BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kemampuan Pemahaman Konsep Anak Usia Dini 1. Pengertian Pemahaman Konsep
Menurut Zacks & Tversky (dalam Santrock 2010:352), konsep adalah kategori-kategori yang mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti umum. Apabila kita tidak memiliki konsep, kita akan kesulitan untuk merumuskan problem yang sepele dan bahkan tak bisa memecahkannya. Konsep juga membantu proses mengingat, membuatnya lebih efisien. Ketika anak mengelompokkan objek untuk membentuk konsep, mereka bisa mengingat konsep tersebut, kemudian mengambil karakteristik konsep itu. Anak memahami konsep melalui pengalaman langsung dengan objek atau kejadian dalam dunia mereka, anak juga membentuk konsep melalui pengalaman dengan simbol (sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain).
Menurut Ormrod (2009:327), konsep adalah cara mengelompokkan dan mengkategorikan secara mental berbagai objek atau peristiwa yang mirip dalam hal tertentu. Orang di berbagai disiplin ilmu telah mengembangkan konsep yang beraneka ragam untuk membantu mereka memahami secara lebih baik fenomena yang mereka pelajari.
memformulasikan dan menguji hipotesis telah lama muncul dalam psikologi eksperimen. Tahap awal pembentukan konsep adalah memilih hipotesis atau strategi yang konsisten dengan konsep penyelidikan kita. Ketika kita mencari untuk menemukan sesuatu, prosesnya meliputi pembentukan prioritas-prioritas, sebagai seorang peneliti mungkin mengurutkan urutan eksperimen.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah mengklasifikasikan objek dan peristiwa yang sama membuat kehidupan lebih sederhana dan lebih mudah dipahami karena konsep itu inti dari pemikiran kita.
Menurut Solso dkk (2007:403), pembelajaran konsep adalah:
a. Menguatkan pasangan tepat dari sebuah stimulus (misalnya kotak merah) dengan respon yang mengidentifikasikannya sebagai sebuah konsep
Dari beberapa pendapat dari beberapa ahli diatas, pemahaman konsep juga bagian dari perkembangan kognitif karena dalam hal ini pengembangan pemahaman konsep, anak dituntut untuk mampu mengingat dan mengklasifikasikan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti umum sama seperti pendapat dari Zacks & Tversky (dalam Santrock 2010:352).
2. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Menurut Yusuf LN (2010:155), perkembangan kognitif pada anak usia dini ditandai pula oleh kemampuan mengembangkan imitasi, memori berpikir, mempersiapkan ketajaman objek, yaitu objek-objek itu akan tetap ada meskipun tidak ada lagi dalam lapangan persepsinya dan bergerak dari kegiatan yang bersifat reflek ke aktivitas yang mengarah kepada tujuan.
Menurut Dariyo (2007:43), perkembangan kognitif berhubungan dengan meningkatnya kemampuan berpikir, memecahkan masalah, mengambil keputusan, kecerdasan dan bakat. Optimalisasi perkembangan kognitif sangat dipengaruhi oleh kematangan fisiologis, terutama pada bayi maupun anak-anak. Seorang anak akan dapat melakukan koordinasi gerakan tangan, kaki maupun kepala secara sadar, setelah syaraf-syaraf maupun otot-otot bagian organ-organ tersebut sudah berkembang secara memadai. Artinya kemampuan kognitif harus diiringi dengan kematangan fisiologis, sehingga perkembangan kognitif makin baikdan koordinatif.
sensorimotorik, praoprasional, oprasional kognkrit dan format oprasional selalu dialami oleh setiap anak, dan tidak akan pernah ada yang dilewatinya meskipun tingkat kemampuan anak berbeda-beda. Tahapan ini meningkat lebih kompleks dari pada masa awal dan kemampuan kognititf bertambah. Perkembangan kognitif terjadi melalui suatu proses yang dia sebut dengan adaptasi. Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap tuntutan lingkungan dan intelektual melalui dua hal yaitu: asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses yang anak upayakan untuk menafsirkan pengalaman barunya yang didasarkan pada interprestasinya saat sekarang mengenai dunianya. Akomodasi merupakan aspek kedua dari adaptasi, individu berusaha untuk menyesuaikan keberadaan struktur pikiran dengan sejumlah pengalaman baru. Anak akan memodifikasi pendekatan untuk menguasai perilaku anak dan memahami masa lalu.
3. Pengertian kognitif
Menurut Desmita, (2010:103), perkembangan kognitif berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Menurut Piaget (dalam John W. Santrock 2009:44), anak-anak membangun secara aktif dunia kognititf mereka sendiri; informasi tidak sekedar dituangkan kedalam pikiran mereka dari limgkungan. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pikiran mereka untuk mencakup gagasan baru, karena informasi tambahan memajukan pemahaman.
merancang, meningkatkan dan mencari penyelesaian masalah yang dihadapi
Menurut Susanto (2011:47), perkembangan kognitif merupakan kemampuan individu untuk menghubungkan, nilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan yang memadai seseorang dengan bebagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa perkembangan kognititf adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkin seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah dan merencanakan masa depan atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangakan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.
