• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BANGUN RUANG YANG MENGGUNAKAN KONTRIBUSI SISWA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV SDN KLEDOKAN TAHUN PELAJARAN 20112012 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BANGUN RUANG YANG MENGGUNAKAN KONTRIBUSI SISWA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV SDN KLEDOKAN TAHUN PELAJARAN 20112012 SKRIPSI"

Copied!
206
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BANGUN RUANG YANG MENGGUNAKAN KONTRIBUSI SISWA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV SDN KLEDOKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Yohanes Tomy H. NIM : 081134030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014

(2)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BANGUN RUANG YANG MENGGUNAKAN KONTRIBUSI SISWADENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV SDN KLEDOKAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Yohanes Tomy H. NIM : 081134030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

(4)
(5)

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

JADIKANLAH KEKECEWAAN MASA LALU

MENJADI SUKSES DI MASA DEPAN..

PENGALAMAN ADALAH GURU YANG BERHARGA..

Setulus hati, skripsi saya persembahkan kepada; Tuhan Yang Maha Esa, kedua orang tuaku terkhusus Ibuku, keluarga, dan semua temanku.

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

Tomy H, Yohanes. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bangun Ruang yang Menggunakan Kontribusi Siswa dengan Pendekatan PMRI di Kelas IV SDN Kledokan Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Research dan Development (RnD) atau penelitian dan pengembangan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apa sajakah produk pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang yang menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI di kelas IV SDN Kledokan. Pengembangan ini menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran bangun ruang yang menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI di kelas IV SDN Kledokan. Peneliti melakukan penelitian berdasarkan tahapan yang dikemukakan oleh Sugiyono yang telah mengalami modifikasi. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif. Perangkat pembelajaran yang telah disusun diimplementasikan pada sampel terbatas. Sampel penelitian tersebut adalah guru dan siswa kelas IV SDN Kledokan sejumlah 32 siswa. Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara pada guru dan observasi pembelajaran matematika. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Perangkat pembelajaran divalidasi oleh ahli, data hasil validasi dianalisis secara kuantitatif.

Hasil penelitian ini adalah pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang yang menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI di kelas IV SD Negeri Kledokan. Hasil penelitian ini diperoleh dengan analisis kebutuhan pada tahap awal, pengembangan perangkat pembelajaran, dan implementasi pada sampel terbatas. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti yaitu silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan evaluasi. Pengembangan perangkat tersebut melalui beberapa tahap yaitu validasi ahli, revisi desain, uji keterbacaan, revisi produk, dan implementasi pada sampel terbatas.

(9)

ABSTRACT

Tomy H, Yohanes. 2012. The Development of Solid Geometry Mathematics Learning Instrument Using Students’ Contribution with PMRI Approach on IV Grade in SDN Kledokan 2011/2012. Thesis. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. This was a research and development (R&D) research. The problem is what are the product development of solid geometry Mathematics learning instrument using students’ contribution with PMRI approach on IV grade in SDN Kledokan was. This development produced the solid geometry mathematics learning instrument using students’ contribution with PMRI approach on IV grade in SDN Kledokan. The researcher did the research based on Sugiyono’s theory that had been modified. The data was qualitative data. The learning instrument set was implemented on limited sample. The samples were the teacher and 32 students of IV grade in SDN Kledokan. The researcher gained the data through interview to the teacher and observation on Mathematics. The data taken was analyzed using qualitative descriptive. The learning instrument was validated by the expert, and the validity result was analyzed quantitatively.

The result of this research was the development of solid geometry Mathematics learning instrument using students’ contribution with PMRI approach on IV grade in SDN Kledokan. The result was gained by analyzing the need on the beginning step, the development of learning instrument, and the implementation on the limited sample. The learning instruments developed by the researcher were syllabus, lesson plan, worksheet, learning material, and evaluation. The instrument developed through some steps: expert validity, design revision, readability test, product revision, and implementation limited sample.

Based on the implementation result on the learning instrument set by the researcher, the students’ contribution was appeared on the learning process. The contributions were the appearance of the strategies to solve the problem to build the learning idea, responses or feedback to solve the problem, and the chance given to the students to develop their ability.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bangun Ruang yang Menggunakan Kontribusi Siswa dengan Pendekatan PMRI di Kelas IV SDN Kledokan.”

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan dukungan dan bimbingannya dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Sri Rahayu, S.Pd., selaku kepala sekolah SDN Kledokan yang telah

memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian di kelas IV SDN Kledokan.

6. Ibu Sumartiani, selaku guru kelas IV SDN Kledokan yang telah memberikan waktu, bantuan, dan masukan yang bermanfaat bagi penulis.

7. Siswa kelas IV SDN Kledokan yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.

(11)
(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Spesifikasi Produk ... 3

E. Batasan Istilah ... 4

F. Pentingnya Pengembangan ... 5

G. Kontribusi Hasil Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 6

1. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ... 6

2. Peran Kontribusi Siswa ... 11

(13)

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 23

C. Kerangka Berpikir ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 26

B.Desain dan Prosedur Penelitian ... 29

C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

D.Instrumen Penelitian ... 32

E. Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Paparan dan Analisis Data Hasil Analisis Kebutuhan ... 35

B. Paparan Desain Pengembangan ... 40

C. Paparan Hasil Implementasi Produk pada Sampel Terbatas ... 46

1. Deskripsi Implementasi Perangkat Pembelajaran ... 46

2. Hasil Implementasi dan Pembahasan ... 47

a. Gambaran Umum Karakteristik PMRI ... 47

b. Penggunaan Kontribusi Siswa dalam Pembelajaran ... 54

3. Rangkuman Karakteristik Penggunaan Kontribusi Siswa yang Muncul dalam Pembelajaran ... 62

D. Refleksi Implementasi Pembelajaran ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

(14)

DAFTAR TABEL

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Balok ... 15

Gambar 2.2 Kubus ... 17

Gambar 2.3 Jaring-jaring kubus ... 19

Gambar 2.4 Jaring-jaring balok ... 19

Gambar 3.1 Tahapan penelitian ... 28

Gambar 4.1 Siswa bekerja dalam kelompok ... 53

Gambar 4.2 Siswa kerja kelompok ... 54

Gambar 4.3 Siswa memberi tanggapan ... 55

Gambar 4.4 Guru memotivasi siswa ... 56

Gambar 4.5 Guru memberi kesempatan siswa betanya ... 57

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Analisis Kebutuhan (wawancara) ... 71

Lampiran 2 Silabus Matematika ... 72

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 78

Lampiran 4 Lembar Kegiatan Siswa ... 114

Lampiran 5 Bahan Ajar ... 122

Lampiran 6 Kisi-kisi Soal Evaluasi ... 127

Lampiran 7 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 132

Lampiran 8 Olah Data Hasil Validasi Ahli ... 135

Lampiran 9 Hasil Implementasi ... 154

Lampiran 10 Transkripsi Data ... 162

Lampiran 11 Surat Izin Penelitian ... 187

Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian ... 188

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan mata pelajaran pokok di sekolah dasar (SD). Mata pelajaran ini erat hubungannya dengan dunia sekitar. Ditunjukan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan masalah hitung-hitungan. Kegiatan-kegiatan siswa selalu ada hubungannya dengan matematika, baik yang dilakukan di sekolah maupun yang dilakukan di luar sekolah.

Matematika sangat terpengaruh dengan model pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Apabila guru masih menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar mengajar, maka guru mengalami kendala dalam mengembangkan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Pembelajaran harus mampu memberikan bekal kepada siswa untuk berpikir kritis, logis, analitis, sistematis, dan kreatif. Untuk memberikan bekal kepada siswa maka diperlukan pembelajaran matematika yang inovatif, menarik dan menyenangkan bagi siswa agar mata pelajaran matematika bukan lagi dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan menunjukan hasil bahwa penggunaan kontribusi siswa dalam pembelajaran matematika di SDN Kledokan sangatlah kurang. Guru biasanya hanya memberikan pembelajaran dengan metode ceramah dan jarang menggunakan media nyata dalam membantu

(18)

pembelajaran. Guru sering kali melupakan penggunaan masalah konstektual yang mengakibatkan siswa hanya membayangkan benda-benda yang dipelajari tanpa melihat dan menganalisis benda tersebut secara langsung. Siswa pun terkadang bersifat pasif dengan permasalahan yang ada.

