1 KATA PENGANTAR
Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah berbasis komputer yang selama ini dikembangkan oleh BPKP adalah suatu tools yang dibuat dengan tujuan untuk membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan secara efisien dan efektif sesuai dengan peraturan perundang‐undangan dan menerapkan sistem pengendalian intern yang andal. Sampai dengan saat ini, salah satu produk Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah berbasis komputer yang sedang digunakan oleh pemerintah daerah adalah Aplikasi Simda Gaji yang merupakan aplikasi dukungan Simda Keuangan versi 2.1 khususnya dalam penyusunan dokumen pendukung Belanja Gaji dalam SPP‐LS dan SPM‐LS Belanja Pegawai.
Berdasarkan pelaksanaan implementasi Aplikasi Simda Gaji di beberapa pemerintah daerah, terdapat kondisi‐kondisi yang menyebabkan terhambatnya implementasi. Hal ini terjadi sebagian besar disebabkan oleh adanya perbedaan pemahaman dan pengetahuan mengenai aturan kepegawaian dan penggajian yang ada, mengingat banyaknya peraturan kepegawaian dan beberapa diantaranya sudah sangat lama sehingga tidak terdokumentasi dengan baik. Untuk itu dirasa perlu untuk menyusun dokumentasi peraturan‐peraturan yang berlaku serta best practice yang ada. Kebijakan‐kebijakan yang diambil dalam Aplikasi Simda Gaji ini didasarkan pada aturan perundang‐ undangan yang ada dan merupakan hal‐hal yang seharusnya dilakukan dalam implementasi di pemerintah daerah.
Modul “Substansi Pengelolaan Gaji PNS Daerah” ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran, masukan dan ide‐ide terbaik dari teman‐teman Perwakilan BPKP dan Pemerintah Daerah pengguna aplikasi di seluruh Indonesia sehingga Aplikasi Simda Gaji ini menjadi semakin baik dan semakin bermanfaat bagi pemerintah daerah.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak atas kerjasama, dukungan, masukan dan saran yang telah diberikan sehingga kami dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi penyempurnaan tata kelola keuangan pemerintah daerah. Jakarta, Oktober 2011 Pengarah Satuan Tugas Pengembangan SIMDA Iman Bastari NIP 19560625 197801 1 001
2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 1 DAFTAR ISI 2 BAB I. PENDAHULUAN 4 A. LATAR BELAKANG 4
B. TUJUAN PEMBUATAN MODUL 4
C. SISTEMATIKA PENYAJIAN MODUL 5
BAB II. STRUKTUR PENGGAJIAN 7
A. GAJI POKOK 7
B. TUNJANGAN KELUARGA 8
C. TUNJANGAN JABATAN STRUKTURAL 10
D. TUNJANGAN FUNGSIONAL 12
E. TUNJANGAN YANG DIPERSAMAKAN DENGAN TUNJANGAN JABATAN 14 F. TUNJANGAN KOMPENSASI KERJA (RISIKO BAHAYA ATAS PEKERJAAN) 15
G. TUNJANGAN BERAS 15
H. TUNJANGAN KHUSUS PPh 16
I. TUNJANGAN KHUSUS IRIAN/PAPUA 20
J. TUNJANGAN PENGABDIAN WILAYAH TERPENCIL 21
K. TUNJANGAN UMUM 22
L. PEMBULATAN 24
M. IURAN PEMDA 24
N. POTONGAN GAJI 24
BAB III. PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 27
A. PENGHITUNGAN MASA ATAU BULANAN SELAIN MASA PAJAK DESEMBER 27 B. PENGHITUNGAN PPH PASAL 21 ATAS GAJI DAN TUNJANGAN KE‐13 (KETIGA BELAS) 29 C. PENGHITUNGAN PPH PASAL 21 ATAS PEMBAYARAN RAPEL 31 D. PENGHITUNGAN PPH 21 ATAS PENGHASILAN YANG TERPISAH DARI PEMBAYARAN GAJI 33 E. PENGHITUNGAN PPH PASAL 21 TERUTANG PADA MASA PAJAK DESEMBER 35
BAB IV. PEMBAYARAN BELANJA PEGAWAI 37
A. GAJI INDUK 37
B. GAJI SUSULAN 38
C. KEKURANGAN GAJI/RAPEL 38
D. GAJI UANG DUKA 39
E. GAJI TERUSAN 40
3
G. KELENGKAPAN PENGAJUAN SPP GAJI 42
BAB V. PENGELOLAAN GAJI MENGGUNAKAN APLIKASI SIMDA 44
A. PEMAHAMAN PENGELOLAAN SISTIM PENGGAJIAN 44
B. SIMDA GAJI SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN PPH PASAL 21 45
C. PEMBUATAN DAFTAR GAJI 47
D. PEMBUATAN RAPEL/KEKURANGAN GAJI 48
E. KONEKSI SIMDA GAJI DENGAN SIMDA KEUANGAN 49
LAMPIRAN I DAFTAR REFERENSI PERATURAN TERKAIT PENYUSUNAN MODUL PENGELOLAAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH 51 LAMPIRAN II REFERENSI DAFTAR PERATURAN JABATAN FUNGSIONAL 56 TIM PENYUSUN MODUL PELATIHAN 58
4
BAB
I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagaimana dimaklumi bersama bahwa masalah belanja pegawai merupakan hal yang sangat sensitif dan mempunyai dampak politis yang sangat luas bagi penyelenggaraan pemerintahan. Oleh karena itu masalah belanja pegawai memerlukan penanganan yang baik, tertib, dan teratur pada setiap bagian yang terkait, baik pada bagian kepegawaian sebagai sumber data maupun pada bagian keuangan di lingkungan Satuan Kerja yang bersangkutan sejalan dengan pelimpahan kewenangan Administratif sebagaimana diamanatkan undang‐undang. Kesalahan dalam melakukan pembayaran belanja pegawai dapat berakibat tuntutan ganti rugi atau perdata oleh pihak‐pihak yang dirugikan.
Program Aplikasi Komputer Simda Gaji, dikembangkan mengacu pada ketentuan perundang‐undangan , praktik pengelolaan keuangan terbaik dan pengendalian intern yang memadai. Sifat dari pengembangan aplikasi simda adalah ditujukan untuk dapat diimplementasikan oleh seluruh pemerintah daerah sehingga perlu ada penyesuaian sistem dan prosedur pengelolaan keuangan apabila pemerintah daerah akan menggunakan aplikasi simda.
Berdasarkan uraian diatas maka dipandang perlu untuk membuat bahan rujukan atau referensi “ Substansi Pengelolaan Gaji PNS Daerah” agar dapat membantu pemerintah daerah, yang telah dan akan menggunakan Aplikasi Simda Gaji, dalam membuat dan menetapkan produk hukum pengelolaan daerah agar selaras dengan aplikasi simda. Modul ini akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan/ perubahan ketentuan tentang pelaksanaan belanja pegawai.
B. TUJUAN PEMBUATAN MODUL
Tujuan dari pembuatan modul “ Substansi Pengelolaan Gaji PNS Daerah” ini adalah untuk lebih meningkatkan keselarasan antara sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah yang diterapkan khususnya terkait belanja pegawai dan
5 implementasi Aplikasi Simda Gaji yang disesuaikan dengan perubahan ketentuan yang telah diakomodasi dalam Aplikasi.
C. SISTEMATIKA PENYAJIAN MODUL
Penyajian dalam tulisan ini difokuskan pada peraturan‐peraturan kepegawaian dan penggajian yang berlaku dalam sistem pengelolaan keuangan daerah yang terkait penyajian belanja pegawai. Penyajian dilakukan dengan mengutip aturan yang berlaku dan disertai contoh dan uraian bagaimana perlakuan yang menjadi dasar pengembangan Aplikasi Simda Gaji.
Sistematika penyajian modul ini meliputi : Bab I Pendahuluan
Meliputi latar belakang perlunya modul substansi pengelolaan gaji PNS Daerah, tujuan yang hendak dicapai atas penerbitan modul ini, dan sistematika penyajian modul.
Bab II Struktur Penggajian
Meliputi pembahasan berbagai jenis unsur‐unsur penghasilan PNS disertai dengan landasan hukumnya meliputi : gaji pokok, tunjangan jabatan struktural, tunjangan jabatan fungsional, tunjangan yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan, tunjangan kompensasi kerja, tunjangan beras, tunjangan khusus PPh, tunjangan khusus Irian Jaya/Papua, tunjangan pengabdian wilayah terpencil, tunjangan umum, pembulatan gaji, iuran pemda dan potongan dalam daftar gaji.
