I. KONSEP DASAR TEORI
A. Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan adalah fertilisasi sel spermatozoa dan ovum
yang akan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung
dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu. (Prawirohardjo, 2010;
h.213)
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau pertemuan
dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. bila dihitung dari fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan
terbagi menjadi 3 trimester, trimester satu berlangsung dalam 12
minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke – 13 hingga ke – 27 dan trimester ketiga 13 minggu, minggu ke – 28 hingga ke – 40) (Saifuddin, 2009 dalam Walyani, 2015 ; h. 69)
2. Tanda atau gejala
Beberapa perubahan fisiologis yang timbul selama masa
hamil dikenal sebagai tanda kehamilan. Ada tiga kategori,
persumsi, yaitu perubahan yang dirasakan wanita (misalnya
amenorea, keletihan, perubahan, payudara) ; kemungkinan, yaitu
Hegar, ballotment, tes kehamilan, dan pasti (misalnya
ultrasonografi, bunyi denyut jantung janin) (Bobak, 2005; h. 106)
a. Tanda Dugaan Hamil
1) Amenorea (tidak dapat haid) gejala ini sangat penting karena
umumnya wanita hamil tidaak dapat haid lagi. Penting
diketahui tanggal pertama haid terakhir supaya ditentukan
tuanya kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan
terjadi. Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid
terakhir (HT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan
taksiran tanggal persalinan (HTP) yang dihitung dengan
menggunakan rumus Naegele : TTP = (hari HT+7) dan (bulan
HT-3) dan (tahun HT+1) (Mochtar R, 2012 ; h. 35)
2) Nausea (enek) dan emesis (muntah) terjadi karena umumnya
pada bulan-bulan perta,a kehamilan, disertai kadang-kadang
oleh emesis. Sering terjadi pada pagi hari tetapi tidak selalu.
Keadaan ini lazim disebut morning sickness. Dalam
batas-batas tertentu keadaan ini masih fisiologik. Bila terlampau
sering, dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan
disebut hiperemesis gravidarum(Prawirohardjo, 2007 ; h.125)
3) Mengidam (ingin makanan khusus) ibu hamil sering meminta
makanan atau minuman tertentu terutama pada bulan – bulan triwulan pertama, mereka juga tidak tahan satu bau – bauan (Mochtar R, 2012 ; h.35)
4) Pingsan, sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat
ramai. Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat ramai
pada bulan-bulan pertama kehamilan. Hilang sesudah
5) Mammae menjadi tegang dan membesar, keadaan ini
disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang
merangsang duktuli dan alveoli dimammae, glandula
montgomery tampak lebih jelas (Prawirohardjo, 2007 ; h.125)
6) Anoreksia (tidak ada nafsu makan) pada bulan-bulan pertama
tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi. Hendaknya dijaga
jangan sampai salah pengertia makan untuk “dua orang”,
sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan.
7) Sering kencing, terjadi karena kandung kencing pada
bulan-bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai
membesar. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang
oleh karena uterus yang membesar keluar dari rongga
panggul. Pada akhir triwulan gejala bisa timbul kembali karena
janin mulai masuk keruang panggul dan menekan kembali
kandung kencing.
8) Konstipasi/obstipasi, terjadi karena tonus otot menurun yang
disebabkan oleh pengaruh hormon steroid.
9) Pigmentasi kulit, terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas.
Pada pipi, hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit
pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai chloasma
gravidarum. Areola mammae juga menjadi lebih hitam karena
didapatkan deposit pigmen yang berlebih. Daerah leher
menjadi lebih hitam. Demikian pula linea alba digaris tengah
abdomen menjadi lebih hitam (linea grisea). Pigmentasi ini
terjadi karena pengaruh dari hormon kortiko-steroid plasenta
10) Epulis adalah suatu hipertrofi papilla ginggivae. Sering terjadi
pada triwulan pertama.
11) Varises, sering dijumpai pada trimester terakhir. Didapat pada
daerah genitalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada
multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada
kehamilan yang terdahulu, timbul kembali pada triwulan
pertama. Kadang-kadang timbulnya varises merupakan gejala
pertama kehamilan muda.
b. Tanda Kemungkinan hamil
12) Tanda Hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus
uteri dari arah yang berlawanan.
13) Tanda Chadwick adalah perubahan warna menjadi kebiruan
keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga
poriso dan serviks.
14) Tanda Piscaseckmerupakan pembesaran uterus yang tidak
simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah
dekat dengan kornu tersebut dapat dikenali melalui
pemeriksaan bimanual pelvikpada usia kehamila kedelapan
hingga sepuluh minggu (Saifuddin, 2008; h.217-219)
15) Tanda Braxton-Hicks, bila uterus dirangsang mudah
berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa hamil.
Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak da
kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda Braxton-Hicks
tidak ditemukan.
16) Teraba ballotment, ketukan yang mendadak pada uterus
menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang
17) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif
Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi tanda human
chorionic gonadothropin (hCG). Horon diekskresi di peredaran
darah ibu (pada plasma darah) diekskresi pada urine ibu
(Walyani, 2015; h. 73)
c. Tanda Pasti Kehamilan
Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya
pada kehamilan 18 minggu, sedangkan padaa multigravida pada 16
minggu, oleh karena sudah berpengalaman dari kehamilan terdahulu.
Gerakan janin kadang-kadang pada kehamilan 20 minggu dapat
diraba secara objektif oleh pemeriksa, balotment dalam uterus dapat
diraba pada kehamilan lebih tua. Bila dilakukan pemeriksaan dengan
rontgen kerangka fetus mulai dapat dilihat. Dengan alat fetal electro
cadiograph denyut jantung janin dapat dicatat pada kehamilan 12
minggu. Dengan memakai alat dengan sistem Dopler dapat pula
dicatat denyut jantung. Keuntungan cara yang terakhir ini adalah
bahwa janin tidak terpengaruh seperti oleh sinar rontgen. Dengan
stetoscop laennec bunyi jantung janin baru dapat didengar pada
kehamilan 18-20 minggu. Pula didengar bising dari uterus yang
sinkron dengan nadi ibu karena pembuluh - pembuluh darah uterus
membesar.
Dalam triwulan terakhir gerakan janin lebih gesit. Bunyi jantung
janin dapat pula didengar lebih jelas. Bagian-bagian besar janin, ialah
kepala dan bokong, dan bagian-bagian kecil ialah kaki dan lengan,
dapat diraba dengan jelas, pada primigravida kepala janin mulai turun
pada kehamilan kira-kira 36 minggu, sedangkan multigravida pada
keseluruhan yang diuraikan diatas, maka diagnosis pasti kehamilan
dapat ditegakkan dengan :
1) Dapat diraba dan kemudian dikenal bagian-bagian janin.
2) Dapat dicatat dan didengar bunyi jantung janin dengan
beberapa cara.
3) Dapat dirasakan gerakan janin dan balotmet.
4) Pada pemeriksaan sinar rontgen tampak kerangka janin.
