• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan - Fera Nurita Sari BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan - Fera Nurita Sari BAB II"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

1. Pengertian

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waku 40 minggu atau 10

bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.

(Prawiroharjo, 2010: hal. 213).

Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin didalam rahim

seorang perempuan. Masa kehamian di dahului oleh terjadinya

pembuahan yaitu bertemunya sel sperma laki-laki dengan sel telur

(Ratna, 2011, hal; 92).

2. Proses terbentuknya janin dalam kehamilan.

a. Konsepsi

Konsepsi adalah pertemuan antara ovum matang dan sperma

sehat yang memungkinkan terjadinya kehamilan. Konsepsi ini

dapat terjadi jika terpenuhi beberapa kriteria, yaitu sebagai

berikut :

Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita

yang tepat.

1) Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada

saat ovulasi.

2) Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan

sehat selama ejakulasi.

3) Tidak ada barrier atau hambatan yang mencegah sperma

mencapai, melakukan penetrasi, dan sampai akhirnya

membuahi ovum.

Agar terjadi kehamilan sebaiknya senggama dilakukan

sebelum tepat dihari wanita ovulasi karena sperma dapat

(2)

bertahan 12-24 jam setelah dikeluarkan dari ovarium

(ovulasi) (Sulistyawati. A, 2010; hal. 35-36).

b. Fertilisasi

Merupakan kelanjutan dari proses konsepsi, yaitu sperma

bertemu dengan ovum. Terjadi penyatuan sperma dengan ovum, sampai terjadi perubahan fisik dan kimiawi ovum-sperma hingga menjadi buah kehamilan (Sulistyawati. A, 2010; hal. 36).

c. Implantasi (Nidasi)

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi

kedalam endometrium. Blastula diselubungi oleh suatu sampai disebut trofoblast, yang mampu menghancurkan atau mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai rongga rahim, jaringan endometrium berada dalam fase sekresi. Jaringan

endometrium ini banyak mengandung nutrisi untuk buah kehamilan (Sulistyawati. A, 2010; hal. 37).

3. Diagnosa kehamilan

Untuk bisa melihat kehamilan ditetapkan dengan melakukan

penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala hamil, antara lain :

a. Tanda pasti

Seseorang yang dinyatakan positif hamil ditandai dengan :

1) Terlihatnya embrio atau kantong kehamilan melalui USG

pada 4-6 minggu sesudah pembuahan.

2) Denyut jantung janin ketika usia kehamilan 10-20 minggu,

didengar dengan stetoskop leanec,alat kardiotokografi,alat

dopler, atau dilihat dengan ultrasonografi.

3) Terasa gerak janin dalam rahim pada primigrafida bisa dirasakan ketika kehamilan berusia 18 minggu, sedangkan

pada multigrafida di usia 16 minggu. Teraba gerakan janin

dan bagian-bagian janin (Asrinah, dkk, 2010; hal. 78).

b. Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin.

Ada beberapa tanda dan gejala kehamilan yang dialami seorang

(3)

1) Amenore (tidak adanya menstruasi)

2) Mual dipagi hari (tanpa muntah) terjadi pada usia 2-8 minggu

setelah pembuahan.

3) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu )

4) Pingsan

5) Mamae menjadi tegang dan membesar

6) Anoreksia (tidak nafsu makan) 7) Konstipasi dan obstipasi

8) Pigmentasi kulit terjadi pada usia kehamilan 12 minggu

keatas.

9) Varises

(Asrinah, dkk, 2010: hal. 78-79)

c. Tanda Mungkin hamil

Tanda-tanda yang memungkinkan seorang perempuan hamil

adalah.

1) Rahim membesar : sesuai dengan tuanya kehamilan.

2) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif Asrinah, dkk

2010: hal. 81).

4. Kunjungan Ulang (Antenatal Care)

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa

mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil

memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode

antenatal:

a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14

minggu).

b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua ( antara minggu

14-28 ).

c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga ( antara minggu ke

28-36 dan sesudah minggu ke 36 ).

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan secara berkala dan

teratur. Bila kehamilan berjalan normal maka, jumlah kunjungan

cukup 4x yaitu 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester 2,

dan 2 kali pada trimester 3. Tindakan ini memberi peluang yang

(4)

berbagai penyulit atau gangguan kesehatan pada ibu hamil

Saifudin, A. B, 2010; hal. N-2).

5. Asuhan kebidanan

Dalam memberikan asuhan kepada ibu hamil, bidan harus

memberikan pelayanan secara komprehensif atau menyeluruh.

Adapun ruang lingkup pada ibu hamil meliputi:

a. Asuhan kebidanan pada trimester I

1) Penapisan dan pengobatan anemia

2) Perencanaan dan pengobatan anemia

3) Menjelaskan ketidaknyamanan pada trimester satu

4) Menjelaskan tanda bahaya trimester satu

5) Pengenalan komplikasi dan pengobatannya

b. Asuhan kebidanan pada trimester I

1) Mengevaluasi penemuan masalah yang terjadi pada

kunjungan sebelumnya.

2) Menilai keadaan janin selama kehamilan

3) Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan

4) Mendeteksi ketidaknyamanan dan komplikasi

5) Pemberian obat sevcara rutin

c. Asuhan kebidanan pada trimester I

1) Mengevaluasi penemuan masalah yang terjadi pada

kunjungan sebelumnya.

2) Menilai keadaan janin selama kehamilan

3) Mengenali adanya letak dan presentasi

4) Mendeteksi ketidaknyamanan dan komplikasi

5) Menjelaskan tanda-tanda persalinan

6) Memberikan bimbingan dan persiapan persalinan, kelahiran

menjadi orag tua (Kusbandiyah, 2011, hal; 85-103).

6. Fungsi kunjungan (Antenatal Care)

a. Trimester pertama / sebelum minggu ke 14.

1) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu.

2) Mendeteksi secara dini masalah yang bisa mengancam

jiwa ibu dan bayinya.

(5)

maupun penggunaan praktik tradisional yang merugikan.

4) Memulai persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi

persalinan.

5) Memberitahu ibu perilaku yang sehat (Nutrisi, kebersihan,

istirahat, dan sebagainya).

b. Trimester kedua / sebelum minggu ke 28.

1) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu.

2) Mendeteksi secara dini masalah yang bisa mengancam

jiwa ibu dan bayinya.

3) Mencegah masalah seperti anemia, defisiensi zat besi,

maupun penggunaan praktik tradisional yang merugikan.

4) Memulai persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi

persalinan.

5) Memberitahu ibu perilaku yang sehat (Nutrisi, kebersihan,

istirahat, dan sebagainya).

c. Trimester ke tiga / sebelum minggu ke 40.

1) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu.

2) Mendeteksi secara dini masalah yang bisa mengancam

jiwa ibu dan bayinya.

3) Mencegah masalah seperti anemia, defisiensi zat besi,

maupun penggunaan praktik tradisional yang merugikan.

4) Memulai persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi

persalinan.

5) Memberitahu ibu perilaku yang sehat (Nutrisi, kebersihan,

istirahat, dan sebagainya).

6) Kewaspadaan khusus mengenai PIH (tanyakan pada ibu

mengenai gejala PIH, pantau tekanan darah, oedem,

proteiuria) (Asrinah, dkk, 2010; hal. 6-7).

7. Standar pelayanan antenatal (10 T)

Standar pelayanan antenatal sebagai berikut:

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

b. Ukur Tekanan darah

c. Ukur Lingkar lengan atas

(6)

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin ( DJJ)

f. Skrining Status imunisasi TT dan berikan Imunisasi TT bila

diperlukan.

g. Berikan Tablet tambah darah

h. Periksa Laboratorium

i. Tata Laksana penanganan kasus.

j. Temu wicara ( konseling)

(Lukas C Hermawan, 2010: hal. 8-13).

