PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISALAM TELAAH
DALAM SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
oleh
RIDWAN KHAERUDIN
NIM 111 12 079
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM TELAAH DALAM
SURAT AL-ALAQ AYAT1-5
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
oleh
RIDWAN KHAERUDIN
NIM 111 12 079
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
MOTTO
ٱ
ْْ٣ِرَُّ
ََُْْْٝاَُٞ٘ٓاَءَْٖ
ْْْْ
َِْْ٣
ْ ُٞعِج
ْ َٔ٣ِإْْا
ُْظِثَُْْٜ٘
ِْْ
ْ َُُْٝأٍْْ
ََُُُْْْٜيِئ
ٱ
َْ ۡل
ْْٓ
َُُُّْْْْْٜٖٓٛٝ
َُْٕٝدَز
ْ
“Orang
-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman
(syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk”.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Orang tua tercinta, yaitu Bapak Suluri dan Ibu Suginah yang telah
merawat, mendidik putra-putrinya dengan tulus ikhlas, dan mencukupi
kebutuhan moril dan materil serta membimbing, memotivasi dan
memohonkan kemudahan bagi penulis dalam setiap doanya. Sungguh
merupakan pengorbanan yang tak terhitung nilainya dan tak terbalas bagi
penulis. Semoga Bapak dan Ibu senantiasa selalu dalam perlindungan,
keridhaan, dan keberkahan Yang Maha Kuasa. Tanpa dukungan Bapak
dan Ibu tiada hal yang penulis Raih kecuali hanya untuk kebahagiaanya
di dunia maupun di akhirat.
2. Kedua saudara Khuswatun dan Udin yang selalu menjadi penyemangat
bagi penulis demi tercapainya cita-cita yang diinginkan oleh kedua orang
tua.
3. Bapak Kyai Nur Salim Mawardi dan ahlul baitnya yang selalu penulis
tunggu Barokah Doa dan Ilmunya.
4. Teman-teman Santri pondok pesantren An-Nibros Al-Hasyim senasib
seperjuangan menjadi motivasi didalam kehidupan.
5. Teman-teman PAI angakatan 2014 yang telah menjadi teman
seperjuangan menuntut ilmu di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas berkat rahmat, ridha dan inayah-Nya jualah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: “Nilai-Nilai Pendidikan
Tauhid Dalam Kitab Jawahirul Kalamiyah Karya Syekh Thahir bin Saleh
Al-Jazairi”. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan baginda
Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang telah membawa petunjuk kebenaran untuk seluruh umat manusia, yang kita
harapkan syafa‟atnya di akhirat kelak.
Pada kesempatan ini, dengan penuh kerendahan hati peneliti haturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhurmat:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN
telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan
waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB ... xiv
ABSTRAK ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 13
E. Metode penelitian ... 13
F. Penelitian terdahulu ... 14
G. Sistematika Penulisan ... 15
A. Pengertian Prinsip-prinsip Pendidikan Islam ... 17
B. Landasan Prinsip-prinsip Pendidikan Islam ... 27
C. Prinsip–prinsip Pendidikan Islam Secara Umum ... 30
D. Pemikiran Prinsip-prinsip Pendidikan Islam ... 31
E. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam dalam surat Al-alaq……. 35
BAB III Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Telaah dalam Surat Al-Alaq ayat 1-5 A. Prinsip-prinsip Menurut Ahli ... 42
1. M.Athiyal al-Abrasyi ... 42
2. Maksum… ... 43
3. M.Chobib Thoha ... 43
4. Muhammad Munir Mursi………. 44
5. Zakiyah Dradjat……… ... 46
BAB IV ANALISIS PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5 A. Analisis Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Menurut Para Ahli ... 56
B. Relevansi Prinsip Pendidikan Islam dalam al-Alaq 1-5 ... 59
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 63
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Penunjukan Pembimbing
2. Lembar Konsultasi Skripsi
3. Daftar Riwayat Hidup
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543/ b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
ة Ba‟ B Be
د Ta‟ T Te
س Tsa‟ S Es
ج Jim J Je
ح Ha‟ H Ha
خ Kha‟ Kh Ka dan Ha
د Dal D De
ذ Zal Z Zet (dengan titik di atas)
ز Ra‟ R Er
ش Zal Z Zet
ض Sin S Es
غ Syin Sy Es dan Ye
ص Sad S Es (dengan titik di bawah)
ض Da D De (dengan titik dibawah)
غ Ta‟ T Te (dengan titik dibawah)
ظ Z Z Zet (dengan titik dibawah)
ع „Ain „ Koma terbalik di atas
ؽ Gain G Ge
ف Fa‟ F Ef
م Qaf Q Qi
ٍ Lam L El
ّ Mim M Em
ٕ Nun N En
ٝ Wawu W We
ٙ Ha‟ H Ha
ء Hamzah , Apostrof
١ Ya‟ Y Ye
Konsonan angkap karena di tulis rangkap
حّدػ Di tulis „iddah
A. Ta’ Marbutttah
1. Bila dimatikan di tulis h
خّجٛ Di tulis Hibah
خ٣صج Di Tulis Jizyah
(ketentuan ini tidak di berlakukan terhadap kata-kata arab yang yang sudah teresap kedalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat dan sebagainya, kecuali di kehendaki lafal aslinya).
Bila di ikuti dengan kata “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka di tulis
dengan h.
B. Vokal Pendek
َْا Fathah Ditulis A
ِْا Kasrah Ditulis I
ُْا Dammah Ditulis U
C. Vokal Panjang
Fathah+Alif Ditulis U
خ٤ِٛبج Ditulis Jahiliyah
Fathah+Ya‟ mati Ditulis A
٠ؼع٣ Ditulis Yas‟ a
Kasrah+Ya‟ Mati Ditulis I
ْ٣سً Ditulis Karim
Dammah+wawumati Ditulis U
ضٝسك Ditulis Furud
D. Vokal Rangkap
Fathah+ya‟ mati Ditulis Ai
ٌْ٘٤ث Ditulis Bainakum
Fathah+wawu mati Ditulis Au
ABSTRAK
Khaerudin,Ridwan . 2018. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Telaah Surat
Al-Alaq Ayat 1-5. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M. Ag.
Kata Kunci: Prinsip, Pendidikan , Islam
Pendidikan merupakan modal dasar atau titik sentral yang menjadi subyek pengembangan, karena pengembangan terutama ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, terlebih lagi era sekarang ini sebagai era yang penuh dengan persaingan. Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan dengan berbagai jalur diantaranya pendidikan.
Penelitian ini merupakan prinsip pendidikan Islam dalam upaya relevansi penddidikan Islam sekarang. Pertanyaan utam dalam penelitian ini adalah (1)Bagaimana prinsip-prinsip pendidikan Islam menurut para ahli?, (2) Bagaimana prinsip-prinsip pendidikan islam dlam surat al-alaq ayat 1-5?,(3) Bagaimana relevansi prinsip-prinsip pendidikan Islam dala kehidupan sekrang?., untuk menjawab pertanyan tersebut maka peneliti menggunakan penelitian kepustakaan dan mengumpulkan data yang dilakukan dengan
mengaitkan ayat-ayat al-qur‟an dan hadits serta buku-buku yang mendekti
yang kemudian dicari tentang prinsip pendidikan Islam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prinsip pendidikan Islam dalam al-qur‟an telah surat al-alaq ayat 1-5 adalah sederhana, yakni orang yang memiliki kehidupan sederhana akan mengambil yang telah menjadi haknya, tidak akan mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya. Ikhlas, yakni seseorang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan semata-mata karena Allah swt. Pendidikan Islam di era sekarang harus meningkatkan porinsip-prsinp
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk termulia dari segenap makhluk yang ada di
alam ini. Dalam Al-Qur‟an banyak ditemukan gambaran yang
membicarakan tentang manusia dan makna filosofis dari penciptanya.
