• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI I. TINJAUAN MEDIS - Nur Fatmah Fauzi BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI I. TINJAUAN MEDIS - Nur Fatmah Fauzi BAB II"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

I. TINJAUAN MEDIS

A. Kehamilan 1. Definisi

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila di hitung dari saat fertilisasi hingga bayinya lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, trimester pertama belsangsung selama 12 minggu, dimana trimester kedua berlangsung selama 15 minggu (minggu ke 13 – hingga ke 27) (Prawihardjo, 2012;h.213)

Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) hinga dimulai persalinan yang menandai awal periode antepartum (Varney, 2007;h,492).

(2)

trimester ke dua pada minggu ke-13 hingga ke-27 (15 minggu), dan trimester ketiga pada minggu ke-28 hingga ke-40 (13 minggu) (Varney, 2007;h.492).

Dari berbagai referensi mengenai kehamilan dapat di simpulkan bahwa kehamilan merupakan proses fisiologis yang berlangsung dari proses fertilisasi atau penyatuan hingga usia kehamilan aterm dengan berubahnya seluruh system genetalia wanita

2. Proses Pembuahan

(3)

3. Fisiologi Pertumbuhan Janin

Menurut Mochtar (2011; h. 26) terjadi beberapa perubahan – perubahan dan organogenesis yang terjadi pada berbagai periode kehamilan di antaranya adalah :

a. Umur kehamilan 4 Minggu

Pada umur kehamilan 4 minggu terjadi pembentukan rudiment mata, telinga, dan hidung. Panjangnya sekitar 7,5 – 10 mm.

b. Umur Kehamilan 8 Minggu.

Di minggu ini sudah terbentuk hidung, telinga, jari jemari mulai di bentuk. Kepala menekuk ke dada, dan panjangnya 2,5 cm. berat fetus sekitar 5 gram.

c. Umur Kehamilan 12 Minggu

Pada minggu ini daun telinga sudah terbentuk lebih jelas, kelopak mata melekat, leher mulai terbentuk, genetalia eksternal sudah mulai terbentuk tetapi belum berdiferensiasi. Panjang fetus pada minggu ini adalah 9 cm. dan beratnya 15 gram.

d. Umur Kehamilan 16 Minggu

(4)

e. Umur Kehamilan 20 Minggu

Di minggu ini kulit janin sudah lebih tebal, rambut mulai tumbuh di kepala, dan rambut halus (lanugo) tumbuh di kulit. Panajang fetus 25 cm dan beratnya 280 gram.

f. Umur Kehamilan 24 Minggu

Pada minggu ini kedua kelopak mata ditumbuhi alis dan bulu mata serta kulit keriput, kepala besar. Jika lahir, dapat bernapas tetapi hanya bertahan hidup beberapa jam saja. Panjang fetus 30 – 32 cm beratnya 600 gram.

g. Umur Kehamilan 28 Minggu

Pada minggu ini kulit berwarna merah dan di tutupi vernik kaseosa. Jika lahir, dapat bernapas, menangis pelan dan lemah. Bayi imatur beratnya 1000 gram dan panjangnya 25 cm.

h. Umur Kehamilan 32 Minggu

Pada minggu ini kulit janin berwarna merah dan keriput. Jika lahir, tampak seperti orang tua kecil (little old). Panjangnya 40 – 43 cm dan beratnya 1800 gram.

i. Umur Kehamilan 36 Minggu

Pada minggu ini muka janin berseri dan tidak keriput. Bayi premature dengan berat badan 2500 gram panjang janin 46 cm. j. Umur Kehamilan 40 Minggu

(5)

mayora berkembang baik. Tulang – tulang kepala menulang. Pada 80% kasus, telah terbentuk pusat penulangan pada epifisis tibia proksimal. Panjang janin pasa umur ini yaitu 50 – 55 cm dan berat janin 3000 gram.

4. Tanda – Tanda Kehamilan

Menurut Mochtar (2012; h. 35) tanda – tanda kehamilan adalah sebagai berikut :

a. Tanda – Tanda Persumtif

1) Amenorea ( tidak mendapat haid )

Wanita harus mengetahui tanggal pertama haid terakhir (HT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP) yang dihitung dengan menggunakan rumus dari neegele.

2) Mual dan muntah (nausea and vomiting)

Biasanya terjadi pada bulan – bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama. Karena sering terjadi pada pagi hari, disebut morning sickness (sakit pagi). Apabila timbul mual dan muntah berlebihan karena kehamilan disebut hyperemesis gravidarum.

3) Mengidam ( ingin makanan khusus)

(6)

4) Pingsan

Jika terdapat pada tempat – tempat ramai yang sesak dan padat, seorang wanita yang sedang hamil dapat pingsan.

5) Tidak ada selera makan (anoreksia)

Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, kemudian nafsu makan timbul kembali.

6) Lelah (fatigue)

7) Peyudara membesar, tegang, dan nyeri

Ini disebabkan pengaruh estrogen dan progesterone yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar.

8) Miksi sering

Ini terjadi karena kandung kemih tertekan oleh Rahim yang membesar. Gejala itu akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala tersebutmuncul kembali karena kandung kemid ditekan oleh kepala janin.

9) Konstipasi/obstipasi

Terjadi karena tonus otot – otot uterus menurun oleh pengaruh hormone steroid.

10) Pegmentasi kulit

(7)

b. Tanda – Tanda Kemungkinan Hamil 1) Perut membesar.

2) Uterus mebesar karena terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi Rahim.

3) Tanda Hegar

Ditemukannya serviks dengan isthmus uteri yang lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6 minggu. 4) Tanda Chadwick

Perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat diporsio, vagina dan labia. Tanda – tanda tersebut timbul karena pelebaran vena karena peningkatan kadar estrogen.

5) Tanda Piskacek

Pembesaran dan pelunakan Rahim ke salah satu sisi Rahim yang berdekatan dengan tuba uterine. Biasanya tana ini ditemukan pada usia kehamilan 7 – 8 minggu.

6) Kontraksi – kontraksi kecil uterus jika dirangsang (Braxton hicks). 7) Teraba ballottement.

8) Reaksi kehamilan positif. c. Tanda Pasti Hamil

1) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasakan atau diraba, juga bagian – bagian janin.