5) Dengan ultrasonografi (scanning) dapat diketahui ukuran
kantong janin, panjangnya janiin (crown-rump) dan
diameter bipaietalis hingga dapat diperkirakan tuanya
kehamilan, dan selanjutnya dapat dipakai bila ada
kecurigaan dalam kehamilan mola, blighted ovum,
kematian janin intra uterin, anensefali, kehamilan ganda,
hidramnion, plasena previa dan tumor pelvis, pemeriksaan
dengan ultrasonografi pada kehamilan 16-18 minggu yang
diperkirakan aman meman menjadi pegangan untuk
pasien dan dokternya untuk pengawasan lebih yakin dan
mantap.
3. Kunjungan Pemeriksaan Antenatal
Tabel 2.1 Kunjungan Pemeriksaan Antenatal
Trimister Jumlah
kunjungan minimal
Waktu kunjungan yang dianjurkan
I 1x Sebelum minggu ke 16
II 1x Antara minggu ke 24-28
III 2x Antara minggu 30-32
Antara minggu 36-38 (Sumber : KemenKes RI, 2013; h. 22)
4. Standar minimal Pelayanan Antenatal Care (ANC)
1) Timbang badan dan ukur tinggi badan.
2) Ukur Tekanan darah.
3) Tanyakan tentang asupan gizi dan nutrisi.
4) Tentukan presentasi dan DJJ
5) Skrinning status imuniasasi tetanus (dan pemberian
Imunisasi Tetanus toxoid)
6) Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
7) Pemberian Tablet Fe (Besi)
8) Temu Wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling)
9) Tes HB dan Urine serta HbsAG, Sifilis, HIV, Malaria, dan
TBC di Laboraturium
10) Tatalaksana Kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas, 2014; h. 22)
11) Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research
Laboratory)
12) Pemberian Obat Malaria
13) Pemberian Kapsul Minyak Yodium
14) Senam Hamil (Di download pada hari senin, 08 Agustus
5. Perubahan Anatomi dan Fisiologi
Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada perempuan hamil
sebagian besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus
berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan perubahan ini
merupakan respons terhadap janin. Satu hal yang menakjubkan
adalah bahwa hampir semua perubahan ini akan kembali seperti
keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan dan menyusui
selesai.
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk
menerima dan melindungi hasil konsepsi (janinm
plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai
kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar
dengan cepat selama kehamila dan pulih kembali seperti
keadaan semuladalam beberapa minggu setelah
persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus
mempunyai berat 70 gr dan kapasitas 10 ml atau kurang.
Selama kehamilan, dan cairan amnion rata – rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan
dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata – rata 1100 gr. Pada awal kehamilan penebalan uterus
distimulasi terutama oleh hormon estrogen dan sedikit
oleh progesteron. Pada awal kehamilan tuba falopii,
ovarium, dan ligamentum rotundum berada sedikit
dibawah apeks fundus, sementara pada akhir
Posisi plasenta juga mempengaruhi penebalansel – sel otot uterus dimana bagian uterus yang mengelilingi
tempat implantasi plasenta akan bertambah besar lebih
cepat dibandingkan bagian lainnya sehingga akan
menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena ini disebut
tanda piscaseck. Pada minggu pertama kehamilan uterus
masih bentuk aslinya seperti buah avokad seiring dengan
perkembangan kehamilannya, daerah fundus dan korpus
akan membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada usia
kehamilan 12 minggu. Ismus uteri pada minggu pertama
mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri yang
mengakibatkan ismus menjadi lebih panjang dan lunak
yang dikenal dengan tanda Hegar. Sejak trimester
pertama kehamilan uterus akan mengalami kontraksi
yang tidak teratur dan umumnya tidak disertai nyeri.
Fenomena ini pertama kali diperkenalkan oleh Braxton
Hickspada tahun 1872 sehingga disebut debfab kontraksi
Braxton Hicks.
2) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi
lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat
penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada
seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya hipertrofi
dan hiperplasia pada kelenjar – kelenjar serviks. Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan heterogen
yang mengalami perubahan yang luar biasa selama
bertanggung jawab menjaga janin didalam uterus sampai
akhir kehamilan dan selama persalinan.
3) Ovarium
Proses ovulasi selama jehamilan akan terhenti dan
pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus
luteum yang dapat ditemukan diovarium.
4) Vagina dan perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan
hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot – otot perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna
keungu – unguan yang dikenal dengan tanda chadwick. 5) Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan
warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang – kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha.
Perubahan ini dikenal dengan nama Striae Gravidarum.
Pada banyak perempuan kulit digaris tengah perutnya
(linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang
disebut linea nigra dan akan muncul pada wajah dan
leher yang disebut chloasma gravidarum.
6) Payudara
Pada awal kehamilan payudara akan menjadi lebih
lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah
ukurannya dan vena – vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman dan
kekuningan akan keluar yang disebut kolostrum dapat
keluar (Prawirohardjo, 2010; h. 175 – 179) b. Perubahan Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama
kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara,
volume darah, dan cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama
kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg.Penambahan
berat :Sebagian besar dari penambahan berat selama
kehamilan disebabkan oleh uterus dan isinya, payudara, dan
peningkatan volume darah serta cairan ekstrasel
ekstravaskuler. Sebagian kecil dari peningkatan ini dihasilkan
oleh perubahan metabolik yang menyebabkan peningkatan air
sel dan endapan lemak dan protein yang disebut sebagai
cadangan ibu (maternal reseerves) (Williams, 2009; h. 117)
c. Sistem Kardiovaskuler
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan
perubahan ini terjadi untuk untuk mengurangi retensi vaskular
sistemik. Pada Trimester 1 perubahan terpenting pada fungsi
jantung terjadi pada 8 minggu pertama kehamilan. Pada awal
minggu kelima curah jantung mengalami peningkatan yang
merupakan fungsi dari penurunan retensi vaskuler sistemik
serta peningkatan frekuensi denyut jantung. Pada Trimester II
sejak pertengahan kehamilab, pembesaran uterus akan
menekan vena cava inferior dan aorta bawah saat ibu berada
pada posisi terlentang. Hal itu akan berdampak pada
pengurangan darah balik vena ke jantung hingga terjadi
menyebabkan hipotensi arterial. Selama trimester III terakhir,
kelanjutan penekanan aorta pada pembesaran uterus juga
akan mengurangi aliran darah uteroplasenta keginjal.
d. Sistem Respirasi
1) Traktus Digestivus
2) Traktus Urinarius
e. Sistem Muskuloskeletal
Akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan
progesteron, terjadi relaksasi dari jaringan ikat, kartilago dan
ligament juga meningkatkan jumlah cairann synovial.
Bersamaan dua keadaan tersebut meningkatkan fleksibilitas
dan mobilitas persendian. Selanjutnya mobilitas ini sedikit
berkurang. Akibat pembesaran uterus ke posisi anterior,
umumnya wanita hamil memiliki bentuk punggung cenderung
lordosis, dan pubis akan meningkat mobilitasnya diperkirakan
karena pengaruh hormonal (Prawirohardjo, 2010; h.180 – 186)
6. Perubahan psikologi pada Ibu hamil
a. Trimester pertama
Segera setelah terjadi peningkatan hormon estrogen dan
progesteron dalam tubuh, maka akan muncul berbagai
macam ketidaknyamanan secara fisiologis pada ibu misalnya
mual, muntah, keletihan, dan pembesaran pada payudara.
