• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISALAM TELAAH DALAM SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISALAM TELAAH DALAM SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5 SKRIPSI"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISALAM TELAAH

DALAM SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

oleh

RIDWAN KHAERUDIN

NIM 111 12 079

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM TELAAH DALAM

SURAT AL-ALAQ AYAT1-5

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

oleh

RIDWAN KHAERUDIN

NIM 111 12 079

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

ٱ

ْْ٣ِرَُّ

ََُْْْٝاَُٞ٘ٓاَءَْٖ

ْْْْ

َِْْ٣

ْ ُٞعِج

ْ َٔ٣ِإْْا

ُْظِثَُْْٜ٘

ِْْ

ْ َُُْٝأٍْْ

ََُُُْْْٜيِئ

ٱ

َْ ۡل

ْْٓ

َُُُّْْْْْٜٖٓٛٝ

َُْٕٝدَز

ْ

“Orang

-orang yang beriman dan tidak

mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman

(syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan

mereka itu adalah orang-orang yang mendapat

petunjuk”.

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Orang tua tercinta, yaitu Bapak Suluri dan Ibu Suginah yang telah

merawat, mendidik putra-putrinya dengan tulus ikhlas, dan mencukupi

kebutuhan moril dan materil serta membimbing, memotivasi dan

memohonkan kemudahan bagi penulis dalam setiap doanya. Sungguh

merupakan pengorbanan yang tak terhitung nilainya dan tak terbalas bagi

penulis. Semoga Bapak dan Ibu senantiasa selalu dalam perlindungan,

keridhaan, dan keberkahan Yang Maha Kuasa. Tanpa dukungan Bapak

dan Ibu tiada hal yang penulis Raih kecuali hanya untuk kebahagiaanya

di dunia maupun di akhirat.

2. Kedua saudara Khuswatun dan Udin yang selalu menjadi penyemangat

bagi penulis demi tercapainya cita-cita yang diinginkan oleh kedua orang

tua.

3. Bapak Kyai Nur Salim Mawardi dan ahlul baitnya yang selalu penulis

tunggu Barokah Doa dan Ilmunya.

4. Teman-teman Santri pondok pesantren An-Nibros Al-Hasyim senasib

seperjuangan menjadi motivasi didalam kehidupan.

5. Teman-teman PAI angakatan 2014 yang telah menjadi teman

seperjuangan menuntut ilmu di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

atas berkat rahmat, ridha dan inayah-Nya jualah sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: “Nilai-Nilai Pendidikan

Tauhid Dalam Kitab Jawahirul Kalamiyah Karya Syekh Thahir bin Saleh

Al-Jazairi”. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan baginda

Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang telah membawa petunjuk kebenaran untuk seluruh umat manusia, yang kita

harapkan syafa‟atnya di akhirat kelak.

Pada kesempatan ini, dengan penuh kerendahan hati peneliti haturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhurmat:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN

telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan

waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB ... xiv

ABSTRAK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Metode penelitian ... 13

F. Penelitian terdahulu ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 15

(12)

A. Pengertian Prinsip-prinsip Pendidikan Islam ... 17

B. Landasan Prinsip-prinsip Pendidikan Islam ... 27

C. Prinsip–prinsip Pendidikan Islam Secara Umum ... 30

D. Pemikiran Prinsip-prinsip Pendidikan Islam ... 31

E. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam dalam surat Al-alaq……. 35

BAB III Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Telaah dalam Surat Al-Alaq ayat 1-5 A. Prinsip-prinsip Menurut Ahli ... 42

1. M.Athiyal al-Abrasyi ... 42

2. Maksum… ... 43

3. M.Chobib Thoha ... 43

4. Muhammad Munir Mursi………. 44

5. Zakiyah Dradjat……… ... 46

BAB IV ANALISIS PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5 A. Analisis Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Menurut Para Ahli ... 56

B. Relevansi Prinsip Pendidikan Islam dalam al-Alaq 1-5 ... 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 63

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Penunjukan Pembimbing

2. Lembar Konsultasi Skripsi

3. Daftar Riwayat Hidup

(14)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543/ b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ة Ba‟ B Be

د Ta‟ T Te

س Tsa‟ S Es

ج Jim J Je

ح Ha‟ H Ha

خ Kha‟ Kh Ka dan Ha

د Dal D De

ذ Zal Z Zet (dengan titik di atas)

ز Ra‟ R Er

ش Zal Z Zet

ض Sin S Es

غ Syin Sy Es dan Ye

ص Sad S Es (dengan titik di bawah)

ض Da D De (dengan titik dibawah)

غ Ta‟ T Te (dengan titik dibawah)

ظ Z Z Zet (dengan titik dibawah)

ع „Ain „ Koma terbalik di atas

ؽ Gain G Ge

ف Fa‟ F Ef

م Qaf Q Qi

(15)

ٍ Lam L El

ّ Mim M Em

ٕ Nun N En

ٝ Wawu W We

ٙ Ha‟ H Ha

ء Hamzah , Apostrof

١ Ya‟ Y Ye

Konsonan angkap karena di tulis rangkap

حّدػ Di tulis „iddah

A. Ta’ Marbutttah

1. Bila dimatikan di tulis h

خّجٛ Di tulis Hibah

خ٣صج Di Tulis Jizyah

(ketentuan ini tidak di berlakukan terhadap kata-kata arab yang yang sudah teresap kedalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat dan sebagainya, kecuali di kehendaki lafal aslinya).

Bila di ikuti dengan kata “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka di tulis

dengan h.

(16)

B. Vokal Pendek

َْا Fathah Ditulis A

ِْا Kasrah Ditulis I

ُْا Dammah Ditulis U

C. Vokal Panjang

Fathah+Alif Ditulis U

خ٤ِٛبج Ditulis Jahiliyah

Fathah+Ya‟ mati Ditulis A

٠ؼع٣ Ditulis Yas‟ a

Kasrah+Ya‟ Mati Ditulis I

ْ٣سً Ditulis Karim

Dammah+wawumati Ditulis U

ضٝسك Ditulis Furud

D. Vokal Rangkap

Fathah+ya‟ mati Ditulis Ai

ٌْ٘٤ث Ditulis Bainakum

Fathah+wawu mati Ditulis Au

(17)

ABSTRAK

Khaerudin,Ridwan . 2018. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Telaah Surat

Al-Alaq Ayat 1-5. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M. Ag.

Kata Kunci: Prinsip, Pendidikan , Islam

Pendidikan merupakan modal dasar atau titik sentral yang menjadi subyek pengembangan, karena pengembangan terutama ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, terlebih lagi era sekarang ini sebagai era yang penuh dengan persaingan. Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan dengan berbagai jalur diantaranya pendidikan.

Penelitian ini merupakan prinsip pendidikan Islam dalam upaya relevansi penddidikan Islam sekarang. Pertanyaan utam dalam penelitian ini adalah (1)Bagaimana prinsip-prinsip pendidikan Islam menurut para ahli?, (2) Bagaimana prinsip-prinsip pendidikan islam dlam surat al-alaq ayat 1-5?,(3) Bagaimana relevansi prinsip-prinsip pendidikan Islam dala kehidupan sekrang?., untuk menjawab pertanyan tersebut maka peneliti menggunakan penelitian kepustakaan dan mengumpulkan data yang dilakukan dengan

mengaitkan ayat-ayat al-qur‟an dan hadits serta buku-buku yang mendekti

yang kemudian dicari tentang prinsip pendidikan Islam.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prinsip pendidikan Islam dalam al-qur‟an telah surat al-alaq ayat 1-5 adalah sederhana, yakni orang yang memiliki kehidupan sederhana akan mengambil yang telah menjadi haknya, tidak akan mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya. Ikhlas, yakni seseorang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan semata-mata karena Allah swt. Pendidikan Islam di era sekarang harus meningkatkan porinsip-prsinp

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk termulia dari segenap makhluk yang ada di

alam ini. Dalam Al-Qur‟an banyak ditemukan gambaran yang

membicarakan tentang manusia dan makna filosofis dari penciptanya.