Bab III Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21
Perhitungan PPh pasal 21 atas pembayaran gaji bulanan, pembayaran gaji ke‐13, pembayaran rapel, pembayaran tambahan penghasilan yang bersifat tetap dan teratur setiap bulan yang pembayarannya terpisah dari pembayaran gaji, dan pembayaran gaji Desember.
Bab IV Pembayaran Belanja Pegawai
Terdiri atas pembahasan atas pembayaran gaji induk, gaji susulan, kekurangan gaji/rapel, gaji terusan, gaji uang duka, gaji ketiga belas dan gaji susulan.
6 Bab V Pengelolaan gaji menggunakan aplikasi SIMDA
Meliputi pembahasan atas pemahaman pengelolaan sistem penggajian, Simda Gaji sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 21, pembuatan daftar gaji bulanan, pembuatan daftar rapel/ kekurangan pembayaran gaji, dan koneksi SIMDA Gaji dengan SIMDA Keuangan.
7
BAB
II.
STRUKTUR
PENGGAJIAN
A. GAJI POKOK Dasar Hukum:
1. Undang‐Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang‐Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok‐Pokok Kepegawaian
2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.
Gaji pokok adalah landasan dalam menghitung besarnya gaji seseorang pegawai negeri sipil. Hal ini disebabkan sebagian komponen perhitungan gaji seperti tunjangan isteri, tunjangan anak, dihitung atas dasar persentase tertentu atau terkait dengan gaji pokok. Besarnya gaji pokok seseorang pegawai negeri sipil tergantung atas golongan ruang penggajian yang ditetapkan untuk pangkat yang dimilikinya, karena itu pangkat berfungsi pula sebagai dasar penggajian.
Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam suatu pangkat yang lebih tinggi dari pangkat lama, diberikan gaji pokok baru berdasarkan pangkat baru yang segaris dengan gaji pokok dan masa kerja golongan dalam golongan ruang menurut pangkat lama. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diturunkan pangkatnya ke dalam suatu pangkat yang lebih rendah dari pangkat semula, diberikan gaji pokok berdasarkan pangkat baru yang segaris dengan gaji pokok dan masa kerja golongan ruang menurut pangkat lama.
Besaran gaji pokok diberikan kepada pegawai sesuai dengan besaran yang tercantum dalam surat keputusan pengangkatan, surat keputusan kenaikan pangkat, surat pemberitahuan kenaikan gaji berkala, atau surat penetapan lainnya. Besaran gaji pokok terakhir diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2011 tanggal 16 Pebruari 2011 tentang perubahan ke 13 dari PP 7/1977 tentang peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.
8 Seseorang yang diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) diberikan gaji pokok sebesar 80% (delapan puluh persen) dari gaji pokok yang ditentukan untuk golongan/ruang gaji menurut pangkat yang didudukinya.
B. TUNJANGAN KELUARGA Dasar hukum:
Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 1992 tentang perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil. Ketentuan‐ketentuan yang terkait tunjangan keluarga adalah sebagai berikut :
1. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang beristeri/bersuami diberikan tunjangan isteri/suami sebesar 10% (sepuluh persen) dari gaji pokok.
2. Tunjangan isteri/suami diberhentikan pada bulan berikutnya setelah terjadi perceraian atau meninggal dunia;
3. Untuk memperoleh tunjangan isteri/suami harus dibuktikan dengan surat nikah/akta nikah dari Kantor Urusan Agama atau Kantor Catatan Sipil.
4. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai anak atau anak angkat, yang berumur kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun, belum pernah kawin, tidak mempunyai penghasilan sendiri, dan nyata menjadi tanggungannya, diberikan tunjangan anak sebesar 2% (dua persen) dari gaji pokok tiap‐tiap anak.
5. Ketentuan di atas dapat diperpanjang sampai umur 25 (dua puluh lima) tahun apabila anak tersebut masih bersekolah, dengan ketentuan:
a. Menunjukan surat pernyataan dari Kepala Sekolah/Kursus/Perguruan Tinggi bahwa anak tersebut masih sekolah/kursus/kuliah kepada pembuat daftar gaji. b. Masa pelajaran pada Sekolah/Kursus/Perguruan Tinggi tersebut sekurang‐
kurangnya 1 (satu) tahun pelajaran. c. Belum pernah kawin.
d. Tidak mempunyai penghasilan sendiri. e. Nyata menjadi tanggungan orang tuanya. f. Tidak menerima beasiswa.
9 6. Tunjangan anak diberikan sebanyak‐banyaknya untuk 3 (tiga) orang anak, termasuk
1 (satu) orang anak angkat.
7. Tunjangan anak diberhentikan pada bulan berikutnya setelah tidak memenuhi ketentuan pemberian tunjangan anak atau meninggal dunia;
8. Pegawai wajib melaporkan bahwa anak yang masuk dalam tanggungan pegawai tersebut telah tidak memenuhi ketentuan pemberian tunjangan anak atau meninggal dunia;
9. Untuk memperoleh tunjangan anak harus dibuktikan dengan:
a. Surat Keterangan Kelahiran Anak dari pejabat yang berwenang pada Kantor Catatan Sipil/lurah/camat setempat;
b. Surat Keputusan Pengadilan yang memutuskan/mensahkan perceraian dimana anak menjadi tanggungan penuh janda/duda untuk tunjangan anak tiri bagi janda/duda yang bercerai;
c. Surat Keterangan dari lurah/camat bahwa anak‐anak tersebut adalah perlu tanggungan si janda/duda untuk tunjangan anak tiri bagi janda/duda yang suami/isterinya meninggal dunia
d. Surat Keputusan Pengadilan Negeri tentang pengangkatan anak (hukum adopsi) untuk tunjangan anak bagi anak angkat (apabila pegawai mengangkat anak lebih dari 1 anak angkat, maka pembayaran tunjangan anak untuk anak angkat maksimal 1 anak) Dalam hal pegawai negeri pada tanggal 1 Maret 1994 telah memperoleh tunjangan anak untuk lebih dari 2 (dua) orang anak, kepadanya tetap diberikan tunjangan anak untuk jumlah menurut keadaan pada tanggal tersebut. Apabila setelah tanggal tersebut jumlah anak yang memperoleh tunjangan anak berkurang karena menjadi dewasa, kawin atau meninggal, pengurangan tersebut tidak dapat digantikan, kecuali jumlah anak menjadi kurang dari dua;
Hal ini berbeda dengan peraturan perpajakan yang memperbolehkan jumlah anak 3 orang yang boleh diperhitungkan dalam Penghasilan Tidak Kena pajak, sehingga ada kemungkinan untuk perhitungan gaji jumlah yang dimasukkan dalam tunjangan anak adalah 2 orang sedangkan untuk perhitungan perpajakan jumlah yang diperhitungkan
10 10.Untuk tunjangan anak tiri/anak angkat dibayarkan mulai bulan diterimanya surat
kelahiran oleh satuan kerja/pejabat administrasi belanja pegawai (pembayaran tunjangan anak tiri/anak angkat tidak berlaku surut)
11. Apabila suami isteri kedua‐duanya berkedudukan sebagai Pegawai Negeri, maka tunjangan keluarga diberikan kepada yang mempunyai gaji pokok yang lebih tinggi. C. TUNJANGAN JABATAN STRUKTURAL
Dasar Hukum:
1.Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2002 tanggal 17 April 2002 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No.100 tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural
2.Peraturan Presiden RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tunjangan Jabatan Struktural 3.Peraturan Kepala BKN Nomor 31 Tahun 2007 tentang Tata Cara Permintaan,
Pemberian, Dan Penghentian Tunjangan Jabatan Struktural.
Ketentuan‐ketentuan terkait pemberian Tunjangan Jabatan Struktural adalah sebagai berikut:
1. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam jabatan struktural diberikan tunjangan jabatan struktural setiap bulan.
