• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM f717344e9b BAB IIIBAB 3 RTRW SEBAGAI ARAHAN KONSEP SPASIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM f717344e9b BAB IIIBAB 3 RTRW SEBAGAI ARAHAN KONSEP SPASIAL"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

3 - 1 Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang

adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi

sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan

fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang

meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang

tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan

juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara

lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan

sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang

dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No.

26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai

pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah

provinsi, serta keserasian antarsektor,

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM

kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

3

(2)

3 - 2 ▪ Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi

skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Kriteria:

▪ Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan

ekspor-impor yang mendukung PKN,

▪ Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan

jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

▪ Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang

melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Kriteria:

▪ Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara

tetangga,

▪ Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang

menghubungkan dengan negara tetangga,

▪ Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan

wilayah sekitarnya, dan/atau

▪ Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong

perkembangan kawasan di sekitarnya.

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

▪ Pertahanan dan keamanan,

✓ diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara

(3)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

3 - 3 ✓ diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi

dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem

persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

✓ merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang

berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

▪ Pertumbuhan ekonomi,

✓ memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

✓ memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi

nasional,

✓ memiliki potensi ekspor,

✓ didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,

✓ memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

✓ berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka

mewujudkan ketahanan pangan nasional,

✓ berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka

mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

✓ ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

▪ Sosial dan budaya

✓ merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya

nasional,

✓ merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa,

✓ merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,

✓ merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

✓ memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau

✓ memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

▪ Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

✓ diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

✓ pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional,

pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

✓ memiliki sumber daya alam strategis nasional

✓ berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa

✓ berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau

(4)

3 - 4 menimbulkan kerugian negara,

✓ memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro

✓ menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup

✓ rawan bencana alam nasional

✓ sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas

terhadap kelangsungan kehidupan.

Tabel 3.1 Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun

(5)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

(6)
(7)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

(8)
(9)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

(10)
(11)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

(12)
(13)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

(14)
(15)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

(16)
(17)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

(18)
(19)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

(20)
(21)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

(22)

3 - 22

3.2. RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPI2-JM

Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN.

b. Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa:

▪ Ekonomi

▪ Lingkungan Hidup

▪ Sosial Budaya

▪ Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi

▪ Pertahanan dan Keamanan

c. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:

▪ Arahan pengembangan pola ruang:

✓ Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

✓ Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan

RTH.

✓ Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan

prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

✓ Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang

khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut:

a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok,

Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;

b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar,

(23)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

3 - 23 c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros,

Sungguminasa, Takalar;

d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai,

Deli Serdang, dan Karo;

e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat

Sunda;

f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan

Karimun.

3.3. Arahan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari

RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPI2-JM

Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan

pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang

terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana

yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta

Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase,

RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:

a. Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi;

b. Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan;

c. Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera;

d. Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali.

3.4. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah

Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan

(24)

3 - 24 prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

b. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta

Karya.

Hingga saat ini, RTRW Provinsi yang telah memiliki Perda adalah sebagai berikut:

a. Perda No. 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali;

b. Perda No. 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten;

c. Perda No. 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bengkulu;

d. Perda No. 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta;

e. Perda No. 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta;

f. Perda No. 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo;

g. Perda 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat;

h. Perda No. 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah;

i. Perda No. 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur;

j. Perda No. 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung;

k. Perda No. 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat;

l. Perda No. 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur;

m. Perda No. 9 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan;

n. Perda No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Barat.

3.4.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur

3.4.1.1. Arahan Pengelolaan Kawasan Lindung Dan Budidaya

A. Arahan Pengelolaan Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melidungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah

(25)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

3 - 25 kondisi fisik wilayah meliputi kelerengan, ketinggian, curah hujan, jenis tanah, erodibilitas serta

ketebalan top soil, di Jawa Timur direncanakan :

a. Penambahan kawasan lindung baru yang berfungsi sebagai kawasan resapan air (perlindungan

bawahan) seluas 447.824,5 Ha.

Kawasan dengan fungsi perlindungan bawahan ini dapat juga berfungsi sebagai budidaya

khusus tanaman keras/tahunan sehingga tetap produktif tetapi tidak mengganggu tanaman

dan fungsinya sebagai kawasan lindung khususnya menjaga kestabilan tata air. Jenis tanaman

disesuaikan dengan potensi wilayah masing-masing kabupaten/kota terutama yang

membentuk ciri produk wilayah.

b. Untuk kawasan yang memiliki fungsi sebagai kawasan lindung terbatas atau kawasan yang

berada pada kelerengan 25 - 40 % juga merupakan kawasan penyangga yang dapat

dibudidayakan khusus untuk perkebunan tanaman tahunan yang berarti juga memiliki fungsi

sebagai kawasan lindung. Hal ini untuk melindungi fungsi perlindungan bawahan sebagai

kawasan resapan air, sehingga meskipun dibudidayakan tetapi tidak mengurangi fungsinya

sebagai kawasan lindung. Jenis tanaman yang diarahkan adalah tanaman buah-buahan, yang

disesuaikan dengan karakter masing-masing wilayah.

c. Di Propinsi Jawa Timur diperlukan alih fungsi hutan produksi menjadi hutan lindung seluas

251.618,03 Ha, karena hutan produksi ini terletak pada wilayah yang memiliki kelerengan lebih

dari 40 % dan secara teknis berada pada kawasan lindung. Untuk menjaga keseimbangan

lingkungan dan mencegah berulangnya kerusakan lingkungan khususnya tanah longsor dan

banjir akibat berkurangnya tutupan tanah yang memiliki kemampuan meresapkan air maka

alih fungsi ini harus dilakukan secara bertahap.

Berdasarkan kajian penetapan kawasan lindung yang dilakukan dan sinkronisasi secara

keseluruhan dengan kab/kota, maka penambahan kawasan resapan air sekaligus dapat

dibudidayakan perkebunan tanaman tahunan/tanaman keras dapat dilakukan secara bertahap.

Adapun wilayah yang memerlukan pengembangan hutan atau perkebunan ini meliputi: Kabupaten

Pacitan bagian Selatan, Kabupaten Blitar bagian Selatan dan utara, Kabupaten Malang bagian

Utara dan Selatan, Kabupaten Tulungagung bagian Utara, Kabupaten Kediri bagian Barat dan

Timur, Kabupaten Mojokerto bagian Barat, dan Kabupaten Banyuwangi bagian timur dan Utara.

Pada kawasan ini dilarang melakukan perubahan fungsi lindung mengingat perubahan ini rawan

menimbulkan erosi, banjir dan bencana alam lainnya. Kawasan lindung ini vegerasi yang terbaik

(26)

3 - 26 menjadi kawasan budidaya pada tahun 2003 sebesar 49.144 Ha. Pencegahan terjadinya alih fungsi

hutan ini serta upaya penyelamatan dan rehabilitasi kawasan lindung mengingat kondisi kawasan

konservasi semakin hari semakin memprihatinkan, bencana kekeringan saat kemarau dan banjir

serta longsor saat musim hujan terus terjadi.

