BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa filsafat pendidikan Ki Hadjar
Dewantara merupakan sistem konsep pendidikan yang bersifat kultural
nasional. Sekalipun Ki Hadjar Dewantara banyak belajar pendidikan dari
tokoh-tokoh dunia, tetapi filsafat pendidikannya adalah hasil refleksi tentang
pendidikan yang digali dari kultur bangsanya sendiri. Filsafat pendidikan Ki
Hadjar Dewantara relevan sebagai salah satu teori pendidikan dalam konteks
pendidikan nasional, dan berimplikasi terhadap praktek pendidikan umum.
1. Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
a. Realitas adalah kreasi Tuhan dan “kreasi” manusia, bersifat
monodualisme dan monopluralisme, bertatatingkat serta diatur
berdasarkan kodrat alam. Realitas adalah berubah, tetapi di dalam
perubahan tersebut terdapat sesuatu (sifat) yang idealnya menetap.
b. Manusia adalah ciptaan Tuhan, berwujud kesatuan badan dan ruh,
berada dalam lingkaran-lingkaran masyarakatnya yang bersifat
konvergen. Dimensi keberadaannya meliputi: individualitas, sosialitas,
keberbudayaan, moralitas, dan keberagamaan. Manusia dibekali dasar
tetapi perkembangannya dipengaruhi pula oleh ajar. Makna hidup
manusia adalah berjuang dan membangun untuk mencapai hidup tertib
dan damai - selamat dan bahagia (manunggaling kawula lan Gusti;
beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME).
c. Sumber pertama pengetahuan adalah Tuhan Yang Mahakuasa.
Pengetahuan diperoleh manusia melalui: wahyu (tidak untuk semua
orang), berfikir, pengalaman empiris, dan intuisi. Sesuai dengan
pengetahuan adalah sebagai alat atau perkakas dalam menjalani
kehidupan, bukan sebagai tujuan.
d. Nilai bersumber dari Tuhan Yang Mahakuasa, dari masyarakat dan
individu. Nilai dari masyarakat dan individu tidak boleh bertentangan
dengan nilai yang bersumber dari Tuhan. Nilai tertinggi yang menjadi
tujuan hidup manusia adalah kesempurnaan hidup, yaitu hidup tertib
dan damai - selamat dan bahagia yang di dalamnya terkandung
kemerdekaan.
e. Manusia perlu dididik karena lahir dengan bekal yang lengkap tetapi
belum seluruhnya sempurna; lahir dengan kodrat yang mengandung
tabiat baik dan jahat, sedangkan dharma manusia adalah mewujudkan
kemanusiaan; hidup manusia tidak cukup instingtif saja, tetapi juga
harus berdasarkan trisakti jiwa, adapun trisakti jiwa perlu dicerdaskan;
selain itu, Ki Hadjar Dewantara beryakinan bahwa pendidikan dapat
memerdekakan manusia.
f. Pendidikan nasional diperlukan karena: makhluk sosial hakikatnya
berada dalam lingkaran-lingkaran masyarakatnya yang konvergen; suatu
bangsa idealnya merdeka, baik dalam bidang politik maupun
kebudayaannya; eksistensi bangsa Indonesia terancam tidak otentik
apabila kulturnya terdesak oleh kultur bangsa lain.
g. Manusia mau dan mampu mendidik karena: diberkati insting untuk
memelihara dan memperbaiki keturunan, merasa terperintah oleh Tuhan
untuk memelihara dan memperbaiki keturunan, cinta kasih, insting
pedagogik, intuisi pedagogik, dan kecakapan untuk mendidik
berdasarkan kekuatan trisakti jiwanya yang dapat membuahkan
kebudayaan – termasuk di dalamnya ilmu pendidikan – sehingga
pendidikan menjadi disadari.
i. Pendidikan memiliki arti secara luas dan arti terbatas. Bentuk kegiatan
pendidikan merupakan daya upaya kebudayaan, adapun
pengejawantahannya berupa pemeliharaan, tuntunan, perjuangan dan
pembangunan.
j. Pengajaran dibedakan dalam dua pengertian. Pertama, pengajaran
adalah salah satu jalan pendidikan dengan cara memberi ilmu atau
pengetahuan, serta memberi kecakapan agar anak didik cerdas
fikirannya. Kedua, pengajaran sebagai salah satu jalan pendidikan yang
bersemangat keluhuran budi, mencerdaskan budi pekerti (cipta, rasa
karsa) dan kekeluargaan. Pengertian pengajaran yang kedua-lah yang
dianut dan di selenggarakan di Perguruan Nasional Taman Siswa.
