• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH PELATIHAN, MOTIVASI, GAYA KEPEMIMPINAN DAN ETOS KERJA ISLAM TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PENGARUH PELATIHAN, MOTIVASI, GAYA KEPEMIMPINAN DAN ETOS KERJA ISLAM TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

(BTN) SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi (S.E.)

DISUSUN OLEH

ANISA FILIA SOFIANA

NIM : 21313070

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain. (QS.Al-Insyirah: 6-7)

(8)

viii

Yang utama dari segalanya, Tuhan Yang Maha Esa atas karunia serta kemudahan

yang Engkau berikan akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Kedua orang tua saya Ibu Umi Badriyah dan Bapak Bambang Sugindar. Sebagai

tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang telah memberikan segala

dukungan, motivasi dan kasih sayang tiada terhingga.

Kedua adikku Agung Sulistyo Nugroho, Rahma Aulia Insani dan keluarga besar

Mbah Daroji.

Terima kasih untuk Endang Saputra yang selalu membantuku, memberi semangat,

dan inspirasi dalam hal apapun. Semoga engkau pilihan yang terbaik buatku dan

masa depanku.

Sahabatku Ryantika dan Mbak Siwi, terimakasih atas dukungan, doa, nasehat,

hiburan dan semangat yang kalian berikan selama ini. Semua yang telah kalian

(9)

ix

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judul: ANALISIS PENGARUH PELATIHAN, MOTIVASI, GAYA

KEPEMIMPINAN DAN ETOS KERJA ISLAM TERHADAP KINERJA

KARYAWAN (PT Bank Tabungan Negara (Persero)) KC Syariah Semarang.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari tanpa adanya doa, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan dapat terwujud. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam IAIN Salatiga.

3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku Ketua Program Studi S1 Perbankan

Syari‟ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga

4. Bapak Taufikur Rahman, SE, M.Si selaku pembimbing, yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan dorongan, bimbingan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu seluruh karyawan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Syariah Semarang atas kesempatan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengadakan penelitian guna mendapatkan data sebagai bahan penulisan skripsi ini.

(10)

x

8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam jurusan S1 Perbankan Syariah.

9. Terima kasih untuk sahabatku Ryantika dan Mbak Siwi serta semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan telah menjadi bagian dari hidupku.

10.Dan semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semangat yang selalu kalian berikan, dan semoga kita semua sukses.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran penulisan skripsi ini.Dan Akhirnya tiada untaian kata yang pantas dan berharga kecuali ucapan Alhamdulillahirobbil „alamin atas rahmat dan karunia serta ridho Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jazaa kumullah khairan katsiraan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Penulis

(11)

xi

Halaman

SAMPUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

ABSTRAK ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian... 11

E. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

(12)

xii

2. Unsur-Unsur Perilaku Organisasi ... 23

b. Kinerja ... 25

1. Pengertian Kinerja ... 25

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 25

3. Pengukuran Kinerja ... 26

4. Indikator Kinerja ... 28

5. Penilaian Kinerja ... 32

c. Pelatihan ... 34

1. Pengertian Pelatihan ... 34

2. Konsep Tentang Pelatihan Kerja ... 35

3. Arti Penting Pelatihan ... 37

4. Kunci Keberhasilan Program Pelatihan ... 38

5. Metode Pelatihan ... 42

6. Tujuan Pelatihan... 48

7. Indikator Pelatihan ... 48

d. Motivasi ... 50

1. Pengertian Motivasi ... 50

2. Teori Motivasi ... 52

3. Prinsip-Prinsip dalam Memotivasi Kerja Pegawai ... 54

(13)

xiii

1. Pengertian Kepemimpinan ... 60

2. Ciri-Ciri Kepemimpinan ... 60

3. Teori Kepemimpinan ... 61

4. Pengertian Gaya Kepemimpinan... 63

5. Tipe Gaya Kepemimpinan ... 64

6. Indikator Gaya Kepemimpinan ... 66

f. Etos Kerja Islam ... 67

1. Pengertian Etos Kerja Islam ... 67

2. Terbentuknya Etos Kerja Islami... 68

3. Indikasi-Indikasi Orang Beretos Kerja Tinggi ... 69

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja Islam 70 5. Indikator-Indikator Etos Kerja Islam ... 71

C. Kerangka Penelitian ... 72

D. Uji Hipotesis ... 73

BAB III METODE PENELITIAN... 79

A. Jenis Penelitian ... 79

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 79

C. Populasi dan Sampel ... 79

1. Populasi ... 79

(14)

xiv

E. Skala Pengukuran ... 80

F. Definisi Konsep dan Operasional ... 81

G. Instrumen Penelitian... 85

H. Uji Instrumen Penelitian ... 86

1. Uji Validitas ... 86

2. Uji Reliabilitas ... 86

3. Uji Statistik ... 87

a. Analisis Regresi Berganda ... 87

b. Uji ttest (Uji Secara Individu) ... 88

c. Uji Ftest (Uji Secara Serempak) ... 88

d. Uji R2 (Koefisien Determinasi) ... 88

4. Uji Asumsi Klasik ... 89

a. Uji Multicollinearity... 89

b. Uji Heteroscedasticity ... 90

c. Uji Normalitas ... 91

d. Uji Linearitas ... 91

I. Alat Analisis ... 92

BAB IV ANALISIS DATA ... 93

A. Profil Lembaga ... 93

(15)

xv

B. Identitas Responden ... 96

1. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 97

2. Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 98

3. Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 98

C. Analisis Data ... 99

1. Uji Instrumen Penelitian ... 99

a. Uji Validitas ... 99

b. Uji Reliabilitas ... 101

2. Analisis Regresi Berganda ... 102

3. Uji Hipotesis ... 104

a. Uji Statistik t ... 104

b. Uji Statistik F ... 111

c. Uji R2 (Koefisien Determinasi) ... 112

4. Uji Asumsi Klasik ... 113

a. Uji Multicollinearity... 113

b. Uji Heteroscedasticity ... 115

c. Uji Normalitas ... 116

d. Uji Linearitas ... 117

BAB V PENUTUP ... 119

(16)
(17)

xvii

Gambar 2.1 Terbentuknya Etos Kerja Islami ... 68

Gambar 2.2 Kerangka Penelitian ... 72

(18)

xviii

Tabel 2.1 Research Gap ... 14

Tabel 2.2 Uji Hipotesis ... 78

Tabel 3.1 Definisi Konsep dan Operasional ... 83

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 97

Tabel 4.2 Pendidikan Responden ... 98

Tabel 4.3 Lama Bekerja ... 98

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas ... 100

Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 101

Tabel 4.6 Hasil Uji Linier Berganda ... 102

Tabel 4.7 Hasil Uji F Statistik ... 111

Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 111

Tabel 4.9 Hasil Uji Multicolinierity ... 114

Tabel 4.10 Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser ... 115

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas ... 116

Tabel 4.12 Hasil Uji Linearitas dengan Metode Durbin-Watson Model Linier... 117

(19)

xix

Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Program Studi S1 Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Taufikur Rahman, S.E.,M.Si.