Manusia merupakan makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik

ciptaan yang dilengkapi dengan akal fikiran (al-Rasyidin, 2005:1). Sebagai

makhluk pilihan yang mengemban banyak tugas maka Tuhan membedakan

dengan makhluk yang lain seperti hewan, jin, dan malaikat. Di samping itu

manusia juga dibekali bentuk fisik yang sempurna, harmonis dan

indah.Sehingga dalam sebuah ayat, Allah berfirman:

ٱ

Artinya: “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya

dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah (Departemen

Agama RI, 2007: 903).

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa secara jelas manusia diberi

kelebihan bentuk fisik yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Manusia

dilengkapi dengan pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba, akal atau

daya untuk berfikir, dan hati yang selalu merasakan. Setiap manusia

(19)

terutama akal dan perasaan. Akal pusatnya di otak dan fungsinya untuk

berfikir. Perasaan pusatnya di hati, fungsinya untuk merasa dan dalam

tingkat yang paling tinggi ia melahirkan ”kata hati”. Fungsi fikir dan rasa

tidak dapat dipisahkan, karena misalnya orang yang merasa, sekaligus juga

berfikir (Djumransyah, 2007: 29).

Begitu juga dengan orang yang memikirkan sesuatu pasti juga

terlahirlah sebuah perasaan tertentu hasil dari akal yang bekerja dalam otak

manusia.

Sebagai makhluk yang Allah sertakan dengan akal dan perasaaan

maka manusia memungkinkan untuk mengembangkan dan menghasilkan

ilmu pengetahuan dan seterusnya menghasilkan kebudayaan. Untuk lebih

jelasnya akal adalah alat untuk menuntut ilmu, dan ilmu merupakan solusi

dari setiap kesulitan manusia dan untuk mempertahankan eksistensinya.

Dengan demikian Islam memerintahkan untuk menuntutilmuagama

dan ilmu-ilmu lainnya, agar memiliki pengetahuan yang dapat digunakan

untuk tercapainya menjadi makhluk yang sempurna. Faktor terbesar yang

membuat makhluk manusia itu mulia adalah karena ia berilmu.Ia dapat

hidup senang dan tentram karena memiliki dan menggunakan ilmunya. Ia

dapat menguasai alam ini dengan ilmunya. Iman dan taqwanya dapat

meningkat dengan ilmu juga (Darajat, 2011:7)

Ilmu juga yang membedakan manusia yang dimuliakan dan yang tidak

(20)

ََّْٖۡٓأ

Artinya : (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah

orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima

pelajaran (Departemen Agama RI, 2007: 660).

Karena selain secara fisik dan psiologis manusia sebagai makhluk

terbaik, ia juga secara fitrah memiliki nilai-nilai kemanusiaan (Munir,

2003:25). Tugas lain yang tidak kalah penting adalah menjadi khalifah

Allah di muka bumi. Manusia yang diberi wewenang secara langsung oleh

Tuhan untuk mendiami, mengurus, dan mengolah dengan sebaik-baiknya

sehingga dapat dipergunakan untuk kesejahteraan seluruh umat

manusia.Tanggung jawab besar dipikul oleh manusia sebagai khalifah

dalam kaitannya dengan mengurus alam semesta sehingga dapat mengambil

manfaat dari kerja kerasnya. Dalam firman Allah:

ََُْٞٛٝ

beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-diberikan-Nya

dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

(21)

Manusia sebagai makhluk pedagogik yang memiliki potensi dapat di

didik dan mendidik sehingga memiliki tugas mulia yakni menjadi penguasa,

maka dibutuhkan ilmu pengetahuan yang cukup. Dalam hubungan ini,

pendidikan memegang peran utama untuk mencapai kesempunaan berfikir.

Tidak ada jalan lain selain melalui proses pendidikan, agar akal pikiran

dapat kembali kefitrah. Manusia dibekali fitrah, untuk membedakan yang

baik dan buruk (Munir, 2003:25).

Dengan kata lain, manusia yang dianggap khalifah Allah tidak akan

menjunjung tinggi tanggung jawab kekhalifahannya, kecuali dilengkapi

dengan potensi-potensi yang memungkinkannya mampu melaksanakan

tugasnya. Al-Qur‟an menegaskan, manusia itu memiliki karakteristik

-karakteristik unik.Atribut pertama yang penting adalah manusia dilengkapi

dengan fitrah yang dimiliki sejak lahir (Abdullah, 1994:56).

Melalui pendidikan manusia juga akan menjadi manusia yang

dimanusiakan sebagai hamba Allah yang mampu mentaati ajaran-ajaranNya.

Pendidikan adalah proses untuk menuju kedewasaan seseorang yakni

interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang mewariskan pola-pola

tingkah laku yang didasarkan pada tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Oleh karena itu setiap situasi pendidikan harus disesuaikan dengan

tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai, materi yang akan diberikan, dan metode

yang akan dipergunakan sehingga proses belajar mengajar itu dapat

terlaksana dengan efektif dan efisien. Sementara itu, pendidikan merupakan

(22)

mengembangkan intelektual pribadi anak didik kearah kedewasaan dan

dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan Islam

adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang

mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan

merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT, baik

kepada Tuhannya, sesama manusia dan sesama makhluk lainnya (Arief,

2002:41).

Sebagai salah satu komponen pokok dalam pendidikan,metode

berperan sangat penting dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, karena ia

menjadi sarana untuk menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam

kurikulum pendidikan, agar dapat dipahami oleh peserta didik, dan menjadi

pengertian yang fungsional bagi tingkah lakunya.

Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku melalui

pengalaman (Hamalik, 2011: 27). Karena merupakan sebuah proses, maka

belajar bukanlah hasil atau tujuan. Belajar terjadi sepanjang manusia

tersebut menginginkan suatu perubahan pada dirinya. Memperoleh

pengetahuan hanyalah salah satu akibat dari aktifitas belajar tersebut, dan

bukanlah belajar itu sendiri. Pengalaman yang menyebabkan terjadinya

perubahan tingkah laku seseorang diperoleh dari interaksi dengan

lingkungan. Dengan kata lain, belajar dapat diartikan pula sebagai proses

perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik,

(23)

Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah meliputi

semua aktivitas memberikan materi pelajaran kepada siswa,agar siswa

mempunyai kecakapan dan pengetahuan yang memadai yang memberikan

manfaat dalam kehidupan.Dalam proses pembelajaran bahasa selain

melibatkan pendidik dan siswa secara langsung juga diperlukan pendukung

lain yaitu: alat pelajaran yang memadai,penggunaan metode yang tepat,

serta situasi dan kondisi yang menunjang.

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun siswa tentu

mempunyai tuiuan, lebih lebih guru dalam melaksanakan tugasnya mengajar

atau melakukan kegiatan belajar mengajar harus berorientasi pada tujuan

yang telah ditentukan.Untuk itu perlu dipikirkan bagaimana metode yang

sesuai agar dalam waktu yang relatif terbatas dapat meningkatkan

pemahaman dan prestasi belajar.

Dalam proses pembelajaran di kelas terdapat keterkaitan yang erat

antara pendidik, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Dalam hal ini

pendidik mempunyai peran yang sangat dominan untuk memilih model

pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikandemi

tercapainya tujuan pendidikan. Pendidik juga harus mampu memilih metode

yang sesuai yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar,

karenapenerapan metode yang tepat akan sangat menentukan untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Bahkan metode sebagai seni dalam

mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa dianggap lebih signifikan

(24)

Adapun ayat yang berkaitan dengan metode pembelajaran adalah surat

Artinya:“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmudengan hikmah dan

pelajaran yang sesuai dan bantahlah mereka dengan cara yang baik,sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Daialah yang lebih

mengetahui orang–orang yang mendapat petunjuk (Departemen

Agama, (2007: 2067).

Metode adalah suatu cara yang harus dilalui atau ditempuh guna

mencapai tujuan dengan cepat, tepat dan singkat (Fachrudin, 2006:1).

Penggunaan metode dapat memperlancar proses pembelajaran sehingga

akan tercapai tujuan yang efektif dan efisien. Dalam suatu kegiatan belajar

mengajar tidak harus menggunakan metode tertentu untuk mengajarkan

suatu materi pembelajaran, tetapi penggunaan metode lebih ditekankan pada

kebutuhan agar lebih sesuai dengan materi pelajaran. Penggunaan metode

pembelajaran harus diperhatikan adalah suasana yang tidak monoton.