B. Bermain Membuat Sate 1. Pengertian Metode Bermain
pengalaman yang penting dalam dunia anak, hal inilah yang menjadi dasar dari inti pembelajaran anak usia dini. Permainan secara langsung mempengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain dan lingkungannya. Permainan memberikan anak-anak kebebasan berimajinasi, mengenali potensi diri atau bakat yang muncul dari dalam diri mereka sendiri; mereka bermain untuk menikmati aktifitas mereka, untuk merasakan bahwa mereka mampu,dan untuk menyempurnakan apa saja yang telah ia dapat baik yang telah mereka ketahui sebelumnya maupun hal-hal yang baru.
Menurut Yus (2011:134), bermain merupakan suatu kegiatan yang sangat disenangi anak. Pada berbagai situasi dan tempat selalu saja anak menyempatkan untuk menggunakannya sebagai area bermain dan permainan.
Joan dan Utami (dalam anita yus 2011:134),bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional. Dengan demikian, bermain merupakan sesuatu yang perlu bagi perkembangan anak dan dapat digunakan sebagai suatu cara untuk memacu perkembagan anak. Bermain merupakan cara yang tepat dapat digunakan dalam kegiatan belajar TK sekaligus ditetapkan sebagai suatu metode pengajaran.
Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakuakn untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan scara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.
Menurut Santrock, (2009:272) permainan (play) ialah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri.
Dari pendapat pakar-pakar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui bermain akan menimbulkan rasa senang dan dilakukan secara sukarela karena itu anak akan mengeksplor kemampuan perkembangannya melalui kegiatan bermain.
2. Karakteristik Bermain
Menurut Seri Ayah Bunda (dalam sofia hartati 2005:91), bagi anak-anak bermain adalah sarana untuk mengubah kekuatan potensial didalam dirinya menjadi berbagai kemampuan dan kecakapan. Selain itu bermain juga menjadi sarana penyalur energi yang sangat baik bagi anak. Oleh karena itu kegiatan bermain pada anak hendaknya memiliki karakteristik sebagai berikut : bermain dilakukan secara sukarela bukan paksaan, bermain merupakan kegiatan untuk dinikmati, selalu menyenangkan, mengasyikkan dan menggairahkan. Bermain dilakukan tanpa “iming-iming” apapun kegiatan bermain itu sendiri sudah
menuntut partisipasi aktif, baik secara fisik maupun psikis. Bermain itu bebas, bahkan tidak harus selaras dengan kenyataan. Anak bebas membuat aturan sendiri dan mengoperasikan fantasinya. Bermain itu secara spontan, sesuai dengan yang diinginkannya saat itu. Makna dan kesenangan bermain sepenuhnya ditentukan sipelaku, yaitu anak itu sendiri yang sedang bermain
3. Kegiatan Membuat Sate
4. Langkah-langkah Permainan Membuat Sate :
Tabel 2.1 langkah-langkah permainan membuat sate
5. Media dalam pembelajaran permainan membuat sate adalah : a. bahan buah-buahan : semangka, papaya, apel, jeruk, melon, dll b. tusuk sate
6. Manfaat metode permainan membuat sate
Metode permainan membuat sate dengan buah-buahan dapat melatih pemahaman konsep AB-AB anak, yaitu dengan cara anak dilatih untuk berkonsentrasi dengan cara menusukkan buah-buahan yang berbeda, yang telah dipersiapkan guru ke dalam tusuk sate. Memasukan
7. Setelah selesai anak menyebutkan buah-buahan apa saja yang telah mereka buat untuk membuat sate. 8. Guru mengefaluasi hasil
kerja siswa apakah sudah
10.Anak melakukan kegiatan membuat sate sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh guru
1. Guru mejelaskan cara bermain membuat sate dengan konsep AB-AB
2. Guru menjelaskan apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan serta memperingatkan kepada peserta didik tentang alat dan bahan yang akan digunakan.
3. Sebelum kegiatan membuat sate dilakukan, anak diminta untuk menyebutkan bahan buah-buahan apa saja yang digunakan dalam proses pembelajaran.
4. Kemudian guru mencotohkan cara menusukkan buah-buahannya. Konsep AB-AB disini diterapkan yaitu dengan contoh jeruk melon-jeruk melon.
5. Guru menyiapkan bahan/alat/bahan yang akan digunakan.
buah-buahan tersebut juga harus secara perlahan dan hati-hati karena tusuk sate agak runcing.