Sumber Daya Manusia di perusahaan perlu dikelola secara baik dan profesional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi perusahaan. SDM yang dikelola dengan baik maka akan meningkatkan kinerja karyawan tersebut, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pelatihan (X1), motivasi (X2), gaya kepemimpinan (X3) dan etos kerja Islam (X4) terhadap kinerja (Y) di PT. Bank Tabungan Negara (persero) Syariah Semarang.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang dibagikan kepada karyawan PT. Bank Tabungan Negara (persero) Syariah Semarang. Sampel yang diambil sebanyak 70 responden dengan teknik sampel jenuh. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan alat analisis SPSS versi 16. Analisis ini meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, uji t dan uji F, koefisien determinasi (R2) serta uji analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja karyawan, motivasi berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja karyawan, gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, serta etos kerja Islam berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Bank Syariah

merupakan sebuah badan usaha yang bergerak dalam sektor jasa yang

berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah. Secara umum, perbankan

syariah adalah sebuah lembaga keuangan yang aktivitasnya

mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada

masyarakat dalam bentuk pembiayaan dengan sistem bagi hasil.

Bank syariah pertama kali dirintis pada tahun 1992 oleh Bank

Muamalat Indonesia. Perkembangan bank syariah di Indonesia mengalami

kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan semakin banyak yang

menawarkan jasa pelayanan yang diharapkan mampu memenuhi

kebutuhan seluruh lapisan masyarakat. Terhitung hingga September 2017

jumlah perbankan syariah di Indonesia berjumlah 135 yang terdiri dari 13

Bank Umum Syariah, 21 Unit Usaha Syariah, dan 101 Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (OJK, 2017).

Perkembangan bank syariah yang semakin pesat perlu diimbangi

dengan peningkatan kualitas pelayanan kinerjanya agar mampu bersaing

dengan lembaga keuangan syariah lain ataupun lembaga keuangan

konvensional. Peningkatan dan penguatan kinerja dari sumber daya

manusia juga menjadi hal yang perlu dipersiapkan sebagai tuntutan serta

(21)

ASEAN (MEA). Menurut Fauzie dalam Kompasiana (2017) dalam

pengembangan perbankan syariah, sumber daya manusia merupakan

komponen utama, terlebih Indonesia merupakan negara yang penduduknya

mayoritas beragaman Islam, sudah selayaknya apabila Indonesia menjadi

percontohan dalam pengembangan lembaga keuangan berbasis syariah.

Harahap dalam Kompasiana (2016) juga menuturkan bahwa dengan

adanya sumber daya manusia yang berkompeten dan berkualitas maka

seharusnya mampu menunjukkan daya saing yang tinggi dalam

menghadapi MEA. Di era MEA nanti diharapkan sumber daya manusia

domestik tidak akan kalah saing dengan sumber daya manusia dari asing.

Permasalahan yang terjadi pada perbankan syariah saat ini tidak

hanya dalam kegiatan operasionalnya saja, akan tetapi Sumber Daya

Manusia (SDM) juga menjadi suatu permasalahan. Menurut penelitian

yang dilakukan oleh Amalia (2012) mengungkapkan bahwa mereka yang

bekerja di industri keuangan syariah masih didominasi oleh mereka yang

berlatar belakang konvensional dan hanya dibekali pelatihan singkat

perbankan syariah. Hanya sekitar 10% yang berlatar belakang syariah.

Fakta ini tentunya berpengaruh terhadap kualitas kesyariahan industri yang

ada.

Menurut Mangkunegara dalam Solikhah (2016) Sumber Daya

Manusia di perusahaan perlu dikelola secara baik dan profesional agar

terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan

(22)

sumber daya manusia yang dimiliki dengan baik demi kemajuan suatu

perusahaan. Keberhasilan kinerja suatu perusahaan salah satunya

ditentukan oleh hasil kinerja karyawan yang baik, dan kinerja karyawan

yang baik tercipta dengan melakukan pengelolaan sumber daya manusia

yang baik dan profesional.

Menurut Ivancevich, et al dalam Wardarita (2014) “Performance

the desired results of behavior (kinerja adalah hasil yang di inginkan dari

perilaku)”. Maksudnya adalah bahwa kinerja pegawai/karyawan

merupakan hasil unjuk kerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Keberhasilan kinerja suatu perusahaan salah satunya ditentukan oleh hasil

kinerja karyawan yang baik, dan kinerja karyawan yang baik tercipta

dengan melakukan pengelolaan sumber daya manusia yang baik dan

profesional. Kinerja yang baik adalah kinerja yang optimal, yaitu kinerja

yang sesuai dengan standar organisasi dan mendukung tercapainya tujuan

organisasi. Organisasi yang baik adalah organisasi yang berusaha

meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya, karena hal tersebut

merupakan faktor kunci untuk meningkatkan kinerja karyawan.

Peningkatan kinerja karyawan akan membawa kemajuan bagi perusahaan

untuk dapat bertahan dalam suatu persaingan bisnis yang semakin sengit.

Oleh karena itu upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan

merupakan tantangan manajemen yang paling serius karena keberhasilan

untuk mencapai tujuan suatu perusahaan bergantung pada kualitas kinerja

(23)

Menurut Ningrum, et al (2013) salah satu yang mempengaruhi

kinerja karyawan yaitu pelatihan kerja. Ketika pendidikan formal masih

belum memadai untuk mencapai kemampuan yang professional, untuk itu

kemampuan sumber daya manusia harus diberdayakan salah satunya

melalui pelatihan. Dengan adanya pelatihan diharapkan kemampuan

karyawan dapat memberikan dampak terhadap peningkatan kinerja

karyawan sehingga mendukung pelaksanaan tugas secara efektif, efisien,

dan profesional. Seringkali pada karyawan baru bahwa kemampuan dan

ketrampilan yang mereka miliki belum sesuai dengan yang diharapkan

sehingga biasanya diadakan progam pelatihan. Namun pelatihan tidak

hanya dilakukan pada karyawan baru saja, karyawan lama pun

kemampuan dan keahliannya perlu di-upgrade untuk memberikan

penyegaran serta menyesuaikan tututan pekerjaan yang berubah.