Oleh karena itu, masalah kurangnya penggunaan kontribusi siswa dalam pembelajaran matematika akan coba peneliti atasi dengan menggunakan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) khusunya pada materi bangun ruang sederhana. Pendekatan PMRI dipilih karena pendekatan ini mudah dilaksanakan dan memperhatikan kontribusi siswa di kelas. Diharapkan dengan penggunaan pendekatan PMRI ini kontribusi siswa dapat terlihat.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitan ini adalah:

Apa sajakah produk pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang yang menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI di kelas IV SDN Kledokan?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

(19)

D. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan dari penelitian ini berupa rancangan rancangan inovasi pembelajaran tentang materi pembelajaran bangun ruang sederhana. Produk tersebut berupa perangkat pembelajaran, yaitu silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), bahan ajar, dan evaluasi. Produk yang dikembangkan mempermudah guru dalam mengembangkan pembelajaran.

Perangkat pembelajaran tersebut disusun dengan mengacu pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perangkat pembelajaran tersebut juga mencakup kelima karakteristik pendekatan PMRI, yaitu penggunaan masalah kontekstual, penggunaan pemodelan, penggunaan kontribusi siswa, interaktivitas, dan intertwining. Diharapkan produk inovasi pembelajaran tersebut dapat memberikan pengalaman pada siswa saat mempelajari materi bangun ruang sederhana menggunakan pendekatan PMRI dan menjadi inspirasi dalam melakukan penelitian pengembangan menggunakan pendekatan PMRI bagi guru.

(20)

E.Batasan Istilah

Batasan istilah diperlukan agar tidak menimbulkan suatu pertanyaan dan tidak menimbulkan multi tafsir tentang suatu istilah yang dikemukakan. Seperti yang telah diuraikan yang dimaksud dengan :

1. Kontribusi siswa adalah ide, pertanyaan, atau cara siswa dalam memecahkan masalahnya sendiri. Kontribusi siswa membebaskan siswa mencari sendiri strategi yang akan digunakannya dalam memecahkan masalah tersebut. Siswa juga berhak menggunakan media atau alat peraga yang mendukung dirinya dalam mencari pemecahan masalah tersebut.

2. Bangun ruang adalah sebuah bangun yang memiliki ruang yang dibatasi oleh beberapa sisi. Jumlah dan model sisi yang membatasi bangun ruang tersebut menentukan nama dan bentuk bangun tersebut. Bangun ruang dapat disebut bangun tiga dimensi, yaitu bangun yang memiliki titik sudut, sisi, atau rusuk. 3. Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah salah satu

(21)

F. Pentingnya Pengembangan

Pentingnya pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang dengan pendekatan PMRI adalah mendesain perangkat pembelajaran bangun ruang yang mengakomodasi kontribusi siswa. Pengembangan perangkat pembelajaran ini juga bertujuan untuk mengenalkan pendekatan PMRI di SD.

G. Kontribusi Hasil Penelitian

Pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang untuk siswa kelas IV SDN Kledokan dirancang untuk mendukung pembelajaran matematika. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk berbagai pihak, antara lain :

1. Bagi peneliti, peneliti dapat membuka wawasan baru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran bangun ruang dengan pendekatan PMRI, serta membantu menerapakan pendekatan PMRI dalam pembelajaran.

2. Bagi siswa, siswa mendapat pengalaman baru dalam pembelajaran bangun ruang menggunakan pendekatan PMRI dan meningkatkan perannya dalam pembelajaran di kelas.

3. Bagi guru, guru memperoleh inspirasi baru dalam penelitian lainnya khusunya menggunakan pendekatan PMRI dalam mengajar di kelas.

4. Bagi sekolah, sekolah dapat menambah dokumen penelitian dan bahan bacaan di perpustakaan.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas mengenai landasan teori, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir yang telah dilakukan oleh peneliti.

A. Landasan Teori 1. Pendekatan PMRI

a. Pengertian PMRI

Suryanto, dkk (2010:1) mengemukakan bahwa PMRI adalah gerakan untuk mereformasi pendidikan matematika di Indonesia dengan cara mengajarkan dan belajar matematika dengan tujuan agar siswa memperoleh hasil yang lebih baik.

PMRI menurut Marpaung (2004) adalah pendekatan dalam pembelajaran matematika yang menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran.

b. Sejarah PMRI

(23)

Matematika Realistik (Realistic Mathematics Education). Sistem yang sama juga disesuaikan di negara Indonesia, dalam perkembangnya RME menjadi PMRI.

c. Prinsip PMRI

Suryanto (2010: 41-43) mengemukakan ada beberapa prinsip PMRI, yaitu :

1) Guided Reinvention dan Progressive Mathematization (Penemuan Kembali Secara Terbimbing dan Matematisasi Progresif)

Pada prinsip ini siswa diminta untuk menyelesaikan masalah kontekstual yang diberikan. Siswa membayangkan situasi yang digambarkan dalam masalah, kemudian siswa diberi kesempatan untuk membangun dan menemukan kembali ide/konsep matematika untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Setelah menemukan ide/konsepnya, kemudian siswa diarahkan untuk „berpikir matematis‟. Dikatakan progresif karena terdiri dari

dua langkah berurutan yaitu a) matematisasi horizontal (berawal dari masalah kontekstual dan berakhir pada matematika formal) b) matematisasi vertikal (dari matematika formal ke matematika formal yang lebih tinggi, luas, dan rumit).

(24)

2) Didactical Phenomenology (Fenomenologi Didaktis)

Prinsip ini menekankan pada pembelajaran yang bersifat mendidik dan pentingnya masalah kontekstual untuk diperkenalkan pada siswa. Masalah kontekstual yang dipilih harus mempertimbangkan aspek pada diri siswa dan harus diselesaikan sendiri oleh siswa.

3) Self Developed model (Membangun model sendiri)

Karena menggunakan masalah kontekstual, maka memungkinkan siswa memiliki model sendiri dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Model yang dibuat oleh siswa ini mungkin saja mirip dengan masalah yang diberikan karena bersifat kontekstual.

d. Karakteristik PMRI

Suryanto (2010: 44) berpendapat bahwa karakteristik PMRI terdiri dari:

1) Menggunakan Konteks

Konteks yang dimaksud adalah lingkungan siswa yang nyata baik aspek budaya maupun aspek geografis. Dalam PMR hal tersebut selalu dikatan sebagai “konkret” tetapi juga dapat

(25)

Maslah kontekstual disajikan diawal pembelajaran dimaksudkan untuk memungkinkan siswa membangun atau menemukan sesuatu konsep, definisi, operasi ataupun sifat matematis serta pemecahan masalah itu. Masalah kontekstual disajikan ditengah pembelajaran bila dimaksudkan untuk memantapkan apa yang telah dibangun atau ditemukan. Masalah kontekstual disajikan di akhir pembelajaran bial dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan siswa mengaplikasikan apa yang telah dibangun atau ditemukan.

2) Menggunakan Model

Model itu dapat bermacam-macam, dapat konkret berupa benda, atau semi konkret berupa gambar atau skema yang kesemuanyadimaksudkan sebagai jembatan dari konkret ke abstrak atau dari abstrak ke abstrak yang lain. Jembatan dapat berupa model yang sudah lebih umum, yang mengarahkan siswa ke pemikiran abstrak atau matematika formal yaitu disebut model for, yang serupa atau mirip dengan masalah nyatanya yaitu model of.