Metode pembelajaran yang digunakan harus menimbulkan ke dinamisan

dalam proses pembelajaran. Seorang guru yang miskin metode

pembelajaran akan menimbulkan masalah baik bagi guru maupun siswa.

Seorang guru seharusnya memahami, mengerti dan menggunakan metode

pembelajaran yang sesuai,baik dengan materi pelajaran yang diberikan

(25)

Dengan penggunaan metode yang lebih mendalam sehingga prestasi belajar

sesuai dengan tujuan instruksional.

Menurut Slamet 1988: 63, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

adalah (1) Metode mengajar, penggunaan metode yang kurang baik, akan

mempengaruhi belajar siswa yang kurang baik pula. Guru yang lama

biasanya kurang memvariasikan metode, sehingga siswa menjadi bosan dan

pasif. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang

dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar, (2) Kurikulum, diartikan

sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, (3) Relasi guru

dengan siswa,di dalam relasi yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga

akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya, sehingga siswa

mempelajari apa yang disampaikan guru dengan sebaik–baiknya, (4)

Perhatian orang tua,anak belajar perlu dorongan dan perhatian orang tua.

Selain guru, orang tua juga mempunyai peran yang sangat penting dalam

keberhasilan belajar siswa, (5) Latar belakang kebudayaan, tingkat

pendidikan atau kebiasaan di dalam keluraga mempengaruhi sikap anak

dalam belajar. Anak perlu ditanamkan kebiasaan–kebiasaan yang baik, agar

mendorong anak untuk semangat belajar.

Pengertian pendidikan seperti sekarang ini di zaman Nabi belum

lazim dipakai atau diketahui, tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh

Nabi dalam menyampaikan perintah agama dengan berdakwah,

menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih ketrampilan berbuat,

(26)

pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu telah mencakup arti

pendidikan dalam pengertian sekarang. Seperti halnya masyarakat Arab

Makkah yang tadinya kafir, musyrik, dan bertabiat buruk, atas usaha dan

kegigihan Nabi untuk mengimankan dan mengislamkan mereka kemudian

mereka berubah menjadi penyembah Allah yang taat dan berakhlak mulia.

Dengan demikian Nabi telah menjadin pendidik yang membina,

mendidik, dan mengajar kepribadian masyarakat jahiliyah secara tidak

langsung untuk membentuk pribadi muslim sesuai Al-Quran dan

keberhasilan beliau sangat diakui dunia pendidikan islam. Apa yang beliau

lakukan dalam membentuk kepribadiaan manusia yang mulia, kita

rumuskan sekarang dengan pendidikan islam. Cirinya adalah perubahan

sikap dan perilaku sesuai dengan petunjuk ajaran islam. Untuk itu perlu

adanya usaha, kegiatan, cara, alat, dan lingkungan yang menunjang.

Pendidikan merupakan persoalan yang kompleks, menyangkut semua

komponen yang terkandung di dalamnya. Pendididkan islam adalah

pendidikan yang berdasarkan Al-Qur‟an dan As-Sunnah selain mempunyai

tujuan keilmuan, juga mempuyai tujuan menjadikan manusia sebagai

khalifah yang dapat menjalankan tugasnya dengan baik ( Arief, (2002: 29).

Jadi untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dalam

ajaran islam tidak semudah membalikkan telapak tangan, oleh karena itu

perlu adanya kegigihan, kesungguhan, dan kesabaran dalam

menjalankannya serta panda-pandai dalam memilih metode yang cocok

(27)

sinilah pentingnya sebuah metode atau jalan untuk mencapai suatu tujuan

yang dikehendaki.

Dalam proses pendidikan islam,metode mempunyai kedudukan yang

sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni

dalam mentransfer ilmu pengetahuan/ materi pelajaran kepada peserta didik

dianggap lebih signifikan dibandingkan dengan materi sendiri. Sebuah

pribahasa mengatakan bahwa “ٙدلآْْْٖٛاْٚوئسطُا(metode jauh lebih penting

dibandingkan materi), adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang

kominikatif lebih disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya materi

yang disampaikan sesungguhnya tidak menarik. Sebaliknya, materi yang

cukup baik, karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka

materi itu sendiri kurang dapat dicerna oleh peserta didik ( Arief, 2002: 39).

Hubungan anatara metode dan tujuan pendidikan merupakan

hubungan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Tujuan

pendidikan yang telah dirumuskan dapat berhasil dengan baik jika didukung

oleh pemakaian dan pemilihan metode pendidikan yang tepat. Subjek

pendidikan juga perlumemiliki kompetensi yang mahir dalam menerangkan

sehingga peserta didik dapat belajar dengan senang dan proses belajar

mengajar menimbulkan kesan yang menggembirakan. Dengan demikian

tujuan yang telah disepakati dapat tercapai.

Tujuan pendidikan Islam tidak hanya sederhana yang ingin

membentuk kepribadian manusia yang baik tetapi pendidikan Islam menitik

(28)

danakhlak.Kongres se-dunia ke II tentang pendidikan islam tahun 1980 di

Ismalabad menyatakan bahwa:Tujuan pendidikan Islam adalah untuk

mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik).

Secara menyeluruh dan seimbang dan yang dilakukan melalui latihan

jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional,perasaan dan

indera. Karena itu, pendidik hendaknya mencakup pengembangan seluruh

aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual,intelektual, imajinasi, fiksi, dan

bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua

aspek tersebut berkembang dengan kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan

terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang

sempurna kapada Allah,baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh

umat manusia (Al-Rasyidin, 2005:38).

Dari semangat kompleksnya tujuan yang akan dicapai maka

dibutuhkan juga pendekatan dan metode pendidikan yang ada dalam

Al-Qur‟an. Metode pendidikan yang disajikan di dalam Al-Qur‟an banyak

sekali varianya. Oleh karena itu, pendidik dituntut untuk dapat memilih dan

menggunakan metode yang mempertimbangkan aspek efektivitasnya dan

relevansinya dengan materi yang disampaikan,akan tetapi realita di

lapangan masih banyak sekali kendala yang dihadapi khususnya pendidik

dalam proses menyampaikan materi. Dalam penggunaan materi metode

masih sering ditemui ke tidak cocokan antara bahan ajar dengan cara

(29)

Judul ini dipilih karena kitab ini adalah kitab tafsir lengkap yang

pertama karya ulama ahli tafsir Indonesia yang diterbitkan di Indonesia.

Tafsir ini mudah dicerna oleh semua golongan masyarakat, dari para

penelitisampai para pemula. Dari pentingnya metode yang tepat dalam

menyampaikan materi dalam proses belajar mengajar sehingga

mempengaruhi keberhasilan peserta didik maka penulis terdorong

menyusun skripsi yang berjudul: PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN

ISLAM TELAH DALAM SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5.

B. Rumusan Masala

1. Bagaimana prinsip-prinsip pendidikan Islam menurut para ahli?

2. Bagaimana deskripsi prinsip-prinsip pendidikan Islam telaah dalam

surat al-Alaq 1-5?

3. Bagaimana relevansi prinsi-prinsip pendidikan Islam dalam era

sekarang telaah surat al-Alaq ayat 1-5?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui prinsi-prinsip pendidikan Islam menurut ahli.

2. Untuk mengetahui deskripsi Prisip-prinsi telaah surat al-Alaq 1-5)

3. Untuk mengetahui relevansi prinsip-prinsip pendidikan telaah surat

al-Alaq 1-5)?

(30)

Manfaat dari penelitian ini adalah memberi wacana kepada pendidik

tentang metode-metode pendidikan Islam yang dapat dikaji kembali

sehingga termotivasi untuk menggunakan dalam proses belajar mengajar

baik manfaat secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat secara teoritis yang diperoleh dari penelitian adalah

menambah khasanah temuan penelitian baru mengenai metode

pendidikan Islam dalam Kitab Suci.

2. Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis dari pelaksanaan penelitian ini untuk

seorang pengajar adalah dapat mengetahui dan memahami secara

benar penafsiran yang ada dalam ayat-ayat Al-Qur‟an dalam kaitannya

dengan cara pengajaran sehingga dalam proses pengajaran dapat

berjalan dengan lancar karena pemilihan metode pengajaran yang

sesuai atau cocok dengan materi yang disampaikan.

