• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Klasifikasi Lansia - PRIMA NURDIANA PUTRA, BAB II pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2. Klasifikasi Lansia - PRIMA NURDIANA PUTRA, BAB II pdf"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

A. Lansia

1. Pengertian

Lanjut usia adalah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara fisik terlihat terlihat berbeda denan kelompok umur lainnya (Depkes RI, 2005; dalam Puspitasari, 2014).

2. Klasifikasi Lansia

Menurut WHO dalam Maryam (2008) klasisifikasi lansia digolongkan menjadi 4 yaitu:

a. Usia pertengahan atau middle age yaitu seseorang yang berusia 45-59 tahun.

b. Lanjut usia atau elderly yaitu seseorang yang berusia 60-74 tahun. c. Lanjut usia tua atau old yaitu orang yang berusia 75-90 tahun.

d. Lanjut usia sangat tua atau very old yaitu seseorang yang berusia diatas 90 tahun.

3. Perubahan Fungsional pada Lanjut Usia

(2)

1) Perubahan Fisik

a) Sel: jumlah berkurang, ukuran membesar dan cairan tubuh menurun.

b) Sistem persarafan: saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam merespon. Respon motorik dan refleks juga berkurang.

c) Sistem pendengaran: membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran.

d) Sistem penglihatan: respon terhadap sinar, adaptasi terhadap gelap, akomodasi,dan lapang pandang menurun.

e) Sistem kardiovaskuler katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.

f) Sistem pernafan: terjadi penurunan kekuatan otot-otot pernapasan dan menjadi kaku, menarik napas lebih berat, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan bronkus.

g) Sistem gastrointestinal: asam lambung, rasa lapar dan indra pengecapan menurun.

(3)

i) Sistem endokrin: produksi hormon menurun.

j) Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar bersisik, proteksi kulit menurun, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan.

k) Sistem musculokeletal: tulang kehilangan kepadatanya, bungkuk, persendian membesar dan menjadi kaku, kram tremor dan tendon mengerut.

2) Perubahan Mental

Perubahan mental yang biasanya terjadi pada lansia meliputi depresi, frustasi, kesepian, takut menghadapi kematian dan kecemasan. 3) Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial didasari nilai yang diukur melalui produktivitasnya dan identitasnya dikaitkan peranan dalam pekerjaan, biasanya terjadi saat seseorang mengalami pensiun.

B. Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

(4)

suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri/ bilik kiri (terjadi pada otot jantung) (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012).

Sedangkan Menurut (Wahdah, 2011) hipertensi pada lansia yaitu tekanan darah sistolenya diatas 140 mmHg dan diastolnya diatas 90 mmHg. Hipertensi pada lansia disebabkan karena gangguan psikologi, diantaranya kecemasan, depesi stres, dan marah yang tidak tersalurkan, sehingga tekanan darah pada lansia terus meningkat (Nugroho, 2008). Pada lansia hipertensi lebih menonjol dibandingkan dengan hipotensi karena hipertensi merupakan faktor resiko utama dari perkembangan penyakit jantung dan stroke (Noviani, et al 2011). Lansia yang mengalami hipertensi dibiarkan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan kerusakan serius pada pembuluh darah, jantung dan gagal ginjal (Wahdah, 2011).

2. Klasifikasi Hipertensi

a. Klasifikasi hipertensi menurut etiologinya dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) Hipertensi esensial (primer)

(5)

mempengaruhi yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin. Angiostensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol, dan polisitema (Nurarif & Kusuma, 2013). Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit renovaskuler, aldosteronism, pheochromocytoma, gagal ginjal, dan penyakit lainya genetika dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain diantaranya faktor stres, intake alkohol moderat, merokok, lingkungan, demografi, dan gaya hidup (Lewis, et al 2000).

2) Hipertensi Sekunder

Hipertensi yang penyebab spesifiknya sudah diketahui, seperti gangguan pada ginjal, terganggunya keseimbangan hormon, yang merupakan faktor pengatur tekanan darah, pengaruh obat obatan seperti KB, kortikosteroid, siklosporin, eritropeitin, kokain, penyalahgunaan alkohol, kayu manis (dalam jumlah yang sangat besar) (Martuti, A. 2009).

b. Berdasarkan Bentuk Hipertensi (Gunawan, 2001): 1.) Hipertensi Sistolik

(6)

ditandai dengan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolic.