Manusia merupakan makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik
ciptaan yang dilengkapi dengan akal fikiran (al-Rasyidin, 2005:1). Sebagai
makhluk pilihan yang mengemban banyak tugas maka Tuhan membedakan
dengan makhluk yang lain seperti hewan, jin, dan malaikat. Di samping itu
manusia juga dibekali bentuk fisik yang sempurna, harmonis dan
indah.Sehingga dalam sebuah ayat, Allah berfirman:
ٱ
Artinya: “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya
dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah (Departemen
Agama RI, 2007: 903).
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa secara jelas manusia diberi
kelebihan bentuk fisik yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Manusia
dilengkapi dengan pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba, akal atau
daya untuk berfikir, dan hati yang selalu merasakan. Setiap manusia
terutama akal dan perasaan. Akal pusatnya di otak dan fungsinya untuk
berfikir. Perasaan pusatnya di hati, fungsinya untuk merasa dan dalam
tingkat yang paling tinggi ia melahirkan ”kata hati”. Fungsi fikir dan rasa
tidak dapat dipisahkan, karena misalnya orang yang merasa, sekaligus juga
berfikir (Djumransyah, 2007: 29).
Begitu juga dengan orang yang memikirkan sesuatu pasti juga
terlahirlah sebuah perasaan tertentu hasil dari akal yang bekerja dalam otak
manusia.
Sebagai makhluk yang Allah sertakan dengan akal dan perasaaan
maka manusia memungkinkan untuk mengembangkan dan menghasilkan
ilmu pengetahuan dan seterusnya menghasilkan kebudayaan. Untuk lebih
jelasnya akal adalah alat untuk menuntut ilmu, dan ilmu merupakan solusi
dari setiap kesulitan manusia dan untuk mempertahankan eksistensinya.
Dengan demikian Islam memerintahkan untuk menuntutilmuagama
dan ilmu-ilmu lainnya, agar memiliki pengetahuan yang dapat digunakan
untuk tercapainya menjadi makhluk yang sempurna. Faktor terbesar yang
membuat makhluk manusia itu mulia adalah karena ia berilmu.Ia dapat
hidup senang dan tentram karena memiliki dan menggunakan ilmunya. Ia
dapat menguasai alam ini dengan ilmunya. Iman dan taqwanya dapat
meningkat dengan ilmu juga (Darajat, 2011:7)
Ilmu juga yang membedakan manusia yang dimuliakan dan yang tidak
ََّْٖۡٓأ
Artinya : (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran (Departemen Agama RI, 2007: 660).
Karena selain secara fisik dan psiologis manusia sebagai makhluk
terbaik, ia juga secara fitrah memiliki nilai-nilai kemanusiaan (Munir,
2003:25). Tugas lain yang tidak kalah penting adalah menjadi khalifah
Allah di muka bumi. Manusia yang diberi wewenang secara langsung oleh
Tuhan untuk mendiami, mengurus, dan mengolah dengan sebaik-baiknya
sehingga dapat dipergunakan untuk kesejahteraan seluruh umat
manusia.Tanggung jawab besar dipikul oleh manusia sebagai khalifah
dalam kaitannya dengan mengurus alam semesta sehingga dapat mengambil
manfaat dari kerja kerasnya. Dalam firman Allah:
ََُْٞٛٝ
beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-diberikan-Nyadan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
Manusia sebagai makhluk pedagogik yang memiliki potensi dapat di
didik dan mendidik sehingga memiliki tugas mulia yakni menjadi penguasa,
maka dibutuhkan ilmu pengetahuan yang cukup. Dalam hubungan ini,
pendidikan memegang peran utama untuk mencapai kesempunaan berfikir.
Tidak ada jalan lain selain melalui proses pendidikan, agar akal pikiran
dapat kembali kefitrah. Manusia dibekali fitrah, untuk membedakan yang
baik dan buruk (Munir, 2003:25).
Dengan kata lain, manusia yang dianggap khalifah Allah tidak akan
menjunjung tinggi tanggung jawab kekhalifahannya, kecuali dilengkapi
dengan potensi-potensi yang memungkinkannya mampu melaksanakan
tugasnya. Al-Qur‟an menegaskan, manusia itu memiliki karakteristik
-karakteristik unik.Atribut pertama yang penting adalah manusia dilengkapi
dengan fitrah yang dimiliki sejak lahir (Abdullah, 1994:56).
Melalui pendidikan manusia juga akan menjadi manusia yang
dimanusiakan sebagai hamba Allah yang mampu mentaati ajaran-ajaranNya.
Pendidikan adalah proses untuk menuju kedewasaan seseorang yakni
interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang mewariskan pola-pola
tingkah laku yang didasarkan pada tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu setiap situasi pendidikan harus disesuaikan dengan
tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai, materi yang akan diberikan, dan metode
yang akan dipergunakan sehingga proses belajar mengajar itu dapat
terlaksana dengan efektif dan efisien. Sementara itu, pendidikan merupakan
mengembangkan intelektual pribadi anak didik kearah kedewasaan dan
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan Islam
adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang
mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan
merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT, baik
kepada Tuhannya, sesama manusia dan sesama makhluk lainnya (Arief,
2002:41).
Sebagai salah satu komponen pokok dalam pendidikan,metode
berperan sangat penting dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, karena ia
menjadi sarana untuk menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam
kurikulum pendidikan, agar dapat dipahami oleh peserta didik, dan menjadi
pengertian yang fungsional bagi tingkah lakunya.
Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku melalui
pengalaman (Hamalik, 2011: 27). Karena merupakan sebuah proses, maka
belajar bukanlah hasil atau tujuan. Belajar terjadi sepanjang manusia
tersebut menginginkan suatu perubahan pada dirinya. Memperoleh
pengetahuan hanyalah salah satu akibat dari aktifitas belajar tersebut, dan
bukanlah belajar itu sendiri. Pengalaman yang menyebabkan terjadinya
perubahan tingkah laku seseorang diperoleh dari interaksi dengan
lingkungan. Dengan kata lain, belajar dapat diartikan pula sebagai proses
perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik,
Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah meliputi
semua aktivitas memberikan materi pelajaran kepada siswa,agar siswa
mempunyai kecakapan dan pengetahuan yang memadai yang memberikan
manfaat dalam kehidupan.Dalam proses pembelajaran bahasa selain
melibatkan pendidik dan siswa secara langsung juga diperlukan pendukung
lain yaitu: alat pelajaran yang memadai,penggunaan metode yang tepat,
serta situasi dan kondisi yang menunjang.
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun siswa tentu
mempunyai tuiuan, lebih lebih guru dalam melaksanakan tugasnya mengajar
atau melakukan kegiatan belajar mengajar harus berorientasi pada tujuan
yang telah ditentukan.Untuk itu perlu dipikirkan bagaimana metode yang
sesuai agar dalam waktu yang relatif terbatas dapat meningkatkan
pemahaman dan prestasi belajar.
Dalam proses pembelajaran di kelas terdapat keterkaitan yang erat
antara pendidik, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Dalam hal ini
pendidik mempunyai peran yang sangat dominan untuk memilih model
pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikandemi
tercapainya tujuan pendidikan. Pendidik juga harus mampu memilih metode
yang sesuai yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar,
karenapenerapan metode yang tepat akan sangat menentukan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Bahkan metode sebagai seni dalam
mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa dianggap lebih signifikan
Adapun ayat yang berkaitan dengan metode pembelajaran adalah surat
Artinya:“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmudengan hikmah dan
pelajaran yang sesuai dan bantahlah mereka dengan cara yang baik,sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Daialah yang lebih
mengetahui orang–orang yang mendapat petunjuk (Departemen
Agama, (2007: 2067).
Metode adalah suatu cara yang harus dilalui atau ditempuh guna
mencapai tujuan dengan cepat, tepat dan singkat (Fachrudin, 2006:1).
Penggunaan metode dapat memperlancar proses pembelajaran sehingga
akan tercapai tujuan yang efektif dan efisien. Dalam suatu kegiatan belajar
mengajar tidak harus menggunakan metode tertentu untuk mengajarkan
suatu materi pembelajaran, tetapi penggunaan metode lebih ditekankan pada
kebutuhan agar lebih sesuai dengan materi pelajaran. Penggunaan metode
pembelajaran harus diperhatikan adalah suasana yang tidak monoton.
Metode pembelajaran yang digunakan harus menimbulkan ke dinamisan
dalam proses pembelajaran. Seorang guru yang miskin metode
pembelajaran akan menimbulkan masalah baik bagi guru maupun siswa.
Seorang guru seharusnya memahami, mengerti dan menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai,baik dengan materi pelajaran yang diberikan
Dengan penggunaan metode yang lebih mendalam sehingga prestasi belajar
sesuai dengan tujuan instruksional.
Menurut Slamet 1988: 63, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
adalah (1) Metode mengajar, penggunaan metode yang kurang baik, akan
mempengaruhi belajar siswa yang kurang baik pula. Guru yang lama
biasanya kurang memvariasikan metode, sehingga siswa menjadi bosan dan
pasif. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang
dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar, (2) Kurikulum, diartikan
sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, (3) Relasi guru
dengan siswa,di dalam relasi yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga
akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya, sehingga siswa
mempelajari apa yang disampaikan guru dengan sebaik–baiknya, (4)
Perhatian orang tua,anak belajar perlu dorongan dan perhatian orang tua.
Selain guru, orang tua juga mempunyai peran yang sangat penting dalam
keberhasilan belajar siswa, (5) Latar belakang kebudayaan, tingkat
pendidikan atau kebiasaan di dalam keluraga mempengaruhi sikap anak
dalam belajar. Anak perlu ditanamkan kebiasaan–kebiasaan yang baik, agar
mendorong anak untuk semangat belajar.
Pengertian pendidikan seperti sekarang ini di zaman Nabi belum
lazim dipakai atau diketahui, tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh
Nabi dalam menyampaikan perintah agama dengan berdakwah,
menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih ketrampilan berbuat,
pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu telah mencakup arti
pendidikan dalam pengertian sekarang. Seperti halnya masyarakat Arab
Makkah yang tadinya kafir, musyrik, dan bertabiat buruk, atas usaha dan
kegigihan Nabi untuk mengimankan dan mengislamkan mereka kemudian
mereka berubah menjadi penyembah Allah yang taat dan berakhlak mulia.
Dengan demikian Nabi telah menjadin pendidik yang membina,
mendidik, dan mengajar kepribadian masyarakat jahiliyah secara tidak
langsung untuk membentuk pribadi muslim sesuai Al-Quran dan
keberhasilan beliau sangat diakui dunia pendidikan islam. Apa yang beliau
lakukan dalam membentuk kepribadiaan manusia yang mulia, kita
rumuskan sekarang dengan pendidikan islam. Cirinya adalah perubahan
sikap dan perilaku sesuai dengan petunjuk ajaran islam. Untuk itu perlu
adanya usaha, kegiatan, cara, alat, dan lingkungan yang menunjang.
Pendidikan merupakan persoalan yang kompleks, menyangkut semua
komponen yang terkandung di dalamnya. Pendididkan islam adalah
pendidikan yang berdasarkan Al-Qur‟an dan As-Sunnah selain mempunyai
tujuan keilmuan, juga mempuyai tujuan menjadikan manusia sebagai
khalifah yang dapat menjalankan tugasnya dengan baik ( Arief, (2002: 29).
Jadi untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dalam
ajaran islam tidak semudah membalikkan telapak tangan, oleh karena itu
perlu adanya kegigihan, kesungguhan, dan kesabaran dalam
menjalankannya serta panda-pandai dalam memilih metode yang cocok
sinilah pentingnya sebuah metode atau jalan untuk mencapai suatu tujuan
yang dikehendaki.
Dalam proses pendidikan islam,metode mempunyai kedudukan yang
sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni
dalam mentransfer ilmu pengetahuan/ materi pelajaran kepada peserta didik
dianggap lebih signifikan dibandingkan dengan materi sendiri. Sebuah
pribahasa mengatakan bahwa “ٙدلآْْْٖٛاْٚوئسطُا” (metode jauh lebih penting
dibandingkan materi), adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang
kominikatif lebih disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya materi
yang disampaikan sesungguhnya tidak menarik. Sebaliknya, materi yang
cukup baik, karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka
materi itu sendiri kurang dapat dicerna oleh peserta didik ( Arief, 2002: 39).
Hubungan anatara metode dan tujuan pendidikan merupakan
hubungan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan dapat berhasil dengan baik jika didukung
oleh pemakaian dan pemilihan metode pendidikan yang tepat. Subjek
pendidikan juga perlumemiliki kompetensi yang mahir dalam menerangkan
sehingga peserta didik dapat belajar dengan senang dan proses belajar
mengajar menimbulkan kesan yang menggembirakan. Dengan demikian
tujuan yang telah disepakati dapat tercapai.
Tujuan pendidikan Islam tidak hanya sederhana yang ingin
membentuk kepribadian manusia yang baik tetapi pendidikan Islam menitik
danakhlak.Kongres se-dunia ke II tentang pendidikan islam tahun 1980 di
Ismalabad menyatakan bahwa:Tujuan pendidikan Islam adalah untuk
mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik).
Secara menyeluruh dan seimbang dan yang dilakukan melalui latihan
jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional,perasaan dan
indera. Karena itu, pendidik hendaknya mencakup pengembangan seluruh
aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual,intelektual, imajinasi, fiksi, dan
bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua
aspek tersebut berkembang dengan kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan
terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang
sempurna kapada Allah,baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh
umat manusia (Al-Rasyidin, 2005:38).
Dari semangat kompleksnya tujuan yang akan dicapai maka
dibutuhkan juga pendekatan dan metode pendidikan yang ada dalam
Al-Qur‟an. Metode pendidikan yang disajikan di dalam Al-Qur‟an banyak
sekali varianya. Oleh karena itu, pendidik dituntut untuk dapat memilih dan
menggunakan metode yang mempertimbangkan aspek efektivitasnya dan
relevansinya dengan materi yang disampaikan,akan tetapi realita di
lapangan masih banyak sekali kendala yang dihadapi khususnya pendidik
dalam proses menyampaikan materi. Dalam penggunaan materi metode
masih sering ditemui ke tidak cocokan antara bahan ajar dengan cara
Judul ini dipilih karena kitab ini adalah kitab tafsir lengkap yang
pertama karya ulama ahli tafsir Indonesia yang diterbitkan di Indonesia.
Tafsir ini mudah dicerna oleh semua golongan masyarakat, dari para
penelitisampai para pemula. Dari pentingnya metode yang tepat dalam
menyampaikan materi dalam proses belajar mengajar sehingga
mempengaruhi keberhasilan peserta didik maka penulis terdorong
menyusun skripsi yang berjudul: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN
ISLAM TELAH DALAM SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5.
B. Rumusan Masala
1. Bagaimana prinsip-prinsip pendidikan Islam menurut para ahli?
2. Bagaimana deskripsi prinsip-prinsip pendidikan Islam telaah dalam
surat al-Alaq 1-5?
3. Bagaimana relevansi prinsi-prinsip pendidikan Islam dalam era
sekarang telaah surat al-Alaq ayat 1-5?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui prinsi-prinsip pendidikan Islam menurut ahli.
2. Untuk mengetahui deskripsi Prisip-prinsi telaah surat al-Alaq 1-5)
3. Untuk mengetahui relevansi prinsip-prinsip pendidikan telaah surat
al-Alaq 1-5)?
Manfaat dari penelitian ini adalah memberi wacana kepada pendidik
tentang metode-metode pendidikan Islam yang dapat dikaji kembali
sehingga termotivasi untuk menggunakan dalam proses belajar mengajar
baik manfaat secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis yang diperoleh dari penelitian adalah
menambah khasanah temuan penelitian baru mengenai metode
pendidikan Islam dalam Kitab Suci.