E. Metode Penelitian

1. Teknis pengumppulan data

Agar penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan , maka teknik

pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan penelitian

pustaka (library research) yaitu dengan mengkaji literature-literatur

yang berkata pengantar baik, Al-Qur‟an sumber data yang

(31)

-karya yang ditulis oleh para pakar pendidikan yang cepat mendukung

pembahasan ini.

2. Teknik analisis data

Setelah memperoleh data dari berbagai sumber sebagaimana di

atas, maka penulis melakukan pengolahan data secara deskriptif –

analitik dengan mengumpulkan data yang signifikan dengan pokok

permasalahan yang diteliti dengan menggunakan metode tafsir

maudhu‟I tentang istilah yang berkaitan dengan prinsip pendidikan.

Analisis yang dilakukan adalah pendapat para tokoh pendidikan

tentang prinsip pendidikan yang dihubungkan dengan ayat-ayat

al-Qur‟an.

F. Penelitian Terdahulu

Untuk memastikan orisinilitas kajian ini, sangat penting kiranya

pemaparan beberapa karya ilmiah yang sudah ada. Sehungga dapat menjadi

masukan kedalam kajian pustaka guna member refrensi dan mempermudah

peneliti untuk mengetahui hal-hal yang belum dibahas oleh peneliti

sebelumnya,karya-karya itu adalah sebagai berikut:

1. Skripsi Fauzan Abdullah, Fakultas Ilmu Keguruan UIN Sunnah

Kalijaga 2009, tentang Strategi Peningkatan Kulaitas Sumber Daya

Manusia Berkualitas Menurut Hasan Langgulung (Perspektif

(32)

fokos pembahasannya yaitu lebih memberatkan prinsip dan relevansi

pendidikan Islam sekarang.

2. Skripsi Chaerul Anwar, Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah 2009, yang berjudul Strategi Pendidikan Dalam

Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (Studi Komparasi Atas

Pemikiran Ki Hajar Dewantara) Mengulas pendapat kedua tokoh

tersebut dan dikomplikasikan tentang pendidikan Islam. Namun

dangat berbeda dengan penelitian ini yang lebih menitik beratkan pada

prinsip-prinsip dan relevansi.

3. Skripsi Taufik, Fakultas agama Islam Unuversitas Muhammadiyah

Surakarta 2014, yang berjudul pemikiran pendidikan Islam menurut

Hasan Langgulung dalam perspektif psikologi. Menjelaskan

pendidikan Islam dari psikologisnya. Dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti yaitu berbedaan sudut pandang dari prinsip dan

relevansi pendidikan Islam sekarang.

G. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan,berisi latar belakang masalah,rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II :Kajian pustaka, berisi tentang pengertian prinsip-prinsip

(33)

Islam,prinsip-BAB III :Pemikiran prinsip-prinsip pendidikan Islam, terjemah surat

Alaq ayat 1-5, asbabul nuzul surat Alaq ayat 1-5, munasabah surat

al-Alaq ayat 1-5,tujuan pendidikan Islam secara umum

BAB IV :Analisis prinsip prinsip pendidikan Islam menurut ahli,

prinsip-prinsip pendidikan Islam dalam surat al-Alaq ayat 1-5 dan relevansi

prinsip pendidikan Islam surat al-Alaq ayat 1-5 dengan kehidupan masa

kini.

(34)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Prinsip-prinsip Pendidikan Islam

Prinsip merupakan asas (kebenaran yang menjadi pokok atau dalam

berfikir, bertindak) sedangkan pendidikan merupakan suatu proses

hominisasi dengan humanisasi yang berlangsung di dalam lingkungan hidup

keluarga dan masyarakat yang berbudaya. Jadi prinsip pendidikan dapat

diartikan sebagai asas atau pokok yang menjadi dasar dalam bertindak demi

untuk tercapainya proses hominisasi dan humanisasi yang berlangsung di

dalam lingkungan hidup keluarga dan masyarakat yang berbudaya, dalam

hal ini pendidikan tersebut sesuai dengan tuntunan zaman

(Poerwadarminta, 1997: 78).

Prinsip berasal dari kata “principle” yang bermakna asal, dasar

prinsip sebagai dasar pandangan dan keyakinan seperti berpendirian,

mempuyai dasar atau prinsip yang kuat (Hassan Shadily, 1997: 447).

Jadi maksud prinsip di sini mengarah kepada pandangan, keyakinan,

pegangan, dan pendirian. Adapun “dasar” dapat diartikan “pokok, sumber,

asas atau pangkal sesuatu pendapat, ajaran atau aturan” (Departemen

(35)

Jadi yang dimaksud dasar disini bermakna pokok, asas atau pangkal

suatu pemikiran selanjutnya. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa

prinsip bermakna pandangan, pegangan, keyakinan, dan pendirian.

Menurut Hasan Langgulung, bahwa al-quran dan as-sunah merupakan

sumber nilai yang paling utama. Sebagai sumber asal, al-quran mengandung

prinsip-prinsip yang masih bersifat global, sehingga dalam pendidikan Islam

terbuka adanya unsur ijtihad dengan tetap berpegang pada nilai-nilai dan

prinsip dasar al-quran dan as-sunah dengan demikian, sumber nilai yang

menjadi dasar pendidikan Islam adalah al-quran dan as-sunah serta hasil

ijtihad. Didalam sumber tersebut banyak sekali nilai fundamental yang

dapat dijadikan dasar pelaksanaan pendidikan Islam. Nilai-nilai itu adalah :

1. Tauhid

2. Kemanusiaan

3. Keseimbangan

4. Kesatuan Umat Manusia

5. Rahmatallilalamin (Ahmad Sudja‟ie, 1999: 44).

Dalam hal prinsip ini M. Arifin lebih mengistilahkan dengan

pandangan dasar dan pola dasar pendidikan Islam sebagaimana

dikemukakan di atas. Lebih tegas dia menyatakan bahwa sistem pendidikan

Islam harus berkembang dari pola dasarnya yang akan membentuknya

menjadi pendidikan yang bercorak dan berwatak serta berjiwa Islam.

(36)

dasar agama yang memberikan ruang lingkup dan peluang

perkembangannya proses pendidikan Islam. Dalam kerangka itu harus

dipahami falsafah pendidikan Islam yang menjadikanya dasar sekaligus

mengarahkannya. Dalam permasalahan filosofis, pola dasar pendidikan

Islam itu mengandung pandangan Islam tentang prinsip-prinsip kehidupan

manusia sebagai pribadi dan prinsip- prinsip kehidupannya sebagai makhluk

sosial. Dalam hal ini tugas falsafah pendidikan secara umum dapat

disimpulkan sebagai berikut (M. Arifin, 1996:30)

Pada prisipnya Islam memandang bahwa segala fenomena alam ini

adalah hasil penciptaan Allah SWT dan tunduk pada hukum-hukum

mekanisme-Nya sebagai sunnatullah. Oleh karenanya, manusia harus

dididik agar mampu mengerti, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai

dalam hukum Allah SWT. Di sinilah prinsip manusia harus beriman dan

bertaqwa kepada Penciptanya.

Prinsip yang memandang manusia sebagai makhluk yang paling

mulia, karena memiliki harkat dan martabat yang terbentuk dari

kemampuan-kemampuan kejiwaannya yakni akal budinya menjadi tenaga

penggerak yang membedakan dari makhluk lainnya. Di sinilah Islam

meletakkan posisi manusia sebagai khalifah yang akan mewarisi dan

mengembangkan kehidupan di bumi dengan sebaik-baiknya.

Prinsip selanjutnya adalah pandangan Islam bahwa manusia bukan

(37)

memandang manusia bukan saja sabagai individu melainkan juga anggota

masyarakat. Ini berarti manusia di samping individu sekaligus masyarakat

yaitu dalam Islam kedudukan nilai-nilai ini banyak diatur kearah pola

keserasian dan keseimbangan.

Prinsip moralitas yang memandang bahwa manusia itu adalah pribadi-

pribadi yang mampu melaksanakan nilai-nilai moral agama dalam

kehidupannya. Di sini jelas agar nilai-nilai kehidupan tidak menyimpang

dari fitrah Allah yang mengandung nilai-nilai agama Islam yang harus

menjadi dasar dalam proses pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat.

Dengan demikian mengenai prinsip pendidikan Islam yang diistilahkan pola

dasar inilah yang akan membentuk dan mewarnai sistem pendidikan Islam.

Ia adalah pemikiran konseptual yang berorientasi kepada nilai-nilai

keimanan, nilai-nilai kemanusiaan baik sebagai individu maupun sosial serta

nilai-nilai moral yang secara terpandu membentuk dan mewarnai pembinaan

dan pengembangan pendidikan Islam (M. Arifin, 1996:31).

Pandangan Islam yang bersifat filosofi terhadap alam jagat, manusia,

masyarakat, pengetahuan, dan akhlak, secara jalas tercermin dalam prinsip-

prinsip pendidikan Islam. Dalam pembelajaran, pendidikan merupakan

fasilitator. Ia harus mampu memperdayagunakan beraneka ragam sumber

belajar. Dalam memimpin proses proses pembelajaran, pendidik perlu

memperhatikan prinsip- prinsip dalam pendidikan Islam dan senantiasa

(38)

bersama-sama dengan peserta didik. Adapun yang menjadi prinsip-prinsip

pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Integral dan Seimbang

a) Prinsip Integral

Pendidikan Islam tidak mengenal adanya pemisahan

antara sains dan agama. Keduanya harus terintegrasi secara

harmonis. Dalam ajaran Islam, Allah adalah pencipta alam

semesta termasuk manusia. Allah pula yang menurunkan

hukum-hukum untuk mengelola dan melestarikannya.

Hukum-hukum mengenai alam fisik disebut sunnatullah, sedangkan

pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia

telah ditentukan pula dalam ajaran agama yang disebut dinullah

yang mencakup aqidah dan syariah. Dalam ayat Al-Qur‟an yang

pertama kali diturunkan, Allah memerintahkan agar manusia

untuk membaca yaitu dalam Q.S Al-„alaq ayat 1-5. Dan

ditempat lain ditemukan ayat yang menafsirkan perintah

membaca tersebut, seperti dalam

firman Allah Q.S Al- Ankabut:

ٱْۡر

Artinya: “bacalah apa yang telah di wahyukan kepadamu, yaitu

al kitab (Al-Qur’an)(Q.S Al-Ankabut: 45) (Departeman

(39)

Di sini, Allah memberikan penjelasan bahwa Al-Qur‟an

yang harus di baca. Ia merupakan ayat yang diturunkan Allah

(ayat Tanziliyah, qur‟aniyah) selain itu, Allah memerintahkan

agar manusia membaca ayat Allah yang berwujud

fenomena-fenomena alam (ayat kauniyah, sunnatulah) antara lain:

َُِْه

Artinya:”katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan

di bumi” (Q.S Yunus : 101) (Departeman Agama RI, 2005: 295).

Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa Alah

memerintahkan agar manusia membaca Al-Qur‟an (ayat-ayat

qur‟aniyah) dan fenomena alam (ayat kauniyah) tanpa

memberikan tekanan terhadap salah satu jenis ayat yang

dimaksud. Hal itu berarti bahwa pendidikan Islam harus

dilaksanakan secara terpadu (integral) (Ramayulis dan Samsul,

2009: 100).

b) Prinsip Seimbang

Pendidikan Islam selalu memperhatikan

keseimbangan di antara berbagai aspek yang meliputi

keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara ilmu dan

amal, urusan hubungan dengan Allah dan sesama manusia,

hak dan kewajiban. Keseimbangan antara urusan dunia

(40)

Rasul diutus Allah untuk mengajar dan mendidik manusia

agar mereka dapat meraih kebahagiaan kedua alam itu.

Implikasinya pendidikan harus senantiasa diarahkan untuk

mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal ini senada

dengan firman Allah swt:

َْٝٱ

anugerahakan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan jangan lah kamu melupakan

kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi”.

(Q.S Al-Qosos: 77) (Departeman Agama RI, 2005: 556).

Dalam dunia pendidikan khusunya dalam

pembelajaran, pendidikan harus memperhatikan

keseimbangan dengan menggunakan pendekatan yang

relevan. Selain mentranfer ilmu pengetahuan, pendidik

harus mengkondisikan secara bijak dan professional agar

peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu yang telah

didapat di dalam maupun di luar kelas (Ramayulis,

2009:102).

2. Prinsip bagian dari proses Rububiyah

Al-qur‟an menggambarkan bahwa Allah adalah Al-Khaliq, dan

Rabb Al-Amin (pemeliahara semesta alam). Dalam proses penciptaan

alam semesta termasuk manusia. Allah menampakkan proses yang

(41)

di kenal sebagai aturan-aturan yang diterapkan Allah atau di sebut

sunnatullah. Sebagaimana Al-kailani yang dikutip oleh bukhari umar

dalam bukunya menjelaskan, bahwa peranan manusia dalam

pendidikan secara teologis dimungkinkan karena posisinya sebagai

makhluk, ciptaan Allah, yang paling sempurna dan dijadikan sebagai

khalifatullah. Sebagai khalifah, manusia juga mengemban fungsi

Rubbubiyah Allah terhadap alam semesta termasuk diri manusia

sendiri. Dengan keseimbangan tersebut dapat dikatakana bahwa

karakter hakiki pendidikan Islam pada intinya terletak pada fungsi

rububiyah Allah secara praktis dikuasakan atau diwakilkan kepada

manusia. Dengan kata lain, pendidikan Islam tidak lain adalah

keseluruhan proses dan fungsi rububiyah Allah terhadap manusia,

sejak dari proses penciptaan sampai dewasa dan sempurna (Ramayulis

dan Samsul, 2009:103).

3. Prinsip membentuk manusia yang seutuhnya

Manusia yang menjadi objek pendidikan Islam ialah manusia

yang telah tergambar dan terangkum dalam Al-Qur‟an dan Hadits.

Potret manusia dalam pendidikan sekuler diserahkan pada

orang-orang tertentu dalam masyarakat atau pada seseorang-orang individu karena

kekuasaannya, yang berarti diserahkan kepada angan-angan seseorang

atau sekelompok orang. Pendidkan Islam dalam hal ini merupakan

usaha untuk mengubah kesempurnaan potensi yang dimiliki oleh

(42)

hidupnya. Dengan demikian fungsi pendidikan Islam adalah menjaga

keutuhan unsur-unsur individual peseta didik dan mengoptimalkan

potensinya dalam garis keridhaan Allah. Prinsip ini harus

direalisasikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Pendidik

harus mengembangkan baik kecerdasan intelektual, emosional

maupun spiritual secara simultan (Ramayulis, 2009: 104).

4. Prinsip selalu berkaitan dengan agama

Pendidikan Islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk

menumbuhkan dan memantapkan kecenderungan tauhid yang telah

menjadi fitrah manusia. Agama menjadi petunjuk dan penuntun

kearah itu. Oleh karena itu, pendidikan Islam selalu

menyelenggarakan pendidikan agama. Namun, agama di sini lebih

kepada fungsinya sebagai sumber moral nilai. Sesuai dengan ajaran

Islam pula, pendidikan agama Islam bukan hanya mengajarkan

ilmu-ilmu sebagai materi, atau keterampilan sebagai kegiatan jasmani,

melainkan selalu mengaitkan semuanya itu dengan kerangka praktik

yang bermuatan niali dan moral. Jadi pengajaran agama dalam Islam

tidak selalu dalam pengertian (ilmu agama) formal, tetapi dalam

pengertian esensi ya yang bisa saja berada dalam ilmu-ilmu lain yang

sering dikategorikan secara tidak proporsional sebagai ilmu sekuler.

5. Prinsip Terbuka

Dalam Islam diakui adanya perbedaan manusia. Akan tetapi,

(43)

karena itu, pendidikan Islam pada dasarnya bersifat terbuka,

demokratis, dan universal. Keterbukaan pendidikan Islam ditandai

dengan kelenturan untuk mengadopsi unsur-unsur positif dari luar,

sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakatnya, dengan

tetap menjaga dasar-dasarnya yang original (shohih), yang bersumber

pada Al-Qur‟an dan Hadist.

6. Menjaga perbedaan individual

Perbedaan individual anatara seorang manusia dengan orang lain

di kemukakan al-qur‟an sebagai berikut:

َِْٖۡٓٝ

Artinya:“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanya ialah

menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda

bagi orang-orang yang mengetahui”. (Q.S Ar-rum: 22)

(Departeman Agama RI, 2005: 573).

Perbedaan-perbedaan yang dimiliki manusia melahirkan

perbedaan tingkah laku karena setiap orang akan berbuat sesuai

dengan keadaannya masing-masing.

7. Prinsip Pendidikan Islam Adalah Dinamis

Pendidikan Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku

dalam tujuan, kurikulum dan metode-metodenya, tetapi berupaya

untuk selalu memperbaharui diri dan berkembang sesuai dengan

(44)

memberikan respon terhadap kebutuha-kebutuhan zaman dan tempat

dan tuntutan-tuntutan perkembangan dan perubahan ssosial. Hal ini

sesuai dengan prinsi-prinsip pendidikan Islam yang memotifasi untuk

hidup dinamis.(Ramayulis dan Samsul, 2009:105)

B. Landasan Prinsip-prinsip Pendidikan Islam

1. Prinsip memberikan suasana kegembiraan

Prinsip ini dapat dijabarkan dari sabda Nabi Muhammad SAW.

Kepada sahabat beliau, yang diutus untuk melakukan dakwah kepada

gubernur Romawi di Damaskus, yaitu mu‟azd jabbal dan musa al

-Artinya:“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak

menghendaki kesukaran bagimu”. (Q.S Al-Baqarah: 185) (Departeman Agama RI, 2005: 35).

a) Prinsip memberikan layanan dan santunan dengan lembut

Dalam Firman Allah :

ْۡحَزْبَِٔجَك

(45)

itu”. (Q.S. Ali Imran: 159) (Departeman Agama RI, 2005: 90).

b) Prinsip kebermaknaan bagi peserta didik

Allah berfirman:

Artinya:“Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan

perkataanmu sehingga apabila mereka keluar darei sisimu orang-orang berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat nabi) :

“apakah yang di katakannya tadi? “ mereka itulah

orang-orang yang di kunci mati hati mereka oleh Allah

dan mengikuti hawa nafsu mereka”(Q.S Al-Muhammad: 16) (Departeman Agama RI, 2005: 733).

c) Prinsip komunikasi terbuka

Guru mendorong manusia didik untuk membuka diri

terhadap segala hal atau bahan-bahan pelajaran yang di sajikan

mereka, sehingga mereka dapat menyempurnakan menjadi

bahan apresepsi dalam pikirannya. Dalam kitab suci Al-Qur‟an

terdapat banyak firman Allah yang mendorong manusia untuk

membuka hati dan pikiranya, perasaanya, pendengarannya, dan

penglihatannya untuk menyerap pesan-pesan yang di firmankan

Allah kepada mereka, sehingga apa yang mereka serap sebagai

pesan-pesan itu akan diminta pertanggung jawabannya di

hadapannya.

(46)

Minat dan perhatian anak didik harus di arahakan kepada

bahan-bahan pengetahuan yang baru bagi mereka. Dalam ajaran

Islam terdapat prinsip pembaharuan dalam belajar, baik tentang

fenomena-fenomena alamiah maupun fenomena yang terdapat

dalam diri mereka sendiri. Seperti studi tentang alam sekitar

yang mengandung ilmu-ilmu baru. Firman Allah yang

mendorong manusia untuk menciptakan ilmu-ilmu alam dan

biologi serta psikologi tersebut dalam al-qur‟an sebagai berikut:

ِْْٜۡ٣ِسَُ٘ظ

Artinya:”Kami akan memperlihatkan pada mereka tanda-tanda

(kekuasaan) kami disegala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa

al-qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa

sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala

sesuatu?” (QS.Al-Fusilat:53) (Departeman Agama RI, 2005: 689).

e) Prinsip memberikan model perilaku yang baik

Anak didik dapat memperoleh contoh bagi perilakunya

melalui pengamatan dan peniruan yang tepat guna dalam proses

belajar mengajar, misalnya sep[erti firman Allah SWT:

ْۡدَوَُّ

mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

(47)

Al-C. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Secara Umum

Menganai prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam dapat di tinjau dari

beberapa aspek dalam perumusan prinsip tersebut yaitu:

1. Pendidikan Islam tidak mengenal antara pemisahan pendidikan sains

dengan agama.

2. Pandangan Islam yang menyeluruh terhadap semua aspek kehidupan

mewujudkan adanya keseimbangan.

3. Pendidikan Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku dalam

tujuan-tujuan, kurikulum dan metode-metodenya, tetapi berupaya

untuk selalu memperbaharui diri dan berkembang sesuai dengan

perkembangan zaman.

4. Pendidikan Islam hendaknya meliputi seluruh aspek kepribadian

manusia dan melihat manusia dengan pandangan yang menyeluruh

dari aspek jiwa, badan dan akal, sehingga pendidikan Islam mampu di

arahkan pada pendidikan jasmani, pendidikan jiwa dan pendidikan

akal.

D. Pemikiran Prinsip-prinsip Pendidikan Islam

1. M. Athiyah Al-Abrasyi

Mengemukakan bahwa arah tujuan yang mencerminkan prinsip

pendidikan Islam (1) budi pekerti adalah jiwa pendidikan Islam, (2)

(48)

manfaat, (4) mempelajari ilmu sampai kepada hakikat kebenaran ilmu

yang membawa kepada kesempurnaan akhlak dan (5) pendidikan

jasmani, kejujuran dan kecakapan untuk memenuhi kehidupan. Dari

sini dinyatakan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan ideal

dengan memperhatikan prinsip-prinsip (1) kebebasan, demokrasi, dan

persamaan dalam pendidikan, (2) pembentukan akhlak mulia tujuan

utamanya,(3) menyampaikan materi sesuai dengan akal dan

kemampuannya, (4) pendidikan Islam adalah pendidikan yang bebas

dan terbuka, (5) pendidikan Islam memperhatikan aspek individu,

dalam kemampuannya dan kesanggupannya, (6) memperhatikan

pembawaan, insting, dan bakat seseorang, (7) mencintai ilmu dan

menyediakan diri untuk belajar, (8) mengembangkan kemampuan

berpikir dan berbicara, (10) mengembangkan pendidikan manusiawi,

persuasif dan halus, (11) mengembangkan pendidikan menyeluruh

(universal) bagi rakyat-masyarakat (12) mengembangkan

perpustakaan untuk merangsang terus belajar, membaca dan meneliti

(13) pemberian tanggung jawab (Jabatan) merupakan proses

pendidikan. Dengan demikian pendidikan Islam sangat ideal terutama

memperhatikan kebersamaan, pengembangan diri, masyarakat,

menggalakkan ilmu, dilakukan secara manusiawi, menyeluruh dan

selalu berupaya meningkatkannya (M. Athiyah Al-Abrasy, 1970:

1-23).

(49)

Prinsip-prinsip dasar pendidikan Islam adalah aspek-aspek

fundamental yang menggambarkan dasar dan tujuan pendidikan Islam,

sehingga ia membedakannya dengan pendidikan non-Islam.

Prinsip-prinsip pendidikan Islam itu meliputi (1) Pendidikan Islam adalah

bagian dari proses rububiyah Tuhan (2) Pendidikan Islam berusaha

membentuk manusia seutuhnya (3) Pendidikan Islam selalu berkaitan

dengan agama (4) Pendidikan Islam merupakan pendidikan terbuka.

Dari sini jelas prinsip pendidikan Islam sekaligus merupakan

arah-tujuan yang ingin dicapai dalam pendidika Islam (Maksum, 1999:

28-31).

3. Menurut M. Chobib Thoha

Menyatakan bahwa ketika Allah memperkenalkan misi manusia

untuk mendiami bumi dengan menjadikannya sebagai khalifah di

bumi, yaitu misi khalifah bukan penguasaan manusia atas manusia

melaikan juga tugas kependidikan sebagai konsekuensi tanggung

jawab intelektual untuk menegakkan kebenaran. Karena itu, prinsip

pendidikan Islam bukan bertujuan untuk meleburkan sifat dan potensi

insani ke dalam sifat dan potensi malakiah (sifat malaikat), melainkan

justru merupakan proses pemeliharaan dan penguatan sifat dan potensi

insani sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dan kebenaran.