Arahan pengelolaan kawasan lindung meliputi semua upaya perlindungan, pengawetan,

konservasi dan pelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungannya guna mendukung

kehidupan secara serasi yang berkelanjutan. Maka tidak dapat dialihfungsikan menjadi kawasan

budidaya, dan kawasan lindung meliputi kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan

kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

Arahan pengelolaan dalam upaya melestarikan kawasan lindung secara umum adalah

sebagai berikut:

a. Pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan konservasi dan hutan lindung.

b. Penambahan luasan kawasan lindung, yang merupakan hasil alih fungsi hutan produksi

menjadi hutan lindung.

c. Pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya.

d. Pengembangan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan lindung.

e. Percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk kriteria kawasan lindung

dengan melakukan penanaman pohon lindung yang dapat di gunakan sebagai perlindungan

kawasan bawahannya yang dapat diambil hasil hutan non-kayunya.

f. Membuka jalur wisata jelajah/pendakian untuk menanamkan rasa memiliki terhadap alam.

g. Pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana pendidikan penelitian dan pengembangan

kecintaan terhadap alam.

h. Percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai dengan

fungsi lindung.

B. Arahan Pengelolaan Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya memiliki beberapa jenis pemanfaatan antara lain sebagai kawasan

(27)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

3 - 27 pertambangan, perikanan, dan sebagainya. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan dengan motivasi

pembangunan di bidang perekonomian dan harus tetap memperhatikan pemeliharaan kualitas

lingkungan. Pengembangan kawasan budidaya disini adalah segala usaha untuk meningkatkan

pendayagunaan lahan yang dilakukan di luar kawasan lindung, yang kondisi fisik dan sumber daya

alamnya dianggap potensial untuk dimanfaatkan, tanpa mengganggu keseimbangan dan

kelestarian ekosistem. Pengembangan kawasan budidaya dilakukan dengan jalan mendorong

pertumbuhan kegiatan usaha yang memanfaatkan lahan berdasarkan potensi dan fungsi kawasan

budidaya tersebut. Secara makro untuk memacu pertumbuhan di Propinsi Jawa Timur diperlukan

adanya penetapan kawasan yang dapat dikembangkan.

Arahan pengelolaan kawasan budidaya meliputi segala usaha untuk meningkatkan

pendayagunaan lahan yang dilakukan di luar kawasan lindung, yang kondisi fisik dan sumber daya

alamnya dianggap potensial untuk dimanfaatkan, tanpa mengganggu keseimbangan dan

kelestarian ekosistem.

1. Kawasan Hutan Produksi

Hutan produksi merupakan kawasan hutan yang dikelola untuk peningkatan kesejahteraan

penduduk, dalam arti keberadaan hutan produksi dapat difungsikan sebagai lahan produktif

dengan tidak mengganggu tegakan dan yang diambil hanya hasil dari tanaman tersebut.

Dengan demikian hutan produksi dibagi menjadi hutan produksi terbatas dan hutan produksi

tetap. Adapun luas rencana hutan produksi 561.335,37 Ha, yang terdiri dari:

a. Hutan Produksi Terbatas

Hutan produksi terbatas, ciri-ciri pokok kawasan hutan tetap terpelihara, pengolahan

hutan ini perlu mengindahkan prinsip-prinsip kelestariannya. Artinya kawasan hutan

produksi terbatas tidak boleh dilakukan alih fungsi penggunaannya, ini disebabkan hutan

produksi terbatas di dasarkan atas kondisi fisik lahan yang masuk dalam kategori kawasan

konservasi. Rencana penanganan kawasan hutan produksi terbatas adalah sebagai :

▪ Apabila melakukan penebangan, digunakan pola tebang pilih (stripcroping) agar

hutan yang ada dapat dikelola secara selektif, sehingga keutuhan hutannya sejauh

mungkin terpelihara. Kondisi tersebut dilakukan untuk menghindari adanya bencana

alam terutama longsor yang sekarang banyak terjadi di wilayah kabupaten kota,

mengingat berada pada kelerengan 25 – 40 % serta berada pada lokasi dengan

erodibilitas yang sangat tinggi.

▪ Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan

(28)

3 - 28 Pada hutan produksi tetap pada dasarnya hasil hutan dapat dikelola seoptimal mungkin,

tetapi tetap memberlakukan prinsip dasarnya yakni “apa yang diambil dari alam harus

diganti dengan hal yang serupa kepada alam“ sehingga pengambilan hasil hutan harus

dilaksanakan secara bergilir dan dilakukan penanaman kembali sebagai bagian dari upaya

pelestarian sekaligus mempertahankan kualitas alam. Rencana penanganan kawasan

hutan produksi tetap, adalah :

▪ Pengusahaan hutan produksi melalui pemberian ijin HPH dengan menerapkan pola

tebang pilih (stripcroping)

▪ Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada bekas tebangan HPH, dan tidak dapat dialih

fungsikan ke budidaya lainnya kecuali mengganti tanaman dengan tegakan yang

dapat memberikan fungsi perlindungan.

▪ Pengembangan zona penyangga pada kawasan hutan produksi yang berbatasan

dengan hutan lindung.

▪ Upaya pengembalian kondisi hutan bekas tebangan melalui reboisasi dan rehabilitasi

lahan kritis.

▪ Bila pada kawasan ini terdapat kawasan budidaya maka harus dibatasi dan tidak

boleh dikembangkan lebih lanjut.

2. Kawasan Pertanian

Lahan pertanian di Jawa Timur meliputi persawahan dan pertanian tanah kering. Perbedaan

mendasar dari keduanya adalah persawahan sepanjang tahun dapat ditanami padi karena

adanya cukup air, baik dari irigasi teknis maupun irigasi sederhana. Sedangkan pertanian

tanaman kering biasanya beragam, saat musim hujan ditanami padi dan saat kemarau

ditanami padi gogo atau palawija, misal : kacang hijau, kedelai, kacang tanah, ubi kayu.

Pertanian tanaman kering dalam rencana land use juga termasuk tegalan, kebun campur, dan

lahan pertanian yang tidak mendapat layanan irigasi.

a. Luas lahan yang dibudidayakan untuk pertanian di Jawa Timur tahun 2003 adalah:

(29)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

3 - 29 ▪ Sawah tadah hujan 249.805 Ha

▪ Pertanian tanah kering 1.205.455,89 Ha

Dari areal sawah irigasi hanya 728.519 ha yang telah teraliri irigasi teknis sisanya seluas

263.159 Ha teraliri irigasi semi teknis, sederhan dan irigasi desa.

b. Rencana penggunaan tanah untuk persawahan dan pertanian tanaman kering dengan

memperhatikan daya dukung lahan rencana pengembangan jaringan irigasi di Jawa

Timur, dan proyeksi kebutuhan pangan serta potensi ekonomi adalah:

▪ Sawah Irigasi dipertahankan sebesar 991.678 Ha, dengan peningkatan jaringan irigasi

semi teknis atau sederhana menjadi irigasi teknis yang tersebar di masing-masing

wilayah sungai.