(26)

3) Menggunakan Kontribusi Siswa

Dalam pembelajaran perlu diperhatikan kontribusi atau sumbangan dari siswa, yang berupa ide, atau variasi jawaban, atau variasi pemecahan masalah. Kontribusi itu dapat memperbaiki atau memperluas konstruksi yang perlu dilakukan atau produk yang perlu dihasilkan sehubungan dengan pemecahan masalah kontekstual.

4) Menggunakan Format Interaktivitas

Dalam pembelajaran jelas bahwa sangat diperlikan adanya interaksi baik antara siswa dengan siswa atau antara siswa dengan guru yang bertindak sebagai fasilitator. Interaksi mungkin juga terjadi antara siswa dan matematika atau lingkungan. Bentuk interaksi dapat juga macam-macam, misalnya diskusi, negosiasi, memberi penjelasan atau komunikasi.

5) Memanfaatkan Keterkaitan antar Topik

(27)

matematika dengan pengetahuan yang lain, untuk lebih mempertajam kebermanfaatan belajar matematika. Hal ini memungkinkan menghemat waktu pembelajaran. Selain itu ditekankannya keterkaitan antar topik dengan topik sangat mungkin akan tersusun struktur kurikulum berbeda dengan kurikulum yang selama ini dikenal. Tetapi tetap mengarah kepada kompetensi yang ditetapkan.

Dalam penelitian ini, karakteritik PMRI yang dimaksud adalah sesuai pendapat Suryanto (2010:44). Prinsip dan karakteristik PMRI bertujuan untuk menciptakan pembelajaran matematika yang menarik, bermakna, kreatif dalam membangun pengetahuan oleh siswa sendiri.

2. Peran kontribusi siswa

Kontribusi siswa merupakan salah bagian penting dalam pembelajaran. Kontribusi tersebut dapat berupa berperan aktif dalam pembelajaran, turut serta dalam kerja kelompok, aktif dalam memecahkan masalah, atau aktif dalam melaksanakan diskusi kelompok.

(28)

mengetahui‟. Padahal pembelajaran matematika tidak hanya sampai disitu, tapi juga untuk mengetahui „mengapa mengetahui‟. Oleh karena itu

diperlukan pula kreativitas agar kontribusi siswa dapat terlihat dengan jelas.

Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (aptitude) menurut Munandar (1985:88) adalah:

a. Keterampilan berpikir lancar

Definisi keterampilan berpikir lancar ini yaitu :

1) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan.

2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Perilaku siswa yang ditunjukkan yaitu :

1) Mengajukan banyak pertanyaan.

2) Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan. 3) Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah. 4) Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.

(29)

6) Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu obyek atau situasi.

b. Keterampilan berpikir luwes (fleksibel)

Definisi keterampilan berpikir luwes ini yaitu :

1) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan, yang bervariasi

2) Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

3) Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda. 4) Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. Perilaku siswa yang ditunjukkan yaitu :

1) Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu obyek.

2) Memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah.

3) Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yeng berbeda-beda.

4) Memberi pertimbangan terhadap situasi, yang berbeda dari yang diberikan orang lain.

(30)

5) Dalam membahas/mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas kelompok.

6) Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya. 7) Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang

berbeda-beda.

8) Mampu mengubah arah berpikir secara spontan. c. Keterampilan berpikir orisinal

Definisi keterampilan berpikir orisinil ini yaitu :

1) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.

2) Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri. 3) Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari

bagian-bagian atau unsur-unsur. Perilaku siswa yang ditunjukkan yaitu :

1) Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain.

2) Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.

(31)

5) Mencari pendekatan yang baru dari stereotip.

6) Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian baru.

7) Lebih senang mensintesis daripada menganalisa sesuatu. d. Keterampilan memperinci (mengelaborasi)

Definisi keterampilan memerinci yaitu :

1) Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk.

2) Menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Perilaku siswa yang ditunjukkan yaitu :

1) Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.

2) Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.

3) Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh.

4) Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana.

(32)

5) Menambahkan garis-garis, warna-warna, dan detil-detil (bagian-bagian) terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain.

e. Keterampilan menilai (mengevaluasi) Definisi keterampilan menilai yaitu :

1) Menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana.

2) Mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka. 3) Tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga

melaksanakannya.

Perilaku siswa yang ditunjukkan yaitu :

1) Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandangnya sendiri. 2) Menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal.

3) Menganalisis masalah atau penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan „mengapa?‟.

4) Mempunyai alasan (rasionale) yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapi suatu keputusan. 5) Merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang

(33)

6) Pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis.

7) Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya. 3. Bangun ruang

Thyer and Maggs (1971: 61) menyatakan

we live in a world of shapes and this aspect of our surroundings contains much to be examined and discussed. There is in accumulation of associated language used to describe the shapes we see, pick up or feel, nad this for the child could come, amongst other places, from the home, from playing with other children and from the teacher.

Pengenalan geometri di sekolah dasar bertujuan agar siswa mampu menganalisis tentang dunia di sekitarnya. Seperti yang telah disebutkan Thyer dan Maggs pada kutipan di atas, kita hidup dikelilingi dengan benda beruang yang dapat kita amati, sentuh, dan rasakan.

Geometri yang akan diajarkan pada siswa SD terdiri dari dua macam, yaitu bangun ruang dan bangun datar. Thyer and Maggs (1971: 62) menyatakan “we can also introduce the names of commons mathematical two

and three dimensional shapes. This includes the names of polygons, prisms,

and pyramids.” Copeland (1967: 267) menyatakan “geometric objects having

the properties length, width, and depth involve the mathematics of solid

geometric.

(34)

1. Pada penelitian ini peneliti membatasi pada bangun ruang sederhana bagi siswa. Bangun ruang tersebut yaitu kubus dan balok. Mustaqim dan Astuty (2010: 207) menyatakan dalam bangun ruang dikenal istilah titik sudut, sisi, dan rusuk. Menurut peneliti bangun ruang merupakan sebuah bangun yang memiliki ruang yang dibatasi oleh beberapa sisi. Jumlah dan model sisi yang membatasi bangun ruang tersebut menentukan nama dan bentuk bangun tersebut. Bangun ruang dapat disebut bangun tiga dimensi, yaitu bangun yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi. Materi pada penelitian ini yaitu mengidentifikasi sifat-sifat balok dan kubus serta menentukan jaring-jaring balok dan kubus.

Mustaqim dan Astuty (2008: 211) menyatakan balok adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh tiga pasang (enam buah) persegi panjang dimana setiap pasang persegi panjang saling sejajar (berhadapan) dan kongruen.

(35)

Mustaqim dan Astuty (2008: 210) menyatakan sifat-sifat balok ABCD.EFGH di atas adalah

a. Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah :  Sisi ABCD sisi EFGH

 Sisi ABFE sisi DCGH  Sisi ADHE sisi BCGH

Jadi ada 6 sisi pada bangun balok ABCD.EFGH

Sisi ABCD ≅ sisi EFGH

Sisi ABFE ≅ sisi DCGH

Sisi ADHE ≅ sisi BCGH

b. Rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah : 𝐴𝐵

𝐵𝐶 𝐴𝐸 𝐸𝐹 𝐹𝐺 𝐵𝐹

𝐻𝐺

𝐸𝐻 𝐶𝐺 𝐷𝐶 𝐴𝐺 𝐷𝐻

Jadi ada 12 rusuk pada bangun ruang balok ABCD.EFGH

𝐴𝐵

= 𝐸𝐹 = 𝐻𝐺 = 𝐷𝐶

𝐵𝐶

= 𝐹𝐺 = 𝐸𝐻 = 𝐴𝐺

𝐴𝐸

= 𝐵𝐹 = 𝐶𝐺 = 𝐷𝐻

(36)

c. Titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah : Titik sudut A Titik sudut E

