• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. KONSEP DASAR TEORI A. Kehamilan 1. Pengertian - Nita Cahyani BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. KONSEP DASAR TEORI A. Kehamilan 1. Pengertian - Nita Cahyani BAB II"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

I. KONSEP DASAR TEORI

A. Kehamilan

1. Pengertian

Kehamilan adalah fertilisasi sel spermatozoa dan ovum

yang akan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung

dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu. (Prawirohardjo, 2010;

h.213)

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau pertemuan

dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. bila dihitung dari fertilisasi hingga lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau

10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan

terbagi menjadi 3 trimester, trimester satu berlangsung dalam 12

minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke – 13 hingga ke – 27 dan trimester ketiga 13 minggu, minggu ke – 28 hingga ke – 40) (Saifuddin, 2009 dalam Walyani, 2015 ; h. 69)

2. Tanda atau gejala

Beberapa perubahan fisiologis yang timbul selama masa

hamil dikenal sebagai tanda kehamilan. Ada tiga kategori,

persumsi, yaitu perubahan yang dirasakan wanita (misalnya

amenorea, keletihan, perubahan, payudara) ; kemungkinan, yaitu

(2)

Hegar, ballotment, tes kehamilan, dan pasti (misalnya

ultrasonografi, bunyi denyut jantung janin) (Bobak, 2005; h. 106)

a. Tanda Dugaan Hamil

1) Amenorea (tidak dapat haid) gejala ini sangat penting karena

umumnya wanita hamil tidaak dapat haid lagi. Penting

diketahui tanggal pertama haid terakhir supaya ditentukan

tuanya kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan

terjadi. Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid

terakhir (HT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan

taksiran tanggal persalinan (HTP) yang dihitung dengan

menggunakan rumus Naegele : TTP = (hari HT+7) dan (bulan

HT-3) dan (tahun HT+1) (Mochtar R, 2012 ; h. 35)

2) Nausea (enek) dan emesis (muntah) terjadi karena umumnya

pada bulan-bulan perta,a kehamilan, disertai kadang-kadang

oleh emesis. Sering terjadi pada pagi hari tetapi tidak selalu.

Keadaan ini lazim disebut morning sickness. Dalam

batas-batas tertentu keadaan ini masih fisiologik. Bila terlampau

sering, dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan

disebut hiperemesis gravidarum(Prawirohardjo, 2007 ; h.125)

3) Mengidam (ingin makanan khusus) ibu hamil sering meminta

makanan atau minuman tertentu terutama pada bulan – bulan triwulan pertama, mereka juga tidak tahan satu bau – bauan (Mochtar R, 2012 ; h.35)

4) Pingsan, sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat

ramai. Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat ramai

pada bulan-bulan pertama kehamilan. Hilang sesudah

(3)

5) Mammae menjadi tegang dan membesar, keadaan ini

disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang

merangsang duktuli dan alveoli dimammae, glandula

montgomery tampak lebih jelas (Prawirohardjo, 2007 ; h.125)

6) Anoreksia (tidak ada nafsu makan) pada bulan-bulan pertama

tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi. Hendaknya dijaga

jangan sampai salah pengertia makan untuk “dua orang”,

sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai dengan tuanya

kehamilan.

7) Sering kencing, terjadi karena kandung kencing pada

bulan-bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai

membesar. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang

oleh karena uterus yang membesar keluar dari rongga

panggul. Pada akhir triwulan gejala bisa timbul kembali karena

janin mulai masuk keruang panggul dan menekan kembali

kandung kencing.

8) Konstipasi/obstipasi, terjadi karena tonus otot menurun yang

disebabkan oleh pengaruh hormon steroid.

9) Pigmentasi kulit, terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas.

Pada pipi, hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit

pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai chloasma

gravidarum. Areola mammae juga menjadi lebih hitam karena

didapatkan deposit pigmen yang berlebih. Daerah leher

menjadi lebih hitam. Demikian pula linea alba digaris tengah

abdomen menjadi lebih hitam (linea grisea). Pigmentasi ini

terjadi karena pengaruh dari hormon kortiko-steroid plasenta

(4)

10) Epulis adalah suatu hipertrofi papilla ginggivae. Sering terjadi

pada triwulan pertama.

11) Varises, sering dijumpai pada trimester terakhir. Didapat pada

daerah genitalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada

multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada

kehamilan yang terdahulu, timbul kembali pada triwulan

pertama. Kadang-kadang timbulnya varises merupakan gejala

pertama kehamilan muda.

b. Tanda Kemungkinan hamil

12) Tanda Hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus

uteri dari arah yang berlawanan.

13) Tanda Chadwick adalah perubahan warna menjadi kebiruan

keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga

poriso dan serviks.

14) Tanda Piscaseckmerupakan pembesaran uterus yang tidak

simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah

dekat dengan kornu tersebut dapat dikenali melalui

pemeriksaan bimanual pelvikpada usia kehamila kedelapan

hingga sepuluh minggu (Saifuddin, 2008; h.217-219)

15) Tanda Braxton-Hicks, bila uterus dirangsang mudah

berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa hamil.

Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak da

kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda Braxton-Hicks

tidak ditemukan.

16) Teraba ballotment, ketukan yang mendadak pada uterus

menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang

(5)

17) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif

Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi tanda human

chorionic gonadothropin (hCG). Horon diekskresi di peredaran

darah ibu (pada plasma darah) diekskresi pada urine ibu

(Walyani, 2015; h. 73)

c. Tanda Pasti Kehamilan

Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya

pada kehamilan 18 minggu, sedangkan padaa multigravida pada 16

minggu, oleh karena sudah berpengalaman dari kehamilan terdahulu.

Gerakan janin kadang-kadang pada kehamilan 20 minggu dapat

diraba secara objektif oleh pemeriksa, balotment dalam uterus dapat

diraba pada kehamilan lebih tua. Bila dilakukan pemeriksaan dengan

rontgen kerangka fetus mulai dapat dilihat. Dengan alat fetal electro

cadiograph denyut jantung janin dapat dicatat pada kehamilan 12

minggu. Dengan memakai alat dengan sistem Dopler dapat pula

dicatat denyut jantung. Keuntungan cara yang terakhir ini adalah

bahwa janin tidak terpengaruh seperti oleh sinar rontgen. Dengan

stetoscop laennec bunyi jantung janin baru dapat didengar pada

kehamilan 18-20 minggu. Pula didengar bising dari uterus yang

sinkron dengan nadi ibu karena pembuluh - pembuluh darah uterus

membesar.

Dalam triwulan terakhir gerakan janin lebih gesit. Bunyi jantung

janin dapat pula didengar lebih jelas. Bagian-bagian besar janin, ialah

kepala dan bokong, dan bagian-bagian kecil ialah kaki dan lengan,

dapat diraba dengan jelas, pada primigravida kepala janin mulai turun

pada kehamilan kira-kira 36 minggu, sedangkan multigravida pada

(6)

keseluruhan yang diuraikan diatas, maka diagnosis pasti kehamilan

dapat ditegakkan dengan :

1) Dapat diraba dan kemudian dikenal bagian-bagian janin.

2) Dapat dicatat dan didengar bunyi jantung janin dengan

beberapa cara.

3) Dapat dirasakan gerakan janin dan balotmet.

4) Pada pemeriksaan sinar rontgen tampak kerangka janin.

