• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN AKUNTANSI KONSERVATIF PADA PERUSAHAANYANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) (Studi pada Perusahaan Manuf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN AKUNTANSI KONSERVATIF PADA PERUSAHAANYANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) (Studi pada Perusahaan Manuf"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Menurut Weston dan Brigham (1998) dalam Alfian 2013, hubungan

keagenan terjadi antara pemegang saham (pemilik) dan manajer serta

pemegang saham (melalui manajer) dan kreditur. Dalam hubungan keagenan

antara pemilik perusahaan dengan manajer perusahaan dan manajer

perusahaan dengan kreditur, kemungkinan besar perusahaan akan memilih

prosedur akuntansi yang meningkatkan laba atau prosedur yang tidak

menerapkan prinsip konservatisme akuntansi. Tidak diterapkannya prinsip

konservatisme akuntansi dikarenakan perhitungan bonus yang akan diperoleh

oleh manajer dan pihak dalam lainnya dihitung dari nilai laba yang diperoleh

perusahaan. Lalu alasan lainnya adalah untuk menunjukkan kinerja yang

baik, dengan begitu perusahaan akan dengan mudah meminjam dana kepada

kreditur. Karena pada situasi laba yang tinggi kreditur akan yakin bahwa

perusahaan mampu menutup hutang-hutangnya dan beranggapan perusahaan

dapat mengurangi tingkat risiko utang tidak dibayarnya.

Agen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan

principal, sehingga menimbulkan adanya asimetri informasi yaitu suatu

(2)

stakeholder sebagai pengguna informasi. Menurut Scott (2009:8) dalam

Alfian (2013), terdapat 2 macam asimetri informasi, yaitu:

1. Adverse selection

Yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya memiliki lebih

banyak pengetahuan tentang keadaan dan prospek perusahaan

dibandingkan dengan investor selaku pihak luar. Informasi mengenai fakta

yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh

pemegang saham tidak disampaikan oleh manajer kepada pemegang

saham.

2. Moral hazard

Yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh manajer tidak seluruhnya

diketahui oleh pemegang saham maupun kreditur. Sehingga manajer dapat

melakukan tindakan yang melanggar kontrak dan secara etika atau norma

tidak layak untuk dilakukan di luar sepengetahuan pemegang saham.

Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Alfian (2013) menyatakan

bahwa untuk menangani masalah-masalah keagenan seperti perbedaan tujuan

dan asimetri informasi tersebut, dapat dilakukan dengan cara pemantauan.

Pemegang saham sebagai prinsipal dari agen dapat membuat suatu sistem

pengendalian yang dapat memantau tindakan manajer yang mungkin akan

melanggar kontrak yang telah ditetapkan seperti mendahulukan kepentingan

manajer guna memaksimumkan kekayaan pribadi sebelum memberikan

(3)

Atas uraian mengenai teori agensi di atas, maka dapat dilihat hubungan

antara teori agensi dengan penelitian ini adalah apakah akan digunakan atau

tidak prinsip konservatisme akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan

perusahaan oleh manajer perusahaan. Dalam hubungan keagenan antara

pemilik perusahaan dengan manajer perusahaan dan manajer perusahaan

dengan kreditur, kemungkinan besar perusahaan akan memilih prosedur

akuntansi yang meningkatkan laba atau prosedur yang tidak menerapkan

prinsip konservatisme akuntansi.

Tidak diterapkannya prinsip konservatisme akuntansi dikarenakan

perhitungan bonus yang akan diperoleh oleh manajer dan pihak dalam lainnya

dihitung dari nilai laba yang diperoleh perusahaan. Lalu alasan lainnya

adalah untuk menunjukkan kinerja yang baik, dengan begitu perusahaan akan

dengan mudah meminjam dana kepada kreditur. Karena pada situasi laba

yang tinggi kreditur akan yakin bahwa perusahaan mampu menutup

hutang-hutangnya dan beranggapan perusahaan dapat mengurangi tingkat risiko

utang tidak dibayarnya.

2.1.2 Teori Akuntansi Positif ( Positive Accounting Theory )

Menurut Watts dan Zimmerman (1986) dalam Daljono (2013)

berpendapat bahwa terdapat tiga hipotesis dalam teori akuntansi positif

(positive accounting theory) yang dapat memotivasi manajer melakukan

manajemen laba. Hipotesis-hipotesis tersebut adalah:

(4)

(2) Hipotesis perjanjian hutang (debt covenant hypotesis),

(3) Hipotesis biaya politik (political cost hypotesis).