Potensi pengembangan lahan pertanian tanaman semusim ini dikembangkan sesuai

dengan kondisi irigasi di masing-masing wilayah Kabupaten/kota, antara lain di

wilayah Kabupaten Tuban, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Lamongan,

Kabupaten Gresik, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan, Kabupaten Madiun,

Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten

Sidoarjo, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Pacitan,

Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten

Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten

Probolinggo, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Jember,

Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan

Kabupaten Sumenep.

▪ Proyeksi lahan pertanian hingga tahun 2020 dilakukan dengan memperhatikan

kecenderungan tingkat konsumsi penduduk terhadap komoditas padi (kebutuhan

beras), tingkat produksi padi, serta kecukupan kebutuhan pangan dengan

membandingkan tingkat produksi dan konsumsi.

▪ Pertanian Tanah Kering direncanakan seluas 568.298,57 Ha, sedangkan lahan seluas

637.146,95 di arahkan untuk pengembangan budidaya tanaman tahunan.

c. Arahan pengelolaan kawasan pertanian antara lain :

▪ Pengembangan sawah irigasi teknis atau pencetakan sawah baru dilakukan dengan

memprioritaskan perubahan dari sawah tadah hujan menjadi sawah irigasi sejalan

(30)

3 - 30 practices

3. Kawasan Perikanan

Sumber daya perikanan Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu sumber daya hayati yang

cukup menonjol selain sektor produktif lainnya. Pemanfaatan sumber daya perikanan tersebut

belum digali dengan optimal serta mengedepankan prinsip-prinsip pelestarian sumber daya

dan pemanfaatan lestari.

Pada dasarnya rencana pengembangan kawasan perikanan kedepan lebih dititik beratkan

pada pengangkapan ikan laut serta budidaya perikanan mina padi, keramba. Dalam

menunjang pengembangan ekspor komoditi, pengembangan perikanan perlu didukung

dengan pengembangan pengelolaan pasca panennya berserta fasilitas penunjangnya yang

menunjang kualitas.

Pengembangan kawasan perikanan laut di Jawa Timur memiliki prospek yang dapat

diunggulkan, seperti adanya sentra pengembangan ikan laut di bagian pantai utara Jawa

Timur. Pelabuhan perikanan Brondong yang terletak di pantai utara Jawa Timur memiliki lokasi

yang strategis yang dapat dijadikan sebagai pilot project pengembangan PPI lainya terutama

di bagian selatan sebab Kawasan yang layak/fleksibel adalah Pantai Selatan Jawa Timur

(eksploitasi masih kurang dari 10% dari potensi Lestari) padahal perairan laut di bagian selatan

memiliki potensi yang cukup besar. Adapun arahan pengelolaan kawasan perikanan di Jawa

Timur adalah:

a. Mempertahankan tanaman bakau/mangrove sebagai barrier area pertambakan.

b. Pengembangan budidaya perikanan tangkap dan budidaya

c. Menjaga kelestarian sumber daya air terhadap pencemaran limbah industri.

d. Pengendalian melalui sarana kualitas air dan mempertahankan habitat alami ikan

e. Peningkatan produksi dengan memperbaiki sarana dan prasarana perikanan

4. Kawasan Perkebunan

Kawasan perkebunan di Jawa Timur dikembangkan berdasarkan fungsi kawasan dan potensi

(31)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

3 - 31 dalam studi ini. Kawasan perkebunan ini terbagi menjadi perkebunan tanaman tahunan,

perkebunan tanaman semusim dan hortikultura. Adapun luas kawasan perkebunan di Propinsi

Jawa Timur adalah 705.245,66 Ha

Arahan pengelolaan kawasan perkebunan antara lain :

a. Pengembangan kawasan perkebunan hanya di kawasan yang dinyatakan memenuhi

syarat, dan diluar area rawan banjir serta longsor.

b. Dalam penetapan komoditi tanaman tahunan selain mempertimbangkan kesesuaian

lahan, konservasi tanah dan air juga perlu mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan

keindahan/estetika.

c. Peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan dilakukan memalui peningkatan peran

serta masyarakat yang tergabung dalam Kimbun masing-masing.

5. Peternakan

Kawasan agrobisnis berbasis peternakan (Pengembangan Kawasan Agrobisnis Berbasis

Peternakan) antara lain lokasi harus sesuai dengan agroekosistem dan alokasi tata ruang

wilayah. Selain itu, dibangun dan dikembangkan oleh masyarakat dalam kawasan itu dan

sesuai dengan biofisik dan sosial ekonomi.

Pengembangan ternak berbasis komoditas ternak unggulan dan atau komoditas ternak

strategis, pengembangan kelompok tani menjadi kelompok usaha, sebagian besar masyarakat

tersebut pendapatannya berasal dari usaha agrobisnis peternakan. Juga harus memiliki

prospek pasar yang jelas, didukung oleh ketersediaan teknologi, memiliki peluang

pengembangan produk yang tinggi, serta didukung kelembagaan dan jaringan kelembagaan

yang berakses ke hulu dan hilir.

Pengembangan kawasan agribisnis peternakan sangat terkait dengan lingkungan sekitarnya

khususnya yang berbasis pada lahan pertanian (agroekosistem) seperti ekosistem perusahaan,

perkebunan, perikanan dan ekosistem lainnya. Keterpaduan peternakan dengan

agroekosistem tersebut, maka komoditas ternak dapat menjadi unggulan atau sebagai

penunjang, tergantung pada tingkat potensi serta pendapatan dari produk pertanian yang

dihasilkan dari kawasan tersebut.

Sentra peternakan ternak besar di Propinsi Jawa Timur terdapat di Kabupaten Blitar,

Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Jember,

Kabupaten Kediri, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang, Kabupaten Magetan, Kabupaten

Nganjuk, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Sumenep, Kabupaten

(32)

3 - 32 Kabupaten Tulungagung.

Arahan pengelolaan kawasan peternakan, antara lain:

a. Kawasan peternakan diarahkan mempunyai keterkaitan dengan pusat distribusi pakan

ternak.

b. Mempertahankan ternak plasma nuftah sebagai potensi daerah.

c. Pengembangan kawasan peternakan diarahkan kepada pengembangan komoditas ternak

unggulan yang dimiliki oleh daerah yaitu komoditi ternak yang memiliki keunggulan

komparative dan kompetitive.

d. Kawasan budidaya ternak yang berpotensi untuk dapat menularkan penyakit dari hewan

ke manusia atau sebaliknya pada permukiman padat penduduk, akan dipisahkan sesuai

standart teknis kawasan usaha peternakan, dengan memperhatikan kesempatan

berusaha dan melindungi daerah permukiman penduduk dari penularan penyakit hewan

menular.

e. Pengaturan pemeliharaan hewan yang diternakkan serta tata niaga hewan dan produk

bahan asal hewan dikawasan perkotaan dengan tingkat kepadatan lebih dari 300.000 jiwa

akan diatur lebih lanjut secara teknis dengan Peraturan Gubernur.

f. Peningkatan nilai ekonomi ternak dengan mengelola dan mengolah hasil ternak, seperti

pembuatan industri pengolah hasil ternak, mengolah kulit, dan sebagainya.

