• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - EKA NUR HALIFAH BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - EKA NUR HALIFAH BAB I"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

2014 merupakan kondisi dimana seorang individu dapat berkembang

secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut

menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja

secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya

(Undang-undang No. 18, 2014).

Kesehatan jiwa adalah bahwa sehat-sakit dan adaptasi-maladaptasi

merupakan konsep yang berbeda, tiap konsep berada pada rentang yang

terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

adaptasi-maladaptasi berasal dari sudut pandang keperawatan. Jadi,

seseorang yang mengalami sakit baik fisik maupun jiwa dapat beradaptasi

terhadap keadaan sakitnya. Sebaiknya, seseorang yang tidak didiagnosis

sakit mungkin memiliki respon koping yang maladaptif. Kedua rentang ini

menggambarkan model praktek keperawatan dan medis yang saling

melengkapi (Stuart, 2007).

Gangguan jiwa merupakan respon maladaptif individu berupa

perubahan fungsi psikologis atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma

lokal dan budaya setempat yang menyebabkan timbulnya penderitaan dan

(2)

mengalami gangguan jiwa jika tidak menyesuaikan diri dengan lingkungan

(Keliat, 2006).

Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai

dengan baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya (Baihaqi, dkk,

2007). Gangguan jiwa sesungguhnya sama dengan gangguan jasmaniah

lainnya. Hanya saja gangguan jiwa bersifat kompleks, mulai dari yang

ringan seperti rasa cemas, takut hingga yang tinggat berat berupa sakit

jiwa (Hardianto, 2009).

Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat diseluruh dunia

adalah gangguan jiwa Skizofrenia. Skizofrenia sebagai penyakit

neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berfikir, bahasa,

emosi, dan perilaku sosialnya (Herman, M. 2008 dalam Direja, A, H,

S.2011).

Menurut Weiss, dalam Yosep, 2009 yang dikutip oleh Stuart

Sundeen dalam Yosep (2009), peran perawat adalah sebagai Attitude

Therapy, yakni : mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau

menetap yang terjadi pada klien, mendemonstrasikan penerimaan, respek,

memahami klien dan mempromosikan keterkaitan klien dan berpartisipasi

dalam interaksi.

Sedangakan menurut Peplau, peran perawat meliputi : sebagai

pendidik; sebagai pemimpin di dalam situasi yang bersifat lokal, nasional,

dan intrenasional; sebagai “surrogate parent”; dan sebagai konselor. Dan

(3)

lembaga kesehatan mental, konsultasi dengan yayasan kesejahteraan,

memberikan pelayanan kepada klien di luar klinik, aktif melakukan

penelitian dan membantu pendidiakan masyarakat.

Skizofrenia adalah suatu penyakit persisipan dan serius yang

mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkrit, dan kesulitan dalam

memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah

(Stuart, 2007). Skizofrenia terbentuk secara bertahap dan klien tidak

menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya dalam kurun waktu

yang lama. Kerusakan yang perlahan-lahan ini yang akhirnya menjadi

Skizofrenia yang tersembunyi dan berbahaya. Gejala yang timbul secara

perlahan-lahan ini bisa saja menjadi Skizofrenia akut. Periode Skizofrenia

akut adalah gangguan yang singkat dan kuat, yang meliputi harga diri

rendah, penyesatan pikiran (delusi), dan kegagalan berpikiran (Yosep,

2011).

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah adalah suatu perasaan

negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri, gagal mencapai

tujuan yang di ekspresiksn secara langsung maupun tidak langsung.

Penerapan gangguan konsep diri : Harga diri rendah ini dapat bersifat

situasional maupun kronis (Branden, 2009).

Masalah gangguan kesehatan jiwa menurut data World Health

Organization (WHO), di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah

yang sangat serius. WHO (2011) menyatakan paling tidak, ada satu dari

(4)

ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan

jiwa.

Di Indonesia sendiri jumlah penderita gangguan jiwa berat atau

skizofrenia pada tahun 2013 adalah 1.729 dari 1.027.763 anggota rumah

tangga yang menjadi responden atau sampel (Riskesdas, 2013). Jadi dapat

dikatakan bahwa jika dalam 1 juta sampel terdapat 1.729 orang yang

menderita gangguan jiwa maka dalam 237 juta jiwa penduduk indonesia,

terdapat 409.773 orang yang menderita gangguan jiwa berat (skizofrenia).

Jumlah kunjungan gangguan jiwa tahun 2012 di Provinsi Jawa

Tengah sebanyak 224.617, mengalami peningkatan dibanding tahun 2011

yang mencapai 198.387 kunjungan. Kunjungan terbanyak di Rumah Sakit

yaitu 138.399 kunjungan (61,62%), (Dinkesprovjateng, 2012).