2. Tunjangan jabatan struktural sekaligus menentukan perpanjangan batas usia pensiun bagi pegawai yang bersangkutan (eselon I dan II sampai dengan usia 60 tahun, khusus jabatan eselon I tertentu dapat diperpanjang sampai usia 62 tahun); 3. Tunjangan jabatan struktural dibayarkan pada bulan berikutnya setelah tanggal
pelantikan. Apabila pelantikan dilaksanakan pada tanggal 1 bulan berkenaan atau tanggal berikutnya (jika tanggal 1 bertepatan pada hari libur) maka tunjangan jabatan struktural dibayarkan pada bulan berkenaan;
4. Pemberian tunjangan jabatan struktural dihentikan apabila Pegawai Negeri Sipil : a. Mengundurkan diri dari jabatannya
b. Mencapai batas usia pensiun c. Diberhentikan sebagai PNS
11
e. Cuti diluar tanggungan negara, kecuali cuti diluar tanggungan negara karena persalinan
f. Tugas belajar lebih dari enam bulan
g. Adanya perampingan organisasi pemerintah
h. Tidak memenuhi persyaratan kesehatan jasmani dan rohani i. Hal lain yang ditetapkan perundangan yang berlaku
5. Besarnya tunjangan jabatan struktural sesuai dengan Peraturan Presiden RI Nomor 26 tahun 2007 adalah sebagai berikut :
Eselon Tarif (Rp) Eselon IA 5.500.000,00 Eselon IB 4.375.000,00 Eselon IIA 3.250.000,00 Eselon IIB 2.025.000,00 Eselon IIIA 1.260.000,00 Eselon IIIB 980.000,00
Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dari jabatan strukturalnya karena tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan, dihentikan pembayaran tunjangan jabatan strukturalnya terhitung mulai bulan berikutnya setelah yang bersangkutan diberhentikan dari jabatan strukturalnya.
Contoh:
Seorang Kepala Bagian Mutasi Kepegawaian Biro Kepegawaian pada Departemen Keuangan ditugaskan untuk mengikuti program Magister selama 2 (dua) tahun terhitung mulai tanggal 1 September 2011.
Dalam hal demikian, maka mulai bulan Oktober 2011 pembayaran tunjangan jabatan Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural yang berdasarkan peraturan perundang‐undangan dapat merangkap jabatan fungsional, kepadanya hanya dibayarkan satu tunjangan jabatan yang lebih besar atau yang lebih menguntungkan
12 Eselon IVA 540.000,00 Eselon IVB 490.000,00 Eselon V 360.000,00 D. TUNJANGAN FUNGSIONAL Dasar Hukum:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil selanjutnya diatur lebih lanjut dengan ketentuan tersendiri untuk masing‐masing jenis tunjangan jabatan fungsional.
2. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 39 tahun 2007 tentang Tata Cara Permintaan, Pemberian, dan Penghentian Tunjangan Jabatan Fungsional 3. Ketentuan‐ketentuan terkait pemberian tunjangan jabatan fungsional adalah
sebagai berikut:
a. Pegawai Negeri Sipil yang berhak mendapatkan tunjangan jabatan fungsional adalah Pegawai Negeri Sipil yang telah diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam jabatan fungsional dengan keputusan pejabat yg berwenang berdasarkan peraturan perundang‐undangan.
b. Besarnya tunjangan jabatan fungsional adalah sebagaimana tersebut dalam peraturan presiden yang mengatur tunjangan jabatan fungsional dimaksud. c. Sama dengan tunjangan jabatan struktural, tidak dimungkinkan untuk
mendapatkan tunjangan jabatan fungsional sekaligus tunjangan jabatan struktural, diharuskan memilih salah satu diantaranya.
d. Tunjangan jabatan fungsional sekaligus menentukan perpanjangan batas usia pensiun bagi pegawai yang bersangkutan (dapat diperpanjang sampai dengan usia 58 tahun, 60 tahun, dan 65 tahun);
e. Persyaratan untuk pengangkatan pertama dalam jabatan fungsional adalah:
13
• Memiliki ijazah sesuai dengan tingkat pendidikan dan kualifikasi pendidikan yang ditentukan,
• Telah menduduki pangkat menurut ketentuan yang berlaku,
• Telah lulus pendidikan dan pelatihan fungsional yang ditentukan,
• Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP‐3 sekurang‐ kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
f. Pejabat fungsional dibebaskan sementara dari jabatannya apabila :
• Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, atau
• Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966,
• Ditugaskan secara penuh di luar jabatan fungsional yang dijabatnya,
• Tugas belajar lebih dari 6 bulan,
• Cuti di luar tanggungan negara, kecuali untuk persalinan keempat dan seterusnya.
g. Pejabat fungsional yang dibebaskan sementara dari jabatannya dapat diangkat kembali apabila:
• Telah berakhir masa berlakunya hukuman disiplin,
• Telah selesai melaksanakan tugas diluar jabatanfungsional,
• Telah selesai tugas belajar lebih dari 6 bulan,
Contoh :
Seorang pejabat fungsional untuk mengikuti tugas belajar mulai tanggal 1 Nopember 2008 s.d 30 April 2010. Pejabat fungsional tersebut dinyatakan bekerja kembali terhitung mulai tanggal 10 Juli 2010. Dalam hal ini :
• tunjangan jabatan fungsional untuk bulan Nopember 2008 s.d April 2009 tetap dibayarkan;
• tunjangan jabatan fungsional diberhentikan terhitung mulai bulan Mei 2009 sampai Juli 2010;
14
• Berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dinyatakan tidak bersalah atau dijatuhi hukuman percobaan,
• Telah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan negara dan telah melaporkan diri untuk aktif kembali sebagai Pegawai Negeri Sipil.
h. tunjangan jabatan fungsional dibayarkan pada bulan berikutnya setelah tanggal melaksanakan tugas. Apabila tanggal melaksanakan tugas terhitung mulai tanggal 1 bulan berkenaan atau tanggal berikutnya apabila tanggal 1 bertepatan pada hari libur maka tunjangan jabatan fungsional dibayarkan pada bulan berkenaan;
i. tunjangan jabatan fungsional tidak dapat berlaku surut dari tanggal penetapan keputusan pengangkatan dalam jabatan fungsional.
j. Pemberhentian dari jabatan fungsional Pejabat fungsional diberhentikan dari jabatan fungsional apabila:
• Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 yang telah mempunyai kekuatan tetap.
• Tidak dapat mengumpulkan angka kredit menurut ketentuan sebagaimana diatur dalam keputusan Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.
E. TUNJANGAN YANG DIPERSAMAKAN DENGAN TUNJANGAN JABATAN
Ketentuan tentang tunjangan yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan pada dasarnya sama dengan tunjangan jabatan fungsional, namun karena tunjangan ini memiliki karakteristik tersendiri sehingga tidak dapat dimasukkan sebagai tunjangan jabatan fungsional.
Tunjangan yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan meliputi Tunjangan Tenaga Kependidikan, Tunjangan Jabatan Anggota dan Sekretaris Pengganti Mahkamah Pelayaran, Tunjangan Jabatan Bagi Pejabat tertentu yang ditugaskan pada Badan Pemeriksa Keuangan, Tunjangan Hakim, Tunjangan Panitera, Tunjangan Juru Sita dan Juru Sita Pengganti, Tunjangan Pengamat Gunungapi bagi Pegawai Negeri Sipil
15 Golongan I dan II, Tunjangan Petugas Pemasyarakatan dan tunjangan jabatan lain berdasarkan peraturan perundang‐undangan.
F. TUNJANGAN KOMPENSASI KERJA (RISIKO BAHAYA ATAS PEKERJAAN)
Tunjangan Risiko tidak dapat digolongkan ke dalam Tunjangan Struktural maupun Fungsional. Tunjangan ini diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang dalam melaksanakan tugasnya tidak hanya dituntut tanggungjawab yang tinggi namun senantiasa dihadapkan dengan dampak resiko bahaya kesehatan atas dirinya sehingga kepada pegawai tersebut diberikan kompensasi. Jenis‐jenis tunjangan kompensasi kerja antara lain Tunjangan Pengelola Arsip Statis bagi PNS di lingkungan Arsip Nasional RI, Tunjangan Bahaya Radiasi bagi PNS di lingkungan BPTN, Tunjangan Bahaya Radiasi bagi Pekerja Radiasi, Tunjangan Resiko Bahaya Keselamatan dan
Kesehatan dalam Penyelenggaraan Permasyarakatan, Tunjangan Pengamanan
Persandian, Tunjangan Resiko Bahaya Keselamatan dan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan bagi Pegawai Negeri di Lingkungan Badan SAR Nasional dan tunjangan lain yang sejenis dengan tunjangan kompensasi/bahaya yang ditetapkan dengan peraturan perundang‐undangan.