Menurut Nadler dalam Notoatmodjo (2003: 103) pelatihan adalah

suatu kegiatan pelatihan para tenaga kerja untuk meningkatkan

kemampuan-kemampuan pengelolaan program-program dan teknis

fungsional program-program yang bersangkutan. Pelatihan tersebut

bersifat peningkatan kemampuan tugas di bidangnya masing-masing.

Selain itu menurut Rachmawati (2008: 101) pelatihan merupakan wadah

lingkungan bagi karyawan, dimana mereka memperoleh atau mempelajari

sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan, dan perilaku spesifik yang

berkaitan dengan pekerjaan. Pelatihan mempunyai kegunaan pada karir

(24)

tanggungjawab yang lebih besar di waktu yang akan datang. Idealnya,

pelatihan dilakukan secara berkelanjutan dan disusun secara spesifik

sesuai kebutuhan. Studi yang dilakukan Tall, et al dalam Soedjipto (2002:

157) menghasilkan kesimpulan bahwa dengan mengkombinaskan berbagai

macam faktor seperti teknik pelatihan yang benar, persiapan, dan

perencanaan yang matang, serta komitmen terhadap esensi pelatihan,

perusahaan dapat mencapai a greater competitive advantage di dalam

pasar yang sangat ketat.

Penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh variabel pelatihan

terhadap kinerja karyawan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh

Suryoadi, et al (2012) dan Endayani, et al (2015) yang penelitiannya

menunjukkan bahwa pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan. Artinya ketika pelatihan meningkat maka kinerja

karyawan juga akan mengalami peningkatan. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Silvia (2013) menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa pelatihan tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja karyawan. Artinya, adanya pelatihan tidak

merubah kinerja karyawan tersebut atau tetap.

Selain melalui pelatihan, peningkatan kualitas sumber daya

manusia untuk mencapai suatu kinerja karyawan yang baik dapat

dipengaruhi melalui faktor motivasi kerja. Menurut Sutrischastini (2015)

bila seseorang termotivasi maka ia akan berupaya sekuat tenaga untuk

(25)

menghasilkan kinerja yang tinggi. Dalam hal ini direktur/pemimpin harus

selalu memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi bawahan dalam

menyelesaikan pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi. Sofyandi, et al

(2007) mendefinisikan motivasi sebagai suatu dorongan untuk

meningkatkan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi, dalam

batasan-batasan kemampuan untuk memberikan kepuasan atau kebutuhan

seseorang.

Untuk mendorong karyawan agar dapat berprestasi dan dapat

bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan oleh perusahaan, maka setiap

karyawan harus memiliki motivasi dan loyalitas yang tinggi terhadap

perusahaan di tempat mereka bekerja sehingga dapat memberikan

kontribusi positifnya dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan. Akan

tetapi semua itu tidak akan tercapai tanpa adanya dukungan pihak

perusahaan dan terutama pemimpin perusahaan.

Armstrong (1988: 105) mengemukakan bahwa memotivasi

sumber daya manusia dapat mendorong prestasi kerja yang tinggi dan

dapat mendorong karyawan untuk berusaha sebaik-baiknya kepentingan

perusahaan dan kepentingan karyawan itu sendiri. Hal ini karyawan dapat

bekerja secara lebih giat dan lebih baik sehingga dapat meningkatkan

prestasi kerjanya sehingga dapat meningkatkan kinerjanya.

Penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh variabel motivasi

terhadap kinerja karyawan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh

(26)

menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan. Artinya ketika motivasi meningkat maka kinerja

karyawan juga akan mengalami peningkatan. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Rofiq (2014) menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan hasil yang negatif terhadap kinerja

karyawan. Artinya ketika motivasi meningkat, maka kinerja karyawan

mengalami penurunan.

Menurut Sobry (2014) untuk mencapai kinerja karyawan yang

maksimal, penggunaan kepemimpinan yang tepat dari atasan, merupakan

salah satu faktor yang menggerakkan, mengarahkan, membimbing dan

memotivasi karyawan untuk lebih berprestasi dalam bekerja. Pemimpin

dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan

kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi.

Mulyadi, et al (2009) memaparkan bahwa pemimpin dalam

kepemimpinannya perlu memikirkan dan memperlihatkan gaya

kepemimpinan yang akan diterapkan kepada pegawainya. Menurut

Suranta (2002) gaya kepemimpinan merupakan suatu norma perilaku yang

digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba

mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan atasan dapat

mempengaruhi kesuksesan pegawai dalam berprestasi. Dengan kata

lain gaya kepemimpinan atasan dapat berpengaruh pada kinerja

pegawai dalam suatu organisasi. Menurut Herujito (2001: 188) dalam

(27)

dihadapi. Sobry (2014) juga mengungkapkan bahwa sukses tidaknya

organisasi tergantung dari kemampuan pemimpin dalam menggerakkan

seluruh anggota organisasi untuk mencapai tujuan.

Pemimpin hadir untuk menggerakkan para pengikut agar mereka

mau mengikuti atau menjalankan apa yang diperintahkan ataun

dikehendaki pemimpin. Hubungan antara pemimpin dengan orang-orang

yang dipimpinnya bersifat pembimbingan, pemberian arah, pemberian

perintah, pemberian motivasi dan pemberian teladan untuk mempengaruhi

orang-orang yang dipimpinnya. Keberhasilan seorang pemimpin sangat

tergantung dari kempuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya,

karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi

sumber daya manusia dalam organisasi tersebut.

Penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh variabel gaya

kepemimpinan terhadap kinerja karyawan diantaranya Roscahyo (2013),

Sukandi (2016), Kurniawan (2015) yang hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan. Artinya ketika gaya kepemimpinan

meningkat maka kinerja karyawan juga akan mengalami peningkatan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2015) menunjukkan

hasil yang berbeda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil yang

negatif terhadap kinerja karyawan. Artinya ketika gaya kepemimpinan

(28)

Peran yang sangat penting dalam mewujudkan kinerja karyawan

adalah pada dirinya sendiri. Bagaimana karyawan tersebut memiliki

semangat etos kerja yang tinggi untuk memberikan pengaruh yang positif

pada lingkungannya. Menurut Ali, et al dalam Desky (2014) sejak awal

masa Islam, khususnya umat muslim telah menawarkan pandangan pada

pekerjaan dan telah merumuskan secara jelas mengenai konsep etos kerja.

