1. Pengertian
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waku 40 minggu atau 10
bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.
(Prawiroharjo, 2010: hal. 213).
Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin didalam rahim
seorang perempuan. Masa kehamian di dahului oleh terjadinya
pembuahan yaitu bertemunya sel sperma laki-laki dengan sel telur
(Ratna, 2011, hal; 92).
2. Proses terbentuknya janin dalam kehamilan.
a. Konsepsi
Konsepsi adalah pertemuan antara ovum matang dan sperma
sehat yang memungkinkan terjadinya kehamilan. Konsepsi ini
dapat terjadi jika terpenuhi beberapa kriteria, yaitu sebagai
berikut :
Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita
yang tepat.
1) Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada
saat ovulasi.
2) Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan
sehat selama ejakulasi.
3) Tidak ada barrier atau hambatan yang mencegah sperma
mencapai, melakukan penetrasi, dan sampai akhirnya
membuahi ovum.
Agar terjadi kehamilan sebaiknya senggama dilakukan
sebelum tepat dihari wanita ovulasi karena sperma dapat
bertahan 12-24 jam setelah dikeluarkan dari ovarium
(ovulasi) (Sulistyawati. A, 2010; hal. 35-36).
b. Fertilisasi
Merupakan kelanjutan dari proses konsepsi, yaitu sperma
bertemu dengan ovum. Terjadi penyatuan sperma dengan ovum, sampai terjadi perubahan fisik dan kimiawi ovum-sperma hingga menjadi buah kehamilan (Sulistyawati. A, 2010; hal. 36).
c. Implantasi (Nidasi)
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi
kedalam endometrium. Blastula diselubungi oleh suatu sampai disebut trofoblast, yang mampu menghancurkan atau mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai rongga rahim, jaringan endometrium berada dalam fase sekresi. Jaringan
endometrium ini banyak mengandung nutrisi untuk buah kehamilan (Sulistyawati. A, 2010; hal. 37).
3. Diagnosa kehamilan
Untuk bisa melihat kehamilan ditetapkan dengan melakukan
penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala hamil, antara lain :
a. Tanda pasti
Seseorang yang dinyatakan positif hamil ditandai dengan :
1) Terlihatnya embrio atau kantong kehamilan melalui USG
pada 4-6 minggu sesudah pembuahan.
2) Denyut jantung janin ketika usia kehamilan 10-20 minggu,
didengar dengan stetoskop leanec,alat kardiotokografi,alat
dopler, atau dilihat dengan ultrasonografi.
3) Terasa gerak janin dalam rahim pada primigrafida bisa dirasakan ketika kehamilan berusia 18 minggu, sedangkan
pada multigrafida di usia 16 minggu. Teraba gerakan janin
dan bagian-bagian janin (Asrinah, dkk, 2010; hal. 78).
b. Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin.
Ada beberapa tanda dan gejala kehamilan yang dialami seorang
1) Amenore (tidak adanya menstruasi)
2) Mual dipagi hari (tanpa muntah) terjadi pada usia 2-8 minggu
setelah pembuahan.
3) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu )
4) Pingsan
5) Mamae menjadi tegang dan membesar
6) Anoreksia (tidak nafsu makan) 7) Konstipasi dan obstipasi
8) Pigmentasi kulit terjadi pada usia kehamilan 12 minggu
keatas.
9) Varises
(Asrinah, dkk, 2010: hal. 78-79)
c. Tanda Mungkin hamil
Tanda-tanda yang memungkinkan seorang perempuan hamil
adalah.
1) Rahim membesar : sesuai dengan tuanya kehamilan.
2) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif Asrinah, dkk
2010: hal. 81).
4. Kunjungan Ulang (Antenatal Care)
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil
memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode
antenatal:
a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14
minggu).
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua ( antara minggu
14-28 ).
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga ( antara minggu ke
28-36 dan sesudah minggu ke 36 ).
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan secara berkala dan
teratur. Bila kehamilan berjalan normal maka, jumlah kunjungan
cukup 4x yaitu 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester 2,
dan 2 kali pada trimester 3. Tindakan ini memberi peluang yang
berbagai penyulit atau gangguan kesehatan pada ibu hamil
Saifudin, A. B, 2010; hal. N-2).
5. Asuhan kebidanan
Dalam memberikan asuhan kepada ibu hamil, bidan harus
memberikan pelayanan secara komprehensif atau menyeluruh.
Adapun ruang lingkup pada ibu hamil meliputi:
a. Asuhan kebidanan pada trimester I
1) Penapisan dan pengobatan anemia
2) Perencanaan dan pengobatan anemia
3) Menjelaskan ketidaknyamanan pada trimester satu
4) Menjelaskan tanda bahaya trimester satu
5) Pengenalan komplikasi dan pengobatannya
b. Asuhan kebidanan pada trimester I
1) Mengevaluasi penemuan masalah yang terjadi pada
kunjungan sebelumnya.
2) Menilai keadaan janin selama kehamilan
3) Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan
4) Mendeteksi ketidaknyamanan dan komplikasi
5) Pemberian obat sevcara rutin
c. Asuhan kebidanan pada trimester I
1) Mengevaluasi penemuan masalah yang terjadi pada
kunjungan sebelumnya.
2) Menilai keadaan janin selama kehamilan
3) Mengenali adanya letak dan presentasi
4) Mendeteksi ketidaknyamanan dan komplikasi
5) Menjelaskan tanda-tanda persalinan
6) Memberikan bimbingan dan persiapan persalinan, kelahiran
menjadi orag tua (Kusbandiyah, 2011, hal; 85-103).
6. Fungsi kunjungan (Antenatal Care)
a. Trimester pertama / sebelum minggu ke 14.
1) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu.
2) Mendeteksi secara dini masalah yang bisa mengancam
jiwa ibu dan bayinya.
maupun penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
4) Memulai persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi
persalinan.
5) Memberitahu ibu perilaku yang sehat (Nutrisi, kebersihan,
istirahat, dan sebagainya).
b. Trimester kedua / sebelum minggu ke 28.
1) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu.
2) Mendeteksi secara dini masalah yang bisa mengancam
jiwa ibu dan bayinya.
3) Mencegah masalah seperti anemia, defisiensi zat besi,
maupun penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
4) Memulai persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi
persalinan.
5) Memberitahu ibu perilaku yang sehat (Nutrisi, kebersihan,
istirahat, dan sebagainya).
c. Trimester ke tiga / sebelum minggu ke 40.
1) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu.
2) Mendeteksi secara dini masalah yang bisa mengancam
jiwa ibu dan bayinya.
3) Mencegah masalah seperti anemia, defisiensi zat besi,
maupun penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
4) Memulai persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi
persalinan.
5) Memberitahu ibu perilaku yang sehat (Nutrisi, kebersihan,
istirahat, dan sebagainya).
6) Kewaspadaan khusus mengenai PIH (tanyakan pada ibu
mengenai gejala PIH, pantau tekanan darah, oedem,
proteiuria) (Asrinah, dkk, 2010; hal. 6-7).
7. Standar pelayanan antenatal (10 T)
Standar pelayanan antenatal sebagai berikut:
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. Ukur Tekanan darah
c. Ukur Lingkar lengan atas
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin ( DJJ)
f. Skrining Status imunisasi TT dan berikan Imunisasi TT bila
diperlukan.
g. Berikan Tablet tambah darah
h. Periksa Laboratorium
i. Tata Laksana penanganan kasus.
j. Temu wicara ( konseling)
(Lukas C Hermawan, 2010: hal. 8-13).