1) Ibu untuk membenci kehamilan, merasakan kekecewaan,
penolakan, kecemasan, dan kesedihan.
dan sering kali memberikan orang lain apa yang
dirahasiakannya.
3) Hasrat melakukan seks setiap wanita berbeda.
Sedangkan bagi suami dan calon ayah akan timbul
kebanggaan, tetapi bercampur dengan keprihatinan akan
kesiapan untuk mencari nafkah.
b. Trimester kedua
Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah
terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak
nyaman akibat kehamilan sudah berkurang. Perut ibu pun
belum terlalu besar sehingga belum dirasakan ibu sebagai
beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat dimulai
menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif.
c. Trimester ketiga
1) Sakit punggung disebabkan karena meningkatnya berat
badan yang anda bawa yaitu dalam kandungan.
2) Pernapasan, pada kehamilan 33 – 36 minggu banyak ibu hamil yang susah bernafas, ini karena tekanan bayi yang
berada di bawah diafraga menekan paru ibu, tetapi
setelah kepala bayi yang sudah turun ke rongga panggul
ini biasanya pada 2 – 3 minggu sebelum persalinan makan akan merasa lega dan bernafas lebih muda.
3) Sering buang air kecil, pembesaran rahim, dan
penurunan bayi ke PAP membuat tekanan pada kandung
4) Kontraksi perut, braxton – hicks kontraksi palsu berupa rasa sakit yang ringan, tidak teratur dan kadang hilang
bila duduk atau istirahat.
5) Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah
normal ( Hani U, 2010; h. 68-69)
6) Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan adalah uji
laboratorium, pemeriksaan yang terkait meliputi analisis
urin rutin, analisis tinja rutin, hemoglobin, golongan darah,
gula darah, antigen hepatitis B virus, antibodi rubela, HIV
dan ultrasonografi (Prawiroharjo, 2009; h. 281).
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan
primer diperlukan pemeriksaan lanjut untuk memastikan diagnosis
kondisi janin, meliputi:
1) Ultrasounografi (USG)
Merupakan alat yang bekerja dengan mengeluarkan
gelombang suara, dimana gelombang tersebut akan
memantul pada jaringan sehingga menimbulkan refleksi
bentuk dari jaringan yang ditumbuknya. Gelombang suara
yang dikeluarkan oleh USG sebesar 1-10 MHz. USG memiliki
kaeakurasian untuk menghitung masa kehamilan pada usia
12 minggu. Namun, USG sudah bisa mendeteksi kehamilan
pada usia kehamilan 6 minggu, dimana dengan menggunakan
USG kantung kehamilan dapat tertangkap dan tervisualisasi
pada monitior USG. Tidak ada keuntungan melakukan USG
secara rutin, dianjurkan melakukan USG pada awal kehamilan
kehamilan lebih dari 6 minggu. Pemeriksaan kedua pada usia
16-24 minggu untuk mendeteksi gangguan perkembangan
janin dan diatas 32 minggu sebagai deteksi kelainan letak
plasenta, janin dan perkembangan janin.
2) USG Doppler
Merupakan alat yang menggunakan gelombang panas dan
suara untuk dapat memberikan hasil berupa gambar
mengenai saturasi oksigen, menilai aliran darah maternal ke
janin melalui plasenta dan mendeteksi secara adanya
gangguan yang mengakibatkan terjadinya preeklampsia.
3) Cadiotopograpy (CTG)
Merupakan alat pendeteksi kesejahteraan janin dengan meilai
denyut jantung janin dan kontraksi uterus sebagai
pengindikasian terjadinya keabnormalan pada janin akibat dari
faktor resiko ibu selama kehamilan. CTG juga dikenal sebagai
alat pemantau denyut jantung, sehingga dapat mencegah
terjadinya kematian janin dengan melakukan penatalaksanaan
yang tepat terkait diagnosis yang ditegakkan. Pada beberapa
penelitian dikatakan bahwa penggunaan CTG secara rutin
tidak dianjurkan karena CTG memiliki kelemahan yaitu hasil
menunjukkan positif palsu yang dapat mempertinggi angka
kejadian Sectio Cesarea. Penggunaan CTG dianjurkan pada
ibu dengan resiko kehamilan dan penyakit penyerta yang
dapat memperburuk keadaan janin. Selain itu penggunaan
CTG digunakan dalam menentukan kesejahteraan janin
berdasarkan pada pergerakan yang dilakukan pleh janin, yaitu
keadaan janin dengan menilai denyut jantung janin dengan
CTG disertai dengan perhitungan gerakan janin serta
penilaian saturasi oksigen yang terjadi pada plasenta. NST
biasa dilakukan pada usia kehamilan >28 minggu pada ibu
dengan resiko kehamilan. (Husin, 2013; h.229-230)
8. Tinggi Fundus Uteri
Gambar 2.1 Tinggi Fundus Uteri
9. Komplikasi kehamilan
a. Mual dan muntah
1) Definisi
Mual dan muntah yang terjadi pada kehamilan hingga usia
16 minggu. Pada keadaan muntah – muntah yang berat, dapat terjadi dehidrasi, gangguan asam – basa dan elektrolit dan ketosis, keadaan ini disebut hiperemesis
gravidarum.
2) Diagnosis
Mual dan muntah sering menjadi masalah pada ibu hamil.
Pada derajat yang berat, dapat terjadi hiperemesis
gravidarum. Yaitu bila terjadi mual muntah hebat, berat
badan turun >5% dari berat badan sebelum hamil,
ketonuria, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit.
b. Abortus
1) Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin hidup diluar kandungan. WHO IMPAC
menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 22 minggu,
namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram.
2) Diagnosis
Perdarahan pervaginam dari bercak hingga banyak, perut
nyeri dan kaku, pengeluaran sebagian produk konsepsi,
kecil dari yang seharusnya, dan dapat ditegakkan dengan
ultrasonografi.
Tabel 2.2 Macam – macam Abortus
Diagnosis Perdarahan Nyeri Perut Uterus Serviks Gejala Klinis Abortus
Iminens
Sedikit Sedang Sesuai usia gestasi
Tertutup Tidak ada ekspulsi jaringan konsepsi
Terbuka Ekspulsi sebagian jaringan konsepsi
Abortus Komplit
Tidak ada Tanpa/sedikit Lebih kecil dari usia
Tertutup Janin telah mati tapi tidak ada ekspulsi jaringan konsepsi (Sumber : Kemenkes RI, 2013; h. 85)
c. Mola Hidatidosa
1) Definisi
Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik
gestasional, yang diseebabkan oleh kelainan pada vili
khorionik yang disebabkan oleh poliferasi trofoblastik dan
odema.