Dimana konsep etos kerja yang dimaksud adalah etos kerja Islami (Islamic work ethics) yang berlandaskan dari Al Qur‟an dan ucapan-ucapan serta

contoh dari Nabi Muhammad SAW. Adapun pengertian etos kerja Islami

menurut Asifudin dalam Desky (2014) adalah karakter dan kebiasaan

manusia berkenaan dengan kerja, terpancar dari sistem

keimanan/aqidah Islam yang merupakan sikap hidup mendasar

terhadapnya. Karyawan yang memiliki etos kerja Islami dalam

pekerjaannya mampu meningkatkan komitmen organisasional mereka.

Selain mampu meningkatkan komitmen organisasional, karyawan yang

memiliki etos kerja Islami di dalam tempat mereka bekerja maka

kinerja karyawan tersebut akan meningkat.

Penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh variabel etos kerja

Islam terhadap kinerja karyawan diantaranya penelitian yang dilakukan

oleh Fitrianto (2011), Zahra (2015), Desky (2014) yang hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa etos kerja Islam berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja karyawan. Artinya ketika etos kerja Islam

(29)

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Shafisalam, et al (2016)

menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

hasil yang negatif terhadap kinerja karyawan. Artinya ketika etos kerja

Islam meningkat, maka kinerja karyawan mengalami penurunan.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas serta hasil

penelitian sebelumnya yang tidak konsisten, maka dipandang perlu untuk

melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pelatihan, Motivasi, Gaya Kepemimpinan dan Etos Kerja Islam Terhadap Kinerja Karyawan pada

Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah Kantor Cabang Semarang”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan pada Bank

Tabungan Negara (BTN) Syariah KC Semarang ?

2. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan pada Bank

Tabungan Negara (BTN) Syariah KC Semarang ?

3. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan

pada Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah KC Semarang ?

4. Bagaimana pengaruh etos kerja Islam terhadap kinerja karyawan pada

Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah KC Semarang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji dan menganalisis adakah pengaruh pelatihan terhadap

(30)

2. Untuk menguji dan menganalisis adakah pengaruh motivasi terhadap

kinerja karyawan BTN syariah Kantor Cabang Semarang.

3. Untuk menguji dan menganalisis adakah pengaruh gaya

kepemimpinan terhadap kinerja karyawan BTN syariah Kantor Cabang

Semarang.

4. Untuk menguji dan menganalisis adakah pengaruh etos kerja Islam

terhadap kinerja karyawan BTN syariah Kantor Cabang Semarang.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bidang

manjemen sumber daya manusia pada khususnya dan sebagai referensi

bila diadakan penelitian lebih lanjut khususnya pada pihak yang ingin

mempelajari mengenai pelatihan, motivasi, gaya kepemimpinan dan

etos kerja islam terhadap kinerja karyawan.

b. Kegunaan Praktis

Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Penulis, penelitian ini dilakukan untuk memenuhi syarat guna

memperoleh gelar sarjana ekonomi serta diharapkan mampu

menjadi acuan dalam menambah pengetahuan sebagai bekal agar

dapat menerapkan ilmu yg sudah didapatkan di perkuliahan dengan

(31)

2. Bagi lembaga, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan yang lebih baik bagi lembaga untuk meningkatkan kinerja

karyawannya di masa yang akan datang.

3. Bagi Institusi, penelitian ini merupakan referensi dan informasi

bagi mahasiswa , khususnya mahasiswa prodi perbankan syariah

sebagai jembatan untuk menjalin kerja sama dengan bank syariah.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang isi dan materi yang

dibahas dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan sistematika

penulisan yang mengacu pada pedoman penulisan skripsi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.

Bab I Pendahuluan. Bab ini membahas tentang pertama latar belakang

masalah yang berisi alasan penelitian ini perlu diteliti berupa data atau

fenomena empiris dari obyek yang akan diteliti, research gap, adanya

kesenjangan penelitian yang perlu diteliti dan alasan yang kuat bagi

peneliti untuk meneliti masalah yang diajukan. Kedua rumusan masalah

terdiri dari pernyataan masalah penelitian dan rumusan masalah penelitian.

Ketiga tujuan penelitian, keempat kegunaan penelitian dan kelima

sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori. Bab ini membahas tentang telaah pustaka yang

berisi penelitian yang terdaluhu yang mendukung penelitian ini, kerangka

teori yang digunakan yaitu berisi tentag teori dan konsep yang akan

(32)

penelitian yang berisi tentang telaah kritis untuk menghasilkan hipotesis

dan model penelitian yang akan diuji dalam bentuk gambar dan atau

persamaan, dan pengembangan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian. Bab ini membahas jenis penelitian, lokasi

penelitian dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan

data, skala pengukuran, definisi konsep dan operasional, instrumen

penelitian, uji instrumen penelitian dan alat analisis.

Bab IV Analisis Data. Bab ini membahas tentang deskripsi obyek

penelitian yang berkaitan dengan penelitian, serta menguraikan hasil uji

analisis data dari data yang telah diperoleh, berupa uji asumsi klasik yang

meliputi uji multicollinearity, uji heteroscendasticity, uji normalitas, dan

uji linearitas. Juga dibahas uji statistik berupa uji regresi berganda, uji ttest,

uji Ftest dan uji koefisien determinasi yang menggambarkan pengaruh

variabel yang digunakan.

Bab V Penutup. Bab ini membahas mengenai kesimpulan, saran, bagian

akhir yang berisi tentang daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar

(33)

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka

Penelitian-penelitian yang meneliti tentang pengaruh variabel

pelatihan, motivasi, gaya kepemimpinan dan etos kerja Islam terhadap

kinerja karyawan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu diantaranya :

(34)

2 Fatmasari terhadap kinerja

(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)

karyawan di Bank

Pada penelitian ini, penulis lebih berfokus untuk mengetahui

apakah pelatihan, motivasi, gaya kepemimpinan dan etos kerja Islam

berpengaruh terhadap kinerja karyawan di BTN Syariah Cabang

(42)

B. Kerangka Teori

a. Perilaku Organisasi

1. Pengertian Perilaku Organisasi

Menurut Luthan (2006: 20) perilaku organisasi dapat

didefinisikan sebagai pemahaman, prediksi dan manajemen

perilaku manusia dalam organisasi. Menurut Davis, et al (1985: 5)

perilaku organisasi adalah telaah dan penerapan pengetahuan

tentang bagaimana orang-orang bertindak di dalam organisasi.

