat
bermanfaat dalam usaha pengembangan diri anak-anak di masa selanjutnya
khususnya pada masa remaja yang berlangsung pada usia 12 tahun-21tahun
(Zulkifli, 2012).
Menurut Hawari (1997) suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak
aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik
dapat menimbulkan bahaya psikologis usia terutama pada masa remaja.
Berdasarkan penelitian Sari (dalam Asih dkk., 2012) hubungan
keluarga yang baik dan suasana rumah yang menyokong perkembangan
remaja, sehingga remaja menjadi orang dewasa yang bertanggungjawab dan
tua dan orang-orang dekat dengan remaja memegang peranan penting.
Melalui dukungan sosial, remaja akan memperoleh bantuan, bimbingan serta
pengarahan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya sehingga akan
berdampak positif terhadap perkembangan kepribadiannya. Wujud relasi
orang tua dan anak berupa hubungan penuh kasih sayang dan pengertian,
ataukah diliputi oleh kebencian, sikap terlalu keras, ataukah sikap yang acuh
tak acuh dan sebagainya (Asih dkk., 2012)
Hasil penelitian Novita (2012) ditemukan hasil yang menunjukkan
bahwa perilaku beresiko pada remaja salah satunya dipengaruhi oleh
perlakukan yang seorang anak terima dari orang tuanya. Dari hasil penelitian
Dewi & Valentina (2013) pada remaja di SMKN 1 Denpasar, menunjukkan
bahwa remaja yang memiliki kelekatan yang tinggi mencerminkan kelekatan
yang aman pada orangtua.
Hal ini menandakan orangtua menjadi figur lekat yang aman bagi
remaja. Remaja memandang orangtua sebagai orang yang memberikan
keamanan psikologis bagi diri remaja yang ditunjukkan dengan adanya
komunikasi yang baik dan kepercayaan antara orangtua dan remaja.
Berbeda dengan anak yang tumbuh dari keluarga yang kurang atau
tidak harmonis, mereka cenderung banyak mengalami dinamika emosi yang
labil. Hal ini ditunjukkan pada perilaku mereka yang cenderung kurang
ekspresif dan over ekspresif. Misalnya anak sangat tidak percaya diri dalam
menonjolkan bakat dan kemampuannya sehingga mempengaruhi dalam
berprestsi, cenderung impulsive yaitu memiliki sikap yang kurang control
seperti berani berkelahi dengan siapapun, senang membuat sensasi, melukai
orang, berbuat troublemaker (onar). Jelasnya anak yang tumbuh dari keluarga
yang tidak harmonis akan mengalami dinamika emosi yang labil.
Banyak penelitian yang dilakukan para ahli bahwa remaja yang berasal
dari keluarga yang penuh perhatian, hangat, dan harmonis mempunyai
kemampuan dalam menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik dengan
lingkungan sekitarnya menurut Hurlock (dalam Ulfa
www.damandiri.or.id/file/Tesis_Ulfah%20Maria.pdf diaskes pada tanggal 16
Desember 2014). Hal ini disebabkan karena anak yang berasal dari keluarga
yang harmonis akan mempersepsikan keluarga mereka sebagai suatu hal yang
membahagiakan karena semakin sedikit masalah antara orangtua, maka
semakin sedikit masalah yang dihadapi anak, dan begitu juga sebaliknya jika
anak mempersepsikan keluarganya berantakan atau kurang harmonis maka
anak akan terbebani dengan masalah yang dihadapi oleh orangtua tersebut.
Persepsi tentang keharmonisan keluarga adalah proses mengamati oleh
panca indra yang dilakukan terus menerus oleh seseorang didalam keluarga
yang disana terdapat dua orang atau lebih individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan didalamnya
berhubungan secara serasi, seimbang, saling terbuka, saling menjaga, saling
menghargai dan saling memenuhi kebutuhan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di duga
DS berumur 17 tahun, memiliki 3 saudara kandung dan informan anak
kedua. Orangtua informan memiliki usaha dagang yang membuat susah
membagi waktu dan sulit untuk memantau informan. Permasalahan yang ada
pada informan adalah kurangnya komunikasi antara orangtua dan informan
serta tidak merasakan kasih sayang seperti anak-anak keluarga lainnya. Untuk
saling bercerita kepada orangtuanya saja informan mengalami kesulitan,
karena orangtuanya kurang memiliki waktu lenggang dan informan juga
kurang didengarkan.
informan merasa, jika adanya komunikasi yang terjalin dengan baik
maka akan ada rasa kedekatan antara orangtua dan anak. Dari komunikasi,
juga akan timbul rasa kepercayaan yang ditaruh oleh orangtua kepada anak.