G. TUNJANGAN BERAS
Yang dimaksud dengan tunjangan beras adalah tunjangan beras yang diberikan kepada pegawai negeri dan anggota keluarganya dalam bentuk natura (beras) atau dalam bentuk inatura (uang) dengan besaran sesuai ketentuan yang berlaku.
Ketentuan‐ketentuan mengenai tunjangan beras diatur sebagai berikut :
1. Tunjangan beras diberikan kepada pegawai negeri dalam bentuk natura (beras) dan inatura (uang)
2. Besaran tunjangan beras kepada pegawai negeri sipil diberikan sebanyak 10 kg/orang/bulan, atau setara itu yang diberikan dalam bentuk uang dengan besaran harga beras per kilogramnya ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Ketentuan terakhir untuk penetapan harga beras adalah Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER‐ 67/PB/2010 tanggal 28 Desember 2010, mulai berlaku sejak 1 Januari 2010. Besarnya tunjangan beras dalam bentuk uang adalah
16 Rp 5.656 per kilogram sedangkan harga pembelian beras dari Pemerintah kepada Perum Bulog adalah sebesar Rp 6.285 per kilogram.
3. Besaran tunjangan beras kepada anggota keluarga pegawai negeri sipil diberikan sebanyak 10 kg/orang/bulan atau setara itu yang diberikan dalam bentuk uang yang besaran harga beras per kilogramnya ditetapkan oleh Menteri Keuangan. 4. Banyaknya jumlah orang yang dapat diberikan tunjangan beras adalah pegawai
yang bersangkutan ditambah jumlah anggota keluarga yang tercantum dalam daftar gaji
H. TUNJANGAN KHUSUS PPh
Yang dimaksud dengan tunjangan khusus PPh adalah tunjangan khusus pajak yang diberikan oleh pemerintah dalam rangka membantu pegawai negeri yang dikenakan pajak penghasilan.
Dasar Hukum :
1. Undang‐Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang‐ Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 80 tahun 2010 tentang Tarif Pemotongan dan Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan yang Menjadi Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 262 tahun 2011 tentang tata cara pemotongan pajak penghasilan pasal 21 bagi pejabat negara, PNS, Anggota TNI, anggota polri, dan pensiunannya atas penghasilan yang Menjadi beban APBN atau APBD.
4. Surat Edaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor SE‐8/PB/2011 tanggal 3 Maret 2011 tentang Petunjuk Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi
Apabila suami istri kedua‐duanya bekerja sebagai pegawai negeri, tunjangan beras diberikan untuk masing‐masing suami istri menurut haknya sebagai pegawai negeri. Disamping itu, tunjangan beras juga diberikan kepada istri atau suami dan anak‐anak
17 Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, dan Anggota Polri atas Penghasilan Tetap dan Teratur setiap Bulan.
5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 250/PMK.03/2008 Tentang Besarnya Biaya Jabatan Atau Biaya Pensiun Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto Pegawai Tetap Atau Pensiunan
Hal‐hal yang harus diperhatikan dalam Perhitungan PPh 21 terkait peraturan perundangan yang berlaku di atas adalah sbb:
1. Kepemilikan NPWP
• Dalam hal PNS tidak memiliki NPWP, atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang dibebankan pada APBD dikenai tarif PPH Ps 21 lebih tinggi sebesar 20% daripada tarif yang diterapkan
• Tambahan Pajak Penghasilan Pasal 21 sebesar 20% tersebut dipotong dari penghasilan yang diterima PNS yang bersangkutan.
2. Anggota keluarga yang menjadi tanggungan dalam PTKP didasarkan atas jumlah anggota keluarga per 1 Januari atau awal tahun pajak/awal bagian tahun pajak. Penambahan anggota keluarga dalam tahun berjalan tidak otomatis menambah nilai PTKP melainkan tetap berpatokan pada posisi awal tahun pajak (Pasal 7 ayat (2) Undang‐Undang Nomor 36 Tahun 2008)
Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun diberikan paling sedikit sebesar:
a. Rp 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;
b. Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;
c. Rp 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami; dan d. Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta
Dalam aturan kepegawaian, adanya penambahan atau pengurangan anggota keluarga akan langsung menyesuaikan jumlah tanggungan PNS tersebut.
18 anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
Besarnya PTKP jika disesuaikan dengan jumlah tanggungan adalah sebagai berikut :
Uraian Jumlah Jiwa PTKP Setahun
PNS Lajang/Kawin tanpa tanggungan 1 orang 15.840.000
PNS Kawin menangung istri 2 orang 17.160.000
PNS Kawin dengan 1 orang anak 3 orang 18.480.000 PNS Kawin dengan 2 orang anak 4 orang 19.800.000 PNS kawin dengan 3 orang anak 5 orang 21.120.000
3. Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Bagi wanita kawin, besarnya penghasilan tidak kena pajak untuk dirinya sendiri
b. Bagi wanita kawin, sebesar Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk dirinya sendiri
ditambah Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling banyak 3 (tiga) orang (WJ 0‐1, WJ 1‐2, WJ 2‐3). Ringkasan penjelasan ini dalam gambar adalah sebagai berikut:
Dalam hal wanita kawin sebagaimana dimaksud di atas dapat menunjukan keterangan tertulis dari pemerintah daerah setempat serendah‐rendahnya kecamatan yang menyatakan suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk dirinya sendiri ditambah Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk status kawin dan Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling banyak 3 (tiga) orang. (WK 0‐2, WK 1‐3, WK 2‐4, WK 3‐5)
19 4. Dalam menghitung pajak maka penghasilan sebulan harus disetahunkan atau
penghasilan sebulan dikalikan 12.
5. Tarif pajak menggunakan tarif pajak progresif sesui dengan Pasal 17 ayat (1) UU Nomor 36 Tahun 2008 yaitu sebagai berikut :
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak sampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) 5% (lima persen) di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluhjuta rupiah) sampai
dengan Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
15% (lima belas persen)
di atas Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
25% (dua puluh lima persen)
di atas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 30% (tiga puluh persen) 6. Biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan kotor untuk penghitungan
20 Republik Indonesia Nomor 250/PMK.03/2008 tanggal 31 Desember 2008 ditetapkan sebesar 5% dari penghasilan kotor, setinggi‐tingginya sebesar Rp. 6.000.000, (enam juta rupiah) setahun atau Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan.
I. TUNJANGAN KHUSUS IRIAN/PAPUA Dasar Hukum :
Keputusan Presiden Nomor 68 tahun 2002 tentang Tunjangan Khusus Provinsi Papua. Yang dimaksud dengan Tunjangan Khusus Papua adalah tunjangan khusus yang diberikan kepada Pegawai Negeri/Calon Pegawai Negeri yang bekerja di Provinsi Papua dan Papua Barat yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tunjangan Khusus Papua diberikan dengan latar belakang bahwa pegawai yang berkedudukan di suatu daerah yang angka indeks kemahalan lebih besar daripada angka indeks kemahalan daerah tertentu yang ditunjuk sebagai dasar (standar).
Ketentuan‐ketentuan yang terkait dengan tunjangan khusus Papua sebagai berikut : 1. Besaran tunjangan khusus Papua ditetapkan dengan Keputusan Presiden;
2. Diberikan kepada pegawai yang secara nyata berada dan bekerja di Provinsi Papua dan Papua Barat;
3. Tunjangan khusus Papua diberikan pada bulan berkenaan berada dan bekerja di Propinsi Papua dan Papua Barat yang dibuktikan dengan Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas;
4. Tunjangan khusus Papua dihentikan pada bulan berikutnya sejak pegawai yang bersangkutan secara nyata tidak berada dan bekerja di Propinsi Papua/Papua Barat;
5. Tunjangan khusus Papua tidak diberikan kepada pegawai negeri yang diberhentikan dengan hak uang tunggu.
6. Pelaksanaan pemberian tunjangan khusus Provinsi Papua bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah diserahkan kepada Pemerintah Daerah.
21 J. TUNJANGAN PENGABDIAN WILAYAH TERPENCIL
Tunjangan pengabdian wilayah terpencil adalah tunjangan yang diberikan kepada pegawai negeri yang bekerja dan bertempat tinggal di wilayah terpencil berdasarkan ketentuan yang berlaku. Latar belakang pemberian tunjangan pengabdian di wilayah terpencil adalah karena pegawai negeri yang ditempatkan di wilayah terpencil cenderung mengalami permasalahan berat jika dibandingkan dengan mereka yang ditugaskan di wilayah lainnya.