8. Periode pada kehamilan

a. Trimester I

Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan.

Penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan

hamil. Pada saat inilah tugas psikologis pertama sebagai calon

ibu untuk dapat menerima kenyataan akan kehamilannya. Selain

akibat dari dampak terjadinya peningkatan hormon estrogen dan

progesteron dan progesteron pada tubuh ibu hamil akan mempengaruhi perubahan pada fisik sehingga banyak ibu hamil

yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan

kesedihan (Kusmiyati. Y, dkk, 2010; hal. 71).

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis. Namun ada

faktor-faktor yang membuat ibu mengalami komplikasi selama

menjalani kehamilan tersebut

1) Anemia kehamilan

Merupakan penurunan jumlah hemoglobin (Hb) dalam sel

darah ibu hamil akibat kekurangan zat besi dan ibu akan

merasa pusing, cepat lelah, lemas, susah bernafas dan

pucat pada konjungtiva muka serta ujung-ujung kuku. Hal

yang dilakukan untung menangani anemia ini adalah dengan

menganjurkan ibu melakukan memeriksakan kadar Hb

setiap 2 minggu. Selain itu juga menganjurkan ibu makan

lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung

vitamin dan mineral serta memberikan suplemen zat besi

dan vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi tersebut

(7)

2) Hiperemesis gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah morning sickness dan muntah terus menerus yang berlangsung sampai usia

kehamilan 4 bulan, asupan nutrisi kurang yang dapat

menyebabkan gangguan suasana kehidupan sehari-hari.

Hiperemesis gravidarum pada tingkat ringan, sebaiknya memriksakan diri jika ditemukan gejala muntah berlebihan,

keadaan lemas dan emah, sakit pada ulu hati (perut pada

bagian atas), tidak mau makan, berat badan turun, turgor

kulit berkurang, lidah kering, mata cekung, kecepatan nadi

meningkat, dan tekanan darah menurun. Berikut ini

merupakan hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester

pertama.

a) Hiperemesis gravidarum derajat pertama, yaitu muntah terus menerus, ibu meras lemah, nafsu makan

berkurang, berat badan menurun, nadi meningkat

sekitar 100x/menit, tekanan darah turun, turgor kulit

kembali di atas 2 detik, lidah kering, mata cekung.

b) Hiperemesis gravidarum derajat kedua yaitu, ibu lebih lemah dan apatis, turgor kulit kembali di atas 3 detik,

lidah mengering dan tampak kotor, denyut nadi rendah

dan cepat, tekanan darah menurun, suhu tubuh

terkadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat

badan menurun, ditemukannya aseton dalam urine.

c) Hiperemesis gravidarum

Keadaan umum ibu lebih parah dari hiperemesis derajat pertama dan kedua, muntah berhenti, kesadaran

menurun dari somnolen menjadi koma, denyut nadi kecil dan cepat, suhu tubuh ibu meningkat, barat badan

menurun (Hutahaean. S, 2013; hal. 74-75).

3) Abortus (keguguran kehamilan)

Keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin

(8)

minggu, karena sebagian besar keguguran tidak diketahui

dan terjadi secara spontan (Hutahaean. S, 2013; hal. 75).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan abortus adalah

sebagai berikut.

a) Faktor telur (ovum) yang kurang baik b) Faktor spermatozoa yang kurang sempurna

c) Ketidaksuburan lapisan dalam rahim (endometrium) yang disebabkan oleh kekurangan gizi, kehamilan

dengan jarak pendek, terdapat penyakit dalam rahim.

d) Faktor penyakit sistemik pada ibu seperti penyakit,

jantung, paru, ginjal, gangguan hormon pada ibu.

Beberapa bentuk klinis abortus yang bisa terjadi adalah

sebagai berikut.

(1) Abortus insipien, di tandai dengan kehilangan darah sedang sampai berat, terjadi kontraksi uterus yang

mengakibatkan kram dan nyeri abdomen bagian

bawah serta dilatasi serviks, namun kehamilan dapat diselamatkan dengan pengbatan dan tirah

baring (istirahat di tempat tidur) (Hutahaean. S,

2013; hal. 76).

(2) Abortus inkompletus (abortus tidak lengkap), terjadi keguguran dengan dikeluarkannya sebagian hasil

konsepsi. Perdarahan masih ada seperti darah menstruasi (perdarahan tidak segera berhenti)

sementara serviks tetap terbuka. Kepastian

diagnosis ini sebaiknya dilakukan dengan

berkonsultasi ke dkter ahli kandungan (Hutahaean.

S, 2013; hal. 76).

(3) Abortus kompletus

Pada abortus jenis ini akan ditemukan pasien

dengan perdarahan pervaginam disertai dengan

pengeluaran seluruh hasil konsepsi (janin dan desidua) sehingga rahim kosong (Sulistyawati. A,

(9)

(4) Missed abortion (terhentinya kehamilan), keguguran telah terjadi tapi hasil konsepsi masih tertinggal didalam rahim, dengan usia kehamilan lebih dari 6

minggu. Bahayanya ini dpat terjadi gangguan

pembekuan darah, hasil konsepsi segera dikeluarkan.

4) Keluhan-keluhan ibu hamil trimester I

a. Rasa mual dan muntah (morning sickness)

Ini terjadi pada awal kehamilan, timbul pada pagi hari

yaitu saat perut kosong. Penyebabnya belum diketahui

secara pasti, kemungkinan ditimbulkan dari perubahan

hormonal. Rasa mual dan muntah ini dapat kita jumpai

pada 50-70% kehamilan (Hutahean. S, 2013; hal. 78).

Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi

keluhan ibu hamil trimester pertama adalah sebagai

berikut.

1) Menganjurkan ibu untuk menghindari perut kosong,

atau perut dalam keadaan penuh/kenyang

2) Menganjurkan ibu untuk menghindari rangsangan

berupa bau-bauan

3) Menganjurkan ibu untuk menghindari kebiasaan

merokok

4) Menganjurkan ibu untuk menghentikan makanan

kering yang mengandung karbohidrat sebelum

bangun dari tempat tidur dan tetap di tempat tidur

hingga tenang

b. Mengidam

Peningkatan asupan kalori terjadi karena perubahan

psikologis selama kehamilan. Mengidam sering terjadi

pada pertama kehamilan, akan tetapi menghilang

dengan semakin tuanya kehamilan. Penanganan yang

dapat di lakukan untuk mengatasi keluhan ibu hamil

tersebut adalah sebagai berikut (Hutahean. S, 2013; hal.

(10)

1) Berikan nasehat akan makanan seimbang agar

kebutuhan nutrisi terpenuhi

2) Berikan asupan protein yang cukup

3) Berikan suplai zat besi dan vitamin yang cukup

c. Gangguan berkemih

Biasanya pada bulan pertama kehamilan ibu merasa

ingin selalu buang air kecil. Ibu terjadi karena kandung

kemih tertekan oleh uterus yang semakin membesar.

Penanganan yang dapat di lakukan untuk mengatasi

keluhan ibu hamil adalah sebagai berikut.

1) Menganjurkan ibu untuk mengurangi minum sesaat

akan tidur, agar istirahat tidak terganggu

2) Menganjurkan ibu untuk melakukan latihan kegel

untuk kekuatan otot pubis

3) Bila ada keluhan saat BAK, maka segera rujuk ke

dokter, gunakan pembalut jika perlu.

4) Menenagkan hati ibu dengan memberi penjelasan

bahwa keadaan ini adalah fisiologis.

d. Obstipasi

Kesulitan BAB yang dialami ibu hamil disebabkan oleh

kekuatan otot traktus digestivus menurun akibat

pengaruh hormon progesteron yang mengakibatkan motilitas saluran pencernaan berkurang. Feses yang

lebih lama diusus akan menyebabkan absorbsi air

meningkat, dan terjadi pengeringan dari fases serta

penekanan uterus terhadap kolon dan rektum.

Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi

keluhan tersebut adalah sebagai berikut (Hutahean. S,

2013; hal. 78-79).

1) Menganjurkan ibu untuk minum ±6 gelas sehari

2) Menganjurkan ibu untuk diet mengandung tinggi

serat

3) Tidak boleh memberikan obat-obatan yang

(11)

4) Berikan oenjelasan keadaan yang sedang dialami.

b. Trimester II

Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran

kesehatan, saat ibu merasa sehat.Ini disebabkan selama

trimester ini umumnya wanita sudah merasa baik dan terbebas

dari ketidaknyamanan kehamilan. Tubuh ibu sudah terbiasa

dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman

karena hamil sudah berkurang. Perut ibu belum terlalu besar

sehingga belum dirasakan sebagai beban (Kusmiyati. Y, dkk,

2010; hal. 73).

1) Perubahan anatomis dan fisiologis pada ibu hamil TM II

a. Uterus

Uterus akan terus membesar seiring dengan tumbuhnya janin dalam rahim. Selama pembesaran ini, uterus

berotasi kekanan. Setelah bulan ke empat kontraksi

uterus dapat dirasakan melalui dinding abdomen yang

dinamakan dengan Braxton Hicks (Hutahean. S, 2013;

hal. 107).

b. Serviks uteri

Pada kehamilan trimeter II ini, akan mengeluarkan

sekresi lebih banyak. Terjadi hipervaskularisasi akibat peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Serviks

juga masih mengalami perlukaan dan pematangan

secara bertahap (Hutahean. S, 2013; hal. 108).

c. Vagina dan vulva

Vagina dan vulva mengalami peningkatan vaskularisasi yang di sebabkan oleh peningkatan hormon estrogen

dan progesteron. Hal inimenyebabkan sensivitas meningkat sehingga dapat membangkitkan keinginan

serta hasrat seksual. Peningkatan relaksasi dinding

pembuluh darah dan semakin besarnya uterus dapat

menimbulkan edema dan varises pada vulva (Hutahean.

(12)

d. Ovarium

Bekas pelepasan ovum di dalam ovarium di sebut korpus luteum. Pada kehmilan trimester ke dua ini

korpus luteum mulai menghasilkan hormon estrogen

dan progesteron, namun korpus luteum tergantikan

fungsinya setelah plasenta terbentuk (Hutahean. S,

2013; hal. 108).

e. Mammae

Pada kehamilan trimester dua terjadi

perubahan-perubahan pada mamae, yaitu adanya raa kesemutan dan nyeri tekan. Payudara membesar secara bertahap

karena peningkatan pertumbuhan jaringan alveolar dan suplai darah ke payudara, puting susu lebih menonjol

dan mengeras, areola tumbuh lebih gelap akibat hiperpigmentasi areola. Selain itu biasanya pada ibu

hamil setelah memasuki usia kehamilan 12 minggu

puting susunya mulai mengeluarkan cairan berwarna

putih agak jernih yang di sebut dengan kolostrum

Hutahean. S, 201;, hal. 108).

f. Kulit

Pada trimester ke dua ini sudah terdapat striae

gravidarum yang tampak pada kulit abdomen, yaitu pad

regangan yang dibentuk akibat serabut-serabut elastis

dari lapisan kulit terdalam terpisah dan terputus. Hal ini

mengakibatkan rasa gatal pada perut ibu (Hutahean. S,

2013; hal. 108).

g. Sistem muskulokeletal

Mobilitas sendi berkurang terutama pada daerah siku

dan pergelangan tangan, terjadi penambahan berat

badan sehingga bahu lebih tertark ke balakang dan

tulang belakang lebih melengkung. Sendi tulang

belakang lebih melengkung sehinga ibu hamil terlihat

seperti penderita lordosis. Sering juga ibu hamil

(13)

tekanan dari rahim pada pembuluh darah utama menuju

kaki membuat darah mengalir kembali kearah kaki,

menyebabkan terjadinya kram (Hutahean. S, 2013; hal.

109).

2) Perubahan psikologis kehamilan pada trimester II

1. Trimester dua sering di sebut dengan periode pancaran

kesehatan yang baik, yakni periode ketika ibu merasa

nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang

biasanya dialami pada trimester I.

2. Trimeter dua juga merupakan fase ketika ibu menelusur

kedalam dan paling banyak mengalami kemunduran.

Trimester dua ini di bagi menjadi dua fase, yaitu pra-quickening dan pasca-quickening. Quickening

mendatangkan sebuah perubahan seperti penerimaan

kehamilan, meningkatkan hubungan sosial dengan ibu

hamil lainnya, serta ketertarikannya pada peran barunya

(Hutahean. S, 2013; hal. 111).

3) Komplikasi pada kehamilan trimester II

Komplikasi yang terjadi pada ibu hamil trimester II ini sama

dengan komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan

trimester pertama. Komplikasi tersebut antara lain

hiperemesis gravidarum, abortus, kehamilan dengan

degenerasi penyakit trofoblas, serta kehamilan ektopik

(kehamilan diluar kandungan) (Hutahean. S, 2013; hal. 113).

c. Trimester III

Trimester III sering disebut sebagai periode penantian. Pada

periode ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian

dari dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk segera melihat

bayinya. Ada perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak

lahir tepat waktunya, fakta yang menempatkan wanita tersebut

gelisah dan hanya bisa melihat dan menunggu tanda-tanda dan

gejala. Trimester III adalah waktu untuk mempersiapkan

kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua, seperti pusatnya

(14)

fisiologis pada ibu hamil trimester III (Kusmiyati. Y, dkk, 2010;

hal. 74).

1. Uterus

Pada usia getasi 30 minggu, fundus uteri dapat dipalpasi

dibagian tengah antara umbilicus dan sternum. Pada usia

kehamilan 38 minggu uterus sejajar dengan sternum. Tuba

uterin akan tampak terdorong kedalam di bagian atas uterus

(Hutahean. S, 2013; hal. 139).

2. Serviks uteri

Serviks akan mengalami perlunakan dan pematangan secara bertahap akibat bertambahnya aktifitas uterus

selama kehamilan, dan akan mengalami dilatasi sampai

pada kehamilan trimester ketiga (Hutahean. S, 2013; hal.

140).

3. Vagina dan vulva

Kadang terjadi peningkatan cairan vagina elama kehamilan

adalah normal, cairan biasanya jernih. Pada awal kehamilan

cairan ini biasanya agak kental, sedangkan pada saat

mendekati persalinan cairan ini akan menjadi kental

(Hutahean. S, 2013; hal. 140).

4. Mammae

Terkadang keluar rembesan cairan berwarna kekuningan

dari payudara ibuyang disebut denag kolostrum. Hal ini tidak

berbahaya dan merupakan pertanda bahwa payudara

sedang menyiapkan ASI untuk menyusui bayi nantinya.

Progesteron menyebabkan puting menjadi lebih menonjol

dan dapat digerakan (Hutahean. S, 2013; hal. 140).