Titik sudut B Titik sudut F

Titik sudut C Titik sudut G

Titik sudut D Titik sudut H

Kubus adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh enam buah persegi yang kongruen. Berikut gambar kubus ABCD.EFGH :

Gambar 2.2 Kubus

Berdasarkan gambar di atas, sifat-sifat kubus adalah :

a. Sisi-sisi pada kubus ABCD.EFGH adalah :  Sisi ABCD sisi EFGH

(37)

 Sisi ADHE sisi BCGH

Jadi ada 6 sisi pada bangun kubus ABCD.EFGH

ABCD ≅ EFGH ≅ ABFE ≅ DCGH ≅ ADHE ≅ BCGH

b. Rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah : 𝐴𝐵

𝐵𝐶 𝐴𝐸 𝐸𝐹 𝐹𝐺 𝐵𝐹

𝐻𝐺

𝐸𝐻 𝐶𝐺 𝐷𝐶 𝐴𝐺 𝐷𝐻

Jadi ada 12 rusuk pada bangun ruang kubus ABCD.EFGH

𝐴𝐵

= 𝐸𝐹 = 𝐻𝐺 = 𝐷𝐶 = 𝐵𝐶 = 𝐹𝐺 = 𝐸𝐻 = 𝐴𝐺 = 𝐴𝐸 = 𝐵𝐹 = 𝐶𝐺 = 𝐷𝐻

c. Titik sudut pada kubus ABCD.EFGH adalah : Titik sudut A Titik sudut E

Titik sudut B Titik sudut F

Titik sudut C Titik sudut G

Titik sudut D Titik sudut H

(38)

persegi panjang yang membentuk balok. Berikut gambar salah satu jaring-jaring balok dan kubus :

F E

G H

B A

C D

B A

C B A

Gambar 2.3 Jaring-jaring kubus

E F

G H

C D

B A

C D

E H

B

C

(39)

B. Penelitian yang relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Hadziqotul Aizah tahun 2007 dalam Suryanto (2010:182) (skripsi tidak diterbitkan) dengan judul “Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMRI di kelas

IVA SD N Percobaan 2 Depok Sleman”. Hasil penelitiannya adalah 1)

mampu berpikir lancar dengan banyak memberi alternatif penyelesaian masalah, banyak bertanya mengenai masalah, menyelesaikan masalah dengan cepaat 2) mampu berpikir luwes dengan memanfaatkan media yang ada 3) mampu berpikir orisinil dengan menyelesaikan masalah sendiri atau kelompok 4) mampu mengelaborasi dengan menjelaskan langkah-langkah baik secara lisan maupun tulisan 5) mampu menilai dengan mengambil keputusan dari berbagai pendapat.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Rondiah tahun 2007 dalam Suryanto (2010:190) (skripsi tidak diterbitkan dengan judul “Kontribusi siswa dalam Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Perkalian dan Pembagian

dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di SD

Samirono Yogyakarta”. Hasil penelitiannya adalah 1) dengan PMRI siswa

(40)

3) kendala yang dihadapi siswa selama pembelajaran yaitu siswa belum terbiasa dengan penjelasan guru yang sedikit, siswa sulit memahami soal, perlunya bimbingan lebih dalam menggunakan PMRI.

Penelitian tersebut merupakan penelitian yang berkaitan dengan pendekatan PMRI di sekolah dan penggunaan kontribusi siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan penelitian di atas pendekatan PMRI dapat membantu siswa dalam menunjukkan perannya dalam pembelajaran. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PMRI yang menggunakan kontribusi siswa dalam pembelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan menghitung. Penyampaian materi dalam pembelajaran perlu menggunakan metode. Metode ceramah yang digunakan guru kurang maksimal dalam pembelajaran, maka di dalam di dalam kelas kontribusi siswa kurang begitu terlihat, pembelajaran yang terjadi hanya terpusat pada guru.

(41)

dipandang telah mengetahui pengetahuan dari pengalaman belajar sebelumnya. Guru hanya bertugas sebagai fasilitator yang membantu siswa mengonstruksi sendiri pengetahuannya. Siswa bebas mencari sendiri strategi yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.

Dengan pembelajaran yang membebaskan tersebut siswa dituntut untuk mengembangkan dirinya dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Bantuan model konkret maupun semi konkret diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Bantuan media juga diharapkan dapat membantu siswa menunjukkan kontribusinya dalam pembelajaran.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan membahas mengenai jenis penelitian, desain dan prosedur penelitian, produk dan sampel penelitian, instrumen penelitian, dan analisis data yang dilakukan oleh peneliti.

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D), karena peneliti bermaksud untuk mengembangkan perangkat pembelajaran. Borg dan Gall dalam Sugiyono (2010: 9) menyatakan penelitian dan pengembangan (research and development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan

(43)

Tahapan penelitian dan pengembangan yang dilakukan peneliti berdasarkan pada tahapan yang dikemukakan oleh Sugiyono.

Gambar 3.1 Langkah-langkah Metode Research and Development (R&D) menurut Sugiyono (2010:298)

Tahapan yang dikemukakan oleh Sugiyono, yaitu :

1. Potensi dan masalah

(44)

2. Pengumpulan data

Selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang digunakan sebagai bahan untuk mengatasi masalah tersebut. Produk dalam penelitian ini adalah model pembelajaran.

3. Desain produk

Desain produk dalam penelitian ini berupa pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi pembelajaran.

4. Validasi desain

Pada tahap ini desain divalidasi untuk melihat keefektifannya. Validasi dilakukan oleh ahlinya, dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing dan guru bidang studi.

5. Revisi desain

Setelah divalidasi akan diketahui kelemahan dari rancangan tersebut. Kelemahan tersebut selanjutnya diperbaiki dengan merevisi desain.

6. Ujicoba produk

(45)

7. Revisi produk

Hasil ujicoba model pembelajaran tersebut terkadang masih memiliki kelemahan, pada tahap ini model pembelajaran yang telah diujicoba direvisi lagi untuk mendapat hasil yang baik.

8. Ujicoba pemakaian

Setelah revisi hasil ujicoba pada sampel, maka model pembelajaran akan lebih baik. Model pembelajaran kemudian diujicobakan kembali pada lembaga yang lebih luas.

9. Revisi produk

Hasil ujicoba pada sampel yang lebih luas kemudian direvisi untuk penyempurnaan dan pembuatan model pembelajaran yang baru.

10. Produksi masal

Setelah ujicoba dan revisi beberapa kali model pembelajaran dapat mulai diterapkan pada berbagai lembaga pendidikan.

B. Desain dan Prosedur Penelitian

(46)

akan melakukan penelitian RnD seluruhnya peneliti akan mengalami keterbatasan waktu. Selain itu, untuk meyakinkan peneliti bahwa perangkat yang dikembangkan layak diujicobakan, maka peneliti melakukan modifikasi pada tahap ke enam. Peneliti menambahkan implementasi pada tahapan tersebut.

Tahapan yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari :

Gambar 3.1 Tahapan penelitian

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti belum sampai pada tahap produksi massal. Peneliti hanya sampai pada tahap revisi desain. Tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu :

1. Potensi dan masalah

Peneliti menemukan masalah dengan melakukan wawancara pada guru dan observasi awal pembelajaran matematika. Wawancara dan observasi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pembelajaran matematika di kelas. Data yang dihasilkan digunakan sebagai bahan analisis kebutuhan penelitian.

Potensi dan Masalah

Pengumpulan data Potensi dan

Masalah

Desain produk

Revisi produk

Validasi desain Implementasi

(47)

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data digunakan dengan melakukan studi literatur dalam rangka menyusun desain produk yang akan digunakan. Pengumpulan data ini bertujuan untuk membantu peneliti menyusun produk yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di kelas.

3. Desain produk

Setelah melakukan pengumpulan data, peneliti menyusun desain produk pembelajaran. Desain ini berupa perangkat pembelajaran yang memenuhi kebutuhan dalam rangka memperbaiki pembelajaran yang ada.