5) Dengan ultrasonografi (scanning) dapat diketahui ukuran

kantong janin, panjangnya janiin (crown-rump) dan

diameter bipaietalis hingga dapat diperkirakan tuanya

kehamilan, dan selanjutnya dapat dipakai bila ada

kecurigaan dalam kehamilan mola, blighted ovum,

kematian janin intra uterin, anensefali, kehamilan ganda,

hidramnion, plasena previa dan tumor pelvis, pemeriksaan

dengan ultrasonografi pada kehamilan 16-18 minggu yang

diperkirakan aman meman menjadi pegangan untuk

pasien dan dokternya untuk pengawasan lebih yakin dan

mantap.

(7)

3. Kunjungan Pemeriksaan Antenatal

Tabel 2.1 Kunjungan Pemeriksaan Antenatal

Trimister Jumlah

kunjungan minimal

Waktu kunjungan yang dianjurkan

I 1x Sebelum minggu ke 16

II 1x Antara minggu ke 24-28

III 2x Antara minggu 30-32

Antara minggu 36-38 (Sumber : KemenKes RI, 2013; h. 22)

4. Standar minimal Pelayanan Antenatal Care (ANC)

1) Timbang badan dan ukur tinggi badan.

2) Ukur Tekanan darah.

3) Tanyakan tentang asupan gizi dan nutrisi.

4) Tentukan presentasi dan DJJ

5) Skrinning status imuniasasi tetanus (dan pemberian

Imunisasi Tetanus toxoid)

6) Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)

7) Pemberian Tablet Fe (Besi)

8) Temu Wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan

konseling)

9) Tes HB dan Urine serta HbsAG, Sifilis, HIV, Malaria, dan

TBC di Laboraturium

10) Tatalaksana Kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten

Banyumas, 2014; h. 22)

11) Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research

Laboratory)

12) Pemberian Obat Malaria

13) Pemberian Kapsul Minyak Yodium

14) Senam Hamil (Di download pada hari senin, 08 Agustus

(8)

5. Perubahan Anatomi dan Fisiologi

Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada perempuan hamil

sebagian besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus

berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan perubahan ini

merupakan respons terhadap janin. Satu hal yang menakjubkan

adalah bahwa hampir semua perubahan ini akan kembali seperti

keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan dan menyusui

selesai.

a. Sistem Reproduksi

1) Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk

menerima dan melindungi hasil konsepsi (janinm

plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai

kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar

dengan cepat selama kehamila dan pulih kembali seperti

keadaan semuladalam beberapa minggu setelah

persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus

mempunyai berat 70 gr dan kapasitas 10 ml atau kurang.

Selama kehamilan, dan cairan amnion rata – rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan

dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata – rata 1100 gr. Pada awal kehamilan penebalan uterus

distimulasi terutama oleh hormon estrogen dan sedikit

oleh progesteron. Pada awal kehamilan tuba falopii,

ovarium, dan ligamentum rotundum berada sedikit

dibawah apeks fundus, sementara pada akhir

(9)

Posisi plasenta juga mempengaruhi penebalansel – sel otot uterus dimana bagian uterus yang mengelilingi

tempat implantasi plasenta akan bertambah besar lebih

cepat dibandingkan bagian lainnya sehingga akan

menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena ini disebut

tanda piscaseck. Pada minggu pertama kehamilan uterus

masih bentuk aslinya seperti buah avokad seiring dengan

perkembangan kehamilannya, daerah fundus dan korpus

akan membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada usia

kehamilan 12 minggu. Ismus uteri pada minggu pertama

mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri yang

mengakibatkan ismus menjadi lebih panjang dan lunak

yang dikenal dengan tanda Hegar. Sejak trimester

pertama kehamilan uterus akan mengalami kontraksi

yang tidak teratur dan umumnya tidak disertai nyeri.

Fenomena ini pertama kali diperkenalkan oleh Braxton

Hickspada tahun 1872 sehingga disebut debfab kontraksi

Braxton Hicks.

2) Serviks

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi

lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat

penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada

seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya hipertrofi

dan hiperplasia pada kelenjar – kelenjar serviks. Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan heterogen

yang mengalami perubahan yang luar biasa selama

(10)

bertanggung jawab menjaga janin didalam uterus sampai

akhir kehamilan dan selama persalinan.

3) Ovarium

Proses ovulasi selama jehamilan akan terhenti dan

pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus

luteum yang dapat ditemukan diovarium.

4) Vagina dan perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan

hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot – otot perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna

keungu – unguan yang dikenal dengan tanda chadwick. 5) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan

warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang – kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha.

Perubahan ini dikenal dengan nama Striae Gravidarum.

Pada banyak perempuan kulit digaris tengah perutnya

(linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang

disebut linea nigra dan akan muncul pada wajah dan

leher yang disebut chloasma gravidarum.

6) Payudara

Pada awal kehamilan payudara akan menjadi lebih

lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah

ukurannya dan vena – vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman dan

(11)

kekuningan akan keluar yang disebut kolostrum dapat

keluar (Prawirohardjo, 2010; h. 175 – 179) b. Perubahan Metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama

kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara,

volume darah, dan cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama

kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg.Penambahan

berat :Sebagian besar dari penambahan berat selama

kehamilan disebabkan oleh uterus dan isinya, payudara, dan

peningkatan volume darah serta cairan ekstrasel

ekstravaskuler. Sebagian kecil dari peningkatan ini dihasilkan

oleh perubahan metabolik yang menyebabkan peningkatan air

sel dan endapan lemak dan protein yang disebut sebagai

cadangan ibu (maternal reseerves) (Williams, 2009; h. 117)

c. Sistem Kardiovaskuler

Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan

perubahan ini terjadi untuk untuk mengurangi retensi vaskular

sistemik. Pada Trimester 1 perubahan terpenting pada fungsi

jantung terjadi pada 8 minggu pertama kehamilan. Pada awal

minggu kelima curah jantung mengalami peningkatan yang

merupakan fungsi dari penurunan retensi vaskuler sistemik

serta peningkatan frekuensi denyut jantung. Pada Trimester II

sejak pertengahan kehamilab, pembesaran uterus akan

menekan vena cava inferior dan aorta bawah saat ibu berada

pada posisi terlentang. Hal itu akan berdampak pada

pengurangan darah balik vena ke jantung hingga terjadi

(12)

menyebabkan hipotensi arterial. Selama trimester III terakhir,

kelanjutan penekanan aorta pada pembesaran uterus juga

akan mengurangi aliran darah uteroplasenta keginjal.

d. Sistem Respirasi

1) Traktus Digestivus

2) Traktus Urinarius

e. Sistem Muskuloskeletal

Akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan

progesteron, terjadi relaksasi dari jaringan ikat, kartilago dan

ligament juga meningkatkan jumlah cairann synovial.

Bersamaan dua keadaan tersebut meningkatkan fleksibilitas

dan mobilitas persendian. Selanjutnya mobilitas ini sedikit

berkurang. Akibat pembesaran uterus ke posisi anterior,

umumnya wanita hamil memiliki bentuk punggung cenderung

lordosis, dan pubis akan meningkat mobilitasnya diperkirakan

karena pengaruh hormonal (Prawirohardjo, 2010; h.180 – 186)

6. Perubahan psikologi pada Ibu hamil

a. Trimester pertama

Segera setelah terjadi peningkatan hormon estrogen dan

progesteron dalam tubuh, maka akan muncul berbagai

macam ketidaknyamanan secara fisiologis pada ibu misalnya

mual, muntah, keletihan, dan pembesaran pada payudara.