2) Diagnosis
Perdarahan pervaginam berupa becak hingga berjumlah
banyak, mual dan muntah hebat, ukuran uterus lebih besar
dari usia kehamilan, tidak ditemukan janin intrauteri, nyeri
perut, serviks terbuka, keluar jaringan seperti anggur, tidak
d. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
1) Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi diluar
rahim (uterus). Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi
diberbagai segmen tuba falopii, dengan 5% sisanya
terdapat di ovarium, rongga peritoneum, atau didalam,
serviks. Apabila terjadi ruptur di lokasi implantasi
kehamilan, maka keadaan perdarahan masif dan nyeri
abdomen akut yang disebut kehamilan ektopik terganggu.
2) Diagnosis
Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah
sedang, kesadaran menurun, pucat, hipotensi dan
hipovolemia, nyeri abdomen dan pelvis, nyeri goyang
porsio, serviks tertutup.
e. Plasenta previa
1) Definisi
Palsenta yang berimplantasi di atas atau mendekati ostium
serviks interna.
2) Diagnosis
Perdarahan tanpa nyeri usia kehamilan >22 minggu, darah
segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia, syok,
tidak ada kontraksi uterus, bagian terendah janin tidak
masuk pintu atas panggul, kondisi janin normal atau terjadii
gawat janin.
3) Macam – macam Plasenta
ditutupi sebagian oleh plasenta, plasenta previa marginalis
– tepi plasenta terletak di tepi ostium internal, plasenta
previa letak rndah – plasenta berimplantassi di segmen bawah uterus sehingga tepi plasenta terletak dekat dengan
ostium.
f. Solusio Plasenta
1) Definisi
Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya.
2) Diagnosis
Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap, warna
darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan jika
solusio relatif baru, syok tidak sesuai dengan jumlah darah
keluar (tersembunyi), anemia berat, gawat janin atau
hilangnya denyut jantung janin, uterus tegang terus
menerus dan nyeri.
g. Perdarahan persalinan (HPP/Hemorargia Postpartum)
1) Definisi
Perdarahan pascasalin primer terjadi dalam 24 jam
pertama setelah persalinan, sementara perdarahan
persalinan sekunder adalah perdarahan pervaginam yang
lebih banyak dari normal antara 24 jam hingga 12 minggu
setelah persalinan.
2) Diagnosis
Perdarahan pascasalin adalah perdarahan >500 ml
setelah bayi lahir atau yang berpotensi mempengaruhi
h. Hipertensi dalam Kehamilan, Preeklampsia, dan Eklampsia
1) Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang – kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali
pemerikaan pada dua kali pemeriksaan berjarak 4 – 6 jam pada wanita yang sebelumnya normotensi. Bila ditemukan
tekanan darah tinggi >140/90 mmHg) pada ibu hamil,
lakukan pemeriksaan kadar protein urine dengan tes celup
urine atau protein urine 24 jam dan tentukan diagnosis.
2) Diagnosis
a) Hipertensi kronik (Tekanan darah 140/90 mmHg,
sudah ada riwayat hipertensi pada usia kehamilan <20
minggu, tidak ada proteinuria)
b) Hipertensi gestasional (hipertensi tanpa proteinuria
yang timbul setelah kehamilan 20 minggu dan
menghilang setelah persalinan, tekanan darah ≥140/90
mmHg, tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil,
tekanan darah normal di usia kehamila <12 minggu,
diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan)
c) Preeklampsia dan Eklampsia (preeklampsia ringan
tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan
>20 minggu, tes urine menunjukkan proteinuria 1+
atau >300 mg/24 jam, preeklampsia berat tekanan
darah >160/1010 mmHg pada usia kehamilan >20
minggu, tes urine menunjukkan proteinuria ≥2+ atau
Eklampsia kejang atau koma, ada tanda dan gejala
preeklampsia)
i. Persalinan Preterm
1) Definisi
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi sebelum
usia kehamilan 37 minggu.
2) Diagnosis
Usia kehamilan 37 minggu, terjadi kontraksi 4 kali dalam
20 menit atau 8 kali dalam 60 menit diikuti dengan
perubahan serviks yang progresif, pembukaan serviks ≥ 2
cm.
j. Ketuban Pecah Dini (KPD)
1) Definisi
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan atau dimulainya tanda inpartu.
2) Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan inspekulo. Dari anamnesis didapatkan
penderita merasa keluar cair yang banyak secara tiba – tiba. Kemudian lakukan satu kali pemeriksaan inspekulo
dengan spekulum steril untuk melihat adanya cairan yang
keluar dari serviks yang menggenang di forniks posterior.
Jika tidak ada, gerakkan sedikit bagian terbawah janin,
3) Penanganan
a) Rawat dirumah sakit.
b) Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri
perut,pikirkan solusio plasenta.
c) Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina
berbau) berikan antibiotika sama halnya jika terjadi
amnionitis.
d) Jika tidak ada infeksi dan kehamilan <37 minggu :
berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu
dan janin, ampicillin 4x500 mg selama 7 hari ditambah
eritromisin 250 mg per oral 3 kali per hari selama 7 hari,
lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu, jika
terdapat his dan lendir darah, kemungkinan terjadi
persalinan preterm.
e) Jika terdapat infeksi dan kehamilan >37 minggu : jika
ketuban telah pecah >18 jam, berikan antibiotika
profilaksis untuk mengurangi resiko infeksi
streptokokus, ampicillin, 2 gr IV setiap 6 jam atau
penisillin G 2 juta unit IV setiap 6 jam sampai
persalinan. Jika tidak ada infeksi pascapersalinan
hentikan antibiotika.
f) Nilai serviks : jika sudah matang, lakukan induksi
persalinan dengan oksitosin. Jika serviks belum
matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan
k. Kehamilan lewat waktu (serotinus)
1) Definisi
WHO mendefinisikan kehamilan lewat waktu sebagai
kehamilan usia ≥42 minggu penuh (294 hari) terhitung
sejak hari pertama haid terakhir, namun penelitian terkini
menganjurkan tatalaksana lebih awal.
2) Diagnosis
USG di trimester pertama (usia kehamilan antara 11 – 14 minggu) sebaiknya ditawarkan kepada semua ibu hamil
untuk menentukan usia krhamilan dengan tepat.
3) Macam-macam nama kehamilan serotinus :
1) Postdate : menunjukkan kehamilan telah melampau
umur 42 minggu sejak hari pertama menstruasi.
2) Postterm : menunjukkan bahwa kehamilan telah
melampaui waktu perkiraan persalinan menurut hari
pertema menstruasinya.
3) Postmatture : menunjukkan atau menggambarkan
keadaan janin yang telah melampaui batas waktu
persalinannya sehingga dapat menimbulkan
komplikasi.
Dengan mengetahui hari pertama menstruasi, maka kita
akan dapat menentukkan :
a) Perhitungan kemungkinan waktu persalinan menurut
Naegel.
b) Hasil pemeriksaan perawatan antenatal berupa janin
masa kehamilan (KMK), janin sama besarnya untuk
masa kehamilan (SMK). (Manuaba, 2012; h. 450)
l. Kehamilan ganda
1) Definisi
Kehamilan ganda ialah satu kehamilan dengan dua janin
atau lebih.