4. Validasi desain

Desain yang telah disusun divalidasi dengan teknik expert judgement (validasi ahli). Validasi dilakukan oleh tiga dosen ahli dan satu guru bidang studi.

5. Revisi produk

Setelah desain divalidasi oleh ahli, produk perangkat pembelajaran tersebut direvisi sesuai saran-saran yang diberikan oleh validator.

6. Implementasi produk

Implementasi produk bertujuan untuk meyakinkan peneliti bahwa desain yang dihasilkan layak dikembangkan dan digunakan.

(48)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini belum dapat ditentukan, sehingga sampel penelitian juga belum dapat ditentukan karena pelaksanaan penelitian hanya sampai tahap revisi desain. Peneliti ingin meyakinkan bahwa produk yang disusun bisa diterapkan di lembaga pendidikan, maka akan dilakukan implementasi terbatas pada siswa dan guru kelas IV SDN Kledokan Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Siswa kelas IV SDN Kledokan berjumlah 32 siswa. Penelitian ini berfokus pada pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan PMRI di SDN Kledokan Yogyakarta.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa panduan wawancara pada guru, instrumen pengamatan karakteristik PMRI, dan lembar validasi perangkat pembelajaran. Panduan wawancara pada guru digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai kegiatan pembelajaran matematika. Informasi tersebut digunakan sebagai bahan analisis kebutuhan.

(49)

pembelajaran, penyampaian tanggapan terhadap strategi yang digunakan, pengajuan pertanyaan, motivasi dan kesempatan yang diberikan oleh guru.

Lembar validasi perangkat pembelajaran digunakan untuk menilai perangkat pembelajaran yang telah disusun. Lembar validasi perangkat pembelajaran tersebut berisi aspek-aspek perangkat pembelajaran. Instrumen pengamatan tersebut telah divalidasi dengan teknik expert judgment (validasi ahli).

E. Analisis Data

1. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh melalui wawancara dan observasi. Hasil wawancara dideskripsikan sesuai pertanyaan yang diajukan. Hasil observasi dideskripsikan sesuai aspek-aspek pada lembar observasi karakteristik PMRI. Data tersebut diharapkan mampu menggambarkan keadaan kelas dengan jelas. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui kebutuhan yang ada.

2. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari validasi ahli yang telah dilakukan peneliti. Hasil validasi pada masing-masing perangkat pembelajaran kemudian dicari nilai rata-ratanya. Berikut tabel kriteria penilaian hasil produk pengembangan.

(50)

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Hasil Produk Pengembangan

Interval Tingkat Pencapaian

Kualifikasi

3,25 < M ≤ 4,00 Sangat Baik

2,50 < M ≤ 3,25 Baik

1,75 < M ≤ 2,50 Kurang Baik

0,00 < M ≤ 1,75 Tidak Baik

Sumber : Setiani (2011: 171)

Keterangan:

M = rerata skor untuk setiap aspek yang dinilai

(51)

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan memaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan pengembangan perangkat yang mengakomodasi karakteristik pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang muncul dalam pembelajaran bangun ruang sederhana di kelas IV SDN Kledokan.

A. Paparan dan Analisis Data Hasil Analisis Kebutuhan

SDN Kledokan adalah sekolah swasta yang terletak di Jl. Garuni III, Kledokan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Letak SDN Kledokan strategis, karena terletak jauh dari keramaian sehingga memungkinkan siswanya belajar dengan tenang.

Peneliti memilih SDN Kledokan sebagai tempat implementasi karena SDN Kledokan belum menggunakan PMRI sebagai pendekatan dalam pembelajaran matematika. Belum digunakannya pendekatan PMRI tersebut terlihat berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti.

(52)

media dalam menyampaikan duatu materi kepada siswa. Media yang digunakan juga kurang mengakomodasi seluruh siswa.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti pada guru, pembelajaran masih terpaku pada guru. Guru menyampaikan materi dengan ceramah dan penugasan. Guru juga memberi soal-soal yang terdapat pada buku penunjang yang dimiliki oleh siswa. Pembelajaran yang dilakukan bersifat monoton. Siswa kurang ikut berperan dalam proses pembelajaran, karena sangat sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan atau berpendapat mengenai suatu materi pembelajaran.

Hal tersebut dimungkinkan karena kebiasaan siswa yang jarang bertanya pada guru ketika proses pembelajaran. Selain itu, pemanfaatan lingkungan yang jarang dilakukan oleh guru membuat siswa juga jarang memperhatikan lingkungannya ketika belajar. Siswa hanya berpatokan pada guru dan buku. Padahal lingkungan sangat membantu siswa dalam memahami matematika. Lingkungan juga membantu siswa membangun konsep pembelajarannya.

(53)

dengan alasan menghabiskan waktu. Guru juga jarang mengulang pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya.

Ketika mengajar guru secara langsung memberikan teori pada siswa. Guru tidak menjembatani siswa dalam mencari konsepnya. Hal tersebut disebabkan sedikitnya penggunaan masalah kontekstual oleh guru. Guru juga jarang sekali memberikan analogi masalah yang membantu siswa dalam mencari konsepnya.

Hasil observasi juga memperlihatkan bahwa siswa tidak membangun sendiri konsep pembelajarannya. Guru langsung memberikan konsep pembelajaran dan tidak membiarkan siswanya berkreasi membangun konsepnya. Langkah-langkah dalam penyelesaian masalah pun monoton menggunakan yang telah dicontohkan oleh guru. Kerja kelompok dan diskusi merupakan kegiatan yang disukai oleh siswa, karena siswa dapat bekerja sama dan mengemukakan pendapatnya pada siswa lain. Keterbatasan waktu dan media adalah alasan jarang dilakukannya kegiatan tersebut.

(54)

namun karena kebiasaan yang terbentuk membuat siswa malas untuk bertanya dan berpendapat.

Dukungan media pembelajaran masih sangat kurang. Guru sangat jarang menggunakan media. Penggunaan media hanya pada materi tertentu, seperti misalnya materi pengukuran sudut pada semester 1. Guru menggunakan media busur dalam mengukur sudut. Media yang digunakanpun hanya terbatas pada busur dan tidak menggunakan media lainnya.

Interaksi yang dilakukan didalam kelas sudah terjalin dengan baik. Tanya jawab antar guru dan siswa seringkali terjadi. Bimbingan yang diberikan oleh guru dimanfaatkan dengan baik oleh siswa, namun penguatan yang diberikan oleh guru masih kurang sehingga terkadang siswa merasa kurang percaya diri dalam berpendapat.

Interaktivitas siswa dengan siswa sudah terjalin dengan baik, namun sedikitnya kegiatan yang menggunakan kerja sama di dalam kelas membuat siswa jarang berinteraksi mengenai pembelajaran. Sedikitnya presentasi yang disampaikan oleh siswa membuat siswa lain jarang memberikan apresiasi pada temannya. Ketika ada siswa yang menyampaikan pendapatnya siswa lain justru lebih sering mengobrol dengan siswa yang lainnya.

(55)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, dapat terlihat bahwa proses pembelajaran dilakukan dengan pendekatan yang masih konvensional. Siswa masih terpaku pada apa yang diberikan oleh guru dan guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Siswa belum mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Guru juga hanya mengacu pada buku dan belum mengembangkan potensi yang ada di sekitanya.

Oleh karena itu, peneliti akan mengembangkan perangkat pembelajaran yang mencakup :

1. Penggunaan konteks dalam pembelajaran

Pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sekitar siswa untuk membantu proses pembelajaran. Pemanfaatan cerita untuk mendukung semangat dan motivasi siswa.

2. Penggunaan model dalam pembelajaran

Guru membantu menjembatani konsep siswa dari yang matematika informal menjadi matematika formal. Pemanfaatan benda nyata dalam menjembatani konsep siswa.

3. Penggunaan kontribusi siswa dalam pembelajaran

Pembelajaran yang berpusat pada siswa, pembelajaran yang membantu siswa dalam membangun konsep pembelajarannya.

4. Interaktivitas dalam pembelajaran

Interaktivitas ini membantu siswa dalam membangun konsepnya dengan bantuan guru dan teman-temannya.

(56)

5. Keterkaitan (intertwining) dalam pembelajaran

Pengaitan materi bangun ruang dengan materi lain dalam matematika untuk menunjukkan bahwa materi dalam matematika saling berkaitan satu dengan lainnya.

Hasil observasi tersebut kemudian dijadikan acuan oleh peneliti untuk menyusun desain pembelajaran. Desain tersebut membutuhkan model pembelajaran yang tidak lagi konvensional, yaitu pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan, pembelajaran yang berpusat pada siswa dan interaksinya, serta pembelajaran yang membantu siswa membangun sendiri konsepnya. Peneliti menggunakan pendekatan PMRI dalam meningkatkan model pembelajaran tersebut.

Desain tersebut merupakan perangkat pembelajaran yang mencakup karakteristik-karakteristik yang terdapat dalam pendekatan PMRI. Karakteristik tersebut yaitu penggunaan masalah kontekstual, penggunaan pemodelan, penggunaan kontribusi siswa, interaktivitas, dan intertwining. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memfokuskan pada penggunaan kontribusi siswa dalam pembelajaran.

B. Paparan Desain Pengembang

(57)

Pendekatan PMRI digunakan karena dapat mengakomodasi seluruh kebutuhan dalam pembelajaran.

Desain perangkat pembelajaran yang disusun oleh peneliti merupakan rancangan awal. Peneliti mengembangkan rancangan perangkat pembelajaran materi bangun ruang yang memfokuskan penelitian pada karakteristik penggunaan kontribusi siswa. Peneliti membuat desain pembelajaran mulai dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan evaluasi siswa. Desain perangkat pembelajaran ini terdiri dari dua Kompetensi Dasar (KD) dari Standar Kompetensi (SK) memahami sifat bangun ruang.

1. Silabus

Silabus disusun berdasarkan pada Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP). Silabus tersebut mengacu pada standar nasional yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Penyusunan silabus juga memperhatikan aspek-aspek dalam pembelajaran, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa secara keseluruhan. Siswa tidak hanya mampu dalam kognitifnya, tetapi juga mampu mengembangkan sikap dan perbuatannya. Silabus ini mengakomodasi seluruh karakteristik PMRI, hal tersebut terlihat pada kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan.

(58)

Materi pembelajaran yang dipilih adalah materi bangun ruang karena konsep yang dimiliki siswa mengenai bangun ruang masih banyak yang keliru. Bangun ruang merupakan materi yang akan terus dipelajari selama siswa menempuh pendidikan, sehingga konsep mengenai bangun ruang haruslah dimiliki oleh siswa. Bangun ruang yang dipelajari terbatas pada bangun balok dan kubus.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Peneliti juga menyusun RPP berdasarkan silabus yang mengacu pada strandar nasional. Satu silabus dipaparkan menjadi tiga RPP yang masing-masing terdiri dari 2 jam pelajaran. RPP tersebut disusun dengan menyesuaikan kondisi sekolah dan siswa kelas IV di SDN Kledokan. Pada RPP peneliti juga mencantumkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Media tersebut dimaksudkan untuk mendukung proses pembelajaran.

(59)

Pengaitan materi juga dimasukkan dalam kegiatan yang dilakukan oleh siswa, baik dalam mata pelajaran yang sama maupun yang berbeda.

3. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS juga disusun untuk membantu siswa dalam melakukan kegiatan yang mengarah pada pendekatan PMRI. LKS berisi tentang kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa selama pembelajaran. Siswa yang memilih medianya sendiri, siswa yang mengidentifikasi media yang telah dipilihnya sendiri dan menuliskan hasil identifikasinya pada tempat yang telah disediakan di LKS. Pada kegiatan di LKS siswa dituntut untuk mampu menemukan sendiri konsepnya mengenai sifat-sifat bangun ruang dan jaring-jaring balok dan kubus. Selain menemukan sendiri konsepnya, siswa juga dituntut untuk mampu bekerja sama dengan siswa lain.

4. Bahan Ajar

(60)

dengan mudah. Penggunaan gambar juga menjembatani siswa dalam memahami materi.

5. Evaluasi

Lembar evaluasi disusun untuk mengetahui sejauh mana siswa menemukan konsepnya mengenai materi yang dipelajari. Evaluasi dilakukan setiap akhir pembelajaran. Sebelum melakukan evaluasi guru membantu siswa untuk menarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari agar konsep yang dimiliki siswa dapat tertanam dengan baik. Evaluasi mencakup seluruh karakteristik PMRI, seperti pemodelan menggunakan gambar, strategi yang dikemukakan oleh siswa dalam menjawab soal evaluasi.

Selama pembelajaran berlangsung guru juga menilai proses belajar siswa, oleh karena itu peneliti menyusun rubrik penilaian. Rubrik tersebut terdiri dari penilaian proses dan produk hasil belajar siswa. Penilaian proses menilai kegiatan siswa selama menemukan konsepnya. Penilaian proses juga menilai bagaimana siswa berinteraksi selama pembelajaran. Penilaian produk menilai hasil belajar siswa, yaitu LKS, evaluasi harian dan akhir, dan media yang dibuat oleh siswa.

(61)

bidang studi matematika. Berikut hasil validasi perangkat pembelajaran yang telah dilakukan.

Tabel 4.1 Hasil validasi perangkat pembelajaran No. Perangkat

pembelajaran

Skor rata-rata

Kriteria

1 Silabus 3,56 Sangat Baik

2 RPP 3,38 Sangat Baik

3 LKS 3,50 Sangat Baik

4 Bahan ajar 3,40 Sangat Baik

5 Evaluasi 3,16 Baik

Berdasarkan hasil validasi di atas, perangkat pembelajaran yang disusun oleh peneliti termasuk kriteria sangat baik. Hal tersebut dapat diartikan bahwa perangkat pembelajaran yang disusun peneliti layak untuk dikembangkan dan digunakan. Namun, peneliti tetap melakukan revisi produk pada beberapa bagian seperti penggunaan bahasa, lembar jawab pada LKS, dan refleksi pembelajaran.

Peneliti melakukan uji keterbacaan rancangan perangkat pembelajaran yang telah direvisi. Hal tersebut bertujuan untuk meyakinkan peneliti bahwa hasil revisi rancangan perangkat pembelajaran tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Uji keterbacaan rancangan tersebut dilakukan pada guru dan 6 siswa di SDN Turi 2.

(62)

Sesuai dengan hasil uji keterbacaan, guru perlu menekankan perbedaan antara sifat dan ciri-ciri bangun ruang. Guru juga perlu membantu siswa memahami bagaimana memberi nama pada bangun ruang. Hasil keterbacaan tersebut, kemudian direvisi oleh peneliti. Hasil revisi tersebut yang menjadi prototype dalam penelitian ini. Peneliti akan mengimplementasikannya pada siswa dan guru kelas IV SDN Kledokan.

C. Paparan Hasil Implementasi Produk pada Sampel Terbatas 1. Deskripsi Implementasi Perangkat Pembelajaran

Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada tanggal 19 Maret 2012 sampai tanggal 02 April 2012 di kelas IV SDN Kledokan tahun pelajaran 2011/2012. Guru matematika kelas IV dan siswa kelas IV sebagai subjek penelitian. Penelitian terdiri dari 6 (enam) kali pertemuan yang terbagi atas 2 (dua) Kompetensi Dasar (KD). Pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 3 merupakan pelaksanan penelitian tentang KD menentukan sifat-sifat bengun ruang sederhana. Pertemuan 4 sampai pertemuan 6 merupakan pelaksanaan penelitian tentang KD menetukan jaring-jaring balok dan kubus.

(63)

tentang semua kegiatan pembelajaran yang berlangsung tanpa ada bagian yang mungkin terlewati.

2. Hasil Implementasi dan Pembahasan a. Gambaran Umum Karakteristik PMRI

Sesuai dengan kajian teori, karakteristik PMRI terdiri dari penggunaan konteks, penggunaan model dalam pembelajaran, penggunaan kontribusi siswa, interaktivitas, dan intertwining dalam pembelajaran. Seluruh karakteristik tersebut tercakup dalam seluruh pertemuan yang disusun dalam desain RPP.

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan pembukaan (doa dan salam pembuka). Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan apersepsi. Kegiatan apersepsi diisi dengan tanya jawab antara guru dan siswa mengenai pengalaman siswa pada aktivitas dipagi hari. Tanya jawab merupakan bentuk interaksi yang komunikatif di antara guru dan siswa. Guru mengajukan pertanyaan seperti menu sarapan siswa, susu apa yang pernah diminum, adakah dari mereka yang pernah dibelikan sesuatu, dll. Pertanyaan yang diajukan guru bersifat kontekstual atau dekat dengan siswa.Siswa pernah mengalami sendiri atau pernah melihat peristiwa yang diajukan oleh guru. Berikut ini contoh kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa yang bersifat kontekstual (Transkripsi Data I: 19-26).

(64)

19. G : “Sekarang perhatikan anak-anak. Siapa yang tadi pagi minum

susu?” BS tunjuk jari.

20. G : “Saya bertanya dulu, Rudi Utomo. Minum susu apa tadi

pagi? Putih, cair, bubuk?”

21. S1 (Rudi Utomo) menjawab pertanyaan dari G. 22. S1 : “Cair”. Kemudian G bertanya kembali.

23. G : “Tempatnya apa? Tempatnya susu bubuk kamu dengan apa, Rudi?

24. SL : “Mangkok”. Kemudian G mendekati S1. Setelah itu, S1 menjawab pertanyaan.

25. S1 : “Kardus”. Setelah S1 menjawab pertanyaan, G kembali ke depan kelas sambil mengangkat jari.

26. G : “Kardus, satu jawaban. Satu kardus”. G melihat BS yang tidak tenang, kemudian menegur S.

Berdasarkan contoh di atas, guru mengajukan kepada siswa pertanyaan tentang menu sarapan dipagi hari. Pertanyaan yang diajukan oleh guru tersebut bersifat kontekstual atau dekat dengan siswa dan berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Dari transkripsi data di atas, pertanyaan yang bersifat kontekstual itu memudahkan siswa untuk menjawabnya. Adanya pertanyaan seperti di atas sangat baik untuk memulai suatu kegiatan pembelajaran. Siswa diajak mengingat kembali pengalaman yang pernah mereka dilakukan, kemudian baru diajak masuk ke materi pembelajaran.

(65)

menyampaikan pesan (materi pembelajaran) dari guru kepada siswa. Media yang digunakan adalah benda-benda yang pernah dilihat, digunakan oleh siswa. Contoh benda-benda yang dijadikan media antara lain kotak susu, rubik, kardus handphone, dan balok kayu.

Kegiatan pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan membangun norma kelas agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif. Guru membangun norma kelas merupakan bentuk interaksi antara guru dan siswa di awal kegiatan pembelajaran. Setelah membangun norma kelas, guru kemudian membagi siswa dalam beberapa kelompok. Kegiatan belajar dalam kelompok bertujuan untuk mendorong munculnya interaksi di antara siswa, munculnya berbagai strategi pemecahan masalah. Banyak bentuk interaksi yang muncul saat kegiatan belajar dalam kelompok. Bentuk interaksi yang muncul di antaranya kerjasama antar siswa, menyampaikan pendapat atau pertanyaan, memperhatikan teman yang menyampaikan pendapat. Bentuk-bentuk interaktivitas secara lebih rinci akan dibahas pada subbab berikutnya.

Selain bentuk interaktivitas, dalam kegiatan belajar dalam kelompok muncul juga berbagai strategi pemecahan masalah dalam kegiatan kelompok. Berikut ini contoh stategi pemecahan masalah yang ditemukan dalam kegiatan belajar kelompok (Transkripsi Data I: 98).

(66)

98. Kegiatan kelompok 5. Ada yang menggambar kardus sepatu, ada yang menulis pada LKS. S menggambar beserta merk sepatu yang ada di kardus. Mereka menggambar tidak menggunakan penggaris.

Berdasarkan contoh di atas, terlihat satu kelompok menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan membagi tugas. Ada siswa yang bertugas menggambar benda yang mereka peroleh, ada siswa lain yang menjawab pertanyaan pada LKS.Pembagian tugas kelompok ini merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang muncul dalam kegiatan belajar kelompok. Contoh srategi pemecahan masalah seperti di atas dapat ditemui pada Transkripsi Data II: 82. Contoh lain strategi pemecahan masalah dari siswa yang dapat dijadikan kesepakatan bersama adalah pada Transkripsi Data IV: 118-120.

118. G : “Ada yang kurang sedikit ya anak-anak, tentang pengertian jaring-jaring. Semua, kamu perhatikan dari kelompoknya

Ibrahim”.

119. G meminta siswa lain memperhatikan Ibrahim (siswa dari kelompok 6). Kemudian ia membacakan kembali pengertian jaring-jaring bangun ruang.

120. S13 : “Bangun datar yang digabungkan menjadi bangun ruang

kubus”.

(67)

jaring-jaring bangun ruang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sangat berkonstribusi dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam pemecahan masalah.

Selain termasuk strategi pemecahan masalah, transkrispsi data di atas menunjukkan adanya keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapatnya.Pendapat yang disampaikan siswa berupa pengertian jaring-jaring bangun ruang. Jika dilihat, pendapat siswa tentang pengertian jaring-jaring bangun ruang tidak sepenuhnya tepat, tetapi guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkannya. Hal ini dilakukan oleh guru sebagai contoh untuk siswa lain agar lebih berani dalam mengungkapkan pendapat/ idenya.

Kegiatan belajar dalam kelompok yang dilakukan siswa juga telah memunculkan beberapa langkah atau jawaban yang berbeda pada beberapa kelompok. Beberapa langkah atau jawaban yang berbeda pada beberapa kelompok disebut pemodelan. Contoh pemodelan dalam kegiatan pembelajaran bangun ruang dapat dilihat pada Transkripsi Data I (101).

101. Kegiatan kelompok 3. Kelompok 3 hanya beranggotakan 2 orang karena yang lainnya tidak berangkat. Mereka bekerjasama menngambar benda (kotak susu). Mereka hanya menggambar sebuah persegi panjangsaja dengan cara menjiplak.

(68)

yang diperoleh. Strategi pemecahan masalah yang digunakan oleh kelompok 3 ini berbeda dengan kelompok lainnya. Kelompok lain menggambar benda yang diperolehdengan cara mengamatinya terlebih dahulu, kemudian baru membuat gambar. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan mendorong siswa untuk menunjukkan beberapa langkah atau jawaban yang berbeda pada beberapa kelompok.

Dalam kegiatan pembelajaran, guru juga mengaitkan materi bangun ruang dengan materi lain yang dirasa masih berhubungan. Mengaitkan materi bangun ruang dengan materi lain bertujuan untuk memudahkan siswa memahami materi pembelajaran dan menjadikan satu pengetahuan yang utuh. Mengaitkan dengan materi lain dalam satu mata pelajaran dapat dilihat pada Transkripsi Data V: 157-160. 157. G : “Di sini ada 3 jaring-jaring balok yang berbeda. Ini semua

setelah dibongkar membentuk beberapa bangun datar. Bangun datar ini bentuknya persegi panjang. Jika digabung/dirangkai membentuk bangun ruang balok. Beberapa persegi panjang yang digabung ini yang dimaksud jaring balok,

jaring-jaring bangun ruang”.