1) Ibu untuk membenci kehamilan, merasakan kekecewaan,

penolakan, kecemasan, dan kesedihan.

(13)

dan sering kali memberikan orang lain apa yang

dirahasiakannya.

3) Hasrat melakukan seks setiap wanita berbeda.

Sedangkan bagi suami dan calon ayah akan timbul

kebanggaan, tetapi bercampur dengan keprihatinan akan

kesiapan untuk mencari nafkah.

b. Trimester kedua

Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah

terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak

nyaman akibat kehamilan sudah berkurang. Perut ibu pun

belum terlalu besar sehingga belum dirasakan ibu sebagai

beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat dimulai

menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif.

c. Trimester ketiga

1) Sakit punggung disebabkan karena meningkatnya berat

badan yang anda bawa yaitu dalam kandungan.

2) Pernapasan, pada kehamilan 33 – 36 minggu banyak ibu hamil yang susah bernafas, ini karena tekanan bayi yang

berada di bawah diafraga menekan paru ibu, tetapi

setelah kepala bayi yang sudah turun ke rongga panggul

ini biasanya pada 2 – 3 minggu sebelum persalinan makan akan merasa lega dan bernafas lebih muda.

3) Sering buang air kecil, pembesaran rahim, dan

penurunan bayi ke PAP membuat tekanan pada kandung

(14)

4) Kontraksi perut, braxton – hicks kontraksi palsu berupa rasa sakit yang ringan, tidak teratur dan kadang hilang

bila duduk atau istirahat.

5) Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah

normal ( Hani U, 2010; h. 68-69)

6) Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan adalah uji

laboratorium, pemeriksaan yang terkait meliputi analisis

urin rutin, analisis tinja rutin, hemoglobin, golongan darah,

gula darah, antigen hepatitis B virus, antibodi rubela, HIV

dan ultrasonografi (Prawiroharjo, 2009; h. 281).

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan

primer diperlukan pemeriksaan lanjut untuk memastikan diagnosis

kondisi janin, meliputi:

1) Ultrasounografi (USG)

Merupakan alat yang bekerja dengan mengeluarkan

gelombang suara, dimana gelombang tersebut akan

memantul pada jaringan sehingga menimbulkan refleksi

bentuk dari jaringan yang ditumbuknya. Gelombang suara

yang dikeluarkan oleh USG sebesar 1-10 MHz. USG memiliki

kaeakurasian untuk menghitung masa kehamilan pada usia

12 minggu. Namun, USG sudah bisa mendeteksi kehamilan

pada usia kehamilan 6 minggu, dimana dengan menggunakan

USG kantung kehamilan dapat tertangkap dan tervisualisasi

pada monitior USG. Tidak ada keuntungan melakukan USG

secara rutin, dianjurkan melakukan USG pada awal kehamilan

(15)

kehamilan lebih dari 6 minggu. Pemeriksaan kedua pada usia

16-24 minggu untuk mendeteksi gangguan perkembangan

janin dan diatas 32 minggu sebagai deteksi kelainan letak

plasenta, janin dan perkembangan janin.

2) USG Doppler

Merupakan alat yang menggunakan gelombang panas dan

suara untuk dapat memberikan hasil berupa gambar

mengenai saturasi oksigen, menilai aliran darah maternal ke

janin melalui plasenta dan mendeteksi secara adanya

gangguan yang mengakibatkan terjadinya preeklampsia.

3) Cadiotopograpy (CTG)

Merupakan alat pendeteksi kesejahteraan janin dengan meilai

denyut jantung janin dan kontraksi uterus sebagai

pengindikasian terjadinya keabnormalan pada janin akibat dari

faktor resiko ibu selama kehamilan. CTG juga dikenal sebagai

alat pemantau denyut jantung, sehingga dapat mencegah

terjadinya kematian janin dengan melakukan penatalaksanaan

yang tepat terkait diagnosis yang ditegakkan. Pada beberapa

penelitian dikatakan bahwa penggunaan CTG secara rutin

tidak dianjurkan karena CTG memiliki kelemahan yaitu hasil

menunjukkan positif palsu yang dapat mempertinggi angka

kejadian Sectio Cesarea. Penggunaan CTG dianjurkan pada

ibu dengan resiko kehamilan dan penyakit penyerta yang

dapat memperburuk keadaan janin. Selain itu penggunaan

CTG digunakan dalam menentukan kesejahteraan janin

berdasarkan pada pergerakan yang dilakukan pleh janin, yaitu

(16)

keadaan janin dengan menilai denyut jantung janin dengan

CTG disertai dengan perhitungan gerakan janin serta

penilaian saturasi oksigen yang terjadi pada plasenta. NST

biasa dilakukan pada usia kehamilan >28 minggu pada ibu

dengan resiko kehamilan. (Husin, 2013; h.229-230)

8. Tinggi Fundus Uteri

Gambar 2.1 Tinggi Fundus Uteri

(17)

9. Komplikasi kehamilan

a. Mual dan muntah

1) Definisi

Mual dan muntah yang terjadi pada kehamilan hingga usia

16 minggu. Pada keadaan muntah – muntah yang berat, dapat terjadi dehidrasi, gangguan asam – basa dan elektrolit dan ketosis, keadaan ini disebut hiperemesis

gravidarum.

2) Diagnosis

Mual dan muntah sering menjadi masalah pada ibu hamil.

Pada derajat yang berat, dapat terjadi hiperemesis

gravidarum. Yaitu bila terjadi mual muntah hebat, berat

badan turun >5% dari berat badan sebelum hamil,

ketonuria, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit.

b. Abortus

1) Definisi

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin hidup diluar kandungan. WHO IMPAC

menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 22 minggu,

namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas usia

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang

dari 500 gram.

2) Diagnosis

Perdarahan pervaginam dari bercak hingga banyak, perut

nyeri dan kaku, pengeluaran sebagian produk konsepsi,

(18)

kecil dari yang seharusnya, dan dapat ditegakkan dengan

ultrasonografi.

Tabel 2.2 Macam – macam Abortus

Diagnosis Perdarahan Nyeri Perut Uterus Serviks Gejala Klinis Abortus

Iminens

Sedikit Sedang Sesuai usia gestasi

Tertutup Tidak ada ekspulsi jaringan konsepsi

Terbuka Ekspulsi sebagian jaringan konsepsi

Abortus Komplit

Tidak ada Tanpa/sedikit Lebih kecil dari usia

Tertutup Janin telah mati tapi tidak ada ekspulsi jaringan konsepsi (Sumber : Kemenkes RI, 2013; h. 85)

c. Mola Hidatidosa

1) Definisi

Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik

gestasional, yang diseebabkan oleh kelainan pada vili

khorionik yang disebabkan oleh poliferasi trofoblastik dan

odema.

2) Diagnosis

Perdarahan pervaginam berupa becak hingga berjumlah

banyak, mual dan muntah hebat, ukuran uterus lebih besar

dari usia kehamilan, tidak ditemukan janin intrauteri, nyeri

perut, serviks terbuka, keluar jaringan seperti anggur, tidak

(19)

d. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

1) Definisi

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi diluar

rahim (uterus). Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi

diberbagai segmen tuba falopii, dengan 5% sisanya

terdapat di ovarium, rongga peritoneum, atau didalam,

serviks. Apabila terjadi ruptur di lokasi implantasi

kehamilan, maka keadaan perdarahan masif dan nyeri

abdomen akut yang disebut kehamilan ektopik terganggu.