2) Diagnosis
Besar uterus melebihi usia kehamilan atau lamanya
amenorea, hasil palpasi abdomen mengarah ke kehamilan
ganda yaitu kepala janin relatif lebih kecil dibandingkan
dengan ukuran uterus, teraba 2 balotment atau lebih,
terdengar lebih dari satu denyut jantung bayi (KemenKes
B. Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah suatu psoses pengeluaran hasil
konsepsi, (janin dan palsenta) yang dapat hidup ke dunia luar
dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Mochtar,
2011; h. 69)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap
normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan
dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu
jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks
(JNPK-KR, 2008 ; h. 39)
2. Etiologi
a. Teori penurunan Hormon
1 – 2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen danprogesteron. Progesteron
bekerja sebagai penenang otot – otot polos rahim, karena itu akan terjadi kekejangan pembuluh darah yang
menimbulkan his jika kadar progesteron turun.
b. Teori Plasenta menjadi tua
Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar
estrogen, dan progesteron sehingga terjadi kekejangan
c. Teori Distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
iskemia otot – otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks, terletak ganglion servikale (pleksus
Frankenhauser) apabila ganglion tersebut digeser dan
ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbil kontraksi
uterus.
e. Induksi partus
Partus dapat pula ditimbulkan dengan : gagang laminaria,
amniotomi, pemberian oksitosin melalui tetesan per infus
(Mochtar R, 2012; h. 71)
3. Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal
Adaptasi terhadap persalinan :
a. Adaptasi janin
1) Denyut Jantung Janin
Pemantauan denyut jantung jantin (DJJ) memberi
informasi yang dapat dipercaya dan dapat digunakan
untuk memperdiksi keadaan janin yang berkaitan
dengan oksigenasi.
2) Sirkulasi janin
Dipengaruhi oleh posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan
darah dari tali pusat.
3) Pernapasan dan perilaku janin
persalinan pervaginam), tekanan O2 janin menurun,
tekanan karbondioksia arteri meningkat, pH arteri
menurun.
b. Adaptasi Ibu
1) Perubahan Kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 400 ml darah keluar dari uterus
dan masuk kedalam sistem vaskuler ibu. Hal ini akan
meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai 15%
pada tahap pertama persalinan dan sekitar 30% sampai
50% pada tahap kedua persalinan.
2) Perubahan Pernapasan
Peningkatan aktifitas fisik dan peningkatan pemakaian
oksigen terlihat dari penginkatan frekuensi pernapasan.
3) Perubahan Ginjal
Pada trimester II, kandung kemoih menjadi organ
abdomen. Apabila terisi, kandung kemih dapat teraba
diatas simpisis pubis. Selama persalinan, wanita dapat
mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan.
4) Perubahan Ligamentum
Adaptasi sistem intagumen jelas terlihat khususnya
pada daya distensibilitas daerah introitus vagina (muara
vagina).
5) Perubahan Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal mengalami stres persalinan.
Doiaforesis, keletihan, proteinuria (1+) dan kemungkinan
6) Perubahan Neurologi
Menunjukan bahwa timbul stres dan rasa tidak nyaman
selama persalinan. Saat wanita masuk ketahaap
pertama sensoris terjadi saat wanita masuk ke tahap
pertama persalinan dan saat masuk ke tahap
berikutnya.
7) Perubahan Pencernaan
Persalinan mempengaruhi sistem saluran cerna wanita.
Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita
bernapas lewat ,mulut, dehidrasi,, dan repspons emosi
terhadap persalinan.
8) Sistem Endokrin
Diakibatkan oleh penurunan kadar estrogen
prostaglandin dan oksitosin (Bobak, 2005 ; h. 248 – 250)
Mekanisme Persalinan
a. Kala Persalinan
1) Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai
menjadi pembukaan lengkap 10 cm.
2) Kala II : kala pengeluaran janin, sewaktu uterus
dengan kekuatan his ditambah kekuatan
mengedan mendorong janin keluar hingga lahir.
3) Kala III : waktu pelepasan dan pengeluaran uri.
4) Kala IV : mulai dari lahirnya uri sampai 1-2 jam.
b. Kala I pembukaan
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya
serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar
(effacement). Kala p-embukaan dibagi atas 2 fase :
1) Fase laten : pembukaan serviks yang
berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm,
lamanya 7-8 jam.
2) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan
dibagi 3 subfase.
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam,
pembukaan menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal : selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9
cm.
c) Periode deselerasi : berlangsung lambat,
dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10
cm (lengkap).
c. Kala II (pengeluaran janin)
Pada kala ini, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan
lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin
telah turun dan masuk keruang panggul sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul
yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa
mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu
merasa seperti mau BAB, dengan tanda anus
terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka, dan perineum
meregang. Dengan his dan mengedan yang
janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1½-2
jam pada multi ½ jam.
d. Kala III
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat
sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri
setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi
dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat
kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran
uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta
terlepas, terdorong kedalam vagina , dan akan lahir
spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas
simpisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc.
e. Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi
dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu,
terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.
Lamanya persalinan pada primi dan multi dapat
dilihat pada kotak diatas. (Mochtar, 2012; h. 73)
4. Tanda gejala menjelang persalinan
a. Lightening
Mulai dirasa kira – kira dua minggu sebelum persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi kedalam pelvis
minor. Pada presentasi sefalik, kepala bayi biasanya
menyebut lightening “kepala bayi sudah turun”. Sesak
nafas yang dirasakan sebelumnya selama trimester ketiga
kehamilan akan berkurang karena kondisi ini akan
menciptakan ruang yang lebih besar di dalam abdomen
atas untuk ekspansi paru. Namun, tetap saja lightening
menimbulkan rasa tidak nyaman yang lain akibat tekanan
bagian presentasi pada struktur diarea pelvis minor. Ibu
akan sering berkemih karena kandung kemih ditekaan
sehingga ruang tersisa untuk ekspansi berkurang,
perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang
menyeluruh, yang membuat ibu merasa tidak enak dan
timbul sensasi terus – menerus bahwa sesuatu perlu dikeluarkan atau ia perlu defekasi. Kram pada tungkai yang
disebabkan oleh tekanan bagian presentasi saraf yang
menjalar melalui foramen iskiadikum mayor dan menuju ke
tungkai.
b. Perubahan seviks
Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”. Kalau tadinya selama masa hamil, serviks dalam keadaan
menutup, panjang, lunak, dengan konsistensi seperti
puding, mengalami sedikit penipisan (effacement) dan
kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi kematengan serviks
akan akan tergantung pada individu wanita dan paritasnya
sebagai contoh pada masa hamil serviks ibu multipara
secara normal mengalami pembukaan 2 cm, sedangkan
c. Kontraksi palsu
Kontraksi palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat
nyeri, yang memberi pengaruh signifikan tergadap serviks.