Anak juga belajar mengenai suatu hal yang ada di dalam lingkunagn sekitar yaitu jenis buah-buahan mengenal berbagai rasa makanan. Dalam permainan ini anak akan saling berpartisipasi ke dalam apa yang telah ditugaskan oleh guru untuk memainankan permainan membuat sate ini dan rasa menghargai dan kepada teman akan muncul dalam kegiatan ini. Yang paling penting adalah anak diajarkan untuk saling bekerjasama dalam setiap kegiatan yang dibagi secara berkelompok agar menjadikan hasil yang optimal dan memuaskan. Anak bisa mengenal berbagai macam buah-buahan contohnya yakni: apel, mangga,pir, semangka, melon, nanas, buah naga dll.
C. Kriteria Keberhasilan 1. Pedoman Penilaian
Menurut Sudjana (2010:3), penilaian adalah proses pemberian atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hail-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2004: 50), penilaian merupakan usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistemati, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah di capai oleh anak didik melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran. Cara mencatatan hasil penilaian harian di laksanakan sebagai berikut:
o : Untuk anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang di harapkan
: Untuk anak yang berada pada tahap proses menuju apa yang
diharapkan.
: Anak yang perilakunya melebihi dengan yang di harapkan dan sudah dapat menyelesaikan tugas melebihi yang direncanakan guru.
Prosedur penilaian harian menurut pedoman penilaian Kemendiknas Dirjen Mandas dan menengah Dorektorat Pembina TK (2010) Catatan hasil penilaian harian perkembangan anak di cantumkan pada kolom pada penilaian di RKH, sebagai berikut:
Anak yang belum berkembang ( BB ) Sesuai dengan indikator seperti; dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang.
Anak yang sudah berkembang sesuai harapan ( BSH ) pada indikator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda tiga bintang.
Anak yang berkembang yang sangat baik ( BSB ) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang.
Menurut Depdiknas ( 2004: 6) cara penilaian hasil penilaian harian dilaksanakan sebgai berikut :
o : Dapat digunakan juga untuk meninjukan bahwa anak melakukan/menyelesaikan tugas selalu dengan bantuan guru.
: Artinya Kemampuan anak cukup.
: Dapat digunakan juga untuk menunjukan bahwa anak mampu melakukan/ menyelesaikan tanpa bantuan guru.
Dari beberapa pendapat prosuder penilaian diatas peneliti menggunakan penilaian Kemendiknas Dirjen Mandas dan menengah Direktor Pembinaan TK (2010) yaitu menggunakan pedoman penilaian sebagai berikut :
Anak yang belum berkembang ( BB ) Sesuai dengan indikator seperti; dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang
Anak yang sudah berkembang sesuai harapan ( BSH ) pada indikator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda tiga bintang.
Anak yang berkembang yang sangat baik ( BSB ) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang.
2. Indikator Hasil Belajar
Indikator hasil belajar disesuaikan dengan kurikulum/program pembelajaran yang ada. Indikator yang akan dikembangkan disesuaikan dengan Standar Kompetensi (AK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada setiap aspek pengembangan Anak Usia Dini. Pengembangan pemahaman konsep AB-AB dengan metode bermain membuat sate dengan buah-buahan pada anak kelompok B TK Khoirun Nida Kawunganten, Cilacap Semester Genap Tahun Ajaran 2013-2014. Adapun kemampuan kognitif anak dalam kurikulum TK (2004 : 45) adalah : …
Tabel 2.2 Indikator Hasil Belajar
Hasil Belajar Hasil Belajar Indikator
Anak mampu dicontohkan guru dan sesuai dengan konsep AB-AB (jeruk apel-jeruk apel) Anak dapat memahami
konsep-konsep
matematika sederhana
2. Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk dari dua pola yang berurutan (dua pola berurutan yaitu awal pola jeruk apel dan yang kedua juga jeruk apel lagi).
D. Kerangka Berfikir
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, untuk mengambil data anak maka peneliti megumpulkan data melalui dokumentasi dan observasi, karena pada kondisi awal didapati kemampuan kognitif anak masih sangat rendah maka peneliti menetapkan penelitian tindakan kelas tersebut dengan menggunakan 2 siklus dengan masing-masing siklus 3 kali pertemuan, pada siklus I kemampuan kognitif anak belum meningkat, maka dilanjutkan pada siklus II, pada siklus II kemampuan kognititf anak sudah meningkat maka peneliti tindakan kelas dihentiakn sampai siklus II dan dapat digambarkan sebagai berikut
Bagan Alur Berpikir
Gambar 2.1 Bagan Alur Bepikir
Berdasarkan bagan kerangka berfikir penelitian tindakan kelas di atas, peneliti berasumsi untuk meningkatkan pemahaman konsep AB-ABmelalui metode dermain Dengan Buah-buahan Pada Anak Kelompok B TK Khoirun Nida Kawunganten, Cilacap Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014. Catatan : Bila refleksi hasil Siklus 2 ternyata belum maksimal maka perlu dilakukan tindakan pada siklus 3.
E. Hipotesis Tindakan