k. Pendidikan bertujuan untuk mempertinggi derajat kemanusiaan
menuju sempurnanya hidup, yaitu hidup tertib dan damai – selamat dan
bahagia. Penjabarannya, bahwa pendidikan bertujuan untuk
mewujudkan potensi anak didik agar menjadi manusia merdeka, berbudi
pekerti, memiliki nasionalisme dan patriotisme, demokratis, sehat serta
memiliki keterampilan, sehingga dapat memenuhi segala keperluan
hidup lahir batin. Tujuan pendidikan ini tidak hanya untuk manusia
perseorangan (individual), tetapi juga untuk masyarakat atau bangsa dan
manusia secara keseluruhan.
l. Kurikulum pendidikan hendaknya disusun dengan mempertimbangkan
tahap perkembangan anak didik, kontekstual dengan lingkungan alam,
lingkungan sosial, dan kebudayaan di mana anak didik hidup.
m. Metode pendidikan yang ideal adalah metode among dan metode
tri-nga (ngerti, ngrasa, nglakoni). Menolak alat pendidikan berupa paksaan,
perintah dan hukuman yang tidak setimpal dengan kesalahan anak didik.
Penggunaan alat pendidikan harus didasarkan dan diarahkan kepada
n. Peranan pendidik dan anak didik tersurat dan tersirat dalam semboyan
tut wuri handayani.
o. Penyelenggaraan pendidikan di alam keluarga, alam perguruan, dan
alam pergerakan kepemudaan harus terpadu (trisentra atau tripusat
pendidikan).
2. Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah relevan sebagai teori
pendidikan dalam konteks pendidikan nasional. Sebab, teorinya mengacu
kepada Pancasila, relevan dengan Pembukaan, pasal 31 dan pasal 32 UUD
1945, sejalan dengan UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dan relevan dengan keadaan zaman.
3. Implikasi filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara terhadap praktek
pendidikan umum yaitu:
a. Dasar praktek pendidikan umum adalah Pancasila.
b. Tujuan pendidikan umum esensinya adalah humanisasi.
c. Isi pendidikan umum (kurikulum) meliputi berbagai mata pelajaran yang
bersifat kultural nasional, esensial, kontekstual dan beralaskan azas
Tri-Kon (kuntinyuitas, konvergensi, dan konsentrisitas) dalam
pengembangannya.
d. Pembelajarannya mengaplikasikan metode among dan metode tri-nga,
adapun peranan pendidik dan peserta didiknya adalah seperti
terkandung dalam semboyan “ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani”.
B. Rekomendasi
Berdasarkan temuan-temuan penelitian di atas, rekomendasi diajukan
kepada para pendidik dan pengambil kebijakan pendidikan. Selain itu,
diajukan pula kepada para calon pendidik, lembaga pendidikan tenaga
kependidikan (LPTK), dan kepada peneliti selanjutnya.
pendidikan Ki Hadjar Dewantara perlu dipahami, diinternalisasi dan
diaplikasikan dalam pelaksanaan berbagai peranan pendidik (guru) dan
pengambil kebijakan pendidikan, khususnya dalam bidang pendidikan umum.
Sebagaimana halnya para pendidik, para calon pendidik perlu
mempelajari filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara agar dapat memahami,
menginternalisasi, dan mengaplikasikannya dalam rangka melaksanakan
tugas-tugas profesinya secara efektif dan efisien dikemudian hari.
Sehubungan dengan hal di atas, kurikulum lembaga pendidikan tenaga
kependidikan (LPTK), baik jenjang S1 dan S2 perlu memuat materi filsafat
pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Ini dapat diwujudkan dalam mata kuliah
Landasan Pendidikan sebagai salah satu mata kuliah dasar profesi (MKDP)
atau mata kuliah lainnya yang reelevan.
Kebijakan pendidikan dalam rangka memecahkan permasalahan
pendidikan hendaknya mempertimbangkan landasan filosofisnya yang
berdasarkan Pancasila, sebagaimana halnya filsafat pendidikan Ki Hadjar
Dewantara. Kebijakan pendidikan jangan hanya berkenaan dengan hal-hal
yang bersifat teknis operasional saja, sebab kebijakan demikian tidak
menyentuh akar permasalahan yang dihadapi.
Penelitian ini berada pada tataran pedagogik teoretis, maka disarankan
untuk dilakukan penelitian lanjutan pada tataran pedagogik praktis, agar