4) Komplikasi pada kehamilan trimester III

a) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan

seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal

dalam kehamilan. Pada umumnya, ibu hamil dengan

usia kehamilan di atas 20 minggu di sertai adanya

(15)

yang menunjukan kemungkinan masalah yang serius

adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak

hilang dengan hanya beristirahat. Sakit kepala yang

hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsi

(Asrinah, dkk, 2010; hal. 115).

b) Masalah penglihatan

Akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu

bisaberubah selama kehamilan, misalnya pandangan

kabur dan berbayang. Perubahan penglihatan ini

mungkin di sertai dengan sakit kepala yang hebat, dan

mungkin merupakan tanda pre-eklampsi (Asrinah, dkk,

2010; hal. 115).

c) Bengak pada muka dan tangan

Hampir separuh dari ibu hamil akan mengalami bengkak

yang normal pada kaki, yang biasanya muncul pada

sore hari, dan biasanya akan hilang setelah beristirahat

atau mennggikan kaki. Ini bisa jadi meupakan pertanda

anemia, gagal jantung atau pre-eklampsi (Asrinah, dkk,

2010; hal. 115).

d) Bayi kurang bergerak seperti biasa

Ibu muai merasakan gerakan bayinya selama bulan

ke-5 atau ke-6, beberapa ibu bahkan mampu merasakan

gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya

akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali

dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah

terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan bila ibu

makan dan minum dengan baik (Asrinah, dkk, 2010; hal.

115-116).

e) Persalinan prematuritas

Persalinan yang terjadi di antara umur kehamilan 29-36

minggu, dengan berat badan lahir kurang dari 2,5 kg.

Persalinan prematuritas merupakan masalah besar karena berat janin kurang dari 2,5 kg dan umur

(16)

alat-alat vital belum sempurna (Hutahean. S, 2013; hal.

147-148).

Hal-hal yang dapat menyebabkan persalinan

prematuritas adalah sebagai berikut.

(1) Hamil dengan perdarahan atau kehamilan ganda

(2) Kehamilan di sertai komplikasi (preeklamsia dan

eklamsia)

(3) Kehamilan dengan komplikasi penyakit ibu, seperi

hipertensi, penyakit ginjal, penyakit jantung, dan

keadaan gizi yang rendah disertai kurang darah.

f) Kehamilan dengan perdarahan

Perdarahan pada kehamilan memberi dampak yang

membahayakan ibu dan janin dalam kandungan.

Perdarahan yang dapat membahayakan dan

berhubungan dengan trimester ketiga adalah

perdarahan karena plasenta previa, solusio plasenta

(Hutahean. S, 2013; hal. 148-149).

(1) Perdarahan antepartum

Adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan di atas 28 minggu atau lebih. Karena perdarahan

antepartum terjadi pada usia kehamilan lebih dari

28 minggu, maka sering disebut atau digolongkan

perdarahan trimeter III.

(2) Plasenta previa

Adalah plasenta dengan implantasi disekitar

segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi

sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Secara

teoritis, plasenta previa di bagi dalam bentuk klinis

plasenta totalis, plasenta previa parsialis (plasenta

menutupi sebagian ostium uteri internum), plasenta

previa marginalis (bila tepi plasenta berada diekitar

(17)

(3) Solusio plasenta

Adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya

dengan implantasi normalpada kehamilan trimester

ketiga. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya

menyebabkan akumulasi darah antara plasenta dan

dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan

penyulit terhadap ibu maupun janin. Penyebab

solusio plasenta adalah hamil pada usia tua,

mempunyai tekanan darah tinggi, bersamaan

dengan pre-eklamsia atau eklamsi.

(4) Retensio plasenta

Adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama

setengah jam setelah persalinan bayi. Plasenta

harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan

bahaya perdarahan. Infeksi sebagai benda mati.

5) Keluhan-keluhan ibu hamil trimester III

a) Hemoroid

Hemoroid merupakan pelebaran vena dari anus. Hemoroid bisa bertambah besar ketikan kehamilan

karena adanya kongesti darah dalam rongga panggul.

Relaksasi dari otot halus pada bowel, memperbesar

konstipasi dan tertahannya gumapalan (Hutahean. S,

2013; hal. 150).

Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi

keluhan ibu hamil trimester ke tiga tersebut adalah

sebagai berikut.

(1) Hindari konstipasi

(2) Beri rendaman hangat/dingin pada anus

(3) Bila mungkin gunakan jari untuk memasukan kembali

hemoroid kedalam anus dengan pelan-pelan.

(4) Bersihkan anus secara hati-hati setelah defekasi

(5) Oleskan jeli kedalam rektum setelah defekasi

(6) Usahakan BAB yang teratur

(18)

(8) Ajarkan ibu tidur dengan posisi knee chest 15 menit/hari

(9) Ajarkan latihan kegel untuk menguatkan perineum

dan mencegah hemoroid.

b) Sering buang air kecil

Keluhan lainnya yang sering muncul pada trimester

ketiga adalah seringnya buang air kecil (BAK). Janin

yang sudah sedemikian membesar menekan kandung

kemih ibu. Akibatnya, kapasitas kandung kehih terbatas,

sehingga ibu sering ingin BAK. Dorongan untuk bolak

balik kekamar mandi, inilah yang tidak mau akan

mengganggu istirahat saya, dan termasuk belum waktu

tidurnya (Hutahean. S, 2013; hal. 151).

Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengurangi

atau mengatasi keluhan ibu trimeter ketiga adalah

sebagai berikut:

Ibu hamil disarankan tidak minum saat 2-3 sebelum tidur

c) Pegal-pegal

Ibu akan sering mengalami pegel-pegel, biasanya

penyebabnya bisa karena ibu hamil kekurangan kalsium

atau karena ketegangan otot. Pada kehamilan trimester

ketiga ini dapat dikatakan ibu membawa beban yang

berlebih seiring peningkatan berat badan bayi lahir

didalam rahim. Otot-otot tubuh yang mengalami

pengunduran sehingga mengalami pengenduran

sehingga mudah merasa lelah (Hutahean. S, 2013; hal.

151).

Penanganan yang dilakukan untuk mengatasi keluhan

ibu trimester ketiga adalah sebagai berikut

(1) Ibu hamil sebaiknya menyempatkan waktu

berolahraga atau setidknya beraktifitas ringan atau

melakukan senam hamil

(2) Ibu hami sebaiknya menjaga sikap tubuh dalam

(19)

duduk, dan bergerak. Jika harus duduk atau berdiri

lebih lama jangan lupa istirahat setiap 30 menit.

(3) Ibu diwajibkan mengkonsumsi susu dan makanan

yang kaya kalsium.

d) Odema

Sekitar 75% ibu hamil pasti mengalami pembengkakan

pada kaki (edema), yang umumnya terjadi pada trimester

akhir. Akan memicu tekanan darah tinggi bahkan

preeklamsi. Edema dikarenakan kurangnya aktivitas ibu

atau ibu terlalu banyak diam (Hutahean. S, 2013; hal.

152-153).

Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi

keluhan ibu hamil trimester ketiga tersebut adalah

sebagai berikut.

(1) Meningkatkan periode istirahat dan berbaring pada

posisi miring kiri

(2) Meninggikan kaki bila duduk

(3) Menganjurkan ibu untuk minum 6-8 gelas cairan

(4) Menganjurkan ibu untuk cukup berolahraga dan

sebisa mungkin jangan lama-lama dalam sikap statis

atau berdiam diri dalam posisi yang sama.

B. Persalinan

1. Pengertian

Persalinan adalah dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar

dari uterus ibu. Persalinan di anggap normal jika prosesnya terjadi

pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai

adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi

dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)

dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum

inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks

(20)

2. Mekanisme persalinan normal

Dalam kenyatannya, beberapa gerakan terjadi bersamaan.

a. Penurunan kepala

pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul

biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi

pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan

persalinan. Masuknya kepala melewati Pintu Atas Panggul (PAP)

dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis

terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat diantara simfisis dan

promontorium.

Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kana II

persalinan. hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan

retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan

langsung fundus pada bokong janin (Rohani, dkk, 2011; hal. 146).

b. Fleksi

Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang

ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah.

Dagu dibawah lebih dekat kearah dada janin sehingga ubun-ubun

kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar (Rohani, dkk, 2011; hal.