Wilayah terpencil adalah wilayah yang sulit dalam berbagai aspek, seperti tidak/belum tersedia pelayanan umum, harga kebutuhan pokok yang sangat mahal, tidak/belum tersedia sarana komunikasi yang memadai. Kondisi wilayah terpencil tentu membutuhkan tingkat pengabdian yang tulus dari seorang pegawai negeri untuk ditempatkan/ditugaskan di daerah tersebut. Untuk itu pemerintah wajib memperhatikan kepentingan pegawai negeri dimaksud dalam bentuk pemberian tunjangan pengabdian.
Ketentuan‐ketentuan yang terkait dengan tunjangan pengabdian wilayah terpencil adalah sebagai berikut :
1. Tunjangan pengabdian di wilayah terpencil diberikan setelah suatu daerah ditetapkan sebagai wilayah terpencil oleh Menteri Dalam Negeri setelah mendapat pertimbangan tertulis dari Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Keuangan, dan Menteri Pertahanan dan Keamanan;
2. Tunjangan pengabdian di wilayah terpencil dibuktikan dengan surat keputusan penempatan tugas di wilayah terpencil dan surat penyataan bekerja dan bertempat tinggal di wilayah terpencil yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang;
3. Tunjangan pengabdian di wilayah terpencil diberikan kepada pegawai yang secara nyata berada dan bekerja di wilayah terpencil;
4. Tunjangan pengabdian di wilayah terpencil diberikan pada bulan berkenaan apabila berdasarkan surat pernyataan bekerja dan bertempat tinggal di wilayah terpencil diterbitkan pada tanggal 1 (satu) bulan berkenaan atau tanggal berikutnya apabila tanggal 1 (satu) bertepatan pada hari libur atau bulan berikutnya apabila surat
22 pernyataan bekerja dan bertempat tinggal di wilayah terpencil diterbitkan setelah tanggal 1(satu);
5. Tunjangan pengabdian di wilayah terpencil diberhentikan pada bulan berikutnya apabila pegawai yang bersangkutan :
a. Pindah tugas keluar dari wilayah terpencil b. Tidak bertempat tinggal lagi di wilayah terpencil c. Berhenti, meninggal dunia atau pensiun,
d. Dijatuhi hukuman penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap
e. Menjalani cuti di luar tanggungan negara f. Dijatuhi hukuman disiplin berat
Pemberian tunjangan pengabdian bagi PNS yang bertugas di wilayah terpencil diatur dengan Keputusan Presiden Nomor 34 tahun 1996 tentang Tunjangan Pengabdian bagi Pegawai Negeri yang Bekerja dan Bertempat Tinggal di Wilayah Terpencil.
K. TUNJANGAN UMUM Dasar hukum:
1. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2006 tanggal 11 Mei 2006 tentang Tunjangan Umum bagi Pegawai Negeri Sipil
2. Surat Badan Kepegawaian Negara nomor K.26‐30/V/45‐3/99 tanggal 4 Oktober 2007
Tunjangan Umum adalah tunjangan yang diberikan dalam rangka meningkatkan mutu, prestasi, pengabdian dan semangat kerja bagi calon pegawai negeri sipil dan pegawai negeri sipil yang tidak menerima tunjangan jabatan struktural atau tunjangan jabatan fungsional atau tunjangan yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan dengan ketentuan :
1. Besaran tunjangan umum diatur dalam Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 2006 yaitu sebagai berikut :
Golongan Tarif (Rp)
23
Golongan II 180.000,00
Golongan III 185.000,00
Golongan IV 190.000,00
2. Tunjangan umum diberikan terhitung sejak tanggal 1 Januari 2006;
3. Tambahan tunjangan umum diberikan jika calon pegawai negeri sipil dan pegawai negeri sipil menerima penghasilan (gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan beras dan tunjangan umum) kurang dari Rp 1.000.000,‐ (satu juta rupiah);
4. Bagi PNS yang memiliki Tunjangan Kompensasi Kerja (Tunjangan Bahaya Radiasi bagi Pekerja Radiasi, Tunjangan Kompensasi Kerja bagi Pegawai Negeri yang ditugaskan di Bidang Persandian, Tunjangan bahaya Nuklir bagi PNS di Lingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional, Tunjangan Pengelolaan Arsip Statis bagi PNS di lingkungan Arsip Nasional Republik Indonesia dan tunjangan Bahaya Radiasi bagi PNS di Lingkungan Badan Pengawas badan Tenaga Nuklir) kepadanya tetap diberikan Tunjangan Umum, sepanjang PNS yang bersangkutan tidak menerima tunjangan fungsional ataupun struktural.
5. Pembayaran tunjangan umum dihentikan terhitung mulai bulan berikutnya sejak pegawai negeri yang bersangkutan:
a. Menerima tunjangan jabatan struktural atau tunjangan jabatan fungsional atau tunjangan yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan;
b. Diberhentikan sementara dari jabatan negeri;
c. Dijatuhi hukuman disiplin berupa pembebasan dari jabatan berdasarkan Peraturan Peraturan Nomor 30 Tahun 1980;
d. Sedang menjalani cuti besar atau cuti diluar tanggungan negara; e. Diberhentikan dari jabatan organik;
f. Menjalani masa bebas tugas/MPP; g. Menjalani masa uang tunggu;
h. Menjalani tugas belajar lebih dari 6 bulan.
6. Tunjangan umum bagi pegawai negeri yang diperbantukan, dibayarkan oleh instansi tempat pegawai negeri yang bersangkutan bekerja;
24 7. Tunjangan umum bagi pegawai negeri yang dipekerjakan tetap dibayarkan oleh
instansi induknya.
8. Tunjangan umum akan dihentikan pembayarannya bila PNS tersebut: a. Menerima tunjangan fungsional/ struktural/ dipersamakan
b. Cuti besar/cuti di luar tanggungan Negara c. Bebas tugas/MPP
d. Tugas belajar lebih dari 6 bulan L. PEMBULATAN
Untuk memudahkan penyelesaian administrasi pembayaran gaji pegawai, maka dalam perhitungan pembayaran gaji diadakan pembulatan. Angka pembulatan sebagai salah satu unsur perhitungan penghasilan bruto yang harus dicantumkan pada lajur yang telah tersedia dalam daftar gaji. Angka pembulatan dicantumkan agar gaji yang diterima pegawai jumlah bersihnya menjadi bulat dalam ketipatan ratusan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Unsur penghasilan diadakan pembulatan ke atas menjadi satuan rupiah (Rp 1,00); 2. Unsur potongan diadakan pembulatan ke bawah menjadi nol rupiah (Rp 0,00); 3. Jumlah akhir dibulatkan ke atas menjadi ratusan rupiah (Rp 100,00).
4. Pembulatan menghasilkan angka positif.
M. IURAN PEMDA
Merupakan kontribusi dana sebesar 2% dari gaji pokok dan tunjangan keluarga PNS Daerah yang diberikan oleh Pemda setiap bulan untuk penyelenggaraan askes. Dasar hukumnya tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2003 tentang Subsidi dan Iuran Pemerintah dalam Penyelenggaraan Askes. Sedangkan aturan teknisnya tercantum dalam Peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan nomor 03‐PB‐ 2008. Besarnya iuran pemda dapat ditambahkan daftar gaji pada kolom penghasilan. N. POTONGAN GAJI
25 1. Potongan Beras Bulog adalah potongan yang dikenakan bagi pegawai negeri yang
menerima tunjangan beras dalam bentuk natura yang jumlah potongannya sebesar tunjangan beras tersebut. Jika tunjangan beras diberikan dalam bentuk uang maka tidak terdapat potongan beras.
2. Iuran Wajib Pegawai Negeri (IWP) adalah iuran yang harus dibayar oleh pegawai negeri setiap bulan yang dipotong langsung dari gaji bulanan. Besarnya IWP adalah sebesar 10 % untuk gaji bulanan, dan 2% untuk gaji terusan dihitung dari penghasilan kotor (Gaji Pokok ditambah tunjangan keluarga). Nilai IWP sebesar 10 % tersebut terdiri dari :
• Asuransi Kesehatan 2%
• Tabungan Hari Tua (THT) sebesar 3,25%
• Tabungan asuransi pensiun (Taspen) sebesar 4,75%
Sedangkan untuk uang duka, tidak dikenakan potongan Iuran Wajib PNS ini.
3. PPh pasal 21 adalah potongan pajak yang dikenakan terhadap penghasilan pegawai negeri yang melampaui batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Jika PNS tersebut memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), maka jumlah potongan PPh adalah sebesar Tunjangan PPh yang didapat. Namun bila PNS tersebut tidak memiliki NPWP dan penghasilannya melampau PTKP, maka jumlah potongan adalah sebesar 120% dari Tunjangan PPh yang didapat, dengan demikian nilai selisih 20% antara Tunjangan dan potongan tersebut menjadi tanggungan pegawai yang bersangkutan. (Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 tanggal 20 Desember 2010 tentang Tarif Pemotongan dan Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan yang Menjadi Beban APBN atau APBD)
4. Tabungan Perumahan adalah potongan yang dikenakan kepada pegawai negeri sipil untuk membiayai usaha‐usaha peningkatan kesejahteraan pegawai negeri sipil dalam bidang perumahan yang besarannya diatur menurut perundang‐undangan yang berlaku. Besarnya potongan tabungan perumahan yang berlaku saat ini sesuai dengan Keputusan Presiden RI Nomor 14 tahun 1993 tentang Tabungan Perumahan pegawai Negeri Sipil adalah sebagai berikut :
26
Golongan I 3.000,00
Golongan II 5.000,00
Golongan III 7.000,00
Golongan IV 10.000,00
5. Potongan Asuransi Kesehatan tambahan yang merupakan hasil Iuran Pemerintah Daerah yang besarnya 2% dari Gaji Pokok ditambah dengan Tunjangan Keluarga jika pada kolom penghasilan telah ditambahkan iuran pemda.
6. Potongan lainnya (sewa rumah, angsuran utang pada negara, kelebihan pembayaran gaji dan tunjangan).
27
BAB
III.
PERHITUNGAN
PAJAK
PENGHASILAN
PASAL
21
A. PENGHITUNGAN MASA ATAU BULANAN SELAIN MASA PAJAK DESEMBER
Langkah‐langkah untuk menghitung PPh pasal 21 atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan adalah sebagai berikut:
• Hitung seluruh penghasilan bruto yang meliputi seluruh gaji dan tunjangan, dalam contoh dibawah adalah Rp 7.201.848
• Hitung pengurang penghasilan bruto sebagai berikut:
o Iuran pensiun sebesar 4,75% dari gaji pokok dan tunjangan keluarga yaitu Rp.3.753.792, sehingga didapat nilai Rp 178.308
o Biaya jabatan sebesar 5% dari penghasilan kotor yaitu Rp 7.201.848, sehingga didapat nilai Rp 360.092.
• Hitung penghasilan neto, yaitu jumlah penghasilan kotor dikurangi dengan pengurang penghasilan, dalam contoh didapat nilai Rp 6.663.450, kemudian hitung penghasilan neto setahun dengan cara mengalikannya dengan angka 12 sehingga didapat sebesar Rp. 79.961.406.
• Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) didapat dari :
Untuk Wajib Pajak Rp 15.840.000
Status WP kawin Rp 1.320.000
Tambahan 2 orang tanggungan
(2xRp1.320.000)
Rp 2.640.000
Jumlah Rp 19.800.000
• Hitung Penghasilan Kena Pajak dengan cara mengurangi pengghasilan neto dengan PTKP sehingga didapat Rp 60.161.406, kemudian bulatkan ke bawah dalam ribuan menjadi Rp. 60.161.000.
• Hitung PPh 21 setahun sehingga didapat nilai PPh 21 sebesar Rp 4.024.150
• Untuk mendapatkan nilai PPh 21 sebulan, bagi nilai PPh setahun dengan 12, sehingga didapat nilai tunjangan PPh sebesar Rp. 335.346.
28
• Jika Wajib Pajak tidak punya NPWP, maka kalikan nilai pajaknya dengan 120%, sehingga diperoleh nilai Potongan PPh sebesar Rp. 402.415
• Contoh perhitungan ada dalam tabel berikut ini.
Uraian Gaji pokok 1 3.292.800 Tunjangan istri/suami 1 329.280 Tunjangan anak 2 131.712 4 3.753.792 Tunjangan struktural 3.250.000 Tunjangan fungsional ‐ Tunjangan Umum Tunjangan Beras 198.000 Pembulatan 56 Penghasilan bruto 7.201.848 Pengurang penghasilan bruto Iuran pensiun 178.305 biaya jabatan 360.092 538.398 Penghasilan netto sebulan 6.663.450 Penghasilan netto setahun 79.961.406 PTKP 19.800.000 PPH WP punya NPWP PKP 60.161.406 PKP dibulatkan 60.161.000 5%x50000000 2.500.000 15%x(50000001‐250000000) 1.524.150 Jumlah PPH 21 setahun 4.024.150 PPH pasal 21 sebulan 335.346 PPh non NPWP 402.415 Perhitungan PPh 21 bulanan
29 B. PENGHITUNGAN PPH PASAL 21 ATAS GAJI DAN TUNJANGAN KE‐13 (KETIGA BELAS)
Apabila PNS dalam contoh di atas pada bulan Juli 2010 menerima gaji dan tunjangan ke‐13, maka perhitungan PPh pasal 21 atas gaji dan tunjangan ke‐13 adalah sebagai berikut:
• Hitung PPh pasal 21 bulanan seperti contoh nomor 1) sampai didapat jumlah PPh setahun sebesar Rp 4.024.150 (lihat kolom perhitungan bulanan)
• Hitung penghasilan bruto gaji ke 13, dalam contoh adalah sebesar Rp. 7.003.848, tambahkan dengan penghasilan bruto setahun perhitungan bulanan sebesar Rp.86.422.176, sehingga didapat nilai Rp 93.426.024.
• Hitung pengurang penghasilan bruto sebagai berikut:
o Iuran pensiun sebesar 4,75% dari gaji pokok dan tunjangan keluarga yaitu Rp.3.753.792, kemudian kalikan dengan 12 sehingga didapat nilai Rp.2.139.661.
o Biaya jabatan sebesar 5% dari penghasilan kotor yaitu Rp 90.426.024, sehingga didapat nilai Rp. 4.671.301
• Penghasilan neto setahun diperoleh dengan mengurangkan angka Rp 93.426.024 (C) dengan pengurang penghasilan senilai Rp. 6.810.963, sehingga didapat Rp.86.615.061, kurangkan dengan nilai PTKP sehingga diperoleh nilai PKP sebesar Rp. 66.815.061, bulatkan ke bawah dalam ribuan menjadi Rp 66.815.000
• Hitung PPh setahun (F), kemudian selisihkan dengan PPh setahun perhitungan bulanan (E), sehingga didapat PPh gaji 13 senilai Rp. 998.100. Jika pegawai tidak memiliki NPWP maka potongan PPh Pasal 21 atas pembayaran gaji ke‐13 adalah sebesar Rp. 1.197.720 (120% x Rp. 998.100).
• Contoh perhitungan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
30 Uraian Gaji pokok 1 3.292.800 3.292.800 Tunjangan istri/suami 1 329.280 329.280 Tunjangan anak 2 131.712 131.712 4 3.753.792 3.753.792 Tunjangan struktural 3.250.000 3.250.000 Tunjangan fungsional ‐ Tunjangan Umum ‐ Tunjangan Beras 198.000 Pembulatan 56 56 Tunjangan daerah Terpencil Iuran PMD Tunjangan Papua Penghasilan bruto 7.201.848 B 7.003.848 Penghasilan bruto setahun A 86.422.176 C 93.426.024 Pengurang penghasilan bruto Iuran pensiun 178.305 2.139.661 biaya jabatan 360.092 4.671.301 538.398 6.810.963 Penghasilan netto sebulan 6.663.450 Penghasilan netto setahun 79.961.406 86.615.061 PTKP 19.800.000 19.800.000
Tarif baru‐ WP punya NPWP
PKP 60.161.406 66.815.061 PKP dibulatkan 60.161.000 66.815.000 5%x50000000 2.500.000 2.500.000 15%x(50000001‐250000000) 1.524.150 2.522.250 Jumlah PPH 21 setahun E 4.024.150 F 5.022.250 PPH pasal 21 sebulan 335.346
PPH pasal 21 atas gaji 13 F‐E 998.100 Tarif baru non NPWP
PPH pasal 21 sebulan 402.415
PPH pasal 21 atas gaji 13 1.197.720 Perhitungan bulanan gaji 13 dan perhitungan
tahunan
31 C. PENGHITUNGAN PPH PASAL 21 ATAS PEMBAYARAN RAPEL
Pada prinsipnya perhitungan PPh pasal 21 atas rapel sama dengan cara menghitung PPh Pasal 21 atas gaji ke‐13. Sebagai contoh apabila seorang PNS menerima kenaikan gaji berkala dengan gaji baru sebesar Rp.2.413.900 terhitung mulai bulan November 2010 dan baru dibayarkan pada Januari 2011, sehingga PNS tersebut berhak atas kekurangan gaji selama 2 (dua) bulan.
Cara penghitungan PPh 21 terutang atas rapel seperti dalam tabel di bawah adalah sebagai berikut:
• Hitung PPh 21 atas gaji bulanan dengan tarif lama yaitu dengan gaji pokok Rp.2.244.500.
• Kemudian penghasilan rapel sebesar Rp. 386.422 ditambahkan dengan penghasilan bruto setahun sebesar Rp 39.900.816 sehingga didapat nilai Rp. 40.287.238.
• Hitung pengurang penghasilan bruto sebagai berikut:
o Iuran pensiun 4,75% dari gaji pokok dan tunjangan keluarga gaji lama (Rp 2.558.730) dikali 12 bulan dan didapat Rp 1.458.476
o Biaya jabatan 5% dari penghasilan bruto yaitu Rp 40.287.238 dan didapat Rp2.014.362
• Hitung PPh pasal 21 sehingga didapat nilai PPh keseluruhan pendapatan Rp 784.700 (B)
• Selisih antara PPh keseluruhan pendapatan Rp 787.700 (B) dengan PPh gaji bulanan lama setahun Rp. 766.350(A) merupakan PPh 21 terutang atas rapel Rp 18.350 (C)
• Jika PNS tersebut tidak memiliki NPWP maka potongan PPh Pasal 21 atas pembayaran rapel adalah 120% x Rp 18.350 = Rp. 22.020
• Contoh perhitungan dapat dilihat dalam tabel berikut ini
32 Uraian Gaji pokok 1 2.244.500 1 338.800 Tunjangan istri/suami 1 224.450 1 33.880 Tunjangan anak 3 89.780 3 13.552 5 2.558.730 5 386.232 Tunjangan struktural Tunjangan fungsional Tunjangan Umum 540.000 ‐ Tunjangan Beras 226.240 ‐ Pembulatan 98 190 Penghasilan bruto bulanan 3.325.068 Rapel 386.422 Penghasilan bulanan setahun 39.900.816 39.900.816 Penghasilan bruto tahunan 40.287.238 Pengurang penghasilan bruto Iuran pensiun 121.540 1.458.476 biaya jabatan 166.253 2.014.362 287.793 3.472.838 Penghasilan netto 3.037.275 36.814.400 Penghasilan netto setahun 36.447.299 PTKP 21.120.000 21.120.000 Tarif baru‐ WP punya NPWP PKP 15.327.299 15.694.400 PKP dibulatkan 15.327.000 15.694.000 Jumlah PPH 21 setahun 766.350 PPH pasal 21 sebulan 63.863 pph rapel + gaji lama setahun B 784.700 PPh gaji lama setahun A 766.350 pph rapel C 18.350 Perhitungan bulanan biasa atas gaji lama Rapel
33 D. PENGHITUNGAN PPH 21 ATAS PENGHASILAN YANG TERPISAH DARI PEMBAYARAN
GAJI
Misalnya seorang PNS dengan status kawin dan 2 anak yang semula ditugaskan di kantor A kemudian dipekerjakan di kantor B sehingga tunjangan jabatan tidak lagi dibayarkan di kantor A dan di kantor B dibayarkan tunjangan jabatan sebesar Rp.2.025.000, maka perhitungan PPh pasal 21 adalah sebagai berikut:
• Penghitungan PPh 21 kantor A adalah sama dengan penghitungan PPh bulanan biasa (tanpa unsur tunjangan struktural), sesuai penghitungan di atas PPh terutang sebulan adalah Rp 120.960.
• Untuk kepentingan penghitungan PPh Pasal 21 di kantor B, hitung terlebih dahulu penghasilan bruto sebulan dengan memasukkan semua unsur penghasilan, termasuk tunjangan struktural, sehingga didapat penghasilan bruto sebesar Rp.6.076.656.
• Hitung pengurang penghasilan sebagai berikut :
o Iuran pensiun sebesar 4,75% dari gaji pokok dan tunjangan keluarga yaitu Rp.3.853.656, sehingga didapat nilai Rp 183.049.
o Biaya jabatan sebesar 5% dari penghasilan kotor yaitu Rp 6.076.656, sehingga didapat nilai Rp. 303.833
• Hitung penghasilan neto sebulan dengan mengurangkan penghasilan kotor dengan pengurang penghasilan kotor sehingga diperoleh nilai Rp. 5.589.775, jumlah ini dikalikan dengan 12 sehingga didapat penghasilan neto setahun sebesar Rp.67.077.294.
• Penghasilan Kena Pajak (PKP) didapat dengan mengurangkan PTKP dari penghasilan neto, sehingga diperoleh nilai sebesar Rp. 47.277.294, bulatkan ke bawah dalam ribuan menjadi Rp. 47.277.000.
• Hitung PPh pasal 21 kantor B selama setahun yaitu Rp. 2.363.850
• Hasil penghitungan PPh setahun kantor B yaitu Rp. 2.363.850 kemudian diselisihkan dengan penghitungan PPh setahun kantor A yaitu Rp. 1.209.600 sehingga didapat Rp.1.154.250. Jumlah ini kemudian dibagi 12 untuk mendapatkan PPh sebulan kantor B yaitu sebesar Rp. 115.425.
34
• Contoh perhitungan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Uraian
Perhitungan PPH terutang bendaharawan gaji pokok
(kantor A)
Perhitungan bendaharawan tunj struktural (kantor B)
Gaji pokok 1 3.380.400 1 3.380.400 Tunjangan istri/suami 1 338.040 1 338.040 Tunjangan anak 2 135.216 2 135.216 4 3.853.656 4 3.853.656 Tunjangan struktural ‐ 2.025.000 Tunjangan fungsional ‐ ‐ Tunjangan Umum Tunjangan Beras 198.000 198.000 Pembulatan Penghasilan bruto 4.051.656 6.076.656 Pengurang penghasilan bruto Iuran pensiun 183.049 183.049 biaya jabatan 202.583 303.833 385.631 486.881 Penghasilan netto sebulan 3.666.025 5.589.775 Penghasilan netto setahun 43.992.294 67.077.294 PTKP 19.800.000 19.800.000 PPH‐ WP punya NPWP 24.192.294 47.277.294 PKP dibulatkan 24.192.000 47.277.000 PPH 5% 1.209.600 2.363.850 Selisih PPh Kantor B dan A 1.154.250
PPh terutang per bulan 100.800 96.188 PPh‐ non NPWP terutang per bulan 120.960 115.425
35 E. PENGHITUNGAN PPH PASAL 21 TERUTANG PADA MASA PAJAK DESEMBER
Penghitungan PPh 21 masa Desember untuk contoh penghitungan nomor 1) di atas, dan pegawai menerima gaji dan tunjangan ke 13 pada bulan Juli seperti contoh nomor 2) serta tidak ada pendapatan rapel dalam tahun tersebut, adalah sebagai berikut:
• Penghasilan setahun sebesar Rp. 93.426.024 didapat dari Gaji bulanan dikalikan 12 yaitu Rp. 86.422.176, ditambah dengan penghasilan ke 13 sebesar Rp. 7.003.848.