Kontraksi palsu sebenaranya timbul akibat kontraksi
Braxton Hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak
sekitar enak munggu kehamilan.
d. Bloody show
Pada lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi
kelenjar lendir serviks pada awal kehamilan. Pengeluaran
lendir inilah yang disebut bloody show. paling sering terlihat
sebagai rabas lendir bercampur darah yang lengket dan
harus dibedakan dengan cermat dari perdarahan murni.
Ketika melihat rabas tersebut, wanita sering kali berpikir
bahwa tanda persalinan.
e. Kontraksi persalinan merupakan hubungan saling
mempengaruhi yang rumit antara dorongan psikologis dan
fisiologis dalam diri wanita dengan pengaruh dorongan
tersebut pada proses kelahiran dan bayi. Dorongan ini
menghasilkan kelahiran bayi. Kekuatan fisiologis utama
selama p[ersalinan adalah kontraksi uterus. Kontraksi
uterus pada persalinan bersifat unik mengingat kontraksi ini
merupakan kontraksi yang involunter karena berada di
bawah pengaruh saraf intrinsik.
f. Penipisan dan pembukaan
Penipisan dan pembukaan merupakan akibat langsung
kontraksi. Penipisan terjadi karena saluran serviks yang
sampai pada titik saluran serviks menghilang sehingga
hanya menyisakan os. Eksternal sebagai muara sirkular
dengan bagian tepi tipis. Dilatasi adalah pelebaran os.
Serviks ekstrernal dan muara dengan diameter berukuran
beberapa milimeter sampai muara tersebut cukup lebar
untuk dilewati bayi (varney, 2008; h.672 – 681) 5. Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah :
a. POWER (tenaga)
Power atau tenaga yang mendorong anak adalah :
His adalah kontraksi otot – otot rahim pada persalinan (his
persalinan yang menyebabkan pendataran dan
pembukaan serviks terdiri dari his pembukaan, his
pengeluaran dan his pelepasan plasenta, his pendahuluan
tidak berpengaruh terhadap serviks. Tenaga mengejan (
kontraksi otot – otot dinding perut, kepala didasar panggul merangsang mengejan, paling efektif saat kontraksi/his)
b. PASSANGER (janin)
Akhir minggu ke 8 janin mulai nampak menyerupai
manusia dewasa, menjadi jelas pada akhir minggu ke 12
(Sukarni, 2013; h.194)
c. PASSAGE (Jalan Lahir)
Bagian – bagian tulang panggul (2 Os Coxae, Os Cossygis, Os Sacrum) (Sukarni, 2013; h.187)
6. Penatalaksanaan
a. Kala 1
1) Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu
2) Jika ibu tampak gelisah/kesakitan : biarkan ia berganti
posisi sesuai keinginan, tapi jika di tempat tidur
sarankan untuk miring kiri, biarkan ia berjalan atau
beraktivitas ringan sesuai kesanggupannya, anjurkan
suami atau keluarga memijat punggung atau
membasuh muka ibu, ajari teknik bernapas.
3) Jaga privasi ibu, gunakan tirai penutup dan tidak
menghadirkan orang tanpa seizin ibu.
4) Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya
setelah buang air kecil/besar.
5) Jaga kondisi ruangan ruangan sejuk. Untuk mencegah
kehilangan panas pada bayi baru lahir, suhu ruangan
minimal 25 ºC dan semua pintu serta jendela harus
tertutup.
6) Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
7) Sarankan ibu berkemih sesering mungkin.
8) Pantau parameter berikut secara rutin dengan
Tabel 2.3 Penilaian dan Intervensi selama Kala I
Parameter Frekuensi pada
kala I fase laten
Frekuensi pada kala 1 fase aktif Tekanan darah Tiap 4 jam Tiap 4 jam
Suhu tiap 4 jam Tiap 2 jam
Nadi Tiap 30-60 menit Tiap 30-60 menit
DJJ Tiap 1 jam Tiap 30 menit
Kontraksi tiap 1 jam Tiap 30 menit
Pembukaan serviks Tiap 4 jam Tiap 4 jam Penurunan kepala Tiap 4 jam Tiap 4 jam Warna cairan amnion Tiap 4 jam Tiap 4 jam (Sumber : KemenKes RI, 2013; h. 37)
9) Pasang infus intravena untuk pasien dengan :
kehamilan lebih dari 5, hemoglobin <9 gr/dl atau
hematokrit <29 %, riwayat gangguan perdarahan,
sungsang, kehamilan ganda, hipertensi, persalinan
lama.
10) Isi dan letakkan partograf disamping tempat tidur atau
didekat pasien.
11) Lakukan pemeriksaan kardiotokografi jika
memungkinkan.
b. Kala II, III dan IV
1) Mengenali tanda gejala kala dua : ibu mempunyai
keinginan kuat untuk meneran, ibu merasa takanan
yang semakin meningkat pada rektum atau vaginanya.
2) Menyiapkan pertolongan persalinan, pastikan
kelengkapan peralatan, bahan dan obat esensial :
klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir
steril/DTT siap dalam wadahnya. semua pakaian,
handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam kondisi
bersih dan hangat, timbangan pita ukur, stetoskop bayi,
Paatahkan ampul oksitosin 10 IU dan tempatkan spuit
steril sekali pakai di dalam partus set/wadah DTT.
Untuk resusitasi (tempat datar, rata, bersih, kering dan
hangat, 3 handuk, atau kain bersih dan kering, alat
penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60
cm di atas tubuh bayi. Persiapan bila yerjadi
kegawatdaruratan pada ibu cairan kristaloid, set infus.
3) Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang
bersih, sepatu tertutup kedap air, tutup kepala, masker
dan kacamata.
4) Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu
cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih
kemudian keringkan dengan handuk atau tisu bersih.
5) Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan
dalam.
6) Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin 10 IU dan letakkan kembali spuit
tersebut di partus set/wadah DTT atau steril tanpa
mengontaminasi spuit.
7) Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang
dengan kapas atau kassa yang dibasahi air DTT.
8) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi
bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat :
kepala sudah masuk ke dalam panggul dan tali pusat
9) Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan
tangan yang masih memakai saring tangan kedalam
larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan sarung tangan
dalam kedaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelahnya.
10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah
kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam
batas normal (120 – 160) kali/menit). Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
11) Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik.
12) Minta bantuan keluarga untuk membantu proses
bimbingan meneran.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan yang kuat untuk meneran.
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa
ada dorongan untuk meneran dalam 40 menit.
15) Jika kepala bayi sudah membuka vulva diameter 5 – 6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang
dilapisi kain bersih dan kering, sementara tangan yang
lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi
defleksi dan membantu lahirnya kepala.
16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah
bokong ibu.
17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali
18) Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua
tangan.
19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm, dilindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
kain bersih dan kering, sementara tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi
dan membantu lahirnya kepala, anjurkan ibu meneran
sambil bernafas cepat dan dangkal.
20) Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi.
21) Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi
luar secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang
secara biparietal anjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi (dengan lembut gerakan kepala ke arah
bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis, gerakan arah atas dan distal untuk
mekahirkan bahu belakang.