147).

c. Rotasi dalam (putar paksi dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan

sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan

janin memutar kedepan ke bawah simfisis. Pada presentasi

belakang kepala, bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun

kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan ke arah

simfisis (Rohani, dkk, 2011; 148).

d. Ekstensi

Sesudah kepala janin sampai didasar panggul, dan ubun-ubun

kecil berada di bawah simfisis, maka terjadilah ekstensi dari

kepala janin (Rohani, dkk, 2011; 148).

e. Rotasi luar (putaran paksi luar)

kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu

(21)

menghilangkan rotasi pada leher yang terjadi karena putaran paksi

dalam. I dalam rongga panggul, bahu akan menyesuaikan diri

dengan bentuk penggul yang dilaluinya (Rohani, dkk, 2011; 149).

f. Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis

dan untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir,

selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu

jalan lahir (Rohani, dkk, 2011; 149).

3. Teori Terjadinya Persalinan

Perlu di ketahui selama kehamilan, dalam tubuh wanita terdapat

dua hormon yaitu esterogen dan progesterone. Sampai saat ini hal

yang menyebabkan mulainya persalinan belum di ketahui benar, yang

ada hanya berupa teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan

faktor-faktor humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan

pada saraf, dan nurisi (Sulistyawati. A, dkk, 2012; hal. 4).

a. Teori penurunan hormon : Saat 1-2 minggu sebelum partus mulai

terjadi penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron.

Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan

akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul

his bila kadar progesteron turun (Sulistyawati. A, dkk, 2012; hal.

5).

b. Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar

esterogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan

pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim

(Sulistyawati. A, dkk, 2012; hal. 5).

c. Teori distensi rahim, otot rahim mempunyai kemampuan

meregang dalam batas tertentu, setelah melewati batas tersebut

akhirnya terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai,

contohnya pada kehamilan gemeli, sering terjadi kontraksi karena

uterus meregang oleh ukuran janin ganda, sehingga kadang

kehamilan gemeli mengalami persalinan yang lebih dini

(Sulistyawati. A, dkk, 2012; hal. 5).

d. Teori Oksitosin, oksitosin di keluarkan oleh kelenjar hipofisis

(22)

merubah sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi

braxton hiks. Menurunnya konsentrasi progesterone karena

matangnya usia kehamiln menyebabkan oksitosin meningal

aktifitasnya dalam merangsang otot rahim untuk kontraksi

(Sulistyawati. A, dkk, 2012; hal. 5).

e. Teori prostaglandin, Prostagglandin yang dihasilkan oleh desidua

disangga sebagai salah satu penyebab permulaan persalinan. hal

ini juga disokong dengan adanya kadar prostagglandin yangtinggi

dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum

melahirkan atau selama proses persalinan (Sulistyawati. A, dkk,

2012; hal. 5).

4. Tahapan Persalinan

a. Menurut Kala I (Kala Pembukaan)

Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala 1, jika sudah terjadi

pembukaan serviks dan kontraksi sudah teratur minimal 2x dalam 10 menit selama 40 detik.

Kala 1 adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan 0-10 cm. Proses ini terbagi dalam 2 fase yaitu

1) Fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm.

2) Fase aktif (7 jam) di mana serviks membuka dari 3-10 cm.

Dalam fase aktif ini masih dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu:

a) Fase akselerasi dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm

b) Fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari pembukaan

4 cm menjadi 9 cm.

c) Fase deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi

10 cm (Sulistyawati. A, dkk, 2012; hal. 7).

Proses dilatasi terjadi pada primigravida ataupun multi

gravida, tetapi pada multigravida memiliki jangka waktu

yang lebih pendek. Pada primigravida kala I

berlangsung ±12 jam, sedangkan pada pmultigravida ±8

(23)

5. Asuhan kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala I

a. Asuhan yang di perlukan selama kala I.

1) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran

bayi.

2) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan

yang diperlukan.

3) Persiapan rujukan.

4) Memberikan asuhan sayang ibu (JNPK-KR, 2008; hal.

52-54).

b. Pemantauan terhadap kesejahteraan janin.

3) Mengevaluasi HIS (kontraksi uterus) berapa kali terjadi

dalam sepuluh menit (frekuensi his), lamanya his, dan

kekuatan his serta kaitan antara ketiga hal tersebut dengan

kemajuan persalinan.

4) Mengkaji keadaan kandung kencing dengan menanyakan

pada ibu dan melakukan palpasi kandung kencing untuk

memastikan kandung kencing kosong.

5) Mengevaluasi upaya meneran ibu efektif atau tidak.

6) Pengeluaran pervaginam serta penilaian serviks meliputi

effacement (pendataran serviks) dan dilatasi serviks

(pembukaan).

c. Observasi terhadap kesejahteraan janin.

1) Penurunan kepala, presentasi, dan sikap.

2) Mengkaji kepala janin adakah caput atau moulage.

3) Denyut Jantung Janin (DJJ) meliputi frekuensi, ritmenya,

dan kekuatannya.

4) Air ketuban meliputi warna, bau, dan volume (Sumarah,

dkk, 2008; hal. 105-106).

6. Pemeriksaan pada Kala I, Pemeriksaan Abdomen :

a) Menentukan tinggi fundus

Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang

berkontraksi menggunakan pita pengukur. Tempelkan ujung pita

(24)

linea mediana dinding pubis dan puncak fundus uteri adalah

tinggi fundus (JNPK-KR, 2008; hal. 42).

b) Memantau kontraksi uterus

Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan

untuk memantau kontraksi uterus. Secara hati-hati, letakkan

tangan penolong diatas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang

terjadi dalam 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap

kontraksinya yang terjadi (JNPK-KR, 2008; hal. 43).

c) Memantau denyut jantung janin.

Gunakan fetoskop pinnards atau dopler untuk mendengar denyut

jantung janin (DJJ) dalam rahim ibu dan untuk menghitung

jumlah denyut janin permenit, gunakan detik pada jam dinding

atau jam tangan (JNPK-KR, 2008; hal. 43).

d) Menentukan presentasi

Untuk menentukan apakah presentasi adalah kepala atau

bokong maka perhatikan dan pertimbangkan bentuk, ukuran dan

kepadatan bagian tersebut. Bagian berbentuk bulat, teraba

keras, berbatas tegas dan mudah digerakkan ( bila belum masuk

rongga panggul) biasanya adalah kepala. Jika bentuknya kurang

tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar, dan sulit dipegang

secara mantap maka bagian tersebut biasanya adalah bokong

(JNPK-KR, 2008; hal. 43).

e) Menentukan penurunan bagian terbawah janin.

Penurunan bagian terbawah janin menggunakan metode 5 jari (

perlimaan )

(1) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas

simfisis pubis

(2) 4/5 jika bagian(1/5) bagian terbawah janin telah masuk pintu

atas panggul.

(3) 3/5 jika bagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki

(25)

(4) 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih

berada diatas simpisis dan (3/5) bagian telah turun melewati

bidang tengah rongga panggul(tidak dapat digerakkan).

(5) 1/5 jika 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah

janin yang berada diatas simpisis dan 4/5 bagian telah

masuk kedalam rongga panggul.

(6) 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari

pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah

masuk ke rongga panggul. Pada kala I persalinan, kepala

sudah masuk kedalam rongga panggul. Bila ternyata

memang tidak dapat turun, mungkin bagian terendah janin

(kepala) terlalu besar dibandingkan dengan diameter pintu

atas panggul. Mengingat hal ini patut diduga sebagai

disporposi kepala panggul (JNPK-KR, 2008; hal. 42-44).

7. Periksa dalam ini bertujuan untuk :

a) Memeriksa genetalia eksterna, perhatikan apakah ada luka

atau massa (benjolan) termasuk kondiloma akuminata dan luka

parut diperinium.

b) Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah,

perdarahan pervaginam atau mekonium.

c) Jika ada perdarahan pervaginam, jangan lakukan pemeriksaan

dalam.

d) Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban.

