• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemahaman Konsep Warna pada Anak Usia Dini 1. Pemahaman Konsep Sederhana Pada Anak Usia Dini - UPI SUSANTI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemahaman Konsep Warna pada Anak Usia Dini 1. Pemahaman Konsep Sederhana Pada Anak Usia Dini - UPI SUSANTI BAB II"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Pemahaman Konsep Warna pada Anak Usia Dini

1. Pemahaman Konsep Sederhana Pada Anak Usia Dini

Menurut Santrock (2011: 351-352) Pemahaman konseptual atau pemahaman konsep adalah aspek kunci dari pembelajaran. Salah satu tujuan yang penting adalah membantu murid atau peserta didik memahami konsep utama dalam suatu subjek, bukan sekedar mengingat fakta yang terpisah-pisah. Konsep adalah ketegori-kategori yang mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti umum.

(2)

mendalam. Konsep akan muncul dalam berbagai konteks, sehingga pemahaman konsep akan terkait dalam berbagai situasi.

Menurut Boeree (2010: 84) konsep adalah cara yang kita punya untuk mengatur apa yang telah kita pelajari dari pengalaman kita. Sedangkan menurut Ali Nugraha (2005: 7) konsep adalah suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa atau pengalaman khusus, yang dinyatakan dalam istilah atau simbol tertentu yang dapat diterima. Konsep mengacu pada benda-benda (objek), peristiwa, keadaan, sifat, kondisi, ciri dan atribut yang melekatnya.

Menurut Sagala (2012: 71) konsep merupakan pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi, dan berfikir abstrak.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa konsep adalah segala hal baik karakter, ciri-ciri ataupun kesamaan yang dapat menggambarkan suatu benda atau kejadian yang mampu memudahkan pemahaman kita. Hal ini penting untuk diketahui anak agar dia mampu mengalami segala hal yang ada disekitar mereka dan mengetahui apa yang harus dilakukan.

2. Tahap Perkembangan Pemahaman Konsep Anak Usia Dini

Dalam Suyanto (2005: 106) Bruner berpendapat bahwa anak belajar dari konkrit ke abstrak melalui tiga tahapan yaitu: Enactive,

(3)

Iconic, dan Symbolic. Pada tahap Enactive, anak berinteraksi dengan objek berupa benda-benda, orang dan kejadian. Dari interaksi tersebut anak belajar nama dan merekam ciri benda dan kejadian. Hal ini biasanya terjadi pada anak yang berusia anatara 2 sampai 3 tahun. Hal itulah yang menyebabkan anak selalu bertanya dengan pertanyaan “ Apa itu? “. Pada

tahap Symbolic, anak akan mengembangkan suatu konsep. Misalnya: setiap kali ibu mengatakan “ papa “, ibu akan menunjuk ayahnya.

Dengan proses itu anak akan memahami bahwa papa berarti seorang laki-laki yang selalu berada didekat ibunya. Dengan proses yang sama anak akan belajar tentang konsep berbagai benda hingga ia mampu membuat satu kalimat yang utuh.

Menurut Ausubel (dalam Suyanto, 2005: 106) berpendapat bahwa seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru kedalam skema yang telah dia miliki. Teori Ausubel ini biasa dikenal dengan teori “ belajar Bermakna “ . Ada 3 ciri dari belajar bermakna. Pertama, anak

keterkaitan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari. Kedua, siswa memiliki kebebasan memilih apa yang ingin dipelajari. Ketiga, kegiatan pembelajaran memungkinkan anak untuk mengonstruksi pemahaman sendiri.

Anak membentuk suatu konsep dengan berbagai cara yaitu: melalui pengalaman langsung dengan objek atau kejadian dalam dunia mereka dan melalui pengalaman dengan simbol (sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain). Contohnya saat anak mengetahui konsep dari “ ibu “

(4)

meolak jika ada perempuan lain misalnya yang ingin berperan sebagai ibunya.

3. Kemampuan Mengenal Warna

Menurut Ernawati (2008: 191) warna merupakan unsur desain yang paling menonjol. Dengan adanya warna menjadikan sesuatu benda yang dapat dilihat.

Menurut Nugroho (2008: 8) warna terdiri dari warna primer, warna sekunder dan warna tersier. Warna primer merupakan warna yang utama dalam pembentukan warna-warna lainnya. Warna pokok terdiri dari 3 yaitu merah, kuning dan biru. Warna sekunder merupakan warna yang dihasilkan dari campuran dua warna primer. Warna tersier merupakan warna campuran satu warna primer dengan warna sekunder.