23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada
dibawah di bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanhgga kepala, lengan dan siku sebelah bawah
(gunakan tangan yang berada diatas untuk
menelusurui dan memegang tangan dan sikut sebelah
atas.
24) Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan
penelusuran tangan yang berada di atas ke pinggang,
kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang
masing – masing mata kaki dengan ibu jari dan jari – jari lainnya).
25) Lakukan penilaian sekilas.
26) Bila tidak ada Asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru
lahir normal. Keingkan dan posisikan tubuh bayi di atas
perut ibu (keringkan bayi mulai dari muka kepala dan
bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks, ganti handuk basah dengan
handuk yang kering, pastikan bayi dalam kondisi baik
di atas dada atau perut ibu.
27) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada
bayi lain dalam uterus (hamil tunggal)
28) Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan
menyuntikkan oksitosin untuk membantu uterus
berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan
suntikan oksitosin 10 IU di sepertiga paha atas bagian
distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan
oksitosin)
30) Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir,
jepit tali pusat pada sekitas 3 cm dari pusat (umbilikus)
bayi (kecuali pada asfiksia neonatus, lakukan sesegera
mungkin.
31) Potong dan ikat tali pusat, dengan satu tangan angkat
tali pusat diantara 2 klem tersebut (sambil lindungi
pada satu sisi kemudian dilonggarkan yang telah dijepit
kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi
berlawanan dan laukuan ikatan kedua menggunakan
sampul kunci. Lepaskan klem dan masukkan dalam
larutan klorin 0,5 %.
32) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke
kulit bayi. Letakkan bayi dalam posisi tengkurap di
dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel
dengan baik didinding dada – perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara peyudara ibu dengan
posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering
dan pasang topi pada kepala bayi.
34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva.
35) Lakukan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu,
tepat diepi atas simfisis dan tegangkan tali pusat ke
arah dorso – kranial secara hati – hati.
36) Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial
hingga plasenta terlepas, lalu minta ibu meneran
sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir
dengan tetap melakukan tekanan dorso – kranial. 37) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan
kelhairan plasenta dengan menggunakan kedua
38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
lakukan masase uterus dengan meletakkan telapak
tangan difundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras)
39) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun ke janin dan pastikan bahwa selaputnya
lengkap dan utuh.
40) Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum
dan lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan
perdarahan aktif.
41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam.
42) Mulai Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan memberi
cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu – bayi (di dada ibu minimal 1 jam).
43) Setelah kontak kulit ibu – bayi dan IMD selesai : timbang dan ukur bayi, beri bayi salep mata antibiotik
profilaksis (tetrasiklin 1 % atau antibiotika lain),
suntikan vitamin K1 1 mg (0,5 ml untuk sediaan 2
mg/mL) IM dipaha kiri anterolateral bayi, pastikan suhu
tubuh bayi normal 36,5 – 37,5 ºC, berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama, ayah,
ibu, waktu lahir, jenis kelamin, lakukan pemeriksaan
untuk melihat adanya cacat bawaan.
44) Satu jam setelah pemberian vit K1, berikan suntikan
45) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan
perdarahan pervaginam : setiap 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin, setiap 15 menit pertama
pascasalin, setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pascasalin.
46) Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana
atonia uteri jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.
47) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus
dan menilai kontraksi, mewaspadai tanda bahaya ibu,
serta kapan harus memanggil bantuan medis.
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49) Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung
kemih ibu setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pascasalin dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascasalin.
50) Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa
bayi bernafas dengan baik (40 – 60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5ºC)
51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit)
Cuci peralatan setelah didekontanminasi.
52) Buang bahan – bahan yang terkontamionasi ke tempat smpah yang sesuai.
53) Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT, bersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah, bantu ibu
54) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan
ASI, anjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman
dan makanan yang diinginkannnya.
55) Dekoontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin
0,5%.
56) Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin
0,5%, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir lkemudian keringkan dengan handuk kering
dan bersih.
58) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang,
periksa tanda vital, dan asuhan kala IV) (Kemenkes RI,
2013; h. 36 – 49) 7. Patologis
a. Kala I memanjang
1) Masalah
Fase lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12
jam atau lebih tanpa kelahiran bayi (persalinan lama),
dilatasi serviks dikanan garis waspada pada partograf.
2) Penanganan
Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin
(termasuk tanda vital dan tingkat hidrasi atau
kesadaran), kaji kembali partograf tentukan apakah
pasien berada dalam persalinan (nilai frekuensi dan
lamanya his), perbaiki keadaan umum dengan
sesuai APN, periksa keton dalam urine dan berikan
cairan, baik peroral maupun parenteral, dan upayakan
buang air kecil (kateterisasi hanya kalau perlu), berikan
analgesia tramadol atau petidin 25 mg secara IM
(maximum 1 mg/kg BB) atau morfin 10 mg IM, jika
pasien merasakan nyeri yang sangat.
3) Diagnosis
Faktor penyebab persalinan lama :
a) His tidak adekuat
b) Faktor janin
c) Faktor jalan lahir
Tabel 2.4 Diagnosis persalinan lama
Tanda dan gejala Diagnosis
Serviks tidak membuka
Tidak didapatksn his/his tidak teratur.
Belum inpartu Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm
sesudah 8 jam inpartu dengan his teratur.
Fase laten memanjang
Pembukaan serviks melewti kanan garis waspada partograf :
d. Frekuensi his kurang dari 3 his per 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik. e. Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju sedangkan his baik.
f. Pembukaan servik dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju (dengan caput, terdapat moulage, edema serviks, tanda rupture uteri imminens, gawat jsnin,
g. Kelainan presentasi (selain verteks dengan oksiput anterior)
Fase aktif memanjang
Inersia uteri
Disproporsi sefalopelvik
Obstruksi kepala
Malpresentasi atau malposisi
Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tak ada kemajuan penurunan.
Kala II lama
4) Penanganan khusus
a) Persalinan palsu/belum inpartu (false labour)
Periksa apakah ada infeksi saluran kemih atau
ketuban pecah. Jika didapatkan adanya infeksi,
obati secara adekuat. Jika tidak ada, pasien boleh
rawat jalan.
b) Fase laten memanjang (prolonged latent phase)
Diagnosis fase laten memanjang dibuat secara
retrospektif. Jika his berhenti, pasien disebut belum
inpartu atau persalinan palsu. Jika his makin teratur
dan pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm,
pasien masuk dalam fase laten. Fase laten lebih
dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan,
lakukan penilaian ulang terhadap serviks :
(1) Jika tidak ada pembukaan pada pendaftaran
atau pembukaan serviks dan tidak gawat janin,
mungkin pasien belum inpartu.
(2) Jika ada kemajuan dalam pendaftaran dan
pembukaan serviks (lakukan penilaian ulang
setiap 4 jam, jika pasien tidak masuk fase aktif
setelah dilakukan pemberian oksitosin selama 8
jam, lakukan se4ctio cesarea.
(3) Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam,
cairan vagina berbau) : lakukan akselerasi
persalinan dengan oksitosin, berikan antibiotika
kombinasi sampai persalinan (Ampicillin 2 gram
BB IV setiap 24 jam, jika terjadi persalinan
pervaginam stop antibiotika pascapersalinan,
jika dilakukan sectio cesarea, lanjutkan
antibiotika ditambah metronidazol 500 mg IV
setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama
48 jam.
c) Fase aktif memanjang
(1) Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi
cepalopelvik atau obstruksi dan ketuban masih
utuh, pecahkan ketuban.
(2) Nilai his (kurang dari 3 his dalam 10 menit dan
lamanya kurang dari 40 detik pertimbangkan
adanya inersia uteri) jika his adekuat (3 kali
dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik
pertimbangkan adanya disproporsi, obstruksi,
malposisi atau malpresentasi)
(3) Lakukan penanganan umum yang akan
memperbaiki his dan mempercepat kemajuan
persalinan.(Saifuddin, 2010, h. M-48-50)
b. Kala II tak maju
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah
lengkap dan berakhir dengan keluarnya janin. Median
durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20 menit
untuk untuk multipara, tetapi angka ini angka ini juga
sangat bervariasi. Pada ibu dengan paritas tinggi yang
vagina dan perineumnya sudah melebar, dua atau tiga kali
cukup untuk mengeluarkan janin. Sebaliknya, pada
seorang ibu dengan panggul sempit atau janin besar, atau
dengan kelainan gaya ekspulsif akibat anastesia regional
atau sedasi yang berat, maka kala dua dapat sangat
memanjang bahwa rata-rata persalinan kala II sebelum
pengeluaran janin spontan, memanjang sekitar 25 menit
oleh anestesiaregional. Selain itu kala II melibatkan banyak
gerakan pokok yang penting agar janin dapat melewati
jalan lahir. Selama ini terdapat aturan-aturan yang
membatasi 3 jam apabila dibatasi analgesia regional.
Untuk multipara satu jam adalah batasnya diperpanjang
menjadi dua jam pada penggunanaan analgesia regional
(Prawirohardjo, 2010; h. 574-575)
Menurut Saifuddin (2010,h. M-56), upaya
mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena
mengurangi jumlah oksigen keplasenta. Dianjurkan
mengedan secara spontan (mengedan dan menahan
nafas terlalu lama, tidak dianjurkan) jika malpresentasi dan
tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan infus
oksitosin. Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala : jika
kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simpisis pubis, atau
bagian tulang kepala distasion (0), lakukan vacum
Ekstraksi. Jika kepala diantara 1/5 dan 3/5 diatas simpisis
pubis, atau bagian tulang kepala diantara stasion (0) – (-2) lakukan Vacum ekstraksi. Jika kepala lebih dari 3/5 diatas
simpisis pubis, atau bagian tulang kepala diatas stasion
c. Partus macet
Partus macet atau kasep merupakan persalinan
yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida atau 18
jam bagi multigravida. Biasanya disertai komplikasi ibu
maupun janin. Penyebabnya adalah kelainan letak janin,
kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan,
trjadi ketidakseimbangan sefalopelvik, pimpinan persalinan
yang salah, primipara primer atau sekunder berusia tua.
Bidan didaerah pedesaan dengan polindesnya diharapkan
dapat mengambil bagian terbesar pada pertolongan
persalinan normal dengan menggunakan partograf WHO.
Puncak kewaspadaan dilaksanakan dengan merujuk ke
pusat pelayanan dengan fasilitas setelah melampaui garis
waspada agar ibu diterima dipusat pelayanan dalam
keadaan optimal. Persalinan macet merupakan tingkat
akhir persalinan lama dengan disertai komplikasi sehingga
bidan perlu melakukan tindakan medis : Memberikan
rehidrasi dan infus cairan pengganti, memberikan
antibiotik.Dengan demikian bidan melaksanakan fungsinya
dalam menghadapi persalinan macet lebih bermutu
(Saifuddin, 2009; h. 390-391)
8. Partograf
a. Definisi
Partograf adalah alat bantu untuk memantau
kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk
Gambar 2.2 Partograf
(Sumber : KemenKes RI, 2012; h. 334)
b. Tujuan partograf
Tujuan utamanya yaitu : mencatat hasil observasi dan
kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam, mendeteksi apakah proses
persalinan berjalan secara normal dengan demikian juga
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
partus lama, data pelengkap yang terkait dengan
pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan
proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang
9. Indikasi – indikasi untuk melakukan tindakan atau
Rujukan Segera selama Kala Satu Persalinan
Tabel 2.5 Indikasi melakukan tindakan atau rujukan Kala I mempunyai kemampuan untuk melakukakn bedah sesar.
Dampingi ibu ke tempat rujukan dengan memberikan dukungan dan semangat.
Perdarahan pervaginam selain lendir bercampur darah (show)
Jangan melakukan pemeriksaan dalam : baringkan ibu ke sisi kiri, pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat, segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar, dampingi ibu ke tempat rujukan.
Kurang dari 37 minggu (persalinan kurang bulan)
Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
memiliki kemampuan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat.
Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental
Baringkan ibu miring kiri, dengarkan DJJ, segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan bedah sesar, dampingi ibu ke tempat rujukan dan bawa partus set, kateter penghisap lendir Dee Lee dan handuk/kain untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi untuk mengantisipasi jika ibu melahirkan diperjalanan.
Ketuban pecah (lebih dari 24 jam atau ketubahn pecah pada kehamilan kurang bulan (usia kehamilan <27 minggu
Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat obstetri, dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta semangat.
Tanda gejala infeksi : Tempratur >38ºC, menggigil, nyeri abdomen, cairan ketuban berbau.
Baringkan ibu miring ke kiri, pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau gram fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam, segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan penatalksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat.
Tekanan darah lebih dari 160/110 atau terdapat protein dalam urine (preeklampsia berat)
18) dan berikan Ringer Laktat atau yang memiliki kemampuan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat.
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat.
DJJ <100 atau >180 x/menit pada dua kali peniliaian dengan jarak 5 menit (gawat janin)
Baringkan ibu miring ke kiri, pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau gram fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam, segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan penatalksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat.
Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan kepala janin 5/5 berikan dukungan dan semangat. Presentasi bukan belakang kepala
(sungsang, letak lintang dll)
Baringkan ibu miring ke kiri, segera berikan dukungan dan semangat. Presentasi ganda (majemuk) adanya
bagian lain dari janin, misalnya lengan atau tangan, bersama dengan presentasi belakang kepala berikan dukungan dan semangat. Tali pusat menumbung (jika tali pusat
masih berdenyut)
Gunakan sarung tangan Desinfeksi tingkat tinggi, letakkan satu tangan di vagina dan jauhkan kepala janin dari tali pusat yang menumbung, Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
memiliki kemampuan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat.
Tanda dan gejala syok : Nadi cepat lemah (lebih dari 110x/menit), Tekanan darah menurun (sistolik kurang dari 90 mmHg), pucat,