Jika terlihat pewarnaan mekonium, nilai apakah kental atau

encer dan periksa DJJ.

e) Dengan hati-hati masukan telunjuk dan diikuti jari tengah,

jangan mengeluarkan jari tersebut sampai pemeriksaan selesai

dilakukan. Jika selaput ketuban belum pecah, maka jangan

melakukan robekan atau pemecahan, karena akan dapat

menambah resiko infeksi ibu dan janin serta dapat terjadi

kegawatan.

f) Nilai pembukaan dan penipisan serviks.

g) Pastikan talipusat dan atau bagian kecil-kecil janin tidak teraba

(26)

h) Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah

bagian tersebut telah masuk kedalam rongga panggul.

i) jika bagian terbawah janin adalah kepala, pastikan petunjuknya.

(ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar ) dan celah (sutura)

sagitalis untuk menentukan derajat tumpang tindih tulang

kepala (JNPK-KR, 2008; hal. 45-46).

8. 18 Penapisan dalam kala I

a) Riwayat bedah sesar

b) Perdarahan pervaginam selain bloodi show

c) Persalinan kurang bulan (<37 minggu)

d) Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental.

e) Ketuban pecah dan air ketuban bercampur dengan sedikit

mekonium disertai tanda-tanda gawat janin.

f) Ketuban pecah > 24 jam. Atau ketuban pecah pada kehamilan

kurang bulan ( < 37 minggu)

g) Tanda gejala infeksi ( demam > 38 C, menggigil, nyeri abdomen,

cairan ketuban berbau )

h) Tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg atau terdapat protein

dalam urine.

i) Tinggi fundus 40cm atay lebih (makrosomia, kehamilan ganda,

polihidramnion)

j) Djj kurang dari 100 atau lebih dari 180x/menit.

k) Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan

kepala janin 5/5.

l) Presentasi bukan belakang kepala.

m) Presentasi ganda atau majemuk.

n) Talipusat menumbung.

o) Tanda gejala syok ( nadi cepat lemah > 110x/menit, tekanan darah

menurun sistolik <90mmHg,pucat, berkeringat dingin, cemas atau

tidak sadar,produksi urine sedikit).

p) Tanda gejala kala I fase laten lama. Pembukaan serviks kurang dari

4 cm setelah 8 jam.

(27)

b. Kala II ( Kala Pengeluaran Janin)

Kala II adalah kala pengeluaran bayi, di mulai dari pembukaan lengkap

sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah dengan

kekuatan menerannya akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini

biasanya terjadi 2 jam, pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegakan dengan melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin

tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm (Sulistyawati. A, 2010; hal.

7-8).

Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :

1. His semakin kuat dengan rentan interval 2-3 menit, dengan durasi

50-100 detik.

2. Menjelang akhir kala 1, ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

3. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti

keinginan meneran karena tertekannya fleksus frankenhouser.

4. Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi

sehingga membuka pintu, berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi,

hidung dan muka, serta kepala seluruhnya.

5. Kepala lahir seluruhnya dan di ikuti oleh putaran paksi luar, yaitu

penyesuaian kepala pada punggug.

6. Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi

ditolong denga jalan berikut:

a. Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu,

kemudian di tarik curam kebawah untuk melahirkan bahu

depan, dan tarik curamkeatas untuk melahirkan bahu belakang.

b. Setelah kedua bahu lahir, ketiak di kait untuk melahirkan sisa

badan bayi.

c. Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.

d. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida

30 menit.

7. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30

(28)

Dalam kondisi yang normal pada kala ini, kepala janin sudah masuk

dalam rongga panggul, maka pada saat his dirasakan tekanan pada

otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa

mengedan. Wanita merasa adanya tekanan pada rektum dan

seperti akan buang air besar. Kemudian perinium mulai menonjol

dan menjadi lebar kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada

saat ada his. Jika dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin

tidak akan masuk lagi diluar his. Dengan kekuatan his dan

mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput

dibawah simfisis dan dahi, muka, dagu melewati perinium. Setelah

his istirahat sebentar, maka his akan mulai lagi untuk mengeluarkan

anggota badan bayi (Sumarah, 2008; hal. 6).

8. Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin Kala II

a. Asuhan yang di perlukan selama kala I.

1) Meningkatkan perasaan aman dengan memberikan

dukungan dan memupuk rasa kepercayaan dan keyakinan

pada diri ibu bahwa dia mampu melahirkan.

2) Membimbing agar ibu bernafas secara rileks.

3) Membantu posisi meneran sesuai pilihan ibu.

4) Meningkatkan peran serta keluarga, menghargai anggota

keluarga atau teman yang mendampingi.

5) Melakukan tindakan-tindakan yangmembuat nyaman ibu

seperti mengusap dahi dan memijat pinggang, libatkan

keluarga.

6) Memperhatikan pemasukan nutrisi dan cairan ibu dengan

memberi makan dan minum.

7) Menjelaskan prinsip pencegahan infeksi.

8) Mengusahakan kandung kencing kosong dengan cara

membantu ibu agar mengosongkan kandung kencing

secara teratur.

d. Pemantauan terhadap kesejahteraan janin.

1) Mengevaluasi HIS (kontraksi uterus) berapa kali terjadi

(29)

kekuatan his serta kaitan antara ketiga hal tersebut dengan

kemajuan persalinan.

2) Mengkaji keadaan kandung kencing dengan menanyakan

pada ibu dan melakukan palpasi kandung kencing untuk

memastikan kandung kencing kosong.

3) Mengevaluasi upaya meneran ibu efektif atau tidak.

4) Pengeluaran pervaginam serta penilaian serviks meliputi

effacement (pendataran serviks) dan dilatasi serviks

(pembukaan).

e. Observasi terhadap kesejahteraan janin.

1) Penurunan kepala, presentasi, dan sikap.

2) Mengkaji kepala janin adakah caput atau moulage.

3) Denyut Jantung Janin (DJJ) meliputi frekuensi, ritmenya,

dan kekuatannya.

4) Air ketuban meliputi warna, bau, dan volume (Sumarah,

dkk, 2008; hal. 105-106).

9. Pemberian Air Susu ibu (ASI)

a. Pengertian

IMD adalah bayi harus mendapatkan kontak kulit ibunya segera

setelah lahir selama paling sedikit 1 jam (JNPK-KR, 2008; hal.

13).

b. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 bahwa IMD adalah

bayi yang mulai mendapatkan IMD paling sedikit 1 jam setelah

lahir. jika bayi di berikan IMD 1 jam setelah kelahirannya maka

akan menekan kematian bayi sekitar 22% dari bayi yang

meninggal dalam 28 hari pertama dapat di cegah, atau setara ±

satu juta bayi lahir setiap tahun di dunia, sedangkan jika di

lakukan IMD satu hari setelah lahir maka hanya akan

menekankan kematian bayi sekitar 16% atau setara ± satu juta

bayi lahir setiap tahun di dunia, Dengan di berikannya IMD

pada bayi sesegera setelah lahir maka dapat meningkatkan

kesempatan kehidupan bayi (Riskesdas, 2013; hal. 94).

(30)

Optimalisasi fungsi hormonal ibu dengan bayi. Kontak kulit ke

kulit akan:

a) Menstabilkan pernafasan

b) Mengendalikan temperatur bayi

c) Meningkatkan kenaikan berat badan bayi (bayi kembali ke

berat lahirnya lebih cepat).

d) Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi

(JNPK-KR, 2008; hal. 131-132).

d. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu:

Merangsang produksi ositosin dan prolaktin pada ibu

Oksitosin

a. Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko

perdarahan pasca persalinan.

b. Merangsang pengeluaran kolostrum dan mengkatkan

produksi ASI.

c. Ibu menjadi lebih tenang, memfasilitasi kelahiran plasenta,

dan mengalihkan rasa nyeri.