Menurut Suyanto (2005: 107) secara teoritis, warna terdiri atas warna primer dan warna sekunder. Warna primer meliputi warna merah, kuning, dan biru. Warna sekunder dibentuk dengan mencampur dua atau lebih warna primer. Misalnya warna kuning dan biru dicampur dapat menghasilkan warna hijau. Merah dengan kuning menghasilkan warna jingga. Biru dan merah menghasilkan warna violet. Anak-anak akan senang bermain dengan pewarna, mencampur beberapa warna untuk menghasilkan warna yang beragam.

(5)

dalam jumlah yang sama. Warna tersier adalah warna yang terjadi dari pencampuran warna primer dan warna sekunder dalam jumlah yang sama.

Warna primer merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan kuning.Warna sekunder merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru.Warna tersier merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna kuning dan jingga.

Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa ada tiga unsur yang penting dari pengertian warna yaitu benda, mata dan unsur cahaya. Dengan demikian warna dapat didefinisikan sebagai unsur cahaya yang dipantulkan oleh sebuah benda dan selanjutnya diterapkan oleh mata berdasarkan cahaya yang mengenai benda tersebut.

(6)

pewarna yang bisa larut dalam cairan pelarut. Untuk menyederhanakan warna yang ada dialam seorang ahli bernama Brewster mengelompokkan warna berdasarkan temuannya sehingga lahirlah teori yang dinamakan teori Brewster.

Teori warna dari Brewster (Widjiningsih, 1982: 28) terkenal pula dengan nama lingkaran warna dimana tiap-tiap warna mempunyai tiga macam ukuran yaitu:

1. Corak (hue) yang menentukan nama dari warna

2. Nilai warna (value) yaitu terang atau gelapnya corak warna

3. Kekuatan warna ( intencity) ukuran bercahaya atau suramnya corak warna.

Pada teori Brewster menurut terjadinya corak warna dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu:

a. Warna Primer

(7)

Adapun warna merah, kuning dan biru digambarkan dalam bentuk warna sebagai berikut:

b. Warna Sekunder

Warna sekunder adalah pencampuran warna-warna primer dengan perbandingan 1:1, misalnya warna jingga adalah hasil pencampuran warna merah dengan kuning, warna hijau adalah campuran warna biru dengan kuning, warna ungu adalah campuran warna merah dengan biru. Sedangkan menurut Nugroho (2008: 8) warna sekunder merupakan warna yang dihasilkan dari campuran dua warna primer. Menurut Ernawati (2008: 192) warna sekunder merupakan hasil pencampuran dari dua warna primer. Warna sekunder terdiri dari orange, hijau, dan ungu. Sedangkan menurut

Merah

Kuning

(8)

Suyanto (2005: 107) warna sekunder dibentuk mencampur dua atau lebih warna primer. Misal warna kuning dan biru dicampur dapat menghasilkanwarna hijau. Warna merah dengan kuning menghasilkan warna jingga. Warna biru dan merah meghasilkan warna violet.

Warna sekunder terdiri dari warna jingga, hijau, dan ungu. Warna jingga, hijau dan ungu digambarkan dalam bentuk warna sebagai berikut:

c. Warna Tersier

Menurut Widjiningsih (1982: 28) Warna tersier merupakan campuran warna salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misal warna hijau kekuning-kuningan campuran dari kuning dengan hijau, biru kehijau-hijauan campuran dari warna biru dan hijau, biru violet campuran dari warna biru dengan violet, violet kemerah-merahan campuran dari merah dengan violet, merah jingga

Jingga

Hijau

(9)

campuran dari warna merah dengan jingga, kuning jingga campuran dari warna kuning dengan jingga.

Menurut Chodiyah (1982: 102) Istilah warna tersier pada awalnya dicetusnya merujuk pada warna-warna netral yang dibuat dengan mencampur tiga warna primer dalam sebuah ruang warna. Ini akan menghasilkan warna putih atau kelabu, dalam sistem warna cahaya adiktif, sedangkan dalam sistem warna subtraktif pada pigmen atau cat akan menghasilkan warna coklat, kelabu dan hitam.

d. Warna Netral

Menurut Widjiningsih (1982: 24) Warna netral adalah warna-warna yang mau menerima segala macam warna-warna yang lain. Warna ini ialah putih putih yang sifatnya mau menerima segala warna dan dapat menyederhanakan ketegangan hitam yang sifatnya menonjolkan warna warna-warna lain dan seolah-olah dapat memisahkan warna-warna tersebut.