2) Denyut jantung janin.

(8)

5. Fisiologi Pada Perempuan Hamil Perubahan Anatomi dan

a. Sistem Reproduksi 1) Uterus

Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70g dan kapasitas 10 ml atau kurang. Pada akhir kehamilan ketebalan uterus hanya 1,5 cm bahkan kurang.

2) Serviks

Satu bulan setelah konsepsi servik akan menjadi lebih lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi karena penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks, bersama dengan terjadinya hipertrofi dan hiperlasia pada kelenjar-kelenjar serviks(Prawirohardjo,2010;h 177).

3) Ovarium

(9)

4) Vagina dan Perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskulasi dan hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-oto perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda chadwik (Prawirohardjo, 2010; h. 178).

5) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum. Pada multipara selain strie kemerahan itu seringkali ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dan strie sebelumnya (Prawirohardjo, 2010; h. 179).

6) Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudara menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan bertambah besar, kehitaman, dan tegak (Prawirohardjo, 2010; h. 179).

b. Sistem Kardiovaskuler

(10)

preload. Performa ventrikel selama kehamilan dipengaruhi oleh penurunan resistensi vascular sistemik dan perubahan pada aliran pulsasi arterial. Kapasitas vascular juga akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan. Peningkatan estrogen dan progesterone juga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan penurunan resistensi vascular perifer. Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan vena kava inferior

c. Sistem Respirasi

Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah ± 6 cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume residu paru – paru karena pengaruh diafragma yang naik ± 4 cm selama kehamilan. Frekuensi pernapasan hanya mengalami sedikit perubahan selama kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi per menit dan pengambilan oksigen permenit akan bertambah secara signifikan pada kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada minggu ke 37 dan akan kembali lagi dalam 24 minggu setelah persalinan.

d. Traktus Digestivus

(11)

menurunnya tonus sfingter esophagus bagian bawah. Mual terjadi karena menurunya motilitas usus besar.

e. Traktus Urinarius

Ginjal akan membesar, glomelular filtration rate, dan renal plasma flow juga akan meningkat. Pada eksresi akan ditemukan kadar asam amino dan vitamin yang larut dalam air dlam jumlahyang lebih banyak. Glukosuria juga merupakan hal yang umum terjadi, akan tetapi kewaspadaan terhadap penyakit diabetes mellitus tetap harus diwaspadai. Sementara itu, proteinuria dan hematuria merupakan suatu hal yang abnormal. Pada fungsi renal akan di jumpai peningkatan creatinine cleareance lebih tinggi yaitu 30% ( Prawirohardjo, 2010; h. 185).

f. Sistem Endokrin

Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat dari hyperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan mengecil, sedangkan hormon androstenedion, testosterone, dioksikortikosteron, aldosterone, dan kortisol akan meningkat (Prawirohardjo, 2010; h. 186).

6. Kunjungan Pemeriksaan Antenatal

(12)

a. Trimester 1

Kunjungan di lakukan 1 kali dan sebelum usia kehamilan 16 minggu. b. Trimester 2

Kunjungan pada trimester 2 ini di lakukan 1 kali di antara usia kehamilan 24 minggu sampai 28 minggu.

c. Trimester 3

Kunjungan pada rimester 3 ini dilakukan 2 kali di antara minggu ke 30-32 dan di antara minggu ke 36-38.

Menurut profil kesehatan Indonesia (2015, h 105) Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut :

1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan; 2) Pengukuran tekanan darah;

3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA); 4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);

5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi;

6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan; 7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);

8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana);

(13)

10) Tatalaksana kasus.

7. Komplikasi Pada Kehamilan

Menurut kemenkes RI (2013, h 82 – 126 ) ada beberapa macam komplikasi dalam kehamilan, diantaranya adalah :

a. Mual – Muntah Pada Kehamilan 1) Definisi

Mual muntah yang terjadi pada kehamilan hingga usia 16 minggu. Pada keadaan muntah-muntah yang berat, dapatterjadi dehidrasi, gangguan asam basa dan elektrolit da ketosis, keadaan ini di sebut hyperemesis gravidarum.

2) Penatalaksanaan

Bila perlu berikan 10 mg doksilamin di kombinasikan dengan 10 mg vitamin B6.

b. Ketuban Pecah Dini 1) Definisi

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau dimulainya tanda persalinan. 2) Penatalaksanaan

(14)

B. Persalinan 1. Definisi

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasentas dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu (JPKN-KR; 2014, h. 39).

Persalinan merupakan bagian dari proses melahirkan. Sebagai respon terhadap kontraksi uterus, segmen bawah uterus teregang dan menipis, serviks berdilatasi, jalan lahair terbentuk dan bayi bergerak turun kebawah melalui rongga panggul (Kevin,2015. h. 224)

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu (varney, 2008, h. 672)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010;h.164).

Dari berbagai referensi mengenai pengertian persalinan dapat disimpulkan bahwa persalinan merupakan proses pengeluaran bayi hingga plasenta yang dipengaruhi oleh 3P yaitu power (kekuatan), passage (janin dan plasenta), dan passage (jalan lahir).

2. Beberapa Istilah yang Berhubungan dengan Persalinan

(15)

Partus biasa di sebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi dengan LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat – alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

2) Partus luar biasa (abnormal)

Persalinan pervaginam dengan bantuan alat – alat atau melalui dinding perut dengan oprasi caesarea.

b) Menurut tua (umur) kehamilan 1) Abortus ( keguguran)

Abortus adalah terhentinya kehamlan sebelum janin dapat hidup (viable), berat janin di bawah 1000 gram, tua kehamilan di bawah 28 minggu.

2) Partus prematurus

Persalinan (pengeluaran) hasil konsepsi pada kehamilan 28 – 36 minggu, janin dapat hidup tetapi premature, berat janin antara 1000 – 2500 gram.

3) Partus matures atau aterm

Partus pda kehamilan 37 – 40 minggu, janin matur, berat badan di atas 2500 gram.

4) Partus postmaturus

Persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih setelah waktu partus yang ditaksir, janin disebut postmatur.

5) Partus presipitatus

(16)

6) Partus percobaan

Suatu penilaian persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalopelvik.