Hipotesis-hipotesis tersebut memiliki masing-masing proksi yang

digunakan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan

konservatisme akuntansi. Proksi-proksinya yaitu rasio leverage yang menjadi

proksi dalam menjelaskan hipotesis perjanjian hutang, lalu ukuran perusahaan

yang menjadi proksi dalam menjelaskan hipotesis biaya politik, serta

kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik yang menjadi proksi dalam

menjelaskan hipotesis program bonus.

Hubungan antara teori akuntansi positif dengan penelitian ini adalah

hipotesis-hipotesis dalam teori akuntansi positif yang dapat digunakan untuk

pemilihan keputusan manajemen untuk menggunakan prinsip konservatisme

akuntansi atau tidak (optimis). Hipotesis-hipotesis tersebut memiliki

masing-masing proksi yang digunakan sebagai faktor-faktor yang

mempengaruhi pemilihan konservatisme akuntansi serta menjadi variabel

independen dalam penelitian ini.

2.1.3 Konservatisme Akuntansi

Konservatisme adalah reaksi yang cenderung mengarah pada sikap

kehati-hatian atau disebut prudent reaction dalam menghadapi ketidakpastian

yang melekat dalam perusahaan dan melingkupi aktivitas bisnis dan ekonomi

untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko inheren yang

(5)

Implikasi dari penerapan konservatisme adalah sikap kehati-hatian dalam

pengakuan dan pengukuran pendapatan dan aset yang pada umumnya terlihat

dari penggunaan metode akuntansi yaitu pelaporan laba dan aset yang lebih

rendah atau pelaporan hutang yang lebih tinggi (Dewi, 2003) dalam

Oktomegah (2012). Implikasi konsep konservatisme terhadap prinsip

akuntansi yaitu mengakui biaya atau rugi yang memungkinkan akan terjadi,

tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang

walaupun kemungkinan terjadinya besar. Givoly dan Hayn (2000) dalam

Oktomegah (2012) menunjukkan perspektif jangka panjang terhadap

konservatisme. Konservatisme sebagai pengakuan awal untuk biaya dan rugi

serta menunda pengakuan pendapatan dan keuntungan. Konservatisme

menyebabkan understatement terhadap laba pada periode kini yang dapat

mengarah pada overstatement terhadap laba pada periode-periode berikutnya,

sebagai akibat understatement terhadap biaya pada periode tersebut.

Kieso, Weygandt, dan Warfield, (2009:50) dalam Oktomegah (2012)

menyatakan bahwa tidak hanya konvensi akuntansi yang salah dipahami

seperti halnya konservatisme. Konservatisme berarti jika ragu, pilihlah solusi

yang sangat kecil kemungkinannya akan menghasilkan pendapatan yang

terlalu tinggi bagi aset dan laba. Tidak ada ketentuan dalam konservatisme

akuntansi agar aset bersih atau laba bersih disajikan terlalu rendah tetapi

banyak orang yang mengintepretasikan seperti itu. Tujuan dari konvensi ini,

jika diaplikasikan secara tepat adalah menyediakan pedoman yang paling

(6)

bersih yang terlalu tinggi. Contoh konservatisme dalam akuntansi adalah

pemakaian metode yang terendah antara biaya dan harga pasar ketika nilai

persediaan dan aturan yang mengharuskan kerugian bersih akrual diakui atas

komitmen pembelian barang untuk persediaan oleh perusahaan. Jika muncul

keraguan, maka lebih baik menyajikan angka laba bersih dan aset bersih yang

terlau rendah daripada terlalu tinggi. Namun jika tidak ada keraguan, maka

tidak perlu melakukan metode ini.

Konservatisme muncul akibat adanya insentif yang berhubungan dengan

biaya kontrak atas perjanjian hutang, biaya politis seperti pajak dan

sebagainya, serta bonus atas kinerja manajemen. Seperti pendapat Lara, et

al., (2005) dalam Alfian (2013), konservatisme biasanya didefinisikan

sebagai reaksi kehati-hatian (prudent) terhadap ketidakpastian, ditujukan

untuk melindungi hak-hak dan kepentingan pemegang saham (shareholders)

dan pemberi pinjaman (debtholders) yang menentukan sebuah verifikasi

standar yang lebih tinggi untuk mengakui goodnews daripada badnews.

Konservatisme memiliki beberapa faktor-faktor yang dapat digunakan

oleh persahaan dalam menyusun laporan keuangan. Faktor-faktor tersebut

bermanfaat untuk mengetahui metode mana yang baik digunakan untuk

penyusunan laporan keuangan.

