• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN MEDIS 1. Kehamilan - Rinda Wati BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN MEDIS 1. Kehamilan - Rinda Wati BAB II"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN MEDIS 1. Kehamilan

a. Definisi

Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri dari ovulasi ,migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,2010).

(2)

Maka dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah suatu penyatuan antara spermatozoa dan ovum yang kemudian berimplantasi pada uterus. Dalam proses yang berlangsung dalam waktu 40 minggu. b. Proses Kehamilan

Menurut Manuaba (2010), proses terjadinya kehamilan adalah sebagai berikut :

1) Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi.

2) Spermatozoa

(3)

3) Konsepsi

Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot.

4) Proses Nidasi atau Implantasi

Dengan masuknya ini spermatozoa ke dalam sitoplasma, “vitelus” membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan “metafase”. Proses pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anafase dan “telofase” sehingga pronukleusnya menjadi “haploid”. Pronukleus spermatozoa dalam keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita. 5) Pembentukan Plasenta

(4)

diantara dua ruang yaitu ruang amnion dan kantong yolk sac. Plat embrio terdiri dari unsur ektoderm, endoderm, dan mesoderm. Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat diantara amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat.

c. Standar Kunjungan Ibu Selama Kehamilan

Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan guna mendapatkan pelayanan antenatal terstandar. Istilah kunjungan ibu hamil ini dapat diartikan berkunjungnya ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan, atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya. Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan di puskesmas, bidan di desa, bidan praktek swasta), pembantu bidan, perawat bidan dan perawat yang sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan. Pelayanan antenatal dapat dilakukan di Puskesmas, Rumah Sakit, tempat praktek bidan/dokter. Sedangkan di desa dapat dilakukan di Polindes, Posyandu atau kunjungan ke rumah.

(5)

pada pemenuhan hak reproduksi bagi setiap orang khususnya ibu hamil. Untuk itu perlu adanya perbaikan standar pelayanan asuhan antenatal yang terpadu, yang mengakomodasi kebijakan, strategi, kegiatan dari program yang terkait. Dalam pelaksanaanya perlu dibentuk tim pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi, yang dapat memfasilitasi kemitraan antara dokter spesialis, dokter umum, bidan maupun dukun dengan sistem rujukan yang jelas (Manuaba, 2002).

Kunjungan antenatal 4 kali selama hamil adalah jumlah minimal. Jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan adalah :

Tabel 2.1 Tabel kunjungan antenatal care

Kunjungan ke Umur kehamilan Tujuan

I 16 minggu a. Penapisan dan pengobatan anemia b. Perencanaan persalinan

c. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatanya

II dan III 24-28 minggu dan 32 minggu

a. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

b. Penapisan preeklamsia, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan c. Mengulang perencanaan persalinan

IV 36 minggu

sampai lahir

a. Kegiatan yang dilakukan sama dengan kunjungan II dan III

b. Mengenali adanya Sumber. Prawirohardjo (2009)

d. Standar Pelayanan Antenatal

1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. 2) Pengukuran tekanan darah.

(6)

5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi.

6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan. 7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana).

9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya).

10) Tatalaksana kasus (Kemenkes RI, 2016).

e. Perubahan pada kehamilan menurut Saninem (2009) : 1) Perubahan fisiologis

a) Perubahan pada kulit. Terjadi hiperpigmentasi, yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada wajah, pipi, hidung, aerola mammae, puting susu, perut dan suprapubis mengalami hiperpigmentasi.. Hal ini terjadi karena pengaruh melanophore

stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh

kelenjar suprarenalis.

(7)

c) Perubahan payudara. Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah: (1) Payudara membesar, tegang, dan sakit

(2) Vena dibawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas. (3) Hiperpigmentasi pada aerola mamae dan puting susu serta

muncul aerola mamae sekunder.

d) Perubahan perut. Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya, hingga kehamilan empat bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan lima bulan, perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat menonjol keluar. Timbul stria gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea alba serta linea nigra.

(8)

f) Perubahan pada tangkai. Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.

g) Perubahan pada sikap tubuh. Sikap tubuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.

2) Perubahan Psikologis

Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada trimester I menjadi ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir. Pada trimester II, perubahan meliputi perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri. Pada trimester III, perubahan yang terjadi meliputi memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan merefleksikan pengalaman masa lalu.

f. Tanda- tanda Kehamilan menurut Manuaba (2010) : 1) Tanda dugaan kehamilan

a) Amenorea (terlambat datang bulan)

(9)

b) Mual dan muntah (amesis)

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari disebut morning sickness. Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang.

c) Ngidam

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam.

d) Sinkope atau pingsan

Terjadinya ganguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral) menyebabkaniskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.

e) Payudara tegang

Pengaruh estrogen-progesteron dan somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.

(10)

Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah menghilang.

g) Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

h) Pigmentasi kulit

Keluarnya melanohore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding perut (striae lividae,striae nigra,linea alba makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mamae, puting susumakin menonjol, kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh darah menifes sekitar payudara), disekitar pipi (kloasma gravidarum).

i) Epulis

Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil. j) Varises atau penampakan pembuluh darah vena

(11)

Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan

2) Tanda tidak pasti kehamilan

a) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil

b) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda Chadwicks, tanda Piscaseck, kontraksi Braxton Hicks, dan teraba ballotment.

c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian kemungkinan positif palsu.