Prolaktin

a. Meningkatkan prduki ASI

b. Membantu ibu mengatasi stres terhadap berbagai rasa

kurang nyaman

c. Memberikan efek relaksasi pada ibu setelah bayi selesai

menyusu

d. Menunda ovulasi

(JNPK-KR, 2008; hal. 131-132).

e. Keuntungan inisiasi menyusui dini untuk bayi

a) Segera memberikan kekebaan pasif pada bayi.

Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi

b) Meningkatkan kecerdasan

c) Membantu bayi mengkordinasikan kemapuan

mengisap, menelan, dan bernafas

d) Meningkatkan jalinan kasihsayang ibu dan bayi

e) Mencegah kehilangan panas

(31)

(JNPK-KR, 2008; hal. 131-132).

f. Inisiasi menyusui dini dalam asuhan bayi baru lahir

a) Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan.

b) Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit

satu jam.

c) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan

mulai menyusu (JNPK-KR, 2008; hal. 131-133).

g. Dampak jika tidak di lakukan IMD

Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif bagi

ibu maupun bayinya, bayi yang kehangatan saat menyusu

menurunkan resiko kematian karena hypotermia

(kedinginan). Selain itu juga, bayi lebih kebal dari bekteri

lain dilingkungan. Dengan kontak pertama, bayi

memperoleh kolostrum yang baik untuk kelangsungan

hidupnya. Sedangkan manfaat bagi ibu adalah menyusui

dapat mengurangi mordibilitas dan mortalias karena proses

menyusui akan merangsang kontraksi uterus sehingga

mengurangi perdarahan pasca persalinan (postpartum). Pemerintah mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang

merekomendasikan inisiasi menyusui dini sebagai tindakan “penyelamatan kehidupan”. Maka diharapkan semua tenaga keehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan

dapat mensosialisasikan program tersebut (Riskesdas,

2013; hal. 94).

10. Komplikasi kala II

a. Kala II memanjang

Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan

berakhir dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50

menit untuk nulipara dan 20 menit untuk multipara

(Prawiroharjo, 2010; hal 573- 574).

1) Ruptura uteri

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan

(32)

dengan paritas tinggi, dan pada mereka dengan riwayat

seksio sessaria. Apabila disporposi antara kepala janin dan

panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakup

dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi

sangat teregang kemudia dapat menyebabkna ruptur

(Prawiroharjo, 2010: hal 576).

2) Distosia bahu

Adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manufer

obstetrik, oleh karena dengan tarikan biasanya kearah

belakang kepala bayi tdak berhadil untuk melahirkan bayi.

Komplikasi pada bayi dengan distosia bahu adalah fraktur

tulang klavikula dan humerus, dan hipoksia yang dapat

menyebabkan kerusakan permanen diotak (Prawiroharjo,

2010: hal 574-575).

3) Tanda gawat janin

DJJ kurang dari 120 atau lebih dari 160 x/menit (JNPK-KR,

2008; hal. 94).

4) Prolaps tali pusat

Tekanan ada tali pusat oleh bagian terendah janin dan

jalan lahir akan mengurangi atau menghilangkan sirkulasi

plsaenta, bila tidak dikoreksi, komplikasi ini dapat

menyebabkan kematian janin, karena obstruksi yang

lengkap dari tali pusat menyebabkan dengan segera

berkurangnya detak jantung janin (Prawiroharjo, 2010;

hal.626).

c. Kala III (Kala pengeluaran uri)

Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta.

Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi

uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan lahirnya bayi dan proses

retraksi uterus maka plasenta lepas (Sulistyawati. A, 2010; hal. 8).

Lepasnya plasenta sudah dapat di perkirakan dengan memperhatikan

tanda-tanda sbagai berikut:

1) Uterus menjadi berbentuk bundar

(33)

3) Tali pusat bertambah panjang.

4) Terjadi perdarahan

Melahirkan plasenta di lakukan dengan dorongan ringan secara

crede pada fundus uterus.

Sebab-sebab terlepasnya plasenta :

1. Saat bayi di lahirkan, rahim sangat mengecil dan setelah bayi

lahir, uterus merupakan organ dengan dinding yang tebal dan

rongganya hampir tidak ada. Posisi fundus uterus turun sedikit

dibawah pusat, karena terjadi pengecilan uterus, maka tempat

perlekatan plasenta juga mengecil. Plasenta harus mengikuti proses pengecilan ini hingga tebalnya menjadi 2x lipat dari pada

permulaan persalinan, dan karena pengecilan tempat

perlekatannya maka plasenta menjadi berlipat-lipat pada bagian

yang terlepas dari dinding rahim karena tidak dapat mengikuti

pengecilan.jadi faktor yang paling penting dalam pelepasan

plasenta adalah retraksi dan kontraksi uterus setelah bayi lahir.

2. Ditempat pelepasan plasenta yaitu antara plasenta dan desidua basalis terjadi perdarahan, karena hematom ini membesar jadi seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematom

tersebut sehingga daerah plasenta meluas (Sulistyawati. A,

2010; hal. 8-9).

3. Komplikasi kala III

a. Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.

b. Atonia uteri, adalah uterus yang tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran plasenta (JNPK-KR, 2008; hal. 108

dan 118).

d. Kala IV

Kala IV mulai lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV ini di

lakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling sering

terjadi pada 2 jam pertama (Sulistyawati. A, 2010; hal. 9).

1) Observasi yang di lakukan adalah sebagai berikut:

a. Tingkat kesadaran pasien

(34)

c. Kontraksi uterus

d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan di anggap masih normal

bila jumlah tidak melebihi 400-500cc.

2) Komplikasi kala IV

a) Robekan vagina, perineum, atau serviks

b) Tanda atau gejala syok

c) Tanda atau gejala dehidrasi

d) Tanda atau gejala infeksi

e) Tanda atau gejala preeklamsi ringan

f) Gejala preeklamsi berat

Kandung kemih penuh (JNPK-KR, 2008; hal. 119-121).

11. Kelainan pada persalinan

a) Perdarahan pasca bersalin

Yang paling dikenal sebagai tiga penyebab klasik kematian ibu

disamping infeksi dan pre-eklamsia adalah perdarahan.

Perdarahan pascapersalinan (PPP) adalah perdarahan yang

masih aktif yang berasal dari tempat implantasi plasenta,

robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya.

Definisi Perdarahan Pascapersalinan (PPP) adalah perdarahan

yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir. Pada praktisnya tidak

perlu mengukur jumlah perdarahan sampai sebanyak itu sebab

menghentikan perdarahan lebih dini akan memberikan

prognosis lebih baik. Pada umumnya bila terdapat perdarahan

yang lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan perubahan

tanda vital, seperti kesadaran menurun, pucat, berkeringat

dingin, seak nafas, serta tensi <90 mmHg dan nadi

>100x/menit, maka penanganan harus segera di lakukan. PPP

dapat menyebabkan kematian ibu 45% terjadi pada 24 jam

pertama setelah bayi lahir, 68-73% dalam satuminggu setelah

bayi lahir, 82-88% dalam 2 minggu setelah bayi lahir (Sarwono,

2009; hal. 522-523).

1) Atonia uteri

Adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang

(35)

terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan

plasenta lahir (Sarwono, 2009; hal. 523).

Perdarahan karena atonia uteri dapat dicegah dengan:

a) Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada

semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat

menurunkan insidens perdarahan pascapersalinan

akibat atonia uteri.

b) Pemberian mesoprostol perora 2-3 tablet (400-600 mg)

segera setelah bayi lahir.

2) Robekan jalan lahir.

Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan

dengan trauma. Robekan jalan lahir biasanya akibat

episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forseps atau

vacum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi. Oleh karena itu pada setiap persalinan hendaklah di lakukan inspeksi yang

teliti untuk mencari kemungkinan adanya robekan ini.