Prinsip Konservatisme dalam laporan keuangan perusahaan merupakan

prinsip yang masih kontrovesial sampai saat ini. Ada beberapa pihak yang

(7)

bermanfaat, tetapi ada beberapa pihak juga yang tidak mendukung adanya

prinsip konservatisme karena tidak bermanfaat. Berikut ini akan dijelaskan

akuntansi konservatisme yang bermanfaat dan tidak bermanfaat:

1. Akuntansi konservatisme bermanfaat

Salah satu diperlukannya prinsip konservatisme dalam laporan

keuangan perusahaan adalah menetralisir optimisme para manajer

dalam melaporkan hasil usahanya. Artinya laporan keuangan yang

dihasilkan akan bersifat pesimis. Menurut Watts (2003) dalam

Aristiyani (2013), prinsip konservatisme ini dapat menghindari sikap

optimisme para manajer dalam kontrak-kontrak yang menggunakan

laporan keuangan sebagai media nya. Dengan begitu prinsip

konservatisme dapat menghindari sifat moral hazard dan praktik

manajemen laba oleh manajer dalam perusahaan.

Watts (2003) dalam Aristiyani (2013), menyatakan selain untuk

membatasi perilaku optimisme manajer, prinsip ini dapat memberikan

manfaat bagi perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan karena

akan membatasi opportunistic payment kepada manajer dalam bentuk

bonus dan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Selain itu

manfaat lainnya adalah mengurangi potensi tuntutan hukum (litigation)

akibat pencatatan laba yang overstatement. Dan terakhir menaati

peraturan yang dibuat oleh standar akuntansi dalam metode yang dipilih

(8)

Prinsip ini sangat menolong para kreditur, pemegang saham

serta calon investor karena hasil laba yang dilaporkan perusahaan

merupakan nilai laba minimal. Menurut Almilia (2004) dalam Alfian

(2012), nilai laba dalam laporan keuangan yang disusun menggunakan

prinsip konservatisme merupakan laba yang berkualitas karena

menunjukan laba minimal atau laba yang nilainya tidak dibesar

besarkan.

2. Akuntansi konservatisme tidak bermanfaat

Salah satu kritik yang sering muncul dalam penggunaan

akuntansi konservatisme adalah prinsip ini mempengaruhi hasil dari

laporan keuangan. Kiryanto dan Supriyanto (2006) dalam Alfian

(2013) menyatakan bahwa jika laporan keuangan dibuat atas dasar

metode konservatif hasilnya cenderung bias dan tidak mencerminkan

keadaan keuangan perusahaan sebenarnya. Ini dikarenakan prinsip

konservatisme yang lebih cepat mengakui kewajiban dan biaya serta

lebih lambat mengakui aktiva dan pendapatan.

2.1.4 Rasio Laverage

Menurut Sutrisno (2003:248) dalam Astarini 2011, rasio leverage adalah

“rasio yang menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan

dibelanjai dengan utang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau

leverage faktornya sama dengan nol artinya perusahaan dalam beroperasi

(9)

Rasio leverage ini digunakan dalam pengukuran debt convenant, yaitu

suatu perjanjian utang jangka panjang. Rasio leverage adalah rasio tingkat

hutang perusahaan yang digunakan untuk membiayai asset dengan maksud

memperbesar perusahaan perusahaan tersebut dan menjadi pengukur

keamanaan para kreditur, seperti bank atau lembaga pemberi pinjaman, untuk

mengambil keputusan memberi pinjaman atau tidak. Menurut Sari dan

Adhariani (2009) dalam Alfian (2013), pembatas dari debt covenant

hypothesis adalah debt/equity hypothesis yang dapat dijelaskan dengan

menggunakan rasio leverage. Hipotesis tersebut dapat memprediksi manajer

akan meningkatkan laba dan aset atau memilih prosedur akuntansi yang

optimis. Hal itu dilakukan untuk mengurangi kemungkinan perusahaan

melanggar kontrak utangnya dan menghindari perusahaan dari biaya

renegoisasi kontrak utang.

Kontrak utang (debt covenant ) merupakan perjanjian untuk melindungi

pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer terhadap kepentingan

kreditor, seperti pembagian dividen yang berlebihan, atau membiarkan

ekuitas di bawah tingkat yang telah ditentukan.

2.1.5 Ukuran Perusahaan

Perusahaan atas ukurannya dibagi menjadi perusahaan kecil dan besar,

dimana perusahaan yang besar memiliki sistem manajemen yang lebih

kompleks dan memiliki laba yang lebih tinggi pula. Oleh karena itu

(10)

daripada perusahaan perusahaan kecil, perusahaan yang berukuran besar akan

dikenakan biaya politis yang tinggi. Sehingga untuk mengurangi biaya politis

tersebut perusahaan menggunakan akuntansi konservatif. Ukuran perusahaan

akan mempengaruhi tingkat biaya politis yang dihadapi perusahaan sehingga

akan mempengaruhi penggunaan prinsip akuntansi yang konservatif (Watts

dan Zimmerman dalam Wardhani, 2008).

Menurut Deviyanti (2012), pemerintah selaku penentu kebijakan akan

lebih mengawasi perusahaan yang besar, salah satu kebijakannya adalah

pajak. Semakin besar tingkat pendapatan atau penjualan perusahaan

membuat semakin tinggi pula pajak yang harus dibayar. Hal tersebut

membuat pemerintah akan mendorong perusahaan untuk membayar pajak

yang tinggi seiring dengan laba tinggi yang dihasilkan oleh perusahaan

tersebut. Selain itu, pemerintah juga akan meminta perusahaan untuk

memberikan pelayanan publik dan tanggung jawab sosial yang lebih tinggi

kepada masyarakat.

Lain hal nya dengan perusahaan yang termasuk dalam kategori

perusahaan kecil. Perusahaan yang masuk dalam kategori ini lebih memilih

meningkatkan nilai laba dalam melakukan pelaporan laba nya. Hal ini

didasari dari jumlah pajak yang dibayarkan perusahaan kecil tidak sebesar

perusahaan besar dan perusahaan kecil juga tidak terlalu menjadi sorotan

pemerintah. Oleh karena itu pemerintah tidak mewajibkan perusahaan kecil

memberikan pelayanan publik dan tanggung jawab sosial yang tinggi kepada

(11)

2.1.6 Kepemilikan Manajerial

Penggunaan konsep konservatisme berkaitan pula dengan struktur

kepemilikan manajerial pada sebuah perusahaan. Struktur kepemilikan

manajerial merupakan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh

perusahaan dibandingkan dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak

eksternal. Besar kecilnya struktur kepemilikan saham dapat mempengaruhi

kebijakan dan pengambilan keputusan perusahaan.

Menurut Alfiana (2006), plan bonus hypothesis dalam possitive

accounting theory menyatakan bahwa manajer akan bertindak seiring dengan

bonus yang diberikan. Jika target laba perusahaan tercapai, maka bonus akan

diberikan kepada manajemen perusahaan oleh pemilik atau pemegang saham

perusahaan. Dengan begitu pelaporan perusahaan akan kurang konservatif

dikarenakan manajemen laba yang mungkin dilakukan manajemen

perusahaan demi mendaptkan bonus.

Namun jika kepemilikan manajer lebih banyak dibanding para investor

lain, maka manajemen cenderung melaporkan laba lebih konservatif. Karena

rasa memiliki manajer terhadap perusahaan itu cukup besar, maka manajer

lebih berkeinginan untuk mengembangkan dan memperbesar perusahaan

daripada mementingkan bonus yang didapat jika memenuhi target laba.

Dengan metode konservatif, maka akan terdapat cadangan tersembunyi yang

cukup besar untuk meningkatkan jumlah investasi perusahaan. Hipotesis ini

(12)

menyatakan semakin rendah kepemilikan manajerial akan menyebabkan

laporan keuangan menjadi tidak konservatif.

Terdapat hubungan positif antara struktur kepemilikan manajerial dengan

konservatisme akuntansi. Wardhani (2008) dalam Alfian (2013) menyatakan

bahwa kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menurunkan

permasalahan agensi karena semakin banyak saham yang dimiliki oleh

manajemen, maka semakin kuat motivasi mereka untuk bekerja dalam

meningkatkan nilai saham perusahaan. Kepemilikan saham oleh manajemen

juga dapat mengurangi tindakan oportunistik manajemen dengan cara

memanipulasi laba.

2.1.7 Kepemilikan Publik

Struktur kepemilikan publik merupakan persentase jumlah saham yang

dimiliki oleh publik dibandingkan dari seluruh saham yang beredar.

Pengendalian akan cenderung rendah apabila kepemilikan publik menyebar.

Hal ini dikarenakan pemilik saham dari suatu perusahaan menjadi banyak

dengan masing-masing pemilik hanya memiliki jumlah saham yang sedikit.

Perusahaan akan dapat melakukan manajemen laba dengan menaikkan

labanya agar mendapat bonus karena kinerjanya dinilai bagus (asumsi bonus

plan). Qiang (2003) dalam Widya (2005) menjelaskan bahwa perusahaan

dengan kepemilikan publik lebih terkonsentrasi, maka free rider akan

berkurang dari investor kecil, dan kos yang dikeluarkan lebih rendah untuk

(13)

Menurut Deviyanti (2012) struktur kepemilikan publik merupakan

persentase jumlah saham yang dimiliki oleh publik dibandingkan dengan

jumlah seluruh saham yang beredar. Semakin menyebarnya kepemilikan

publik maka semakin rendah pengendalian, hal ini disebabkan banyaknya

pemilik saham perusahaan namun masing-masing hanya memiliki jumlah

saham yang sedikit. Dengan kondisi seperti ini manajemen akan dapat dengan

mudah melakukan manajemen laba karena adanya fleksibelitas dalam

menyajikan informasi laporan keuangan.

2.1.8 Investment Opportunity Set (IOS)

Myers (1977) dalam Fury dan Dina (2011) mengemukakan suatu konsep

mengenai investment opportunity set/IOS (set kesempatan investasi). Dalam

konsep ini dikatakan bahwa pada dasarnya IOS merupakan kombinasi assets

in place (aktiva riil yang dimiliki) yang sifatnya tangible dengan investment

opportunity atau growth option yang sifatnya intangible. Keduanya akan

sangat menentukan keputusan pendanaan di masa depan. Perusahaan dengan

kesempatan investasi yang besar, memiliki alternatif-alternatif investasi

dengan net present value (NPV) positif. Nilai perusahaan akan sangat

ditentukan oleh pemanfaatan peluang investasi tersebut. Kondisi ini

menunjukkan bahwa kesempatan investasi merupakan suatu pilihan bagi

manajer (managerial discreation) untuk meningkatkan pertumbuhan

perusahaan. Perusahaan akan memiliki peluang untuk bertumbuh apabila

(14)

konservatif merupakan konsep yang sesuai karena konsep tersebut

menunjukan pertumbuhan suatu perusahaan karena aktiva netto yang

dilaporkan lebih rendah dari nilai pasar

2.2 Telaah Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai bahan

perbandingan dan referensi dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai

berikut :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian Variabel

Independen

Hasil Penelitian

1. Angga Alfian (2013)

Analisis Faktor-Faktor

yang Berpengaruh

Terhadap Pemilihan Konservatisme

Akuntansi

Rasio Laverage, Ukuran

Perusahaan,

Intensitas Modal, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Publik, Kesempatan Tumbuh

1.Rasio Laverage, Intensitas Modal dan Kesempatan Tumbuh berpengaruh positif terhadap

konservatisme akuntansi.

2Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh

negatif terhadap

konservatisme akuntansi. 3.Kepemilikan

Manajerial dan

Kepemilkan Publik tidak berpengaruh positif terhadap konservatisme

akuntansi. 2. Dyahayu

Artika Deviyanti (2012)

Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi

Penerapan

Konservatisme Dalam Akuntansi (Studi Pada Perusahaan Struktur Kepemilikan Manajerial, Struktur Kepemilikan Institusional, 1.Struktur Kepemilikan

Manajeria, Ukuran

Perusahaan dan

Laverage

(15)

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

Struktur Kepemilikan Publik, Ukuran Perusahaan, Laverage terhadap konservatisme akuntansi. 2.Kepemilikan Institusional,

Kpemilikan Publik berpengaruh negatif terhadap

konservatisme akuntansi. 3. Dinny

Prastiwi Brilianti (2013)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Konservatisme Akuntansi Perusahaan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,

Laverage, Komite Audit

1.Kepemilikan Manajerial

berpengaruh negatif terhadap

konservatisme akuntansi. 2.Kepemilikan Institusional dan Komite Audit tidak berpengaruh negatif terhadap

konservatisme akuntansi.

3.Laverage tidak berpengaruh positif terhadap

konservatisme akuntansi. 4. Desak

Gede Utami Aristiyani (2013)

Pengaruh Debt To

Total Assets, Dividen Payout Ratio dan

Ukuran Prusahaan

Pada Konservatisme Akuntansi Perusahaan Manufaktur BEI

Debt To Total Assets, Dividen Payout Ratio dan Ukuran Prusahaan

1.Debt To Total Assets, Ukuran Prusahaan

berpengaruh negatif terhadap

konservatisme akuntansi.

2.Dividen Payout Ratio tidak berpengaruh negatif terhadap

konservatisme akuntansi. 5. Calvin

Oktomegah (2012)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Penerapan

Konservatisme Pada

Debt Covenant, Bonus Plan, Political Cost

1.Debt Covenant,

dan Ukuran

Perusahaan

(16)

Manufaktur Di BEI konservatisme akuntansi.

2.Bonus Plan tidak berpengaruh negatif terhadap

konservatisme akuntansi. 6. Willyza

Purnama H, Daljono (2013)

Pengaruh Ukuran

Peusahaan, Rasio

Laverage, Intensitas Modal, Dan Likuiditas Perusahaan Terhadap Konservatisme

Perushaan ( Studi pada

Perusahaan yang

Belum Menggunakan IFRS)

Ukuran

Peusahaan, Rasio

Laverage,

Intensitas Modal, Likuiditas

Perusahaan

1.Ukuran Peusahaan, Intensitas Modal, berpengaruh positif terhadap

konservatisme perusahaan.

2.Rasio Laverage, Likuiditas

perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap

konservatisme perusahaan.

7. Dewi

Nadia Sari (2014)

Pengaruh Struktur

Kepemilikan

Institusional, Struktur Kepemilikan

Manajerial, Struktur Kepemilikan Publik,

Debt covenant dan

Growth Opportunities

Terhadap Konservatisme Akuntansi Struktur Kepemilikan Institusional, Struktur Kepemilikan Manajerial, Struktur Kepemilikan

Publik, Debt

covenant dan Growth Opportunities 1.Struktur Kepemilikan Manajerial

berpengaruh negatif terhadap

konservatisme akuntansi. 2.Struktur

Kepemilikan Publik,

Growth Opportunities

berpengaruh positif terhadap

konservatisme akuntansi.

3. Debt Covenant

berpengaruh positif terhadap

konservatisme akuntansi. 4.Struktur Kepemilikan

Institusional tidak berpengaruh

(17)

akuntansi. 8. Yuliani

Diah Saputri (2013)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Konservatisme

Akuntansi

Cash Flow, Company Growth, Profitability, Investment Opportunity Set

1.Cash Flow, Company Growth

tidak berpengaruh

negatif terhadap

konservatisme akuntansi. 2.Profitability, Investment

Opportunity Set

berpengaruh positif terhadap

konservatisme akuntansi. 9. Tri

Novikasari (2012)

Analsis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan

Konservatisme Dalam Akuntansi Struktur Kepemilikan Manajemen, Struktur Kepemilikan Institusional, Struktur Kepemilikan Publik, Laverage, Kesempatan Tumbuh (Growth Opportunities)

1.Struktur Kepemilikan

Manajemen,Struktur Kepemilikan Publik dan Laverage tidak berpengaruh negatif terhadap

konservatisme akuntansi. 2.Struktur Kepemilikan

Institusional dan Kesempatan Tumbuh berpengaruh positif terhdap

konservatisme akuntansi. 10. Yogie

Ramadhoni (2014)

Pengaruh Tingkat

Kesulitan Keuangan

Prusahaan, Resiko

Litigasi, Struktur Kepemilikan

Manajerial dan Debt Convenant Terhadap Konservatisme

Akuntansi

Tingkat Kesulitan, Risiko Litigasi, Struktur

Kepemilikan Manajerial, Debt Covenant

1.Tingkat Kesulitan dan Risiko Litigasi berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. 2.Struktur Kepemilikan Manajerial

berpengaruh negatif terhadap

konservatisme akuntansi.

(18)

terhadap konservatisme akuntansi. 11. Reskino

(2014)

Pengaruh Konvergensi IFRS, Bonus Plan,

Debt Convenant, dan

Political Cost

Terhadap Konservatisme Akuntansi

Konvergensi IFRS, Bonus Plan,

Debt Convenant, dan Political Cost

1.Konvergensi IFRS dan Political Cost

berpengaruh negatif terhadap

konservatisme akuntansi.

2.Bonus Plan tidak berpengaruh negatif terhadap

konservatisme akuntansi.

3.Debt Convenant

tidak berpengaruh positif terhadap konservatisme

akuntansi.

(19)

2.3Kerangka Pemikiran

Model penelitian ini merupakan penelitian yang menguji pengaruh variabel independen yaitu Rasio Leverage, Ukuran Perusahaan, Intensitas

Modal, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Publik dan Kesempatan

Tumbuh terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Kerangka pemikiran

teoritis untuk pengembangan hipotesis pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Diantara variabel-varibel independen yang telah disebutkan, diperkirakan

yang memiliki pengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi adalah

rasio leverage dan kepemilikan publik, sedangkan yang memiliki pengaruh Kepemilikan

Publik Ukuran Persahaan

Kepemilikan Manajerial

Konservatisme Akuntansi

Investment Opportunity Set

(IOS)

(20)

positif terhadap konservatisme akuntansi adalah ukuran perusahaan,

kepemilikan manajerial dan Investment Opportunity Set (IOS).

2.4 Hipotesis

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang hipotesis yang akan diuji dalam

penelitian. Terdapat enam hipotesis yang akan diuji. Pertama, rasio leverage

yangmemproksikan debt convenant hypothesis. Selanjutnya Ukuran

perusahaan yang merupakan indicator dari political cost hypothesis. Lalu

kepemilikan manajerial dan publik yang dapat di hubungkan dengan bonus

plan hypothesis. Dan yang terakhir adalah investment opportunity set (ios).

Penjelasan selengkapnya dapat dilihat pada bagian di bawah ini:

2.4.1 Pengaruh Rasio Leverage terhadap Konservatisme

Dalam kaitannya dengan kontrak utang, menurut Watts dan

Zimmerman (1990) dalam Alfian (2013) debt covenant merupakan salah

satu hipotesis dalam teori akuntansi positif. Untuk mengidentifikasi debt

covenant tersebut dapat menggunakan proksi dari tingkat rasio leverage.

Rasio leverage digunakan untuk menunjukan seberapa besar perusahaan

dibiayai oleh utang dan perbandingannya dengan total asset yang dimiliki

perusahaan. Rasio laverage juga dapat menjadi suatu indikasi bagi pemberi

pinjaman untuk tingkat keamanan pengembalian dana yang telah diberikan

kepada perusahaan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Alfian (2013), Daljono (2013)

(21)

negatif terhadap konservatisme akuntansi. Karena semakin besar rasio

leverage, semakin besar pula kemungkinan perusahaan akan menggunakan

prosedur yang meningkatkan laba yang dilaporkan periode sekarang, atau

laporan keuangan disajikan cenderung tidak konservatif (optimis) (Sari dan

Adhariani, 2009 dalam Daljono 2013). Karena semakin besar rasio leverage

maka artinya kondisi keuangan perusahaan tidak begitu baik, dan biasanya

manager yang ingin mendapatkan pinjaman dari kreditor akan

mempertimbangkan juga rasio ini, sehingga kecenderungan untuk

meningkatkan laba yang dilaporkan agar kondisi keuangan terlihat baik oleh

kreditor, dan ini mengakibatkan perusahaan tidak konservatif. Berdasarkan

uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis pertama sebagai berikut:

H1 : Rasio leverage berpengaruh negatif terhadap tingkat konservatisme

akuntansi.

2.4.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Konservatisme

Ukuran perusahaan merupakan salah satu indikator untuk mengamati

besar biaya politis yang harus ditanggung. Watss dan Zimmerman (1990)

dalam Alfian (2013) berpendapat bahwa political cost hypothesis dapat

memprediksikan bahwa perusahaan besar lebih sensitif terkait dengan biaya

politis. Hal ini terkait atas dorongan pemerintah, yang menjadi pembuat

kebijakan di negara yang bersangkutan, untuk pemabayaran biaya politis.

Maka untuk mengurangi pembayaran biaya politis tersebut perusahaan

(22)

konservatisme pada laporan keuangan dilakukan karena pemerintah

menggunakan informasi akuntansi dalam pengalihan kekayaan perusahaan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Alfian (2013), Daljono (2013)

dan Astriyani (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

positif terhadap konservatisme akuntansi. Karena untuk menghindari biaya

politis maka akan dilakukan pelaporan laba yang konservatif. Berdasarkan

uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis kedua sebagai berikut:

H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat

konservatisme akuntansi.

2.4.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Konservatisme

Menurut Alfina (2006), plan bonus hypothesis dalam possitive

accounting theory menyatakan bahwa manajer akan bertindak seiring dengan

bonus yang diberikan. Jika target laba perusahaan tercapai, maka bonus akan

diberikan kepada manajemen perusahaan oleh pemilik atau pemegang saham

perusahaan. Dengan begitu pelaporan perusahaan akan kurang konservatif

dikarenakan manajemen laba yang mungkin dilakukan manajemen

perusahaan demi mendaptkan bonus.

Namun jika kepemilikan manajer lebih banyak dibanding para investor

lain, maka manajemen cenderung melaporkan laba lebih konservatif. Karena

rasa memiliki manajer terhadap perusahaan itu cukup besar, maka manajer

lebih berkeinginan untuk mengembangkan dan memperbesar perusahaan

(23)

Hipotesis ini didukung oleh hasil penelitian Alfian (2013), Sari (2014),

dan Brilianti (2013) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh

positif terhadap konservatisme akuntansi. Jika kepemilkan manajerial lebih

banyak dibanding para investor lain, maka manajemen cenderung melaporkan

laba lebih konservatif. Karena rasa memiliki manajer terhadap perusahaan itu

cukup besar, maka manajer lebih berkeinginan untuk mengembangkan dan

memperbesar perusahaan daripada mementingkan bonus yang didapat jika

memenuhi target laba. Dengan metode konservatif, maka akan terdapat

cadangan tersembunyi yang cukup besar untuk meningkatkan jumlah

investasi. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan hipotesis keempat

adalah:

H3 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap tingkat

konservatisme akuntansi.