6. Kawasan Pariwisata

Jawa Timur memiliki banyak potensi wisata baik yang sudah dikembangakan maupun yang

belum dikembangkan. Kawasan wisata ini dibedakan menjadi, wisata alam, minat khusus dan

budaya. Pengembangan pariwisata dilakukan melalui pengembangan kawasan wisata terdiri

atas pengembangan obyek/atraksi unggulan, kota pusat pelayanan pariwisata, dan jalur

wisata. Upaya pengembangan wisata Jawa Timur ini juga tetap dikaitkan dengan Pariwisata

yang ada di Jakarta, Jogja, dan Bali sehingga terdapat satu kesatuan yang kuat dan utuh dalam

(33)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

3 - 33 Dengan keragaman obyek wisata yang cukup banyak sehingga dalam pengembangannya

harus dipertimbangkan aspek kemampuan daerah. Pada sisi lain Jawa Timur diharapkan akan

mampu menjadi salah satu daerah tujuan wisata baik domestic/mancanegara sehingga

pengembangan obyek wisatanya sangat perlu untuk saling mengkaitkan arahan

pengembangan wisata. Berdasarkan hasil indikasi yang telah dibuat ternyata ditemukan

bahwa untuk mendorong dan memacu pertumbuhan kegiatan wisata di Propinsi Jawa Timur

diperlukan prioritas pengembangan, sehingga diharapkan kunjungan wisatawan ke obyek

yang ada akan dapat meningkat dengan pesat. Dengan demikian maka obyek wisata andalan

ini dapat ditingkatkan kondisinya, baik daya tarik obyek maupun prasarana penunjang kearah

obyek terutama jaringan jalannya serta infrastruktur lainnya.

Rencana yang dapat digunakan sebagai acuan pengembangan setiap obyek khususnya

obyek-obyek yang termasuk dalam prioritas pertama, akan tetapi untuk pengembangan obyek-obyek

selanjutnya. Pengembangan setiap obyek andalan akan mampu menarik investasi jangka

panjang, keterlibatan masyarakat juga diharapkan dapat meningkatkan dan mempertahankan

kualitas lingkungan alamnya. Hal ini sangat diperlukan mengingat pengembangan wisata di

Jawa Timur sangat menggantungkan kepada wisata alam dan budaya.

Terkait dengan pelaksanaan pengembangan pariwisata di Propinsi Jawa Timur ini, maka

beberapa aspek yang terkait dengan perencanaan kawasan wisata perlu ditindaklanjuti dengan

:

a. Tetap melestarikan alam sekitar untuk menjaga keindahan obyek wisata.

b. Tidak melakukan pengerusakan terhadap obyek wisata alam seperti menebang pohon.

c. Melestarikan perairan pantai, dengan memperkaya tanaman mangrove untuk

mengembangkan ekosistem bawah laut termasuk terumbu karang dan biota laut yang

dapat di jadikan obyek wisata taman laut.

d. Tetap melestarikan tradisi petik laut/larung sesaji sebagai daya tarik wisata.

e. Menjaga dan melestarikan peninggalan bersejarah.

f. Meningkatkan pencarian/penelusuran terhadap benda bersejarah untuk menambah

koleksi budaya.

g. Pada obyek yang tidak memiliki akses yang cukup, perlu ditingkatkan pembangunan dan

pengendalian pembangunan sarana dan prasarana transportasi ke obyek-obyek wisata

alam, budaya dan minat khusus.

h. Meningkatkan daya tarik wisata melalui penetapan jalur wisata, kalender wisata,

(34)

3 - 34 Banyuwangi, Plengkung di Kabupaten Banyuwangi, Pengembangan obyek wisata di Pulau

Bawean Kabupaten Gresik, Desa Wisata Trowulan Kabupaten Mojokerto serta potensi

unggulan lainnya.

b. Kawasan pendukung yang merupakan penyangga dari kawasan prioritas utama yang

meliputi wisata budaya reog di Kabupaten Ponorogo; karapan sapi di Kabupaten Madura

dan berbagai sentra kerajinan rakyat di Jawa Timur.

c. Kawasan potensial yang meliputi: Kawasan segitiga emas Ijen yang berada di Kabupaten

Banyuwangi dan Bondowoso; taman laut di Pulau Saor, Saobi dan Mamburit di Kabupaten

Sumenep; Kawasan Wisata Bentar di Kabupaten Probolinggo; Wisata Pelabuhan Rest

Area Suramadu, Wisata Bahari di Kabupaten Lamongan, Kawasan Prigi di Kabupaten

Trenggalek, serta kawasan-kawasan lain yang potensial.

7. Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman merupakan kawasan diluar kawasan lindung yang digunakan sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian masyarakat yang berada di wilayah

perkotaan dan perdesaan Propinsi Jawa Timur, dengan mempertimbangkan kelestarian

lingkungan dan diupayakan tidak melakukan peralihan fungsi terhadap lahan pertanian teknis.

Berdasarkan perkembangan permukiman diatas diperlukan arahan pengelolaan adalah

sebagai berikut :

a. Untuk permukiman yang berada di area kawasan lindung, diupayakan pengendalian

pemanfaatan ruang permukiman terutama di area konservasi/lindung.

b. Pengendalian kembali wilayah-wilayah yang sudah terbangun dan wilayah dengan pola

tata guna lahan tercampur.

c. Pengembangan permukiman baru diupayakan tidak dialokasikan pada kawasan

lindung/konservasi serta tidak terletak pada lahan pertanian teknis.

d. Untuk pengembangan resletment baru diluar permukiman yang telah ada diupayakan

(35)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

3 - 35 e. Pengembangan kawasan budidaya yang secara teknis dapat digunakan untuk

permukiman harus aman dari bahaya bencana alam, sehat, mempunyai akses untuk

kesempatan berusaha dan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan ketersediaan

permukiman, mendayagunakan fasilitas dan utilitas disekitarnya serta meningkatkan

sarana dan prasarana perkembangan kegiatan sektor ekonomi yang ada.

f. Pengembangan permukiman perdesaan dilakukan dengan menyediakan fasilitas dan

infrastruktur secara berhirarki sesuai dengan fungsinya sebagai: pusat pelayanan antar

desa, pusat pelayanan setiap desa, dan pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok

permukiman

g. Menjaga kelestarian permukiman perdesan khususnya kawasan pertanian.

h. Pengembangan permukiman perkotaan dilakukan dengan tetap menjaga fungsi dan

hirarki kawasan perkotaan.

i. Membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan

antar kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang terbuka

hijau

j. Pembentukan perkotaan metropolitan, Surabaya dan Malang dihubungkan dengan sistem

transportasi yang memadai diantaranya mass rapit transport.

k. Pengembangan perkotaan baru mandiri dan perumahan baru skala besar di sekitar

Surabaya, yaitu: Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kabupaten Pasuruan, dan

Kabupaten Bangkalan.

l. Pengembangan kawasan sekitar kaki jembatan Suramadu untuk kegiatan yang memiliki

nilai ekonomi tinggi

m. Perkembangan perkotaan menengah dilakukan dengan membentuk pelayanan wilayah

yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah sekitarnya.

n. Permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat pelayanan skala

kabupaten dan perkotaan kecamatan yang ada di kabupaten.

o. Permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat peristirahatan pada kawasan

pariwisata, kawasan permukiman baru sebagai akibat perkembangan infrastruktur,

kegiatan sentra ekonomi, sekitar kawasan industri, dilakukan dengan tetap memegang

kaidah lingkungan hidup dan bersesuaian dengan RTRW masing-masing kabupaten/kota.