Perilaku organisasi menurut Wahjono (2010: 6) merupakan bidang

studi yang mencakup teori, metode dan prinsip dari berbagai

disiplin ilmu guna mempelajari persepsi individu, nilai-nilai,

kapasitas pembelajar individu, dan tindakan-tindakan saat bekerja

dalam kelompok dan dalam organisasi secara keseluruhan,

menganalisis akibat lingkungan eksternal terhadap organisasi dan

sumber dayanya, misi, sasaran dan strateginya. Sedangkan menurut

Thohah dalam Herlambang (2014: 4) perilaku organisasi adalah

suatu bidang terapan dari suatu ilmu. Ilmu ini berusaha mencari

penggunaan ilmu tingkah laku dalam rangka mencapai hasil-hasil

yang diinginkan.

2. Unsur-Unsur Perilaku Organisasi

Menurut Dharma dalam Sulaiman (2016: 27) unsur-unsur

(43)

a. Orang-orang

Membentuk sistem sosial intern organisasi, mereka terdiri dari

orang-orang dan kelompok, baik kelompok besar maupun

kelompok kecil, selain itu ada kelompok yang lebih resmi dan

formal.

b. Struktur

Menentukan hubungan resmi orang-orang dalam organisasi.

Berbagai pekerjaan yang berbeda diperlukan untuk melakukan

semua aktivitas organisasi, ada manajer dan pegawai.

c. Teknologi

Menyediakan sumber daya yang digunakan orang-orang untuk

bekerja dan sumber daya itu mempengaruhi tugas yang mereka

dapat menghasilkan banyak hal dengan tangan kosong. Jadi,

mereka mendirikan bangunan, merancang, mesin mencipatakan

proses kerja dan merakit sumber daya.

d. Lingkungan

Semua organisasi beroperasi didalam lingkungan luar,

organisasi tidak berdiri sendiri. Ia merupakan bagian dari

sistem yang lebih besar yang banyak memuat unsur lain, seperti

pemerintah, keluarga dan organisasi lainnya. Semua unsur ini

saling mempengaruhi dalam suatu sistem yang rumit yang

(44)

b. Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Menurut Mangkunegara (2001: 67) istilah kinerja berasal

dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja

atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).

Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas

dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya. Menurut Aguinis dalam Fattah (2014: 13)

kinerja adalah tentang perilaku atau apa yang dilakukan oleh

karyawan, bukan tentang apa yang diproduksi atau yang dihasilkan

dari pekerjaan mereka. Menurut Ainsworth, et al dalam Fattah

(2014: 12) menjelaskan bahwa kinerja berarti suatu hasil akhir.

Kinerja adalah titik akhir orang, sumber daya, dan lingkungan

tertentu yang dikumpulkan bersaam-sama dengan maksud untuk

menghasilkan hal-hal tertentu, apakah produk yang kasat mata atau

jasa yang kurang terlihat langsung.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja (Prestasi Kerja)

Menurut Mangkunegara (2001: 67) faktor yang

mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan

(ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan

pendapat Keith Davis dalam Mangkunegara (2001: 67) yang

(45)

1) Human Performance = Ability + Motivation

2) Motivation = Atitude + Situation

3) Ability = Knowledge + Skill

a. Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri

dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality

(knowledge + skill). Artinya, pegawai yang memiliki IQ di atas

rata-rata (IQ 110 - 120) dengan pendidikan yang memadai

untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan

sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang

diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada

pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

b. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai

dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi

merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang

terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).

3. Pengukuran Kinerja

Menurut Wibowo (2007: 229) pengukuran terhadap kinerja

perlu dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan

kinerja terdapat deviasi dari rencana yang telah ditentukan, atau

(46)

ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan

yang diharapkan.

Untuk melakukan pengukuran kinerja, diperlukan

kemampuan untuk mengukur kinerja sehingga diperlukan adanya

ukuran kinerja. Pengukuran kinerja hanya dapat dilakukan terhadap

kinerja yang nyata dan terukur. Kreitner, et al dalam Wibowo

(2007: 230) orang yang melakukan pengukuran kinerja perlu

memenuhi persyaratan di antaranya sebagai berikut :

1) Dalam posisi mengamati perilaku dan kinerja yang menjadi

kepentingan individu.

2) Mampu memahami tentang dimensi atau gambaran kinerja.

3) Mempunyai pemahaman tentang format skala dan

instrumennya.

4) Harus termotivasi untuk melakukan pekerjaan rating secara

dasar.

Menurut Wibowo (2007: 230) pengukuran kinerja yang

tepat dapat dilakukan dengan cara :

1) Memastikan bahwa persyaratan yang diinginkan pelanggan

telah terpenuhi.

2) Mengusahakan standar kinerja untuk menciptakan

perbandingan.

3) Mengusahakan jarak bagi orang untuk memonitor tingkat

(47)

4) Menetapkan arti penting masalah kualitas dan menetukan apa

yang perlu prioritas perhatian.

5) Menghindari konsekuensi dari rendahnya kualitas.

6) Mempertimbangkan penggunaan sumber daya.

7) Mengusahakan umpan balik untuk mendorong usaha

perbaikan.

4. Indikator Kinerja

Menurut Hersey, et al dalam Wibowo (2001: 102) terdapat

tujuh indikator kinerja antara lain :

1) Tujuan. Tujuan merupakan keadaan yang berbeda yang secara

aktif dicari oleh seorang individu atau organisasi untuk dicapai.

Tujuan juga merupakan suatu keadaan yang ingin dicapai di

masa yang akan datang. Untuk mencapai tujuan, diperlukan

kinerja individu, kelompok dan organisasi. Kinerja individu

maupun organisasi berhasil apabila dapat mencapai tujuan yang

diinginkan.

2) Standar. Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang

diinginkan dapat dicapai. Tanpa standar, tidak dapat diketahui

kapan suatu tujuan tercapai. Kinerja seseorang dikatakan

berhasil apabila mampu mencapai standar yang ditentukan atau

disepakati bersama antara atasan dan bawahan.

3) Umpan Balik. Umpan balik merupakan masukan yang

(48)

kinerja dan pencapaian tujuan. Dengan umpan balik dilakukan

evaluasi terhadap kinerja dan sebagai hasilnya dapat dilakukan

perbaikan kinerja.

4) Alat atau Sarana. Alat atau sarana merupakan sumber daya

yang dapat dipergunakan untuk membantu menyelesaikan

tujuan dengan sukses. Alat atau sarana merupakan faktor

penunjang untuk pencapaian tujuan. Tanpa alat atau sarana,

tugas pekerjaan spesifik tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak

dapat diselesaikan sebagaimana seharusnya. Tanpa alat tidak

mungkin dapat melakukan pekerjaan.

5) Kompetensi. Kompetensi merupakan persyaratan utama dalam

kinerja. Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang untuk menjalankan pekerjaan yang diberikan

kepadanya dengan baik. Kompetensi memungkinkan seseorang

mewujudkan tugas yang berkaitan dengan pekerjaan yang

diperlukan untuk mencapai tujuan.

6) Motif. Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang

untuk melakukan sesuatu. Manajer memfasilitasi motivasi

kepada karyawan dengan insentif berupa uang, memberikan

pengakuan, menetapkan tujuan menantang, menetapkan standar

terjangkau, meminta umpan balik, memberikan kebebasan

(49)

menyediakan sumber daya yang diperlukan dan menghapuskan

tindakan yang mengakibatkan disinsentif.

7) Peluang. Pekerja perlu mendapatkan kesempatan untuk

menunjukkan prestasi kerjanya. Terdapat dua faktor yang

menyumbangkan pada adanya kekurangan kesempatan untuk

berprestasi, yaitu ketersediaan waktu dan kemampuan untuk

memenuhi syarat.

Menurut Bernadin dalam Rojikin (2015) indikator untuk

mengukur kinerja karyawan secara individu ada enam yaitu:

1) Kualitas

Merupakan tingkat di mana hasil aktivitas yang di kehendaki

mendekati sempurna dalam arti menyesuaikan beberapa cara

ideal dari penampilan aktivitas, maupun memenuhi

tujuan-tujuan yang di harapkan dari suatu aktivitas, kualitas kerja

diukur dari presepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang

di hasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan

dan kemampuan karyawan.

2) Kuantitas

Merupakan jumlah yang di hasilkan dinyatakan istilah seperti

jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang di selesaikan. Kualtias

yang diukur dari presepsi pegawai terhadap jumlah aktivitas

(50)

3) Ketepatan waktu

Merupakan tingkat aktivitas di selesaikan pada awal waktu

yang dinyatakan, di lihat dari sudut koordinasi dengan hasil

output sertamemaksimalkan waktu yang tersedia untuk

akitivtas lain. Ketepatan waktu diukur dari presepsi karyawan

terhadap suatu aktivitas yang di selesaikan di awal waktu

sampai menjadi output.

4) Efektivitas

Efektivitas kerja dalam presepsi pegawai dalam menilai

pemanfaatan waktu dalam menjalankan tugas, efektifitas

penyelesaian tugas yang di bebankan organisasi.

5) Kemandirian

Merupakan tingkat seorang karyawan dapat menjalankan

fungsi kerjanya tanpa meminta bantuan, bimbingan dari orang

lain atau pengawas. Kemandirian dapat di ukur dari persepsi

karyawan terhadap tugas dalam melakukan fungsi kerjanya

masung-masing karyawan sesuai dengan tanggung jawab

pegawai itu sendiri.

6) Komitmen kerja

Merupakan tingkat di mana karyawan mempunyai komitmen

kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap

(51)

dalam membina hubungan instansi serta tanggung jawab dan

loyalitas karyawan.

5. Penilaian Kinerja

Menurut Hariandja (2002: 195) penilaian unjuk kerja

merupakan suatu proses organisasi dalam menilai unjuk kerja

pegawainya. Tujuan dilakukannya penilaian unjuk kerja secara

umum adalah untuk memberikan feedback kepada pegawai dalam

upaya memperbaiki tampilan kerjanya dan upaya meningkatkan

produktivitas organisasi dan secara khusus dilakukan dalam

kaitannya dengan berbagai kebijaksanaan terhadap pegawai seperti

untuk tujuan promosi, kenaikan gaji, pendidikan dan latihan, dan

lain-lain.

Menurut Werther, et al dalam Hariandja (2002: 195) arti

pentingnya penilaian unjuk kerja secara lebih rinci dikemukakan

sebagai berikut :

1) Perbaikan unjuk kerja memberikan kesempatan kepada

karyawan untuk meningkatkan kinerja melalui feedback yang

diberikan oleh organisasi.

2) Penyesuaian gaji dapat dipakai sebagai informasi untuk

mengkompensasi pegawai secara layak sehingga dapat

memotivasi mereka.

3) Keputusan untuk penempatan, yaitu dapat dilakukannya

(52)

4) Pelatihan dan pengembangan, yaitu melalui penilaian kinerja

akan diketahui kelemahan-kelemahan dari pegawai sehingga

dapat dilakukan progam pelatihan dan pengembangn yang lebih

efektif.

5) Perencanan karier, yaitu organisasi dapat memberikan bantuan

perencanaan karier bagi pegawai dan menyelaraskannya dengan

kepentingan organisasi.

6) Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam proses

penempatan, yaitu unjuk kerja yang tidak baik menunjukkan

adanya kelemahan dalam penempatan sehingga dapat dilakukan

perbaikan.

7) Dapat mengidentifikasi adanya kekurangan dalam desain

pekerjaan, yaitu kekurangan kinerja akan menunjukkan adanya

kekurangan dalam perancangan jabatan.

8) Meningkatakan adanya perlakukan kesempatan yang sama pada

pegawai, yaitu dengan dilakukannya penilaian yang obyektif

berarti meningkatkan perlakukan yang adil bagi pegawai.

9) Dapat membantu pegawai dalam mengatasi masalah yang

bersifat eksternal, yaitu dengan penilaian unjuk kerja atasan

akan mengetahui apa yang akan menyebabkan terjadinya unjuk

kerja yang jelek, sehingga atasan dapat membantu

(53)

10)Umpan balik pada pelaksana fungsi manajemen suber daya

manusia, yaitu dengan diketahuinya unjuk kerja pegawai secara

keseluruhan, ini akan menjadi informasi sejauh mana fungsi

sumber daya manusia berjalan dengan baik atau tidak.

c. Pelatihan

1. Pengertian Pelatihan

Menurut Bernandian dalam Gomes (2003: 197) pelatihan

adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada

suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggungjawabnya,

atau sarana pekerjaan yang kaitannya dengan pekerjaannya.