3) Tanda pasti kehamilan

a) Gerakan janin dalam rahim.

b) Terlihat / teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin. c) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop Laenec, alat

kardiotokografi, alat Doppler. Dilihat dengan ultasonogrofi . Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat kerangka janin,ultrasonografi.

g. Ketidaknyamanan pada kehamilan menurut Manuaba (2015) : Tabel 2.2Ketidaknyamanan pada kehamilan

Bentuk Gambaran Klinis Pengobatan

Sakit pinggang 1. Lemahnya sendi sakroiliaka dan muskulus yang mendukungnya 2. Dapat mengganggu tidur karena

sakit pinggang meningkat dimalam hari

3. Penyebab:

-Hormon progesteron dan relaxin -Uterus yang besar dan jatuh ke depan

(12)

tepatnya agak kebelakang

Konstipasi 1. Uterus makin membesar dan menekan rektum sehingga terjadi konstipasi

2. Dianjurkan banyak makan sayur dan buah-buahan

3. Kalau pengobatan dengan makanan mengandung banyak serat, dapat dilakukan dengan suplemen ringan

Dispnea 1. Gangguan ringan pernafasan sering terjadi karena progesteron menimbulkan hipervertilasi

2. Semakin meningkat, karena dorongan diafragma yang makin tinggi

3. Diafragma tinggi menganggu ekspanasi paru, untuk memenuhi kebutuhan O₂

1. Terapi khusus tidak ada 2. Sebaiknya tidur dengan

bantal agak tinggi dengan posisi setengah duduk

Mual dan Muntah 1. Umumnya mulai pada kehamilan 6-12 minggu

2. Penyebab: -Estrogen tinggi

-Human chorionic gonadothropine darah ibu

3. Semakin tua kehamilan akan semakin berkurang kejadianya 4. Mual dan muntah dipagi hari

disebut morning sickness

5. Morning sickness akan makin berkurang bila semakin tua kehamilan

1. Dapat diatasi dengan bangun pagi secara bertahap mulai dari duduk di tempat tidur, jalan sebentar, dan kemudian minum teh hangat

2. Bila tidak tertahankan boleh diberikan obat anti muntah yang jumlahnya banyak

3. Hati-hati dalam memilih obat penenang yang seharusnya tidak memengaruhi tumbuh kembang janin dalam uterus

h. Komplikasi pada kehamilan Perdarahan

1) Perdarahan pada saat hamil muda dapat menyebabkan keguguran. 2) Perdarahan pada saat ibu hamil tua dapat membahayakan

keselamatan ibu dan janin dalam kandungan.

(13)

4) Demam tinggi. Biasanya kondisi ini disebabkan oleh infeksi atau malaria. Demam tinggi dapat membahayakan keselamatan ibu, menyebabkan keguguran atau kelahiran kurang bulan.

5) Keluar air ketuban sebelum waktunya. Merupakan tanda adanya gangguan pada kehamilan dan dapat membahayakan bayi dalam kandungan.

6) Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau janin tidak bergerak. Keadaan ini merupakan tanda bahaya pada janin.

7) Ibu muntah terus dan tidak mau makan. Keadaan ini akan membahayakan kesehatan ibu (Mangkuji, 2013).

2. Persalinan a. Definisi

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Damayanti, 2014).

Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah (Oktarina, 2016 )

(14)

b. Asuhan Persalinan Normal

Asuhan persalinan normal adalah persalian bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian mengani komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama pasca persalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2014).

c. Kala Persalinan menurut Mochtar (2012) : 1) Kala I

Pekerjaan penolong (dokter, bidan, penolong lainnya) dalam kala I adalah mengawasi wanita inpartu sebaik-baiknya serta menanamkan semangat kepada wanita tersebut bahwa proses persalinan adalah fisologis. Tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada penolong.

(15)

sterilitas (asepsis). Pada kala pembukaan, dilarang mengadan karena belum waktunya dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu. Biasanya, kala I berakhir apabila pembukaan sudah lengkap sampai 10 cm.

Kala pembukaan dibagi atas 2 fase:

a) Fase laten: Pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.

b) Fase aktif: belangsungnya selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase. (1) Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4

cm.

(2) Periode dilatasi maksimal(steady): selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

(3) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi: 10 cm (lengkap)

2) Kala II

Pada permulaan kala II, umumnya kepala janin telah masuk dalam ruang panggul. Ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri. Apabila belum pecah, ketuban harus dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih kuat, lalu timbullah his mengedan. Penolong harus telah siap untuk memimpin persalinan.

(16)

a) Posisi berbaring sambil merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu mengenai dada, mulut dikatup.

b) Dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring kearah terdapatnya punggung janin dan hanya satu kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah atas.

