• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Paparan Hasil Implementasi Produk pada Sampel Terbatas

2. Hasil Implementasi dan Pembahasan

Sesuai dengan kajian teori, karakteristik PMRI terdiri dari penggunaan konteks, penggunaan model dalam pembelajaran, penggunaan kontribusi siswa, interaktivitas, dan intertwining dalam pembelajaran. Seluruh karakteristik tersebut tercakup dalam seluruh pertemuan yang disusun dalam desain RPP.

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan pembukaan (doa dan salam pembuka). Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan apersepsi. Kegiatan apersepsi diisi dengan tanya jawab antara guru dan siswa mengenai pengalaman siswa pada aktivitas dipagi hari. Tanya jawab merupakan bentuk interaksi yang komunikatif di antara guru dan siswa. Guru mengajukan pertanyaan seperti menu sarapan siswa, susu apa yang pernah diminum, adakah dari mereka yang pernah dibelikan sesuatu, dll. Pertanyaan yang diajukan guru bersifat kontekstual atau dekat dengan siswa.Siswa pernah mengalami sendiri atau pernah melihat peristiwa yang diajukan oleh guru. Berikut ini contoh kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa yang bersifat kontekstual (Transkripsi Data I: 19-26).

19. G : “Sekarang perhatikan anak-anak. Siapa yang tadi pagi minum susu?” BS tunjuk jari.

20. G : “Saya bertanya dulu, Rudi Utomo. Minum susu apa tadi pagi? Putih, cair, bubuk?”

21. S1 (Rudi Utomo) menjawab pertanyaan dari G. 22. S1 : “Cair”. Kemudian G bertanya kembali.

23. G : “Tempatnya apa? Tempatnya susu bubuk kamu dengan apa, Rudi?

24. SL : “Mangkok”. Kemudian G mendekati S1. Setelah itu, S1 menjawab pertanyaan.

25. S1 : “Kardus”. Setelah S1 menjawab pertanyaan, G kembali ke depan kelas sambil mengangkat jari.

26. G : “Kardus, satu jawaban. Satu kardus”. G melihat BS yang tidak tenang, kemudian menegur S.

Berdasarkan contoh di atas, guru mengajukan kepada siswa pertanyaan tentang menu sarapan dipagi hari. Pertanyaan yang diajukan oleh guru tersebut bersifat kontekstual atau dekat dengan siswa dan berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Dari transkripsi data di atas, pertanyaan yang bersifat kontekstual itu memudahkan siswa untuk menjawabnya. Adanya pertanyaan seperti di atas sangat baik untuk memulai suatu kegiatan pembelajaran. Siswa diajak mengingat kembali pengalaman yang pernah mereka dilakukan, kemudian baru diajak masuk ke materi pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran yang bersifat kontekstual juga tercermin dari kegiatan pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran konkret/ nyata. Kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menarik dikarenakan penggunaan media pembelajaran yang konkret (nyata). Penggunaan media pembelajaran bertujuan untuk

menyampaikan pesan (materi pembelajaran) dari guru kepada siswa. Media yang digunakan adalah benda-benda yang pernah dilihat, digunakan oleh siswa. Contoh benda-benda yang dijadikan media antara lain kotak susu, rubik, kardus handphone, dan balok kayu.

Kegiatan pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan membangun norma kelas agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif. Guru membangun norma kelas merupakan bentuk interaksi antara guru dan siswa di awal kegiatan pembelajaran. Setelah membangun norma kelas, guru kemudian membagi siswa dalam beberapa kelompok. Kegiatan belajar dalam kelompok bertujuan untuk mendorong munculnya interaksi di antara siswa, munculnya berbagai strategi pemecahan masalah. Banyak bentuk interaksi yang muncul saat kegiatan belajar dalam kelompok. Bentuk interaksi yang muncul di antaranya kerjasama antar siswa, menyampaikan pendapat atau pertanyaan, memperhatikan teman yang menyampaikan pendapat. Bentuk-bentuk interaktivitas secara lebih rinci akan dibahas pada subbab berikutnya.

Selain bentuk interaktivitas, dalam kegiatan belajar dalam kelompok muncul juga berbagai strategi pemecahan masalah dalam kegiatan kelompok. Berikut ini contoh stategi pemecahan masalah yang ditemukan dalam kegiatan belajar kelompok (Transkripsi Data I: 98).

98. Kegiatan kelompok 5. Ada yang menggambar kardus sepatu, ada yang menulis pada LKS. S menggambar beserta merk sepatu yang ada di kardus. Mereka menggambar tidak menggunakan penggaris.

Berdasarkan contoh di atas, terlihat satu kelompok menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan membagi tugas. Ada siswa yang bertugas menggambar benda yang mereka peroleh, ada siswa lain yang menjawab pertanyaan pada LKS.Pembagian tugas kelompok ini merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang muncul dalam kegiatan belajar kelompok. Contoh srategi pemecahan masalah seperti di atas dapat ditemui pada Transkripsi Data II: 82. Contoh lain strategi pemecahan masalah dari siswa yang dapat dijadikan kesepakatan bersama adalah pada Transkripsi Data IV: 118-120.

118. G : “Ada yang kurang sedikit ya anak-anak, tentang pengertian jaring-jaring. Semua, kamu perhatikan dari kelompoknya Ibrahim”.

119. G meminta siswa lain memperhatikan Ibrahim (siswa dari kelompok 6). Kemudian ia membacakan kembali pengertian jaring-jaring bangun ruang.

120. S13 : “Bangun datar yang digabungkan menjadi bangun ruang kubus”.

Berdasarkan contoh di atas, terlihat guru meminta siswa dari salah satu kelompok untuk membacakan hasil diskusinya. Jawaban siswa tersebut dijadikan keputusan bersama tentang pengertian

jaring-jaring bangun ruang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sangat berkonstribusi dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam pemecahan masalah.

Selain termasuk strategi pemecahan masalah, transkrispsi data di atas menunjukkan adanya keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapatnya.Pendapat yang disampaikan siswa berupa pengertian jaring-jaring bangun ruang. Jika dilihat, pendapat siswa tentang pengertian jaring-jaring bangun ruang tidak sepenuhnya tepat, tetapi guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkannya. Hal ini dilakukan oleh guru sebagai contoh untuk siswa lain agar lebih berani dalam mengungkapkan pendapat/ idenya.

Kegiatan belajar dalam kelompok yang dilakukan siswa juga telah memunculkan beberapa langkah atau jawaban yang berbeda pada beberapa kelompok. Beberapa langkah atau jawaban yang berbeda pada beberapa kelompok disebut pemodelan. Contoh pemodelan dalam kegiatan pembelajaran bangun ruang dapat dilihat pada Transkripsi Data I (101).

101. Kegiatan kelompok 3. Kelompok 3 hanya beranggotakan 2 orang karena yang lainnya tidak berangkat. Mereka bekerjasama menngambar benda (kotak susu). Mereka hanya menggambar sebuah persegi panjangsaja dengan cara menjiplak.

Berdasarkan transkripsi data di atas terlihat bahwa siswa menyelesaikan/memecahkan masalah dengan cara menjiplak benda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang diperoleh. Strategi pemecahan masalah yang digunakan oleh kelompok 3 ini berbeda dengan kelompok lainnya. Kelompok lain menggambar benda yang diperolehdengan cara mengamatinya terlebih dahulu, kemudian baru membuat gambar. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan mendorong siswa untuk menunjukkan beberapa langkah atau jawaban yang berbeda pada beberapa kelompok.

Dalam kegiatan pembelajaran, guru juga mengaitkan materi bangun ruang dengan materi lain yang dirasa masih berhubungan. Mengaitkan materi bangun ruang dengan materi lain bertujuan untuk memudahkan siswa memahami materi pembelajaran dan menjadikan satu pengetahuan yang utuh. Mengaitkan dengan materi lain dalam satu mata pelajaran dapat dilihat pada Transkripsi Data V: 157-160. 157. G : “Di sini ada 3 jaring-jaring balok yang berbeda. Ini semua

setelah dibongkar membentuk beberapa bangun datar. Bangun datar ini bentuknya persegi panjang. Jika digabung/dirangkai membentuk bangun ruang balok. Beberapa persegi panjang yang digabung ini yang dimaksud jaring balok, jaring-jaring bangun ruang”.

158. G : “Bangun ruang apa yang kamu bongkar tadi?” 159. S22 : “Balok”.

160. G : “Setelah dibongkar membentuk beberapa bangun datar, karena tidak ada ruangannya. Kalau digabung membentuk bangun ruang karena ada ruangannya. Karena ini persegi panjang maka ini jaring-jaring balok, kemarin jaring-jaring kubus karena jaring-jaringnya persegi”.