Berdasarkan pendapat Andrew E Sikula dalam Mangkunegara

(2001: 44) dapat dikemukakan pelatihan adalah suatu proses

pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur

sistematis dan terorganisir di mana pegawai non-managerial

mempelajari pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam tujuan

terbatas.

Menurut Rachmawati (2008: 110) pelatihan merupakan

wadah lingkungan bagi karyawan, di mana mereka memperoleh

atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan dan

perilaku spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan. Menurut

(54)

untuk membantu karyawan membangun keahlian, sebuah metode

yang memperkuat komunikasi abtara organisasi dengan karyawan.

2. Konsep Tentang Pelatihan Kerja

Menurut Barthos (1999: 94) ada beberapa konsep yang

mendukung sistem kerja antara lain :

1) Pandangan Edwin B. Flippo

Konsep Flippo lebih dekat dengan manajemen personalia. Di

dalam konsepnya oleh Flippo dikemukakan tentang :

i. Pengembangan individu

ii. Pelatihan operasional

iii. Pengembangan manajemen

iv. Kebutuhan manajer dan program pengembangan

Konsep Flippo tersebut untuk para eksekutif, namun dapat dipakai

dalam program-program pelatihan di mana saja. Hal yang menarik

dalam konsep Flippo ialah adanya 4 (empat) metode dasar yang

digunakan yaitu :

i. Pelatihan di Tempat Kerja (On The Job Training)

Pelatihan di tempat kerja dapat dipelajari dalam jangka waktu

relative singkat. Metode ini adalah metode yang paling banyak

digunakan karena mempunyai kelebihan ndalam memberi

motivasi kepada peserta pelatihan.keberhasilan pelatihan di

(55)

seperangkat prosedur untuk melaksanakan tugas tertentu yang

dikembangkan dari pengalaman dan penelitian.

ii. Sekolah Vestibule

Merupakan sekolah yang dibentuk untuk mengatasi masalah

pelatihan di tempat kerja untuk kebutuhan fungsional khusus

untuk para eksekutif di bidang personel management dalam

mengembangkan fungsi staf dari mulai pengembangan lini

sampai proses produksi tertentu.

iii. Magang (Apprenticeship)

Program magang dirancang untuk ketrampilan yang lebih

tinggi yang mengutamakan pengetahuan dalam melaksanakan

suatu ketrampilan atau serangkaian pekerjaan yang

berhubungan.

iv. Kursus-Kursus

2) Pandangan Andrew F. Sikula

Konsep Sikula menggambarkan tentang pelatihan dan

pengembangan yang ditinjau dari segi personel administration.

Pandangannya lebih menitikberatkan pada proses dan pembagian

dalam pelatihan dan pengembangan. Di dalam metode pelatihan

Sikula memakai beberapa cara sebagai berikut :

i. On the Job Training (OJT)

ii. Sekolah vestibule

(56)

iv. Simulasi

v. Pemagangan (apprenticeship)

vi. Pelajaran di kelas (lecturer, cenfrence,studi kasus, permainan,

program instruksi)

vii.Metode pelatihan lainnya

Ternyata Flippo dan Sikula lebih banyak menganut

penggunaan OJT dan apprenticeshipdalam pelatihan di bidang

management personalia yang dapat diterapkan pada

bidang-bidang lainnya.

3. Arti Penting Pelatihan

Menurut Hariandja (2002: 168) terdapat beberapa alasan

diadakannya pelatihan, diantaranya sebagai berikut :

1) Pegawai yang baru direkrut sering kali belum memahami

secara benar bagaimana melakukan pekerjaan.

2) Perubahan-perubahan dalam lingkungan kerja dan tenaga kerja.

Perubahan-perubahan tersebut meliputi perubahan-perubahan

dalam teknologi seperti munculnya teknologi baru, dimana

perusahaan secara proaktif harus menyesuaikan ketrampilan

pegawainya untuk dapat menggunakan teknologi tersebut untuk

menghindari keusangan pegawai. Perubahan dalam tenaga

kerja seperti semakin beragamnya tenaga kerja yang memiliki

(57)

memerlukan pelatihan untuk menyamakan sikap dan perilaku

mereka terhadap pekerjaan.

3) Meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki

produktivitas. Daya saing perusahaan tidak hanya

mengandalkan aset berupa modal yang dimiliki sebab modal

bukan lagi kekuatan daya saing yang langgeng, dan sumber

daya manusia merupakan elemen yang paling penting untuk

meningkatkan daya saing sebab sumber daya manusia

merupakan aspek penentu utama daya saing yang langgeng.

Selanjutnya, dengan meningkatnya kemampuan seseorang,

dengan asumsi faktor lain seperti gaji dan lingkungan kerja

berada dalam kondisi yang baik, kemampuan akan dapat

meningkatkan produktivitas pegawai.

4) Menyesuaikan dengan peraturan-peraturan yang ada, misalnya

standar pelaksanaan pekerjaan yang di keluarkan oleh asosiasi

industri dan pemerintah, untuk menjaaminkualitas produksi

atau keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Kunci Keberhasilan Program Pelatihan

Menurut Wibowo (2010: 445) terdapat dua kunci

keberhasilan untuk mengembangkan program pelatihan dalam

(58)

1) Perencanaan dan Strategi Pelatihan

Menurut Mallow dalam Wibowo (2010: 445)

merencanakan dan mengatur strategi pelatihan menyangkut

empat langkah, diantaranya :

a) Needs Assessment (Penilaian Kebutuhan)

Penilaian kebutuhan pelatihan mempertimbangkan

mengapa aktivitas secara khusus diperlukan dan

menempatkan pelatihan dalam konteks organisasi yang

sesuai. Penilaian kebutuhan dilakukan dalam tiga tingkat

analisis, yaitu organisasional, tugas dan individu.

Pada tingkat organisasional, pelatihan

dipertimbangkan dalam konteks budaya organisasi, politik,

struktur dan strategi. Analisis ini mempertimbangkan

bagaimana pelatihan akan membantu organisasi memenuhi

sasarannya dan bagaimana pelatihan mempengaruhi

dinamika tempat pekerjaan dan di antara unit kerja

sehari-hari. Juga dipertimbangkan biaya pelatihan relatif terhadap

manfaat yang diharapkan dan biaya jida tidak jadi

melakukan pelatihan.