8. Kawasan Industri

Pengembangan Kawasan Industri di Jawa Timur dikembangkan berdasarkan ketersediaan

(36)

3 - 36 sekitar pantai Utara Jawa, mulai dari Surabaya, Mojokerto, Gresik. Industri kimia dasar

berdampak penting terhadap pembangunan dan perkembangan wilayah, seperti industri

semen, farmasi, bahan makanan, serta petro kimia diarahkan pengembangannya di wilayah

Surabaya, Gresik, Mojokerto, Pasuruan, Tuban, dan Lamongan.

Arahan pengelolaan kawasan industri adalah sebagai berikut :

a. Pengembangan kawasan industri dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekologis

b. Pengembangan kawasan industri harus didukung oleh adanya jalur hijau sebagai

penyangga antar fungsi kawasan.

c. Pengembangan zona industri yang terletak pada sepanjang jalan arteri atau kolektor

harus dilengkapi dengan frontage road untuk kelancaran aksesibilitas.

d. Pengembangan kegiatan industri harus didukung oleh sarana dan prasarana industri

pengelolaan kegiatan industri dilakukan dengan mempertimbangkan keterkaitan proses

produksi mulai dari industri dasar/hulu dan industri hilir serta industri antara, yang

dibentuk berdasarkan pertimbangan efisiensi biaya produksi, biaya keseimbangan

lingkungan dan biaya aktifitas sosial.

e. Setiap kegiatan industri harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan terhadap

kemungkinan adanya bencana industri.

9. Kawasan Pertambangan

Propinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang kaya akan hasil tambang, terutama: tambang,

bahan galian dan berbagai sumberdaya mineral. Berdasarkan sebaran bahan galian tambang di

Jawa Timur, maka dapat dibagi pertambangan Bahan Galian Golongan C dan golongan A dan

B.

Berdasarkan jenis mineralnya, pertambangan di Indonesia terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Pertambangan Golongan A, meliputi mineral-mineral strategis seperti: minyak, gas alam,

bitumen, aspal, natural wax, antrasit, batu bara, uranium dan bahan radioaktif lainnya,

(37)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

3 - 37 b. Pertambangan Golongan B, meliputi mineral-mineral vital, seperti: emas, perak, intan,

tembaga, bauksit, timbal, seng dan besi.

c. Pertambangan Golongan C, umumnya mineral-mineral yang dianggap memiliki tingkat

kepentingan lebih rendah daripada kedua golongan pertambangan lainnya. Antara lain

mliputi berbagai jenis batu, limestone, dan lain-lain. Eksploitasi mineral golongan A

dilakukan Perusahaan Negara, sedang perusahaan asing hanya dapat terlibat sebagai

partner. Sementara eksploitasi mineral golongan B dapat dilakukan baik oleh perusahaan

asing maupun Indonesia. Eksploitasi mineral golongan C dapat dilakukan oleh perusahaan

Indonesia maupun perusahaan perorangan.

Arahan pengelolaan kawasan pertambangan antara lain :

a. Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi

bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian

lingkungan.

b. Pengelolaan kawasan bekas penambangan yang telah digunakan harus direhabilitasi

dengan melakukan penimbunan tanah subur sehingga menjadi lahan yang dapat

digunakan kembali sebagai kawasan hijau, ataupun kegiatan budidaya lainnya dengan

tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup.

c. Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan mengamankan tanah atas

(top soil) untuk keperluan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas penambangan.

10. Kawasan Perdagangan

Kawasan perdagangan secara umum merata tersebar di Seluruh wilayah Jawa Timur, dalam

skala besar perdagangan terkonsentrasi pada wilayah dengan kelengkapan fasilitas dan sarana

penunjangnya seperti Surabaya, Malang, Madiun, Kediri, Jember dan sebagainya. Kawasan

perdagangan di Jawa Timur memiliki beberapa skala, untuk pengembangan di dalam lingkup

regional antar wilayah yang menjadi acuan dasar adalah adanya pasar induk, dan grosir.

Dengan demikian kawasan perdagangan harus memperhatian kawasan disekitarnya, sebagai

dampak perkembangan kegiatan. Pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa harus

memperhatikan kebutuhan luas lahan, jenis-jenis ruang dan fasilitas pelayanan publik yang

harus tersedia. Pada sisi lain sektor informal perlu diberikan ruang publik, terutama di wilayah

perkotaan yang berhubungan dengan adanya kegiatan perdagangan informal PKL.

Pedagang kaki lima (street trading/street hawker) adalah salah satu usaha dalam perdagangan

dan salah satu wujud sektor informal. Pedagang kaki lima adalah orang yang dengan modal

(38)

3 - 38 a. Pengembangan kawasan perdagangan dilakukan dengan berhirarki sesuai skala ruang dan

fungsi wilayah dan masing-masing

b. Pengembangan kawasan perdagangan dan kegiatan komersial lain yang berpengaruh

bagi pertumbuhan skala wilayah dan atau berpengaruh pada tata ruang dalam lingkup

wilayah perlu memperhatikan kebijakan tata ruang wilayah Pemerintah Propinsi

c. Pengembangan kawasan perdagangan dilakukan secara bersinergi dengan perdagangan

informal sebagai sebuah aktivitas perdagangan yang saling melengkapi.

d. Pengembangan kawasan dan atau lokasi perdagangan yang terkait dengan sarana dan

prasarana yang di kelola propinsi memperhatikan rekomendasi propinsi.

3.4.1.2. Arahan Pengelolaan Sistem Permukiman Perdesaan Dan Perkotaan

A. Arahan Pengelolaan Sistem Permukiman Perdesaan

Arahan pengembangan pusat permukiman perdesaan adalah penataan struktur ruang

pedesaan sebagai sistem pusat permukiman di pedesaan yang berpotensi menjadi pusat

pertumbuhan di perdesaan. Sistem pusat permukiman di desa pusat pertumbuhan secara spasial

sudah dapat dikembangkan dalam subcluster of services, dengan infrastruktur/kegiatan pelayanan

yang dikembangkan antara lain pelayanan kegiatan finansial seperti kantor kas, kegiatan

perdagangan dalam bentuk kawasan pertokoan yang dapat melayani wilayah yang lebih luas.

Permukiman disekitar pusat desa dapat dikembangkan dalam sistem cluster, sehingga tidak

mengganggu lahan pertanian yang ada disekitarnya. Intensitas kegiatan dikelola dalam perpektif

pemberdayaan kegiatan ekonomi lokal yang terintegrasi dengan kawasan produksi di sekitarnya

ataupun di desa lain yang secara struktural menjadi wilayah belakang yang dilayani oleh pusat

permukiman desa ini.