2) Diagnosis

Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah

sedang, kesadaran menurun, pucat, hipotensi dan

hipovolemia, nyeri abdomen dan pelvis, nyeri goyang

porsio, serviks tertutup.

e. Plasenta previa

1) Definisi

Palsenta yang berimplantasi di atas atau mendekati ostium

serviks interna.

2) Diagnosis

Perdarahan tanpa nyeri usia kehamilan >22 minggu, darah

segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia, syok,

tidak ada kontraksi uterus, bagian terendah janin tidak

masuk pintu atas panggul, kondisi janin normal atau terjadii

gawat janin.

3) Macam – macam Plasenta

(20)

ditutupi sebagian oleh plasenta, plasenta previa marginalis

– tepi plasenta terletak di tepi ostium internal, plasenta

previa letak rndah – plasenta berimplantassi di segmen bawah uterus sehingga tepi plasenta terletak dekat dengan

ostium.

f. Solusio Plasenta

1) Definisi

Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya.

2) Diagnosis

Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap, warna

darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan jika

solusio relatif baru, syok tidak sesuai dengan jumlah darah

keluar (tersembunyi), anemia berat, gawat janin atau

hilangnya denyut jantung janin, uterus tegang terus

menerus dan nyeri.

g. Perdarahan persalinan (HPP/Hemorargia Postpartum)

1) Definisi

Perdarahan pascasalin primer terjadi dalam 24 jam

pertama setelah persalinan, sementara perdarahan

persalinan sekunder adalah perdarahan pervaginam yang

lebih banyak dari normal antara 24 jam hingga 12 minggu

setelah persalinan.

2) Diagnosis

Perdarahan pascasalin adalah perdarahan >500 ml

setelah bayi lahir atau yang berpotensi mempengaruhi

(21)

h. Hipertensi dalam Kehamilan, Preeklampsia, dan Eklampsia

1) Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah sekurang – kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali

pemerikaan pada dua kali pemeriksaan berjarak 4 – 6 jam pada wanita yang sebelumnya normotensi. Bila ditemukan

tekanan darah tinggi >140/90 mmHg) pada ibu hamil,

lakukan pemeriksaan kadar protein urine dengan tes celup

urine atau protein urine 24 jam dan tentukan diagnosis.

2) Diagnosis

a) Hipertensi kronik (Tekanan darah 140/90 mmHg,

sudah ada riwayat hipertensi pada usia kehamilan <20

minggu, tidak ada proteinuria)

b) Hipertensi gestasional (hipertensi tanpa proteinuria

yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan

menghilang setelah persalinan, tekanan darah ≥140/90

mmHg, tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil,

tekanan darah normal di usia kehamila <12 minggu,

diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan)

c) Preeklampsia dan Eklampsia (preeklampsia ringan

tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan

>20 minggu, tes urine menunjukkan proteinuria 1+

atau >300 mg/24 jam, preeklampsia berat tekanan

darah >160/1010 mmHg pada usia kehamilan >20

minggu, tes urine menunjukkan proteinuria ≥2+ atau

(22)

Eklampsia kejang atau koma, ada tanda dan gejala

preeklampsia)

i. Persalinan Preterm

1) Definisi

Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi sebelum

usia kehamilan 37 minggu.

2) Diagnosis

Usia kehamilan 37 minggu, terjadi kontraksi 4 kali dalam

20 menit atau 8 kali dalam 60 menit diikuti dengan

perubahan serviks yang progresif, pembukaan serviks ≥ 2

cm.

j. Ketuban Pecah Dini (KPD)

1) Definisi

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput

ketuban sebelum persalinan atau dimulainya tanda inpartu.

2) Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan inspekulo. Dari anamnesis didapatkan

penderita merasa keluar cair yang banyak secara tiba – tiba. Kemudian lakukan satu kali pemeriksaan inspekulo

dengan spekulum steril untuk melihat adanya cairan yang

keluar dari serviks yang menggenang di forniks posterior.

Jika tidak ada, gerakkan sedikit bagian terbawah janin,

(23)

3) Penanganan

a) Rawat dirumah sakit.

b) Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri

perut,pikirkan solusio plasenta.

c) Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina

berbau) berikan antibiotika sama halnya jika terjadi

amnionitis.

d) Jika tidak ada infeksi dan kehamilan <37 minggu :

berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu

dan janin, ampicillin 4x500 mg selama 7 hari ditambah

eritromisin 250 mg per oral 3 kali per hari selama 7 hari,

lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu, jika

terdapat his dan lendir darah, kemungkinan terjadi

persalinan preterm.

e) Jika terdapat infeksi dan kehamilan >37 minggu : jika

ketuban telah pecah >18 jam, berikan antibiotika

profilaksis untuk mengurangi resiko infeksi

streptokokus, ampicillin, 2 gr IV setiap 6 jam atau

penisillin G 2 juta unit IV setiap 6 jam sampai

persalinan. Jika tidak ada infeksi pascapersalinan

hentikan antibiotika.

f) Nilai serviks : jika sudah matang, lakukan induksi

persalinan dengan oksitosin. Jika serviks belum

matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan

(24)

k. Kehamilan lewat waktu (serotinus)

1) Definisi

WHO mendefinisikan kehamilan lewat waktu sebagai

kehamilan usia ≥42 minggu penuh (294 hari) terhitung

sejak hari pertama haid terakhir, namun penelitian terkini

menganjurkan tatalaksana lebih awal.

2) Diagnosis

USG di trimester pertama (usia kehamilan antara 11 – 14 minggu) sebaiknya ditawarkan kepada semua ibu hamil

untuk menentukan usia krhamilan dengan tepat.

3) Macam-macam nama kehamilan serotinus :

1) Postdate : menunjukkan kehamilan telah melampau

umur 42 minggu sejak hari pertama menstruasi.

2) Postterm : menunjukkan bahwa kehamilan telah

melampaui waktu perkiraan persalinan menurut hari

pertema menstruasinya.

3) Postmatture : menunjukkan atau menggambarkan

keadaan janin yang telah melampaui batas waktu

persalinannya sehingga dapat menimbulkan

komplikasi.

Dengan mengetahui hari pertama menstruasi, maka kita

akan dapat menentukkan :

a) Perhitungan kemungkinan waktu persalinan menurut

Naegel.

b) Hasil pemeriksaan perawatan antenatal berupa janin

(25)

masa kehamilan (KMK), janin sama besarnya untuk

masa kehamilan (SMK). (Manuaba, 2012; h. 450)

l. Kehamilan ganda

1) Definisi

Kehamilan ganda ialah satu kehamilan dengan dua janin

atau lebih.