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis dari pelaksanaan penelitian ini untuk
seorang pengajar adalah dapat mengetahui dan memahami secara
benar penafsiran yang ada dalam ayat-ayat Al-Qur‟an dalam kaitannya
dengan cara pengajaran sehingga dalam proses pengajaran dapat
berjalan dengan lancar karena pemilihan metode pengajaran yang
sesuai atau cocok dengan materi yang disampaikan.
E. Metode Penelitian
1. Teknis pengumppulan data
Agar penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan , maka teknik
pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan penelitian
pustaka (library research) yaitu dengan mengkaji literature-literatur
yang berkata pengantar baik, Al-Qur‟an sumber data yang
-karya yang ditulis oleh para pakar pendidikan yang cepat mendukung
pembahasan ini.
2. Teknik analisis data
Setelah memperoleh data dari berbagai sumber sebagaimana di
atas, maka penulis melakukan pengolahan data secara deskriptif –
analitik dengan mengumpulkan data yang signifikan dengan pokok
permasalahan yang diteliti dengan menggunakan metode tafsir
maudhu‟I tentang istilah yang berkaitan dengan prinsip pendidikan.
Analisis yang dilakukan adalah pendapat para tokoh pendidikan
tentang prinsip pendidikan yang dihubungkan dengan ayat-ayat
al-Qur‟an.
F. Penelitian Terdahulu
Untuk memastikan orisinilitas kajian ini, sangat penting kiranya
pemaparan beberapa karya ilmiah yang sudah ada. Sehungga dapat menjadi
masukan kedalam kajian pustaka guna member refrensi dan mempermudah
peneliti untuk mengetahui hal-hal yang belum dibahas oleh peneliti
sebelumnya,karya-karya itu adalah sebagai berikut:
1. Skripsi Fauzan Abdullah, Fakultas Ilmu Keguruan UIN Sunnah
Kalijaga 2009, tentang Strategi Peningkatan Kulaitas Sumber Daya
Manusia Berkualitas Menurut Hasan Langgulung (Perspektif
fokos pembahasannya yaitu lebih memberatkan prinsip dan relevansi
pendidikan Islam sekarang.
2. Skripsi Chaerul Anwar, Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah 2009, yang berjudul Strategi Pendidikan Dalam
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (Studi Komparasi Atas
Pemikiran Ki Hajar Dewantara) Mengulas pendapat kedua tokoh
tersebut dan dikomplikasikan tentang pendidikan Islam. Namun
dangat berbeda dengan penelitian ini yang lebih menitik beratkan pada
prinsip-prinsip dan relevansi.
3. Skripsi Taufik, Fakultas agama Islam Unuversitas Muhammadiyah
Surakarta 2014, yang berjudul pemikiran pendidikan Islam menurut
Hasan Langgulung dalam perspektif psikologi. Menjelaskan
pendidikan Islam dari psikologisnya. Dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti yaitu berbedaan sudut pandang dari prinsip dan
relevansi pendidikan Islam sekarang.
G. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan,berisi latar belakang masalah,rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II :Kajian pustaka, berisi tentang pengertian prinsip-prinsip
Islam,prinsip-BAB III :Pemikiran prinsip-prinsip pendidikan Islam, terjemah surat
Alaq ayat 1-5, asbabul nuzul surat Alaq ayat 1-5, munasabah surat
al-Alaq ayat 1-5,tujuan pendidikan Islam secara umum
BAB IV :Analisis prinsip prinsip pendidikan Islam menurut ahli,
prinsip-prinsip pendidikan Islam dalam surat al-Alaq ayat 1-5 dan relevansi
prinsip pendidikan Islam surat al-Alaq ayat 1-5 dengan kehidupan masa
kini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Prinsip-prinsip Pendidikan Islam
Prinsip merupakan asas (kebenaran yang menjadi pokok atau dalam
berfikir, bertindak) sedangkan pendidikan merupakan suatu proses
hominisasi dengan humanisasi yang berlangsung di dalam lingkungan hidup
keluarga dan masyarakat yang berbudaya. Jadi prinsip pendidikan dapat
diartikan sebagai asas atau pokok yang menjadi dasar dalam bertindak demi
untuk tercapainya proses hominisasi dan humanisasi yang berlangsung di
dalam lingkungan hidup keluarga dan masyarakat yang berbudaya, dalam
hal ini pendidikan tersebut sesuai dengan tuntunan zaman
(Poerwadarminta, 1997: 78).
Prinsip berasal dari kata “principle” yang bermakna asal, dasar
prinsip sebagai dasar pandangan dan keyakinan seperti berpendirian,
mempuyai dasar atau prinsip yang kuat (Hassan Shadily, 1997: 447).
Jadi maksud prinsip di sini mengarah kepada pandangan, keyakinan,
pegangan, dan pendirian. Adapun “dasar” dapat diartikan “pokok, sumber,
asas atau pangkal sesuatu pendapat, ajaran atau aturan” (Departemen
Jadi yang dimaksud dasar disini bermakna pokok, asas atau pangkal
suatu pemikiran selanjutnya. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
prinsip bermakna pandangan, pegangan, keyakinan, dan pendirian.
Menurut Hasan Langgulung, bahwa al-quran dan as-sunah merupakan
sumber nilai yang paling utama. Sebagai sumber asal, al-quran mengandung
prinsip-prinsip yang masih bersifat global, sehingga dalam pendidikan Islam
terbuka adanya unsur ijtihad dengan tetap berpegang pada nilai-nilai dan
prinsip dasar al-quran dan as-sunah dengan demikian, sumber nilai yang
menjadi dasar pendidikan Islam adalah al-quran dan as-sunah serta hasil
ijtihad. Didalam sumber tersebut banyak sekali nilai fundamental yang
dapat dijadikan dasar pelaksanaan pendidikan Islam. Nilai-nilai itu adalah :
1. Tauhid
2. Kemanusiaan
3. Keseimbangan
4. Kesatuan Umat Manusia
5. Rahmatallilalamin (Ahmad Sudja‟ie, 1999: 44).
Dalam hal prinsip ini M. Arifin lebih mengistilahkan dengan
pandangan dasar dan pola dasar pendidikan Islam sebagaimana
dikemukakan di atas. Lebih tegas dia menyatakan bahwa sistem pendidikan
Islam harus berkembang dari pola dasarnya yang akan membentuknya
menjadi pendidikan yang bercorak dan berwatak serta berjiwa Islam.
dasar agama yang memberikan ruang lingkup dan peluang
perkembangannya proses pendidikan Islam. Dalam kerangka itu harus
dipahami falsafah pendidikan Islam yang menjadikanya dasar sekaligus
mengarahkannya. Dalam permasalahan filosofis, pola dasar pendidikan
Islam itu mengandung pandangan Islam tentang prinsip-prinsip kehidupan
manusia sebagai pribadi dan prinsip- prinsip kehidupannya sebagai makhluk
sosial. Dalam hal ini tugas falsafah pendidikan secara umum dapat
disimpulkan sebagai berikut (M. Arifin, 1996:30)
Pada prisipnya Islam memandang bahwa segala fenomena alam ini
adalah hasil penciptaan Allah SWT dan tunduk pada hukum-hukum
mekanisme-Nya sebagai sunnatullah. Oleh karenanya, manusia harus
dididik agar mampu mengerti, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai
dalam hukum Allah SWT. Di sinilah prinsip manusia harus beriman dan
bertaqwa kepada Penciptanya.
Prinsip yang memandang manusia sebagai makhluk yang paling
mulia, karena memiliki harkat dan martabat yang terbentuk dari
kemampuan-kemampuan kejiwaannya yakni akal budinya menjadi tenaga
penggerak yang membedakan dari makhluk lainnya. Di sinilah Islam
meletakkan posisi manusia sebagai khalifah yang akan mewarisi dan
mengembangkan kehidupan di bumi dengan sebaik-baiknya.