Pengelolaan struktur ruang perdesaan merupakan upaya untuk mempercepat efek

pertumbuhan di kawasan perdesaan. Pengelolaan sistem pusat permukiman pedesaan di Jawa

Timur konsisten pada konsep pengembangan desa-desa agropolis. Pengembangan desa agropolis

(39)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

3 - 39 keterkaitan antar pusat-pusat permukiman tersebut dalam pola sistem jaringan (network system),

sesuai dengan konsep penataan struktur tata ruang wilayah Jawa Timur dan pola pengembangan

kegiatan ekonomi lokal yang diarahkan dapat memicu perkembangan wilayah yang berbasis pada

sektor primer.

Arahan pengembangan struktur ruang pedesaan melalui:

1. Pembentukan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP)

2. Pembentukan Pusat Desa

3. Pembentukan Pusat Permukiman Perdusunan

Pengembangan pusat permukiman pedesaan di bedakan atas tipologi kegiatan yang akan

dikembangkan, yaitu pengembangan sistem pusat permukiman pada :

1. Desa pertanian

2. Desa industri

Desa-desa pertanian secara umum akan berada pada kawasan dengan karakter rural murni

dengan kegiatan murni produksi pertanian (sektor basis). Sehingga pada desa pertanian sistem

pusat permukiman akan berkembang untuk skala unit desa. Pengembanan pusat permukiman pada

desa pertanian diarahkan untuk pelayanan permukiman yang menyebar di sekitar daerah pertanian

(farm village type). Maka pada kawsan tersebut dapat difungsikan sebagai pusat permukiman

pada desa pertanian, berupa pusat pelayanan pemerintahan, pengembangan pasar/perdagangan

skala desa, pelayanan kesehatan setara puskesmas/puskesmas pembantu.

Desa industri dimungkinkan akan berkembang dengan kegiatan industri berbasis pertanian.

Desa industri ini yang lebih prospektif dikembangkan untuk menjadi desa pusat pertumbuhan.

Sistem pusat permukiman diarahkan dapat melayani untuk skala beberapa pusat permukiman desa

pertanian. Sehingga secara hirarki pusat permukiman desa industri lebih tinggi dari pusat

permukiman di desa pertanian murni.

Pusat –pusat permukiman di desa industri di arahkan terhubung satu dengan yang lainnya,

dan secara struktural diarahkan berinteraksi kuat dengan kota-kota kecil atau besar di sekitarnya.

Pusat permukiman di desa yang dimungkinkan dikembangkan kegiatan industri pengolahan

pertanian, juga diarahkan untuk dikembangkan kegiatan perdagangn dan sebagai pusat koleksi

hasil produksi dari berbegai desa pertanian yang ada disekitarnya. Setiap pusat pelayanan

dikembangkan melalui penyediaan berbagai fasilitas sosial-ekonomi yang mampu mendorong

(40)

3 - 40 perkotaan

Perkotaan merupakan pusat dari distribusi barang dan jasa dari hasil-hasil produksi di

kawasan perdesaan. Perkotaan juga merupakan pusat pelayanan bagi penduduk perkotaan dan

wilayah pengaruhnya. Kegiatan perkotaan selalu lebih intensif dari kawasan pedesaan. Dalam

lingkup perkotaan sendiri sistem pusat permukiman secara struktural diarahkan untuk dibagi dalam

sub-sub cluster pelayanan kegiatan. Sub-sub cluster tersebut antara lain berupa kawasan

perdagangan/pertokoan, kawasan pelayanan pemerintahan, kawasan industri dan kawasan

permukiman itu sendiri. Konsep struktural penataan sistem pusat permukiman di kawasan

perkotaan diarahkan dalam pola pusat kegiatan komersial dan pelayann pemerintahaan, akan

diarahkan pda inti kota. Sedangkan kegiatan industri juga dikembangkan dalam Sub Urban fringe.

Pusat permukiman juga dikembangkan dalam di daerah batas luar kota yang mempunyai sifat-sifat

mirip kota. Pusat permukiman banyak pada zona-zona tersebut, dimaksudkan agar perkotan dapat

berkembang dengan pola simbang antara pusat kota dan drah pinggir kota. Sistem pusat

permukiman yang dikembangkan tersebut terutama diarahkan pada kota-kota yang berkembang

membesar melibihi batas administrasi. Sistem permukiman tersebut juga diarahkan untuk

mengantisipasi pemanfaatan lahan dipusat kota yang intensif dan cenderung mendorong

munculnya permukiman kumuh di tengah-tengah kota terutama kota-kota yang berkembang ke

arah Metropolis.

Fasilitas suatu kota secara tidak langsung mencerminkan tingkat kekotaan suatu wilayah.

Secara sederhana dengan menggunakan metode pembobotan, dapat diukur tingkat kekotaan

suatu wilayah relatif terhadap wilayah lainnya. Asumsi yang digunakan adalah bahwa setiap fasilitas

mempunyai bobot sama dan kota yang memiliki bobot semakin banyak maka semakin tinggi pula

tingkat kekotaannya. Dalam perhitungan ini, jenis fasilitas yang diukur adalah fasilitas yang

berskala pelayanan regional, yakni fasilitas pendidikan tinggi, jenis fasilitas kesehatan dan hotel

(41)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

3 - 41

Tabel 3.4

Sistem Pusat Permukiman Perkotaan

Sejalan dengan konsentrasi penduduknya, Kota Surabaya menjadi kota yang paling tinggi

jumlah fasilitasnya dan Malang Raya, sebagai satu-satunya Kota Besar kedua setelah Surabaya,

termasuk urutan kedua dalam ketersediaan fasilitas. Kota-kota lain berada pada urutan ke-5

berdasarkan indikator kelengkapan fasilitasnya.

Berdasarkan sistem kota-kota di Jawa Timur, perkotaan di Jawa Timur sebagai pusat

pelayanan dan kegiatan dapat dikelompokkan berdasarkan hirarkinya sebagai berikut :

1. PKN (Pusat Kegiatan Nasional). Kota atau perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKN

memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup nasional. Kota yang diarahkan untuk berfungsi

sebagai pusat perkembangan wilayah yang mempunyai skala pelayanan nasional di Propinsi

Jawa Timur adalah wilayah Gerbangkertosusila Plus

2. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah). Kota atau perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKW pada

hirarki perkotaan berfungsi sebagai pusat pelayanan dalam lingkup wilayah Propinsi Jawa

Timur, yang meliputi Jember, Kediri, Madiun, Malang, Banyuwangi, Lamongan. Selain itu,

daerah yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKW adalah daerah-daerah yang potensial

atau daerah-daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan relatif tinggi, yaitu dan Kota Blitar.

3. PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Kota atau perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKL berfungsi

sebagai pusat pelayanan pada lingkup lokal, yaitu pada lingkup satu atau lebih kabupaten.

Kota yang tidak termasuk dalam kategori 1 dan 2 diharapkan dapat berkembang sesuai dengan

potensi wilayah masing-masing.

KEDUDUKAN JANGKAUAN (Km)

PENDUDUK

(Ribu Jiwa) FASILITAS PELAYANAN INFRASTRUKTUR

(42)

3 - 42 Tulungagung, Perkotaan Ponorogo, Perkotaan Magetan, Perkotaan Ngawi, Perkotaan

Nganjuk, Perkotaan Bondowoso, Perkotaan Situbondo, Perkotaan Lumajang, Perkotaan

Sampang, Perkotaan Sumenep.