2) Diagnosis

Besar uterus melebihi usia kehamilan atau lamanya

amenorea, hasil palpasi abdomen mengarah ke kehamilan

ganda yaitu kepala janin relatif lebih kecil dibandingkan

dengan ukuran uterus, teraba 2 balotment atau lebih,

terdengar lebih dari satu denyut jantung bayi (KemenKes

(26)

B. Persalinan

1. Pengertian

Persalinan adalah suatu psoses pengeluaran hasil

konsepsi, (janin dan palsenta) yang dapat hidup ke dunia luar

dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Mochtar,

2011; h. 69)

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan

selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap

normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan

(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan

dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan

perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir

dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu

jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks

(JNPK-KR, 2008 ; h. 39)

2. Etiologi

a. Teori penurunan Hormon

1 – 2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen danprogesteron. Progesteron

bekerja sebagai penenang otot – otot polos rahim, karena itu akan terjadi kekejangan pembuluh darah yang

menimbulkan his jika kadar progesteron turun.

b. Teori Plasenta menjadi tua

Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar

estrogen, dan progesteron sehingga terjadi kekejangan

(27)

c. Teori Distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan

iskemia otot – otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.

d. Teori iritasi mekanik

Dibelakang serviks, terletak ganglion servikale (pleksus

Frankenhauser) apabila ganglion tersebut digeser dan

ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbil kontraksi

uterus.

e. Induksi partus

Partus dapat pula ditimbulkan dengan : gagang laminaria,

amniotomi, pemberian oksitosin melalui tetesan per infus

(Mochtar R, 2012; h. 71)

3. Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal

Adaptasi terhadap persalinan :

a. Adaptasi janin

1) Denyut Jantung Janin

Pemantauan denyut jantung jantin (DJJ) memberi

informasi yang dapat dipercaya dan dapat digunakan

untuk memperdiksi keadaan janin yang berkaitan

dengan oksigenasi.

2) Sirkulasi janin

Dipengaruhi oleh posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan

darah dari tali pusat.

3) Pernapasan dan perilaku janin

(28)

persalinan pervaginam), tekanan O2 janin menurun,

tekanan karbondioksia arteri meningkat, pH arteri

menurun.

b. Adaptasi Ibu

1) Perubahan Kardiovaskuler

Pada setiap kontraksi, 400 ml darah keluar dari uterus

dan masuk kedalam sistem vaskuler ibu. Hal ini akan

meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai 15%

pada tahap pertama persalinan dan sekitar 30% sampai

50% pada tahap kedua persalinan.

2) Perubahan Pernapasan

Peningkatan aktifitas fisik dan peningkatan pemakaian

oksigen terlihat dari penginkatan frekuensi pernapasan.

3) Perubahan Ginjal

Pada trimester II, kandung kemoih menjadi organ

abdomen. Apabila terisi, kandung kemih dapat teraba

diatas simpisis pubis. Selama persalinan, wanita dapat

mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan.

4) Perubahan Ligamentum

Adaptasi sistem intagumen jelas terlihat khususnya

pada daya distensibilitas daerah introitus vagina (muara

vagina).

5) Perubahan Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal mengalami stres persalinan.

Doiaforesis, keletihan, proteinuria (1+) dan kemungkinan

(29)

6) Perubahan Neurologi

Menunjukan bahwa timbul stres dan rasa tidak nyaman

selama persalinan. Saat wanita masuk ketahaap

pertama sensoris terjadi saat wanita masuk ke tahap

pertama persalinan dan saat masuk ke tahap

berikutnya.

7) Perubahan Pencernaan

Persalinan mempengaruhi sistem saluran cerna wanita.

Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita

bernapas lewat ,mulut, dehidrasi,, dan repspons emosi

terhadap persalinan.

8) Sistem Endokrin

Diakibatkan oleh penurunan kadar estrogen

prostaglandin dan oksitosin (Bobak, 2005 ; h. 248 – 250)

Mekanisme Persalinan

a. Kala Persalinan

1) Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai

menjadi pembukaan lengkap 10 cm.

2) Kala II : kala pengeluaran janin, sewaktu uterus

dengan kekuatan his ditambah kekuatan

mengedan mendorong janin keluar hingga lahir.

3) Kala III : waktu pelepasan dan pengeluaran uri.

4) Kala IV : mulai dari lahirnya uri sampai 1-2 jam.

b. Kala I pembukaan

Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya

(30)

serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar

(effacement). Kala p-embukaan dibagi atas 2 fase :

1) Fase laten : pembukaan serviks yang

berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm,

lamanya 7-8 jam.

2) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan

dibagi 3 subfase.

a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam,

pembukaan menjadi 4 cm.

b) Periode dilatasi maksimal : selama 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9

cm.

c) Periode deselerasi : berlangsung lambat,

dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10

cm (lengkap).

c. Kala II (pengeluaran janin)

Pada kala ini, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan

lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin

telah turun dan masuk keruang panggul sehingga

terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul

yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa

mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu

merasa seperti mau BAB, dengan tanda anus

terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai

kelihatan, vulva membuka, dan perineum

meregang. Dengan his dan mengedan yang

(31)

janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1½-2

jam pada multi ½ jam.

d. Kala III

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat

sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri

setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi

dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat

kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran

uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta

terlepas, terdorong kedalam vagina , dan akan lahir

spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas

simpisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.

Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran

darah kira-kira 100-200 cc.

e. Kala IV

Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi

dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu,

terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.

Lamanya persalinan pada primi dan multi dapat

dilihat pada kotak diatas. (Mochtar, 2012; h. 73)

4. Tanda gejala menjelang persalinan

a. Lightening

Mulai dirasa kira – kira dua minggu sebelum persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi kedalam pelvis

minor. Pada presentasi sefalik, kepala bayi biasanya

(32)

menyebut lightening “kepala bayi sudah turun”. Sesak

nafas yang dirasakan sebelumnya selama trimester ketiga

kehamilan akan berkurang karena kondisi ini akan

menciptakan ruang yang lebih besar di dalam abdomen

atas untuk ekspansi paru. Namun, tetap saja lightening

menimbulkan rasa tidak nyaman yang lain akibat tekanan

bagian presentasi pada struktur diarea pelvis minor. Ibu

akan sering berkemih karena kandung kemih ditekaan

sehingga ruang tersisa untuk ekspansi berkurang,

perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang

menyeluruh, yang membuat ibu merasa tidak enak dan

timbul sensasi terus – menerus bahwa sesuatu perlu dikeluarkan atau ia perlu defekasi. Kram pada tungkai yang

disebabkan oleh tekanan bagian presentasi saraf yang

menjalar melalui foramen iskiadikum mayor dan menuju ke

tungkai.

b. Perubahan seviks

Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”. Kalau tadinya selama masa hamil, serviks dalam keadaan

menutup, panjang, lunak, dengan konsistensi seperti

puding, mengalami sedikit penipisan (effacement) dan

kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi kematengan serviks

akan akan tergantung pada individu wanita dan paritasnya

sebagai contoh pada masa hamil serviks ibu multipara

secara normal mengalami pembukaan 2 cm, sedangkan

(33)

c. Kontraksi palsu

Kontraksi palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat

nyeri, yang memberi pengaruh signifikan tergadap serviks.

Kontraksi palsu sebenaranya timbul akibat kontraksi

Braxton Hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak

sekitar enak munggu kehamilan.

d. Bloody show

Pada lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi

kelenjar lendir serviks pada awal kehamilan. Pengeluaran

lendir inilah yang disebut bloody show. paling sering terlihat

sebagai rabas lendir bercampur darah yang lengket dan

harus dibedakan dengan cermat dari perdarahan murni.

