• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Persalinan 1. Pengertian

10. Induksi Persalinan

Keberhasilan induksi persalinan bergantung pada skor pelvik. Jika skor >6, biasanya induksi cukup dilakukan dengan oksitosin. Jika <5 matangkan serviks lebih dahulu dengan prostaglandin atau Kateter Foley.

Tabel 2.8 penilaian serviks untuk Induksi persalinan (Skor Bishop) Faktor SKOR 0 1 2 3 Bukaan (cm) Tertutup 1-2 3-4 >5 Panjang servik (cm) >4 3-4 1-2 <1

Konsistensi Kenyal Rata-rata lunak -

Posisi Posterior Tengah Anterior -

Turunnya kepala (cm dari spina ischiadika)

-13 -2 -1 +1, +2

Turunnya kepala dengan palpasi abdominal menurut sistem perlimaan

4/5 3/5 2/5 1/5

Sumber : Saifuddin (2010, h. P-10)

a. Pengertian

Induksi partus adalah suatu upaya agar persalinan mulai berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang timbulnya his. Dalam dunia kiebidanan ada kalanya suatu persalinan terpaksa diakhiri karena adanya suatu indikasi. Indikasi dapat datang dari ibu maupun janin. Hasil induksi juga bergantung pada keadaan serviks. Sebaiknya induksi partus dilakukan pada serviks yang mulai matang, yaitu kondisi serviks sudah lembek, dengan pendataran sekurang-kurangnya 50% dan pembukaan serviks satu jari.

b. Indikasi

1) Penyakit hipertensi dalam kehamilantermasuk preeklampsia dan eklampsia

2) Postmaturitas

3) Ketuban pecah dini (KPD)

5) Diabetes melitus pada kehamilan 37 minggu 6) Antagonisme Rhesus

7) Penyakit ginjal berat 8) Hidramnion yang besar

9) Cacat bawaan seperti anencephal

10) Keadaan gawat janin atau gangguan pertumbuhan janin (IUGR)

11) Primigravida tua

12) Perdarahan antepartum

13) Indikasi nonmedis, sosial dan ekonomi. c. Kontraindikasi

1) Disproporsi cephalopelvik

2) Ibu dengan penyakit jantung berat

3) Hati-hati dengan bekas operasi atau uterus yang cacat.

d. Penggunaan oksitosin

Menurut Saifuddin (2010; h. 10-11), Oksitosin digunakan secara hati-hati karena gawat janin dapat terjadi dari hiperstimulasi. Walaupun jarang, rupture uteri dapat pula terjadi, lebih-lebih pada multipara. Senantiasa lakukan pemantauan ketat pada pasien yang mendapat oksitosin. Pertahankan tetesan sampai persalinan, pantau denyut nadi, tekanan darah, dan kontraksi ibu hamil, serta DJJ. Lalu kaji ulang indikasi. Baringkan ibu hamil miring kiri, catat semua perkembangan tiap 30 menit (kecepatan infus oksitosin, frekuensi dan lamanya kontraksi, DJJ tiap 30

menit dan selalu langsung setelah kontraksi, apabila kurang dari 100 x/m segera hentikan infus).

Menurut Mochtar (2012, h. 40-41), penggunaan okstitosin dapat secara suntikan Intramuscular (IM). Intravena (IV), dan drip infus. Yang paling baik dan aman adalah pemberian infus tetes (drip) karena dapat diatur dan diawasi efek kerjanya.

e. Komplikasi 1) Terhadap ibu

a) Kegagalan induksi

b) Kelelahan ibu dan krisis emosional c) Inersia uteri dan partus lama

d) Tetani uteri (tamultous labour) yang dapat menyebabkan solusio plasenta, ruptur uteri dan laserasi jalan lahir.