2.) Hipertensi Diastolic

Hipertensi diastolic (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan diastolic tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. 3.) Hipertensi campuran

Hipertensi campuran yaitu peningkatan tekanan sistolik dan diikuti peningkatan tekanan diastolic.

Table 2.1 klasifikasi derajat hipertensi menurut WHO. No Grade 4 (sangat berat) >210 >120

3. Faktor Risiko

Faktor risiko yang relevan terhadap mekanisme terjadinya hipertensi adalah:

1) Genetik

(7)

besar untuk menderita hipertensi primer daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

2) Jenis Kelamin

Menurut Sutomo (2009), Hipertensi banyak ditemukan pada laki-laki dewasa muda dan paruh baya. Sebaliknya, hipertensi sering terjadi pada sebagian besar wanita setelah berusia 55 tahun atau yang mengalami menopouse. Hipertensi primer lebih jarang ditemukan pada perempuan pra menopouse dibanding pria karena pengaruh hormon. Wanita yang belum mengalami menopouse dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.

3) Usia

Insidensi hipertensi primer meningkat seiring dengan pertambahan usia. 50-60% pasien dengan umur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

4) Obesitas

(8)

5) Asupan Garam

Asupan garam yang tinggi dapat meningkatkan sekresi hormon natriuretik. Hormon tersebut menghambat aktivitas sel pompa natrium dan mempunyai efek penekanan pada sistem pengeluaran natrium sehingga terjadi peningkatan volume plasma yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah.

6) Hiperaktivitas Simpatis

Pada hipertensi primer, sekresi katekolamin yang meningkat akan memacu produksi renin menyebabkan kontriksi arteriol dan vena serta meningkatkan curah jantung. (Gray, et al 2002).

7) Aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga/ energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik atau olahraga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu (Mukti, 2012).

4. Patofisiologi Hipertensi

(9)

bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Dimana dengan dilepaskanya noreepineprin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin. Meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Disaat yang bersamaan sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriktor yang menyebabkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiostensin I yang kemudian diubah menjadi angiostensin II, suatu vasokontriksi kuat, yang pada giliranya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan darah tinggi.

(10)

perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada giliranya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuanya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner &Suddart, 2002).

5. Tanda dan Gejala Hipertensi

(11)

6. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi akibat hipertensi menurut Palmer & Wiliams (2007) antara lain:

a. Gagal jantung

Gagal jantung adalah istilah untuk suatau keadaan dimana secara progresif jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara efisien.

b. Angina

Angina adalah rasa tidak nyaman atau nyeri dada. c. Serangan jantung

Serangan jantung atau disebut dengan infark miokard karena terjadi saat sebagian otot jantung mengalami infark atau mati.

d. Stroke

Tekanan darah tinggi akan menyebabkan dua jenis stroke, yaitu stroke iskemik dan stroke hemorargik.

e. Gagal ginjal

Gagal ginjal kronik biasanya berakhir pada gagal ginjal terminal. Keadaan ini bersifat fatal kecuali jika pendritanya menjalani dialysys atau transplatasi ginjal.

f. Gangguan sirkulasi

(12)

kaki sehingga akan menjadikan sulit untuk berjalan. Sedangkan pada mata dapat menyebabkan kebutaan atau retinopati.

7. Pengendalian hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler atau komplikasi organ lainya, untuk itu diperlukan upaya pengendalian yang bertujuan mencegah terjadinya komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang lama hidup penderita hipertensi. Dengan mengendalikan tekanan darah, angka mortalitas dan morbiditas dapat diturunkan. Pengendalian hipertensi dibedakan dalam dua jenis penatalaksanaan, diantaranya:

a. Farmakologis

Menurut Divine (2012) beberapa obat farmakologi yang dianjurkan untuk penderita hipertensi yaitu:

1) Diuretik

(13)

2) Alpha, beta, dan alpha-beta adrenergic blocker

Obat-obatan ini bekerja menghalangi pengaruh bahan-bahan kimia tertentu dalam tubuh, juga dapat membuat jantung berdetak lebih lambat dan tidak begitu keras dalam memompa.

3) Inhibitor ACE (Angiostensin Corverting Enzym)

Inhibitor ACE membantu mengendurkan pembuluh darah dengan menghalangi pembentukan bahan kimia alamiah dalam tubuh yang disebut angiostensin II.

4) Calcium Chanel Blocker

Obat ini membantu mengendurkan pembuluh darah dan mengurangi aliran darah. Pengaruh penurunan tekanan darah dari obat ini bisa singkat, bisa juga lama. Penurunan singkat tidak direkomendasikan pada tekanan darah tinggi, sebab kontrolnya tidak menentu, dan beberapa laporan mengaitkan dengan pengaruh terhadap jantung yang merugikan.

Pengobatan modern untuk hipertensi banyak menyembuhkan hipertensi namun pengobatan ini juga memiliki efek samping. Efek samping yang sering timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas, dan mual (Susilo & Wulandari, 2011).

b. Non Farmakologis

(14)

farmakologi misalnya dengan menjalankan pola hidup sehat, menurunkan berat badan sampai batas ideal dengan cara membatasi makan dan mengurangi penggunaan garam, menghentikan pemakaian alkohol dan narkoba, hidup dengan pola yang sehat istirahat yang cukup, berhenti merokok, mengelola stres, melakukan olahraga yang tidak terlalu berat secara teratu ( Susilo & Wulandari, 2011). Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi terjadinya kenaikan tekanan darah.

Modifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan diantaranya: 1) Mengatur Pola Makan

Hipertensi merupakan salah satu penyakit akibat gaya hidup yang buruk, oleh karena itu memerlukan pengaturan komposisi makan. Pengaturan pola makan yang diimbangi dengan olahraga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita. Bagi penderita hipertensi selain mengatur asupan kalori yang seimbang dan membatasi asupan garam (natrium klorida), misalnya pada mie instan. Selain itu, makanan yang diawetkan (ikan asin) juga hendaknya dikurangi. Untuk mengurangi tekanan darah dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan kalium dalam bentuk suplemen atau sayuran yang mengandung banyak mineral (seledri, kol, jamur, dan kacang-kacangan) (Pattisina, 2006).

(15)

optimal, sehingga mencegah ribuan kematian akibat CVD (Cardiovascular Disease) dan stroke. Di Inggris diperkirakan pengurangan asupan natrium sebesar 100 mol/ hari akan menyebabkan tekanan darah turun dari 5,0-2,8 mmHg dan mencegah kematian akibat PJK serta 15.000 kmmatian akibat stroke (Brown et al 2009).

2) Meningkatkan aktivitas fisik

(16)

Irmawati (2013), senam lansia terbukti bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah bagi lansia penderita hipertensi.

C. Senam Lansia 1. Pengertian

Olahraga senam sekarang ini banyak sekali macam dan ragamnya yang ada dipergaulan masyarakat, termasuk dalam dunia pendidikan dan Kesehatan. Kelenturan, koordinasi, dan sesuai dengan prinsip latihan. Prinsip latihan yang meliputi : kualitas latihan, frekuensi latihan, interval latihan, lama latihan, kualitas latihan dan variasi latihan (Suroto, 2004).

Lansia adalah seorang individu laki-laki maupun perempuan yang berumur 60-69 tahun (Nugroho 1999:20; dalam Agustina, 2010).

Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia dalam bentuk latihan fisik yang berpengaruh terhadap kemampuan fisik lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh (Widianti & Atikah, 2010).

(17)

balik vena sehingga menyebabkan peningkatan volume sekuncup yang akan langsung meningkatkan curah jantung sehingga menyebabkan tekanan darah arteri meningkat sedang, setelah tekanan darah arteri meningkat akan terjadi fase istirahat terlebih dahulu, akibat dari fase ini mampu menurunkan aktivitas pernafasan dan otot rangka dan menyebabkan aktivitas saraf simpatis dan epinefrin menurun, namun aktivitas saraf simpatis meningkat, setelah itu akan menyebabkan kecepatan denyut jantung menurun, volume sekuncup menurun, vasodilatasi arteriol vena, karena penurunan ini mengakibatkan penurunan curah jantung dan penurunan resistensi perifer total, sehingga terjadinya penurunan tekanan darah (Sherwood, 2005).

2. Manfaat Senam Lansia

(18)

atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan atau olahraga seperti senam lansia dapat mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan terjatuh. Senam lansia membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Dapat dikatakan bugar, atau dengan kata lain mempunyai kesegaran jasmani yang baik bila jantung dan peredaran darah baik sehingga tubuh seluruhnya dapat menjalankan fungsinya dalam waktu yang cukup lama (Sumosardjuno, 1998; dalam Agustina, E. 2010).

3. Lamanya senam

Senam akan bermanfaat untuk kesehatan jasmani jika dilaksanakan dalam zona latihan 15 menit (Maryam, 2008). Sedangkan menurut Murray (1993); dalam Agustina (2010) latihan fisik (senam) lansia sebaiknya dilakukan dalam periode waktu 20-30 menit.

4. Aspek Fisiologi Senam Lansia

(19)

baroreseptor dengan meningkatkan denyut jantung dan isi sekuncup sehingga tekanan darah meningkat (Roni, 2009).

Tekanan darah yang meningkat akan meningkakan stimulus impuls pada pusat baroreseptor di arteri karotis dan aorta. Impuls ini akan menuju pusat pengendalian kardiovaskuler di medula oblongata melalui neuron sensorik yang akan mempengaruhi kerja saraf simpatis dan melepaskan NE (noreprinephrin dan epinephrin), dan saraf parasimpatis yang akan melepaskan lebih banyak ACH yang mempengaruhi SA node yang akan menurunkan tekanan darah (Guyton, 2001).

5. Teknik dan Cara Senam a. Pemanasan (warming up)

Gerakan umum (yang dilibatkan sebanyak-banyaknya otot dan sendi) dilakukan secara lambat dan hati-hati. Dilakukan bersama dengan peregangan (stretching). Lamanya kira-kira 8-10 menit. Pada 5 menit terakhir pemanasan dilakukan lebih cepat. Pemanasan dimaksud untuk mengurangi cedera dan mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat turut serta dalam proses metabolisme yang meningkat (Menpora, 2008).

b. Latihan Inti

(20)

dilakukan berurutan dan dapat diiringi dengan musik yang disesuaikan dengan gerakan.

c. Pendinginan (cooling down)

Dilakukan secara aktif artinya sehabis latihan inti perlu dilakukan gerakan umum yang ringan sampai suhu tubuh kembali normal yang ditandai dengan pulihnya denyut nadi dan terhentinya keringat. Pendinginan dilakukan seperti pemanasan yaitu selama 8-10 menit.

6. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah

(21)

D. Senam Aerobik

1. Pengertian Senam Aerobik

Jika dinyatakan secara sederhana, aerobik berarti “dengan oksigen”. Segala sesuatu yang kita lakukan, setiap gerakan, setiap

pemikiran, setiap detak jantung, dan setiap milimeter gerakan saluran pencernaan memerlukan kiriman oksigen ke sel-sel yang sedang bekerja. Kita begitu tergantung pada oksigen hingga tanpa oksigen selama lebih dari beberapa menit sel-sel kita akan mati. Banyak sel mempunyai kemampuan menjadi lebih efisien dengan oksigen terkirim dengan cara menyesuaikan dengan beban kerja yang lebih berat (Divine, 2012).

Menurut Sharkey (2002), aerobik merupakan kapasitas maksimal untuk menghirup, mengeluarkan, dan menggunakan oksigen.

2. Klasifikasi Aerobik

Menurut Brick (2001); dalam Sumarwan (2013), gerak aerobik dikategorikan menjadi beberapa bagian, diantaranya:

1) Aerobik kursi: aerobik yang dilakukan sambil duduk disebuah kursi. Aerobik ini baik digunakan bagi orang yang mempunyai masalah keseimbangan.

2) Aerobik low impact: gerakan yang membutuhkan sebuah kaki selalu berada di lantai setiap waktu.

(22)

4) Aerobik high impact: gerakanya mengarah pada kaki yang meninggalkan lantai, seperti melompat.

5) Aerobik dengan dingklik: gerakanya sama dengan low impact, hanya saja menggunakan sebuah dingklik, bangkua tau kursi atau sandaran untuk digunakan gerakan naik turun.

6) Latihan meluncur: latihan gerak menyamping dengan intensitas tinggi yang menyerupai gerakan meluncur.

(23)

3. Tujuan dari Senam Aerobik

Menurut Dinata (2007), tujuan dari senam aerobik adalah : a. Meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru. Gerakan yang

dipilih harus mampu menyebabkan denyut nadi meningkat sedemikian rupa ke target atau disebut juga zona latihan.

b. Pembentukan tubuh. Gerakan yang dipilih harus mengandung kalestenik yang memenuhi tuntutan teknik dan ketentuan anatomis tertentu.

4. Manfaat Fisiologi dari Senam Aerobik

Kata lain dari aerobik ialah “oksigen”. Dimana selama kita

bergerak akan membutuhkan oksigen untuk bekerja secara optimal. Semakin berat aktifitas maka kebutuhan oksigen yang diperlukan akan meningkat juga, sehingga oksigen diperlukan lebih banyak untuk dikirim ke otot-otot seluruh tubuh dan jantung, oksigen yang masuk akan diubah menjadi karbondioksida, kemudian dihembuskan. Saat tubuh berkeringat disitulah terjadi proses pembakaran lemak dan kalori. Latihan aerobik dalam beberapa minggu dapat menurunkan tekanan darah, jantung akan memompa darah lebih banyak untuk mentransfer oksigen pada otot-otot yang sedang bekerja.

(24)

intensitas tinggi dalam waktu singkat (<20 menit) akan membakar gula dalam tubuh (Brick, 2001; dalam Sumarwan, 2012).

5. Senam Aerobik Low Impact

Sebenarnya low impact hampir sama dengan aerobik dalam variasi gerakanya. Hanya saja dilakukan dengan irama low atau rendah yaitu lebih lambat. Dengan gerakan-gerakan dasar jalan tidak ada loncatan sama sekali. Manfaat senam ini sama dengan aerobik, untuk menjaga kesehatan jantung dan stamina tubuh, karena sifatnya low, maka senam ini boleh dilakukan siapa saja yang masih mampu melakukanya karena variasi-variasi gerakanya sederhana dan mudah diikuti (Dolmage & Goldstein, 2006).

Pengertian senam aerobik low impact menurut (Nelly, 2008; dalam Indrawan, 2009) adalah senam aerobik aliran gerakan ringan dengan salah satu kaki tetap menapak pada lantai setiap waktu. Dalam penelitian ini terapi senam aerobik low impact memberikan gerakan senam yang terstruktur, ritmik dengan diiringi musik yang semangat untuk mencapai perbedaan jumlah score pre-test dan post-test pada sampel.

(25)

a. Pemanasan (warming up)

Dalam fase ini dapat menggunakan pola warming up yang didahului dulu kegiatan stretching atau penguluran otot-otot tubuh dengan dilanjutkann dengan gerakan dinamis pemanasan. Pola yang kedua yaitu kebalikan dari pola yang pertama dimana seseorang melakukan pemanasan dinamis dulu kemudian dilanjutkan dengan melakukan kegiatan penguluran otot-otot tubuh atau stretching.

Kegiatan pemanasan atau warming up ini memiliki tujuan untuk meningkatkan elastisitas otot dan ligament disekitar persendian untuk mengurangi resiko cidera, meningkatkan suhu tubuh dan denyut nadi sehingga mempersiapkan diri agar siap menuju keaktivitas utama yaitu aktivitas latihan.

Dalam fase ini, pemilihan gerakan harus dilakukan dan dilaksanakan secara sistematis, runtut dan konsisten. Misalnya, apabila gerakan tersebut dimulai dari kepala maka urutannya adalah kepala, lengan, dada, pinggang dan kaki. Begitu pula sebaliknya.

b. Kegiatan Inti

(26)

Denyut nadi yang dimiliki oleh setiap orang berbeda tergantung dari tingkat usia seseorang. Berikut ini rumus untuk mencari denyut nadi maksimal seseorang (DNM) : DNM = 220 – usia (tahun). Umumnya rumus ini digunakan untuk atlit. Sedangkan rumus menghitung deyut nadi maksimal bagi orang awam atau bukan atlit adalah : SDNM = 200 – usia (tahun). Dalam senam aerobik, fase ini dapat dilakuakan dengan

aktivitas senam aerobik low impact, moderate impact, hight impact maupun mix impact selama 25-55 menit.

c. Pendinginan (Cooling down)

Pada fase ini hendaknya melakukan dan memilih gerakan- gerakan yang mampu menurunkan frekwensi denyut nadi untuk mendekati denyut nadi yang normal, setidaknya mendekati awal dari latihan. Pemililhan gerakan pendinginan ini harus merupakan gerakan penurunan dari intensitas tinggi ke gerakan intensitas rendah.

Ditinjau dari segi faal, perubahan dan penurunan intensitas secara bertahap tersebut berguna untuk mengindari penumpukan asam laktat yang akan menyebabkan kelelahan dan bagian tubuh atau otot tertentu.

(27)

a. Single step (langkah tunggal)

Langkahkan kaki kenan kearah kanan lanjutkan dengan membawa kaki kiri kearah kaki kanan dan menutup langkah (hitungan 1 pake angka).

b. Doble step (Langkah ganda)

Langkahkan kaki ke kanan kearah kanan, lanjutkan dengan membawa kaki kiri ke arah kanan dan menutup langkah (hitungan 1). Lakukan hitungan 1 sekali lagi atau kearah kanan (hitungan 2). c. V step (Langkah segitiga)

Langkahkan kaki kanan kearah diagonal kanan depan (1), langkahkan kaki kiri kearah diagonal kiri depan (2), bawa kembali kaki kanan ke posisi awal (3) dan bawa kaki kiri kembali ke posisi awal (4).

d. Berjalan

(28)

E. Kerangka Teori

Keterangan:

= tidak diteliti = diteliti

Gambar 2.1 kerangka teori menurut Divine (2012), Sherwood (2005), Brick (2001).

Hipertensi Primer

Penatalaksanaan Non Farmakologis:  Mengatur Pola Makan

 Meningkatkan aktivitas fisik

Hipertensi Sekunder

 Inhibitor ACE (Angiostensin Corverting Enzym)

 Calcium Chanel Blocker

(29)

F. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 kerangka konsep

G. Hipotesis

Saryono (2011) mengatakan hipotesis penelitian sebagai terjemahan dari tujuan penelitian ke dalam dugaan yang jelas. Berdasarkan uraian teorisasi diatas dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu “terdapat perbedaan

efektifitas senam lansia dan senam aerobik low impact terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di Baturaden”.

Senam lansia

Senam aerobik low impact

Gambar

Table 2.1 klasifikasi derajat hipertensi menurut WHO.
Gambar 2.1 kerangka teori menurut Divine (2012), Sherwood (2005), Brick
Gambar 2.2 kerangka konsep

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi ini berisi panduan gerakan fitness yang ditampilkan secara visual melalui teks dan animasi , dan dapat memberikan informasi tentang dunia fitness bentuk artikel dan tips yang

Sejarah sepak bola semakin teruji hingga saat ini IFAB merupakan badan yang mengeluarkan berbagai peraturan pada permainan sepak bola, baik tentang teknik permainan, syarat dan

Penelitian ini memiliki harapan bahwa tidak adanya perbedaan motivasi dan aktivitas pada saat proses pembelajaran PPKn di kelas XI IPA 1 dan XI IPS 1 di MAN 1

Pendidikan Multikeaksaraan merupakan panduan yang disusun sebagai acuan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran multikeaksaraan. Dengan tersusunnya bahan ajar ini

In this research, the impact of imperfect power control and imperfect sectorization to reverse-link user capacity of CDMA system based on signal to interference ratio (SIR) by

Jakarta, CNN Indonesia -- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) baru saja meluncurkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sembilan merek pembalut mengandung

Adapun upaya yang dimaksudkan disini adalah upaya atau usaha atau ikhtiar Dinas Parawisata dan Kebuyaan dalam Mempertahankan Budaya Uma Lengge di Desa Maria Kec,Wawo

Sebagai elektrolit, membran fuel cell menjadi sarana transportasi ion hidrogen yang dihasilkan oleh reaksi anoda menuju katoda, sehingga reaksi pada katoda yang