Apabila kepala janin telah sampai didasar panggul, vulva mulai terbuka (membuka pintu), rambut kepala kelihatan. Setiap kali his, kepala lebih maju, anus terbuka, perineum meregang.Penolong harus menahan perineum dengan tangan kanan beralaskan kain kasa atau kain doek steril supaya tidak terjadi robekan (ruptur perinei). Pada primigravida, dianjurkan melakukan episiotomi.

a) Episiotomi

(17)

Mendorong fundus uteri sewaktu ibu mengedan , tujuannya membantu tenaga ibu untuk melahirkan kepala. Cara ini kurang dibenarkan, jika akan dilakukan juga hanya boleh 2-3 kali saja. Bahayanya adalah ruptur uteri, atonia uteri, trauma organ-organ dalam perut, dan solusio plasenta.

c) Prasat Ritgen

Apabila perineum meregang dan menipis, tangan kiri penolong menekan bagian belakang kepala janin ke arah anus, tangan kanan di perineum. Dengan ujung-ujung jari tangan kanan, dicoba mengait dagu janin untuk di dorong pelan-pelan ke arah simfisis. Dengan pimpinan yang baik dan sabar, lahirlah kepala dengan ubun-ubun kecil (suboksiput) di bawah simfisis sebagai hipomoklion, kemudian secara berturut- turut tampaklah bregma (ubun-ubun besar), dahi, muka dan dagu. Perhatikan apakah tali pusat melilit leher, kalau ada, lepaskan. Kepala akan memengadakan putaran resisutasi ke arah terdapatnya punggung janin. Lahirkan bahu depan dengan menarik kepala ke arah anus (bawah), lalu bahu belakang dengan menarik pelan-pelan ke arah simfisis (atas). Melahirkan badan, bokong, dan kaki lebih mudah, yaitu dengan mengait kedua ketiak janin.

(18)

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas , terdorong kedalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri.Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluara plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira100-200 cc.

4) Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum. Lamanya persalinan pada primi 14½ jam dan multi 7¾ jam.

d. Mekanisme Persalinan

(19)

Ada tiga ukuran diameter kepala janin yang digunakan sebagai patokan dalam mekanisme persalinan normal, antara lain:

1) Jarak biparietal

Merupakan diameter melintang terbesar dari kepala janin, dipakai di dalam definisi penguncian (engagment)

2) Jarak suboksipito bregmatik

Jarak antara batas dari leher dan oksiput ke anterior fontanel, ini adalah diameter yang bersangkutan dengan presentasi kepala.

3) Jarak oksipitomental

Merupakan diameter terbesar dari kepala janin, adalah diameter yang bersangkutan dengan hal presentasi dahi (Sulistyawati, 2010).

Mekanisme persalinan normal terbagi dalam beberapa tahap gerakan kepala janin di dalam panggul yang di ikuti dengan lahirnya seluruh anggota badan bayi (Sulistyawati, 2010)

1) Penurunan kepala

Terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari kontraksi uterus yang efektif posisi, serta kekuatan meneran dari pasien.

2) Penguncian (engagment)

Tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah melalui lubang masuk panggul pasien.

(20)

Dalam proses masuknya kepala janin ke dalam panggul, fleksi menjadi hal yang sangat penting karena dengan fleksi diameter kepala janin terkecil dapat bergerak mmelalui panggul dan terus menuju dasar panggul. Pada saat kepala bertemu dengan dasar panggul, tahananya akan meningkatkan fleksi menjadi menjadi bertambah besar yang sangat diperlukan agar saat sampai dasar panggul kepala janin sudah dalam keadaan fleksi maksimal. b) Putaran paksi dalam

(21)

Cara kelahiran ini untuk kepala dengan posisi oksiput posterior. Proses ini terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul, dimana gaya tersebut membentuk lengkungan carus, yang mengarahkan kepala ke atas menuju lorong vulva. Bagian leher belakang dibawah oksiput akan bergeser ke bawah simfisis pubis dan bekerja sebagai titik poros. Uterus yang berkontraksi kemudian memberikan tekanan tambahan di kepala yang menyebabkan ekstensi lebih lanjutsaat lubang vulva vagina membuka lebar. d) Resusitasi

Resusitasi ialah perputaran kepala sebesar 45 derajat baik ke kanan atau kiri, bergantung kepada arah dimana ia mengikuti perputan menuju posisi oksiput anterior.

e) Putaran paksi luar

Putaran ini tejadi secara bersamaan dengan putaran internal dari bahu. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, akan mengalami perputaran dalam arah yang sama dengan kepala janin terletak dalam diameter yang besar dari panggul. Bahu anterior akan terlihat pada lubang vulva vagina, dimana ia akan bergeser di bawah simfisis pubis.

f) Lahirnya bahu dan seluruh anggota badan bayi

(22)

seluruh tubuh janin lainya akan dilahirkan mengikuti sumbu carus.

e. Asuhan Persalinan Normal menurut Prawirohardjo (2014) Melihat tanda dan gejala kala dua yaitu :

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan/vaginanya.

c) Perenium menonjol.

d) Vulva vagina d dan sfingter anal membuka Menyiapkan pertolongan persalinan

2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap di gunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau clemek plastic yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang di pakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai / pribadi yang bersih.

(23)

6) Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi / steril) dan meletakkan kembali ke partus set / wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik

7) Membersihkan vulva dan perenium, menekannya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perenium, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kassa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi).

8) Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi

(24)

merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.

10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit)

Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan.

b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)

(25)

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan

pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang). d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

f) Menganjurkan asupan cairan peroral. g) Menilai DJJ setiap 5menit

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan unutuk meneran.

i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi-kontraksi.