Adapun rumusan teori Munsell (dalam Widjiningsih, 1982: 30) dapat digambarkan sebagai berikut:

Warba primer : Merah, Kuning, Biru

Warna sekunder : Merah + Kuning : Jingga Merah + Biru : Ungu Kuning + Biru : Hijau Warna tersier : M + J : M J

(10)

B + U : B U K + H : K H B + H : B H

B. Metode Eksperimen Pencampuran Warna

1. Pengertian Metode Eksperimen

Eksperimen merupakan salah satu dari berbagai metode yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar di taman kanak-kanak. Eksperimen sebagai suatu kegiatan yang didalamnya dilakukan percobaan dengan cara mengamati proses dan hasil percobaan tersebut.

Menurut Nana Sudjana (2013 : 83) eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar. Eksperimen yang dimaksud ialah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.

(11)

maupun kelompok, untuk membuktikan atau menemukan konsep, prinsip, teori dan aturan.

Menurut Desmita (2009: 66) metode eksperimen adalah metode penelitian dalam psikologi perkembangan dengan melakukan kegiatan-kegiatan percobaan pada anak. Penggunaan metode eksperimen dalam penelitian terhadap anak-anak tidaklah mudah, karena anak-anak mudah dipengaruhi, bertingkah laku semaunya, sering sulit diberikan pengertian dan sukar diketahui dengan jelas apa yang dimaksudkan oleh anak itu.

Menurut Abuddin (2009 : 194) metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran dengan cara menugaskan siswa, untuk melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri tentang sesuatu yang dipelajari. Sedangkan menurut Yuliani (2009: 12.14) eksperimen merupakan ketrampilanyang banyak dihubungkan dengan sains. Eksperimen dilakukan melalui berbagai percobaan yang dilakukan anak bersama guru dan pada akhirnya anak dapat melakukannya secara mandiri tanpa diperintahkan oleh guru. Sebagai contoh eksperimen yang dilakukan dengan alat bantu adalah kegiatan mencampur warna.

(12)

siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar.

2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen

a. Kelebihan Metode Eksperimen

Menurut Sagala (2010: 220) metode eksperimen mempunyai kebaikan sebagai berikut: siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima perkataan guru atau buku saja. Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seseorang ilmuwan. Metode ini dapat didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain: siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian, siswa terhindar jauh dari verbalisme, memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis, mengembangkan sikap berpikir ilmiah.

Menurut Winarno (1986: 113) keuntungan dari metode eksperimen diantaranya: anak didik dapat aktif mengambil bagian berbuat untuk dirinya sendiri. Ia tidak hanya melihat orang lain menyelesaikan suatu eksperimen, tetapi juga dengan berbuat sendiri ia memperoleh kepandaian-kepandaian yang diperlukan. Dan Anak mendapat kesempatan yang sebesar-besarnya untuk melaksanakan langkah-langkah dalam cara-cara berfikir ilmiah.

(13)

Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran manusia.

b. Kekurangan Metode Eksperimen

Menurut Sagala (2010: 221) selain kebaikan tersebut, metode eksperimen mengandung beberapa kelemahan sebagai berikut: dalam pelaksanaanya metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh. Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan atau pengendalian. Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi karena terkadang siswa lebih dahulu mengenal dan menggunakan alat bahan tertentu dari pada guru.

(14)

Menurut Syaiful Bahri (2010: 85) metode eksperimen mengandung beberapa kekurangan, antara lain: metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. Dan setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungki ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

Dari semua kelemahan yang terdapat dalam metode eksperimen solusi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut antara lain: hendaknya guru menjelaskan dengan jelas tentang hasil yang diharapkan melalui kegiatan eksperimen dan guru hendaknya membicarakan bersama-sama dengan siswa tentang langkah-langkah yang dianggap baik untuk memecahkan masalah dalam eksperimen.

3. Langkah-langkah Penggunaan Metode Eksperimen Pencampuran

Warna

Menurut Roestiyah (2012: 81) penggunaan teknik eksperimen agar efisien dan efektif dalam pelaksanaannya harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(15)

b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.

c. Dalam eksperimen siswa perlu teliti dab konsentrasi dalam mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.

d. Dalam eksperimen siswa sedang belajar dan berlatih, maka perlu diberi petunjuk yang jelas sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.

Langkah-langkah dalam peneitian ini, pertama guru memperkenalkan alat yang akan digunakan dalam kegiatan eksperimen pencampuran warna. Kemudian guru menyampaikan cara menggunakan alat, Kemudian guru mendemonstrasikan eksperimen pencampuran warna kepada anak didik, lalu guru memberi kesempatan pada anak untuk mencoba sendiri dan mengamati hasil dari eksperimen pencampuran warna. Dan diakhir kegiatan guru akan melihat kemampuan anak ketika anak sedang melakukan eksperimen pencampuran warna dengan melakukan tanya jawab dengan anak.