Berdasarkan hal itulah maka dikemukakan bahwa prinsip-prinsip

pendidikan Islam adalah (1) Pendidikan Islam sebagai proses kreatif

(50)

kebebasan untuk memilih dan (4) Pendidikan berwawasan nilai

(M.Chobib Thoha, 1996:32-35).

4. Muhammad Munir Mursi

Menurut munir prinsip pendidikan Islam ini (kalau dicermati)

diistilahkannya dengan asas-asas pendidikan Islam yang terdiri dari :

a. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bersifat sempurna,

yaitu mencakup seluruh aspek kemanusiaan baik jasmani

maupun rohani dan akal.

b. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang seimbang antara

kehidupan dunia dan akhirat.

c. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bersifat pengalaman,

tidak cukup hanya sekedar perkataan saja tetapi menurut

pengalaman (rukun Islam, semua menuntut pengalaman bukan

saja Islam melainkan juga perbuatan).

d. Pendidikan Islam bersifat pribadi dan masyarakat. Dikatakan

pribadi karena berdasarkan keutamaan pribadi menjadi sumber

kebaikan dalam masyarakat. Islam mendidik pribadi agar

bermasyarakat. Setiap muslim adalah pemimpin dan

bertanggung jawab atas kepemimpinannya.

e. Pendidikan Islam adalah pendidikan mengembangkan fitrah

manusia. Setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah, tidak

mengetahui apa-apa dan sangat tergantung dengan pengaruh

(51)

f. Pendidikan Islam berlangsung terus menerus sepanjang

kehidupan manusia.

g. Pendidikan Islam berlaku untuk seluruh umat manusia dengan

kata lain pendidikan Islam bukan kasus untuk bangsa arab saja

melainkan meliputi seluruh umat manusia.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa prinsip pendidikan

Islam adalah mencakup pendidikan Islam sebagai pendidikan yang

sempurna, menerapkan keseimbangan, menekankan perbuatan

disamping perkataan, mengembangkan fitrah manusia,

mengembangkan dan mengarahkan kebaikan pribadi dan masyarakt,

berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan manusia, dan bersifat

menyeluruh bagi semua umat manusia (Muhammad Munir Mursi,

(1977:21)

5. Zakiah Daradjat

Ketika membicarakan ilmu pendidikan Islam mengawali

pembahasaannya mengenai pandangan Islam terhadap manusia

menyatakan bahwa pembahasan pendidikan Islam tidak mungkin

melepaskan diri dari objek sasarannya, yaitu manusia yang harus

dibicarakan secara filosofis menurut pandangan Islam. Dalam hal ini

dinyatakan bahwa manusia adalah makhluk Allah dan Dia berserta

alam semesta bukanlah lahir dengan sendirinya, melainkan diciptakan

(52)

dengan prinsip pendidikan Islam yang dapat dilihat pada tiga aspek

yaitu :

a. Manusia sebagai makhluk yang mulia karena memiliki akal dan

perasaan, ilmu pengetahuan dan dengan akal pengetahuannya

mampu membentuk kebudayaan.

b. Manusia sebagai khalifah yang akan memelihara, mengolah dan

mengurus alam semesta termasuk manusia yang dilakukan

secara sadar dan bertanggung jawab.

c. Manusia sebagai makhluk pedagogik yang memiliki dan

membawa potensi-potensi yang dapat dididik dan mendidik

sesuai dengan hakikat kemanusiaan dan ajaran Islam (Zakiyah

Daradjat, 1992: 1-18).

E. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam dalam surat Al-alaq

1. Sederhana

Sederhana artinya berlaku sedang, di pertengahan, sehingga

tidak terdapat kesenjangan, sedap dan manis dipangan, enak di dengar.

Misalnya dalam hal makan, tidak terlalu kenyang dan tidak

kelewat sedikit. Inilah caranya makan minum Nabi kita. Bila

berpakaian, tidak terlalu mewah, dan tidak pula terlalu buruk. Inilah

cara pakaiannya sahabat umar bin khatabb. Sederhana dalam

membelanjakan harta seperti firman Allah: (surat al-furqon ayat 67).

(53)

Hidup Sederhana akan menjadikan hidup kita lebih bersahaja.

Hidup sederhana pula akan menghindarkan dai kebiasaan boros serta

sombong. Hidup sederhana bukan berarti hidup dengan serba

kekurangan. Tetapi hidup yang sederhana adalah hidup yang tidak

berlebih-lebihan tetapi tidak kekurangan. Orang memiliki kehidupan

sederhana akan mengambil yang telah menjadikan haknya, tidak akan

mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya. Karena orang yang

hidup sederhana tidak akan memiliki sifat yang serakah (Vincent

Purnomo, 2011:118).

Al-ghazali berkata: “semua manusia itu dalam kerugian, kecuali

orrang yang berilmu, orang berilmu juga rugi kecuai ia beramal, orang

beramal juga rugi, kecuali ia ikhlas dan orang yang ikhlas pun berad

di pinggir jurang. Sebab ikhlas itu dalam hati, sedangkan hati itu

mudah sekali bolak-baliknya seperti air sedang mendidih. Lihatlah air

mendidih, goyang terus tak ada diamnya. Barangkali begitu pulalah

hati, selalu goyang, goncang tak tetap tak punya pendirian. Begitulah

sulitnya menjaga ikhlas. Tapi kalau izin Allah, tentu mudah bagi siapa

yang dimudahkan-Nya dan dikehndakinya-Nya.‟‟

2. Ikhlas

Mengenai ikhlas ini banyak firan Allah menjelaskan dan sabda

Nabi SAW,. Kemudian definisi dari para ulama. Kesemuanya itu,

kami simpulkan dalam satu rangkuman kalimat: ikhlas ialah, bekerja

(54)

selain-Nya. Jadi, beramal bukan karena memacu popularitas, ria, pujian dan

sanjungan, balas jasa dan sebagainya (Mahyudi Ibrahim,

1990:170-171).

Ikhlas adalah suatu pekerjaan yang bersih dari maksud lain.

Amal ibadah dilakukannya hanya karena Allah semata. Tidak

menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi.

Konsentrasinya hanya satu, yakni bagaimana agar apa yang

dilakukannya diterima Allah SWT. Tidak terjebak pada

rekayasa-rekayasa. Karen Allah sama sekali tidak membutuhkan rekayasa apa

pun dari manusia. Dia maha tahu segalanya! Semakin jernih, semakin

bening, dan semakin bening, dan semakin bersih segala apa yang kita

lakukan atau semakin bersih segala apa yang kita lakukan atau

semakin seluruh aktifitas ditunjukan semata-semata karena Allah,

maka kekuatan Allahlah yang akan menolong. Buah dari keikhlasan

adalah ketentraman jiwa, ketenangan batin. Ini disebabkan karena dia

tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian,

penghargaan, atau diberi imbalan. Karena itu biasakanlah kalau

berbuat sesuatu kebaikan, kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja

di sisi Allah yang pasti aman. Jangan pula disebut-sebut, diingat-ingat,

nanti berkurang pahalanya (Abdullah Gymnastiar, 2001:73).

Menurut Al-Qusyairi Ikhlas berarti menjadikan Allah sebagai

(55)

sifat memperoleh pujian ataupun penghormatan dari manusia.

Ataupun konotasi kehendak selain taqarrub kepada Allah semata.

(Al-Allamah Al-Arif bin Allah Abi Al-Qasim Abdd Al-Karim (Abdullah

Gymnastiar, 2001:75).

3. Menuntut ilmu tanpa mengenal batas usia

Pendidikan seumur hidup tergambar secara implisit dalam surat

al-alaq yaitu tidak ada batasan yang kongkrit tentang kapan seseorang

harus memulai belajar dan sampai kapan. Tuhan hanya menjelaskan

bahwa manusia harus membaca dan belajar. Dengan demikian,

manusia perlu belajar sampai ajalnya tiba didalam surat al-alaq, tuhan

menginformasikan hasil kejadian manusia dari „alaq‟ dan setelah

diajari, mereka memperoleh ilmu pengetahuan (Erwati Aziz,

2003:29).

Agama Islam sangat memperhatikan pendidikan untuk mencari

ilmu pengetahuan karena dengan ilmu pengetahuan manusia bisa

berkarya dan berprestasi serta dengan ilmu, ibadah seserorang menjadi

sempurna. Begitu pentingnya ilmu, Rasulullah SAW mewajibkan

umatnya agar menuntut ilmu baik laki-laki maupun peempuan. Umat

Islam wajib menuntut ilmu yang selalu dibutuhkan setiap saat. Ia

wajib shalat, berarti wajib pula mengetahui ilmu tentang sholat.

Diwajibkan puasa, zakat, haji dan sebagainnya. Berbarti wajib pula

mengetahui ilmu yang berkaitan dengan puasa, zakat, haji, dan

(56)

ilmu berarti manusia mengetahui mana yang harus dilakukan mana

yang tidak boleh seperti berdagangan, batas-batas mana yang boleh

diperbuat dan mana yang dilarang. Menuntut ilmu tidak hanya terbatas

pada hal-hal keakhiratan saja tetapi juga tentang keduniaan. Jelaslah

kunci utama keberhasilan dan kebahagiaan, baik didunia maupun di

akhirat adalah ilmu.

Rasulullah bersabda :

ِْْٚ٤ََِؼَكْبََُْٔٛداَزأْ ََْْٖٓٝ،ِّْبِؼُْْبِثِْْٚ٤ََِؼَكَْحَسِخآلاَداَزأْ ََْْٖٓٝ،ِّْبِؼُْبِثِْْٚ٤ََِؼَكْبَ٤ُّْْٗدُادْاَزأْ َْٖٓ

ْ

ِِِْْْؼُْْبِث

Artinya:“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia maka

dengan ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat maka dengan ilmu, dan barang siapa yang menghendaki keduanya (kehidupan dunia

dan akhirat) maka dengan ilmu”.

Untuk kehidupan dunia kita memerlukan ilmu yang dapat

menopang kehidupan dunia, untuk persiapan di akhirat. Kita juga

memerlukan ilmu yang sekiranya dapat membekali kehidupan akhirat.

Dengan demikian, kebahagiaan di dunia dan di akhirat sebagai tujuan

hidup InsyaAllah akan tercapai. Untuk memperoleh pengetahuan,

perlu ada usaha. Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah meminta

umat Islam agar menuntut ilmu walaupun ke negeri cina.

Dianjurkannya memilih negeri cina pada saat itu, karena kemungkinan

peradaban cina sudah maju di lain hadist Rasulullah juga menegaskan

bahwa menuntut ilmu itu tidak mengenal batas usia :

(57)

Artinya: “tuntutlah ilmu mulai dari buaian sampai liang lahat”.

Selanjutnya dijelaskan oleh Rasulullah bahwa para malaikat

membentangkan sayap-sayapnya kepada orang-orang yang menuntut

ilmu karena senangnya. Begitu pentingnya ilmu pengetahuan bagi

seseorang sehingga malaikat bangga dengannya. Disamping itu, para

penuntut ilmu dijanjikan oleh Rasullulah SAW akan diberikan

kemudahan jalan kesurga.

Seperti hadits dibawah ini :

ِْخَّ٘جُاْ٠َُإْبًّوْ٣ِسَغَُُُْْٚاللهََََّْٜظْ,بًِِّْٔػِْْٚ٤ِكُْطَِٔربَ٣ْبًّوْ٣ِسَغَْيََِظْ َْٖٓ

Artinya:“barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu

maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”.

(H.R Muslim). (Abdurrahman abdullah, 2001:77).

4. Metode Pembiasaan dan pengamalan

Pembiasaan dan pengamalan merupakan salah satu metode yang

diisyaratkan oleh Al-quran. Latihan dan ulangan yang merupakan metode

praktis untuk menghafalkan sesuatu ajaran termasuk dalam metode ini.

Didalam surat al-alaq metode ini disebut secara implisit, yakni secara

turunnya wahyu pertama (ayat1-5) jibril menyuruh nabi menguncapkan kata

iqra‟ (bacalah) dan nabi menjawab (saya tidak bisa membaca), lalu jibril

(58)

ini terulang sampai tiga kali. Kemudian jibril membacakan ayat satu sampai

lima dan mengulanginya sampai beliau hafal dan tidak lupa lagi apa yang

disampaikan jibril tersebut. Metode pembiasaan dan pengulangan yang

digunakan Allah dalam mengajar rasulnya amat efektif sehingga apa yang

disampaikan kepadanya langsung tertanam dengan kuat di dalam kabulnya.

Inti pembiasaan sebenarnya adalah pengulangan terhadap segala sesuatu

yang dilaksanakan atau yang diuncapkan oleh seseorang. Hampir semua ahli

pendidikan sepakat untuk membenarkan pembiasaan sebagai salah satu

upaya pendidikan. Pembiasaan merupakan teknik pendidikan yang jitu,

walaupun ada kritik terhadap metode ini karena cara ini tidak mendidik

siswa untuk menyadari dengan analisis apa yang dilakukan. oleh karena itu

pembiasaan harus mengarah kepada kebiasaan yang baik (Anis ma‟shumah,

(59)

BAB III

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM

TELAH DALAM SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5

A. Pemikiran prinsip–prinsip pendidikan Islam menurut ahli

5. M. Athiyah Al-Abrasyi

Mengemukakan bahwa arah tujuan yang mencerminkan prinsip

pendidikan islam (1) budi pekerti adalah jiwa pendidikan islam, (2)

memperhatikan agama dunia sekaligus, (3) memperhatikan segi- segi

manfaat, (4) mempelajari ilmu sampai kepada hakikat kebenaran ilmu

yang membawa kepada kesempurnaan akhlak dan (5) pendidikan

jasmani, kejujuran dan kecakapan untuk memenuhi kehidupan. Dari

sini dinyatakan bahwa pendidikan islam adalah pendidikan ideal

dengan memperhatikan prinsip- prinsip (1) kebebasan, demokrasi, dan

persamaan dalam pendidikan, (2) pembentukan akhlak mulia tujuan

utamanya,(3) menyampaikan materi sesuai dengan akal dan

kemampuannya, (4) pendidikan islam adalah pendidikan yang bebas

dan terbuka, (5) pendidikan islam memperhatikan aspek individu,

dalam kemampuannya dan kesanggupannya, (6) memperhatikan

pembawaan, insting, dan bakat seseorang, (7) mencintai ilmu dan

menyediakan diri untuk belajar, (8) mengembangkan kemampuan

berpikir dan berbicara, (10) mengembangkan pendidikan manusiawi,

persuasif dan halus, (11) mengembangkan pendidikan menyeluruh

Referensi

Dokumen terkait

Kemudi­ an anggota keluarga yang sudah terbiasa dengan aturan syar’i berbaur dalam masyarakat secara pelan akan mengajak anggota masyarakat lainnnya melakukan hal sama dan lama

17 ىأر Thomas يتلا ةيناودعلا وه فينعلا كولسلا اهبكتري .اهل ططخملا وأ ايوفع ،تاعامج وأ دارفأ دنع فنعلا لاكشأ رشابملا فنعلا ،لاوأ :امه ،نيمسق ىلإ

Selain itu, juga terdapat keadaan cuaca yang tidak konstan cerah, maka digunakan solar cell daya 50 Wp dengan spesifikasi yang dapat dilihat pada Tabel

Potensi sumberdaya ikan kembung dapat diketahui dari data dan informasi tentang hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan kembung selama 5 tahun terakhir dengan

Pasal 479 k yang mengancam dengan pidana seumur hidup atau penjara selama- lamanya dua puluh tahun terhadap perbuatan yang diatur dalam Pasal 479i dan 479j

Dengan demikian Fhit =80,14 > Ftab = 3,86 mengartikan adanya pengaruh langsung positif secara linier antara budaya organisasi, keadilan organisasional dan kepuasan

Dari pemodelan dengan use case diagram di atas dapat diketahui bahwa aktor Karyawan sebagai aktor utama berperan aktif untuk mengisi progres pada proyek yang

Perbedaan jenis kelamin atau sex adalah sama di semua negara, dan merupakan fakta mengenai biologi manusia, tetapi, kata “jender” digunakan untuk mengenali menjadi laki-laki