158. G : “Bangun ruang apa yang kamu bongkar tadi?” 159. S22 : “Balok”.

160. G : “Setelah dibongkar membentuk beberapa bangun datar, karena tidak ada ruangannya. Kalau digabung membentuk bangun ruang karena ada ruangannya. Karena ini persegi panjang maka ini jaring-jaring balok, kemarin jaring-jaring kubus karena jaring-jaringnya persegi”.

(69)

datar dapat membantu siswa mengingat kembali materi sebelumnya, sehingga siswa tidak melupakan materi yang pernah dipelajari. Selain mengaitkan dengan materi dalam satu mata pelajaran, guru juga mengaitkan dengan materi di luar matematika. Contoh mengaitkan dengan materi di luar matematika dapat di lihat pada Transkripsi Data I: 19-26. Berdasarkan transkripsi data itu, guru mengaitkan materi bangun ruang dengan materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tentang aktivitas sehari-hari. Mengaitkan materi bangun ruang dengan materi di luar matematika membuat pengetahuan siswa bertambah dan semakin utuh.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa pelaksanaan implementasi kegiatan pembelajaran bangun ruang di kelas IV SDN Kledokan telah sesuai dengan RPP.Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan PMRI telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.Karakteristik PMRI yang berupa penggunaan kontekstual untuk starting point, pemodelan, interaktivitas, kontribusi siswa dalam strategi pemecahan masalah, dan keterkaitan telah nampak dalam kegiatan pembelajaran. Meskipun pelaksanaan belum berjalan secara maksimal, tetapi secara umum kegiatan pembelajaran yang mencerminkan pendekatan PMRI telah terlaksana dengan cukup baik.

(70)

b. Penggunaan Kontribusi Siswa dalam Pemebelajaran

Karakteristik yang diteliti oleh peneliti adalah penggunaan kontribusi siswa dalam pembelajaran, yaitu bagaimana siswa berperan dalam proses belajar yang dilakukannya. Penggunaan kontribusi ini terlihat dalam setiap pertemuan pembelajaran. Kontribusi siswa menjadi penting karena pemeran utama dalam proses belajar adalah siswa. Siswa yang akan menyimpan dan menggunakan hasil pembelajaran yang telah dilakukannya.

Kontribusi siswa dalam pembelajaran dapat terlihat dari beberapa aspek. Aspek kontribusi siswa yang mendukung dalam pembelajaran yaitu :

1) Pengungkapan berbagai Strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah

Pendekatan PMRI merupakan pendekatan yang membantu siswa membangun sendiri konsepnya dengan bantuan media dan masalah yang masih terkait dengan dunianya. Pendekatan ini mengharapkan siswa menemukan sendiri konsepnya berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

(71)

dilihat dari kerja kelompok siswa, seperti pada transkip pertemuan I berikut ini:

81. Kegiatan di kelompok 8.Ada yang menunjuk pojok-pojok balok kayu.

82. S8 : “Mempunyai 4 sisi”. Teman di sampingnya kemudian menulis pada LKS.

83. Kegiatan di kelompok 6. Mereka mencari nama dan ciri-ciri benda.

84. S9 : “Ini namanya apa?” sambil mengangkat balok kayu. Kemudian ia mengitung jumlah sudut yang ada pada balok kayu.

Strategi yang diungkapkan oleh siswa tersebut merupakan hasil eksplorasinya terhadap pengetahuan awalnya. Berbagai strategi tersebut dapat membantu siswa membangun konsep pengetahuan selanjutnya mengenai materi bangun ruang.

Gambar 4.1

(72)

Gambar 4.2

Gambar siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menemukan strategi dalam pemecahan masalah

2) Pemberian tanggapan terhadap Strategi yang digunakan

Dalam kelompok, siswa dapat bekerja sama menggunakan media yang tersedia. Siswa juga dapat bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Komentar dan saran dari siswa lain bisa membantu siswa dalam menemukan konsepnya. Siswa biasanya melakukan tanya jawab jika mengalami kesulitan dalam membangun konsepnya. Dapat dibuktikan dalam kerja kelompok, seperti pada transkip berikut ini:

148. G meminta kelompok 2 untuk memberi tanggapan

149. G : “Kelompok 2… Kelompok 2, dari kelompok 1, 5, dan

7, bagaimana tanggapanmu?”

150. S17 : “Bagus, betul, benar”.

151. G : “Rudi, bagaimana jawabanmu dengan kelompok 1, 5,

dan 7?”

152. S18 : “Sama”.

(73)

sampai guru menyampaikan konsep yang tepat. Kegiatan tersebut membantu siswa mengembangkan aspek kognitif dan afektifnya. Siswa dapat belajar mendengarkan dan menghargai pendapat temannya.

Gambar 4.3

Gambar siswa memberikan tanggapan

3) Pemberian Motivasi oleh guru pada siswa

Pemberian motivasi oleh guru dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berpikir lebih dalam. Pertanyaan yang diberikan oleh guru mengharapkan agar siswa kemudian berpikir dan mengajukan pertanyaan dalam membangun konsepnya. Namun, sangat sedikit siswa yang memanfaatkan motivasi yang diberikan oleh guru.

(74)

Gambar 4.4

Gambar guru memberi motivasi kepada siswa

Siswa cenderung menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa tidak mengembangkan pertanyaan yang diberikan oleh guru untuk membangun konsepnya. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan siswa yang jarang bertanya, sehingga siswa kurang memahami motivasi yang diberikan oleh guru. Hal itu membuat guru juga hanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada konsep. Dapat dilihat dari pertanyaan yang diberikan oleh guru, seperti transkip pertemuan I berikut:

44. G : “Sudah tiga jawaban kardus. Dari susu kardus,

kemudian Boneeto kardus, kemudian Yanti, kardus”.

Perhatikan, satu lagi, ada yang minum coklat? Coklat

MILO?”

45. Hampir SS tunjuk jari. 46. G : “Semua suka MILO?” 47. SS : “Suka”.

48. G : “MILOnya apa?” 49. BS : “Bubuk”.

Gambar

Tabel 4.1 Hasil validasi perangkat pembelajaran  ..........................................
Gambar 2.2 Kubus
Gambar 2.3 Jaring-jaring kubus
Gambar 3.1 Langkah-langkah Metode Research and Development (R&D) menurut
+7

Referensi

Dokumen terkait

untuk anak-anak berusia antara 5 – 7 tahun yang tinggal di Dusun Salakan dengan materi sebagai berikut.. yang tinggal di Dusun Jambu dengan materi sebagi

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN TERKAIT 0 TOTAL LABA KOMPREHENSIF

Setiap Pihak yang melakukan penerbitan Unit Penyertaan DIRE Syariah wajib mematuhi ketentuan Prinsip Syariah di Pasar Modal. DIRE Syariah memenuhi Prinsip Syariah di Pasar Modal

Hasil analisis pada bulan Maret 2009 diban- dingkan dengan Februari 2009, gas tersebut mempunyai perbedaan baik konsentrasi dan isotop karbon dari hidrokarbon serta iso- top

Pada penelitian ini, proses pengklasifikasian citra X-ray melalui proses fourier filter, wavelet haar filter, dan clahe filter untuk filtering, selanjutnya

Dengan dilakukannya penelitian yang berjudul “Analisis Pemilihan Perangkat Lunak Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP),

Pola keruntuhan yang terjadi pada semua balok uji dengan penambahan CFRP adalah debonding failure yaitu lepasnya ikatan antara beton dengan CFRP, sehingga dapat dikatakan

Penelitian ini bersifat eksperimental dengan uji fisik yang dilakukan di saluran gelombang 2-D pada Laboratorium dengan membuat beberapa konfigurasi model screen layer