Prinsip selanjutnya adalah pandangan Islam bahwa manusia bukan
memandang manusia bukan saja sabagai individu melainkan juga anggota
masyarakat. Ini berarti manusia di samping individu sekaligus masyarakat
yaitu dalam Islam kedudukan nilai-nilai ini banyak diatur kearah pola
keserasian dan keseimbangan.
Prinsip moralitas yang memandang bahwa manusia itu adalah pribadi-
pribadi yang mampu melaksanakan nilai-nilai moral agama dalam
kehidupannya. Di sini jelas agar nilai-nilai kehidupan tidak menyimpang
dari fitrah Allah yang mengandung nilai-nilai agama Islam yang harus
menjadi dasar dalam proses pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat.
Dengan demikian mengenai prinsip pendidikan Islam yang diistilahkan pola
dasar inilah yang akan membentuk dan mewarnai sistem pendidikan Islam.
Ia adalah pemikiran konseptual yang berorientasi kepada nilai-nilai
keimanan, nilai-nilai kemanusiaan baik sebagai individu maupun sosial serta
nilai-nilai moral yang secara terpandu membentuk dan mewarnai pembinaan
dan pengembangan pendidikan Islam (M. Arifin, 1996:31).
Pandangan Islam yang bersifat filosofi terhadap alam jagat, manusia,
masyarakat, pengetahuan, dan akhlak, secara jalas tercermin dalam prinsip-
prinsip pendidikan Islam. Dalam pembelajaran, pendidikan merupakan
fasilitator. Ia harus mampu memperdayagunakan beraneka ragam sumber
belajar. Dalam memimpin proses proses pembelajaran, pendidik perlu
memperhatikan prinsip- prinsip dalam pendidikan Islam dan senantiasa
bersama-sama dengan peserta didik. Adapun yang menjadi prinsip-prinsip
pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Integral dan Seimbang
a) Prinsip Integral
Pendidikan Islam tidak mengenal adanya pemisahan
antara sains dan agama. Keduanya harus terintegrasi secara
harmonis. Dalam ajaran Islam, Allah adalah pencipta alam
semesta termasuk manusia. Allah pula yang menurunkan
hukum-hukum untuk mengelola dan melestarikannya.
Hukum-hukum mengenai alam fisik disebut sunnatullah, sedangkan
pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia
telah ditentukan pula dalam ajaran agama yang disebut dinullah
yang mencakup aqidah dan syariah. Dalam ayat Al-Qur‟an yang
pertama kali diturunkan, Allah memerintahkan agar manusia
untuk membaca yaitu dalam Q.S Al-„alaq ayat 1-5. Dan
ditempat lain ditemukan ayat yang menafsirkan perintah
membaca tersebut, seperti dalam
firman Allah Q.S Al- Ankabut:
ٱْۡر
Artinya: “bacalah apa yang telah di wahyukan kepadamu, yaitu
al kitab (Al-Qur’an)(Q.S Al-Ankabut: 45) (Departeman
Di sini, Allah memberikan penjelasan bahwa Al-Qur‟an
yang harus di baca. Ia merupakan ayat yang diturunkan Allah
(ayat Tanziliyah, qur‟aniyah) selain itu, Allah memerintahkan
agar manusia membaca ayat Allah yang berwujud
fenomena-fenomena alam (ayat kauniyah, sunnatulah) antara lain:
َُِْه
Artinya:”katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan
di bumi” (Q.S Yunus : 101) (Departeman Agama RI, 2005: 295).
Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa Alah
memerintahkan agar manusia membaca Al-Qur‟an (ayat-ayat
qur‟aniyah) dan fenomena alam (ayat kauniyah) tanpa
memberikan tekanan terhadap salah satu jenis ayat yang
dimaksud. Hal itu berarti bahwa pendidikan Islam harus
dilaksanakan secara terpadu (integral) (Ramayulis dan Samsul,
2009: 100).
b) Prinsip Seimbang
Pendidikan Islam selalu memperhatikan
keseimbangan di antara berbagai aspek yang meliputi
keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara ilmu dan
amal, urusan hubungan dengan Allah dan sesama manusia,
hak dan kewajiban. Keseimbangan antara urusan dunia
Rasul diutus Allah untuk mengajar dan mendidik manusia
agar mereka dapat meraih kebahagiaan kedua alam itu.
Implikasinya pendidikan harus senantiasa diarahkan untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal ini senada
dengan firman Allah swt:
َْٝٱ
anugerahakan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan jangan lah kamu melupakan
kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi”.
(Q.S Al-Qosos: 77) (Departeman Agama RI, 2005: 556).
Dalam dunia pendidikan khusunya dalam
pembelajaran, pendidikan harus memperhatikan
keseimbangan dengan menggunakan pendekatan yang
relevan. Selain mentranfer ilmu pengetahuan, pendidik
harus mengkondisikan secara bijak dan professional agar
peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu yang telah
didapat di dalam maupun di luar kelas (Ramayulis,
2009:102).
2. Prinsip bagian dari proses Rububiyah
Al-qur‟an menggambarkan bahwa Allah adalah Al-Khaliq, dan
Rabb Al-Amin (pemeliahara semesta alam). Dalam proses penciptaan
alam semesta termasuk manusia. Allah menampakkan proses yang
di kenal sebagai aturan-aturan yang diterapkan Allah atau di sebut
sunnatullah. Sebagaimana Al-kailani yang dikutip oleh bukhari umar
dalam bukunya menjelaskan, bahwa peranan manusia dalam
pendidikan secara teologis dimungkinkan karena posisinya sebagai
makhluk, ciptaan Allah, yang paling sempurna dan dijadikan sebagai
khalifatullah. Sebagai khalifah, manusia juga mengemban fungsi
Rubbubiyah Allah terhadap alam semesta termasuk diri manusia
sendiri. Dengan keseimbangan tersebut dapat dikatakana bahwa
karakter hakiki pendidikan Islam pada intinya terletak pada fungsi
rububiyah Allah secara praktis dikuasakan atau diwakilkan kepada
manusia. Dengan kata lain, pendidikan Islam tidak lain adalah
keseluruhan proses dan fungsi rububiyah Allah terhadap manusia,
sejak dari proses penciptaan sampai dewasa dan sempurna (Ramayulis
dan Samsul, 2009:103).
3. Prinsip membentuk manusia yang seutuhnya
Manusia yang menjadi objek pendidikan Islam ialah manusia
yang telah tergambar dan terangkum dalam Al-Qur‟an dan Hadits.
Potret manusia dalam pendidikan sekuler diserahkan pada
orang-orang tertentu dalam masyarakat atau pada seseorang-orang individu karena
kekuasaannya, yang berarti diserahkan kepada angan-angan seseorang
atau sekelompok orang. Pendidkan Islam dalam hal ini merupakan
usaha untuk mengubah kesempurnaan potensi yang dimiliki oleh
hidupnya. Dengan demikian fungsi pendidikan Islam adalah menjaga
keutuhan unsur-unsur individual peseta didik dan mengoptimalkan
potensinya dalam garis keridhaan Allah. Prinsip ini harus
direalisasikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Pendidik
harus mengembangkan baik kecerdasan intelektual, emosional
maupun spiritual secara simultan (Ramayulis, 2009: 104).
4. Prinsip selalu berkaitan dengan agama
Pendidikan Islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk
menumbuhkan dan memantapkan kecenderungan tauhid yang telah
menjadi fitrah manusia. Agama menjadi petunjuk dan penuntun
kearah itu. Oleh karena itu, pendidikan Islam selalu
menyelenggarakan pendidikan agama. Namun, agama di sini lebih
kepada fungsinya sebagai sumber moral nilai. Sesuai dengan ajaran
Islam pula, pendidikan agama Islam bukan hanya mengajarkan
ilmu-ilmu sebagai materi, atau keterampilan sebagai kegiatan jasmani,
melainkan selalu mengaitkan semuanya itu dengan kerangka praktik
yang bermuatan niali dan moral. Jadi pengajaran agama dalam Islam
tidak selalu dalam pengertian (ilmu agama) formal, tetapi dalam
pengertian esensi ya yang bisa saja berada dalam ilmu-ilmu lain yang
sering dikategorikan secara tidak proporsional sebagai ilmu sekuler.