8. Periode pada kehamilan
a. Trimester I
Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan.
Penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan
hamil. Pada saat inilah tugas psikologis pertama sebagai calon
ibu untuk dapat menerima kenyataan akan kehamilannya. Selain
akibat dari dampak terjadinya peningkatan hormon estrogen dan
progesteron dan progesteron pada tubuh ibu hamil akan mempengaruhi perubahan pada fisik sehingga banyak ibu hamil
yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan
kesedihan (Kusmiyati. Y, dkk, 2010; hal. 71).
Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis. Namun ada
faktor-faktor yang membuat ibu mengalami komplikasi selama
menjalani kehamilan tersebut
1) Anemia kehamilan
Merupakan penurunan jumlah hemoglobin (Hb) dalam sel
darah ibu hamil akibat kekurangan zat besi dan ibu akan
merasa pusing, cepat lelah, lemas, susah bernafas dan
pucat pada konjungtiva muka serta ujung-ujung kuku. Hal
yang dilakukan untung menangani anemia ini adalah dengan
menganjurkan ibu melakukan memeriksakan kadar Hb
setiap 2 minggu. Selain itu juga menganjurkan ibu makan
lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung
vitamin dan mineral serta memberikan suplemen zat besi
dan vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi tersebut
2) Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah morning sickness dan muntah terus menerus yang berlangsung sampai usia
kehamilan 4 bulan, asupan nutrisi kurang yang dapat
menyebabkan gangguan suasana kehidupan sehari-hari.
Hiperemesis gravidarum pada tingkat ringan, sebaiknya memriksakan diri jika ditemukan gejala muntah berlebihan,
keadaan lemas dan emah, sakit pada ulu hati (perut pada
bagian atas), tidak mau makan, berat badan turun, turgor
kulit berkurang, lidah kering, mata cekung, kecepatan nadi
meningkat, dan tekanan darah menurun. Berikut ini
merupakan hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester
pertama.
a) Hiperemesis gravidarum derajat pertama, yaitu muntah terus menerus, ibu meras lemah, nafsu makan
berkurang, berat badan menurun, nadi meningkat
sekitar 100x/menit, tekanan darah turun, turgor kulit
kembali di atas 2 detik, lidah kering, mata cekung.
b) Hiperemesis gravidarum derajat kedua yaitu, ibu lebih lemah dan apatis, turgor kulit kembali di atas 3 detik,
lidah mengering dan tampak kotor, denyut nadi rendah
dan cepat, tekanan darah menurun, suhu tubuh
terkadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat
badan menurun, ditemukannya aseton dalam urine.
c) Hiperemesis gravidarum
Keadaan umum ibu lebih parah dari hiperemesis derajat pertama dan kedua, muntah berhenti, kesadaran
menurun dari somnolen menjadi koma, denyut nadi kecil dan cepat, suhu tubuh ibu meningkat, barat badan
menurun (Hutahaean. S, 2013; hal. 74-75).
3) Abortus (keguguran kehamilan)
Keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin
minggu, karena sebagian besar keguguran tidak diketahui
dan terjadi secara spontan (Hutahaean. S, 2013; hal. 75).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan abortus adalah
sebagai berikut.
a) Faktor telur (ovum) yang kurang baik b) Faktor spermatozoa yang kurang sempurna
c) Ketidaksuburan lapisan dalam rahim (endometrium) yang disebabkan oleh kekurangan gizi, kehamilan
dengan jarak pendek, terdapat penyakit dalam rahim.
d) Faktor penyakit sistemik pada ibu seperti penyakit,
jantung, paru, ginjal, gangguan hormon pada ibu.
Beberapa bentuk klinis abortus yang bisa terjadi adalah
sebagai berikut.
(1) Abortus insipien, di tandai dengan kehilangan darah sedang sampai berat, terjadi kontraksi uterus yang
mengakibatkan kram dan nyeri abdomen bagian
bawah serta dilatasi serviks, namun kehamilan dapat diselamatkan dengan pengbatan dan tirah
baring (istirahat di tempat tidur) (Hutahaean. S,
2013; hal. 76).
(2) Abortus inkompletus (abortus tidak lengkap), terjadi keguguran dengan dikeluarkannya sebagian hasil
konsepsi. Perdarahan masih ada seperti darah menstruasi (perdarahan tidak segera berhenti)
sementara serviks tetap terbuka. Kepastian
diagnosis ini sebaiknya dilakukan dengan
berkonsultasi ke dkter ahli kandungan (Hutahaean.
S, 2013; hal. 76).
(3) Abortus kompletus
Pada abortus jenis ini akan ditemukan pasien
dengan perdarahan pervaginam disertai dengan
pengeluaran seluruh hasil konsepsi (janin dan desidua) sehingga rahim kosong (Sulistyawati. A,
(4) Missed abortion (terhentinya kehamilan), keguguran telah terjadi tapi hasil konsepsi masih tertinggal didalam rahim, dengan usia kehamilan lebih dari 6
minggu. Bahayanya ini dpat terjadi gangguan
pembekuan darah, hasil konsepsi segera dikeluarkan.
4) Keluhan-keluhan ibu hamil trimester I
a. Rasa mual dan muntah (morning sickness)
Ini terjadi pada awal kehamilan, timbul pada pagi hari
yaitu saat perut kosong. Penyebabnya belum diketahui
secara pasti, kemungkinan ditimbulkan dari perubahan
hormonal. Rasa mual dan muntah ini dapat kita jumpai
pada 50-70% kehamilan (Hutahean. S, 2013; hal. 78).
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
keluhan ibu hamil trimester pertama adalah sebagai
berikut.
1) Menganjurkan ibu untuk menghindari perut kosong,
atau perut dalam keadaan penuh/kenyang
2) Menganjurkan ibu untuk menghindari rangsangan
berupa bau-bauan
3) Menganjurkan ibu untuk menghindari kebiasaan
merokok
4) Menganjurkan ibu untuk menghentikan makanan
kering yang mengandung karbohidrat sebelum
bangun dari tempat tidur dan tetap di tempat tidur
hingga tenang
b. Mengidam
Peningkatan asupan kalori terjadi karena perubahan
psikologis selama kehamilan. Mengidam sering terjadi
pada pertama kehamilan, akan tetapi menghilang
dengan semakin tuanya kehamilan. Penanganan yang
dapat di lakukan untuk mengatasi keluhan ibu hamil
tersebut adalah sebagai berikut (Hutahean. S, 2013; hal.
1) Berikan nasehat akan makanan seimbang agar
kebutuhan nutrisi terpenuhi
2) Berikan asupan protein yang cukup
3) Berikan suplai zat besi dan vitamin yang cukup
c. Gangguan berkemih
Biasanya pada bulan pertama kehamilan ibu merasa
ingin selalu buang air kecil. Ibu terjadi karena kandung
kemih tertekan oleh uterus yang semakin membesar.
Penanganan yang dapat di lakukan untuk mengatasi
keluhan ibu hamil adalah sebagai berikut.
1) Menganjurkan ibu untuk mengurangi minum sesaat
akan tidur, agar istirahat tidak terganggu
2) Menganjurkan ibu untuk melakukan latihan kegel
untuk kekuatan otot pubis
3) Bila ada keluhan saat BAK, maka segera rujuk ke
dokter, gunakan pembalut jika perlu.