Ketika melihat rabas tersebut, wanita sering kali berpikir

bahwa tanda persalinan.

e. Kontraksi persalinan merupakan hubungan saling

mempengaruhi yang rumit antara dorongan psikologis dan

fisiologis dalam diri wanita dengan pengaruh dorongan

tersebut pada proses kelahiran dan bayi. Dorongan ini

menghasilkan kelahiran bayi. Kekuatan fisiologis utama

selama p[ersalinan adalah kontraksi uterus. Kontraksi

uterus pada persalinan bersifat unik mengingat kontraksi ini

merupakan kontraksi yang involunter karena berada di

bawah pengaruh saraf intrinsik.

f. Penipisan dan pembukaan

Penipisan dan pembukaan merupakan akibat langsung

kontraksi. Penipisan terjadi karena saluran serviks yang

(34)

sampai pada titik saluran serviks menghilang sehingga

hanya menyisakan os. Eksternal sebagai muara sirkular

dengan bagian tepi tipis. Dilatasi adalah pelebaran os.

Serviks ekstrernal dan muara dengan diameter berukuran

beberapa milimeter sampai muara tersebut cukup lebar

untuk dilewati bayi (varney, 2008; h.672 – 681) 5. Faktor Predisposisi

Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah :

a. POWER (tenaga)

Power atau tenaga yang mendorong anak adalah :

His adalah kontraksi otot – otot rahim pada persalinan (his

persalinan yang menyebabkan pendataran dan

pembukaan serviks terdiri dari his pembukaan, his

pengeluaran dan his pelepasan plasenta, his pendahuluan

tidak berpengaruh terhadap serviks. Tenaga mengejan (

kontraksi otot – otot dinding perut, kepala didasar panggul merangsang mengejan, paling efektif saat kontraksi/his)

b. PASSANGER (janin)

Akhir minggu ke 8 janin mulai nampak menyerupai

manusia dewasa, menjadi jelas pada akhir minggu ke 12

(Sukarni, 2013; h.194)

c. PASSAGE (Jalan Lahir)

Bagian – bagian tulang panggul (2 Os Coxae, Os Cossygis, Os Sacrum) (Sukarni, 2013; h.187)

(35)

6. Penatalaksanaan

a. Kala 1

1) Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu

2) Jika ibu tampak gelisah/kesakitan : biarkan ia berganti

posisi sesuai keinginan, tapi jika di tempat tidur

sarankan untuk miring kiri, biarkan ia berjalan atau

beraktivitas ringan sesuai kesanggupannya, anjurkan

suami atau keluarga memijat punggung atau

membasuh muka ibu, ajari teknik bernapas.

3) Jaga privasi ibu, gunakan tirai penutup dan tidak

menghadirkan orang tanpa seizin ibu.

4) Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya

setelah buang air kecil/besar.

5) Jaga kondisi ruangan ruangan sejuk. Untuk mencegah

kehilangan panas pada bayi baru lahir, suhu ruangan

minimal 25 ºC dan semua pintu serta jendela harus

tertutup.

6) Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.

7) Sarankan ibu berkemih sesering mungkin.

8) Pantau parameter berikut secara rutin dengan

(36)

Tabel 2.3 Penilaian dan Intervensi selama Kala I

Parameter Frekuensi pada

kala I fase laten

Frekuensi pada kala 1 fase aktif Tekanan darah Tiap 4 jam Tiap 4 jam

Suhu tiap 4 jam Tiap 2 jam

Nadi Tiap 30-60 menit Tiap 30-60 menit

DJJ Tiap 1 jam Tiap 30 menit

Kontraksi tiap 1 jam Tiap 30 menit

Pembukaan serviks Tiap 4 jam Tiap 4 jam Penurunan kepala Tiap 4 jam Tiap 4 jam Warna cairan amnion Tiap 4 jam Tiap 4 jam (Sumber : KemenKes RI, 2013; h. 37)

9) Pasang infus intravena untuk pasien dengan :

kehamilan lebih dari 5, hemoglobin <9 gr/dl atau

hematokrit <29 %, riwayat gangguan perdarahan,

sungsang, kehamilan ganda, hipertensi, persalinan

lama.

10) Isi dan letakkan partograf disamping tempat tidur atau

didekat pasien.

11) Lakukan pemeriksaan kardiotokografi jika

memungkinkan.

b. Kala II, III dan IV

1) Mengenali tanda gejala kala dua : ibu mempunyai

keinginan kuat untuk meneran, ibu merasa takanan

yang semakin meningkat pada rektum atau vaginanya.

2) Menyiapkan pertolongan persalinan, pastikan

kelengkapan peralatan, bahan dan obat esensial :

klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir

steril/DTT siap dalam wadahnya. semua pakaian,

handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam kondisi

bersih dan hangat, timbangan pita ukur, stetoskop bayi,

(37)

Paatahkan ampul oksitosin 10 IU dan tempatkan spuit

steril sekali pakai di dalam partus set/wadah DTT.

Untuk resusitasi (tempat datar, rata, bersih, kering dan

hangat, 3 handuk, atau kain bersih dan kering, alat

penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60

cm di atas tubuh bayi. Persiapan bila yerjadi

kegawatdaruratan pada ibu cairan kristaloid, set infus.

3) Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang

bersih, sepatu tertutup kedap air, tutup kepala, masker

dan kacamata.

4) Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu

cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih

kemudian keringkan dengan handuk atau tisu bersih.

5) Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan

dalam.

6) Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi

dengan oksitosin 10 IU dan letakkan kembali spuit

tersebut di partus set/wadah DTT atau steril tanpa

mengontaminasi spuit.

7) Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang

dengan kapas atau kassa yang dibasahi air DTT.

8) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa

pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi

bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat :

kepala sudah masuk ke dalam panggul dan tali pusat

(38)

9) Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan

tangan yang masih memakai saring tangan kedalam

larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan sarung tangan

dalam kedaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelahnya.

10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah

kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam

batas normal (120 – 160) kali/menit). Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

11) Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik.

12) Minta bantuan keluarga untuk membantu proses

bimbingan meneran.

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai

dorongan yang kuat untuk meneran.

14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa

ada dorongan untuk meneran dalam 40 menit.

15) Jika kepala bayi sudah membuka vulva diameter 5 – 6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang

dilapisi kain bersih dan kering, sementara tangan yang

lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi

defleksi dan membantu lahirnya kepala.

16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah

bokong ibu.

17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali

(39)

18) Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua

tangan.

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm, dilindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

kain bersih dan kering, sementara tangan yang lain

menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi

dan membantu lahirnya kepala, anjurkan ibu meneran

sambil bernafas cepat dan dangkal.

20) Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi.

21) Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi

luar secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang

secara biparietal anjurkan ibu untuk meneran saat

kontraksi (dengan lembut gerakan kepala ke arah

bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah

arkus pubis, gerakan arah atas dan distal untuk

mekahirkan bahu belakang.

23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada

dibawah di bawah ke arah perineum ibu untuk

menyanhgga kepala, lengan dan siku sebelah bawah

(gunakan tangan yang berada diatas untuk

menelusurui dan memegang tangan dan sikut sebelah

atas.

24) Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan

penelusuran tangan yang berada di atas ke pinggang,

(40)

kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang

masing – masing mata kaki dengan ibu jari dan jari – jari lainnya).

25) Lakukan penilaian sekilas.

26) Bila tidak ada Asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru

lahir normal. Keingkan dan posisikan tubuh bayi di atas

perut ibu (keringkan bayi mulai dari muka kepala dan

bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa

membersihkan verniks, ganti handuk basah dengan

handuk yang kering, pastikan bayi dalam kondisi baik

di atas dada atau perut ibu.

27) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada

bayi lain dalam uterus (hamil tunggal)

28) Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan

menyuntikkan oksitosin untuk membantu uterus

berkontraksi baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan

suntikan oksitosin 10 IU di sepertiga paha atas bagian

distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan

oksitosin)

30) Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir,

jepit tali pusat pada sekitas 3 cm dari pusat (umbilikus)

bayi (kecuali pada asfiksia neonatus, lakukan sesegera

mungkin.

31) Potong dan ikat tali pusat, dengan satu tangan angkat

tali pusat diantara 2 klem tersebut (sambil lindungi

(41)

pada satu sisi kemudian dilonggarkan yang telah dijepit

kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi

berlawanan dan laukuan ikatan kedua menggunakan

sampul kunci. Lepaskan klem dan masukkan dalam

larutan klorin 0,5 %.

32) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke

kulit bayi. Letakkan bayi dalam posisi tengkurap di

dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel

dengan baik didinding dada – perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara peyudara ibu dengan

posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.

33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering

dan pasang topi pada kepala bayi.

34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva.

35) Lakukan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu,

tepat diepi atas simfisis dan tegangkan tali pusat ke

arah dorso – kranial secara hati – hati.

36) Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial

hingga plasenta terlepas, lalu minta ibu meneran

sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai

dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir

dengan tetap melakukan tekanan dorso – kranial. 37) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan

kelhairan plasenta dengan menggunakan kedua

(42)

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,

lakukan masase uterus dengan meletakkan telapak

tangan difundus dan lakukan masase dengan gerakan

melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi

(fundus teraba keras)

39) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun ke janin dan pastikan bahwa selaputnya

lengkap dan utuh.

40) Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum

dan lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan

perdarahan aktif.

41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak

terjadi perdarahan pervaginam.

42) Mulai Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan memberi

cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu – bayi (di dada ibu minimal 1 jam).

43) Setelah kontak kulit ibu – bayi dan IMD selesai : timbang dan ukur bayi, beri bayi salep mata antibiotik

profilaksis (tetrasiklin 1 % atau antibiotika lain),

suntikan vitamin K1 1 mg (0,5 ml untuk sediaan 2

mg/mL) IM dipaha kiri anterolateral bayi, pastikan suhu

tubuh bayi normal 36,5 – 37,5 ºC, berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama, ayah,

ibu, waktu lahir, jenis kelamin, lakukan pemeriksaan

untuk melihat adanya cacat bawaan.

44) Satu jam setelah pemberian vit K1, berikan suntikan

(43)

45) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan

perdarahan pervaginam : setiap 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin, setiap 15 menit pertama

pascasalin, setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pascasalin.

46) Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana

atonia uteri jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.

47) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus

dan menilai kontraksi, mewaspadai tanda bahaya ibu,

serta kapan harus memanggil bantuan medis.

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49) Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung

kemih ibu setiap 15 menit selama 1 jam pertama

pascasalin dan setiap 30 menit selama jam kedua

pascasalin.

50) Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa

bayi bernafas dengan baik (40 – 60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5ºC)

51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam

larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit)

Cuci peralatan setelah didekontanminasi.

52) Buang bahan – bahan yang terkontamionasi ke tempat smpah yang sesuai.

53) Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT, bersihkan

sisa cairan ketuban, lendir dan darah, bantu ibu

(44)

54) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan

ASI, anjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman

dan makanan yang diinginkannnya.

55) Dekoontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin

0,5%.

56) Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin

0,5%, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

57) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang

mengalir lkemudian keringkan dengan handuk kering

dan bersih.

58) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang,

periksa tanda vital, dan asuhan kala IV) (Kemenkes RI,

2013; h. 36 – 49) 7. Patologis

a. Kala I memanjang

1) Masalah

Fase lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12

jam atau lebih tanpa kelahiran bayi (persalinan lama),

dilatasi serviks dikanan garis waspada pada partograf.

2) Penanganan

Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin

(termasuk tanda vital dan tingkat hidrasi atau

kesadaran), kaji kembali partograf tentukan apakah

pasien berada dalam persalinan (nilai frekuensi dan

lamanya his), perbaiki keadaan umum dengan

(45)

sesuai APN, periksa keton dalam urine dan berikan

cairan, baik peroral maupun parenteral, dan upayakan

buang air kecil (kateterisasi hanya kalau perlu), berikan

analgesia tramadol atau petidin 25 mg secara IM

(maximum 1 mg/kg BB) atau morfin 10 mg IM, jika

pasien merasakan nyeri yang sangat.

3) Diagnosis

Faktor penyebab persalinan lama :

a) His tidak adekuat

b) Faktor janin

c) Faktor jalan lahir

Tabel 2.4 Diagnosis persalinan lama

Tanda dan gejala Diagnosis

Serviks tidak membuka

Tidak didapatksn his/his tidak teratur.

Belum inpartu Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm

sesudah 8 jam inpartu dengan his teratur.

Fase laten memanjang

Pembukaan serviks melewti kanan garis waspada partograf :

d. Frekuensi his kurang dari 3 his per 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik. e. Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju sedangkan his baik.

f. Pembukaan servik dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju (dengan caput, terdapat moulage, edema serviks, tanda rupture uteri imminens, gawat jsnin,

g. Kelainan presentasi (selain verteks dengan oksiput anterior)

Fase aktif memanjang

Inersia uteri

Disproporsi sefalopelvik

Obstruksi kepala

Malpresentasi atau malposisi

Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tak ada kemajuan penurunan.

Kala II lama

(46)

4) Penanganan khusus

a) Persalinan palsu/belum inpartu (false labour)

Periksa apakah ada infeksi saluran kemih atau

ketuban pecah. Jika didapatkan adanya infeksi,

obati secara adekuat. Jika tidak ada, pasien boleh

rawat jalan.

b) Fase laten memanjang (prolonged latent phase)

Diagnosis fase laten memanjang dibuat secara

retrospektif. Jika his berhenti, pasien disebut belum

inpartu atau persalinan palsu. Jika his makin teratur

dan pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm,

pasien masuk dalam fase laten. Fase laten lebih

dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan,

lakukan penilaian ulang terhadap serviks :

(1) Jika tidak ada pembukaan pada pendaftaran

atau pembukaan serviks dan tidak gawat janin,

mungkin pasien belum inpartu.

(2) Jika ada kemajuan dalam pendaftaran dan

pembukaan serviks (lakukan penilaian ulang

setiap 4 jam, jika pasien tidak masuk fase aktif

setelah dilakukan pemberian oksitosin selama 8

jam, lakukan se4ctio cesarea.

(3) Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam,

cairan vagina berbau) : lakukan akselerasi

persalinan dengan oksitosin, berikan antibiotika

kombinasi sampai persalinan (Ampicillin 2 gram

(47)

BB IV setiap 24 jam, jika terjadi persalinan

pervaginam stop antibiotika pascapersalinan,

jika dilakukan sectio cesarea, lanjutkan

antibiotika ditambah metronidazol 500 mg IV

setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama

48 jam.

c) Fase aktif memanjang

(1) Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi

cepalopelvik atau obstruksi dan ketuban masih

utuh, pecahkan ketuban.