5. Prinsip Terbuka
Dalam Islam diakui adanya perbedaan manusia. Akan tetapi,
karena itu, pendidikan Islam pada dasarnya bersifat terbuka,
demokratis, dan universal. Keterbukaan pendidikan Islam ditandai
dengan kelenturan untuk mengadopsi unsur-unsur positif dari luar,
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakatnya, dengan
tetap menjaga dasar-dasarnya yang original (shohih), yang bersumber
pada Al-Qur‟an dan Hadist.
6. Menjaga perbedaan individual
Perbedaan individual anatara seorang manusia dengan orang lain
di kemukakan al-qur‟an sebagai berikut:
َِْٖۡٓٝ
Artinya:“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanya ialah
menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang mengetahui”. (Q.S Ar-rum: 22)
(Departeman Agama RI, 2005: 573).
Perbedaan-perbedaan yang dimiliki manusia melahirkan
perbedaan tingkah laku karena setiap orang akan berbuat sesuai
dengan keadaannya masing-masing.
7. Prinsip Pendidikan Islam Adalah Dinamis
Pendidikan Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku
dalam tujuan, kurikulum dan metode-metodenya, tetapi berupaya
untuk selalu memperbaharui diri dan berkembang sesuai dengan
memberikan respon terhadap kebutuha-kebutuhan zaman dan tempat
dan tuntutan-tuntutan perkembangan dan perubahan ssosial. Hal ini
sesuai dengan prinsi-prinsip pendidikan Islam yang memotifasi untuk
hidup dinamis.(Ramayulis dan Samsul, 2009:105)
B. Landasan Prinsip-prinsip Pendidikan Islam
1. Prinsip memberikan suasana kegembiraan
Prinsip ini dapat dijabarkan dari sabda Nabi Muhammad SAW.
Kepada sahabat beliau, yang diutus untuk melakukan dakwah kepada
gubernur Romawi di Damaskus, yaitu mu‟azd jabbal dan musa al
-Artinya:“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu”. (Q.S Al-Baqarah: 185) (Departeman Agama RI, 2005: 35).
a) Prinsip memberikan layanan dan santunan dengan lembut
Dalam Firman Allah :
ْۡحَزْبَِٔجَك
itu”. (Q.S. Ali Imran: 159) (Departeman Agama RI, 2005: 90).
b) Prinsip kebermaknaan bagi peserta didik
Allah berfirman:
Artinya:“Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan
perkataanmu sehingga apabila mereka keluar darei sisimu orang-orang berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat nabi) :
“apakah yang di katakannya tadi? “ mereka itulah
orang-orang yang di kunci mati hati mereka oleh Allah
dan mengikuti hawa nafsu mereka”(Q.S Al-Muhammad: 16) (Departeman Agama RI, 2005: 733).
c) Prinsip komunikasi terbuka
Guru mendorong manusia didik untuk membuka diri
terhadap segala hal atau bahan-bahan pelajaran yang di sajikan
mereka, sehingga mereka dapat menyempurnakan menjadi
bahan apresepsi dalam pikirannya. Dalam kitab suci Al-Qur‟an
terdapat banyak firman Allah yang mendorong manusia untuk
membuka hati dan pikiranya, perasaanya, pendengarannya, dan
penglihatannya untuk menyerap pesan-pesan yang di firmankan
Allah kepada mereka, sehingga apa yang mereka serap sebagai
pesan-pesan itu akan diminta pertanggung jawabannya di
hadapannya.
Minat dan perhatian anak didik harus di arahakan kepada
bahan-bahan pengetahuan yang baru bagi mereka. Dalam ajaran
Islam terdapat prinsip pembaharuan dalam belajar, baik tentang
fenomena-fenomena alamiah maupun fenomena yang terdapat
dalam diri mereka sendiri. Seperti studi tentang alam sekitar
yang mengandung ilmu-ilmu baru. Firman Allah yang
mendorong manusia untuk menciptakan ilmu-ilmu alam dan
biologi serta psikologi tersebut dalam al-qur‟an sebagai berikut:
ِْْٜۡ٣ِسَُ٘ظ
Artinya:”Kami akan memperlihatkan pada mereka tanda-tanda
(kekuasaan) kami disegala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa
al-qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa
sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala
sesuatu?” (QS.Al-Fusilat:53) (Departeman Agama RI, 2005: 689).
e) Prinsip memberikan model perilaku yang baik
Anak didik dapat memperoleh contoh bagi perilakunya
melalui pengamatan dan peniruan yang tepat guna dalam proses
belajar mengajar, misalnya sep[erti firman Allah SWT:
ْۡدَوَُّ
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hariAl-C. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Secara Umum
Menganai prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam dapat di tinjau dari
beberapa aspek dalam perumusan prinsip tersebut yaitu:
1. Pendidikan Islam tidak mengenal antara pemisahan pendidikan sains
dengan agama.
2. Pandangan Islam yang menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan
mewujudkan adanya keseimbangan.
3. Pendidikan Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku dalam
tujuan-tujuan, kurikulum dan metode-metodenya, tetapi berupaya
untuk selalu memperbaharui diri dan berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman.
4. Pendidikan Islam hendaknya meliputi seluruh aspek kepribadian
manusia dan melihat manusia dengan pandangan yang menyeluruh
dari aspek jiwa, badan dan akal, sehingga pendidikan Islam mampu di
arahkan pada pendidikan jasmani, pendidikan jiwa dan pendidikan
akal.
D. Pemikiran Prinsip-prinsip Pendidikan Islam
1. M. Athiyah Al-Abrasyi
Mengemukakan bahwa arah tujuan yang mencerminkan prinsip
pendidikan Islam (1) budi pekerti adalah jiwa pendidikan Islam, (2)
manfaat, (4) mempelajari ilmu sampai kepada hakikat kebenaran ilmu
yang membawa kepada kesempurnaan akhlak dan (5) pendidikan
jasmani, kejujuran dan kecakapan untuk memenuhi kehidupan. Dari
sini dinyatakan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan ideal
dengan memperhatikan prinsip-prinsip (1) kebebasan, demokrasi, dan
persamaan dalam pendidikan, (2) pembentukan akhlak mulia tujuan
utamanya,(3) menyampaikan materi sesuai dengan akal dan
kemampuannya, (4) pendidikan Islam adalah pendidikan yang bebas
dan terbuka, (5) pendidikan Islam memperhatikan aspek individu,
dalam kemampuannya dan kesanggupannya, (6) memperhatikan
pembawaan, insting, dan bakat seseorang, (7) mencintai ilmu dan
menyediakan diri untuk belajar, (8) mengembangkan kemampuan
berpikir dan berbicara, (10) mengembangkan pendidikan manusiawi,
persuasif dan halus, (11) mengembangkan pendidikan menyeluruh
(universal) bagi rakyat-masyarakat (12) mengembangkan
perpustakaan untuk merangsang terus belajar, membaca dan meneliti
(13) pemberian tanggung jawab (Jabatan) merupakan proses
pendidikan. Dengan demikian pendidikan Islam sangat ideal terutama
memperhatikan kebersamaan, pengembangan diri, masyarakat,
menggalakkan ilmu, dilakukan secara manusiawi, menyeluruh dan
selalu berupaya meningkatkannya (M. Athiyah Al-Abrasy, 1970:
1-23).
Prinsip-prinsip dasar pendidikan Islam adalah aspek-aspek
fundamental yang menggambarkan dasar dan tujuan pendidikan Islam,
sehingga ia membedakannya dengan pendidikan non-Islam.