4) Menenagkan hati ibu dengan memberi penjelasan
bahwa keadaan ini adalah fisiologis.
d. Obstipasi
Kesulitan BAB yang dialami ibu hamil disebabkan oleh
kekuatan otot traktus digestivus menurun akibat
pengaruh hormon progesteron yang mengakibatkan motilitas saluran pencernaan berkurang. Feses yang
lebih lama diusus akan menyebabkan absorbsi air
meningkat, dan terjadi pengeringan dari fases serta
penekanan uterus terhadap kolon dan rektum.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
keluhan tersebut adalah sebagai berikut (Hutahean. S,
2013; hal. 78-79).
1) Menganjurkan ibu untuk minum ±6 gelas sehari
2) Menganjurkan ibu untuk diet mengandung tinggi
serat
3) Tidak boleh memberikan obat-obatan yang
4) Berikan oenjelasan keadaan yang sedang dialami.
b. Trimester II
Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran
kesehatan, saat ibu merasa sehat.Ini disebabkan selama
trimester ini umumnya wanita sudah merasa baik dan terbebas
dari ketidaknyamanan kehamilan. Tubuh ibu sudah terbiasa
dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman
karena hamil sudah berkurang. Perut ibu belum terlalu besar
sehingga belum dirasakan sebagai beban (Kusmiyati. Y, dkk,
2010; hal. 73).
1) Perubahan anatomis dan fisiologis pada ibu hamil TM II
a. Uterus
Uterus akan terus membesar seiring dengan tumbuhnya janin dalam rahim. Selama pembesaran ini, uterus
berotasi kekanan. Setelah bulan ke empat kontraksi
uterus dapat dirasakan melalui dinding abdomen yang
dinamakan dengan Braxton Hicks (Hutahean. S, 2013;
hal. 107).
b. Serviks uteri
Pada kehamilan trimeter II ini, akan mengeluarkan
sekresi lebih banyak. Terjadi hipervaskularisasi akibat peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Serviks
juga masih mengalami perlukaan dan pematangan
secara bertahap (Hutahean. S, 2013; hal. 108).
c. Vagina dan vulva
Vagina dan vulva mengalami peningkatan vaskularisasi yang di sebabkan oleh peningkatan hormon estrogen
dan progesteron. Hal inimenyebabkan sensivitas meningkat sehingga dapat membangkitkan keinginan
serta hasrat seksual. Peningkatan relaksasi dinding
pembuluh darah dan semakin besarnya uterus dapat
menimbulkan edema dan varises pada vulva (Hutahean.
d. Ovarium
Bekas pelepasan ovum di dalam ovarium di sebut korpus luteum. Pada kehmilan trimester ke dua ini
korpus luteum mulai menghasilkan hormon estrogen
dan progesteron, namun korpus luteum tergantikan
fungsinya setelah plasenta terbentuk (Hutahean. S,
2013; hal. 108).
e. Mammae
Pada kehamilan trimester dua terjadi
perubahan-perubahan pada mamae, yaitu adanya raa kesemutan dan nyeri tekan. Payudara membesar secara bertahap
karena peningkatan pertumbuhan jaringan alveolar dan suplai darah ke payudara, puting susu lebih menonjol
dan mengeras, areola tumbuh lebih gelap akibat hiperpigmentasi areola. Selain itu biasanya pada ibu
hamil setelah memasuki usia kehamilan 12 minggu
puting susunya mulai mengeluarkan cairan berwarna
putih agak jernih yang di sebut dengan kolostrum
Hutahean. S, 201;, hal. 108).
f. Kulit
Pada trimester ke dua ini sudah terdapat striae
gravidarum yang tampak pada kulit abdomen, yaitu pad
regangan yang dibentuk akibat serabut-serabut elastis
dari lapisan kulit terdalam terpisah dan terputus. Hal ini
mengakibatkan rasa gatal pada perut ibu (Hutahean. S,
2013; hal. 108).
g. Sistem muskulokeletal
Mobilitas sendi berkurang terutama pada daerah siku
dan pergelangan tangan, terjadi penambahan berat
badan sehingga bahu lebih tertark ke balakang dan
tulang belakang lebih melengkung. Sendi tulang
belakang lebih melengkung sehinga ibu hamil terlihat
seperti penderita lordosis. Sering juga ibu hamil
tekanan dari rahim pada pembuluh darah utama menuju
kaki membuat darah mengalir kembali kearah kaki,
menyebabkan terjadinya kram (Hutahean. S, 2013; hal.
109).
2) Perubahan psikologis kehamilan pada trimester II
1. Trimester dua sering di sebut dengan periode pancaran
kesehatan yang baik, yakni periode ketika ibu merasa
nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang
biasanya dialami pada trimester I.
2. Trimeter dua juga merupakan fase ketika ibu menelusur
kedalam dan paling banyak mengalami kemunduran.
Trimester dua ini di bagi menjadi dua fase, yaitu pra-quickening dan pasca-quickening. Quickening
mendatangkan sebuah perubahan seperti penerimaan
kehamilan, meningkatkan hubungan sosial dengan ibu
hamil lainnya, serta ketertarikannya pada peran barunya
(Hutahean. S, 2013; hal. 111).
3) Komplikasi pada kehamilan trimester II
Komplikasi yang terjadi pada ibu hamil trimester II ini sama
dengan komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan
trimester pertama. Komplikasi tersebut antara lain
hiperemesis gravidarum, abortus, kehamilan dengan
degenerasi penyakit trofoblas, serta kehamilan ektopik
(kehamilan diluar kandungan) (Hutahean. S, 2013; hal. 113).
c. Trimester III
Trimester III sering disebut sebagai periode penantian. Pada
periode ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian
dari dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk segera melihat
bayinya. Ada perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak
lahir tepat waktunya, fakta yang menempatkan wanita tersebut
gelisah dan hanya bisa melihat dan menunggu tanda-tanda dan
gejala. Trimester III adalah waktu untuk mempersiapkan
kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua, seperti pusatnya
fisiologis pada ibu hamil trimester III (Kusmiyati. Y, dkk, 2010;
hal. 74).
1. Uterus
Pada usia getasi 30 minggu, fundus uteri dapat dipalpasi
dibagian tengah antara umbilicus dan sternum. Pada usia
kehamilan 38 minggu uterus sejajar dengan sternum. Tuba
uterin akan tampak terdorong kedalam di bagian atas uterus
(Hutahean. S, 2013; hal. 139).
2. Serviks uteri
Serviks akan mengalami perlunakan dan pematangan secara bertahap akibat bertambahnya aktifitas uterus
selama kehamilan, dan akan mengalami dilatasi sampai
pada kehamilan trimester ketiga (Hutahean. S, 2013; hal.
140).
3. Vagina dan vulva
Kadang terjadi peningkatan cairan vagina elama kehamilan
adalah normal, cairan biasanya jernih. Pada awal kehamilan
cairan ini biasanya agak kental, sedangkan pada saat
mendekati persalinan cairan ini akan menjadi kental
(Hutahean. S, 2013; hal. 140).
4. Mammae
Terkadang keluar rembesan cairan berwarna kekuningan
dari payudara ibuyang disebut denag kolostrum. Hal ini tidak
berbahaya dan merupakan pertanda bahwa payudara
sedang menyiapkan ASI untuk menyusui bayi nantinya.