• Pengurang penghasilan kotor sebesar Rp 6.810.963 terdiri dari :
o Biaya jabatan 5% dari Rp 93.426.024 yaitu Rp 2.139.661
o Iuran pensiun 4,75% dari gaji pokok dan tunjangan keluarga bulanan (Rp 3.753.792) selama 12 bulan yaitu Rp. 4.671.301
• Penghasilan neto setahun didapat dari mengurangkan pengurang penghasilan kotor sebesar Rp. 6.810.963 dari penghasilan setahun (Rp. 93.426.024), sehingga diperoleh penghasilan bersih jumlah Rp. 86.615.061
• Kurangkan PTKP (Rp. 19.800.000) terhadap penghasilan bersih sehingga didapat Penghasilan Kena Pajak senilai Rp. 66.815.061, bulatkan ke bawah dalam ribuanpenuh menjadi Rp. 66.815.000
• Jumlah PPh setahun hasil penghitungan adalah Rp 5.022.250 kemudian diselisihkan dengan PPh 21 yang sudah dipotong atas pembayaran gaji Bulan Januari s.d November sebesar Rp 3.688.804 dan PPh pasal 21 atas pembayaran gaji 13 sebesar Rp. 998.100, sehingga akan didapat PPh 21 terutang untuk bulan Desember sebesar Rp. 335.346.
• Contoh perhitungan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
36 Uraian Gaji pokok 39.513.600 Tunjangan istri/suami 3.951.360 Tunjangan anak 1.580.544 45.045.504 Tunjangan struktural 39.000.000 Tunjangan fungsional Tunjangan Umum Tunjangan Beras 2.376.000 Pembulatan 672 Tunjangan daerah Terpencil Iuran PMD Tunjangan Papua Penghasilan bruto 86.422.176 Gaji 13 7.003.848 Penghasilan setahun 93.426.024 Iuran pensiun 4.671.301 biaya jabatan 2.139.661 6.810.963 Penghasilan netto setahun 86.615.061 PTKP 19.800.000
Tarif baru‐ WP punya NPWP
PKP 66.815.061 PKP dibulatkan 66.815.000 5%x50000000 2.500.000 15%x(50000001‐250000000) 2.522.250 Jumlah PPH 21 setahun 5.022.250 PPh Jan‐November 3.688.804 PPh Gaji 13 998.100 PPh sdh dibayar 4.686.904 PPh Desember 335.346 PPh Gaji Desember
37
BAB
IV.
PEMBAYARAN
BELANJA
PEGAWAI
A. GAJI INDUK
Gaji induk adalah gaji yang dibayarkan secara rutin bulanan pada satuan kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Disusun dalam suatu daftar yang berisi seluruh pegawai yang ada pada satuan kerja bersangkutan dengan mencantumkan nama, NIP, pangkat/golongan, status pegawai, tanggal lahir, jumlah tanggungan, pegawai bersangkutan serta perhitungan penghasilan gaji bulan berkenaan secara lengkap pada lajur‐lajur daftar gaji beserta potongan‐potongannya;
2. Gaji pegawai yang dimuat dalam gaji induk adalah gaji pegawai yang telah masuk daftar gaji induk bulan sebelumnya dan atau susulan gajinya;
3. Dibayarkan untuk seluruh komponen belanja pegawai yang meliputi :
Gaji pokok, tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan struktural, tunjangan fungsional, tunjangan umum, tunjangan pangan/beras, tunjangan kemahalan, tunjangan pengabdian wilayah terpencil, tunjangan khusus pajak, pembulatan sesuai peruntukannya berdasarkan ketentuan;
4. Pembayaran gaji induk untuk Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), hak atas gajinya berlaku pada bulan CPNS yang besangkutan secara nyata melaksanakan tugas, yang dinyatakan dengan surat pernyataan atasan langsung yang membawahi calon pegawai negeri sipil bersangkutan.
5. Pembayaran gaji induk pegawai yang diperbantukan dan dipekerjakan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2003 adalah sebagai berikut :
• Pembayaran gaji induk untuk pegawai yang dipekerjakan dibayarkan oleh satuan kerja asal;
• Pembayaran gaji induk untuk pegawai yang diperbantukan dibayarkan oleh satuan kerja yang menerima perbantuan;
6. Pegawai Negeri Sipil yang menjalani cuti di luar tanggungan negara tidak berhak atas pembayaran gaji induk;
38 7. Pembayaran gaji induk dihentikan pada bulan ke‐3 bagi Pegawai Negeri Sipil yang
meninggalkan tugas tanpa keterangan selama dua bulan berturut‐turut;
8. Pegawai Negeri Sipil yang hilang dianggap telah meninggal dunia pada akhir bulan ke‐12 sejak ia dinyatakan hilang dan diterbitkan SK Pensiun Janda/Duda bagi istri/suaminya.
B. GAJI SUSULAN
Gaji susulan adalah gaji seseorang pegawai negeri yang belum dibayarkan untuk satu bulan atau lebih karena pembayaran gajinya tidak dilakukan tepat pada waktu pegawai yang bersangkutan melaksanakan tugas pada suatu tempat. Gaji Susulan dapat berupa gaji pertama bagi calon pegawai negeri sipil/pegawai negeri sipil dan gaji pegawai yang dipindahkan karena dinas, atau pegawai yang karena kasus tertentu dihentikan pembayaran gajinya kemudian harus dibayarkan lagi gaji yang sempat dihentikan tersebut. Ketentuan pembayarannya sebagai berikut:
1. Disusun dalam suatu daftar tersendiri/terpisah dari gaji induk yang berisi seluruh pegawai yang ada pada satuan kerja bersangkutan dengan mencantumkan nama, NIP, pangkat/golongan, status pegawai, tanggal lahir, jumlah tanggungan, pegawai bersangkutan serta perhitungan penghasilan gaji bulan berkenaan secara lengkap pada lajur‐lajur daftar gaji beserta potongan‐potongannya.
2. Dibayarkan untuk seluruh komponen belanja pegawai yang meliputi :
Gaji pokok, tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan struktural, tunjangan fungsional, tunjangan umum, tunjangan pangan/beras, tunjangan kemahalan, tunjangan pengabdian wilayah terpencil, tunjangan khusus pajak, pembulatan sesuai peruntukannya berdasarkan ketentuan.
C. KEKURANGAN GAJI/RAPEL
Kekurangan gaji adalah kekurangan pembayaran gaji seseorang pegawai negeri karena adanya kenaikan besaran komponen gaji, sedangkan pembayaran gajinya atas dasar kenaikan besaran komponen gaji tersebut tidak dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan berlakunya perubahan besaran komponen penghasilan tersebut. Kenaikan besaran komponen gaji ditetapkan dengan surat penetapan/keputusan seperti
39 kenaikan pangkat, gaji berkala, penyesuaian harga beras, kenaikan tarif gaji pokok dan lain‐lain.
Ketentuan yang menyangkut pembayaran kekurangan gaji sebagai berikut :
a. Disusun dalam suatu daftar tersendiri/terpisah dari gaji induk yang berisi pegawai yang berhak atas pembayaran kekurangan gaji pada satuan kerja bersangkutan dengan perhitungan selisih antara penghasilan yang seharusnya diterima dengan penghasilan yang telah dibayarkan.
b. Komponen daftar kekurangan gaji meliputi nama, NIP, pangkat/golongan, status pegawai, tanggal lahir, jumlah tanggungan, pegawai bersangkutan serta perhitungan penghasilan gaji secara lengkap pada lajur‐lajur daftar gaji beserta potongan‐potongannya.
c. Kekurangan gaji dibayarkan paling cepat bersamaan dengan gaji induk berdasarkan kenaikan besaran komponen gaji tersebut.
D. GAJI UANG DUKA Dasar hukum:
Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 1981 tentang Perawatan, Tunjangan Cacad dan Uang Duka Pegawai Negeri Sipil.
Ketentuan‐ketentuan terkait uang duka adalah sebagai berikut:
a. Kepada isteri atau suami PNS yang tewas diberikan uang duka tewas sebesar 6 (enam) kali penghasilan sebulan dengan ketentuan serendah‐rendahnya Rp.500.000,‐ (lima ratus ribu rupiah). Sedangkan kepada isteri atau suami PNS yang wafat diberikan uang duka wafat sebesar 3 (tiga) kali penghasilan sebulan dengan ketentuan serendah‐rendahnya Rp.100.000,‐(seratus ribu rupiah).
b. Uang duka tewas diberikan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang, setelah ada persetujuan atau dengan memperhatikan pertimbangan teknis Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara.
c. Uang duka dibayarkan kepada ahli waris sebesar 3 (tiga) kali penghasilan (seluruh penghasilan kecuali tunjangan pajak) sebulan tanpa potongan; sedangkan uang