Berdasarkan studi kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas

didapatkan bahwa penderita gangguan jiwa pada tiga bulan terakhir dari

bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2016 terdapat 178 orang

penderita gangguan jiwa, penderita yang mengalami gangguan sensori

persepsi : halusinasi berjumlah 98 (55%) klien, penderita yang mengalami

resiko perilaku kekerasan berjumlah 50 (28%) klien, dan yang penderita

yang mengalami gangguan konsep diri : harga diri rendah berjumlah 30

(16%) klien (Rekam medik RSUD Banyumas tahun 2016).

Dengan demikian penulis tertarik untuk membahas lebih jauh

masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah maka perumusan

(5)

bagaimana memberikan “Asuhan keperawatan pada Sdr. A dengan

masalah utama Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di ruang Bima

Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas”.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan asuhan keperawatan terhadap Sdr. A dengan

gangguan konsep diri : harga diri rendah di ruang Bima Rumah Sakit

Umum Daerah Banyumas.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan pengkajian pada Sdr. A dengan gangguan konsep

diri : harga diri rendah.

b. Mendeskripsikan analisa data hasil pengkajian dan penetapan

diagnosa keperawatan pada Sdr. A dengan gangguan konsep diri :

harga diri rendah.

c. Mendeskripsikan perencanaan tindakan keperawatan pada Sdr. A

dengan gangguan kosep diri : harga diri rendah.

d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan pada Sdr. A dengan

gangguan konsep diri : harga diri rendah.

e. Mendeskripsiakan evaluasi terhadap implementasi keperawatan

yang telah dilaksanakan pada Sdr. A dengan gangguan konsep diri

(6)

f. Menggambarkan pendokumentasian pada Sdr. A dengan gangguan

konsep diri : harga diri rendah.

C. PENGUMPULAN DATA

Dalam pembuatan laporan ini, metode yang digunakan penulis dengan

cara :

1. Observasi Partisipatif

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi terhadap

klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah dan melakukan

Asuhan Keperawatan dimana terdapat interaksi antara perawat dan

klien.

2. Wawancara

Pengumpulan data dilakukan dengan cara Tanya jawab dengan klien.

3. Studi Literatur

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil sumber-sumber

pengetahuan melalui buku-buku atau jurnal terkini berkaitan dengan

askep pada klien.

4. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah catatan-catatan

khusus klien yang terdapat pada format-format dokumentasi maupun

yang terdapat pada rekam mendik di Rumah Sakit Umum Daerah

(7)

D. TEMPAT DAN WAKTU

Asuhan keperawatan pada Sdr. A denagan gangguan konsep diri : harga

diri rendah dilakukan di ruang Bima Rumah Sakit Umum pada tanggal

Daerah Banyumas pada tanggal 30 Mei- 01 Juni 2016.

E. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi Keperawatan

Laporan kasus ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai

panduan dalam pengelolaan kasus gangguan konsep diri : harga diri

rendah.

2. Bagi Pendidikan

Laporan kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

pengalaman bagi mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan

terhadap pasien jiwa terutama gangguan konsep diri : harga diri

rendah.

3. Bagi Rumah Sakit

Laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dalam

melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien jiwa terutama

(8)

F. SISTEMATIKA PENULIS

Sistematika penulisan untuk penyusunan tugas akhir ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang masalah, tujuan

penulisan, pengumpulan data, tempat dan waktu,

maanfaat penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II : TUJUAN PUSTAKA

Membahas tentang pengertian, etiologi, tanda dan gejala,

rentang respon, psikopatologi, pohon masalah, diagnosa

masalah, dan rencana tindakan keperawatan.

BAB III : LAPORAN KASUS

Membahas tentang asuhan keperawatan yang diberikan

kepada klien meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,

rencana keperawatan, rencana tindakan keperawatan,

implementasi dan evaluasi.

BAB IV : PEMBAHASAAN

Menguraikan tentang pembahasan kasus. Pembahasan yang

menelaah kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan

asuahan keperawatan dalam hal pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi,

(9)

BAB V : PENUTUP

Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan

merupakan ringkasan ari pembahasan masalah dan saran

diberiakan untuk berbagai pihak yang terkait dengan

laporan kasus ini.

Karya tulis ini diakhiri dengan daftar dengan daftar pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Diisi dengan bidang ilmu yang ditekuni dosen yang bersangkutan pada

Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Kackmar dan Zussane (2003) yang menyatakan bahwa komunikasi belum tentu dapat meningkatkan kinerja, semakin tinggi

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

Fasilitas kredit kepada bank lain yang belum ditarik.. Irrevocable L/C yang

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

[r]

Jika setelah berakhirnya perjanjian kerja ke-2 ternyata PIHAK KEDUA tidak diajukan untuk pengangkatan sebagai karyawan tetap oleh PIHAK PERTAMA, maka perjanjian kerja kontrak