3.4.1.3. Arahan Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah

A. Arahan Pengelolaan Sistem Prasarana Sumberdaya Air

Prasarana sumberdaya air adalah prasarana pengembangan sumberdaya air untuk

memenuhi berbagai kepentingan, pengembangan prasarana sumberdaya air untuk air bersih

diarahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah.

Rencana pengembangan prasarana sumber air permukaan untuk air bersih, dikembangkan

di lokasi:

1. Bendungan karet Kali Lamong untuk memenuhi kebutuhan air bersih khususnya di daerah

Gresik.

2. Bengawan Jero di Kabupaten Lamongan

3. Dam Sine di Kabupaten Ngawi

4. Jabung retarding basin – Sembayat barrage dan Flood way Sedayu Lawas di Kabupaten

Lamongan

5. Pemenuhan air baku Floodway Sedayu Lawas – Babat Barrage – Jabung retarding basin,

Sembayat Barrage, Bojonegoro Barrage, Waduk Tawun di Kabupaten Bojonegoro.

6. Pelayaran di Kabupaten Sidoarjo

7. Penjernihan air Jagir di Wonokromo

8. Singoladri, Lider dan Kedawung di Kabupaten Banyuwangi

9. Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo

10. Umbulan di Kabupaten Pasuruan

Pengembangan prasarana sumber air tanah untuk air bersih dengan melakukan penurapan

mata air dan membangun sumur bor, pencegahan pencemaran pada Cekungan Air Tanah (CAT),

(43)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

25. Selain itu dapat dikembangkan di waduk dan embung

Arahan pengelolaan sumberdaya air, meliputi:

1. Pembangunan prasarana sumber daya air.

2. Semua sumber air baku dari dam, embung, waduk, telaga, bendungan serta sungai-sungai

klasifikasi I – IV yang airnya dapat dimanfaatkan secara langsung dan dikembangkan untuk

berbagai kepentingan.

(44)

3 - 44 dan non teknis baik untuk irigasi air permukaan maupun air tanah.

Pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi terkait dengan pengelolaan

sumber daya air, dengan mempertimbangkan :

1. Daya dukung sumber daya air

2. Kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat

3. Kemampuan pembiayaan

4. Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air

5. Posisi Jawa Timur sebagai lumbung nasional

Dengan pertimbangan, maka pengembangan waduk, dam dan embung serta pompanisasi

ditetapkan meliputi :

1. Dam Genting I di Kabupaten Blitar

2. Dam Babadan di Kabupaten Nganjuk

3. Dam Tugu di Kabupaten Trenggalek

4. Dam Wonosalam di Kabupaten Jombang

5. Dam Karangnongko di Kabupaten Bojonegoro

6. Embung Dempobarat, Jarin, Bujur Timur dan Embung Sumberwaru di Kabupaten Pamekasan

7. Embung Pangolangan, Tambak Poncok, Sangkiyah, Dupok, Paselaju, Pangolangan 2,

Maneron, Pakis 3, Manuan, Kombangan 1, Kombangan 2, Kombangan 3 dan Kampak di

Kabupaten Bangkalan

8. Embung Cepret, Wakah II di Kabupaten Ngawi

9. Embung Pacin di Kabupaten Madiun

10. Embung Kertosari di Kabupaten Pasuruan

11. Embung Mojoroto di Kabupaten Mojokerto

12. Embung Dermo, Kabluk di Kabupaten Lamongan

13. Waduk penampung banjir Jabung/Jabung retarding basin di Kali Lamongan

14. Waduk Beng di Kabupaten Jombang

(45)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

3 - 45 16. Waduk Bajulmati di Kabupaten Banyuwangi

17. Waduk Nipah di Kabupaten Sampang

18. Waduk Blega di Kabupaten Bangkalan

19. Waduk Kedung Brubus di Kabupaten Madiun

20. Waduk Gonggang di Kabupaten Magetan

21. Waduk Bendo di Kabupaten Ponorogo

22. Waduk Banjaranyar di Kabupaten Gresik

23. Waduk Tawun, Pejok di Kabupaten Bojonegoro

24. Waduk Antrogan di Kabupaten Jember

Area lahan beririgasi teknis harus dipertahankan agar tidak berubah fungsi menjadi

peruntukan yang lain, jika areal tersebut terpaksa harus berubah fungsi maka disediakan lahan areal

baru yang menggantikannya dengan luasan minimal sama. Prasarana pengairan direncanakan

sesuai dengan kebutuhan peningkatan sawah irigasi teknis. Dalam revisi tata ruang wilayah Jawa

Timur ini tidak direncanakan perluasan sawah, tetapi peningkatan pengairan dari irigasi non teknis

atau setengah teknis menjadi irigasi teknis. Disamping itiu direncanakan pula beberapa

pemindahan sawah yang menempati lahan dengan fungsi lindung mutlak, dipindah ke lahan

dengan fungsi semusim sesuai dengan daya dukung lingkungannya.

B. Air Bersih

Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan air bersih juga akan

semakin meningkat selain sebagai kebutuhan dasar untuk penduduk, air bersih juga dibutuhkan

dalam jumlah yang cukup banyak sebagai air baku industri. Keterbatasan sistem distribusi air bersih

serta keterbatasan kualitas dan kuantitas air bersih yang terdapat pada masing-masing

kabupaten/kota mengharuskan adanya kerja sama antar wilayah baik dalam menjamin

ketersediaan air (khususnya wilayah hulu dengan hilir) menjaga kualitas air (masuknya limbah

domestik dan non domestik pada badan air yang banyak terjadi di perkotaan) serta kerjasama

dalam distribusi dan pengolahan air bersih.

Rencana pengembangan sarana air bersih diusulkan sesuai satuan wilayah sungai

mengingat saat ini kabupaten/kota di Jawa Timur lebih banyak memanfaatkan sungai untuk sumber air bersih, serta pertimbangan ekologis untuk menyesuaikan dengan konsep “one river one plan” sehingga meskipun sumber air di eksploitasi tetap harus disesuaikan dengan daya dukungnya.

Untuk itu upaya konservasi air, tanah untuk melindungi keseimbangan tata hidrologi serta

melindungi sumber-sumber air merupakan upaya yang harus dilakukan terus menerus. Untuk

(46)

3 - 46 manusia tersebut dapat seimbang seiring dengan perjalanan waktu. Dengan kata lain,

pembangunan dikatakan terlanjutkan apabila pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam

bagi kepentingan manusia pada saat sekarang ini masih menjamin kelangsungan pemanfaatan

sumberdaya alam tersebut bagi anak cucu di masa yang akan datang.

Peningkatan tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup manusia diupayakan dengan

melakukan pembangunan ekonomi melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya

alam yang ada, menekan tingkat perkembangan/kelahiran penduduk dan tingkat kematian.

Eksploitasi sumber daya alam secara menerus tanpa diikuti dengan pengelolaan kualitas lingkungan

telah menyebabkan adanya gejala berkurangnya produktivitas sumber daya alam dan penurunan

daya dukung alam. Tentu penurunan produktifitas dan daya dukung alam pada gilirannya akan

mengganggu pertumbuhan ekonomi dan proses pembangunan di masa depan.