Berdasarkan contoh di atas, guru mengaitkan materi bangun ruang dengan materi bangun datar. Mengaitkan dengan materi bangun

datar dapat membantu siswa mengingat kembali materi sebelumnya, sehingga siswa tidak melupakan materi yang pernah dipelajari. Selain mengaitkan dengan materi dalam satu mata pelajaran, guru juga mengaitkan dengan materi di luar matematika. Contoh mengaitkan dengan materi di luar matematika dapat di lihat pada Transkripsi Data I: 19-26. Berdasarkan transkripsi data itu, guru mengaitkan materi bangun ruang dengan materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tentang aktivitas sehari-hari. Mengaitkan materi bangun ruang dengan materi di luar matematika membuat pengetahuan siswa bertambah dan semakin utuh.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa pelaksanaan implementasi kegiatan pembelajaran bangun ruang di kelas IV SDN Kledokan telah sesuai dengan RPP.Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan PMRI telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.Karakteristik PMRI yang berupa penggunaan kontekstual untuk starting point, pemodelan, interaktivitas, kontribusi siswa dalam strategi pemecahan masalah, dan keterkaitan telah nampak dalam kegiatan pembelajaran. Meskipun pelaksanaan belum berjalan secara maksimal, tetapi secara umum kegiatan pembelajaran yang mencerminkan pendekatan PMRI telah terlaksana dengan cukup baik.

b. Penggunaan Kontribusi Siswa dalam Pemebelajaran

Karakteristik yang diteliti oleh peneliti adalah penggunaan kontribusi siswa dalam pembelajaran, yaitu bagaimana siswa berperan dalam proses belajar yang dilakukannya. Penggunaan kontribusi ini terlihat dalam setiap pertemuan pembelajaran. Kontribusi siswa menjadi penting karena pemeran utama dalam proses belajar adalah siswa. Siswa yang akan menyimpan dan menggunakan hasil pembelajaran yang telah dilakukannya.

Kontribusi siswa dalam pembelajaran dapat terlihat dari beberapa aspek. Aspek kontribusi siswa yang mendukung dalam pembelajaran yaitu :

1) Pengungkapan berbagai Strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah

Pendekatan PMRI merupakan pendekatan yang membantu siswa membangun sendiri konsepnya dengan bantuan media dan masalah yang masih terkait dengan dunianya. Pendekatan ini mengharapkan siswa menemukan sendiri konsepnya berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

Kebebasan berpikir siswa terlihat pada kemampuan dalam memecahkan masalah. Munculnya berbagai strategi pemecahan masalah merupakan hasil eksplorasi dari siswa itu sendiri. Dapat

dilihat dari kerja kelompok siswa, seperti pada transkip pertemuan I berikut ini:

81. Kegiatan di kelompok 8.Ada yang menunjuk pojok-pojok balok kayu.

82. S8 : “Mempunyai 4 sisi”. Teman di sampingnya kemudian menulis pada LKS.

83. Kegiatan di kelompok 6. Mereka mencari nama dan ciri-ciri benda.

84. S9 : “Ini namanya apa?” sambil mengangkat balok kayu. Kemudian ia mengitung jumlah sudut yang ada pada balok kayu.

Strategi yang diungkapkan oleh siswa tersebut merupakan hasil eksplorasinya terhadap pengetahuan awalnya. Berbagai strategi tersebut dapat membantu siswa membangun konsep pengetahuan selanjutnya mengenai materi bangun ruang.

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menemukan strategi dalam pemecahan masalah

2) Pemberian tanggapan terhadap Strategi yang digunakan

Dalam kelompok, siswa dapat bekerja sama menggunakan media yang tersedia. Siswa juga dapat bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Komentar dan saran dari siswa lain bisa membantu siswa dalam menemukan konsepnya. Siswa biasanya melakukan tanya jawab jika mengalami kesulitan dalam membangun konsepnya. Dapat dibuktikan dalam kerja kelompok, seperti pada transkip berikut ini:

148. G meminta kelompok 2 untuk memberi tanggapan

149. G : “Kelompok 2… Kelompok 2, dari kelompok 1, 5, dan 7, bagaimana tanggapanmu?”

150. S17 : “Bagus, betul, benar”.

151. G : “Rudi, bagaimana jawabanmu dengan kelompok 1, 5, dan 7?”

152. S18 : “Sama”.

Sanggahan dari teman kelompoknya juga membantu siswa mengkontruksi konsepnya. Beberapa siswa tetap pada pendapatnya

sampai guru menyampaikan konsep yang tepat. Kegiatan tersebut membantu siswa mengembangkan aspek kognitif dan afektifnya. Siswa dapat belajar mendengarkan dan menghargai pendapat temannya.