Karena selama ini orangtua informan kurang menaruh rasa kepercayaan
kepadanya dan lebih sering dicurigai. informan sangat menginginkan adanya
keterikatan kepercayaan antara orangtua dan anak. Terlebih lagi informan
kurang merasakan adanya kasih sayang yang diberikan oleh orangtua, disini
informan merasa kesepian dan menjadi pribadi yang kurang percaya diri.
informan mempunyai pandangan tentang keluarga yang harmonis
adalah keluarga yang setiap harinya meluangkan waktu disetiap harinya, mau
mendengarkan keluhan-keluhan permasalahan yang dihadapi informan,
bertukar ceita dengan informan, menanyakan keadaan informan, tidak
membanding-bandingkan informan dengan oranglain atau dengan kakak
Berdasarkan pernyataan informan, permasalahan informan dengan
keluarganya ditunjukkan dengan pernyataan informan tidak memiliki
komunikasi yang baik dengan anggota keluarganya, jarang memiliki waktu
bersama dengan keluarga, dan tidak menunjukan adanya saling perhatian dan
saling menghargai. Permasalahan yang dirasakan informan mengarah pada
kondisi keharmonisan keluarga.
Berdasarkan permasalahan-permaslahan yang telah disampaikan diatas
peneliti tertarik untuk meneliti tentang persepsi remaja tentang keharmonisan
keluarga dimana permasalahan yang terjadi terkait dengan aspek- aspek yang
terdapat pada persepsi. Dimana persepsi merupakan suatu proses yang
didahului oleh pengindraan (Walgito, 2003). Proses persepsi tidak dapat lepas
dari penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses yang
mendahului terjadinya persepsi. Stimulus yang mengenal individu itu
kemudian diorganisasikan, diinterpetasikan, sehingga individu menyadari
tentang apa yang diinderanya, proses inilah yang dimaksud dengan persepsi.
Adapun ideal keluarga harmonis yaitu seperti keluarga yang
membahagiakan dan menyenangkan semua anggota keluarga. Keharmonisan
terwujud dari hubungan antar pribadi yang memberikan suasana emosional
menyenangkan atau membahagiakan bagi pribadi yang bersangkutan.
Terciptanya hubungan baik orangtua dengan anak seperti kurangnya
ketegangan dalam keluarga, kekecewaan, serta puas terhadap seluruh keadaan
dan keberadaan dirinya yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial
memberikan tempat bagi setiap anggota keluarga menghargai perubahan yang
terjadi
Menurut Gunarsa & Gunarsa (dalam Nancy 2013), menyatakan sebuah
keluarga disebut harmonis apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia
yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan, serta puas
terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi atau aktualisasi
diri) yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial seluruh anggota
keluarga.
Perbedaan persepsi itu mengakibatkan muncul masalah seperti anak dan
orangtua menjadi miss komunikasi, sering terjadi perdebatan antara orangtua
dan anak, sehigga anak tidak merasa nyaman berada dirumah dan mencari
kenyamanan atau kesenangan diluar rumah.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada salah satu
remaja, maka peneliti tertarik untuk meneliti persepsi remaja tentang
keharmonisan keluarga.
F. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut
“Bagaimana persepsi remaja tentang keharmonisan keluarganya”
G. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “persepsi remaja
H. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Sebagai bahan pengembangan ilmu psikologi pada umumnya serta
bidang psikologi sosial pada khususnya yang membahas tentang Persepsi
remaja tentang keharmonisan keluarga.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti, yaitu untuk memahami lebih dalam tentang aspek
psikologis dan Persepsi remaja tentang keharmonisan keluarga.
b. Bagi keluarga, terutama yang memiliki anak remaja yaitu dapat