Prinsip-prinsip pendidikan Islam itu meliputi (1) Pendidikan Islam adalah
bagian dari proses rububiyah Tuhan (2) Pendidikan Islam berusaha
membentuk manusia seutuhnya (3) Pendidikan Islam selalu berkaitan
dengan agama (4) Pendidikan Islam merupakan pendidikan terbuka.
Dari sini jelas prinsip pendidikan Islam sekaligus merupakan
arah-tujuan yang ingin dicapai dalam pendidika Islam (Maksum, 1999:
28-31).
3. Menurut M. Chobib Thoha
Menyatakan bahwa ketika Allah memperkenalkan misi manusia
untuk mendiami bumi dengan menjadikannya sebagai khalifah di
bumi, yaitu misi khalifah bukan penguasaan manusia atas manusia
melaikan juga tugas kependidikan sebagai konsekuensi tanggung
jawab intelektual untuk menegakkan kebenaran. Karena itu, prinsip
pendidikan Islam bukan bertujuan untuk meleburkan sifat dan potensi
insani ke dalam sifat dan potensi malakiah (sifat malaikat), melainkan
justru merupakan proses pemeliharaan dan penguatan sifat dan potensi
insani sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dan kebenaran.
Berdasarkan hal itulah maka dikemukakan bahwa prinsip-prinsip
pendidikan Islam adalah (1) Pendidikan Islam sebagai proses kreatif
kebebasan untuk memilih dan (4) Pendidikan berwawasan nilai
(M.Chobib Thoha, 1996:32-35).
4. Muhammad Munir Mursi
Menurut munir prinsip pendidikan Islam ini (kalau dicermati)
diistilahkannya dengan asas-asas pendidikan Islam yang terdiri dari :
a. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bersifat sempurna,
yaitu mencakup seluruh aspek kemanusiaan baik jasmani
maupun rohani dan akal.
b. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang seimbang antara
kehidupan dunia dan akhirat.
c. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bersifat pengalaman,
tidak cukup hanya sekedar perkataan saja tetapi menurut
pengalaman (rukun Islam, semua menuntut pengalaman bukan
saja Islam melainkan juga perbuatan).
d. Pendidikan Islam bersifat pribadi dan masyarakat. Dikatakan
pribadi karena berdasarkan keutamaan pribadi menjadi sumber
kebaikan dalam masyarakat. Islam mendidik pribadi agar
bermasyarakat. Setiap muslim adalah pemimpin dan
bertanggung jawab atas kepemimpinannya.
e. Pendidikan Islam adalah pendidikan mengembangkan fitrah
manusia. Setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah, tidak
mengetahui apa-apa dan sangat tergantung dengan pengaruh
f. Pendidikan Islam berlangsung terus menerus sepanjang
kehidupan manusia.
g. Pendidikan Islam berlaku untuk seluruh umat manusia dengan
kata lain pendidikan Islam bukan kasus untuk bangsa arab saja
melainkan meliputi seluruh umat manusia.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa prinsip pendidikan
Islam adalah mencakup pendidikan Islam sebagai pendidikan yang
sempurna, menerapkan keseimbangan, menekankan perbuatan
disamping perkataan, mengembangkan fitrah manusia,
mengembangkan dan mengarahkan kebaikan pribadi dan masyarakt,
berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan manusia, dan bersifat
menyeluruh bagi semua umat manusia (Muhammad Munir Mursi,
(1977:21)
5. Zakiah Daradjat
Ketika membicarakan ilmu pendidikan Islam mengawali
pembahasaannya mengenai pandangan Islam terhadap manusia
menyatakan bahwa pembahasan pendidikan Islam tidak mungkin
melepaskan diri dari objek sasarannya, yaitu manusia yang harus
dibicarakan secara filosofis menurut pandangan Islam. Dalam hal ini
dinyatakan bahwa manusia adalah makhluk Allah dan Dia berserta
alam semesta bukanlah lahir dengan sendirinya, melainkan diciptakan
dengan prinsip pendidikan Islam yang dapat dilihat pada tiga aspek
yaitu :
a. Manusia sebagai makhluk yang mulia karena memiliki akal dan
perasaan, ilmu pengetahuan dan dengan akal pengetahuannya
mampu membentuk kebudayaan.
b. Manusia sebagai khalifah yang akan memelihara, mengolah dan
mengurus alam semesta termasuk manusia yang dilakukan
secara sadar dan bertanggung jawab.
c. Manusia sebagai makhluk pedagogik yang memiliki dan
membawa potensi-potensi yang dapat dididik dan mendidik
sesuai dengan hakikat kemanusiaan dan ajaran Islam (Zakiyah
Daradjat, 1992: 1-18).
E. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam dalam surat Al-alaq
1. Sederhana
Sederhana artinya berlaku sedang, di pertengahan, sehingga
tidak terdapat kesenjangan, sedap dan manis dipangan, enak di dengar.
Misalnya dalam hal makan, tidak terlalu kenyang dan tidak
kelewat sedikit. Inilah caranya makan minum Nabi kita. Bila
berpakaian, tidak terlalu mewah, dan tidak pula terlalu buruk. Inilah
cara pakaiannya sahabat umar bin khatabb. Sederhana dalam
membelanjakan harta seperti firman Allah: (surat al-furqon ayat 67).
Hidup Sederhana akan menjadikan hidup kita lebih bersahaja.
Hidup sederhana pula akan menghindarkan dai kebiasaan boros serta
sombong. Hidup sederhana bukan berarti hidup dengan serba
kekurangan. Tetapi hidup yang sederhana adalah hidup yang tidak
berlebih-lebihan tetapi tidak kekurangan. Orang memiliki kehidupan
sederhana akan mengambil yang telah menjadikan haknya, tidak akan
mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya. Karena orang yang
hidup sederhana tidak akan memiliki sifat yang serakah (Vincent
Purnomo, 2011:118).
Al-ghazali berkata: “semua manusia itu dalam kerugian, kecuali
orrang yang berilmu, orang berilmu juga rugi kecuai ia beramal, orang
beramal juga rugi, kecuali ia ikhlas dan orang yang ikhlas pun berad
di pinggir jurang. Sebab ikhlas itu dalam hati, sedangkan hati itu
mudah sekali bolak-baliknya seperti air sedang mendidih. Lihatlah air
mendidih, goyang terus tak ada diamnya. Barangkali begitu pulalah
hati, selalu goyang, goncang tak tetap tak punya pendirian. Begitulah
sulitnya menjaga ikhlas. Tapi kalau izin Allah, tentu mudah bagi siapa
yang dimudahkan-Nya dan dikehndakinya-Nya.‟‟
2. Ikhlas
Mengenai ikhlas ini banyak firan Allah menjelaskan dan sabda
Nabi SAW,. Kemudian definisi dari para ulama. Kesemuanya itu,
kami simpulkan dalam satu rangkuman kalimat: ikhlas ialah, bekerja
selain-Nya. Jadi, beramal bukan karena memacu popularitas, ria, pujian dan
sanjungan, balas jasa dan sebagainya (Mahyudi Ibrahim,
1990:170-171).
Ikhlas adalah suatu pekerjaan yang bersih dari maksud lain.
Amal ibadah dilakukannya hanya karena Allah semata. Tidak
menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi.
Konsentrasinya hanya satu, yakni bagaimana agar apa yang
dilakukannya diterima Allah SWT. Tidak terjebak pada
rekayasa-rekayasa. Karen Allah sama sekali tidak membutuhkan rekayasa apa
pun dari manusia. Dia maha tahu segalanya! Semakin jernih, semakin
bening, dan semakin bening, dan semakin bersih segala apa yang kita
lakukan atau semakin bersih segala apa yang kita lakukan atau
semakin seluruh aktifitas ditunjukan semata-semata karena Allah,
maka kekuatan Allahlah yang akan menolong. Buah dari keikhlasan
adalah ketentraman jiwa, ketenangan batin. Ini disebabkan karena dia
tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian,
penghargaan, atau diberi imbalan. Karena itu biasakanlah kalau
berbuat sesuatu kebaikan, kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja
di sisi Allah yang pasti aman. Jangan pula disebut-sebut, diingat-ingat,
nanti berkurang pahalanya (Abdullah Gymnastiar, 2001:73).