(16)

1. Pedoman Penilaian

Menurut Nana Sujana ( 2010 : 8 ) keberhasilan siswa ditentukan kriterianya, yakni berkisar antara 75 – 80 persen. Artinya, siswa dikatakan berhasil apabila ia menguasai atau dapat mencapai sekitar 75 – 80 persen dari tujuan atau nilai yang seharusnya dicapai. Kurang dari kriteria tersebut dinyatakan belum berhasil.

Menurut Depdiknas ( 2010 : 6) penilaian dilaksanakan secara integratif dengan kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaan penilaian mengacu pada kemampuan yang hendak dicapai dalam satuan kegiatan yang telah direncanakan dalam tahapan tertentu. Guru menilai kemampuan yang hendak dicapai, guru mengacu pada indikator seperti yang telah diprogramkan dalam rencana kegiatan harian ( RKH ). Adapun pencatatan hasil belajar penilaian dilaksanakan sebagai berikut : a. Catatlah hasil penilaian perkembangan anak pada kolom penilaian di

rencana kegiatan harian ( RKH )

b. Anak yang belum mampu berkembang ( BB ) perkembangan sesuai indikator seperti diharapkan pada RKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda satu bintang ( )

(17)

d. Anak yang berkembang sesuai harapan ( BSH ) pada indikator pada

RKH mendapatkan tanda tiga bintang ( )

e. Anak yang berkembang sangat baik ( BSB ) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat

bintang ( )

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman penelilaian di TK menurut pedoman penilaian di TK yang dikeluarkan oleh Depdiknas tahun 2010 seperti yang dicantumkan diatas.

Menurut Samsudin ( 2008 : 6 ) Penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh, tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran.

Menurut Johni Dimyati ( 2013 : 95 ) cara pencatatan hasil penilaian harian perkembangan anak dilaksanakan sebagai berikut :  : Berhasil

 : Berhasil dengan bantuan guru

o : Belum Berhasil

2. Indikator Hasil Belajar

(18)

DIKNAS No. 58 tahun 2009 tentang standar PAUD dalam pedoman penyusunan perangkat pembelajaran RA/ BA (2011) sebagai berikut:

Tabel 2.1 indikator

No Indikator Yang Diharapkan

( Kemampuan memahami konsep warna )

1. Anak dapat menyebutkan warna primer, warna sekunder, warna tersier dan warna netral

2. Anak dapat melakukan percobaan sederhana tentang pencampuran warna

3. Anak dapat menyebutkan hasil pencampuran warna

4. Anak dapat menceritakan hasil percobaan sederhana tentang pencampuran warna

D. Kerangka Pikir

Proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh guru, karena guru sebagai pendidik yang memegang peranan penting dalam keberhasilan anak didiknya. Oleh karena itu seorang guru memiliki tanggung jawab yang sangat besar dengan profesi yang dimilikinya. Guru harus memiliki ketrampilan mengajar, memanfaatkan media yang ada dan mengalokasikan waktu secara tepat agar keberhasilan dalam proses belajar mengajar dapat tercapai.

(19)

kegiatan tentang pencampuran warna karena anak bisa terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga melalui metode ini diharapkan pemahaman anak tentang konsep warna dapat meningkat.

(20)

E. Hipotesis Tindakan

Gambar

Tabel 2.1 indikator

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, setiap individu mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi dalam aktivitasnya sehari-hari.Berkaitan dengan kebutuhan manusia, bahwa yang menyebabkan seorang

Bab IV berisi analisis dan pembahasan mengenai representasi isu budaya dalam kartun “Pr buat Presiden” karya Benny Rachmadi yang dikaji dengan pendekatan budaya yang

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas limpahan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

berapa ban&ak petugas &ang akan anda tugaskan di bagian check in untuk menjamin bah(a penumpang berada dalam sistem 7rata)rata9 tidak lebih dari 1> menit Q

kembangan luas tanaman yang cepat yaitu 45 persen setiap tahunnya. Sudah barang tentu pengusahaan tanaman pepaya akan berbeda dengan pengusahaan tanaman palawija. Ditinjau

Bahkan Dahal dan Adhikari (2008) menyatakan bahwa modal sosial yang merujuk pada trust, norms dan networks, memainkan peran vital dan menentukan keberhasilan atau kegagalan dari

Penggunaan benih bermutu dari varietas unggul ter- nyata dapat memberikan hasil yang jauh lebih tinggi da- ri pada benih lokal yang biasanya digunakan oleh peta- ni, asal

Studi eksperimental untuk menganalisa perpindahan panas yang terjadi pada berbagai rejim pendidihan selama proses quenching dan pengukuran kecepatan batas basah