Progesteron menyebabkan puting menjadi lebih menonjol
dan dapat digerakan (Hutahean. S, 2013; hal. 140).
4) Komplikasi pada kehamilan trimester III
a) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan
seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal
dalam kehamilan. Pada umumnya, ibu hamil dengan
usia kehamilan di atas 20 minggu di sertai adanya
yang menunjukan kemungkinan masalah yang serius
adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak
hilang dengan hanya beristirahat. Sakit kepala yang
hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsi
(Asrinah, dkk, 2010; hal. 115).
b) Masalah penglihatan
Akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu
bisaberubah selama kehamilan, misalnya pandangan
kabur dan berbayang. Perubahan penglihatan ini
mungkin di sertai dengan sakit kepala yang hebat, dan
mungkin merupakan tanda pre-eklampsi (Asrinah, dkk,
2010; hal. 115).
c) Bengak pada muka dan tangan
Hampir separuh dari ibu hamil akan mengalami bengkak
yang normal pada kaki, yang biasanya muncul pada
sore hari, dan biasanya akan hilang setelah beristirahat
atau mennggikan kaki. Ini bisa jadi meupakan pertanda
anemia, gagal jantung atau pre-eklampsi (Asrinah, dkk,
2010; hal. 115).
d) Bayi kurang bergerak seperti biasa
Ibu muai merasakan gerakan bayinya selama bulan
ke-5 atau ke-6, beberapa ibu bahkan mampu merasakan
gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya
akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali
dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah
terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan bila ibu
makan dan minum dengan baik (Asrinah, dkk, 2010; hal.
115-116).
e) Persalinan prematuritas
Persalinan yang terjadi di antara umur kehamilan 29-36
minggu, dengan berat badan lahir kurang dari 2,5 kg.
Persalinan prematuritas merupakan masalah besar karena berat janin kurang dari 2,5 kg dan umur
alat-alat vital belum sempurna (Hutahean. S, 2013; hal.
147-148).
Hal-hal yang dapat menyebabkan persalinan
prematuritas adalah sebagai berikut.
(1) Hamil dengan perdarahan atau kehamilan ganda
(2) Kehamilan di sertai komplikasi (preeklamsia dan
eklamsia)
(3) Kehamilan dengan komplikasi penyakit ibu, seperi
hipertensi, penyakit ginjal, penyakit jantung, dan
keadaan gizi yang rendah disertai kurang darah.
f) Kehamilan dengan perdarahan
Perdarahan pada kehamilan memberi dampak yang
membahayakan ibu dan janin dalam kandungan.
Perdarahan yang dapat membahayakan dan
berhubungan dengan trimester ketiga adalah
perdarahan karena plasenta previa, solusio plasenta
(Hutahean. S, 2013; hal. 148-149).
(1) Perdarahan antepartum
Adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan di atas 28 minggu atau lebih. Karena perdarahan
antepartum terjadi pada usia kehamilan lebih dari
28 minggu, maka sering disebut atau digolongkan
perdarahan trimeter III.
(2) Plasenta previa
Adalah plasenta dengan implantasi disekitar
segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Secara
teoritis, plasenta previa di bagi dalam bentuk klinis
plasenta totalis, plasenta previa parsialis (plasenta
menutupi sebagian ostium uteri internum), plasenta
previa marginalis (bila tepi plasenta berada diekitar
(3) Solusio plasenta
Adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya
dengan implantasi normalpada kehamilan trimester
ketiga. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya
menyebabkan akumulasi darah antara plasenta dan
dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan
penyulit terhadap ibu maupun janin. Penyebab
solusio plasenta adalah hamil pada usia tua,
mempunyai tekanan darah tinggi, bersamaan
dengan pre-eklamsia atau eklamsi.
(4) Retensio plasenta
Adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama
setengah jam setelah persalinan bayi. Plasenta
harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan
bahaya perdarahan. Infeksi sebagai benda mati.
5) Keluhan-keluhan ibu hamil trimester III
a) Hemoroid
Hemoroid merupakan pelebaran vena dari anus. Hemoroid bisa bertambah besar ketikan kehamilan
karena adanya kongesti darah dalam rongga panggul.
Relaksasi dari otot halus pada bowel, memperbesar
konstipasi dan tertahannya gumapalan (Hutahean. S,
2013; hal. 150).
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
keluhan ibu hamil trimester ke tiga tersebut adalah
sebagai berikut.
(1) Hindari konstipasi
(2) Beri rendaman hangat/dingin pada anus
(3) Bila mungkin gunakan jari untuk memasukan kembali
hemoroid kedalam anus dengan pelan-pelan.
(4) Bersihkan anus secara hati-hati setelah defekasi
(5) Oleskan jeli kedalam rektum setelah defekasi
(6) Usahakan BAB yang teratur
(8) Ajarkan ibu tidur dengan posisi knee chest 15 menit/hari
(9) Ajarkan latihan kegel untuk menguatkan perineum
dan mencegah hemoroid.
b) Sering buang air kecil
Keluhan lainnya yang sering muncul pada trimester
ketiga adalah seringnya buang air kecil (BAK). Janin
yang sudah sedemikian membesar menekan kandung
kemih ibu. Akibatnya, kapasitas kandung kehih terbatas,
sehingga ibu sering ingin BAK. Dorongan untuk bolak
balik kekamar mandi, inilah yang tidak mau akan
mengganggu istirahat saya, dan termasuk belum waktu
tidurnya (Hutahean. S, 2013; hal. 151).
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
atau mengatasi keluhan ibu trimeter ketiga adalah
sebagai berikut:
Ibu hamil disarankan tidak minum saat 2-3 sebelum tidur
c) Pegal-pegal
Ibu akan sering mengalami pegel-pegel, biasanya
penyebabnya bisa karena ibu hamil kekurangan kalsium
atau karena ketegangan otot. Pada kehamilan trimester
ketiga ini dapat dikatakan ibu membawa beban yang
berlebih seiring peningkatan berat badan bayi lahir
didalam rahim. Otot-otot tubuh yang mengalami
pengunduran sehingga mengalami pengenduran
sehingga mudah merasa lelah (Hutahean. S, 2013; hal.
151).
Penanganan yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
ibu trimester ketiga adalah sebagai berikut
(1) Ibu hamil sebaiknya menyempatkan waktu
berolahraga atau setidknya beraktifitas ringan atau
melakukan senam hamil
(2) Ibu hami sebaiknya menjaga sikap tubuh dalam
duduk, dan bergerak. Jika harus duduk atau berdiri
lebih lama jangan lupa istirahat setiap 30 menit.
(3) Ibu diwajibkan mengkonsumsi susu dan makanan
yang kaya kalsium.
d) Odema
Sekitar 75% ibu hamil pasti mengalami pembengkakan
pada kaki (edema), yang umumnya terjadi pada trimester
akhir. Akan memicu tekanan darah tinggi bahkan
preeklamsi. Edema dikarenakan kurangnya aktivitas ibu
atau ibu terlalu banyak diam (Hutahean. S, 2013; hal.
152-153).
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
keluhan ibu hamil trimester ketiga tersebut adalah
sebagai berikut.
(1) Meningkatkan periode istirahat dan berbaring pada
posisi miring kiri
(2) Meninggikan kaki bila duduk
(3) Menganjurkan ibu untuk minum 6-8 gelas cairan
(4) Menganjurkan ibu untuk cukup berolahraga dan
sebisa mungkin jangan lama-lama dalam sikap statis
atau berdiam diri dalam posisi yang sama.
B. Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan di anggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum
inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks
2. Mekanisme persalinan normal
Dalam kenyatannya, beberapa gerakan terjadi bersamaan.
a. Penurunan kepala
pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul
biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi
pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan
persalinan. Masuknya kepala melewati Pintu Atas Panggul (PAP)
dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis
terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat diantara simfisis dan
promontorium.
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kana II
persalinan. hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan
retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan
langsung fundus pada bokong janin (Rohani, dkk, 2011; hal. 146).
b. Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang
ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah.
Dagu dibawah lebih dekat kearah dada janin sehingga ubun-ubun
kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar (Rohani, dkk, 2011; hal.
147).
c. Rotasi dalam (putar paksi dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
janin memutar kedepan ke bawah simfisis. Pada presentasi
belakang kepala, bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun
kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan ke arah
simfisis (Rohani, dkk, 2011; 148).
d. Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai didasar panggul, dan ubun-ubun
kecil berada di bawah simfisis, maka terjadilah ekstensi dari
kepala janin (Rohani, dkk, 2011; 148).
e. Rotasi luar (putaran paksi luar)
kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu
menghilangkan rotasi pada leher yang terjadi karena putaran paksi
dalam. I dalam rongga panggul, bahu akan menyesuaikan diri
dengan bentuk penggul yang dilaluinya (Rohani, dkk, 2011; 149).
f. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis
dan untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir,
selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu
jalan lahir (Rohani, dkk, 2011; 149).
3. Teori Terjadinya Persalinan
Perlu di ketahui selama kehamilan, dalam tubuh wanita terdapat
dua hormon yaitu esterogen dan progesterone. Sampai saat ini hal
yang menyebabkan mulainya persalinan belum di ketahui benar, yang
ada hanya berupa teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan
faktor-faktor humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan
pada saraf, dan nurisi (Sulistyawati. A, dkk, 2012; hal. 4).
a. Teori penurunan hormon : Saat 1-2 minggu sebelum partus mulai
terjadi penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron.
Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan
akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul
his bila kadar progesteron turun (Sulistyawati. A, dkk, 2012; hal.
5).
b. Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar
esterogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan
pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim
(Sulistyawati. A, dkk, 2012; hal. 5).
c. Teori distensi rahim, otot rahim mempunyai kemampuan
meregang dalam batas tertentu, setelah melewati batas tersebut
akhirnya terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai,
contohnya pada kehamilan gemeli, sering terjadi kontraksi karena
uterus meregang oleh ukuran janin ganda, sehingga kadang
kehamilan gemeli mengalami persalinan yang lebih dini
(Sulistyawati. A, dkk, 2012; hal. 5).
d. Teori Oksitosin, oksitosin di keluarkan oleh kelenjar hipofisis
merubah sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi
braxton hiks. Menurunnya konsentrasi progesterone karena
matangnya usia kehamiln menyebabkan oksitosin meningal
aktifitasnya dalam merangsang otot rahim untuk kontraksi
(Sulistyawati. A, dkk, 2012; hal. 5).
e. Teori prostaglandin, Prostagglandin yang dihasilkan oleh desidua
disangga sebagai salah satu penyebab permulaan persalinan. hal
ini juga disokong dengan adanya kadar prostagglandin yangtinggi
dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum
melahirkan atau selama proses persalinan (Sulistyawati. A, dkk,
2012; hal. 5).
4. Tahapan Persalinan
a. Menurut Kala I (Kala Pembukaan)
Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala 1, jika sudah terjadi
pembukaan serviks dan kontraksi sudah teratur minimal 2x dalam 10 menit selama 40 detik.
Kala 1 adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan 0-10 cm. Proses ini terbagi dalam 2 fase yaitu
1) Fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm.
2) Fase aktif (7 jam) di mana serviks membuka dari 3-10 cm.
Dalam fase aktif ini masih dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu:
a) Fase akselerasi dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b) Fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari pembukaan
4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi
10 cm (Sulistyawati. A, dkk, 2012; hal. 7).
Proses dilatasi terjadi pada primigravida ataupun multi
gravida, tetapi pada multigravida memiliki jangka waktu
yang lebih pendek. Pada primigravida kala I
berlangsung ±12 jam, sedangkan pada pmultigravida ±8
5. Asuhan kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala I
a. Asuhan yang di perlukan selama kala I.
1) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran
bayi.
2) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan
yang diperlukan.
3) Persiapan rujukan.
4) Memberikan asuhan sayang ibu (JNPK-KR, 2008; hal.
52-54).
b. Pemantauan terhadap kesejahteraan janin.
3) Mengevaluasi HIS (kontraksi uterus) berapa kali terjadi
dalam sepuluh menit (frekuensi his), lamanya his, dan
kekuatan his serta kaitan antara ketiga hal tersebut dengan
kemajuan persalinan.
4) Mengkaji keadaan kandung kencing dengan menanyakan
pada ibu dan melakukan palpasi kandung kencing untuk
memastikan kandung kencing kosong.
5) Mengevaluasi upaya meneran ibu efektif atau tidak.
6) Pengeluaran pervaginam serta penilaian serviks meliputi
effacement (pendataran serviks) dan dilatasi serviks
(pembukaan).
c. Observasi terhadap kesejahteraan janin.
1) Penurunan kepala, presentasi, dan sikap.
2) Mengkaji kepala janin adakah caput atau moulage.
3) Denyut Jantung Janin (DJJ) meliputi frekuensi, ritmenya,
dan kekuatannya.
4) Air ketuban meliputi warna, bau, dan volume (Sumarah,
dkk, 2008; hal. 105-106).
6. Pemeriksaan pada Kala I, Pemeriksaan Abdomen :
a) Menentukan tinggi fundus
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang
berkontraksi menggunakan pita pengukur. Tempelkan ujung pita
linea mediana dinding pubis dan puncak fundus uteri adalah
tinggi fundus (JNPK-KR, 2008; hal. 42).
b) Memantau kontraksi uterus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan
untuk memantau kontraksi uterus. Secara hati-hati, letakkan
tangan penolong diatas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang
terjadi dalam 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap
kontraksinya yang terjadi (JNPK-KR, 2008; hal. 43).
c) Memantau denyut jantung janin.
Gunakan fetoskop pinnards atau dopler untuk mendengar denyut
jantung janin (DJJ) dalam rahim ibu dan untuk menghitung
jumlah denyut janin permenit, gunakan detik pada jam dinding
atau jam tangan (JNPK-KR, 2008; hal. 43).
d) Menentukan presentasi
Untuk menentukan apakah presentasi adalah kepala atau
bokong maka perhatikan dan pertimbangkan bentuk, ukuran dan
kepadatan bagian tersebut. Bagian berbentuk bulat, teraba
keras, berbatas tegas dan mudah digerakkan ( bila belum masuk
rongga panggul) biasanya adalah kepala. Jika bentuknya kurang
tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar, dan sulit dipegang
secara mantap maka bagian tersebut biasanya adalah bokong
(JNPK-KR, 2008; hal. 43).
e) Menentukan penurunan bagian terbawah janin.
Penurunan bagian terbawah janin menggunakan metode 5 jari (
perlimaan )
(1) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas
simfisis pubis
(2) 4/5 jika bagian(1/5) bagian terbawah janin telah masuk pintu
atas panggul.