(26)

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. 15) Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu. 16) Membuka partus set.

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tanganMenolong kelahiran bayi

Lahirnya kepala

18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perenium dengan sarung tangan yang di lapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dab tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kassa yang bersih.

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

(27)

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan Lahir bahu.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat berkontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kearah bawah dan kea rah luar hingga bahu anterior muncul di bawah akus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23) Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah kea rah perenium, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat di lahirkan.menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir. 24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di

atas (anterior) dari punggung kea rah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kalahiran kaki

Penanganan bayi baru lahir

(28)

dari tubuhnya (bilatali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m. 27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kea rah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kea rah ibu) 28) Memegang tali pusat dengan sarung tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

31) Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

(29)

33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit IM di gluteus 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

34) Memindahkan klem pada tali pusat.

35) Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kea rah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota

keluarga untuk melakukan rangsangan putting susu.

(30)

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

(1) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:

(a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.

(b) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic jika perlu.

(c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

(e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

(31)

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras)

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta di dalam kantung plastic atau tempat khusus.

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

Melakukan Prosedur Pasapersalinan

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik. 43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain bersih dan kering.

44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati kelilin tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

(32)

47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Mmemastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pacapersalinan. b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan. c) Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

d) Jika uterus tidak kontraksi dengan baik laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksanaan tonia uteri.

e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesi local dan menggunakan teknik yang sesuai.

50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bahgaimana melakukan massase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

51) Mengevaluasi kehilangan darah.

52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam perttama pascapersalinan dan setiap 30 menit jam kedua setelah pascapersalinan.

(33)

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit ). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.

54) Mebuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tinggat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lender, dan darah. Membantu ibu memakaikan pakaian yang bersih dan kering.

56) Memastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk memberikan minuman dan makanan yang diinginkan.

57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan utuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih.

58) Mencelupkan sarung tangan kotor de dalam larutan klorin 0,5 %, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya daklam larutan klorin 0,5 % delama 10 menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. Dokumentasi

(34)

Menurut (Zafirah) Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar cahaya paralel yang memasuki mata secara keseluruhan dibawa menuju fokus didepan retina. Wanita dengan miopia diatas -4 memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami ablasio retina saat persalinan. Ablasio retina disebabkan tekanan pada retina mata saat proses mengejan jika pengejanan terlalu keras.

1) Hubungan miopia dan kehamilan

Miopia yang didapat (acquired myopia) adalah peningkatan rabun jauh, yang dapat disebabkan oleh proses patologis. Peningkatan miopia pada kehamilan dapat bersifat de novo atau dapat merupakan manifestasi sebagai perubahan kelainan retrafik subklinis, misalnya peningkatan miopia atau penurunan hipermetropia. Miopia yang diperoleh seperti miopia fisiologis dan kongenital, disebabkan oleh kelainan refraksi dimana cahaya yang pararel(berasal dari jarak yang tak terhingga) difokuskan didepan retina dan cahaya yang bersudut(sumber cahaya dekat) difokuskan tepat di retina sehingga menghasilkan penglihatan jauh yang buram dan penglihatan dekat yang jelas.

(35)

(a) Memiliki kelainan mata rabun yang cukup besar, terutama minus 4-7

(b) Memiliki robekan retina pada salah satu mata

(c) Memiliki riwayat keluarga yang menderita robekan retina

(d) Memiliki kelainan mata jenis lainya seperti gangguan retina, cairan bola mata merembas

(e) Pernah operasi katarak

(f) Pernah mengalami trauma dan benturan cukup keras 2) Patofisiologi

Ablasio retina adalah pemisahan antara lapisan retina dan koroid. Koroid adalah membran yang mengandung pembuluh darah dan sel pigmen yang berada diantara retina dan sklera. Pemisahan antara retina dan koroid timbul melalui 4 mekanisme dasar:

(a) Lubang, robekan , atau kerusakan lapisan retina yang memungkinkan cairan viterus masuk dan memisahkan retina dan koroid

(b) Tarikan pada retina karena membrane fibrotik inflamatorik yang terbentuk di viterus

(c) Eksudasi cairan (darah, lemak, cairan serous) yang terakumulasi ke celah subretinal dari pembuluh darah retina karena hipertensi, oklusi vena retina sentral, vaskulitis, edema papil atau coat’s disease.

(36)

Prosedur perawatan luka bertujuan meningkatkan proses penyembuhan jaringan dan juga untuk mencegah infeksi.

Alat dan bahan yang disiapkan: (1) Bak instrumen kecil

(2) Handscoon steril (3) Pinset anatomis steril (4) Bengkok

(5) Tempat sampah (6) Larutan NaCl (7) Alkohol

Prosedur perawatan luka

(1) Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan. Sapa ibu dengan ramah dan pastikan ibu mengertidengan informasi yang diberikan

(2) Siapkan, susun dan dekatkan alat yang akan digunakan (3) Atur posisi pasien senyaman mungkin

(4) Buka bak instrumen dan pakai handscoon

(5) Kaji keadaan luka. Tekan daerah sekitar luka, lihat luka kering/ basah (6) Membersihkan luka dengan larutan NaCl, gunakan kassa terpisah

untuk setiap usapan membersihkan

(7) Jika luka sudah kering biarkan tetap terbuka

(37)

3. Bayi Baru Lahir b. Definisi

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertambah dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannnya 2.500-4.000 gram (Vivian, 2010).