Perdarahan yang terjadi saat kontraksi uterus baik, biasanya

karena ada robekan atau sisa plasenta. Pemeriksaan dapat

di lakukan dengan cara melukan inspeksi pada vulva,

vagina, dan serviks dengan memakai spekulum untuk mencari sumber perdarahan dengan ciri warna darah merah

segar dan pulastif sesuai dengan denyut nadi (Sarwono,

2009; hal. 526).

3) Retensio plasenta

Plasenta yang sukar dilepas pada saat pertolongan aktif kala III bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta

dan uterus. Disebut sebagai plasenta akreta bila implantasi menembus desidua basalis dan nitabuch layer, disebut sebagai plasenta inkreta bila plasenta sampai menembus

miometrium dan disebut plasenta perkreta bila vili korialis

sampai menembus perimetrium. Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar atau setelah

(36)

kotiledon yang tidak lengkap pada saat melakukan

pemeriksaan plasenta (Sarwono, 2009; hal. 526).

a. Inversi uterus

Keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang

dapat bersifat inkomplit sampai komplit.

Faktor-faktor yang memungkinkan hal itu terjadi adalah

adanya atonia uteri, serviks yang masih terbuka lebar,

an adanya kekuatan yang menarik fundus ke bawah

(misalnya karena plasenta akreta, inkreta, yang tali

pusatnya di tarik keras dari bawah) (Sarwono, 2009; hal.

527).

12. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu sebagai berikut:

a) Passage (jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,

dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina) (Sumarah dkk, 2008; hal. 23).

b) Passenger (janin dan plasenta)

Janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan interaksi

beberapa faktor, yakni ukurab kepala janin, presentasi, letak,

sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga melewati jalan lahir, maka di anggap juga sebagai bagian dari passenger yang

menyertai janin (Sumarah dkk, 2008: hal. 35).

c) Power (kekuatan)

Kekuatan terdiri dari: kekuatan ibu melakukan kontraksi

involunter, secara bersama untuk mengeluarkan kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan (Sumarah dkk (2008:

hal. 42).

13. Asuhan kebidanan pada persalinan normal

Menurut Prawirohardjo (2010: hal. 341-345) mengemukakan bahwa

Asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal.

a) Kala I

(37)

2) Pemeriksaan kontraksi uterus

3) Pemeriksaan nadi

4) Pemeriksaan dalam (pembukaan serviks)

5) Pemeriksaan penurunan terbawah janin

6) Pemeriksaan tekanan darah dan temperature tubuh

b) Kala II

1) Melihat tanda dan gejala kala 2

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada

rectum atau vaginanya c) Perineum menonjol

d) Vulva dan vagina membuka

2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan

esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10

IU dan menempatkan tabung kecil steril sekali pakai

didalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau clemek plastic yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang di pakai dibawah siku,

mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang

mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu

kali pakai/pribadi yang bersih.

5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

6) Menghisap oksitosin 10 IU kedalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril)

dan meletakan kembali di artuset .

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati hati dari depan kebelakang dengan menggunakan

kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat

tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontainasi

oleh kotoran ibu, membersihkanya dengan seksama,

dengan cara menyeka dari depan ke belakang.membuang

kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang

(38)

(meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar

dalam larutan klorin)

8) Dengan menggunakan tehnik aseptic, melakukan

pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan

serviks sudah lengakap. Bila selaput ketuban belum pecah,

sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara

mencelupkan tangan yang masih kotor kedalam larutan

klori 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan

terbalik serta merendamnya didalam larutan klorin 0,5%

selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.

10) Memeriksa denyut jantung janin seelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa denyut jantung janin itu normal.

Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal,

mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ

dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainya pada

partograf.

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai

dengan keinginanya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk

meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan

kenyamanan ibu serta janin sesuai pedoman

persalinan aktif dan mendokumentasikan

temuan-temuan.

b) Menjelaskan keapada anggota keluarga bagaimana

mereka dapat mendukung dan memberi semangat

kepada ibu saat ibu mulai meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu

dalam meneran. ( Pada saat his, bantu ibu dalam posisi

setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai

(39)

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran.

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu

untuk meneran.

c) Membantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman

sesuai dengan pilihanya.

d) Memganjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan

memberi semangat pada ibu.

f) Menganjurkan asupan per oral.

g) Menilai DJJ setiap 5 menit.

h) Jika bayi belum lahir dalam waktu 120 menit meneran

untuk ibu primipara dan 60 menit untuk ibu multipara,

merujuk segera jika ibu tidak mempunyai keinginan

untuk meneran.

i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum ingin

meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk meneran

pada punca kontraksi-kontraksi tersebut dan

beristirahat diantara kontraksi.

j) Jika bayi belum lahir atau kelahira bayi belumakan

terjadi segera setelah 60 menitmeneran, merujuk ibu

dengan segera.

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6

cm, letakan handuk bersih diatas perut ibu untuk

mengeringkn bayi.

15) Meletakan kain bersi dlipat 1/3 bagian, dibawah bokong

ibu.

16) Membuka partus set.

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua

tangan.

18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain

(40)

tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala

bayi, memiarkan kepala keluar berlahan-lahan.

Menganjurkan ibu meneran berlahan lahan atau bernapas

cepat saat kepala ahir.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi

dengan kain atau kasa yang bersih.

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan

segera proses kelahiran bayi.

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,

lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit janin dengan erat, mengeklem di

dua tempat dan memotongnya.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi

luar secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan

kedua tang masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan

ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya dengan

lembut menariknya kearah bawah dan arah luar hingga

bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian

dengan lmbut menarik kearah atas dan kearah luar untuk

melahirkan bahu posterior.

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada dibagian bawah kearah perineum,

membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan

tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi

saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah

untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.

Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk

mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat

keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir menelusurkan tangan yang

ada diatas dari punggung kea rah kaki bayi untuk

(41)

kedua mata kaki bayi dengan hatihati membantu kelahiran

kaki.

25) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakn bayi diatas

perut iu dengan posisi kepala bayi lebih ren

Gambar

Tabel. 2.1 Perubahan pada uterus
Tabel 2.2 Cara penyimpanan alat kontrasepsi
Tabel 2.3 Penapisan Pada Metode Kontrasepsi Hormonal (Pil, Suntik,
Tabel 2.6 Penapisan Pada Metode Kontrasepsi Vasektomi

Referensi

Dokumen terkait

Dari keterangan ini maka pemeliharaan akal ditempatkan setelah Dari keterangan ini maka pemeliharaan akal ditempatkan setelah pemeliharaan jiwa, dan sebelum pemenuhan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk meminimalkan tingkat kerusakan yang dapat terjadi dengan mengetahui karakteristik buah jambu merah getas, cara panen buah yang

panas yang ditimbulkan busur listrik yang terjadi antara benda kerja dengan elektroda. • Elektroda

Dalam penelitian ini penerapan strategi Word Of Mouth yang dilakukan di Wisata Edukasi Kampung Coklat dalam Meningkatkan Pendapatan Perusahaan adalah dengan menunjuk

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi mutu fisikokimiawi dan sensoris mie basah dengan suplementasi tepung konjac ( Amorphophallus konjac K. Koch) serta pengaruh

Umumnya digunakan oleh manajemen non-akuntansi yang lebih tinggi untuk

Beberapa kekurangan yang ditemukan pada PT Megaprint Citra Mandiri, Semarang yaitu mengenai tidak adanya proses recycling , penggunaan energi yang tidak efisien,

Modul ini berguna untuk membuat atau melihat kembali slip gaji untuk tanggal 1. User akan memasukkan bulan dan tahun slip gaji. Sistem akan mengecek apakah gaji untuk bulan dan