(3) 3/5 jika bagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki
(4) 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih
berada diatas simpisis dan (3/5) bagian telah turun melewati
bidang tengah rongga panggul(tidak dapat digerakkan).
(5) 1/5 jika 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah
janin yang berada diatas simpisis dan 4/5 bagian telah
masuk kedalam rongga panggul.
(6) 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari
pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah
masuk ke rongga panggul. Pada kala I persalinan, kepala
sudah masuk kedalam rongga panggul. Bila ternyata
memang tidak dapat turun, mungkin bagian terendah janin
(kepala) terlalu besar dibandingkan dengan diameter pintu
atas panggul. Mengingat hal ini patut diduga sebagai
disporposi kepala panggul (JNPK-KR, 2008; hal. 42-44).
7. Periksa dalam ini bertujuan untuk :
a) Memeriksa genetalia eksterna, perhatikan apakah ada luka
atau massa (benjolan) termasuk kondiloma akuminata dan luka
parut diperinium.
b) Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah,
perdarahan pervaginam atau mekonium.
c) Jika ada perdarahan pervaginam, jangan lakukan pemeriksaan
dalam.
d) Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban.
Jika terlihat pewarnaan mekonium, nilai apakah kental atau
encer dan periksa DJJ.
e) Dengan hati-hati masukan telunjuk dan diikuti jari tengah,
jangan mengeluarkan jari tersebut sampai pemeriksaan selesai
dilakukan. Jika selaput ketuban belum pecah, maka jangan
melakukan robekan atau pemecahan, karena akan dapat
menambah resiko infeksi ibu dan janin serta dapat terjadi
kegawatan.
f) Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
g) Pastikan talipusat dan atau bagian kecil-kecil janin tidak teraba
h) Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah
bagian tersebut telah masuk kedalam rongga panggul.
i) jika bagian terbawah janin adalah kepala, pastikan petunjuknya.
(ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar ) dan celah (sutura)
sagitalis untuk menentukan derajat tumpang tindih tulang
kepala (JNPK-KR, 2008; hal. 45-46).
8. 18 Penapisan dalam kala I
a) Riwayat bedah sesar
b) Perdarahan pervaginam selain bloodi show
c) Persalinan kurang bulan (<37 minggu)
d) Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental.
e) Ketuban pecah dan air ketuban bercampur dengan sedikit
mekonium disertai tanda-tanda gawat janin.
f) Ketuban pecah > 24 jam. Atau ketuban pecah pada kehamilan
kurang bulan ( < 37 minggu)
g) Tanda gejala infeksi ( demam > 38 C, menggigil, nyeri abdomen,
cairan ketuban berbau )
h) Tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg atau terdapat protein
dalam urine.
i) Tinggi fundus 40cm atay lebih (makrosomia, kehamilan ganda,
polihidramnion)
j) Djj kurang dari 100 atau lebih dari 180x/menit.
k) Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan
kepala janin 5/5.
l) Presentasi bukan belakang kepala.
m) Presentasi ganda atau majemuk.
n) Talipusat menumbung.
o) Tanda gejala syok ( nadi cepat lemah > 110x/menit, tekanan darah
menurun sistolik <90mmHg,pucat, berkeringat dingin, cemas atau
tidak sadar,produksi urine sedikit).
p) Tanda gejala kala I fase laten lama. Pembukaan serviks kurang dari
4 cm setelah 8 jam.
b. Kala II ( Kala Pengeluaran Janin)
Kala II adalah kala pengeluaran bayi, di mulai dari pembukaan lengkap
sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah dengan
kekuatan menerannya akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini
biasanya terjadi 2 jam, pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegakan dengan melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin
tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm (Sulistyawati. A, 2010; hal.
7-8).
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
1. His semakin kuat dengan rentan interval 2-3 menit, dengan durasi
50-100 detik.
2. Menjelang akhir kala 1, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
3. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan meneran karena tertekannya fleksus frankenhouser.
4. Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi
sehingga membuka pintu, berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi,
hidung dan muka, serta kepala seluruhnya.
5. Kepala lahir seluruhnya dan di ikuti oleh putaran paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggug.
6. Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong denga jalan berikut:
a. Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu,
kemudian di tarik curam kebawah untuk melahirkan bahu
depan, dan tarik curamkeatas untuk melahirkan bahu belakang.
b. Setelah kedua bahu lahir, ketiak di kait untuk melahirkan sisa
badan bayi.
c. Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
d. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida
30 menit.
7. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30
Dalam kondisi yang normal pada kala ini, kepala janin sudah masuk
dalam rongga panggul, maka pada saat his dirasakan tekanan pada
otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Wanita merasa adanya tekanan pada rektum dan
seperti akan buang air besar. Kemudian perinium mulai menonjol
dan menjadi lebar kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada
saat ada his. Jika dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin
tidak akan masuk lagi diluar his. Dengan kekuatan his dan
mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput
dibawah simfisis dan dahi, muka, dagu melewati perinium. Setelah
his istirahat sebentar, maka his akan mulai lagi untuk mengeluarkan
anggota badan bayi (Sumarah, 2008; hal. 6).
8. Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin Kala II
a. Asuhan yang di perlukan selama kala I.
1) Meningkatkan perasaan aman dengan memberikan
dukungan dan memupuk rasa kepercayaan dan keyakinan
pada diri ibu bahwa dia mampu melahirkan.
2) Membimbing agar ibu bernafas secara rileks.
3) Membantu posisi meneran sesuai pilihan ibu.
4) Meningkatkan peran serta keluarga, menghargai anggota
keluarga atau teman yang mendampingi.
5) Melakukan tindakan-tindakan yangmembuat nyaman ibu
seperti mengusap dahi dan memijat pinggang, libatkan
keluarga.
6) Memperhatikan pemasukan nutrisi dan cairan ibu dengan
memberi makan dan minum.
7) Menjelaskan prinsip pencegahan infeksi.
8) Mengusahakan kandung kencing kosong dengan cara
membantu ibu agar mengosongkan kandung kencing
secara teratur.
d. Pemantauan terhadap kesejahteraan janin.
1) Mengevaluasi HIS (kontraksi uterus) berapa kali terjadi
kekuatan his serta kaitan antara ketiga hal tersebut dengan
kemajuan persalinan.
2) Mengkaji keadaan kandung kencing dengan menanyakan
pada ibu dan melakukan palpasi kandung kencing untuk
memastikan kandung kencing kosong.
3) Mengevaluasi upaya meneran ibu efektif atau tidak.
4) Pengeluaran pervaginam serta penilaian serviks meliputi
effacement (pendataran serviks) dan dilatasi serviks
(pembukaan).
e. Observasi terhadap kesejahteraan janin.
1) Penurunan kepala, presentasi, dan sikap.
2) Mengkaji kepala janin adakah caput atau moulage.
3) Denyut Jantung Janin (DJJ) meliputi frekuensi, ritmenya,
dan kekuatannya.
4) Air ketuban meliputi warna, bau, dan volume (Sumarah,
dkk, 2008; hal. 105-106).
9. Pemberian Air Susu ibu (ASI)
a. Pengertian
IMD adalah bayi harus mendapatkan kontak kulit ibunya segera
setelah lahir selama paling sedikit 1 jam (JNPK-KR, 2008; hal.