Gambar 4.3

Gambar siswa memberikan tanggapan

3) Pemberian Motivasi oleh guru pada siswa

Pemberian motivasi oleh guru dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berpikir lebih dalam. Pertanyaan yang diberikan oleh guru mengharapkan agar siswa kemudian berpikir dan mengajukan pertanyaan dalam membangun konsepnya. Namun, sangat sedikit siswa yang memanfaatkan motivasi yang diberikan oleh guru.

Gambar 4.4

Gambar guru memberi motivasi kepada siswa

Siswa cenderung menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa tidak mengembangkan pertanyaan yang diberikan oleh guru untuk membangun konsepnya. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan siswa yang jarang bertanya, sehingga siswa kurang memahami motivasi yang diberikan oleh guru. Hal itu membuat guru juga hanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada konsep. Dapat dilihat dari pertanyaan yang diberikan oleh guru, seperti transkip pertemuan I berikut:

44. G : “Sudah tiga jawaban kardus. Dari susu kardus, kemudian Boneeto kardus, kemudian Yanti, kardus”. Perhatikan, satu lagi, ada yang minum coklat? Coklat MILO?”

45. Hampir SS tunjuk jari. 46. G : “Semua suka MILO?” 47. SS : “Suka”.

48. G : “MILOnya apa?” 49. BS : “Bubuk”.

50. G : “Bungkusnya apa?” 51. BS : “Kardus”

4) Pemberian kesempatan oleh guru pada siswa

Proses pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh siswa, namun guru juga ikut serta dalam proses pembelajaran. Guru bertugas memfasilitasi siswa ketika membangun konsepnya. Fasilitas yang diberikan oleh guru berupa bimbingan dalam membangun konsep, penyediaan media yang dibutuhkan, atau berupa kesempatan mengembangkan kemampuan siswa. Dapat dilihat dari transkip data berikut:

178. G : “Kelas IV duduk tenang dulu. Coba dari kelompok 1 sampai 8, kelompok mana yang mengalami kesulitan?” 179. BS menjawab pertanyaan.

180. BS : “Sedikit”.

Pemberian kesempatan ini bisa berupa pertanyaan seperti „apakah ada pertanyaan‟, „apakah masih ada yang bingung, atau pertanyaan sejenis yang membantu siswa mengembangkan perannya dalam pembelajaran.

Gambar 4.5

Gambar guru memberikan kesempatan pada siswa bertanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5) Pengajuan pertanyaan oleh siswa yang mengarah pada pembangunan konsep

Pengajuan pertanyaan oleh siswa sangat sedikit ditemukan oleh peneliti. Siswa jarang sekali bertanya pada guru ketika dalam kelompok besar (kelas). Biasanya siswa mulai aktif bertanya pada guru ketika dalam kelompok kecil. Berdasarkan catatan lapangan hal tersebut dikarenakan siswa takut salah ketika akan bertanya pada guru. Siswa merasa lebih nyaman dan berani ketika bertanya dalam kelompok kecil atau hanya dengan guru. Dapat dilihat dari transkip data berikut:

88.Kegiatan di kelompok 6. Mereka mencari nama dan ciri-ciri benda.

89.S9 : “Ini namanya apa?” sambil mengangkat balok kayu. Kemudian ia mengitung jumlah sudut yang ada pada balok kayu.

Siswa sebaiknya dilatih untuk terbiasa mengajukan pertanyaan untuk membangun konsepnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan pertanyaan sederhana yang memancing siswa untuk bertanya. Selain itu, penggunaan media juga dapat membantu siswa mengajukan pertanyaannya.

Gambar 4.6

Gambar guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk membangun konsep

Secara umum penggunaan kontribusi siswa dalam pembelajaran sudah mulai terlihat meskipun tidak secara maksimal. Hal tersebut dapat dipengaruhi beberapa hal antara lain, kebiasaan siswa dalam belajar sehari-hari yang hanya mendengar ceramah dan mengerjakan tugas, kurangnya keberanian dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. Pengaruh tersebut membawa dampak yang cukup merugikan bagi siswa. Dampak tersebut antara lain kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, nilai yang kurang memuaskan, dan pengetahuan siswa hanya yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan sebaiknya ditingkatkan agar kontribusi siswa dapat meningkat dan konsep pengetahuannya tidak hanya berpusat pada apa yang diberikan oleh guru.

3. Rangkuman Karakteristik Penggunaan Kontribusi Siswa yang

Dokumen terkait