Pembangunan ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia yang konsisten dengan

peningkatan kualitas lingkungan, dapat dilaksanakan melalui komitmen bersama para pelaku

pembangunan dengan memasukkan pertimbangan lingkungan dalam kebijaksanaan pembangunan

baik ditingkat makro dan sektoral.

Dalam pembangunan berwawasan lingkungan secara berkelanjutan eksploitasi sumber

daya alam secara berlebih dan pembuangan bahan pencemar penyebab penurunan kualitas

lingkungan hidup serta daya dukung alam harus dihindari. Pembuangan secara langsung emisi

pencemar dalam bentuk cair, padat dan gas harus dihindari. Pengelolaan lingkungan hidup dapat

dilakukan dengan mereduksi bahan pencemaran dari sumbernya.

Prasarana lingkungan merupakan arahan pengelolaan prasarana yang digunakan lintas

wilayah administratif, prasarana yang digunakan lintas wilayah secara administratif, meliputi:

1. Tempat pembuangan akhir (TPA) terpadu yang dikelola bersama untuk kepentingan antar

wilayah.

Dewasa ini, kegiatan sehari-hari masyarakat semakin memperburuk kondisi lingkungan hidup.

Dimana jumlah konsumsi yang berlebihan dan banyaknya pembuangan sampah, merupakan

(47)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

3 - 47 adanya perbaikan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat yang dikelola secara bersama

antar wilayah, dan upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Pemahaman hubungan manusia dan lingkungan hidup, dengan berperan aktif dalam

mengenal alam sekitar.

b. Anjuran untuk memilih barang kebutuhan yang dapat di recycle dan sedikit bebannya

terhadap lingkungan hidup.

c. Menggunakan energi secara efektif serta mengurangi jumlah sampah dan lain-lain.

d. Berperan aktif dalam kegiatan recycle, penghijauan, dan kegiatan yang dilakukan oleh

organisasi-organisasi masyarakat.

e. Berkerjasama dengan pemerintah dan organisasi masyarakat lainnya.

2. Tempat pengelolaan limbah limbah industri B3 dan non B3.

Kawasan industri di Propinsi Jawa Timur memerlukan suatu pengolah limbah baik B3 dan non

B3, maka limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh kegiatan Kawasan Industri yang

dibuang ke lingkungan hidup dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan hidup.

Dengan demikian diperlukan prasarana pengolah limbah terpadu.

Arahan pengembangan sistem prasarana lingkungan yang digunakan lintas wilayah secara

administratif , adalah :

1. Kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah sampah

terutama di wilayah perkotaan.

2. Pengalokasian tempat pembuangan akhir sesuai dengan persyaratan teknis.

3. Pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis.

4. Pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan daya dukung lingkungan.

5. Setiap kabupaten/kota diwajibkan menyediakan ruang untuk TPA dan/atau TPA terpadu.

Pengelolaan Pencemaran Air

Pencemaran air disebabkan oleh adanya pembuangan limbah cair pada badan air secara

berlebihan sehingga daya dukung atau kemampuan pemurnian diri/self purification badan air

terlampaui. Penurunan daya dukung badan air menimbulkan gangguan ekosistem perairan dan

berakibat pada penurunan sumber daya hayati dari badan air tersebut. Penurunan sumber daya

hayati dapat berupa hilangnya mata rantai produksi ikan dan tumbuhan air lainnya. Badan air

penerima umumnya terdiri dari air permukaan (sungai, danau) dan air tanah.

Untuk dapat mempertahankan kualitas air perlu ditetapkan baku mutu air. Secara umum

(48)

3 - 48 ▪ Golongan III

Semakin tinggi golongan sungai maka semakin ketat baku mutu yang ditetapka untuk

pembuangan air limbah. Pada system ini baku mutu buangan dari suatu kegiatan industri tidak

boleh melampaui ambang batas yang ditentukan. Keunggulan system ini adalah pihak

pemerintah daerah/otoritas pengelola lingkungan lebih mudah melakukan control dan

monitoring. Kelemahannya adalah biaya pengolahan limbah semakin tinggi, yang berdampak

pada peningkatan biaya produksi dan menurunkan kompetisi pasar. Sistem ini cocok diterpkan

pada kawasan indudtri yang direncanakan atau yang sudah ada di sapanjang sungai.

2. Sistem stream standart

Sistem stream standart, pembuangan limbah cair suatu kegiatan industri dapat dihitung

sedemikian rupa asalkan setelah pembuangan, kualitas air sungai tidak melampaui baku mutu

golongan air yang ditetapkan. Emisi limbah dapat dibuang ke badan air dalam konsentrasi

yang tinggi asalkan daya dukung sungai tidak terlampaui. Kelemahan system ini sangat sulit

mengontrol dan memonitor industri mana yang membuang limbah melampaui batas

kesepakatan pembuangan.

Disamping itu diperlukan peraturan pemerintah wilayah setempat mengenai peruntukan

badan air khususnya pada sungai yang lintas wilayah. Penataan kawasan industri dapat

meminimalkan pencemaran air, fasilitas pengolahan limbah terpadu harus menjadi syarat utama

didirikannya sebuah kawasan industri sehingga limbah cair yang dihasilkan tertangani dan tidak

menimbulkan pencemaran air.

Pengelolaan Pencemaran Udara

Kualitas udara khususnya di kawasaan perkotaan semakin hari semakin menurun. Dampak

yanng dirasakan pnduduk cukup merugikan diantaranya gangguan ISPA, penyakit kulit dan tidak

jarang unsur kimis yang bersifat karsinogemilk terakumulasi dalam tubuh akibat debu atau

partikulat lain yang masuk lewat udara.

Berikut ini beberapa arahan yang dapat diterapkan dalam pengelolaan pencemaran udara

(49)

RPI2-JM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA

K A B U P A T E N S A M P A N G 2016 - 2019

3 - 49 1. Penetapan RTH/Ruang Terbuka Hijau/Hutan Kota yang proporsional di kawasan perkotaan.

2. Penghijauan di daerah dengan tingkat polutan tinggi dari sektor transportasi.

3. Penataan kawasan industri yang jauh dari lokasi pemukiman padat.

4. Pemakaian gas alam pada Sektor Industri.

5. Penetapan Baku Mutu Udara Ambien yang ketat pada setiap wilayah tertentu.

3.5. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota

Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Adapun arahan dalam RTRW

Kabupaten/Kota yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah

sebagai berikut:

a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:

▪ Pertahanan keamanan

▪ Ekonomi

▪ Lingkungan hidup

▪ Sosial budaya

▪ Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:

▪ Arahan pengembangan pola ruang:

✓ Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

✓ Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan

RTH.

▪ Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan

prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun

Agropolitan.

c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus

diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan

budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.

d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya

Gambar

Tabel 3.2 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional
Tabel 3.3 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Tabel 3.4 Sistem  Pusat  Permukiman  Perkotaan

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang

Provinsi yang telah memiliki Perda adalah sebagai berikut:.. 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah. Provinsi Daerah

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang

Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang Kabupaten Takalar antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan. pengembangan pola

RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPI2-JM III - 12 NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL SUDUT KEPENTINGAN. KOTA/KABUPATEN

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan