• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII MTs Al-Hikmah Semester GenapTahun.Pelajaran 2014/2015)

Oleh Fuji Lestari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran

Problem Based Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah posttest only control group

design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs Al-Hikmah

Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdistribusi dalam lima kelas. Sampel penelitian

adalah siswa kelas VII A dan VII B yang diambil dengan teknik purposive

sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes kemampuan pemecahan masalah

matematis yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis

data, disimpulkan bahwa ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa pada model Problem Based Learning tidak efektif, namun lebih efektif

dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

(2)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Al-Hikmah Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh Fuji Lestari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

(3)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Al-Hikmah Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

(Skripsi)

Oleh Fuji Lestari

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman A.PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 47

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Konvensional .... 69

A.3 Lembar Kerja Kelompok ... 84

B.PERANGKAT TES

B.1 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 118

B.2 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 120

B.3 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 121

B.4 Form Penilaian Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah.... 125

B.5 Surat Keterangan Validitas Isi ... 127

B.6 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa ... 128

C.ANALISIS DATA

C.1 Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis pada

Kelas Uji Coba ... 130

C.2 Analisis Reliabilitas Item Hasil Tes Kemampuan Pemecahan

(7)

vii C.4 Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Kelas Eksperimen ... 133

C.5 Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Kelas Konvensional ... 134

C.6 Uji Normalitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 135

C.7 Uji Normalitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Kelas Kontrol... 138

C.8 Uji Proporsi Kelas Eksperimen ... 142

C.9 Uji Kesamaan Dua Proporsi ... 144

C.10 Hasil Pencapaian Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Kelas Eksperimen ... 147

C.11 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 149

C.12 Hasil Pencapaian Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Matematis Kelas Kontrol ... 150

C.13 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemecahan Masalah

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 16

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 27

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran tes Pemecahan Masalah ... 27

Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas ... 29

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda... 30

Tabel 3.5 Daya Pembeda Butir Item Soal ... 30

Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 31

Tabel 3.7 Tingkat Kesukaran Butir Item Soal ... 31

Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Chi-Kuadrat ... 34

Tabel 4.1 Hasil Persentase Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 37

Tabel 4.2 Hasil Uji Proporsi Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 38

(9)

MOTO

(10)

P

ersembahan

Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna,

Sholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Rosululloh Muhammad SAW

Kupersembahkan karya kecil ku ini kepada :

Ibu (Lantina) dan Ayah (M.Tohir) yang telah membesarkan, mendidik

dengan penuh kasih sayang yang tulus, dan selalu mendoakan yang

terbaik untuk keberhasilan dan kebahagianku.

Kakak-kakakku (Tora Ferana, S.Si dan Tora Yuliana, M.H) serta

seluruh keluarga besar yang terus memberikan dukungan, semangat,

serta doanya padaku.

Para pendidik yang telah mengajar dan mendidik dengan penuh

kesabaran.

Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala

kekuranganku, yang selalu memeberikan doa dan semangat,

terimakasih atas kebersamaan selama ini. Semoga kita selalu dapat

menjaga silaturrahmi yang baik.

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung, pada tanggal 13 Juli 1993. Penulis

merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak M.Tohir dan Ibu

Lantina.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Dharma Wanita

Unila pada tahun 1999. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 2

Kampung Baru pada tahun 2005, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri

19 Bandar Lampung pada tahun 2008, dan pendidikan menengah atas di SMA

Negeri 15 Bandar Lampung pada tahun 2011. Penulis melanjutkan pendidikan di

Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan mengambil program studi

Pendidikan Matematika.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Terintegrasi pada tahun 2014 di

desa Negeri Agung, Kecamatan Talangpadang, Kabupaten Tanggamus. Selain

itu, penulis menjalankan Program Pengalaman Lapang (PPL) di SMP Negeri 2

(12)
(13)

ii SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat

diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang

akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi

uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based

Learning Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

(Studi pada Siswa Kelas VII MTs Al-Hikmah Bandar Lampung T.P. 2014/2015)

penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah bersedia meluangkan

waktunya untuk membimbing, memberikan perhatian, dan memotivasi serta

memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

(14)

2. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan

pemikiran, kritik, dan saran kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

3. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan

ma-sukan dan saran-saran kepada penulis.

4. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan

perhatian, dan memotivasi selama masa perkuliahan.

5. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung

beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah

mem-berikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

8. Bapak M. Itsnaini, S.Pd.I, selaku Kepala MTs Al-Hikmah Bandar Lampung

beserta Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama

penelitian.

9. Bapak Rudi Aryanto, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu

dalam penelitian.

10.Siswa/siswi kelas VII MTs Al-Hikmah Bandar Lampung Tahun Pelajaran

(15)

iv 11.Ibu (Lantina) dan Bapak (M.Tohir) tercinta, atas perhatian, kasih sayang, dan

semangaat yang telah diberikan selama ini serta tidak pernah lelah untuk

selalu mendoakan yang terbaik

12.Kakak-kakakku Gusti (Tora Ferana, S.Si), Uni (Tora Yuliana, M.H), Guan

(Ilham Nopiansyah), Minak (Bahtra) serta keluarga besarku yang telah

memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku.

13.Keponakanku Ilra Syifaiansyah, Juliansyah Saputra, dan Ahmad Bara

Al-Ghifary, yang telah menjadi penghibur dikala letih.

14.Sahabatku Rika Sundari (Kibo), Tesi Noviana (Cino), Lisa Sagita, dan

Caroline, yang telah memberi semangat dan menemani saat suka dan duka.

Semoga persahabatan dan kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang

indah sampai kapanpun.

15.Teman seperjuangan yang sekaligus partner mengerjakan skripsi Enggar, Ipeh,

Ayu Tam, Ria, Bayu, Lelix, Dewi, Wulan. Terima kasih untuk kerjasama,

bantuan, pengertian dan perjuangan yang telah kita lalui bersama-sama.

16.Teman-teman seluruh angkatan 2011 Kelas B Pendidikan Matematika: Nana,

Hani, Ayu F, Emak, Ismi, Penti, Yulisa, Titi, Rosa, Dedes, Vina, Fitri, Emi,

Siska, Aliza, Agus, Uli, Agung, Iwan, Didi, Ucup, Elcho, atas

kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga

kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah.

17.Teman-teman seperjuangan angkatan 2011, kakak-kakakku angkatan 2010,

2009, 2008, 2007, 2006 serta adik-adikku angkatan 2012, 2013, dan 2014

(16)

18.Teman-teman KKN di Desa Negeri Agung, Kecamatan Talangpadang,

Kabupaten Tanggamus dan PPL di SMP Negeri 2 Talangpadang, (Kakak

Bintang, Bapak Cahyo, Umi Desi, Maria Ayam, Memet Umi, Bray Uci,

Bunda Aina, Abi Awi, Emak Meza) atas kebersamaan yang penuh makna dan

kenangan.

19.Pak Liyanto dan Pak Mariman, penjaga Gedung G, terima kasih atas

bantuannya selama ini.

20.Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.

21.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada

penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga

skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Februari 2015

Penulis

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 9

A. Kajian Teori ... 9

1. Efektivitas Pembelajaran ... 9

2. Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) ... 12

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 19

B. Kerangka Pikir ... ... 22

C. Anggapan Dasar ... 24

D. Hipotesis ... ... 24

III. METODE PENELITIAN ... 25

(18)

B. Desain Penelitian ... 25

C. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 26

D. Instrumen Penelitian ... 26

E. Prosedur Penelitian ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Hasil Penelitian ... 36

B. Pembahasan ... 39

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 44

A. Simpulan ... 44

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(19)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan masyarakat dalam membangun generasi

bang-sa. Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,

pendidi-kan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudpendidi-kan suasana belajar dan

pro-ses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

ke-cerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat

bangsa dan negara.

Pendidikan juga merupakan investasi bangsa dalam membangun negaranya.

Dalam membangun negara dibutuhkan manusia yang berpengetahuan dan

ber-moral. Untuk menjadikan manusia yang berpengetahuan dan bermoral itu

di-butuhkan pendidikan. Semakin baik pendidikan manusia, akan semakin baik pula

bangsa dan negara.

Pendidikan harus memiliki mutu baik agar tercipta peserta didik yang dapat

mem-bangun bangsa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Rusman (2013: 3)

bahwa pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Da-sar Negara Republik Indonesia 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan

(20)

2

mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar jadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

ber-akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pencapaian tujuan pendidikan tersebut dipengaruhi oleh sistem pembelajaran.

Pembelajaran umumnya dilakukan di luar kelas dan di dalam kelas. Namun,

sebagian waktu siswa dihabiskan dengan pembelajaran yang dilakukan di dalam

kelas. Sutikno (2014:25) mengemukakan bahwa keberhasilan sistem

pembelajar-an adalah keberhasilpembelajar-an pencapaipembelajar-an tujupembelajar-an pembelajarpembelajar-an. Keberhasilpembelajar-an pendidikpembelajar-an

dapat dilihat dari berbagai faktor. Salah satunya dapat dilihat dari faktor sistem

pembelajaran. Sistem pembelajaran berguna mendidik peserta didik menjadi

lebih baik lagi. Sehingga, peserta didik memperoleh dampak yang baik dalam

sistem pembelajaran. Salah satu dampak dari sistem pembelajaran adalah peserta

didik dapat mengubah pola tingkah laku sesuai dengan tujuan pendidikan. Oleh

karena itu, keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari sistem pembelajaran yang

dapat mengubah pola tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan.

Salah satu langkah dalam mencapai keberhasilan pendidikan itu adalah

melaku-kan proses pembelajaran. Salah satunya adalah proses pembelajaran matematika.

Menurut (Depdiknas, 2006) pembelajaran matematika bertujuan agar peserta

didik mempunyai kemampuan untuk memahami konsep matematika,

mengguna-kan penalaran, memecahmengguna-kan masalah, mengkomunikasimengguna-kan gagasan dengan

(21)

3

matematika tersusun secara sistematis, mulai dari konsep yang sederhana sampai

konsep yang sangat kompleks. Seperti yang dikemukakan oleh Susanto

(2013:186) pembelajaran matematika dibangun oleh guru untuk mengembangkan

kreativitas berpikir siswa, dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya

meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika.

Di Indonesia, tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan belum tercapai.

Hal itu terlihat dari studi internasional Trends in International Mathematics and

Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 bahwa prestasi matematika siswa

Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 42 negara (Mullis, 2012). Kondisi yang

sama juga terlihat dari hasil studi Programme for International Student

Asses-ment (PISA) pada tahun 2013 yakni Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65

negara dalam mata pelajaran matematika (OECD, 2013). Studi yang dilakukan

oleh TIMSS dan PISA dilakukan untuk mengukur kemampuan matematika

ting-kat tinggi, salah satunya adalah kemampuan pemecahan masalah. Hasil studi

ter-sebut mengindikasikan bahwa siswa di Indonesia pada umumnya kesulitan dalam

menghadapi soal tidak rutin yang memerlukan analisis dan proses berpikir

men-dalam. Maka, dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa di Indonesia masih rendah.

MTs Al-Hikmah Bandar Lampung adalah salah satu sekolah yang mempunyai

permasalahan yang sama seperti permasalahan di Indonesia pada umumnya, yaitu

kesulitan dalam menghadapi soal berbasis masalah yang memerlukan analisis dan

(22)

4

wawancara dengan guru bidang studi matematika kelas VII. Hasil wawancara

menunjukkan bahwa siswa kesulitan saat diminta menyelesaikan soal yang terkait

dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Siswa sulit

menganalisis soal, sehingga dalam penyelesaiannya kurang memuaskan.

Salah satu penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

adalah model pembelajaran yang diterapkan saat kegiatan pembelajaran kurang

merangsang kemampuan pemecahan masalah siswa. Walaupun pada

kenyataan-nya sebagian sekolah telah menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa,

namun model pembelajaran yang diterapkan belum memfasilitasi peserta didik

untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Peserta didik yang

mempunyai karakteristik yang berbeda perlu di fasilitasi dengan model

pembe-lajaran yang dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis

peserta didik. Selain itu, model pembelajaran yang digunakan guru belum

ber-variatif. Pada Umumnya, model pembelajaran yang digunakan guru hanya satu

arah, yaitu berpusat pada guru, sehingga kurang merangsang kemampuan

pemecahan masalah matematis peserta didik. Oleh karena itu, pendidik perlu

mempertimbangkan model pembelajaran yang akan diterapkan dalam kegiatan

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis

peserta didik. Model pembelajaran yang diterapkan harus merangsang

kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik secara aktif dalam

kegiatan pembelajaran.

(23)

5

model Problem Based Learning (PBL). Model PBL adalah model pembelajaran

yang menekankan pada keterampilan pola pikir peserta didik. Hal ini sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Tan (Rusman, 2013: 229) bahwa PBL

merupa-kan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berpikir siswa

betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang

sis-tematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan

me-ngembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Dalam model

PBL, pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah yang ada di dunia nyata,

kemudian peserta didik menyelesaikan masalah dengan memanfaatkan berbagai

sumber.

Dalam model PBL, masalah sebagai awal tantangan yang menarik untuk

dipecah-kan. Peserta didik menjadi lebih aktif karena peserta didik terlibat langsung

da-lam proses pembelajaran. Namun, dada-lam kenyataannya, masih banyak guru yang

belum memahami konsep PBL dan juga kemampuan pemecahan masalah

mate-matis siswa. Berdasarkan hasil penelitian Afrilia (2014) VIII SMP Negeri 1

Pagelaran diperoleh bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

de-ngan model PBL lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah

matema-tis siswa dengan model pembelajaran konvensional. Dan penelitian yang

dilaku-kan oleh Heru (2013) di SMP Negeri 5 Bandar Lampung diperoleh bahwa

pene-rapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa. Maka dari itu, dilakukan studi penelitian

ini untuk melihat efektivitas model PBL ditinjau dari kemampuan pemecahan

(24)

6

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat

di-rumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimanakah efektivitas model

PBL ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa ?”

Dari rumusan masalah di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Apakah PBL efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa ?

2. Apakah model PBL lebih efektif daripada pembelajaran konvensional ditinjau

dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa ?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas model PBL

ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII MTs

Al-Hikmah Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dunia pendidikan manfaat yang penulis

harapkan yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan secara teoritis

kepada pembaca maupun guru dalam melakukan model PBL, guna menjadikan

(25)

7

2. Manfaat Praktis

1) Bagi guru : memberikan referensi kepada guru dalam pelaksanaan model

PBL

2) Bagi Peneliti : memberikan referensi tentang model PBL dan kemampuan

pemecahan masalah matematis.

3) Bagi sekolah : memberikan informasi untuk meningkatkan mutu

pendidik-an di sekolah.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Sebagai lingkup kajian penelitian ini adalah mencangkup hal-hal berikut:

1. Efektivitas adalah keberhasian dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

Dalam penelitian ini tujuan yang dimaksud adalah mengembangkan

kemampu-an pemecahkemampu-an matematis siswa ykemampu-ang tergolong tinggi.

2. Model PBL adalah pembelajaran yang pada awal pembelajaran diberikan

se-buah masalah, lalu siswa secara kolaboratif memecahkan masalah tersebut

de-ngan berbagai macam sumber. Langkah-langkah pembelajaran berbasis

masa-lah adamasa-lah sebagai berikut:

(1) Orientasi siswa pada masalah;

(2) Mengorganisasi siswa untuk belajar;

(3) Membimbing pengalaman individual/kelompok;

(4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya;

(5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

3. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah kemampuan siswa

(26)

8

pertimbangan yang dapat menemukan solusi dari permasalahn yang diberikan.

Adapun kemampuan pemecahan masalah matematis yang akan diukur dalam

penelitian ini adalah:

a. Memahami masalah.

b. Membuat rencana penyelesaian masalah.

c. Melakukan perhitungan.

(27)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau

pengaruh-nya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu tujuan dengan

rencana yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyasa, 2002:82). Efektivitas dapat

diartikan dengan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Ukuran

sesuatu efektif atau tidak tergantung pada tujuan yang diharapkan.

Menurut Rusman (2013:144) pembelajaran hakikatnya merupakan suatu proses

interaksi antar guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan

tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai

media. Interaksi antara guru dan siswa dalam sebuah pembelajaran merupakan

hal yang sangat penting. Dengan adanya interaksi yang dilakukan oleh guru dan

siswa dalam sebuah pembelajaran dapat menumbuhkan suasana belajar aktif.

Pada proses pembelajaran aktif peserta didik dituntut melakukan interaksi, baik

peserta didik dengan guru atau peserta didik dengan peserta didik. Hal ini

mengindikasikan bahwa pembelajaran yang aktif adalah salah satu pembelajaran

(28)

10

Pembelajaran aktif adalah salah satu ciri pembelajaran efektif. Seperti yang

dikemukakan Sutikno (2014:152) bahwa pembelajaran yang efektif adalah

pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan

mudah dan tercapai tujuan pembelajaran sesuai harapan dengan melibatkan

seluruh siswa secara aktif. Pembelajaran dikatakan efektif apabila pembelajaran

ini sesuai dengan tujuan yang telah disepakati. Dalam hal ini tujuan pembelajaran

tersebut adalah hasil belajar siswa.

Susanto (2013:54) mengemukakan bahwa untuk dapat mewujudkan suatu

pembelajaran yang efektif, maka perlu diperhatikan beberapa aspek,

di antaranya:

1. Guru harus membuat persiapan mengajar yang sistematis.

2. Proses pembelajaran harus berkualitas tinggi yang ditunjukkan dengan adanya penyampaian materi oleh guru secara sistematis, dan menggunakan berbagai variasi dalam penyampaian, baik itu media, metode, suara, maupun gerak.

3. Waktu selama proses belajar mengajar berlangsung digunakan secara efektif.

4. Motivasi mengajar guru dan motivasi belajar siswa cukup tinggi

5. Hubungan interaktif antara guru dan siswa dalam kelas bagus sehingga setiap terjadi kesulitan belajar dapat segera diatasi.

Ketuntasan belajar dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006 dijelaskan

dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bahwa

(29)

11

Kurikulum tingkat satuan pendidikan telah menjelaskan bahwa kriteria ideal

ketuntasan belajar mencapai persentase 75% dan skor nilai ditentukan oleh

sekolah dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik,

kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam

penyelenggaraan pembelajaran. Kriteria ketuntasan ini berlaku juga untuk

pembelajaran matematika. Kriteria ketuntasan ini mencakup semua kemampuan

matematika, dimulai dari pemahaman konsep matematis, penalaran matematis,

komunikasi matematis, representasi matematis, dan pemecahan masalah

matematis. Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan mengukur kemampuan

pemecahan masalah matematis, maka peneliti hanya menetapkan bahwa kriteria

ketuntasan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa telah tercapai

apabila siswa yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah matematis lebih

dari 60%. Sedangkan nilai yang ditentukan sekolah untuk mencapai kriteria

ketuntasan adalah 75. Dengan pertimbangan peneliti bahwa penelitian ini hanya

mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, yang merupaan

kemampuan tingkat tinggi, maka ditentukan nilai siswa yang memenuhi kriteria

ketuntasan untuk kemampuan pemecahan masalah matematis adalah 65.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran

adalah tercapainya keberhasilan tujuan pembelajaran untuk meningkatkan

kemampuan yang dimiliki peserta didik. Dalam kegiatan pembelajaran yang

efektif, pembelajaran difokuskan pada peserta didik sedangkan guru berperan

sebagai perancang suasana kegiatan pembelajaran untuk merangsang kemampuan

(30)

12

2. Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran sangat menentukan kegiatan pembelajaran. Untuk itu

pendi-dik harus lebih cermat dalam memilih model pembelajaran. Model pembelajaran

yang dipilih sebaiknya dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

serta didik. Salah satu model pembelajaran yang meningkatkan kemampuan

pe-serta didik adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). Hal ini sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Margetson dalam Rusman (2013:230) bahwa PBL

membantu peserta didik untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar

sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif.

Menurut Rusman (2013:231) dari segi pedagogis, PBL didasarkan pada teori

belajar konstruktivisme dengan ciri :

1. Pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan lingkungan belajar.

2. Pergulatan dengan masalah dan proses inquiry masalah menciptakan disonansi kognitif yang menstimulasi belajar.

3. Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi dan negosiasi sosial dan evaluasi terhadap keberadaan sebuah sudut pandang.

Menurut Daryanto (2014:29) PBL merupakan sebuah model pembelajaran yang

menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.

Sedangkan menurut Hamdayama (2014: 209) model PBL adalah serangkaian

akti-vitas pembelajaran yang menekankan pada proses menyelesaikan masalah yang

dihadapi secara ilmiah. Dilanjutkan dengan penjelasan Tan (Rusman, 2013:232)

(31)

13

Menurut Arends dalam Trianto (2009:92) PBL merupakan suatu model

pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan

maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri

dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian, dan

percaya diri. Sedangkan menurut Putra (2013:89) bahwa PBL adalah model

pembelajaran intruksional yang menantang siswa untuk belajar, bekerja sama

dengan kelompok dan masyarakat untuk menemukan solusi atas persoalan yang

terjadi di realitas masyarakat.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PBL adalah

pembelajaran yang dimulai dengan pemberian masalah kepada peserta didik

seputar persoalan yang ada di dunia nyata, kemudian peserta didik secara

kolaboratif memanfaatkan sumber pengetahuan yang beragam untuk memecahkan

persoalan-persoalan yang diberikan secara kolaboratif.

Karakteristik PBL menurut Rusman (2013:232) adalah sebagai berikut:

1. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar;

2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur.

3. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective); 4. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,

dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;

5. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;

6. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses esensial dalam pembelajar-an berbasis masalah;

7. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;

8. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pen-tingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan;

(32)

14

10. Pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

Menurut Arends dalam Trianto (2009:93) karakteristik PBL adalah sebagai

berikut:

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pada pembelajaran berdasarkan masalah peserta didik mengajukan pertanyaan atau masalah seputar situasi kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

2. Berfokus pada ketertarikan antar disiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu(IPA, matematika, dan ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

3. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan peserta didik melakukan penyelidikan autentik untuk mecari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Peserta didik harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Metode penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.

4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Karya nyata dan peragaan tersebut direncanakan oleh siswa, dan didemonstrasikan kepada siswa yang lain.

5. Kolaborasi. Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya. Siswa bekerja berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

Karakteristik PBL menurut Riyanto (2012:290) adalah sebagai berikut: (1) Titik

awal pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah masalah, dan (2) Model

pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik dan mene-kankan

(33)

15

pemahaman; (3) permasalahan sebagai contoh; (4) permasalahan sebagai bagian

yang tak terpisahkan dari proses; (5) permasalahan sebagai stimulus aktivitas

autentik.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik PBL

adalah sebagai berikut; (1) permasalahan merupakan titik awal pembelajaran, (2)

permasalahan yang dibahas adalah permasalahan yang ada di dunia nyata, dan (3)

siswa menyelesaikan berbagai permasalahan secara kolaboratif.

Banyak ahli pendidikan yang menjelaskan langkah-langkah PBL. Salah satunya

adalah Dewey (Putra, 2013:93) yang menjelaskan enam langkah pembelajaran

berbasis masalah, yaitu:

1. Merumuskan masalah. Siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.

2. Menganalisis masalah. Siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai

su-dut pandang.

3. Merumuskan hipotesis. Siswa merumuskan beragai kemungkinan pemecahan

sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

4. Mengumpulkan data. Siswa mencari dan mendeskripsikan informasi yang

di-perlukan untuk pemecahan masalah.

5. Pengujian hipotesis. Siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai

penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Siswa menggambarkan

reko-mendasi yang dapat dilakukan sesuai rumussan hasil pengujian hipotesis dan

(34)

16

Rideout (Riyanto, 2012:293) mengidentifikasikan langkah-langkah PBL,

diantaranya;

1. Mengkaji masalah yang diajukan pada kelompok dan membentuk hipotesis.

2. Menetapkan isu pembelajaran dan sumber informasi.

3. Melakukan pengumpulan informasi dan studi independen.

4. Membahas pengetahuan yang diperoleh dan dan memperdebatkan dengan

kri-tis.

5. Menerapkan pengetahuan pada masalah secara praktis; dan

6. Refleksi materi dan proses pembelajaran.

Fogarty (Rusman, 2013:243) mengemukakan bahwa pada pembelajaran berbasis

masalah siswa akan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menemukan masalah

2. Mendefinisikan masalah

3. Mengumpulkan fakta

4. Membuat hipotesis

5. Penelitian

6. Repharasing masalah; dan

7. Mengusulkan solusi

Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah menurut Hamdayama (2014:

(35)

17

Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Peran Guru

1. Orientasi siswa kepada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan segala hal yang akan dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yng sesuai, melaksanakan eksperimen atau pegamatan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, melaksanakan eksperimen atau pengamatan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah

pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan orientasi siswa pada masalah,

se-telah itu mengorganisasikan siswa untuk belajar, lalu dilanjutkan dengan

mem-bimbing penyelidikan individual maupun kelompok, setelah itu mengembangkan

dan menyajikan hasil karya, dan langkah terakhir adalah menganalisis dan

meng-evaluasi proses pemecahan masalah.

Tujuan dari PBL menurut Daryanto (2014:30) adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran berbasis masalah ini bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi.

2. Pembelajaran berbasis masalah penting untuk menjembatani gap antara

pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis

yang dijumpai di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah

(36)

18

tugas; (b) Memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan

dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat

memiliki peran yang diamati tersebut; dan (c) Melibatkan peserta didik

dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka

menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan

membangun temannya tentang fenomena itu.

3. Pembelajaran berbasis masalah bertujuan agar peserta didik dapat

menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi

harus diperoleh, dibawah bimbingan guru.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

tujuan dari pembelajaran berbasis masalah adalah mengembangan keterampilan

berpikir tingkat tinggi peserta didik, peserta didik dapat belajar peranan orang

dewasa yang autentik, serta peserta didik dapat menentukan sendiri apa yang

harus dipelajari.

Pembelajaran dengan model PBL mempunyai kelebihan Putra (2013:105).

Adapun kelebihan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran berbasis masalah dapat merangsang perkembangan kemampuan siswa, karena ia harus terlibat secara aktif untuk mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan. Hal ini akan membantu meningkatkan kemampuan siswa.

(37)

19

4) Pembelajaran berbasis masalah berisi subjek pengetahuan dalam ranah penggunaan dan pengembangan keterampilan, serta proses yang baik. Seberapa intens siswa memanfaatkan proses belajar, mampu menentukan kualitas pengetahuan yang didapatkan.

5) Pembelajaran berbasis masalah mengasah siswa untuk mengintegrasikan pe-ngetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.

6) Pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, memotivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Pemecahan masalah merupakan bagian dari matematika yang sangat penting,

karena dalam proses penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh

pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki

dan diterapkan pada pemecahan masalah yang tidak rutin, (Suherman, 2003:89)

Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang menuntut siswa

me-miliki kemampuan pemecahan masalah. Hal itu dikarenakan dalam pembelajaran

matematika tidak hanya menyelesaikan masalah yang sederhana, tetapi

pem-belajaran matematika juga menyelesaikan masalah yang sangat kompleks. Untuk

menyelesaikan masalah yang sangat kompleks tersebut siswa perlu mempunyai

kemampuan pemecahan masalah

Dalam kehidupan sehari-hari banyak persoalan matematika yang berkaitan dengan

urusan angka-angka. Untuk memecahkan persoalan matematika tersebut

me-merlukan suatu keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan masalah

ter-sebut. Oleh karena itu, siswa yang merupakan komponen pendidikan diharapkan

(38)

20

matematika tersebut. Jika siswa dapat menyelesaikan persoalan matematika maka

siswa juga diharapkan dapat menyelesaikan persoalan lainnya dalam kehidupan

sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto (2013:198) bahwa

pe-mecahan masalah merupakan keterampilan dasar, keterampilan ini menyangkut

keterampilan minimal yang harus dimiliki siswa dalam matematika dan

ke-terampilan minimal yang diperlukan seseorang agar dapat menjalankan fungsinya

dalam masyarakat

Polya (Susanto, 2013:202) menjelaskan ada empat langkah dalam pembelajaran

pemecahan masalah, yaitu:

1. Memahami masalah, langkah ini meliputi: (a) apa yang diketahui, keterangan

apa yang diberikan, atau bagaimana keterangan soal; (b) apakah keterangan

yang diberikan cukup untuk mencari apa yang ditanyakan; (c) apakah

keterang-an tersebut tidak cukup, atau keterketerang-angketerang-an itu berlebihketerang-an; dketerang-an (d) buatlah gambar

atau motasi yang sesuai.

2. Merencanakan penyelesaian, langkah ini terdiri atas: (a) pernahkah Anda

me-nemukan soal seperti ini sebelumnya, pernahkah ada soal yang serupa dalam

bentuk lain; (b) rumus mana yang dapat digunakan dalam masalah ini; (c)

per-hatikan apa yang ditanyakan; dan (d) dapatkah hasil dan metode yang lalu

di-gunakan disini.

3. Melalui perhitungan langkah ini menekankan pada pelaksanaan rencana

(39)

21

4. Memeriksa kembali proses dan hasil. Langkah ini menekankan pada

bagai-mana memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh, yang terdiri dari:

(a) dapatkah diperiksa kebenaran jawaban; (b) dapatkah jawaban itu dicari

dengan cara lain; dan (c) dapatkah jawaban atau cara tersebut digunakan untuk

soal-soal lain.

Berdasarkan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen tanggal 11 November

2004 (Depdiknas, 2004) dimuat beberapa pencapaian kemampuan pemecahan

masalah yaitu :

1. Menunjukkan pemahaman masalah

2. Mengorganisasidata dan memilih informasi yang relevan 3. Menyajikan masalah secara tematik dalam segala bentuk

4. Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat 5. Menggembangkan strategi pemecahan masalah

6. Membuat dan menafsirkan metode matematika dari suatu masalah dan, 7. Menyelesaikan masalah yang tidak rutin.

Menurut (Suherman, 2003 :9) Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa,

salah satunya diperoleh dengan cara memiliki banyak pengalaman dalam

memecahkan berbagai masalah, hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang

diberi banyak latihan pemecahan masalah memiliki nilai lebih tinggi dalam tes

pemecahan masalah dibandingkan anak yang latihannya lebih sedikit.

Berdasarakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan

masalah adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa dalam matematika

dan keterampilan dasar untuk menjalankan fungsi dalam masyarakat. Kemampuan

pemecahan masalah tidak hanya digunakan untuk menyelesaikan masalah

(40)

22

masalah yang sangat kompleks. Adapun langkah-langkah dalam pemecahan

masalah yaitu, memahami masalah, setelah itu merencanakan pemecahannya, lalu

menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana langkah.

B.Kerangka Pikir

Penelitian tentang efektivitas model PBL ditinjau dari kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model PBL, sedangkan

variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki

oleh setiap siswa dalam matematika dan juga kemampuan dasar dalam

menjalankan fungsinya di kehidupan sehari-hari. Adapun indikator kemampuan

pemecahan masalah matematis antara lain meliputi memahami masalah,

membuat rencana penyelesaian, dan melakukan perhitungan.

PBL adalah pembelajaran yang dimulai dengan pemberian masalah kepada

peserta didik seputar persoalan yang ada di dunia nyata, kemudian peserta didik

secara kolaboratif memanfaatkan sumber pengetahuan yang beragam untuk

memecahkan persoalan-persoalan yang diberikan. Langkah-langkah pada model

PBL adalah orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar,

membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan

(41)

23

Langkah pertama adalah orientasi siswa pada masalah. Pada langkah ini siswa

di-berikan dan disampaikan tujuan pembelajaran, serta dijelaskan berbagai hal yang

akan dilaksanakan. Siswa dimotivasi untuk terus belajar dan melakukan

peng-amatan terhadap realitas yang terjadi. Setelah itu, siswa diajukan sebuah

persoalan dan siswa diminta mengemukakan ide, gagasan, dan teori yang dapat

dijadikan pegangan dalam memecahkan masalah. Hal ini akan meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Langkah kedua adalah mengorganisasikan siswa untuk belajar. Pada langkah ini

siswa dikelompokkan. Setelah itu, siswa secara berkelompok menyelesaikan

ma-salah yang diberikan pada LKK (Lembar Kerja Kelompok). Dalam aktivitas

diskusi tersebut, siswa dituntut untuk dapat memahami masalah, kemudian

menyusun rencana penyelesaian masalah dan dilanjutkan dengan melakukan

perhitungannya. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa.

Langkah ketiga adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada

lang-kah ini, siswa melakukan presentasi dan menyajikan hasil karya nya di depan

sis-wa yang lain untuk dipertanggungjasis-wabkan. Kegiatan presentasi ini bertujuan

untuk mengevaluasi penelitian serta memberikan penilaian sementara atas

pe-mahaman dan penugasan siswa terhadap evaluasi materi yang diberikan. Hal ini

akan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Langkah terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

ma-salah. Pada langkah ini siswa harus mampu menyusun kembali hasil pemikiran

(42)

ber-24

tujuan untuk mengetahui cara berpikir siswa. Hal ini akan meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model PBL efektif ditinjau

dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

C.Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut:

1. Semua siswa kelas VII semester genap MTs Al-Hikmah Bandar Lampung

tahun pelajaran 2014/2015 memperoleh materi yang sama.

2. Faktor lain yang memengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa selain model pembelajaran PBL diabaikan.

D.Hipotesis

Berdasarkan pertanyaan dalam kajian pustaka yang diuraikan sebelumnya, maka

hipotesis dari penelitian ini:

1. Model PBL efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa.

2. Model PBL lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional ditinjau

(43)

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII MTs Al-Hikmah Bandar

Lampung yang terdistribusi menjadi lima kelas mulai dari VII A hingga VII E.

Dari lima kelas tersebut dipilih dua kelas sebagai sampel yang salah satu kelas

menjadi kelas eksperimen dan kelas yang lain menjadi kelas kontrol.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan

pertimbangan peneliti bahwa kelas tersebut diajar guru yang sama. Dari kelas VII

A hingga VII E diambil dua kelas, terpilih kelas VII A sebagai kelas eksperimen

dengan jumlah 35 siswa, dan kelas VII B sebagai kelas kontrol dengan jumlah 35

siswa.

B.Desain Penellitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan menggunakan

posttest only control group design. Kelas kontrol diberikan perlakuan

pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan

model PBL. Desain penelitian menurut Setiyadi (2006:142) dapat dilihat dalam

(44)

26

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Perlakuan Posttest

K1 X T1

K2 O T1

K1 = Kelas Eksperimen K2 = Kelas Kontrol

X = perlakuan dengan menggunakan model PBL

O = perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional T1 = tes yang diberikan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa (posttest).

C.Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa data kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa. Teknik Pengumpulan data pada penelitian

ini adalah tes. Tes dilaksanakan setelah pembelajaran.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang berbentuk uraian.

Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa. Pedoman penskoran tes pemecahan masalah matematis dilihat pada Tabel

3.2 sebagai berikut.

Tabel 3.2 Pedoman penskoran tes pemecahan masalah

No Respon Siswa Terhadap soal Skor

A Memahami Masalah

 Salah menginterprestasikan/salah sama sekali

 Salah menafsirkan masalah, mengabaikan kondisi soal  Memahami masalah soal selengkapnya

(45)

27

C Melakukan perhitungan

 Tidak ada jawaban atau jawaban salah

 Melaksanakan prosedur yang benar dan mungkin jawaban benar, tetapi salah perhitungan

 Melaksanakan proses yang benar dan mendapatkan hasil benar

0 1

2

1. Validitas Instrumen

Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi dari

tes pemecahan masalah matematis dapat diketahui dengan cara menilai kesesuaian

isi yang terkandung dalam tes pemecahan masalah matematis dengan indikator

pembelajaran yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan

kepada pembimbing dan guru mata pelajaran matematika kelas VII. Hasil

penilaian menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil data telah

memenuhi validitas isi sehingga instrumen dapat diujicobakan untuk mengetahui

reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

2. Reliabilitas

Setelah perangkat tes dinyatakan valid, kemudian instrument tes diujicobakan

pada kelas di luar sampel. Kemudian instrumen tersebut dihitung koefisien

reliabilitasnya. Koefisien reliabilitas tes pemecahan masalah dapat dihitung

menggunakan rumus alpha ( ), menurut Suherman (2003:154) sebagai berikut.



r = koefisien reliabilitas

2 i

 = Jumlah varians skor tiap-tiap soal = Varians total

(46)

28

Menurut Guilford (dalam Suherman, 2003:154) koefisien reliabilitas

diinter-pretasikan seperti yang terlihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa reliabilitas

tes adalah 0,732. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang di uji cobakan

memiliki reliabilitas yang tinggi. Hasil perhitungan reliabilitas uji coba soal

secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C.2

3. Daya Pembeda

Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda bagi tes bentuk uraian

adalah dengan menghitung perbedaan dua buah rata-rata, yaitu antara rata-rata

kelas atas dengan rata-rata kelas bawah, untuk tiap-tiap item. Sudijono

(2001:120) mengungkapkan menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus

yaitu:

Koefisien relibilitas (r11) Kriteria

r11≤ 0,20 sangat rendah

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

0,40 < r11≤ 0,60 Sedang

0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi

(47)

29

Keterangan :

DP : indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA : rata-rata skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : rata-rata skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah).

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasikan berdasarkan klasifikasi yang

tertera dalam Tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

(Sumber: Sudijono, 2001)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah minimal sedang, yaitu

memiliki nilai daya pembeda ≥ 0,30. Hasil perhitungan daya pembeda butir item

soal yang telah diujicobakan disajikan pada Tabel 3.5 sebagai berikut :

Tabel 3.5 Daya Pembeda Butir Item Soal

No.Butir Item Indeks Daya Pembeda Interpretasi

1 0,42 Baik

2 0,31 Sedang

3 0,34 Sedang

4 0,32 Sedang

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda butir item soal yang diperoleh, maka

instrumen tes yang sudah diujicobakan telah memenuhi kriteria daya pembeda

soal yang sesuai dengan kriteria yang diharapkan.

Nilai Interpretasi

Lebih dari 0,20 Buruk

0,20-0,40 Sedang

0,40-0,70 Baik

0,70-1,00 Sangat Baik

(48)

30

4. Indeks Tingkat Kesukaran

Perhitungan tingkat kesukaran suatu butir soal dalam Sudijono (2001: 372)

sebagai berikut:

Keterangan:

TK : tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria

indeks kesukaran sebagai berikut :

Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

Sangat Sukar

Sukar

Sedang

Mudah

Sangat Mudah

Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal dengan tingkat kesukaran.

Hasil perhitungan tingkat kesukaran uji coba soal disajikan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Tingkat Kesukaran Butir Item Soal

No Butir Item Indeks TK Interpretasi

1 0,44 Sedang

2 0,36 Sedang

3 0,42 Sedang

(49)

31

Dengan melihat hasil perhitungan tingkat kesukaran butir item soal yang

diperoleh, maka instrumen tes yang sudah diujicobakan telah memenuhi kriteria

tingkat kesukaran soal yang sesuai dengan kriteria yang diharapkan.

E.Prosedur Penelitian

Ada beberapa tahapan dalam melakukan penelitian ini. Urutan pelaksanaan

penelitian yaitu:

1. Tahap Pendahuluan

a. Orientasi sekolah, untuk mengetahui keadaan sekolah dengan

mewawancarai wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan mewawancarai

guru mata pelajaran matematika untuk mengetahui kondisi sekolah dan

pembelajaran matematika di kelas.

b. Menentukan sampel penelitian.

2. Tahap Perencanaan

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas sampel

penelitian.

b. Membuat instrumen penelitian, berupa tes pemecahan masalah matematis.

c. Menganalisis validitas instrumen.

d. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

e. Menganalisis reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran instrumen

penelitian.

5. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pembelajaran pada kelas sampel penelitian.

(50)

32

6. Tahap Pengolahan Data

a. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari masing-masing

kelas.

b. Mengambil kesimpulan.

7. Tahap Laporan

a. Melaporkan hasil penelitian pada dosen pembimbing

b. Menyusun laporan akhir dari penelitian yang telah dilakukan

F. Teknik Analisis Data

Data kemampuan pemecahan masalah dianalisis untuk mengetahui efektivitas

model PBL. Adapun analisis data dilakukan dengan langkah-langkah berikut.

1. Uji Normalitas

Uji ini berguna untuk mengetahui apakah data keadaan awal populasi berdistribusi

normal atau tidak. Uji ini menggunakan rumus Chikuadrat (Sudjana, 2005: 293)

sebagai berikut :

H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat Oi = frekuensi observasi Ei = frekuensi harapan

(51)

33

Uji normalitas dilakukan terhadap masing-masing kelompok, yaitu kelompok

model PBL dan model pembelajaran konvensional. Hasil perhitungan uji

normalitas disajikan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas data tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan chi-kuadrat

Kelas Keputusan Uji

PBL 3,58

7,81 H0 diterima

Konvensional 5,35 H0 diterima

Berdasarkan Tabel 3.8, dapat dilihat bahwa bahwa data tes kemampuan

pemecahan masalah matematis siswapada kelas PBL dan kelas konvensional

memiliki , yang berarti H0 diterima.

2. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas data, analisis berikutnya adalah menguji

hipotesis. Berdasarkan hasil uji prasyarat, data kemampuan pemecahan

masalah matematis kelas PBL dan kelas konvensional berasal dari populasi

yang berdistribusi normal. Dalam penelitian ini uji yang digunakan adalah uji

proporsi dan uji kesamaan dua proporsidengan hipotesis sebagai berikut.

1) Uji Proporsi

H0: (proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah

matematis dengan baik sama dengan 60%)

H1: (proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah

(52)

34

Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal, maka

untuk pengujian ini digunakan statistik z sebagai berikut (Sudjana, 2005: 233):

⁄ √ ⁄

Keterangan:

= banyak siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis dengan baik

= banyak siswa pada kelas model PBL = 0,6

Kriteria untuk pengujian ini, dengan taraf nyata adalah: terima jika

, dimana didapat dari daftar normal baku dengan peluang

Dalam hal lainnya, ditolak.

2) Uji kesamaan dua proporsi

Karena data yang diperoleh dari populasi yang berdistribusi normal, maka

digunakan uji kesamaan dua proporsi satu pihak. Hipotesis untuk uji kesamaan

proporsi satu pihak, yaitu pihak kanan menurut Sudjana ( 2005:239) adalah :

H0: π1 = π2 (proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah

matematis dengan baik pada model PBL sama dengan proporsi

siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis

dengan baik pada pembelajaran konvensional)

H0: π1 > π2 (proporsi siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah

matematis dengan baik pada model PBL lebih dari proporsi siswa

yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis

(53)

35

Dengan

dan q = 1 – p.

Keterangan:

= banyaknya siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah dengan baik pada kelas eksperimen

= banyaknya siswa yang yang memiliki kemampuan pemecahan masalah dengan baik pada kelas kontrol

= banyak sampel pada kelas eksperimen = banyak sampel pada kelas kontrol

Dalam hal ini tolak H0 jika z z0,5- dan terima H0 untuk z z0,5- , dengan = taraf

(54)

49

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan bahwa ditinjau

dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, model Problem Based

Learning tidak efektif, namun lebih efektif dibandingkan dengan model

pembelajaran konvensional. pada siswa kelas VII MTs Al-Hikmah Bandar

Lampung.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Guru dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning sebagai

salah satu alternatif pada pembelajaran matematika dalam rangka

mengem-bangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan

per-timbangan bahwa siswa yang diajar sudah paham akan materi sebelumnya, dan

koordinasi siswa dalam kelompok berjalan baik.

2. Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sebaiknya mempertimbangkan

kemampuan yang diukur dengan karakteristik siswa yang diteliti, sehingga

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Afrilia, Rianita. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

BSNP. 2006. Ketuntasan Belajar Siswa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://bsnp-indonesia.org. Diakses pada 12 Maret 2015.

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Depdiknas.

______. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hamid, D. 2003. Undang-Undang No 20 Tahun 2003: Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Asokadikta-Darut Bahagia.

Ibrahim, M. Dan Nur, M. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press.

Mullis, I.V.S., Martin, M.O., Foy, P., & Arora, A. (2012). TIMSS 2011 International Results in Mathematics. [Online].Tersedia: timss.bc.edu/ timss2011/downloads/t11_ir_mathematics_fullbook.pdf [2 November 2014]

Mulyasa. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik dan Implementasi. Bandung : PT. Remaja Roesdakarya.

(56)

46

Putra, Juma. Inspirasi Mengajar Harvard University. 2013. Jogjakarta: Diva Press.

Riyanto H, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi Guru dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo.

Saputra, Heru. J. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self-Esteem Siswa. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Setiyadi, Bambang. 2006. Metode Penelitian Untuk Pengajaran Bahasa Asing Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suherman, E. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah

_____. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

Sutikno, M. S. 2014. Metode dan Model-Model Pembelajaran: Menjadikan Proses Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, efektif, dan menyenangkan. Mataram: Holistica.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Gambar

Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas
Tabel 3.5 Daya Pembeda Butir Item Soal
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam varian (ANOVA) menunjukan bahwa pada permen jelly dengan perlakuan konsentrasi rumput laut menunjukan adanya pengaruh yang nyata

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa pengakuan, pengukuran dan pelaporan aktiva tetap pada PT Hasjrat Abadi secara umum telah sesuai dengan Pernyataan

Ketersediaan saprodi, kredit usahatani, dan pasar hasil usahatani. Tinggi rendahnya tingkat adopsi inovasi teknologi oleh petani ini akan menentukan tingkat produksi

Berdasarkan data hasil belajar peserta didik setelah dilaksanakan penelitian, maka secara umum dapat disimpulakan bahwa terdapat pengaruh dari penggunaan model pair

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio, current ratio dan total asset turnover terhadap pertumbuhan laba dengan ukuran perusahaan

w imr Kecepatan angin induksi arah vertikal pada rotor utama m/s. w hf Kecepatan angin relatif arah vertikal, lokal di sirip horisontal

Konsentrasi nitrat di

Setelah diadakan perhitungan dengan metode EOQ, maka dapat diketahui dengan jelas jumlah material yang harus dipesan, waktu untuk melakukan pemesanan dan total