(2) Nilai his (kurang dari 3 his dalam 10 menit dan

lamanya kurang dari 40 detik pertimbangkan

adanya inersia uteri) jika his adekuat (3 kali

dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik

pertimbangkan adanya disproporsi, obstruksi,

malposisi atau malpresentasi)

(3) Lakukan penanganan umum yang akan

memperbaiki his dan mempercepat kemajuan

persalinan.(Saifuddin, 2010, h. M-48-50)

b. Kala II tak maju

Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah

lengkap dan berakhir dengan keluarnya janin. Median

durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20 menit

untuk untuk multipara, tetapi angka ini angka ini juga

sangat bervariasi. Pada ibu dengan paritas tinggi yang

vagina dan perineumnya sudah melebar, dua atau tiga kali

(48)

cukup untuk mengeluarkan janin. Sebaliknya, pada

seorang ibu dengan panggul sempit atau janin besar, atau

dengan kelainan gaya ekspulsif akibat anastesia regional

atau sedasi yang berat, maka kala dua dapat sangat

memanjang bahwa rata-rata persalinan kala II sebelum

pengeluaran janin spontan, memanjang sekitar 25 menit

oleh anestesiaregional. Selain itu kala II melibatkan banyak

gerakan pokok yang penting agar janin dapat melewati

jalan lahir. Selama ini terdapat aturan-aturan yang

membatasi 3 jam apabila dibatasi analgesia regional.

Untuk multipara satu jam adalah batasnya diperpanjang

menjadi dua jam pada penggunanaan analgesia regional

(Prawirohardjo, 2010; h. 574-575)

Menurut Saifuddin (2010,h. M-56), upaya

mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena

mengurangi jumlah oksigen keplasenta. Dianjurkan

mengedan secara spontan (mengedan dan menahan

nafas terlalu lama, tidak dianjurkan) jika malpresentasi dan

tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan infus

oksitosin. Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala : jika

kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simpisis pubis, atau

bagian tulang kepala distasion (0), lakukan vacum

Ekstraksi. Jika kepala diantara 1/5 dan 3/5 diatas simpisis

pubis, atau bagian tulang kepala diantara stasion (0) – (-2) lakukan Vacum ekstraksi. Jika kepala lebih dari 3/5 diatas

simpisis pubis, atau bagian tulang kepala diatas stasion

(49)

c. Partus macet

Partus macet atau kasep merupakan persalinan

yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida atau 18

jam bagi multigravida. Biasanya disertai komplikasi ibu

maupun janin. Penyebabnya adalah kelainan letak janin,

kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan,

trjadi ketidakseimbangan sefalopelvik, pimpinan persalinan

yang salah, primipara primer atau sekunder berusia tua.

Bidan didaerah pedesaan dengan polindesnya diharapkan

dapat mengambil bagian terbesar pada pertolongan

persalinan normal dengan menggunakan partograf WHO.

Puncak kewaspadaan dilaksanakan dengan merujuk ke

pusat pelayanan dengan fasilitas setelah melampaui garis

waspada agar ibu diterima dipusat pelayanan dalam

keadaan optimal. Persalinan macet merupakan tingkat

akhir persalinan lama dengan disertai komplikasi sehingga

bidan perlu melakukan tindakan medis : Memberikan

rehidrasi dan infus cairan pengganti, memberikan

antibiotik.Dengan demikian bidan melaksanakan fungsinya

dalam menghadapi persalinan macet lebih bermutu

(Saifuddin, 2009; h. 390-391)

8. Partograf

a. Definisi

Partograf adalah alat bantu untuk memantau

kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk

(50)

Gambar 2.2 Partograf

(Sumber : KemenKes RI, 2012; h. 334)

b. Tujuan partograf

Tujuan utamanya yaitu : mencatat hasil observasi dan

kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks

melalui pemeriksaan dalam, mendeteksi apakah proses

persalinan berjalan secara normal dengan demikian juga

dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya

partus lama, data pelengkap yang terkait dengan

pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan

proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang

(51)

9. Indikasi – indikasi untuk melakukan tindakan atau

Rujukan Segera selama Kala Satu Persalinan

Tabel 2.5 Indikasi melakukan tindakan atau rujukan Kala I mempunyai kemampuan untuk melakukakn bedah sesar.

Dampingi ibu ke tempat rujukan dengan memberikan dukungan dan semangat.

Perdarahan pervaginam selain lendir bercampur darah (show)

Jangan melakukan pemeriksaan dalam : baringkan ibu ke sisi kiri, pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat, segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar, dampingi ibu ke tempat rujukan.

Kurang dari 37 minggu (persalinan kurang bulan)

Segera rujuk ibu ke fasilitas yang

memiliki kemampuan

kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat.

Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental

Baringkan ibu miring kiri, dengarkan DJJ, segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan bedah sesar, dampingi ibu ke tempat rujukan dan bawa partus set, kateter penghisap lendir Dee Lee dan handuk/kain untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi untuk mengantisipasi jika ibu melahirkan diperjalanan.

Ketuban pecah (lebih dari 24 jam atau ketubahn pecah pada kehamilan kurang bulan (usia kehamilan <27 minggu

Segera rujuk ibu ke fasilitas yang

memiliki kemampuan

penatalaksanaan gawatdarurat obstetri, dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta semangat.

Tanda gejala infeksi : Tempratur >38ºC, menggigil, nyeri abdomen, cairan ketuban berbau.

Baringkan ibu miring ke kiri, pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau gram fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam, segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan penatalksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat.

Tekanan darah lebih dari 160/110 atau terdapat protein dalam urine (preeklampsia berat)

(52)

18) dan berikan Ringer Laktat atau yang memiliki kemampuan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat.

kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat.

DJJ <100 atau >180 x/menit pada dua kali peniliaian dengan jarak 5 menit (gawat janin)

Baringkan ibu miring ke kiri, pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau gram fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam, segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan penatalksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat.

Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan kepala janin 5/5 berikan dukungan dan semangat. Presentasi bukan belakang kepala

(sungsang, letak lintang dll)

Baringkan ibu miring ke kiri, segera berikan dukungan dan semangat. Presentasi ganda (majemuk) adanya

bagian lain dari janin, misalnya lengan atau tangan, bersama dengan presentasi belakang kepala berikan dukungan dan semangat. Tali pusat menumbung (jika tali pusat

masih berdenyut)

Gunakan sarung tangan Desinfeksi tingkat tinggi, letakkan satu tangan di vagina dan jauhkan kepala janin dari tali pusat yang menumbung, Segera rujuk ibu ke fasilitas yang

memiliki kemampuan

kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat.

Tanda dan gejala syok : Nadi cepat lemah (lebih dari 110x/menit), Tekanan darah menurun (sistolik kurang dari 90 mmHg), pucat,

Gambar

Tabel 2.1 Kunjungan Pemeriksaan Antenatal
Gambar 2.1 Tinggi Fundus Uteri
Tabel 2.2 Macam – macam Abortus
Tabel 2.3 Penilaian dan Intervensi selama Kala I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Asuhan yang akan diberikan kepada bayi baru lahir adalah. memastikan tersebut tetap hangat dan terjadi kontak kulit

Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan..

amnion yang terlekat, asam lemak dan pigmen empedu. Mekonium dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah lahir.. c) Buang air kecil (BAK), bayi baru lahir harus sudah BAK

Adaptasi Psikologis pada ibu nifas ( Suherni. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi.. yang baru lahir. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu.

lahir adalah bayi yang cukup bulan, 38-42 minggu dengan berat badan.. Bayi baru lahir adalah neonatus yang sedang bertambah dan baru. saja mengalami trauma kelahiran serta harus

(5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi. 38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan

usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Bayi baru lahir memiliki variasi penampilan yang normal. Beberapa variasi ini bersifat sementara dan

2.4.5 Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya