• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGALAMAN IBU HAMIL DALAM PERAWATAN KEHAMILAN BERBASIS BUDAYA MADURA (Studi Kualitatif di Desa Pegantenan Kabupaten Pamekasan ) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGALAMAN IBU HAMIL DALAM PERAWATAN KEHAMILAN BERBASIS BUDAYA MADURA (Studi Kualitatif di Desa Pegantenan Kabupaten Pamekasan ) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGALAMAN IBU HAMIL DALAM PERAWATAN KEHAMILAN BERBASIS BUDAYA MADURA

(di Wilayah Pegantenan Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan)

Disusun oleh:

RONI WIJAYA 133210045

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

“INSAN CENDEKIA MEDIKA” JOMBANG

2017

(2)

PENGALAMAN IBU HAMIL DALAM PERAWATAN KEHAMILAN BERBASIS BUDAYA MADURA

(Di Wilayah Pegantenan Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program S1 Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

RONI WIJAYA 133210045

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

2017

(3)
(4)

PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul : PENGALAMAN IBU HAMIL DALAM PERAWATAN

KEHAMILAN BERBASIS BUDAYA MADURA (Di Wilayah Pegantenan Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan)

Nama Mahasiswa : RONI WIJAYA

Nim : 133210045

TELAH DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING PADA TANGGAL:

Muarrofah, S.Kep.Ns.,M.Kes Dwi Prasetyaningati.,S.Kep.Ns., M.Kep

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Mengetahui,

Ketua STIKes ICMe Ketua Program Studi

H. Bambang Tutuko, S.H., S.Kep.Ns., M.H Inayatur Rosyidah S.Kep.Ns., M.Kep

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diajukan oleh: Nama mahasiswa : RONI WIJAYA

NIM : 133210045

Program studi : S1 Keperawatan

Judul : PENGALAMAN IBU HAMIL DALAM PERAWATAN

KEHAMILAN BERBASIS BUDAYA MADURA (Di Wilayah Pegantenan Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan)

Telah berhasil dipertahankan dan diuji dihadapan dewan penguji dan diterima sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Keperawatan

Komisi Dewan Penguji

Ketua dewan penguji : Hidayatun Nufus S,ST., M.Kes. ( )

Penguji I : Muarrofah, S.Kep.Ns., M.Kes. ( )

Penguji II : Dwi Prasetyaningati.,S.Kep.Ns., M.Kep.( )

Ditetapkan di

Pada tanggal

: JOMBANG

: Juli 2017

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Pamekasan 25 Maret 1994, peneliti merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sunarto Santoso dan Ibu Mablubah.

Pada tahun 2007 peneliti lulus dari SDN Geladak Anyar 4 Pamekasan, pada tahun 2010 peneliti lulus dari SMPN 6 Pamekasan, pada tahun 2013 peneliti lulus dari SMAN 6 Pamekasan, dan pada tahun 2013 peneliti lulus seleksi masuk

STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur PMDK. Peneliti

memilih program studi S1 Keperawatan dari tiga pilihan program studi yang ada

di STIKes “ICMe” Jombang.

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar - benarnya.

Jombang, Juli 2017

Roni Wijaya

(7)

MOTTO

Kita menilai diri kita sendiri dari segala sesuatu yang kita rasa mampu kita lakukan, sedangkan orang lain menilai kita dari apa yang telah kita lakukan.

(8)

PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah ku ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayah-NYA yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai dengan yang di jadwalkan. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan. Skripsi ini kupersembahkan kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta, motivator terbesar dalam hidupku yang tak pernah

jemu mendo'akan, menyayangiku dan mendukungku selama ini, atas semua pengorbanan dan kesabaran mengantarku sampai kini. Tak pernah cukup ku membalas cinta Bapak dan Ibu padaku.

2. Untuk Adikku tersayang Indra Pramayuda dan Hendri Pramayudi yang

selalu menemaniku

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan secara tepat

skripsi dengan judul “Pengalaman Ibu Hamil Dalam Perawatan Kehamilan

Berbasis Budaya Madura (Di Puskesmas Pegantenan Kecamatan Pegantenan

Kabupaten Madura)” ini dengan baik tanpa adanya halangan apapun. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan program S1 Keperawatan di STIKes ICMe Jombang.

Terima kasih penulis sampaikan kepada: H. Bambang Tutuko, S.H., S.Kep.Ns., M.H selaku Ketua STIKes ICMe Jombang; Inayatur Rosyidah. S.Kep.Ns., M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan STIKes ICMe Jombang; Hidayatun Nufus, SsiT., M.Kes selaku dewan penguji Hj. Muarrofah, S.Kep.Ns.,M.Kes selaku pembimbing satu yang telah memberikan motivasi, dukungan serta ketelatenan dalam memberikan bimbingan, koreksi, dan saran kepada peneliti; Dwi Prasetyaningati,S.Kep.Ns.,M.Kep selaku pembimbing dua yang telah memberikan motivasi, sabar dan teliti dalam proses bimbingan serta memberikan koreksi dan saran kepada peneliti.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan selama penyusunan proposal ini, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan proposal ini

Jombang, Juli 2017

Penulis

(10)

ABSTRAK

PENGALAMAN IBU HAMIL DALAM PERAWATAN KEHAMILAN BERBASIS BUDAYA MADURA

(Studi Kualitatif di Desa Pegantenan Kabupaten Pamekasan )

Oleh : Roni Wijaya

Kehamilan merupakan saat yang menyenangkan dan dinanti – nantikan,

tetapi juga dapat menjadi saat kegelisahan dan keprihatinan. Bagi masyarakat Madura mitos sudah diyakini kebenarannya, Kadang kala kepercayaan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai medis modern, sehingga mengakibatkan permasalahan kesehatan pada ibu hamil pada masa kehamilan. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pengalaman ibu hamil dalam perawatan kehamilan berbasis budaya Madura.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis survei, Metode kualitatif dengan jenis survei lebih mengutamakan untuk mengamati fenomena alam atau sosial yang terjad didasarkan pada perspektif dan pengalaman yang diteliti. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan wawancara mendalam. Teknik analisa data pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan simpulan.

Kesimpulan pada penelitian Masyarakat desa mayoritas lebih mempercayai dukun beranak untuk memeriksakan kehamilan dari pada bidan desa. Ada mitos yang dipercaya dan tidak ada mitos yang dipercaya, seperti tidak boleh melilitkan handuk dileher, jika hal tersebut dilakukan maka dipercaya tali pusar akan melilit bayi yang akan membahayakan bayi yang ada didalam kandungan. Sebagian besar masyarakat desa Pegantenan meyakini bahwa jika tidak mengikuti semua proses ritual kehamilan akan mendatangkan musibah yang menimpa ibu dan bayi didalam kandungan, ritual merupakan salah satu kebiasaan yang masih sangat erat dalam kebudayaan Madura. Sebagian besar masyarakat desa Pegantenan meyakini bahwa jika tidak mengikuti semua proses ritual kehamilan akan mendatangkan musibah yang menimpa ibu dan bayi didalam kandungan, ritual merupakan salah satu kebiasaan yang masih sangat erat dalam kebudayaan Madura.

Kata kunci : Budaya Madura, Pengalaman, Perawatan Kehamilan.

(11)

ABSTACT

THE TREATMENT OF PREGNANT WOMEN EXPERIENCE PREGNANCY-BASED CULTURE OF MADURA

(Qualitative Study in the village of Pegantenan Pamekasan)

By: Roni Wijaya

Pregnancy is a time of fun and highly anticipated – look forward to, but it can also

be a time of anxiety and concern. Low level of public awareness about the health of expectant mothers become factors determining maternal mortality (DMM) and infant mortality (IM). The goal of the research is to know the experiences of pregnant women in the treatment of pregnancy-based culture of Madura.

The research uses qualitative methods with types of surveys, qualitative Method with the type of the survey prefer to observe natural phenomena or social terjad based on the experience and perspective are examined. Method of data collection in this research with in-depth interviews. Data analysis techniques of data collection, data reduction, the presentation of data and conclusions.

The Conclusions of research mother’s experience while pregnant in the treatment

of pregnancy in Madura, are there any myths in treating pregnancy in madura, based on experience of What the risks are if you don't follow all the rituals of pregnancy according to Madura culture, what are the risks of not following the process of cultural rituals associated with madura pregnancy, how to experience mother related what should and should not do while pregnant mothers according to the rules of the culture of Madura , If the pressure of the emotions (anxiety, cry or angry) what does the mother while pregnant, during pregnancy, if the mother often pijet, what there are special activities each month during pregnancy, according to the culture of Madura. Level of knowledge about the care of pregnant women at risk of pregnancy could endanger the mother and the baby in the womb, it is hoped the presence of the granting of additional information about the importance of the maintenance of pregnancy.

Key words: culture Maintenance experience, Madura, pregnancy.

(12)

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ... i

SAMPUL DALAM ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO ... vii

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN

2.1.2 Periode masa kehamilan ... 8

2.1.3 Perubahan Psikologis dalam Kehamilan ... 11

2.1.4 Kebutuhan psikologis ibu hamil ... 14

2.1.5 Kebutuhan nutrisi pada ibu hamil ... 16

2.2 Konsep asuhan kehamilan ... 20

2.2.1 Pengertian ... 20

2.2.2 Tujuan asuhan kehamilan ... 20

(13)

2.2.3 Standar asuhan kehamilan ... 21

2.2.4 Pelaksanaan asuhan kehamilan ... 24

2.2.5 Faktor-faktor yang mepengaruhi kesehatan ibu hamil ... 25

2.3 Kebudayaan ... 29

2.3.1 Pengertian Kebudayaan ... 29

2.3.2 Tradisi selama kehamilan ... 31

2.3.3 Budaya Madura dalam Perawatan Kehamilan ... 35

2.3.4 Tindakan Ibu Hamil dalam Pengalaman Perawatan Kehamilan di Madura ... 35

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual ... 37

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 38

4.2 Rancangan Penelitian ... 38

4.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

4.4 Subyek Penelitian ... 39

4.5 Definisi Operasional ... 40

4.6 Instrumen Penelitian Dan Pengumpulan Data ... 40

4.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 41

4.8 Etika Penelitian ... 42

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik informan ... 45

5.2 Hasil Penelitian ... 47

5.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi operasional... 40 Tabel 5.1 Karakteristik informan utama... 46 Tabel 5.2 Karakteristik informan pendukung ... 46

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengalaman Ibu Hamil Dalam

Perawatan Kehamilan Berbasis Budaya Madura 37

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Pernyataan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Kuesioner Data Demografi

Lampiran 3 : Lembar Pertanyaan

Lampiran 4 : Percakapan dengan responden

Lampiran 5 : Dokumentasi penelitian

Lampiran 6 : Lembar Pernyataan Dari Perpustakaan

Lampiran 7 : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 8 : Surat balasan dari Puskesmas Pegantenan

Lampiran 9 : Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran 10 : Lembar Pernyataan Bebas Plagiasi

(17)

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

1. Daftar Lambang

X : Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi

skor T

X : Mean skor kelompok

N : Jumlah populasi

%: Presentase

< : Lebih kecil

> : Lebih besar

2.Daftar Singkatan

STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

ICME : Insan Cendekia Medika

Promkes : Promosi kesehatan

Kemenkes : Kementrian Kesehatan

Dinkes : Dinas kesehatan

PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

Dkk : Dan kawan-kawan

AKI : Angka kematian ibu

AKB : Angka kematian bayi

HIV : Human Immunodeficiency Virus

WHO : World Health Organization

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan saat yang menyenangkan dan dinanti – nantikan,

tetapi juga dapat menjadi saat kegelisahan dan keprihatinan. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentuan angka kematian Ibu (AKI) atau Angka Kematian Bayi (AKB). Masih banyak faktor lain yang juga cukup penting. Pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat, nilai budaya. Madura pada umumnya masih percaya pada mitos, yang berkaitan dengan ibu hamil dan perawatan pada masa kehamilan. Bagi masyarakat Madura mitos sudah diyakini kebenarannya karena beberapa bukti yang terjadi. Masyarakat akan melakukan apa saja dengan harapan keselamatan pada ibu dan bayinya. Kadang kala kepercayaan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai kesehatan medis modern, sehingga mengakibatkan permasalahan kesehatan pada ibu hamil pada masa kehamilan (Pradhaksa, 2017).

Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Pamekasan Tahun 2014, Pencakupan Kunjungan ibu hamil (K1) di Kabupaten Pamekasan Tahun 2014 sebesar 98.5% dan kunjungan K4 sebesar 87.81%. Pencapaian K4 ini belum bisa mencapai target

yang ditentukan oleh SPM maupun MDG‟s yaitu sebesar 95%. Masih belum

tercapainya target K4 disebabkan karena masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan selama hamil ke bidan maupun dokter.

(19)

2

Profil Kesehatan Kabupaten Pamekasan Tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah kematian ibu di Kabupaten Pamekasan tahun 2014 sebanyak 13 ibu per 13.610 kelahiran hidup atau sebesar 95.52 per 100.000 kelahiran hidup dan masih

berada di bawah target MDG‟s 2015 sebanyak 102 per 100.000 kelahiran hidup.

Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Indonesia mengalami peningkatan dari 5 periode sebelumnya yaitu pada tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini jauh dari harapan yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Penelitian Devi, dkk (2009) membuktikan bahwa Health Education merupakan salah satu kegiatan yang tepat guna dalam upaya penurunan angka

kematian ibu hamil yaitu “Modifikasi Model Community Development”.

Berdasarkan penelitian tersebut, terungkap alasan ibu hamil di Madura lebih memilih melahirkan pada dukun beranak karena latar belakang budaya yang menyatakan bahwa bila ibu hamil melakukan persalinan pada bidan, maka persalinannya dianggap sulit. Selain karena latar belakang budaya alasan lain yang menyebabkan ibu hamil tidak melakukan persalinan pada bidan yaitu karena biaya persalinan bidan mahal, takut operasi, dan lain-lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan Health Education merupakan salah satu solusi yang tepat guna untuk mengendalikan angka kematian Ibu dan anak, oleh karena itu diperlukan suatu upaya yang melibatkan semua pihak petugas kesehatan, tokoh masyarakat, dan masyarakat terutama para ibu hamil untuk terus menerus menumbuhkan

(20)

3

kesadaran pada pribadi masing – masing untuk mengoptimalkan pemeriksaan dan

perawatan kehamilan ke petugas pelayanan kesehatan (Haryanto, 2010).

Membicarakan mengenai mitos dan fakta seputar kehamilan memang tidak akan pernah ada habisnya. Mitos telah menjadi adat istiadat yang bersifat turun temurun dari orang tua kita terdahulu, menjadi suatu hal yang biasa dan sangat mereka yakini. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab-akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, fakta dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan terhadap beberapa makanan tertentu (Susmiati, 2011). Mitos-mitos semacam itu masih berlaku pada zaman modern sekarang ini, bahkan beberapa tenaga kesehatan sendiri masih mempraktikkannya. Hal itu membuktikan mitos-mitos yang terdapat di masyarakat masih memiliki peran yang berarti untuk kelancaran proses kehamilan dan persalinan (Khuzaiyah, 2010). Mitos kehamilan yang terjadi pada ibu hamil dipengaruhi oleh berbagai faktor yang melingkupi setiap ibu hamil diantaranya adalah faktor pengetahuan. Faktor pengetahuan memegang peranan penting bagi ibu hamil dalam membentuk pola fikir dalam hal kepercayaan terhadap mitos. Semakin tinggi pengetahuan yang diperoleh oleh seseorang maka kepercayaan terhadap mitos makin diabaikan. Faktor keluarga juga berperan dalam kepercayaan terhadap mitos. Artinya bila pasangan suami istri tinggal

(21)

4

bersama dengan orang tuanya maka banyak pantangan yang mesti mereka taati. Sebaliknya bila suami istri tinggal terpisah dengan orang tuanya mereka cenderung tidak mengikuti mitos tersebut. Alasannya karena tidak ada yang melarang dan mengingatkan. Selain itu faktor lingkungan hidup juga berpengaruh terhadap kepercayaan terhadap mitos. Maknanya, bagi masyarakat yang hidup didaerah yang dekat dengan pusat pelayanan kesehatan, mereka relatif lebih mudah melakukan interaksi dengan berbagai pengetahuan yang bersumber dari kesehatan modern (Barthes, 2007).

Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang "Pengalaman Ibu Hamil Dalam Perawatan Kehamilan Berbasis Budaya Madura".

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan petanyaan penelitian sebagai berikut :

Bagaimana Pengalaman Ibu Hamil Dalam Perawatan Kehamilan Berbasis Budaya Madura?

1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya pengalaman ibu hamil dalam perawatan pada kehamilan berbasis budaya Madura.

(22)

5

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengalaman ibu selama hamil dalam perawatan kehamilan

di madura?

2. Mengetahui apa ada mitos-mitos dalam merawat kehamilan di madura,

jika ada coba ibu ceritakan pengalamannya?

3. Mengetahui resikonya jika tidak mengikuti semua ritual kehamilan

menurut budaya madura?

4. Apa resikonya tidak mengikuti proses ritual budaya madura terkait

dengan kehamilan?

5. Mengetahui pengalaman ibu terkait apa yang boleh dan tidak boleh

dilakukan ibu selama hamil menurut aturan budaya madura?

6. Mengetahui cara mengatasi stres berdasarkan kebiasaan bijak

7. Mengetahui kebiasaan bijak selama kehamilan

8. Mengetahui kegiatan khusus

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Secara Teoritis

Dapat digunakan sebagai kerangka dalam membangun ilmu keperawatan maternitas, yang berhubungan dengan,Pengalaman Ibu Hamil Dalam Perawatan Kehamilan Berbasis Budaya Madura.

(23)

6

1.4.2 Secara Praktis

1. Bagi tempat penelitian

Dapat menjadi masukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang mitos-mitos selama kehamilan .

2. Bagi petugas kesehatan

Sebagai bahan masukan dan informasi dalam melaksanakan pelayanan dan memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil tentang mitos-mitos selama kehamilan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang mitos-mitos selama kehamilan.

(24)

BAB 2

TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep kehamilan

2.1.1 Pengertian kehamilan

Kehamilan (pregnancy) di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitungdari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau sepuluh bulan lunar atau 90 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimister, dimana trimister kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimiter kedua 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke 27), dan trimister ke tiga 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke 40) (Prawirohardjo, 2009).

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan bersalin. Federasi Obstetri Ginekologi Internasional mendefenisikan kehamilan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua dalam 15 minggu (minggu 13 hingga ke-27), dan trimester ketiga dalam 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2009). (Solihah, 2011) mengatakan, secara medis kehamilan dimulai dari proses pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa dari pihak pria.

(25)

8

Sel telur yang dibuahi akan berkembang jadi bakal embrio yang kemudian akan menjalani pembelahan sampai 78 sel. Bakal janin ini lalu akan menempel di selaput lendir rahim, yang terletak di rongga rahim. Kehamilan disimpulkan sebagai masa dimana wanita membawa embrio dalam tubuhnya yang diawali dengan keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh yang membuat terjadinya proses konsepsi dan inplantasi sampai lahirnya janin.

2.1.2 Periode masa kehamilan

Dalam siklus kehamilan terbagi menjadi tiga periode/ triwulan sebagai berikut:

1. Kehamilan trimester pertama (1-3 bulan). Awal kehamilan atau masa

trimester pertama merupakan saat yang rawan bagi perkembangan janin, karena biasanya banyak wanita tidak menduga kalau dirinya sedang hamil. Kehamilan baru diketahui ketika usia janin sudah menginjak waktu lebih dari satu bulan. Sementara itu, jika mereka tidak sadar sedang hamil, mereka akan mengkonsumsi berbagai macam makanan serta obat yang bisa merusak perkembangan bayi dalam kandungan, karena itulah janin pada umur 1-3 bulan ini sangat rentan keguguran.

Saat masa subur, jika sel telur dibuahi maka akan terjadi penempelan sel telur yang berbentuk semacam bola pada dinding rahim calon ibu. Masa ini adalah masa rawan, karena janin masih berupa cikal bakal. Jika Janin selamat, maka bola sel telur itu akan terus berkembang. Perkembangan sel telur ini akan membentuk seperti udang yang masih berukuran kecil. Sel telur berbentuk udang kecil ini akan semakin

(26)

9

berkembang saat memasuki usia kehamilan dua bulan yang disertai dengan penyusunan organ vital jantung serta susunan saraf pusat sejak kehamilan bulan pertama. Bentuk udang akan semakin menyerupai bayi pada pertengahan bulan kedua, dan disertai dengan terbentuknya wajah bayi serta membesarnya ukuran kepala. Tanda-tanda kehidupan akan muncul dimulai dengan berfungsinya jantung yang ditandai dengan detakan lembut. Selain itu organ lain seperti bagian tangan serta kaki jug mulai terbetuk, seiring dengan terlihat jelasnya tali pusat serta munculnya otot-otot. Pertumbuhan semakin sempurna pada bulan ketiga dimana jantung sudah mencapai bentuk yang sempurna.

Selain jantung, organ-organ lain juga ikut sempurna seperti kaki serta tangan. Bulan ketiga juga mulai terbentuk organ baru seperti telinga, pemisahan jari-jari tangan serta kaki yang mengikuti pembentukan kaki serta tangan lainnya. Sementara organ-organ vital lainnya baru akan terbentuk pada akhir bulan ketiga dan akan semakin sempurna pada bulan keempat, karena perkembangannya sudah mulai sempurna.

2. Kehamilan trimester kedua (4-6 bulan). USG baru mulai bisa

memperlihatkan bentuk bayi dalam kandungan pada umur tiga bulan namun itu baru gambaran kasar bayi. Memasuki bulan keempat, perkembangan janin akan memasuki trimester kedua. Janin akan mulai bergerak yaitu pada bulan keempat, tepatnya sekitar minggu ketiga belas. Hal ini terjadi karena hormon pada bayi mulai aktif sehingga mereka sudah mulai bisa bereaksi dengan situasi di dalam kandungan. Perkembangan bagian tangan dan kaki mulai diikuti dengan tumbuhnya kuku serta rambut-rambut halus. Rambut

(27)

10

halus ini akan semakin menebal pada usia empat bulan, yang menyebabkan sempurnanya bentuk alis, bulu mata serta rambut. Kulit juga mulai berkembang pada periode ini, yang dimulai dengan kulit yang sangat tipis. Begitu pula dengan panca indera yang lainnya seperti mata, hidung, telinga ataupun mulut, sehingga pada bulan keempat ini, wajah mulai terbentuk pada janin. Pada umur tiga bulan, bayi akan seukuran empat inci dan bertambah satu inci pada bulan setelahnya.

Sementara untuk berat, pada umur empat bulan baru mencapai 45 gram tapi akan meningkat drastis setelah bulan keempat yaitu sampai 160 gram. Benar-benar perkembangan yang pesat. Jika hamil dengan umur lima bulan, maka siap-siaplah untuk merasakan tendangan lembut pada perut. Penyebabnya, hormon yang mulai aktif sehingga memicu aktivitas bayi. Yang paling penting, pada umur lima bulan bayi akan mulai membentuk selaput putih yang melapisi tubuh serta kulitnya yang kemudian kita kenal dengan ari-ari. Berat badan bayi semakin bertambah pada bulan ini hingga mencapai 650 gram dengan panjang sekitar 12 inci. Gerakan akan semakin terasa karena pada umur enam bulan ini bayi mulai berubah posisi. Untuk merangsang pertumbuhan janin supaya berkembang dengan baik ,maka mulai umur enam bulan ini, disiapkan musik-musik lembut karena bayi sudah mulai bisa mendengar.

3. Kehamilan trimester ketiga (7-9 bulan). Setelah usia janin memasuki

trimester pertama dan kedua, sisanya adalah menunggu kelahiran yang biasanya terjadi pada trimester ketiga. Pada trimester ini yang dimulai dengan bulan ketujuh, maka akan mulai disibukan dengan pemeriksaan dan

(28)

11

persiapan kelahiran bayi. Beberapa proses penyempurnaan perkembangan janin terjadi pada bulan-bulan ini, dimulai pada bulan ketujuh yaitu sistem sarafnya yang mulai bekerja serta otak yang berkembang dengan sangat cepat dari waktu ke waktu. Bayi dalam kandungan juga mulai bisa membuka dan menutup kelopak mata pada trimester akhir ini khususnya pada bulan kedelapan.

Masa ini adalah masa saat seorang ibu bisa memperhatikan dengan jelas pergerakan sang bayi, bersama tendangan-tendangannya. Trimester akhir ini, bayi sudah benar-benar berkembang, baik dalam kelengkapan serta fungsi organ-organ tubuh ataupun penambahan berat badannya. Bayi juga sudah mulai bisa mengambil sesuatu dan menahannya, sementara dilain pihak janin juga sudah memiliki reflek menghisap yang baik sebagai bekalnya menyusu saat lahir nanti. Calon bayi juga sudah siap dilahirkan mulai bulan delapan, dimana paru-parunya telah sepenuhnya berkembang, sistem kekebalan tubuh berfungsi, otaknya sedang bekerja dan beratnya sudah mencapai 2,3 kilogram atau lebih besar tergantung gennya. Lidah bayi juga sudah mulai mengecap rasa, entah itu rasa asam ataupun manis. Idealnya bayi akan lahir pada umur delapan sampai sembilan bulan, saat ia sudah mencapai pertumbuhan yang cukup dan fisiknya telah tumbuh dengan sempurna. Sangat penting untuk menyadari semua perubahan yang terjadi dengan bayi dalam tubuh.

Ketika otaknya sedang berkembang, sangatlah penting bagi ibu untuk melatih diri agar mendapatkan nutrisi yang baik dan mengkosumsi vitamin prenatal setiap hari, sesuai dengan saran dokter. Istirahat yang

(29)

12

cukup dan menjaga diri sendiri terutama jauh dari rokok, alkohol serta obat-obatan karena bisa menyebabkan kerusakan yang signifikan pada bayi.

2.1.3 Perubahan Psikologis dalam Kehamilan

Kehamilan dari sudut psikologi merupakan peristiwa yang membahagiakan bagi seluruh anggota keluarga, sementara diantara anggota dalam keluarga tersebut ada anggota yang disamping merasa bahagia juga mengalami kegelisahan dan kecemasan, bahkan dapat mengalami depresi. Anggota keluarga yang dimaksud adalah si calon ibu. Sejak saat hamil pada umumnya ibu hamil sudah mengalami kegelisahan dan kecemasan tentang kehamilannya Niven (1992). Kegelisahan dan kecemasan selama kehamilan merupakan kejadian yang tidak terelakkan, merupakan fenomena yang hampir selalu menyertai kehamilan, merupakan bagian dari suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik dan psikologis mendasar yang terjadi selama kehamilan. Selanjutnya timbulnya kecemasan dan kegelisahan tersebut mengawali terjadinya perubahan psikologis berupa peningkatan sensitivitas nyeri, dimana nilai ambang nyeri menurun, artinya dengan stimuli kecil saja wanita hamil sudah merasakan nyeri.

Semakin tinggi tingkat kecemasan, semakin rendah nilai ambang nyeri, menyebabkan semakin berat nyeri yang dipersepsi Reeder (1997). Begitu beratnya asumsi masyarakat terhadap kecemasan dan nyeri kehamilan serta persalinan sehingga mempengaruhi budaya lokal, antara lain timbulnya tradisi upacara

„tingkepan‟ atau „mitoni‟ (peringatan 7 bulan kehamilan) dalam masyarakat etnis

Jawa. Menurut tradisi tersebut upacara itu dimaksudkan sebagai tolak bala demi keselamatan dan kesehatan ibu dan bayinya selama kehamilan, saat kelahiran dan sesudahnya. ibu hamil yang mengalami kecemasan tetapi mendapat dukungan

(30)

13

emosional dan fisik dari suaminya sebagaimana yang diharapkan, akan kecil kemungkinannya mengalami komplikasi psikologis akibat kehamilan.

Hasil studi tentang psikologi kehamilan membuktikan bahwa fenomena kecemasan yang berhubungan dengan kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang merupakan beban ekstra yang dapat berasal dari dalam tubuh sendiri maupun dari kejadian diluar tubuh. Apabila ibu hamil tidak mampu beradaptasi dengan beban ekstra tersebut, akan mengalami kecemasan (Notosoedirdjo, 1996).

Selain itu adanya perubahan hormonal ini menyebabkan emosi perempuan selama kehamilan cenderung berubah-ubah, sehingga tanpa ada sebab yang jelas seorang wanita hamil merasa sedih, mudah tersinggung, marah atau justru sebaliknya merasa sangat bahagia. Kartono (1992) mengatakan bahwa semakin bertambah beratnya beban kandungan dan bertambah banyaknya rasa tidak nyaman secara fisik, maka kondisi psikologis ibu hamil juga ikut terganggu, sehingga dapat mengalami kecemasan. Hal tersebut juga didukung hasil penelitian Darmayanti (2003) yang menunjukkan bahwa 80% ibu hamil mengalami rasa khawatir, was-was, gelisah, takut dan cemas dalam menghadapi kehamilannya. Perasaan-perasaan yang muncul antara lain berkaitan dengan keadaan janin yang dikandung, ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi persalinannya, serta perubahan fisik dan psikis yang terjadi.

Penyebab kecemasan pada masa kehamilan terutama pada kehamilan trimester ketiga dalam hal ini contohnya seperti rasa cemas dan takut mati, trauma kelahiran, perasaan bersalah atau berdosa dan ketakutan riil seperti ketakutan bayinya lahir cacat. Pada saat yang sama, ibu hamil juga merasakan kegelisahan mengenai kelahiran bayinya dan permulaan dari fase baru dalam hidupnya.

(31)

14

Perasaan cemas ibu hamil trimester ketiga dalam memikirkan proses melahirkan serta kondisi bayi yang akan dilahirkan tidak hanya berlangsung pada kehamilan pertamanya, tetapi juga pada kehamilan-kehamilan berikutnya. Walaupun mereka telah mempunyai pengalaman dalam menghadapi persalinan tetapi rasa cemas tetap akan ada Ambarwati (2004). Ibu hamil yang mengalami rasa cemas berlebihan akan berdampak buruk sehingga dapat memicu terjadinya rangsangan kontraksi atau sebaliknya tidak ada kontraksi yang bisa menyebabkan perdarahan saat persalinan sehingga dapat menyebabkan kematian bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat.

2.1.4 Kebutuhan psikologis ibu hamil

Kecemasan yang dialami oleh ibu hamil sampai menjelang masa persalinan selain karena faktor fisik dan psikologis juga kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti faktor sosial. Faktor sosial yang dapat menyebabkan kecemasan tersebut seperti pengalaman melahirkan, dukungan sosial, hubungan suami istri dan keluarganya Pitt (1994). Untuk menurunkan rasa cemas tersebut ibu hamil sangat memerlukan suatu dukungan antara lain :

1. Support Keluarga. Kehamilan merupakan krisis bagi kehidupan keluarga

yang dapat diikuti dengan stres dan kecemasan. Perubahan dan adaptasi selama kehamilan, tidak hanya dirasakan oleh ibu tetapi seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu, selama kehamilan seluruh anggota keluarga harus terlibat terutama suami. Dukungan dan kasih sayang dapat memberikan perasaan nyaman dan aman ketika ibu merasa takut dan khawatir dengan kehamilannya.

(32)

15

2. Dukungan Suami. Dukungan dan peran serta suami selama kehamilan

meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan persalinan bahkan dapat memicu produksi ASI. Tugas suami yaitu memberikan perhatian dan membina hubungan baik dengan istri, sehingga istri mengkonsultasikan setiap masalah yang dialaminya selama

3. Dukungan Keluarga. Keluarga harus menjadi bagian dalam mempersiapkan

pasangan menjadi orang tua. Dukungan keluarga dapat berbentuk: orang tua kandung maupun mertua mendukung kehamilan ini, orang tua kandung maupun mertua sering berkunjung, seluruh keluarga mendoakan keselamatan ibu dan bayi, serta menyelenggarakan ritual adat istiadat.

4. Dukungan Lingkungan. Dukungan lingkungan dapat berupa doa bersama

untuk keselamatan ibu dan bayi, membicarakan dan menasehati tentang pengalaman hamil dan melahirkan, kesediaan untuk mengantarkan ibu periksa, menunggui ibu ketika melahirkan dan mereka dapat menjadi seperti saudara ibu hamil.

5. Support Tenaga Kesehatan. Tenaga kesehatan khususnya bidan sangat

berperan dalam memberikan dukungan pada ibu hamil. Bidan sebagai tempat mencurahkan segala isi hati dan kesulitannya dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Tenaga kesehatan harus mampu mengenali keadaan yang terjadi disekitar ibu hamil. Hubungan yang baik, saling mempercayai dapat memudahkan bidan/ kehamilan. Penelitian yang dimuat

dalam artikel ”What Your Partner Might Need From You During

Pregnancy” terbitan Allina Hospitals dan Clinics (2001), Amerika Serikat,

mengatakan keberhasilan seorang istri dalam mencukupi kebutuhan ASI

(33)

16

untuk bayinya kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami dalam masa kehamilan. Contoh dukungan suami selama kehamilan antara lain: mengajak istri jalan-jalan ringan, menemani istri

memeriksakan kehamilannya, tidak membuat masalah dalam

berkomunikasi. tenaga kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan. Peran bidan dalam memberikan dukungan antara lain: melalui kelas antenatal, memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang bermasalah untuk konsultasi, meyakinkan bahwa ibu dapat menghadapi perubahan selama kehamilan, membagi pengalaman yang pernah dirasakan sendiri dan memutuskan apa yang harus diberitahukan pada ibu dalam menghadapi kehamilannya.

6. Rasa Aman dan Nyaman Selama Kehamilan. Ketidaknyamanan fisik

maupun psikologis dapat terjadi pada ibu selama kehamilan. Kerjasama bidan dengan keluarga sangat diharapkan agar dapat memberikan perhatian dan mengatasi masalah yang terjadi selama kehamilan. Dukungan dari suami, keluarga yang lain dan tenaga kesehatan dapat memberikan perasaan aman dan nyaman selama kehamilan.

2.1.5 Kebutuhan nutrisi pada ibu hamil

Dalam masa kehamilan dibagi menjadi tiga periode yaitu bulan ke 1 sampai 3 disebut trimester satu. Bulan selanjutnya yaitu 4-6 trimester dua. Bulan ke 7 sampai kelahiran bayi disebut trimester tiga. Dalam setiap trimester memiliki pertumbuhan bayi yang berbeda sehingga nutrisi yang dibutuhkan berbeda Kebutuhan nutrisi harus dipenuhi sesuai trimester kehamilan.

(34)

17

1. Trimester satu. Minggu pertama sampai minggu ke dua belas adalah

perkembangan janin untuk kelengkapan organ penting. Nutrisi yang dibutuhkan berupa kalori yang lebih. Pertumbuhan janin memerlukan asupan kalori yang sesuai sehingga terbentuk cepat. Asupan kalori kadang terganggu karena adanya mual dan muntah yang pada umumnya dialami pada trimester pertama. Karbokidrat yang dibutuhkan sebanyak 2000 kilo kalori yang bisa didapat dari nasi, roti, gantum dan sereal dll. Kalsium juga memiliki peranan dalam pembentukan tulang rangka janin yang didapat dari: susu, yogurt dan jenis makana lain yang mengandung protein untuk pertumbuhan sel otak.Vitamin A, B1, B2, B3 dan B6 sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin, selain itu vitamin B12 dalam pembentukan sel darah.

2. Trtimester dua. Pada trimester ini memiliki kemampuan perkembangan

yang sangat pesat, sehingga harus diimbangi dengan asupan nutrisi. Pada awal trimester kedua asupan kalori memang masih perlu ditingkatkan mengingat banyaknya organ yang akan terbentuk. Jangan lupa asupan zat besi dan vitaminC dalam mengoptimalkan pembentukan sel darah merah dalam mendukung jantung dan system peredaran darah janin yang sedang berkembang pada minggu ke 17. Asam lemak omega 3 dibutuhkan untuk pembentukan otak janin diakhir trimester dua. Hindari asupan yang mengandung kafein yang tinggi, kopi dan teh karena kafein beresiko mengganggu perkembangan system saraf pusat. Ibu hamil perlu menambah asupan makanan dengan 300 kalori/hari. Pilih makanan yang banyak mengandung serat seperti sayuran hijau dan buah-buahan. Banyak minum 8-

(35)

18

10 gelas/hari untuk menghindari sembelit dan wasir yang banyak diderita oleh ibu hamil.

3. Trimester tiga. Untuk mempersiapkan kelahiran bayi, ibu hamil

membutuhkan bekal energi yang memadai. Selain untuk mengatasi beban yang bertambah beratnjuga untuk cadangan energi dalam persalinan nantinya. Gizi seimbang tidak boleh dikesampingkan oleh ibu hamil baik secara kuantitas dan kwalitasnya. Pertumbuhan otak janin akan terjadi cepat sekali pada dua bulan terakhir menjelang persalinan oleh karena itu jaga jangan sampai ibu hamil kekurangan nutrisi yang berkwalitas tinggi.

Kebutuhan ibu hamil akan nutrisi lebih tinggi dibandingkan saat sebelum hamil dan kebutuhan tersebut semakin bertambah pada saat ibu menyusui bayinya. Kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan kandungannya dapat diukur berdasarkan kenaikan berat badannya. Fase pemenuhan gizi ibu dan bayi yang paling efektif harus dimulai sebelum masa kehamilan dan kemudian berfokus pada 12 minggu pertama masa kehamilan. (Wibowo, 2012 dalam Sulistiyanti, 2013). Kebutuhan energi dan zat gizi pada tubuh akan meningkat karena kondisi kehamilan mengakibatkan terjadinya peningkatan metabolisme energi pada ibu hamil. Pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan ketika seseorang mengalami kondisi hamil. Namun kekurangan energi dari protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium seringkali terjadi pada ibu hamil. Kekurangan energi kronik yang diderita oleh ibu hamil mempunyai resiko yang tinggi dan komplikasi pada kehamilan. Resiko dan komplikasi meliputi anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan mudah terkena penyakit

(36)

19

infeksi (Lubis, 2003). Hal yang sama dikatakan oleh Praditama (2010) yang mengutip Soedarmo (1977) mengatakan bahwa pada wanita hamil, terdapat pertumbuhan janin dan jaringan pada wanita terhubung dengan keperluan pertumbuhan janin tersebut. Sehingga wanita hamil memerlukan tambahan kalori di atas keadaan normal biasanya. Namun, adanya kepercayaan dalam budaya dapat berhubungan dengan kebiasaan makan, kebiasaan mempertahankan kesehatan, kebiasaan sakit, serta gaya hidup (Mubarak, 2007 dalam Sulistiyanti (2013).

Menurut Simanjuntak (2005), setiap trimester kebutuhan ibu akan makanan

berbeda – beda. Pada kehamilan trimester pertama umumnya timbul keluhan

seperti rasa mual, ingin muntah, pusing-pusing, selera makan berkurang, tetapi ibu hamil harus tetap makan, dan untuk menghindari rasa mual dan muntah posi makanan kecil akan tetapi frekuensi makan sering. Pada trimester kedua mulai dibutuhkan tambahan kalori untuk pertumbuhan serta perkembangan janin serta untuk mempertahankan kesehatan si ibu. Hendaknya lebih banyak memakan bahan makanan sumber protein. Bahan makanan sumber protein adalah ikan, daging, telur, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tempe, tahu, dan lain - lain. Pada trimester ketiga, pada saat ini nafsu makan sudah baik sekali cenderung untuk merasa lapar terus menerus sehingga perlu diperhatikan agar tidak terjadi kegemukan.

Praditama (2010) yang mengutip pendapat Foster & Anderson (2006), terdapat pantangan ataupun mitos-mitos pada masyarakat selama masa kehamilan yang dapat merugikan ibu hamil. Pantangan terhadap makanan tentu akan merugikan apabila berbeda dengan tinjauan medis. Dalam pantangan agama,

(37)

20

tahayul, dan kepercayaan tentang kesehatan, terdapat bahan makanan bergizi yang tidak boleh dimakan. Makanan merupakan konstruksi sosial yang dibangun oleh masyarakat melalui budaya setempat. Bukan hanya masalah gizi yang terdapat dalam makanan, namun juga persoalan tentang budaya yang meliputi ketersediaan makan, kebiasaan makan, pantangan makan dan pengambilan keputusan.

2.2 Konsep asuhan kehamilan 2.2.1 Pengertian

Asuhan Kehamilan adalah pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan memeriksa keadaan ibu dan janin yang dilakukan secara berkala diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yangditemukan selama kehamilan Yulifah ( 2009).

Asuhan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan Depkes RI (2010). Asuhan kehamilan merupakan suatu program berkesinambungan selama kehamilan, persalinan, kelahiran dan nifas yang terdiri atas edukasi, screening, deteksi dini, pencegahan, pengobatan, rehabilitasi yang bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman, sehingga ibu mampu merawat bayi dengan baik (Sosroatmodjo, 2010).

2.2.2 Tujuan asuhan kehamilan

Mansjoer (2005) menyatakan bahwa tujuan asuhan kehamilan adalah memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi; meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi; mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau

(38)

21

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan; mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin; mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif; mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

Tujuan asuhan kehamilan meliputi; mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi; mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah, atau obstetri selama kehamilan; mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi komplikasi; membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan nifas normal dan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial (Kusniyati, 2009)

2.2.3 Standar asuhan kehamilan

Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi timbang berat badan, pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, serta temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi, serta KB pasca persalinan (Depkes RI, 2010). Pelayanan asuhan kehamilan yang diberikan petugas kesehatan yang profesional pada ibu hamil sesuai dengan

(39)

22

standar antenatal care yang telah ditetapkan dengan standar minimal “7T”,

meliputi :

1. Timbang Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan. Total pertambahan

berat badan pada kehamilan yang normal adalah 11,5 - 16 kg. Adapun tinggi badan menentukan ukuran panggul ibu, ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil yaitu >145 cm (Yeyeh, 2009).

2. Ukur Tekanan Darah. Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui

perbandingan nilai dasar selama masa kehamilan, tekanan darah yang adekuat perlu untuk mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah sistolik 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg pada saat awal pemeriksaan dapat mengindikasi potensi hipertensi (Yeyeh, 2009).

3. Ukur Tinggi Fundus Uteri. Apabila usia kehamilan di bawah 24 minggu

pengukuran dilakukan dengan jari, tetapi apabila kehamilan di atas 24 minggu memakai pengukuran Mc. Donald yaitu dengan cara mengukur tinggi fundus uteri memakai cm dari atas simfisis ke fundus uteri kemudian ditentukan sesuai rumusnya (Depkes RI, 2007).

4. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap , untuk mencegah

supaya bayi tidak terjkena penyakit Tetanus (Tetanus neonaturum). Pemberian immunisasi TT pada kehamilan pada umumnya 2 kali saja. Immunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu dan untuk immunisasi ke dua diberikan 4 minggu kemudian, akan tetapi untuk memaksimalkan perlindungan maka dibuat jadwal pemberian immunisasi pada ibu ( Prawirdjohardjo, 2005).

(40)

23

5. Zat Besi pada ibu hamil. Fe merupakan zat nutrisi yang gunanya untuk

mencegah defisiensi zat besi, bukan menaikkan kadar haemoglobin.Wanita hamil perlu menyerap zat besi rata-rata 60/hr.Kebutuhan hanya meningkat secara signifikan pada trimester dua, karena absorsi usus yang tinggi. Fe diberikan 1 kali/hr setelah rasa mual hilang, diberikan sebanyak 90 tablet selama kehamilan.Tablet Fe sebaiknya tidak diminum dengan the atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan.jika ditemukan anemia diberikan 2-3

tablet/hr.Selain itu untuk memastikannya dilakukan pemeriksaan

Haemoglobin ( Hb) yang dilakukan 2 kali selama kehamilan yaitu: pada saat kunjungan awal dan pada usia kehamilan 28 minggu atau jika ada ditemukan tanda-tanda anemia (Dep Kes RI, 2006).

6. Tes terhadap penyakit menular seksual. Penyakit menular seksual (PMS)

merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang dapat menimbulkan gangguan pada saluran kemih dan reproduksi. Ibu hamil merupakan kelompok resiko tinggi terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS). Melakukan pemeriksaan konfirmatif dengan tujuan untuk mengetahui etiologi yang pasti tentang ada atau tidaknya penyakit menular seksual yang diderita ibu hamil, sangat penting dilakukan karena PMS dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas baik kepada ibu maupun bayi yang dikandung/dilahirkan (Yulifah,dkk, 2009).

7. Temu wicara. Dalam rangka persiapan rujukan Temu wicara ditujukan

untuk ibu hamil dengan masalah kesehatan atau komplikasi yang membutuhkan rujukan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan konsultasi atau melakukan kejasama penanganan (Yulifah,dkk, 2009). dalam program

(41)

24

kesehatan ibu dan anak melalui pendekatan tim kesehatan menyebutkan

bahwa kebijakan pelayanan antenatal merupakan kebijakan umum dalam

memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar pada jenjang

pelayanan yaitu : meningkatkan peran serta masyarakat (suami, keluarga,

dan kader) dalam menunjang penyelenggaraan pelayanan antenatal dan

pencegahan resiko tinggi melalui kegiatan bimbingan dan penyuluhan kesehatan, meningkatkan mutu dan jumlah tenaga pelaksana maupun

peralatan fasilitas pelayanan antenatal, melakukan pemeriksaan kehamilan

minimal 4 kali yaitu pada triwulan pertama 1 kali, triwulan kedua 1 kali, dan pada triwulan ketiga 2 kali, serta meningkatkan system rujukan kehamilan resiko tinggi (Depkes, 2007).

2.2.4 Pelaksanaan asuhan kehamilan

Pelaksanaan asuhan kehamilan/ANC dilakukan minimal 4 kali, yaitu l kali pada trimester satu, 1 kali pada trimester dua dan 2 kali pada trimister tiga. Namun jika terdapat kelainan dalam kehamilannya, maka frekuensi pemeriksaan di sesuaikan menurut kebutuhan masing-masing. Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan dikatakan teratur jika melakukan pemeriksaan kehami lan

≥4k ali kunjungan, kurang teratur jika pemeriksaan kehamilan 2-3 kali kunjungan

dan tidak teratur jika ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan kehamilan < 2 kali kunjungan (WHO, 2006).

Kunjungan ibu hamil atau kontak ibu hamil merupakan kunjungan dengan

tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan perawatan antenatal sesuai

standar yang ditetapkan. Kunjungan antenatal care tidak hanya mengandung arti

bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi setiap kontak

(42)

25

tenaga kesehatan (di posyandu, polindes/poskesdes, kunjungan rumah) dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai standar (Meilani,dkk, 2009). Kunjungan ANC yang dimaksud adalah:

1. K-1 (Kunjungan Pertama) adalah kunjungan/ kontak pertama ibu hamil

dengan petugas kesehatan pada trimester pertama selama masa kehamilan yang dimaksudkan untuk diagnosis kehamilan. National Institute Clinical Excellence /NICE, (2008) merekomendasikan agar kunjungan antenatal pertama dilakukan pada usia kehamilan 10 minggu.

2. K-2 (Kunjungan Kedua) adalah kunjungan/ kontak kedua ibu hamil dengan

petugas kesehatan pada trimester kedua selama masa kehamilan. Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan atau cacat bawaan.

3. kesehatan pada trimester ketiga pada masa kehamilan. Pemeriksaan

terutama menilai resiko kehamilan juga melihat aktivitas janin dan pertumbuhan secara klinis.

4. K-4 (Kunjungan keempat) adalah kunjungan/ kontak keempat ibu hamil

dengan petugas kesehatan pada trimester ke tiga selama masa kehamilan pemeriksaan terutama ditujukan kepada penilaian kesejahteraan janin dan fungsi plasenta serta persiapan persalinan (Rukiah dan Yulianti, 2014).

2.2.5 Faktor-faktor yang mepengaruhi kesehatan ibu hamil

Menurut Sulistyawati (2009) faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan

kehamilan pada ibu hamil yaitu :

1. Faktor fisik a. Status Kesehatan

Kehamilan pada usia tua

(43)

26

Segi negatif kehamilan di usia tua.

b. kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari usia 35 tahun akan

sangan menentukan proses kelahirannya. Hal ini pun turut memengaruhi kondisi janin.

c. pada proses pembuahan, kualitas sel telur wanita usia ini sudah

menurun jika dibandingkan dengan sel telur pada wanita dengan usia

reproduksi sehat (25 – 30 tahun)

Segi Positif hamil di usia tua

a. Kepuasan Peran Sebagai Ibu.

b. Merasa Lebih siap.

c. Pengetahuan mengenai perawatan kehamilan dan bayi lebih baik.

d. Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan.

e. Mampu mengambil keputusan

f. Karier baik, status ekonomi lebih baik.

g. Perkembangan intelektual anak lebih tinggi

h. Periode Menyusui lebih lama.

i. Toleransi pada kelahiran lebih besar

d. Kehamilan Multiple

Pada kasus kehamilan multiple (kehamilan lebih dari satu janin) biasanya kondisi ibu lemah. Inii disebabkan oleh adanya beban ganda yang harus ditanggung, baik dari pemenuhan nutrisi, oksigen, dan lain-lain. Biasanya kehamilan multiple mengindikasikan adanya beberapa penyulit pada proses persalinannya, sehingga persalinan operatif (sectio

caesarla – SC) lebih dipertimbangkan.

(44)

27

e. Kehamilan dengan HIV

Pada kehamilan dengan ibu yang mengidap HIV, janin akan menjadi sangat rentan terhadap penularan selama proses kehamilannya. Virus HIV kemungkinan besar akan ditransfer melalui plasenta ke dalam tubuh bayi.

f. Status Gizi

Selama proses kehamilan, bayi sangat membutuhkan zat – zat penting

yang hanya dapat dipenuhi dari ibu, penting bagi bidan untuk memberikan informasi ini kepada ibu karena terkadang pasien kurang memperhatikan kualitas makanan yang dikonsumsinya. Biasanya masyarakat di era sekarang ini lebih mementingkan selera dengan mengabaikan kualitas makanan yang dikonsumsinya.

g. Gaya Hidup

Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup masyarakat sekarang, ternyata ada beberapa gaya hidup lain yang cukup merugikan kesehatan seorang wanita hamil. Misalnya kebiasaan bergadang,

bepergian jauh dengan berkendara motor, dan lain – lain. Gaya hidup

ini akan mengganggu kesejahteraan bayi yang dikandungnya karena kebutuhan istirahat mutlak harus dipenuhi.

h. Perokok / Alkoholik

Ibu hamil yang merokok akan merugikan dirinya dan bayinya. Bayi akan kekurangan oksigen dan racun yang dihisap melalui rokok dapat ditransfer lewat plasenta kedalam tubuh bayi. Pada ibu hamil dengan

(45)

28

merokok berat kita harus waspada akan resiko keguguran, kelahiran prematur, bahkan kematian janin.

i. Hamil di Luar nikah / kehamilan yang tidak di harapkan

Jika kehamilan tidak di harapkan, maka secara otomatis ibu akan sangat membenci kehamilannya, sehingga tidak ada keinginan dari ibu untuk

melakukan haal – hal positif yang dapat meningkatkan kesehatan

bayinya. 2. Faktor psikologis

a. Stresor Internal dan Eksternal.

1) Stresor Internal meliputi faktor – faktor pemicu stres ibu hamil

yang berasal dari diri ibu sendiri. Adanya beban psikologis yang ditanggung oleh ibu dapat menyebabkan gangguan perkembangan bayi yang nantinya akan terlihat ketika bayi lahir.

2) Stresor Eksternal yaitu pemicu stres yang berasal dari luar,

bentuknya sangat bervariasi.

3. Faktor lingkungan, sosial budaya dan ekonomi

a. Kebiasaan dan Adat Istiadat.

Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan

bijaksana jangan sampai menyinggung “kearifan lokal” yang sudah

berlaku di daerah tersebut. Penyampaian mengenai pengaruh adat dapat melalui berbagai teknik, misalnya melalui media masa, pendekatan tokoh masyarakat dan penyuluhan yang menggunakan media efektif. Namun, tenaga kesehatan juga tidak boleh mengesampingkan adanya

(46)

29

kebiasaan yang sebenarnya menguntungkan bagi kesehatan. Jika menemukan adanya adat yang sama sekali tidak berpengaruh buruk terhadap kesehatan, tidak ada salahnya memberikan respon yang positif dalam rangka menjalin hubungan yang sinergis dengan masyarakat

b. Fasilitas Kesehatan.

Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menguntungkan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas kesehatan ini sangat menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka kesehatan ibu (AKI).

c. Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi keselamatan fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang di dapatkan berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis mengenai biaya persalinan dan

pemenuhan kebutuhan sehari – hari setelah bayi lahir.

2.3 Kebudayaan

2.3.1 Pengertian Kebudayaan

Kata kebudayaan berasal dari (Bahasa Sansakerta) buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan

diartikan sebagai hal – hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. E.B Tylor

(47)

30

mendifinisikan kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan – kemampuan

serta kehabisan yang di dapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat dengan kata lain, kebudayaan mencangkup semua yang di dapatkan atau di pelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala

sesuatu yang di pelajari dari pola – pola prilaku yang normativ. Artinya,

mencangkup segala cara – cara atau pola – pola berfikir, meresahkan, dan

bertindak (Soekarto, 2006)

Indonesia merupakan suatu negara yang terdiri dari berbagai suku. Salah satunya adalah suku jawa. Perbedaan suku akan menyebakbkan perbedaan dalam adat istiadat yang dilakukannya, pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif dan negatif. Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan denngan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau culture dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tetapi juga membantu masyarakatt mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang di anut hubungannya dengan kesehatan (Indriyani, 2014)

(48)

31

2.3.2 Tradisi selama kehamilan

Anak adalah rezeki yang sangat berharga bagi setiap pasangan suami istri, tidak terkecuali masyarakat Madura. Oleh karena itu, perawatan sejak hamil pun sudah diperhatikan. Ketika mengetahui bahwa si ibu hamil, maka seluruh anggota keluarga akan memberikan perhatian lebih kepadanya. Lalu, mulai diadakan

selametan, anjuran, serta pantangan pantangan bagi ibu hamil tang semuanya

bertujuan agar bayinya selamat, tanpa tahu apakah hal tersebut secara medis modern baik atau malah buruk bagi kesehatan ibu dan janinnya. Mereka juga memeriksakan kandungan dengan cara memanggil dukun bayi atau pergi ke bidan di Polindes. Dukun bayi bertugas memijat ibu, termasuk juga perutnya, agar posisi bayi tidak sungsang ketika proses persalinan. Sementara tenaga bidan dibutuhkan untuk memeriksakan kandungan secara medis dan pemberian vitamin (Widyasari, dkk. 2012). Tradisi perawatan kehamilan dari sisi spiritual juga dilakukan dalam

bentuk ritual selametan yang bertujuan agar calon jabang bayi sehat dan selamat.

Bentuk selametan ini biasanya berupa acara pengajian dan doa bersama yang

biasanya dipimpin oleh kiai dengan mengundang tetangga serta kerabat dekat.

Selametan ini dilaksanakan pada usia kehamilan 4 dan 7 bulan. Hal ini dilakukan

karena mereka meyakini bahwa roh mulai ditiupkan pada bayi saat kehamilan 4

bulan. Sementara itu, selametan pada usia kandungan 7 bulan, biasa disebut

dengan pelet betteng (pijat perut), dilakukan dalam rangka persiapan persalinan

agar lancar dan selamat. Pada waktu ritual ini Ibu hamil dipijat bagian perutnya oleh dukun bayi sementara Kiai dan beberapa tetangga mengaji dan berdoa bersama. Setelah itu Ibu dimandikan di halaman rumah dengan cara setiap anggota keluarga dan tetangga yang hadir menyiramkan air yang sudah dicampur

(49)

32

dengan bunga ke atas kepala Ibu tersebut. Kemudian Si Ibu menginjak telur dan memberikan ayam yang digendongnya kepada dukun bayi (Widyasari, dkk., 2012).

Beberapa pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh ibu hamil antara lain tidak boleh mengonsumsi makanan yang pedas agar nantinya wajah bayi tidak merah dan kotoran tidak sering menempel di mata bayi. Makanan pantang lainnya adalah daging kambing, nanas, semangka, dan beberapa jenis makanan yang terasa panas di dalam perut. Sementara kebiasaan yang tidak boleh dilakukan adalah duduk di depan pintu, memberikan makanan kepada seseorang yang sedang berada di luar pagar rumah. Apabila hal ini dilakukan, maka dikhawatirkan proses persalinan nanti menjadi sulit. Kebiasaan lain yang harus dihindari adalah melilitkan handuk atau kerudung ke leher karena biasanya jika hal ini dilakukan akan menyebabkan tali pusat melilit leher bayi ketika proses kelahiran. Minuman yang dianjurkan adalah air kelapa yang kelapanya diberikan oleh kiai ketika acara

7 bulanan (pelet beteng) agar air ketubannya bersih dan bayi yang dilahirkan juga

bersih kulitnya, lebat rambutnya, dan bening matanya serta persalinan nanti berlangsung lancar dan rahim terasa licin. Ini sudah menjadi kepercayaan turun-temurun dari nenek moyang terdahulu. Sebagai masyarakat agamis, doa dan bacaan Alquran oleh orang tua yang ditujukan untuk keselamatan bayinya juga dilakukan. Tradisi membacaSurat Yusuf dan Maryam dalam Alquran sering dilakukan oleh orang tua calon bayi. Tujuannya adalah agar proses persalinan

lancar serta anak yang dilahirkan kelak menjadi anak yang sholeh dan tampan

seperti Nabi Yusuf atau cantik dan sholehah seperti Maryam.

(50)

33

Tradisi Selama Persalinan dan Masa Menyusui Sebagian besar masyarakat desa percaya bahwa tempat seseorang dilahirkan akan menjadi tempat yang barokah dan dipenuhi rezeki. Misalnya, jika persalinan terjadi secara tidak sengaja di atas kendaraan seperti angkot, maka angkot tersebut akan menjadi angkot yang barokah dan sopirnya mendapatkan rezeki yang melimpah. Seandainya bersalin di rumah, maka rumah tersebut akan menjadi tempat yang selalu dipenuhi rezeki. Oleh karena itu, bagi mereka, jika memungkinkan, persalinan lebih baik dilakukan di rumah sendiri daripada di Polindes atau fasilitas kesehatan yang lain (Widyasari, dkk., 2012).

Ketika ibu sudah mulai merasa kesakitan karena mendekati persalinan, ibu

diberi jamu berupa satu siung bawang putih dan beberapa helai daun jrangoh.

Jamu ini berkhasiat untuk menghilangk an rasa sakit dan mempercepat proses persalinan jika memang sudah waktunya (Widyasari, dkk., 2012). Orang-orang yang biasanya ada di samping ibu ketika proses persalinan adalah suami, ibu dari si ibu hamil, dan mertua si ibu hamil. Namun, ada beberapa kejadian sang suami tidak dapat mendampingi istri karena sedang berada di luar kota untuk bekerja.

Saat bayi sudah dilahirkan, yang mengazani adalah si ayah, namun jika ayah tidak

ada maka kakek atau paman si bayi yang melakukannya. Jika bayi dilahirkan tidak di rumah (di Polindes misalnya), maka ketika pulang bayi digendong oleh neneknya sambil membawa sebatang lidi yang bertujuan untuk mengusir setan di jalan. Hal yang sama juga dilakukan oleh si ibu yang biasanya naik sepeda motor dengan suaminya. Bayi yang masih belum berusia satu hari, dalam kondisi

dibedong, biasanya segera disuapi madu atau degan (kelapa muda) agar

(51)

34

tenggorokannya agama, mengambil bolpoin berarti kelak anak tersebut akan menjadi orang pintar, dan seterusnya.

Upacara adat atau acara selametan merupakan suatu bentuk dukungan

psikologis, fisik, dan sosial yang luar biasa dan diwariskan secara turun-temurun. Di dalamnya juga terkandung nilai-nilai spiritual yang disesuaikan dengan agama masing-masing. Upacara adat bagi ibu hamil juga akan memberi rasa percaya diri, menguatkan ibu dalam masa transisi perubahan peran menjadi seorang ibu, mengubah cara pandang ibu terhadap perubahan tubuh selama kehamilan, meningkatkan rasa aman dan perasaan dihargai (Tari, 2011).

Hari-hari selanjutnya, bayi tidak hanya minum ASI, tetapi setiap pagi dan sore disuapi pisang yang dicampur dengan nasi tim. Menurut keterangan seorang ibu yang memiliki bayi, jika tidak diberi makanan pendamping ASI, bayinya akan rewel, suka menangis karena lapar sehingga mengganggu si ibu ketika bekerja di sawah maupun di dapur. Ada dua cara untuk menyuapkan makanan, yaitu dengan menggunakan sendok dan menggunakan cara tradisional. Cara tradisional, yaitu bayi diikat di atas kaki penyuap yang berselonjor, kemudian disuapi dengan tangan tanpa memedulikan bayi menangis meronta. Masyarakat beranggapan bahwa cara ini dilakukan untuk membuat bayi kenyang, bukan bermaksud untuk menyakiti bayi. Ada beberapa pantangan untuk ibu ketika sedang dalam masa menyusui bayi, di antaranya adalah ibu tidak diperkenankan mengonsumsi ikan laut karena dikhawatirkan ASI-nya akan berbau amis, tidak boleh mengonsumsi cabai terlalu banyak karena membuat ASI-nya terasa pedas dan menyebabkan mata bayi kotor dan memerah. Pantangan lainnya yaitu tidak melakukan hubungan seksual terlalu sering agar ASI tidak panas dan membuat bayi kurang

(52)

35

menyukainya. Sementara ramuan untuk memperlancar ASI terbuat dari air hangat hasil rendaman abu bekas pembakaran tungku, abu biasa (tanah), dan asam jawa.

Ramuan ini biasa disebut dengan pejje. Mayoritas masyarakat meyakini dan

percaya bahwa ramuan ini benar-benar bisa memperlancar ASI (Widyasari, dkk., 2012).

2.3.3 Budaya Madura dalam Perawatan Kehamilan

Pengaruh budaya atau adat istiadat yang terdapat di lingkungan madura cukup kuat seperti adanya mitos seputar kehamilan dan persalinan. Ini dikarenakan pendidikan yang rendah dan budaya generasi sebelumnya serta kepatuhan terhadap anjuran orang tua. Adanya pengaruh budaya (mitos) seputar kehamilan yang cukup kuat mengakibatkan sebagian besar orang madura lebih mempercayai budaya tersebutr daripada anjuran tenaga kesehatan (dokter dan bidan). ,mereka tetap melakukan pemeriksaan kehamilan ke dukun karena menganggap bahwa dukun lebih mengerti posisi bayi dalam kandungan dan dapat melakukan pemijatan perut yang mempermudah saat persalinan.

2.3.4 Tindakan Ibu Hamil dalam Pengalaman Perawatan Kehamilan di Madura

Dalam mempersepsikan tindakan apa yang akan di ambil atau memutuskan suatu hal yang terkait pemeriksaan kehamilan, masyarakat madura menyatakan akan berembuk atau berdiskusi dahulu dengan orang lain terutama pihak keluarga (suami, orang tua, mertua, tante, saudara), tetangga bahkan bersama kepala dusun mayoritas masyarakat madura telah melakukan pemeriksaan kehamilan rutin tiap bulan ke pelayanan kesehatan terutama posyandu. Ini direncanakan pada pelayanan kesehatan seperti posyandu masyarakat madura cenderung ingin

Gambar

Tabel 5.2 Karakteristik informan pendukung ........................................................
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengalaman Ibu Hamil Dalam
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengalaman Ibu Hamil Dalam Perawatan
Tabel 5.2 Karakteristik informan pendukung

Referensi

Dokumen terkait

Dengan anggapan bahwa jasa konstruksi adalah industri di mana sarjana teknik sipil akan bekerja, maka penyelenggara pendidikan teknik sipil disarankan untuk

Mayoritas anggota Direksi tidak memiliki hubungan Kepengurusan sampai dengan derajat kedua dengan anggota Dekom, Anggota Direksi lain, Pemegang Saham Pengendali atau hubungan

Tujuan penelitian ini adalah ingin memperbaiki manajemen aset wakaf dalam jangka panjang melalui perencanaan strategis sumber daya informasi manajemen aset wakaf

Metoda pengujian perkecambahan yang dilakukan di laboratorium adalah menggunakan metode perkecambahan uji di atas kertas (UDK) dan uji antar kertas (UAK) dan

Kajian Museum Jembatan sebagai Bangunan ikonik Pulau Madura didahului dengan mengetahui pengertian dan ciri-ciri bangunan ikonik, diperoleh bahwa bangunan

Jika dilihat pada gambar 9, urutan dari motif batik banyak yang bergeser, namun posisi empat tertinggi tidak banyak berubah dan masih didominasi oleh motif “Tugu

b.Wawancara - Hasil wawancara dengan sejumlah orang tua menyatakan senang apabila dapat menyalurkan bakat dan minat anaknya dibidang menggambar dengan lebih terarah yang mana

Open Library dikelola tidak hanya untuk kepentingan institusi semata, menyadari bahwa perpustakaan akademik juga merupakan bagian dari masyarakat dan bagian dari