13).
b. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 bahwa IMD adalah
bayi yang mulai mendapatkan IMD paling sedikit 1 jam setelah
lahir. jika bayi di berikan IMD 1 jam setelah kelahirannya maka
akan menekan kematian bayi sekitar 22% dari bayi yang
meninggal dalam 28 hari pertama dapat di cegah, atau setara ±
satu juta bayi lahir setiap tahun di dunia, sedangkan jika di
lakukan IMD satu hari setelah lahir maka hanya akan
menekankan kematian bayi sekitar 16% atau setara ± satu juta
bayi lahir setiap tahun di dunia, Dengan di berikannya IMD
pada bayi sesegera setelah lahir maka dapat meningkatkan
kesempatan kehidupan bayi (Riskesdas, 2013; hal. 94).
Optimalisasi fungsi hormonal ibu dengan bayi. Kontak kulit ke
kulit akan:
a) Menstabilkan pernafasan
b) Mengendalikan temperatur bayi
c) Meningkatkan kenaikan berat badan bayi (bayi kembali ke
berat lahirnya lebih cepat).
d) Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi
(JNPK-KR, 2008; hal. 131-132).
d. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu:
Merangsang produksi ositosin dan prolaktin pada ibu
Oksitosin
a. Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko
perdarahan pasca persalinan.
b. Merangsang pengeluaran kolostrum dan mengkatkan
produksi ASI.
c. Ibu menjadi lebih tenang, memfasilitasi kelahiran plasenta,
dan mengalihkan rasa nyeri.
Prolaktin
a. Meningkatkan prduki ASI
b. Membantu ibu mengatasi stres terhadap berbagai rasa
kurang nyaman
c. Memberikan efek relaksasi pada ibu setelah bayi selesai
menyusu
d. Menunda ovulasi
(JNPK-KR, 2008; hal. 131-132).
e. Keuntungan inisiasi menyusui dini untuk bayi
a) Segera memberikan kekebaan pasif pada bayi.
Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi
b) Meningkatkan kecerdasan
c) Membantu bayi mengkordinasikan kemapuan
mengisap, menelan, dan bernafas
d) Meningkatkan jalinan kasihsayang ibu dan bayi
e) Mencegah kehilangan panas
(JNPK-KR, 2008; hal. 131-132).
f. Inisiasi menyusui dini dalam asuhan bayi baru lahir
a) Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan.
b) Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit
satu jam.
c) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan
mulai menyusu (JNPK-KR, 2008; hal. 131-133).
g. Dampak jika tidak di lakukan IMD
Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif bagi
ibu maupun bayinya, bayi yang kehangatan saat menyusu
menurunkan resiko kematian karena hypotermia
(kedinginan). Selain itu juga, bayi lebih kebal dari bekteri
lain dilingkungan. Dengan kontak pertama, bayi
memperoleh kolostrum yang baik untuk kelangsungan
hidupnya. Sedangkan manfaat bagi ibu adalah menyusui
dapat mengurangi mordibilitas dan mortalias karena proses
menyusui akan merangsang kontraksi uterus sehingga
mengurangi perdarahan pasca persalinan (postpartum). Pemerintah mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang
merekomendasikan inisiasi menyusui dini sebagai tindakan “penyelamatan kehidupan”. Maka diharapkan semua tenaga keehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan
dapat mensosialisasikan program tersebut (Riskesdas,
2013; hal. 94).
10. Komplikasi kala II
a. Kala II memanjang
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan
berakhir dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50
menit untuk nulipara dan 20 menit untuk multipara
(Prawiroharjo, 2010; hal 573- 574).
1) Ruptura uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan
dengan paritas tinggi, dan pada mereka dengan riwayat
seksio sessaria. Apabila disporposi antara kepala janin dan
panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakup
dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi
sangat teregang kemudia dapat menyebabkna ruptur
(Prawiroharjo, 2010: hal 576).
2) Distosia bahu
Adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manufer
obstetrik, oleh karena dengan tarikan biasanya kearah
belakang kepala bayi tdak berhadil untuk melahirkan bayi.
Komplikasi pada bayi dengan distosia bahu adalah fraktur
tulang klavikula dan humerus, dan hipoksia yang dapat
menyebabkan kerusakan permanen diotak (Prawiroharjo,
2010: hal 574-575).
3) Tanda gawat janin
DJJ kurang dari 120 atau lebih dari 160 x/menit (JNPK-KR,
2008; hal. 94).
4) Prolaps tali pusat
Tekanan ada tali pusat oleh bagian terendah janin dan
jalan lahir akan mengurangi atau menghilangkan sirkulasi
plsaenta, bila tidak dikoreksi, komplikasi ini dapat
menyebabkan kematian janin, karena obstruksi yang
lengkap dari tali pusat menyebabkan dengan segera
berkurangnya detak jantung janin (Prawiroharjo, 2010;
hal.626).
c. Kala III (Kala pengeluaran uri)
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta.
Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi
uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan lahirnya bayi dan proses
retraksi uterus maka plasenta lepas (Sulistyawati. A, 2010; hal. 8).
Lepasnya plasenta sudah dapat di perkirakan dengan memperhatikan
tanda-tanda sbagai berikut:
1) Uterus menjadi berbentuk bundar
3) Tali pusat bertambah panjang.
4) Terjadi perdarahan
Melahirkan plasenta di lakukan dengan dorongan ringan secara
crede pada fundus uterus.
Sebab-sebab terlepasnya plasenta :
1. Saat bayi di lahirkan, rahim sangat mengecil dan setelah bayi
lahir, uterus merupakan organ dengan dinding yang tebal dan
rongganya hampir tidak ada. Posisi fundus uterus turun sedikit
dibawah pusat, karena terjadi pengecilan uterus, maka tempat
perlekatan plasenta juga mengecil. Plasenta harus mengikuti proses pengecilan ini hingga tebalnya menjadi 2x lipat dari pada
permulaan persalinan, dan karena pengecilan tempat
perlekatannya maka plasenta menjadi berlipat-lipat pada bagian
yang terlepas dari dinding rahim karena tidak dapat mengikuti
pengecilan.jadi faktor yang paling penting dalam pelepasan
plasenta adalah retraksi dan kontraksi uterus setelah bayi lahir.
2. Ditempat pelepasan plasenta yaitu antara plasenta dan desidua basalis terjadi perdarahan, karena hematom ini membesar jadi seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematom
tersebut sehingga daerah plasenta meluas (Sulistyawati. A,
2010; hal. 8-9).
3. Komplikasi kala III
a. Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.
b. Atonia uteri, adalah uterus yang tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran plasenta (JNPK-KR, 2008; hal. 108
dan 118).
d. Kala IV
Kala IV mulai lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV ini di
lakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling sering
terjadi pada 2 jam pertama (Sulistyawati. A, 2010; hal. 9).
1) Observasi yang di lakukan adalah sebagai berikut:
a. Tingkat kesadaran pasien
c. Kontraksi uterus
d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan di anggap masih normal
bila jumlah tidak melebihi 400-500cc.
2) Komplikasi kala IV
a) Robekan vagina, perineum, atau serviks
b) Tanda atau gejala syok
c) Tanda atau gejala dehidrasi
d) Tanda atau gejala infeksi
e) Tanda atau gejala preeklamsi ringan
f) Gejala preeklamsi berat
Kandung kemih penuh (JNPK-KR, 2008; hal. 119-121).