Menurut Al-Qusyairi Ikhlas berarti menjadikan Allah sebagai
sifat memperoleh pujian ataupun penghormatan dari manusia.
Ataupun konotasi kehendak selain taqarrub kepada Allah semata.
(Al-Allamah Al-Arif bin Allah Abi Al-Qasim Abdd Al-Karim (Abdullah
Gymnastiar, 2001:75).
3. Menuntut ilmu tanpa mengenal batas usia
Pendidikan seumur hidup tergambar secara implisit dalam surat
al-alaq yaitu tidak ada batasan yang kongkrit tentang kapan seseorang
harus memulai belajar dan sampai kapan. Tuhan hanya menjelaskan
bahwa manusia harus membaca dan belajar. Dengan demikian,
manusia perlu belajar sampai ajalnya tiba didalam surat al-alaq, tuhan
menginformasikan hasil kejadian manusia dari „alaq‟ dan setelah
diajari, mereka memperoleh ilmu pengetahuan (Erwati Aziz,
2003:29).
Agama Islam sangat memperhatikan pendidikan untuk mencari
ilmu pengetahuan karena dengan ilmu pengetahuan manusia bisa
berkarya dan berprestasi serta dengan ilmu, ibadah seserorang menjadi
sempurna. Begitu pentingnya ilmu, Rasulullah SAW mewajibkan
umatnya agar menuntut ilmu baik laki-laki maupun peempuan. Umat
Islam wajib menuntut ilmu yang selalu dibutuhkan setiap saat. Ia
wajib shalat, berarti wajib pula mengetahui ilmu tentang sholat.
Diwajibkan puasa, zakat, haji dan sebagainnya. Berbarti wajib pula
mengetahui ilmu yang berkaitan dengan puasa, zakat, haji, dan
ilmu berarti manusia mengetahui mana yang harus dilakukan mana
yang tidak boleh seperti berdagangan, batas-batas mana yang boleh
diperbuat dan mana yang dilarang. Menuntut ilmu tidak hanya terbatas
pada hal-hal keakhiratan saja tetapi juga tentang keduniaan. Jelaslah
kunci utama keberhasilan dan kebahagiaan, baik didunia maupun di
akhirat adalah ilmu.
Rasulullah bersabda :
ِْْٚ٤ََِؼَكْبََُْٔٛداَزأْ ََْْٖٓٝ،ِّْبِؼُْْبِثِْْٚ٤ََِؼَكَْحَسِخآلاَداَزأْ ََْْٖٓٝ،ِّْبِؼُْبِثِْْٚ٤ََِؼَكْبَ٤ُّْْٗدُادْاَزأْ َْٖٓ
ْ
ِِِْْْؼُْْبِث
Artinya:“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia maka
dengan ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat maka dengan ilmu, dan barang siapa yang menghendaki keduanya (kehidupan dunia
dan akhirat) maka dengan ilmu”.
Untuk kehidupan dunia kita memerlukan ilmu yang dapat
menopang kehidupan dunia, untuk persiapan di akhirat. Kita juga
memerlukan ilmu yang sekiranya dapat membekali kehidupan akhirat.
Dengan demikian, kebahagiaan di dunia dan di akhirat sebagai tujuan
hidup InsyaAllah akan tercapai. Untuk memperoleh pengetahuan,
perlu ada usaha. Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah meminta
umat Islam agar menuntut ilmu walaupun ke negeri cina.
Dianjurkannya memilih negeri cina pada saat itu, karena kemungkinan
peradaban cina sudah maju di lain hadist Rasulullah juga menegaskan
bahwa menuntut ilmu itu tidak mengenal batas usia :
Artinya: “tuntutlah ilmu mulai dari buaian sampai liang lahat”.
Selanjutnya dijelaskan oleh Rasulullah bahwa para malaikat
membentangkan sayap-sayapnya kepada orang-orang yang menuntut
ilmu karena senangnya. Begitu pentingnya ilmu pengetahuan bagi
seseorang sehingga malaikat bangga dengannya. Disamping itu, para
penuntut ilmu dijanjikan oleh Rasullulah SAW akan diberikan
kemudahan jalan kesurga.
Seperti hadits dibawah ini :
ِْخَّ٘جُاْ٠َُإْبًّوْ٣ِسَغَُُُْْٚاللهََََّْٜظْ,بًِِّْٔػِْْٚ٤ِكُْطَِٔربَ٣ْبًّوْ٣ِسَغَْيََِظْ َْٖٓ
Artinya:“barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu
maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”.
(H.R Muslim). (Abdurrahman abdullah, 2001:77).
4. Metode Pembiasaan dan pengamalan
Pembiasaan dan pengamalan merupakan salah satu metode yang
diisyaratkan oleh Al-quran. Latihan dan ulangan yang merupakan metode
praktis untuk menghafalkan sesuatu ajaran termasuk dalam metode ini.
Didalam surat al-alaq metode ini disebut secara implisit, yakni secara
turunnya wahyu pertama (ayat1-5) jibril menyuruh nabi menguncapkan kata
iqra‟ (bacalah) dan nabi menjawab (saya tidak bisa membaca), lalu jibril
ini terulang sampai tiga kali. Kemudian jibril membacakan ayat satu sampai
lima dan mengulanginya sampai beliau hafal dan tidak lupa lagi apa yang
disampaikan jibril tersebut. Metode pembiasaan dan pengulangan yang
digunakan Allah dalam mengajar rasulnya amat efektif sehingga apa yang
disampaikan kepadanya langsung tertanam dengan kuat di dalam kabulnya.
Inti pembiasaan sebenarnya adalah pengulangan terhadap segala sesuatu
yang dilaksanakan atau yang diuncapkan oleh seseorang. Hampir semua ahli
pendidikan sepakat untuk membenarkan pembiasaan sebagai salah satu
upaya pendidikan. Pembiasaan merupakan teknik pendidikan yang jitu,
walaupun ada kritik terhadap metode ini karena cara ini tidak mendidik
siswa untuk menyadari dengan analisis apa yang dilakukan. oleh karena itu
pembiasaan harus mengarah kepada kebiasaan yang baik (Anis ma‟shumah,
BAB III
PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM
TELAH DALAM SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5
A. Pemikiran prinsip–prinsip pendidikan Islam menurut ahli
5. M. Athiyah Al-Abrasyi
Mengemukakan bahwa arah tujuan yang mencerminkan prinsip
pendidikan islam (1) budi pekerti adalah jiwa pendidikan islam, (2)
memperhatikan agama dunia sekaligus, (3) memperhatikan segi- segi
manfaat, (4) mempelajari ilmu sampai kepada hakikat kebenaran ilmu
yang membawa kepada kesempurnaan akhlak dan (5) pendidikan
jasmani, kejujuran dan kecakapan untuk memenuhi kehidupan. Dari
sini dinyatakan bahwa pendidikan islam adalah pendidikan ideal
dengan memperhatikan prinsip- prinsip (1) kebebasan, demokrasi, dan
persamaan dalam pendidikan, (2) pembentukan akhlak mulia tujuan
utamanya,(3) menyampaikan materi sesuai dengan akal dan
kemampuannya, (4) pendidikan islam adalah pendidikan yang bebas
dan terbuka, (5) pendidikan islam memperhatikan aspek individu,
dalam kemampuannya dan kesanggupannya, (6) memperhatikan
pembawaan, insting, dan bakat seseorang, (7) mencintai ilmu dan
menyediakan diri untuk belajar, (8) mengembangkan kemampuan
berpikir dan berbicara, (10) mengembangkan pendidikan manusiawi,
persuasif dan halus, (11) mengembangkan pendidikan menyeluruh