2.4.4 Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Konservatisme

Kepemilikan saham oleh publik juga dapat mempengaruhi keputusan

manajemen dalam menerapkan konservatisme akuntansi. Jika kepemilikan

saham yang dimiliki publik lebih banyak maka manajer lebih memilih

melaporkan laba dengan nilai yang tinggi atau secara optimis. Karena pihak

pemegang saham menginginkan pengembalian atas investasi, baik dividen

maupun capital gain mereka lebih tinggi.

Keputusan manajemen untuk melaporkan laba dengan nilai yang tinggi

(24)

manajemen karena menyebarnya kepemilikan. Hal tersebut akan

menimbulkan fleksibilitas yang dimiliki manajemen dalam menyajikan

informasi laporan keuangan. Manajemen dapat saja menaikan nilai laba atau

melakukan income maximation untuk mencapai target laba yang diinginkan

pemilik atau pemegang saham. Dengan begitu manajemen akan

mendapatkan bonus atas kinerjanya yang terlihat baik (bonus plan

hypothesis).

Hipotesis ini didukung oleh hasil penelitian Alfian (2013), Sari (2014),

dan Deviyanti (2012) menyatakan bahwa kepemilikan publik berpengaruh

negatif terhadap penerapan konsevatisme akuntansi. Bila kepemilikan publik

menyebar, maka kontrol terhadap manajemen akan berkurang. Manajemen

sebagai pihak pengelola dapat melaporkan laba secara overstatement agar

kinerja manajemen perusahaan terlihat bagus dan manajemen akan

mendapatkan bonus. Hal tersebut dapat menjawab bahwa kepemilikan publik

dalam penelitian ini dapat digunakan untuk menjelaskan plan bonus

hypothesis. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan hipotesis kelima

adalah:

H4 : Kepemilikan publik berpengaruh negatif terhadap tingkat

(25)

2.4.5 Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Konservatisme

Kesempatan Investasi atau Investment Opportunity Set (IOS)

menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi

suatu perusahaan, (Hartono, 2003 : 58 dalam Pramudita, 2012). Berdasarkan

defenisi diatas bahwa pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk

berkembang, namun seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan

semua kesempatan investasi di masa mendatang. Bagi perusahaan yang tidak

dapat menggunakan kesempatan investasi tersebut akan mengalami suatu

pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesempatan yang

hilang. Hipotesis ini didukung oleh penelitian Saputri (2013) menyatakan

investment opportunity set (ios) berpengaruh positif terhadap konservatisme

akuntansi. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar investment

opportunity set maka akan semakin besar market to book ratio sebagai proksi

konservatisme akuntansi. Sebaliknya semakin kecil investment opportunity

set maka akan semakin kecil pula market to book ratio sebagai proksi

konservatisme akuntansi. Hal ini terjadi karena pasar bereaksi positif terhadap

pertumbuhan perusahaan, sehingga harga saham meningkat. Harga saham ini

akan meningkatkan nilai IOS yang berarti akan semakin besar pula nilai

market to book ratio perusahaan. Dengan demikian, maka dapat

disimpulkan hipotesis keenam adalah:

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
gambar 2.1 berikut

Referensi

Dokumen terkait

PANITIA PENGADAAN BARANG / JASA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA PURUK CAHU TAHUN ANGGARAN 2012.. Alamat

2/2005 tentang Pengendalian Kualitas Udara Dalam Ruangan (KUDR), berupaya mengimplementasi KDM di dalam ruangan secara 100% tanpa ruang merokok. Sehingga adanya aturan

Tabel 7 menunjukkan bahwa pendekatan peramalan hirarki yang paling baik digunakan untuk meramalkan produk hem panjang dewasa pria di seluruh toko yang diteliti pada

Judul Skripsi :Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa dan Keterampilan Membaca Pemahaman Aksara Jawa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament

It is possible to set preferences in the Current Directory window using the Preferences option from the File menu (Figure 1-31 ).. This gives you the Current Directory Preferences

library, change the List view options, sort your content, and search for songs, artists, albums, music videos, audio books, movies, TV shows, applications, and games.. ✓ Chapter

Dari hasil simulasi pemanenan konstan dan musiman berdasarkan parameter kemampuan tangkap ikan diperoleh nilai yaitu real positif dan negatif yang menunjukkan kestabilan

Adapun rencana perbaikan yang telah disusun antara lain: mengembangkan jaringan dan kerjasama untuk pengembangan kewirausahaan dengan berbagai pihak baik di dalam negeri