11. Kelainan pada persalinan
a) Perdarahan pasca bersalin
Yang paling dikenal sebagai tiga penyebab klasik kematian ibu
disamping infeksi dan pre-eklamsia adalah perdarahan.
Perdarahan pascapersalinan (PPP) adalah perdarahan yang
masih aktif yang berasal dari tempat implantasi plasenta,
robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya.
Definisi Perdarahan Pascapersalinan (PPP) adalah perdarahan
yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir. Pada praktisnya tidak
perlu mengukur jumlah perdarahan sampai sebanyak itu sebab
menghentikan perdarahan lebih dini akan memberikan
prognosis lebih baik. Pada umumnya bila terdapat perdarahan
yang lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan perubahan
tanda vital, seperti kesadaran menurun, pucat, berkeringat
dingin, seak nafas, serta tensi <90 mmHg dan nadi
>100x/menit, maka penanganan harus segera di lakukan. PPP
dapat menyebabkan kematian ibu 45% terjadi pada 24 jam
pertama setelah bayi lahir, 68-73% dalam satuminggu setelah
bayi lahir, 82-88% dalam 2 minggu setelah bayi lahir (Sarwono,
2009; hal. 522-523).
1) Atonia uteri
Adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan
plasenta lahir (Sarwono, 2009; hal. 523).
Perdarahan karena atonia uteri dapat dicegah dengan:
a) Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada
semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat
menurunkan insidens perdarahan pascapersalinan
akibat atonia uteri.
b) Pemberian mesoprostol perora 2-3 tablet (400-600 mg)
segera setelah bayi lahir.
2) Robekan jalan lahir.
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan
dengan trauma. Robekan jalan lahir biasanya akibat
episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forseps atau
vacum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi. Oleh karena itu pada setiap persalinan hendaklah di lakukan inspeksi yang
teliti untuk mencari kemungkinan adanya robekan ini.
Perdarahan yang terjadi saat kontraksi uterus baik, biasanya
karena ada robekan atau sisa plasenta. Pemeriksaan dapat
di lakukan dengan cara melukan inspeksi pada vulva,
vagina, dan serviks dengan memakai spekulum untuk mencari sumber perdarahan dengan ciri warna darah merah
segar dan pulastif sesuai dengan denyut nadi (Sarwono,
2009; hal. 526).
3) Retensio plasenta
Plasenta yang sukar dilepas pada saat pertolongan aktif kala III bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta
dan uterus. Disebut sebagai plasenta akreta bila implantasi menembus desidua basalis dan nitabuch layer, disebut sebagai plasenta inkreta bila plasenta sampai menembus
miometrium dan disebut plasenta perkreta bila vili korialis
sampai menembus perimetrium. Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar atau setelah
kotiledon yang tidak lengkap pada saat melakukan
pemeriksaan plasenta (Sarwono, 2009; hal. 526).
a. Inversi uterus
Keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang
dapat bersifat inkomplit sampai komplit.
Faktor-faktor yang memungkinkan hal itu terjadi adalah
adanya atonia uteri, serviks yang masih terbuka lebar,
an adanya kekuatan yang menarik fundus ke bawah
(misalnya karena plasenta akreta, inkreta, yang tali
pusatnya di tarik keras dari bawah) (Sarwono, 2009; hal.
527).
12. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu sebagai berikut:
a) Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,
dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina) (Sumarah dkk, 2008; hal. 23).
b) Passenger (janin dan plasenta)
Janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan interaksi
beberapa faktor, yakni ukurab kepala janin, presentasi, letak,
sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga melewati jalan lahir, maka di anggap juga sebagai bagian dari passenger yang
menyertai janin (Sumarah dkk, 2008: hal. 35).
c) Power (kekuatan)
Kekuatan terdiri dari: kekuatan ibu melakukan kontraksi
involunter, secara bersama untuk mengeluarkan kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan (Sumarah dkk (2008:
hal. 42).
13. Asuhan kebidanan pada persalinan normal
Menurut Prawirohardjo (2010: hal. 341-345) mengemukakan bahwa
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal.
a) Kala I
2) Pemeriksaan kontraksi uterus
3) Pemeriksaan nadi
4) Pemeriksaan dalam (pembukaan serviks)
5) Pemeriksaan penurunan terbawah janin
6) Pemeriksaan tekanan darah dan temperature tubuh
b) Kala II
1) Melihat tanda dan gejala kala 2
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rectum atau vaginanya c) Perineum menonjol
d) Vulva dan vagina membuka
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan
esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10
IU dan menempatkan tabung kecil steril sekali pakai
didalam partus set.
3) Mengenakan baju penutup atau clemek plastic yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang di pakai dibawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu
kali pakai/pribadi yang bersih.
5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6) Menghisap oksitosin 10 IU kedalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril)
dan meletakan kembali di artuset .
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati hati dari depan kebelakang dengan menggunakan
kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat
tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontainasi
oleh kotoran ibu, membersihkanya dengan seksama,
dengan cara menyeka dari depan ke belakang.membuang
kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang
(meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar
dalam larutan klorin)
8) Dengan menggunakan tehnik aseptic, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan
serviks sudah lengakap. Bila selaput ketuban belum pecah,
sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih kotor kedalam larutan
klori 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan
terbalik serta merendamnya didalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.
10) Memeriksa denyut jantung janin seelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa denyut jantung janin itu normal.
Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal,
mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ
dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainya pada
partograf.
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai
dengan keinginanya.
a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan
kenyamanan ibu serta janin sesuai pedoman
persalinan aktif dan mendokumentasikan
temuan-temuan.
b) Menjelaskan keapada anggota keluarga bagaimana
mereka dapat mendukung dan memberi semangat
kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
dalam meneran. ( Pada saat his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran.
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu
untuk meneran.
c) Membantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman
sesuai dengan pilihanya.
d) Memganjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu.
f) Menganjurkan asupan per oral.
g) Menilai DJJ setiap 5 menit.
h) Jika bayi belum lahir dalam waktu 120 menit meneran
untuk ibu primipara dan 60 menit untuk ibu multipara,
merujuk segera jika ibu tidak mempunyai keinginan
untuk meneran.
i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum ingin
meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk meneran
pada punca kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat diantara kontraksi.
j) Jika bayi belum lahir atau kelahira bayi belumakan
terjadi segera setelah 60 menitmeneran, merujuk ibu
dengan segera.
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, letakan handuk bersih diatas perut ibu untuk
mengeringkn bayi.
15) Meletakan kain bersi dlipat 1/3 bagian, dibawah bokong
ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua
tangan.
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala
bayi, memiarkan kepala keluar berlahan-lahan.
Menganjurkan ibu meneran berlahan lahan atau bernapas
cepat saat kepala ahir.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi
dengan kain atau kasa yang bersih.
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan
segera proses kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit janin dengan erat, mengeklem di
dua tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi
luar secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan
kedua tang masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya dengan
lembut menariknya kearah bawah dan arah luar hingga
bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian
dengan lmbut menarik kearah atas dan kearah luar untuk
melahirkan bahu posterior.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada dibagian bawah kearah perineum,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan
tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi
saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah
untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir menelusurkan tangan yang
ada diatas dari punggung kea rah kaki bayi untuk
kedua mata kaki bayi dengan hatihati membantu kelahiran
kaki.
25) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakn bayi diatas
perut iu dengan posisi kepala bayi lebih ren