e) Infeksi intrauterin. 2) Terhadap janin

a) Trauma pada janin oleh tindakan b) Prolapsus tali pusat

c) Infeksi intrapartum pada janin 11. Persalinan dengan tindakan Vacum Ekstraksi

a. Pengertian

Alat yang dipakai untuk memegang kepala janin yang masih berada didalam jalan lahir yang tujuannya memberi tenaga pada basis krani janin dan memegang kepala janin sehingga dapat dikatakan janin ditarik keluar pada rambutnya. Inidkasi : kelelahan ibu, partus tak maju, gawat

janin yg ringan, toksemia gravid, ruptur teri iminens.untukmempersingkat kala II pd ibu yg tdk bisa mengejan lama. (Mochtar, 2011)

b. Syarat dilakukan VE

Presentasi belakang kepala, janin cukup bulan, pembukaan lengkap, kepala H III-IV atau 1/5 – 2/5.

c. Langkah-langkah menggunakan VE

1) Masukkan mangkok vacum melalui introitus vagina secara miring dan pasang pada kepala bayi dengan titik tengah pada sutura sagitalis ±1 cm anterior dari ubun-ubun kecil.

2) Nilai apakah diperlukan episiotomi, jika episiotomi tidak diperlukan pada saat pemasangan mangkok, mungkin dieprlukan saat perineum meregang, ketika kepala akan lahir.

3) Pastikan tidak ada bagian vagina atau portio yang terjepit.

4) Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau negatif

– 0,2 kg/cm² (Malmstrom), dan periksa aplikasi mangkok (minta asisten menurunkan tekanan secara bertahap).

5) Setelah 2 menit naikkan hingga skala 60 (silastik) atau negatif – 0,6 kg/cm (Malmstrom) periksa aplikasi mangkok, tunggu 2 menit lagi.

6) Periksa adakah jaringan vagina yang terjepit, jika ada turunkan tekanan dan lepaskan jaringan yang terjepit tersebut.

7) Setelah mencapai tekanan negatif yang maksimal, lakukan traksi searah dengan sumbu panggul dan tegak lurus pada mangkok.

8) Tarikan dilakukan pada puncak his dengan mengikuti sumbu jalan lahir. Pada saat penarikan (pada puncak his) minta pasien meneran. Posisi tangan luar menarik pengait, ibu jari tangan dalam mangkok, telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi.

9) Tarikan bisa diulangi sampai 3 kali saja.

10) Lakukan pemeriksaan diantara kontraksi (denyut jantung, aplikasi mangkok).

11) Saat suboksiput sudah berada dibawah simpisis, arahkan tarikan ke atas hingga lahirlah berturut-turut dahi, muka, dagu. Segera lepaskan mangkok vacum dengan membuka tekanan negatif.

12) Selanjutnya kelahiran bayi dan plasenta dilakukan seperti pertolongan persalinan normal.

13) Eksplorasi jalan lahir dengan menggunakan spekulum

sim’s atas dan bawah untuk melihat apakah ada

robekan pada dinding vagina atau perpanjangan luka episiotomi.

d. Kegagalan

1) Ekstraksi Vacum dianggap gagal jika : kepala tidak turun pada tarikan, jika tarikan sudah tiga kali dan kepala belum turun atau tarikan sudah 30 menit, mangkok lepas pada tarikan pada tekanan maksimum 2) Setiap aplikasi vacum harus dianggap sebagai

Ekstraksi Vacum harus dianggap sebagao Ekstraksi Vacum percobaan, jangan lanjutkan jika tidak terdapat penurunan kepala pada setiap tarikan. (Saifuddin, 2010; h. P22-23)

C. NIFAS

1. Pengertian

Masa nifas adalah masa pemulihan kembali, untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih minggu. Lama masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6 – 8 minggu setelah persalinan (Mochtar R, 2012 ; h.87)

Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berskhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hsmil, berlangsung kira – kira 6 minggu (KemenKes RI, 2013 ; h.50)

Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat – alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagi akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009 ; h. 4)

Dokumen terkait