Neonatus adalah bayi baru lahir sampai dengan usia 28 hari. Pada masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem (Kemenkes RI, 2016).

c. Ciri-ciri bayi baru lahir normal 1) Lahir aterm antara 37-42 minggu 2) Berat badan 2.500-4.000 gram 3) Panjang badan 48-52 cm 4) Lingkar dada 30-38 cm 5) Lingkar kepala 33-35 cm 6) Lingkar lengan 11-12 cm

(38)

9) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup

10) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala bisanya telah sempurna

11) Kuku agak panjang dan lemas 12) Nilai APGAR >7

13) Gerak aktif

14) Bayi lahir langsung menangis kuat

15) Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik

16) Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik 17) Reflek moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk

dengan baik

18) Reflek grasping (menggenggam) sudah baik 19) Genitalia

a) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang

b) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora

(39)

1) Cara memotong tali pusat

a) Menjepit tali dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu mengurut tali pusat ke arah ibu dan memasang klem ke-2 dengan jarak 2 cm dari klem

b) Memegang tali pusat di antara 2 klem dengan menggunakan tangan kiri (jari tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat diantara 2 klem

c) Mengikat tali pusat dengan jarak ± 1 cm dari umbilikus dengan simpul mati lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati. Untuk kedua kalinya bungkus dengan kasa steril, lepaskan klem pada tali pusat, lalu memasukannya dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%

d) Membungkus bayi dengan bersih dan memberikanya kepada ibu 2) Mempertahankan suhu tubuh BBL dan mencegah hipotermi

a) Meneringkan tubuh bayi segera setelah lahir

(40)

memperlihatkan gejala menggigil oleh karena kontrol suhunya belum sempurna

b) Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi baru lahir harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering kemudian diletakkan telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu

c) Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil

Pada BBL cukup bulan dengan berat badan lebih dari 2.500 gram dan menangis kuat bisa dimandikan ± 24 jam setelah kelahiran dengan tetap menggunakan air hangat. Pada BBL berisiko yang berat badannya kurang dari 2.500 gram atau keadaanya sangat lemah sebaiknya jangan dimandikan sampai suhu tubuhnya stabil dan mampu mengisap ASI dengan baik (Vivian, 2010).

d) Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir

Adapun dijelaskan menurut Prawirohardjo (2010) kehilangan panas pada bayi ada 4 cara:

(1) Konduksi→ melalui benda-benda padat yang berkontak pada kulit bayi

(2) Konveksi pendinginan melalui aliran udara disekitar bayi (3) Evaporasi kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit

(41)

(4) Radiasi melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit bayi

e. Tahapan bayi baru lahir

1) Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu

2) Tahap II disebut tahap transisional rektivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selam 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku

3) Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Vivian, 2010).

f. Kunjungan neonatal bayi

Kunjungan neonatal menurut Marmi (2015) :

1) KN - 1: Pada saat bayi berumur 6 jam

a) Pencegahan Hipotermi

b) Menilai tanda-tanda pernafasan, denyut jantung dan suhu badan

c) Perawatan tali pusat

d) Pemberian ASI awal

2) KN - 2: Pada saat bayi berumur 3-7 hari

a) Keadaan Bayi

(42)

c) Melihat adanya kuning (Ikterus) pada bayi

d) Perawatan tali pusat

3)KN – 3: Pada saat bayi berumur 8-28 hari

a) Tali pusat lepas setelah kunjungan 2 minggu pasca persalianan

b) Memastikan bayi mendapatkan ASI cukup

c) Pemberian Imunisasi

4. Masa Nifas a. Definisi

Masa puererium adalah waktu yang di perlukan agar organ genitalia interna ibu kembali menjadi normal secara anatomis dan fungsional, yaitu sekitar 6 minggu (Manuaba, 2015).

Masa nifas atau puerperium ialah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta samapi dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggarapada masa itu untuk mememenuhi kebutuhan ibu dan bayi yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobstsn komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayana pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu (Prawirohardjo, 2010).

b. Masa nifas dibagi dalam 3 periode

(43)

2) Puerperium intermediat, yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.

3) Puerperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat sempurna., terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan (Mochtar, 2012).

c. Perubahan fisiologis

1) Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (berinvolusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Tabel 2.3 Perubahan uterus

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat uterus Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram 1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram 2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram 6 minggu Betambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 ram

2) Bekas implantasi uri: placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm dan akhirnya pulih.

3) Luka- luka pada jalan lahir jika tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari

(44)

persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal tersebut dan jika terlalu mengganggu, dapat diberikan obat-obat anti nyeri dan antimulas.

5) Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas

a) Lokia rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pascapersalian

b) Lokia sanguinolenta: berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan

c) Lokia serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pascapersalinan

d) Lokia alba: cairan putih, setelah 2 mingguLokia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk

e) Lokiostasis: lokia tidak lancar keluarnya 6) Serviks

Setelah persalinan, bentuk seviks agak menganga seperti corong, berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa dimasukkan ke rongga rahim setelah 2 jam, dapat dilalui oleh 2-3 jari, dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari

(45)

Ligamen, fascia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Akibatnya, tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Setelah melahirkan, wanita Indonesia memiliki kebiasaan

berkusuk” atau “berurut”. Sewaktu dikusuk, tekanan intraabdomen

bertambah tinggi.Karena ligamentum, fascia, dan jaringan penunjang menjadi kendor setelah melahirkan, jika dilakukan kusuk/ urut, banyak wanita yang mengeluh “kandungnya turun” atau terbalik. Untuk memulihkan kembali, sebaiknya dengan latihan- latihan dan senam pascapersalinan (Mochtar, 2012).

d. Perubahan tanda-tanda vital

Beberapa perubahan tanda- tanda vital biasa terlihat jika wanita dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistole maupun diastole dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan.

1) Suhu badan

(46)

berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genitalis, atau sistem lain.

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/ menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.

3) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan darah tinggi post partum dapat menandakan terjadinya preeklampsia postpartum

4) Pernafasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal , pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran napas (Vivian, 2010).

e. Kunjungan nifas Menurut Viviana (2010) dibagi menjadi 3: 1) Kunjungan I (Hari ke-1 sampai hari ke-7)

a) Pemberian ASI

(47)

tangan seperlunya, atau dengan metode- metode untuk mencegah nyeri puting dan perawatan puting

b) Perdarahan

Bidan mengkaji warna dan banyaknya atau jumlah yang semestinya, adakah tanda-tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu nadi cepat dan suhu naik. Uterus tidak keras dan TFU menaik. Kaji pasien apakah bisa masase uterus dan ajari cara memasase uterus agar uterus bisa mengeras. Periksa pembalut untuk memastikan tidak ada darah berlebihan

c) Involusi uterus, bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan kepada pasien mengenai involusi uterus

d) Pembahasan tentang kelahiran: kaji perasaan ibu dan adakah pertanyaan tentang proses tersebut

e) Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan fisik, komunikasi, dan rangsangan

f) Bidan memberikan penyuluhan mengenai tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi dan rencana menghadapi keadaan darurat

(48)

Bidan memberikan informasi mengenai makanan yang seimbang, banyak mengandung protein, makanan berserat dan air sebanyak 8-10 gelas per hari untuk mencegah komplikasi. Kebutuhan akan jumlah kalori yang lebih besar per hari untuk mendukung laktasi, kebutuhan akan makanan yang mengandung zat besi, suplemen dan folat, serta vitamin A jika diindikasikan

b) Kebersihan/ perawatan diri sendiri

Bidan menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri, terutama puting susu dan perineum

c) Senam

Bidan mengajarkan senam kegel, serta senam perut yang ringan tergantung pada kondisi ibu dan tingkat diastasis

d) Kebutuhan akan istirahat

Bidan menganjurkan untuk cukup tidur ketika bayi sedang tidur, meminta bantuan anggota keluarga untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga

e) Bidan mengkaji adanya tanda- tanda post partum blues f) Keluarga berencana

Pembicaraan awal tentang kembalinya masa subur dan melanjutkan hubungan seksual setelah selesai masa nifas, kebutuhan akan pengendalian kehamilan

(49)

Bidan memberitahu kapan dan bagaimana menghubungi bidan jika ada tanda- tanda bahaya, misalnya pada ibu dengan riwayat preeklampsia atau risiko eklampsia memerlukan penekanan pada tanda- tanda bahaya dari preeklampsia/ eklampsia

h) Perjanjian untuk petemuan berikutnya. 3) Kunjungan III (hari ke-29 samapai ke-42)

Meskipun puerperium berakhir sekitar enam minggu, kebanyakan ahli meyakini bahwa untuk menunjukkan lamanya waktu yang digunakan saluran reproduksi wanita untuk kembali ke kondisi tidak hamil dimungkinkan untuk dilakukan evauasi normalitas dan akhir puerperium pada minggu keempat pascapartum. Pemeriksaan 4-6 minggu pascapartum sering kali terdiri atas pemeriksaan riwayat lengkap fisik dan panggul dalam. Setiap catatan yang ada dalam kehamilan harus ditinjau. Selain itu, hal ini yang perlu dikaji pada saat kunjungan III, yaitu sebagai berikut:

a) Penapisan adanya kontraindikasi terhadap metode keluarga berencana yang belum dilakukan

b) Riwayat tambahan tentang periode waktu sejak pertemuan berakhir.

(50)

5. Keluarga Berencana (KB) a. Definisi

Pengertian Program Keluarga Beencana menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kependulian dan peran serta masyarakat melaui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, ppembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Handayani,2010).

KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.(Kemenkes RI, 2015)

b. Tujuan Program KB

(51)

yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.

Sedangkan tujuan program KB secara fisiologis adalah:

1) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian. 2) Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang

bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Handayani,2010).

c. Macam-macam kontrasepsi yang ada dalam program KB di Indonesia. 1) Metode Kontrasepsi Sederhana

Metode kontrasepsi sederhan ini terdiri dari 2 yaitu: metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus Interuptus, metode kalender, Metode Lendir Serviks (MOB), Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lender servik.

Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida.

2) Metode Kontrasepsi Hormonal

(52)

Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan. Sedangkan kontrasepsi hormone yang berisi progesterone terdapat pada pil, suntik dan implant.

3) Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi yaitu AKDR yang mengandung hormone (sintetik progesterone) dan yang tidak mengandung hormon.

4) Metode Alat Kontrasepsi Mantap.

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macca, yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba atau tuba falopi sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikanal dengan vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasi.

d. Penapisan Calon Akseptor KB

1) Penapisan metode kontrasepsi hormonal (pil, suntik, implant) Tabel 2.4 Penapisan metode kontrasepsi hormonal

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih 2 Menyusui dan kurang dari 6 minggu paska salin

3 Perdarahan/ perdarahan bercak antara haid setalah senggama 4 Ikterus pada kulit atau sclera mata

5 Nyeri kepala hebat

(53)

7 Tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolis) atau 90 mmHg (diastolic)

8 Massa atau benjolan pada payudara 9 Sedang minum obatobatan epilepsy

2) Penapisan metode kontrasepsi AKDR

Tabel 2.5 Penapisan metode kontrasepsi AKDR

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih

2 Klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain. 3 Infeksi Menular Seksual (IMS)

4 Penyakit radang panggl atau kehamilan ektopik 5 Haid banyak (>1-2 pemblut tiap 4 jam) 6 Haid lama(>8hari)

7 Disminorhoe berat yang membutuhkan analgetik atau istirahat baring

8 perdarahan/ perdarahan bercak anatara haiid atau setelah haid

9 Sejala penyakit jantung vascular atau konginital

3) Penapisan alat kontrasepsi mantap. a) Tubektomi

Tabel 2.6 Penaapisan metode kontrasepsi Tubektomi

No Keadaan Klien Ffasilitas Rawat Jalan Fasilitas Rujukan 1 Keadaan umum

(anamnesa dan oemeriksaan fisik)

KU baik, tidak ada tanda penyakit jantung, paru, ginjal.

DM tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda penyakit jantung, paru atau ginjal

2 Keadaan emosi Tenang Cemas, takut 3 Tekanan darah <160/100 mmHg >160/100 mmHg 4 Berat badan 35-85 kg >85 kg;<35 kg 5 Riwayat operasi

abdomen/ panggul

Bekas SC (tanpa perlekatan) Operasi abdomen, perlekatan atau terdapat kelainan panggul

6 Riwayat radang panggul, kehamilan ektopik,

apendiksitis

Pemeriksaan dalam normal Pemeriksaan dalam ada kelainan

7 Anemia Hb ≥8 gr% Hb< 8 gr%

(54)

No Keadaa klien Fasilitas rawat jalan Fasilitas rujukan

1 Keadaan umum

(anamnesa dan pemeriksaan fisik)

KU baik, tidak ada tanda penyakit jantung, paru, ginjal.

DM tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda penyakit jantung, paru atau ginjal

2 Keadaan emosi Tenang Cemas, takut 3 Tekanan darah <160/100 mmHg ≥160/100 mmHg 4 Infeksi atau kelainan

scrotum atau inguinal

Normal Tanda-tanda infeksi atau ada kelainan

5 Anemia Hb ≥ 8 gr% Hg < 8 gr%

Sember: Sri Handayani (2010)

B. TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN

Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan

keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang

dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai

dari pengkajian, perumusan diagnosa atau masalah kebidanan, perencanaan,

implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.

1. Standar I : Pengkajian

a. Pernyataan Standar

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, releva dan lengkap

dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

b. Kriteria Pengkajian :

1) Data tepat, akurat dan lengkap

2) Terdiri dari Data Subyektif (hasil Anamnesa, biodata, keluhan

utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial

budaya).

(55)

2. Standar II : Perumusan Diagnosa atau Masalah Kebidanan

a. Pernyataan Standar

Bidan menganalisa diagnosa yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat

b. Kriteria Perumusan diagnosa dan atau Masalah

1) Diagnosa sesuai dengan nomenkulator Kebidanan

2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien

3) Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,

kolaborasi, dan rujukan

3. Standar III : Perencanaan

a. Pernyataan Standar

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan

masalah yang ditegakkan

b. Kriteria Perencanaan

1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi

klien, tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara

komprehensif

2) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga

(56)

4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien

berdasarkan evidance based dan memastikan bahwa asuhan yang

diberikan bermanfaat untuk klien.

5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,

sumberdaya serta fasilitas yang ada.

4. Standar IV : Implementasi

a. Pernyataan Standar

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,

efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada

klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

b. Kriteria

1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makluk

bio-psiko-sosial-spiritual-kultural

2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien

atau keluarganya (inform consent)

3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based

4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan

5) Menjaga privacy klien/pasien

6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi

7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan

(57)

9) Melakukan tindakan sesuai standar

10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

5. Standar V : Evaluasi

a. Pernyataan Standar

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang diberikan, sesuai dengan

perubahan perkembangan kondisi klien.

b. Kriteria Evaluasi

1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan

sesuai kondisi klien

2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan

keluarga

3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar

4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/ pasien

6. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

a. Pernyataan Standar

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas

mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam

memberikan asuhan kebidanan.

(58)

1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada

formulir yang tersedia (Rekam medis/KMS/Status pasien/buku KIA)

2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP

3) S adalah data Subyektif, mencatat hasil anamnesa

4) O adalah data Obyektif, mencatat hasil pemeriksaan

5) A adalah hasil Analisa, mencatat diagnosa masalah kebidanan

6) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif: penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan(KepMenKes

RI, 2007).

c. Aspek Hukum

Menurut PerMenKes RI No.28 tahun 2017 bidan memiliki kewenangan

seperti:

Pasal 18 Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki

kewenangan untuk memberikan:

1) pelayanan kesehatan ibu;

2) pelayanan kesehatan anak; dan

3) pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

(59)

(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a

diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa

nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.

(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

pelayanan:

a. konseling pada masa sebelum hamil

b. antenatal pada kehamilan normal

c. persalinan normal

d. ibu nifas normal

e. ibu menyusui

f. konseling pada masa antara dua kehamilan.

(3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan:

a. episiotomi

b. pertolongan persalinan normal

c. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

d. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

e. pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil

f. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

g. fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu

eksklusif

(60)

i. penyuluhan dan konseling

j. bimbingan pada kelompok ibu hamil dan

k. pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.

Pasal 20

(1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b

diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah.

(2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan:

a. pelayanan neonatal esensial

b. penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

c. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah

dan

d. konseling dan penyuluhan.

(3) Pelayanan noenatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan tali pusat,

pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi B0, pemeriksaan fisik

bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya, pemberian tanda identitas diri,

dan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan

tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.

(4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

(61)

a. penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan jalan

nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung

b. penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR

melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara

menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru

c. penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol atau

povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering;

dan

d. membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir dengan

infeksi gonore (GO).

(5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan

penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran tinggi

badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan tumbuh

kembang balita dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining

Perkembangan (KPSP)

(6) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d

meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kepada ibu dan

keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, tanda bahaya

pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi seimbang,

PHBS, dan tumbuh kembang.

(62)

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan berwenang

memberikan:

a. penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana; dan

b. pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

Bagian Ketiga Pelimpahan kewenangan Pasal 22 Selain kewenangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidan memiliki kewenangan

memberikan pelayanan berdasarkan:

a. penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan; dan/atau

b. pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara

mandat dari dokter.

Pasal 23

(1) Kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan dari

pemerintah sesuai kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22

huruf terdiri atas:

a. kewenangan berdasarkan program pemerintah; dan

b. kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu

wilayah tempat Bidan bertugas.

(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh Bidan

(63)

(3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan oleh

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah bersama organisasi profesi

terkait berdasarkan modul dan kurikulum yang terstandarisasi sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Bidan yang telah mengikuti pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) berhak memperoleh sertifikat pelatihan.

(5) Bidan yang diberi kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus mendapatkan penetapan dari kepala dinas kesehatan

kabupaten/kota.

Pasal 24

(1) Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Bidan ditempat kerjanya, akibat

kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus sesuai dengan

kompetensi yang diperolehnya selama pelatihan.

(2) Untuk menjamin kepatuhan terhadap penerapan kompetensi yang

diperoleh Bidan selama pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Dinas kesehatan kabupaten/kota harus melakukan evaluasi

pascapelatihan di tempat kerja Bidan.

(3) Evaluasi pascapelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan setelah pelatihan.

Pasal 25

(1) Kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana dimaksud

(64)

a. pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat

kontrasepsi bawah kulit

b. asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit

tertentu

c. penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang

d. ditetapkan

e. pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program pemerintah

f. melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu

dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan

g. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan

anak sekolah

h. melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan

terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom,

dan penyakit lainnya

i. pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi dan

j. melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

(2) Kebutuhan dan penyediaan obat, vaksin, dan/atau kebutuhan logistik

lainnya dalam pelaksanaan Kewenangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

Gambar

Tabel 2.1 Tabel kunjungan antenatal care
Tabel 2.2Ketidaknyamanan pada kehamilan
Tabel 2.3 Perubahan uterus
Tabel 2.4 Penapisan metode kontrasepsi hormonal
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Kinerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam Penanggulangan Banjir dan Genangan di Kota Surakarta, Skripsi, Program Studi Administrasi Publik, Fakultas

Tabel 23 Studi Kebutuhan Ruang Pengelola Jateng Park ... Persyaratan

Persepsi terhadap kepemimpinan transformasional adalah proses pengamatan seseorang berdasarkan pengalamannya terhadap atasan atau pimpinan tipe transformasional dalam

Permasalahan yang diambil penulisan tesis ini adalah akibat hukum perkawinan di bawah tangan, kedudukan hukum anak yang lahir dari perkawinan dibawah tangan didemak,

Dalam Syair lagu “Gegayuhanku“ kata-kata yang dipilih adalah kata-kata kiasan, umumnya mengacu pada tiga hal, yakni: (1) Penggambaran seorang yang sedang jatuh cinta, ingat

Nya Landasan Teori dan Program Projek Akhir Arsitektur yang berjudul.. “ Pusat Pelatihan Perwira Tinggi Polri ” dapat

Does it have a The topic sentence and controlling idea are not mentioned clearly..