3. Gravida dan para

a) Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil.

b) Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. c) Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat

hidup (viable).

d) Nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable.

e) Primipara adalah seorang wanita melahirkan bayi hidup untuk pertama kalinya.

f) Multipara atau pleuripara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viable beberapa kali (sampai 5 kali).

g) Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih, hidup ataupun mati.

4. Tanda – Tanda Persalinan

Menurut Rustam Mochtar (2012, h. 70) tanda – tanda inpartu adalah sebagai berikut :

(17)

c) Ketuban pecah sendiri.

d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah terjadi pembukaan.

5. Mekanisme Persalinan Normal

Menururt Rustam Mochtar (2012, h. 71) bahwa kala satu persalinan adalah waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm. Kala dua persalinan adalah kala pengeluaran janin, sewaktu uteruss dengan kekuatan his ditambah dengan kekuatan untuk mengejan mendorong janin hingga keluar. Kala tiga persalinan adalah kala untung pelepasan plasenta. Kala empat adalah mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum.

a. Kala I ( kala pembukaan ) 1) Fase Laten

Pembukaan serviks 1 hingga 3 cm, sekitar 8 jam 2) Fase Aktif

Pembukaan serviks 4 cm hingga 10 cm (lengkap), sekitar 6 jam dan dibagi menjad 3 fase yaitu :

a) Periode akselerasi

Periode ini berlangsung selama 2 jam dan pembukaan menjadi 4 jam.

b) Periode dilatasi maksimal

(18)

c) Periode deselerasi

Periode ini berlangsung lambat dan dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).

b. Kala II (kala pengeluaran janin)

Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot – otot dasar panggul yang melalui lengkung reflek menimbulkan rasa mengejan. Karena terdapat tekanan pada rectum, ibu merasa ingin buang air besar dengan ditandai dengan anus membuka. Pada waktu his, kepala janin mulai terlihat, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh tubuh janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1,5 jam – 2 jam dan pada multi berlangsung 30 menit - 1 jam.

c. Kala III (kala pengeluaran plasenta)

(19)

Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi baru lahir Sumber : Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri jilid 1.

6. Mekanisme Persalinan (Varney, 2008; h. 754-755)

a) Engagement

Terjadi ketika diameter bipariental kepala janin telah melalui pintu atas panggul (Varney, 2008; h. 754-755).

b) Penurunan

Terjadi selama persalinan. Penurunan merupakan hasil dari sejumlah kekuatan yang meliputi kontraksi dan pada kala dua, dorongan yang dilakukan ibu disebabkan karena kontraksi otot – otot abdomennya (Varney, 2008; h. 754-755).

c) Fleksi

Melalui mekanisme ini, diameter suboksipitobregmatik yang lebih kecil digantikan dengan diameter kepala janin yang lebih besar (Varney, 2008; h. 754-755).

d) Rotasi Internal

(20)

ke bagian anterior pelvis ibu, di bawah simfisis pubis. Ketika oksiput berotasi dari posisi LOP, ROP, LOT, atau ROT, bahu jugan berotasi dengan kepala sampai mencapai posisi LOA atau ROA. Ketika oksiput anterior, bahu bayi tidak melanjutkan rotasi mengikuti dengan kepala, akan tetapi bahu bayi akan masuk ke pintu atas panggul pada salah satu diameter oblik. Oleh karena itu, mekanisme ini memiliki efek memutar leher 45 derajat (Varney, 2008; h. 754-755).

e) Pelahiran kepala

Berlangsung melalui ekstensi kepala untuk mengeluarkan oksiput anterior ekstensi harus terjadi ketika oksiput berada di bagian anterior karena kekuatan tahanan pada dasar pelvis yang membentuk sumbu carus yang mengarahkan kepala menuju pintu bawah vulva. Dengan demikian, kepala di lahirkan dengan ekstensi meliputi oksiput, sutura sagittal, fontanela anterior, alis, orbit, hidung, mulut, dan dagu secara berurutan muncul dari perineum (Varney, 2008; h. 754-755).

f) Rotasi ekternal

(21)

g) Pelahiran bahu

Bahu anterior terlihat pada orifisum vulvovaginal yang menyentuh di bawah simfisis pubis, bahu posterior kemudian menggembungkan perineum dan lahir dengan fleksi lateral. Setelah bahu lahir, bagian badan yang tersisa mengikuti sumbu carus dan segera lahir. Sumbu carus adalah ujung keluar paling bawah pada lengkung pelvis (Varney, 2008; h. 754-755).

7. Komplikasi pada persalinan

a) Komplikasi pada kala stu dan kala dua persalinan

Menurut Varney (2007; h 780-802) adalah sebagai berikut :

1) Riwayat seksio sesaria sebelumnya (Varney,2007; h 780-802). 2) Persalinan atau kelahiran premature (Varney,2007; h 780-802).

Persalinan premature adalah persalinan yang dimulai pada awal usia kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu ke 37. Penatalaksanaan pada persalinan premature didasarkan pada pertama kali dengan mengidentifikasi wanita yang beresiko mengalami komplikasi (Varney,2007; h 780-802).

3) Ketuban pecah dini

Menurut Kemenkes RI (2013; h. 122) ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau sebelum adanya tanda – tanda inpartu. Penatalaksanaa pada KPD adalah :

(22)

b) Segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang memadai.

8. 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal

Menurut Kemenkes RI (2013; h. 39 – 49) berikut adalah langkah – langkah asuhan persalinan normal :

Mengenali tanda dan gejala kala dua : 1) Memeriksa tanda berikut :

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan/atau vaginanya.

c) Perineum menonjol dan menipis.

d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49).

Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2) Pastika kelengkapan peralatan, bahan dan obat – oatan esensial. a) Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril / DTT siap

dalam wadahnya.

b) Semua pakaian, handuk, selimut, dan kain untuk bayi dalam kondisi bersih dan hangat.

c) Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan thermometer dalam kondisi baik dan bersih.

(23)

e) Untuk resusitasi, tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.

f) Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu : cairan kristaloid, set infus (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49)..

3) Mengenakan baju penutup atau clemek plastic yang bersih, sepatu tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan kaca mata (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49)..

4) Melepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan dengan handuk atau tisu bersih (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49).

5) Memakai sarung tangan steril / DTT untuk pemeriksaan dalam (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49).

6) Mengambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin 10 unit dan letakkan kembali spuit tersebut di partus set / wadah DTT atau steril tanpa mengontaminasi spuit (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49).

Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

7) Membersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air DTT (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49).

(24)

pecah, dengan syarat : kepala sudah masuk dalam panggul dan tali pusat tidak teraba (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49).

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0.5%, kemudian lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalikn dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelahnya (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49).

10) Memeriksa denut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir untukmemastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 kali/ menit). Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49).

Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pembimbingan meneran.

11) Memberitahu ibu pembukaannya sudah lengkap dan keadaan janin baik.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran

a) Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ibu merasa nyaman.

b) Anjurkan ibu untuk minum cukup (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49). 13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran.

(25)

b) Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai(Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49).

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49).

Mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi.

15) Melakukan kepala bayi sudah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untukmengeringkan bayi. 16) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu. 17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat

dan bahan.

18) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan, Membantu lahirnya kepala

19) Melakukan tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49).

a) Anjurkan ibu untuk meneran sambil bernapas cepat dan dangkal. 20) Memeriksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal

itu terjadi.

(26)

b) Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu dunting di antaranya (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49).

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putar paksi luar secara spontan.

Membantu lahirnya bahu

22) Menunggu kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara bipariental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.

a) Dengan lembut gerakkan kepala kea rah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis.

b) Gerakkan kea rah atau dan distal untuk melahirkan bahu belakang (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49).

Membantu lahirnya badan dan tungkai

23) Melahirkan kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah ke arah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.

a) Gunaka tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

24) Melahirkan tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang berada di atas ke punggung, bokong, tngkai dan kaki bayi. a) Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dna

pegang masing – masing mata kaki dengan ibu jari dan jari – jari lainnya).

(27)

25) Melakukan penilaian selintas dan jawablah tiga pertanyaan berikut untuk menilai apakah bayi asfiksia :

a) Apakah kehamilan cukup bulan?

b) Apakah bayi menangis atau bernapas / tidak megap – megap? c) Apakah tonus otot bayi baik / bayi bergerak aktif?

26) Mengecek tidak ada tand asfiksia, lanjutkan manajemen bayi barulahir normal. Keringka dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu. a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh

lainnya. Kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. b) Ganti handuk basah dengan handuk kering.

c) Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu. 27) Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain

dalam uterus (hamil tunggal). Manajemen Aktif Kala Tiga

28) Memberitahu kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi baik.

29) Memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)

(28)

31) Memotong dan ikat tali pusat.

a) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah di jepit kemudian gunting tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambil lindungi perut bayi).

b) Ikat tali pusat dengan benang DTT / steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci.

c) Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%. 32) Menempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.

Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pda kepala bayi.

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarah 5 – 10 cm dari vulva.

35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas simfisis dang tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

(29)

Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk menstimulasi puting susu.

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas, lalu minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kea rah atas , mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan dorso kranial.

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

b) Jika plsenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :

(1) Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM.

(2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh. (3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.

(5) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.

(6) Jika terjadi perdarahan, lakukan manual plasenta.

38) Melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.

(30)

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus dengan meletakkan telapak tangan di fundus uterus dan lakukan masase dengan gerakkan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).

a) Lakukan tindakan yang di perlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil / masase.

Menilai Perdarahan

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh.

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif. Melakukan Asuhan Persalinan Pasca Persalinan (Kala IV)

42) Memastika uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

43) Memulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu – bayi (di dada ibu minimal 1 jam).

44) Melakukan kontak kulit dengan ibu – bayi IMD selesai : a) Timbang dan ukur bayi.

b) Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1% atau antibiotika lain).

(31)

45) Memberikan vitamin K, berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral bayi.

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan pervaginam.

a) Setiap 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin. b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascasalin. c) Setiap 20 – 30 menit pada jam ke dua pascasalin.

47) Melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.

48) Mengajarkan ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi, mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus memanggil bantuan medis.

Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascasalin dan setiap 30 menit selama jam kedua pascasalin.

50) Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan baik serta suhun tubuh bayi normal.

51) Menempatlan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.

(32)

53) Membersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

54) Memastikan ibu merasa nyaman.

55) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%. 56) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

57) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan tisu atau handuk kering dan bersih. 58) Melengkapi partograf (haaman depan dan belakang), periksa tanda

vital dan asuhan kala IV (Kemenkes RI,2013; h. 39 – 49)..

9. Partograf

a. Definisi

Pertograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan. Tujuan utama penggunaan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan serta mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal (prawirohardjo, 2010; h. 315)

b. Halaman depan partograf

(33)

untuk mencatat hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan termasuk :

(1) Informasi tentang ibu.

(2) Waktu pecahnya selaput ketuban. (3) Kondisi janin.

(4) Kemajuan persalinan. (5) Jam dan waktu. (6) Kontraksi uterus.

(7) Obat – obatan dan cairan yang digunakan. (8) Kondisi ibu.

(9) Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

c. Cara pengisian halaman depan partograf (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317)

(1) Informasi tentang ibu

Lengkapi bagian awal partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai “jam” pada

partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

(2) Kesehatan dan kenyamanan janin (a) Denyut jantung janin

(34)

ini, menunjukkan waktu 30 menit. Catat denyut jantung janin dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka menunjukkan denyut jantung janin. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik yang lainnya dengan garis yang tidak terputus (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317). (b) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan dalam an nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah dengan menggunakan lambing (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317) : (i) U : ketuban utuh (belum pecah).

(ii) J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.

(iii) M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur meconium.

(iv) D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur dengan darah.

(v) K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kerung).

(c) Molase (penyusupan tulang kepala janin)

(35)

bawah lajur air ketuban dengan menggunakan lambing (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317) :

(i) 0 : tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat di palpasi.

(ii) 1 : tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.

(iii) 2 : tulang kepala janin saling tumpah tindih, tetapi masih dapat dipisahkan.

(iv) 3 : tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.

(3) Kemajuan Persalinan (a) Pembukaan serviks

Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda – tanda penyulit). Tanda “X” harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnaya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan – temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama masa fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda “X”

dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

(b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin

(36)

menyatakan bahwa bagian kepala janin sudah tidak dapat lagi dipalpasi diatas simfisis pubis. Kata – kata “turunnya kepala” dan garis terputus dari 0 – 5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda (O) pada garis waktu yang sesuai (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

(c) Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukan q cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

(4) Jam dan waktu

(a) Waktu mulai fase aktif

Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak – kotak diberi angka 1 – 16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

(b) Waktu actual saat pemeriksaan dilakukan

(37)

pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

(5) Kontraksi uterus

Nyatanya jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai. Nyatanya lamanya kontraksi dengan :

(a) Beri titik – titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.

(b) Beri garis – garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20 – 40 detik.

(c) Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebihdari 40 detik (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317). (6) Obat – obatan dan cairan yang diberikan

(a) Oksitosin

Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan permenit (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

(b) Obat – obatan lain dan cairan IV

Catat semua pemberian obat – obatan tambahan dan atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya. (7) Kesehatan dan kenyamanan ibu

(38)

(i) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. Beri tanda titik pada kolom waktu yang sesuai. (ii) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan. Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai (↕).

(iii) Nilai dan catat temperature tubuh ibu setiap 2 jam dan catat temperatu tubuh dalam kotak yang sesuai.

(b) Volume urin, protein, atau aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam. Jika memungkinkan saat ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.s

d. Lembar belakang partograf (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317) e. Cara pengisian lembar belakang partograf

Berbeda dengan halaman depan yang harus di isi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini di isi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian lembar belakang partograf sebagai berikut (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317):

(a) Data dasar

(39)

Kala I terdiri dari pertanyaan – pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah – masalah yang dihadapi, penatalaksanaan, dan hasil penatalaksanaan tersebut (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

(c) Kala II

Kala II terdiri atas episiotomy persalinan, gawat janin, distodia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Beri tanda “√”

pada kotak di samping jawaban yang sesuai (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

(d) Kala III

Kala III terdiri atas lamanya kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

(e) Bayi baru lahir

(40)

(f) Kala IV

Kala IV berisi tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggu fundus, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan.pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat resiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan dan setiap30 menit pada satu jam berikutnya (prawirohardjo, 2010; h. 316 - 317).

C. Bayi Baru Lahir 1. Definisi

Menrut Sondakh (2013, h. 150) bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat lahir antara 2500 – 4000 gram dan panjang sekitar 50 – 55 cm (Sondakh, 2013; h.150). Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kriteria sebagai berikut :

a) Berat badan bayi lahir antara 2500 – 4000 gram. b) Pajang badan bayi 48 – 50 cm.

c) Lingkar dada bayi 32 – 34 cm. d) Lingkar kepala bayi 33 – 35 cm.

e) Bunyi jantung bayi dalam menit pertama ± 180x/menit, kemudian turun sampai 140 – 120 x/menit pada saat bayi berumur 30 menit.

(41)

g) Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan dilapisi vernik caseosa.

h) Rambut lanugo telah hilang. i) Kuku panjang dan lemas.

j) Reflek hisap, menelan, dan moro telah terbentuk.

k) Genetalia : testis sudah turun (pada laki – laki) dan labia mayora telah menutupi labia minora (pada perempuan).

l) Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama (Sondakh, 2013; h.150).

2. Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir

a) Adaptasi pernapasan

Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik, dan kimia.

1) Faktor – faktor fisik meliputi usaha yang di perlukan untuk mengembangkan paru – paru dan mengisi alveolus yang kolaps (misalnya, perubahan dalam gradient terkana) (Sondakh, 2013; h.150).

2) Faktor – faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi, cahaya, suaran dan penurunan suhu(Sondakh, 2013; h.150).

3) Faktor – faktor kimia, meliputi perubahan dalam darah (misalnya penurunan kadar oksigen, peningkatan kadar karbondioksida, dan penurunan pH) (Sondakh, 2013; h.150).

(42)

jalan napas tidak ada pada sebagian besar bayi sampai 3 minggu setelah kelahiran. Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagian akibat aktifitas normal system saraf pusat dan perifer yang di bantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Fekuensi pernapasan bayi baru lahir 30 – 60 menit (Sondakh, 2013; h. 151)

b) Adaptasi Kardiovaskuler

1) Sirkulasi parifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis pada tangan, kaki, dan sekitar mulut (Sondakh, 2013; h. 151).

2) Denyut nadi berkisar 120 – 160 x/menit saat bangun dan 100x/menit saat tidur (Sondakh, 2013; h. 151).

3) Rata – rata tekanan darah adalah 80/64 mmHg dan berfariasi sesuai dengan ukuran dan tingkat aktifitas bayi (Sondakh, 2013; h. 151).

4) Nilai hematologi normal pada bayi.

Berkembangnya paru – paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya tekanan karbon dioksida akan mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan resistensi pembuluh darah dari arteri pulmonaris mengalir ke paru – paru dan ductus arteriosus tertutup. Setelah tali pusat terputus aliran darah dari plasenta terhenti dan foramen ovale tertutup (Sondakh, 2013; h.151).

(43)

1) System neurologi secara anatomic atau fisiologis belum berkembang sempurna.

2) Bayi baru lahir menunjukan gerak – gerak tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan themor pada ekstermitas (Sondakh, 2013; h. 151). d) Adaptasi Gastrointestinal

1) Enzim – enzim digesif aktif saat lahir dan dapat menyokong kehidupan ekstra uterine pada kehamilan 36 – 38 minggu. 2) Perkembangan otot dan reflek yang penting untuk

menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir.

3) Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan dan absorpsi lemak kurang baik karena tidak adekuat enzim – enzim pangkreas dan lipase (Sondakh, 2013; h. 151).

4) Kelenjar saliva, imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi berusia 3 bulan.

5) Pengeluaran mekonium yaitu fases berwarna hitam kehijauan, lengket dan mengandung darah samar, diekresikan dalam 24 jam.

e) Adaptasi Ginjal

(44)

menghambat kapisitas bayi untuk berespons terhadap stressor. Penurunan kemampuan untuk mengekresikan obat – obatan dan kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan asidosis dan ketidak seimbangan cairan. Sebagian bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir, setelah itu berkemih 5 – 20 kali dalam 24 jam. Urin dapat keruh karena lender dan garam asam urat, noda kemerahan (Sondakh, 2013; h. 156)

f) Adaptasi Hati

1) Selama kehidupan janin dan sampai tingkst tertentu setelah lahir, hati terus membantu pembentukan darah.

2) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial untuk pembekuan darah.

3) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan kehidupan ekstrauterin.

4) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjuasi yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel – sel darah merah.

g) Adaptasi Imun

1) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organism signifikan menyerang di pintu masuk.

(45)

3) Respons inflamasi berkurang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

4) Fagositosis lambat.

5) Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum berkembang sempurna sampai usia 3 – 4 minggu.

6) Immunoglobulin A hilang dari saluran pernafasan dan perkemihan, kecuali bila bayi tersebut menyusui ASI.

7) Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama periode neonates (Sondakh, 2013; h. 161)

h) Pemeriksaan Neurologis

Menurut Sondakh (2013, h. 163) pemeriksaan neurologis meliputi : 1) Reflek moro / terkejut, apabila bayi diberi sentuhan mendadak

terutama dengan jari dan tangan akan menimbulkan gerak terkejut.

2) Reflek menggenggam, apabila telapak tangan bayi di sentuh dengan jari maka bayi akan usaha untuk menggenggam.

3) Reflek rooting, bayi akan mencari sentuhan apabila tangan kita di letakkan di pipi bayi.

4) Reflek sucking, bayi akan berusaha menghisap.

5) Reflek slowing, bayi berusaha akan menelan ayang yang ada di dalam mulut.

(46)

3. Kunjungan Neonatus

a. Kunjungan neonatal hari ke – 1 (KN 1)

1) Untuk bayi yang lahir di fasilitas kesehatan pelayanan dapat di laksanakan sebelum bayi pulang dari fasilitas kesehatan (≥24 jam).

2) Untuk bayi yang lahir di rumah, bila bidan meninggalkan bayi sebelum 24 jam, maka pelayanan dilaksanakan pada 6 jam setelah lahir.

Hal yang dilaksanankan :

(a) Jaga kehangatan tubuh bayi. (b) Beri ASI ekslusif.

(c) Cegah infeksi. (d) Rawat tali pusat.

b. Kunjungan neonatal hari ke 2 (KN 2) 1) Jaga kehangatan tubuh bayi. 2) Berikan ASI ekslusif.

3) Cegah infeksi. 4) Rawat tali pusat.

c. Kunungan neonatal minggu ke 3 (KN 3)

1) Memeriksa ada/tidaknya tanda bahaya ata gejala sakit pada bayi. 2) Menjaga kehangatan bayi.

(47)

D. Nifas 1. Definisi

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu atau 42 hari ( Prawirohardjo, 2014; h. 356 )

Masa nifas (pureperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti prahamil. Lamanya masa nifas yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 2011; h 87)

Masa nifas adalah masa di mulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Marmi, 2012;h.11).

Dari berbagai referensi mengenai pengertian nifas dapat disimpulkan bahwa masa nifas (puerperium) adalah masa setelah 1 jam plasenta lahir hingga 6 minggu (42 hari) dengan pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil.

2. Periode Masa Nifas

(48)

Kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan. Dalam agama islam di anggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari (Mochtar, 2011; h 87).

b. Puerperium intermediant

Kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu. c. Pureperium lanjut

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk dapat kondisi sehat sempurna dapat berminggu – minggu, bulanan, atau tahunan.

3. Perubahan Fisiologi dan Anatomis Peurperinium

Menurut Ari Sulistyawati (2009, h 73 – 82 )ada beberapa perubahan fisiologi pada masa nifas, diantaranya adalah :

a. Uterus

1) Pengerutan Rahim

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desisua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotik (layu/mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (Sulistyawati, 2011; h 73 - 82)

(49)

1 minggu 2 minggu 6 minggu 8 minggu

Pertengahan puasat simfisis Bertambah kecil mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dai pada kondisi asam yang pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda – beda pada setiap wanita. Lokhea berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi. (Sulistyawati, 2009; h. 76) Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu lanugo (rambut bayi), dan meconium (Sulistyawati, 2011; h 76). 2) Lokhea sanguinolenta

Lokhea ini berwana merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 post partum (Sulistyawati, 2011; h 76).

(50)

Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta.keluar pada hari ke 7 sampai hari ke 14 (Sulistyawati, 2011; h 76).

4) Lokhea alba / putih

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2 – 6 minggu post partum (Sulistyawati, 2011; h 76).

c. Serviks

Perubahan yang terjadi pada serviks adalah bentuk serviks agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah – olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin. Serviks berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk kedalam rongga Rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2 – 3 jari. Pada minggu ke 6 post partum, serviks sudah menutup kembali (Sulistyawati, 2011; h 73 - 82).

d. Vulva dan vagina

(51)

muncul kembali, sementara labia menjadi menonjol (Sulistyawati, 2011; h 73 - 82).

e. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil (Sulistyawati, 2011; h 73 - 82).

f. Perubahan Sistem Pencernaan

Ibu postsalin akan mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan karena pada waktupersalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dalam makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh, selain konstipasi ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan (Sulistyawati, 2011; h 73 - 82).

g. Perubahan system perkemihan

(52)

dan tulang pubis selama persalinan berlangsung (Sulistyawati, 2011; h 73 - 82).

h. Perubahan system musculoskeletal

Otot – otot uterus berkontaksi segera setelah partus. Pembuluh – pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot – otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen – ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinnan, secara berangsur – angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendur (Sulistyawati, 2011; h 73 - 82).

i. Perubahan system endokrin 1) Hormone plasenta

Hormone plasenta menurun setelah persalinan. HCG (human Chorionic gonadrotopin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke 7 post partum dan sebagai onset pemenuhanmamae pada hari ke 3 post partum (Sulistyawati, 2011; h 73 - 82).

2) Hormone pituitary

(53)

3) Hypotalamik pituitary ovarium

Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh factor menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar strogen dan progesterone. 4) Kadar estrogen

Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktivitas prolactin yang sedang mingkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.

4. Kunjungan Nifas

Menurut Kemenkes RI (2013; h. 50) masa nifas dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti sebelum hamil yang berlangsung kira – kira 6 minggu. Setelah ibu memasuki masa nifas, anjurkan ibu untuk control atau kunjungan ulang pada masa nifas setidaknya 4 kali yaitu :

a. 6 – 8 jam setelah persalinan (sebelum pulang) b. 6 hari setelah persalinan.

c. 2 minggu setelah persalinan. d. 6 minggu setelah persalinan.

5. Asuhan Pada Ibu Nifas

(54)

a. Memeriksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisis perineum, tanda infeksi, kontraksi uterus, tinggi fundus, dan temperature secara rutin.

b. Menilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala, rasa lelah, dan nyeri punggung.

c. Menanyakan pada ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan yang didapatkannya dari keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk perawatan bayinya.

d. Memintalah ibu segera menghubungi tenaga kesehatan bila ibu menemukan salah satu tanda bahaya berikut :

1) Perdarahan pervaginam yang berlebihan. 2) Secret vagina berbau.

3) Demam

4) Nyeri perut berat. 5) Kelelahan atau sesak.

6) Bengkak di tangan, wajah, tungkai, atau sakit kepala dan pandangan kabur.

7) Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan putting (Kemenkes RI,2013; h. 50 – 51).

e. Memberikan informasi tentang hal berikut : 1) Kebersihan diri.

(55)

5) Menyusui dan merawat payudara. 6) Senggama.

7) Kontrasepsi dan keluarga berencana (Kemenkes RI,2013;h.50– 51).

E. Keluarga Berencana 1. Definisi

Keluarga berencana merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapakan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Pemerintah meluncurkan gagasan baru, yaitu keluarga berencana mandiri artinya masyarakat memilih metode KB dengan biaya sendiri melalui KB lingkaran biru dan KB lingkaran emas dan mengarahkan pada pelayanan metode kontrasepsi efektif (MKE) yang meliputi AKDR, suntikan KB, susuk KB, dan kontap (Affandi, 2013. h; 591).

Tabel. 2.4 Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Nonoperatif Metode hormonal (pil kombinasi, pil progestin, suntikan, dan susuk)

Ya Tidak

(56)

Apakah mengalami perdarahan / perdarahan bercak di antara haid setelah bersenggama.

Apakah pernah icterus pada kulit atau mata.

Apakah pernah nyeri kepala hebat atau angguan visual.

Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak (edema).

Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolic).

Apakah ada massa atau benjolan pada payudara.

Apakah sedang minum obat-obatan anti kejang (epilepsy). AKDR (semua jenis pelepasan tembaga dan progestin) Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu.

Apakah klien ( atau pasangan ) mempunyai pasangan seks lain. Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS). Apakah pernah mengalami penyakit radnag panggul atau kehamilan ektopik.

Apakah pernah mengalami haid banyak ( lebih dari 1-2 pembalut tiap 4 jam )

Apakah pernah mengalami haid lama ( lebih dari 8 hari )

Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang membutuhkan analgetika dan / atau istirahat baring.

Apakah pernah mengalami perdarahan / perdarahan bercak antara haid atau setelah senggama.

Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung vascular atau kongenital.

Sumber : Affandi (2012, U-10)

2. Macam-macam Metode KB

a. Metode Amenora Laktasi (MAL)

Menurut Affandi (2012, h MK 1 – MK 3) metode amenore laktasi yaitu 1) Profil

Metode amenorea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya di berikan asi tanpa adanya tambahan makanan atau minuman apa pun lainnya.

2) MAL dapat di pakai sebagai kontasepsi bila :

(57)

b) Belum haid.

c) Umur bayi kurang dari 6 bulan. d) Efektif sampai 6 bulan.

e) Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.

3) Cara Kerja

Untuk penundaan dan penekanan ovulasi. 4) Keuntungan kontrasepsi MAL

a) Efektif tinggi ( keberhasilan 98 % pada 6 bulan pascapersalinan).

b) Segera efektif.

c) Tidak mengganggu senggama.

d) Tidak ada efek samping secara sistemik. e) Tidak perlu pengawasan medis.

f) Tidak perlu obat atau alat. g) Tanpa biaya.

(1) Keuntungan nonkontrasepsi MAL (a) Untuk Bayi

(i) Mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibody perlindungan lewat ASI).

(58)

(iii) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formula atau alat minum yang di pakai.

(b) Untuk Ibu

(i) Mengurangi perdarahan pascapersalinan. (ii) Mengurangi resiko anemia.

(iii) Meningkatkan hubungan psikologik ibu dna bayi. 5) Kerugian MAL

a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dlam 30 menit pascapersalinan.

b) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social.

c) Efektifitasnya tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan.

d) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS

b. Metode Kontrasepsi Barier

Menurut Affandi ( 2012, h. MK- 17 – MK 20) adalah sebagai berikut : 1) Kondom

a) Profil.

(1) Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

(59)

(4) Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastic (vanillin), atau bahan alami (produksi hewani) yang di passing pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila di gulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti putting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual.

(5) Standar kondom di lihat dari ketebalan, pada umumnya standar ketebalan adalah 0,02 mm (Affandi, 2012, h. MK- 17 – MK 20).

(6) Tipe kondom terdiri dari : (a) Kondom biasa.

(b) Kondom berkontur (bergerigi). (c) Kondom beraroma.

(d) Kondom tidak beraroma.

(e) Kondom pria dan wanita (Affandi, 2012, h. MK- 17 – MK 20).

(60)

1) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan atara sel telur dan sel sperma dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang di pasang pada penis sehingga sperma tersedia tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.

2) Mencegah penularan mikroorganisme dari satu pasangan ke pasangan yang lain (Affandi, 2012, h. MK- 17 – MK 20). c) Efektifitas

Kondom cukup efektif bila di pakai secara benar pada setiap kal berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten, secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2 – 12 k3hamilan per 100 perempuan per tahun (Affandi, 2012, h. MK- 17 – MK 20).

d) Manfaat

(1) Manfaat kontrasepsi

(a) Efektif bila digunakan dengan benar. (b) Tidak mengganggu produksi ASI. (c) Tidak mengganggu kesehatan klien. (d) Tidak mempunyai pengaruh sistemik. (e) Murah dan dapat dibeli secara umum.

(61)

(g) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus di tunda (Affandi, 2012, h. MK- 17 – MK 20).

(2) Manfaat nonkontrasepsi

(a) Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber KB. (b) Dapat mencegah penularan IMS.

(c) Mencegah ejakulasi dini.

(d) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks. (e) Saling berinteraksi sesame pasangan.

(f) Mencegah imuno infertilitas (Affandi, 2012, h. MK- 17 – MK 20).

(3) Kekurangan metode kontrasepsi kondom. (a) Efektifitas tidak terlalu tinggi.

(b) Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.

(c) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung).

(d) Pada beberapa klien biasa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi.

(e) Harus selalu sedia setiap kali berhubungan seksual. (f) Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat

(62)

(g) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah (Affandi, 2012, h. MK- 17 – MK 20).

2) Diafragma

Diafragma adalag kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutupi srviks.(Affandi, 2012; h. MK 21 – MK 22)

a) Cara Kerjan

Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas ( uterus dan tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermasida (Affandi, 2012; h. MK 21 – MK 22)

b) Keuntungan penggunaan diafragma (1) Kontrasepsi

(a) Efektif bila digunakan dengan benar. (b) Tidak mengganggu produksi ASI.

(c) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai6 jam sebelumnya.

(d) Tidak mengganggu kesehatan klien.

(e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik (Affandi, 2012; h. MK 21 – MK 22).

(2) Nonkontrasepsi

(63)

(b) Bila digunakan saat haid, menampung darah menstruasi (Affandi, 2012; h. MK 21 – MK 22).

c) Kerugian Diafragma

(1) Efektivitasnya sedang (bila digunakan dengan spermisida angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan pertahun pertama).

(2) Keberhasilan sebagai kontasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan.

(3) Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan menggunakannya setiap berhubungan seksual.

(4) Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan. (5) Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi

saluran utera.

(6) Pada 6 ajam pascahubungan seksual, alat harus masih berada di posisinya (Affandi, 2012; h. MK 21 – MK 22).

c. Kontrasepsi Progestin

1) Kontrasepsi Suntik Progestin

Menurut Affandi (2012; h. MK 43 – MK 45) penjelasan kontrasepsi suntikan progestin adalah sebagai berkut :

a) Profil

(64)

(3) Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduktif.

(4) Kembalinya kesuburan lebih lambat yaitu 4 tahun.

(5) Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI (Affandi, 2012; h. MK 43 – MK 45).

b) Jenis

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntik yang hanya mengandung progwstin yaitu :

(1) Depo Medroksiprogesterone Asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg DMPA, yang di berikan setiap 3 bulan sekali dengan cara disuntikan intramuskuler (di daerah bokong).

(2) Depo Norestisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200mg noretindron enantat, di berikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskuler (Affandi, 2012; h. MK 43 – MK 45).

c) Cara Kerja

Adapun cara Kerja dari metode kontrasepsi suntikan progestin adalah sebagai berikut :

(1) Mencegah ovulasi.

(2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.

(65)

(4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Affandi, 2012; h. MK 43 – MK 45).

d) Efektifitas

Kedua kontrasepsi suntuik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan dengan catatan penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah di tentukan (Affandi, 2012; h. MK 43 – MK 45). e) Keuntungan

Berikut ini adalah keuntungan yang didapatkan oleh metode kontrasepsi ini yaitu :

(1) Sangat efektif.

(2) Pencegah kehamilan jangka panjang.

(3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

(4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan bekuan darah.

(5) Tidak berpengaruh terhadap ASI. (6) Memiliki sedikit efek samping.

(7) Klien tidak perlu menyimban obat suntik.

(8) Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai dengan perimenopause.

(9) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.

(66)

(11) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul. (12) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (stickle cell) (Affandi,

2012; h. MK 43 – MK 45). f) Kerugian

Selain mempunyai keuntungan, kontasepsi suntik progestin juga memiliki kerugian yaitu sebagai berikut :

(1) Sering ditemukan gangguan haid seperti :

(a) Siklus haid yang memendek atau memanjang. (b) Perdarahan yang banyak atau sedikit.

(c) Perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan bercah (spotting).

(d) Tidak haid sama sekali (Affandi, 2012; h. MK 43 – MK 45).

(2) Klien sangat bergantung pada tempat sasaran pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan).

(3) Tidak dapat di hentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan berikutnya.

(4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping yang sering ditimbulkan dari metode kontrasepsi ini.

(5) Tidak menjamin perlindungan terhapad penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus atau infeksi virus HIV. (6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian

(67)

(7) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan / kelainan pada organ genetalia, tetapi karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari depo tersebut. (8) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan

jangka panjang.

(9) ada pengguna jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang.

(10) Pada pengguna jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, dan jerawat (Affandi, 2012; h. MK 43 – MK 45).

g) Indikasi suntik progestin (1) Usia reprosuksi.

(2) Nulipata yang telah memiliki anak.

(3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi.

(4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepi yang sesuai. (5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

(6) Setelah sbortus atau keguguran.

(7) Telah banyak anak, tetapi belm menghendaki tubektomi. (8) Perokok.

Gambar

Tabel. 2.2 Perbedaan waktu pada primi dan multi.
Table. 2.3 Perubahan Involusi Uteri
Tabel. 2.4 Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Nonoperatif

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi responden yang merupakan anak dengan umur 9-12 tahun sudah baik karena asupan karbohidrat, protein

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “Pengaruh Berbagai

Determine earliest start, earliest finish, latest start, latest finish, and slack times for each activity, along with the total project..

Persepsi terhadap kepemimpinan transformasional adalah proses pengamatan seseorang berdasarkan pengalamannya terhadap atasan atau pimpinan tipe transformasional dalam

Dari analisa data yang telah dilakukan, diperoleh hasil yakni metode penilaian persediaan FIFO menghasilkan pajak penghasilan terutang lebih kecil daripada metode Average1.

Kesesuaian personal-organisasi menurut Grobler (2016) dapat dilihat dari berbagai aspek seperti kesesuaian nilai atau value congruence, yaitu kesesuaian antara nilai.. individu

Sedangkan pada kondisi intervensi (B) setelah anak diberikan perlakuan dengan menggunakan metode drill sebanyak 12 kali pertemuan maka dapat meningkatkan kemampuan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa, usia, tingkat Pendidikan, lama usaha, serta pendapatan per-bulan mempengaruhi tingkat