Penilaian pada tingkat tugas melihat tugas dan

tanggung jawab spesifik yang diberikan pada pekerjaan

yang berbeda dan tipe ketrampilan dan pengetahuan yang

(59)

Tingkat ini juga mempertimbangkan apakah pembelajaran

dapat atau harus dilakukan di tempat pekerjaan atau di luar

tempat pekerjaan, implikasi dari kesalahan dan bagaimana

pekerjaan dapat dirancang memberikan pekerja dengan

umpan balik langsung pada kinerja.

Penilaian pada tingkat individual

mempertimbangkan orang yang harus dilatih. Untuk itu

diperlukan analisis tingkat pengetahuan dan ketrampilan

yang ada serta faktor yang berhubungan dengan gaya

pembelajaran, kepribadian, gaya interpersonal dalam

berinteraksi dengan orang lain dan setiap kebutuhan

individualyang harus dimiliki pekerja.

b) Objectives

Setelah penilaian kebutuhan pelatihan dilakukan,

sasaran untuk aktivitas pelatihan harus dikembangkan.

Sasaran ini harus mengikuti langsung dari penilaian

kebutuhan dan dideskripsikan dengan terminology spesifik

dan terukur.ukuran harus dinyatakan dalam bentuk perilaku

pekerja yang diharapkan dan hasil yang diharapkan dari

perilaku tersebut.

c) Design and Delivery (Merancang dan Menyelenggarakan)

Sebelum merancang dan menyelenggarakan

(60)

Pertama adalah gangguan. Gangguan terjadi ketika

pelatihan, pembelajaran atau kebiasaan bertindak dibentuk

sebagai hambatan proses pembelajaran. Apabila seseorang

telah mempunyai kebiasaan, maka akan sulit untuk

memodifikasi kebiasaan tersebut. Kedua adalah masalah

transfer. Transfer adalah sampai mana trainee atau learner

dapat mentransfer pembelajaran pada pekekerjaan

sebenarnya.

d) Evaluation (Evaluasi)

Kriteria evaluasi harus dinilai sebelum

penyelenggaraan pelatihan menyediakan dasar

perbandingan untuk penilaian stelah pelatihan.teknik

evaluasi yang tidak dikembangkan ketika sasaran

ditetapkan biasanya akan memberikan sedikit nilai bagi

organisasi. Keputusan tentang bagaimana mengevaluasi

pelatihan harus dilakukan pada waktu bersamaan dengan

ditetapkannya sasaran. Menurut Millo dalam Wibowo

(2010: 450) evaluasi dilakukan pada empat tingkatan, yaitu

:

1. Reaksi, pada tingkat ini evaluasi ingin mengukur

apakah peserta pelatihan meyukai program,pelatih dan

fasilitas pelatihan.apakah menurut meraka pelatihan

(61)

2. Pembelajaran, pada tingkat ini dilakukan evaluasi

sejauh mana peserta pelatihan mempunyai ketrampilan

dan pengetahuan lebih tinggi dari sebelumnya.

3. Perilaku, pada tingkat ini mengevaluasi apakah peserta

pelatihan berperilaku berbeda di pekerjaan setelah

pelatihan.

4. Hasil, pada tingkat ini dilakukan evaluasi apakah

organisasi menjadi lebih baik kinerjanya karena

pelatihan.

2) Mengintegrasikan Pelatihan dengan Manajemen Kinerja

Faktor kunci kedua dalam strategi program pelatihan

adalah memastikan bahwa hasil yang diharapkan dari pelatihan.

Menunjukkan bahwa pekerja mampu menyelesaikan

pekerjaannya dan atas prestasinya tersebut selayaknya

mendapatkan imbalan.

Apabila pekerja memperluas usaha untuk belajar

ketrampilan dan pengetahuan baru dan diharapkan

melaksanakan pembelajaran dalam pekerjaan, mereka perlu

diberi insentif dan pengakuan atas kinerja apabila dicapai.

5. Metode Pelatihan

1) Metode-Metode Pelatihan On The Job Training

Menurut Werther, et al dalam Hariandja (2002: 186) ada

(62)

a. Job instruction training atau pelatihan intruksi jabatan

adalah pelatihan dimana ditentukan seseorang (biasanya

manajer atau supervisor) bertindak sebagai pelatih untuk

mengintruksikan bagaimana melakukan pekerjaan tertentu

dalam proses kerja. Metode ini bilamana dikaitkan secara

khusus dengan prisnsip-prinsip belajar diatas terlihat

dengan jelas memiliki partsisipasi yang tinggi, relevance,

repetition, transference, dan juga feedback.

b. Coaching adalah bentuk pelatihan dalam pengembangan

yang dilakukan di tempat kerja oleh atasan dan membibing

petugas melakukan pekerjaan secara informal dan biasanya

tidak terencana, misalnya bagaimana melakukan pekerjaan,

bagaimana memecahkan masalah. Dilihat dari

prinsip-prinsip belajar, metode ini mengaplikasikan prinsip-prinsip belajar

partisipasi, relevance, repetition, transference, dan juga

feedback.

c. Job Rotation adalah program yang direncanakan secara

formal dengan cara menugaskan pegawai pada beberapa

pekerjaan yang berbeda dan dalam bagian yang berbeda

dengan organisasi untuk menambah pengetahuan mengenai

pekerjaan dalam organisasi. Ini biasanya dilakukan untuk

pengembangan pegawai untuk memahami aktivitas

(63)

prinsip-prinsip belajar, metode ini mengaplikasikan hamper semua

prinsip belajar kecuali feedback.

d. Apprenticeship adalah pelatihan yang mengkombinasikan

antara pelajaran di kelas dengan praktek di lapangan, yaitu

setelah sejumlah materi diberikan kepada peserta, peserta

dibawa praktek ke lapangan. Teknik ini juga

mengaplikasikan seluruh prinsip belajar seperti tersebut di

atas.

2) Metode-Metode Pelatihan Off The Job Training

Menurut Werther, et al dalam Hariandja (2002: 187) ada

beberapa metode pelatihan off the job training, yaitu :

a. Lecture atau kuliah adalah presentasi atau ceramah yang

diberikan oleh pelatih/pengajar kepada kelompok

pendengar,biasanya kelompok yang cukup besar. Disin

pola komunikasi yang terjadi umumnya satu arah. Pelajar

dapat menggunakan berbagai alat peraga, memberikan

kesempatan untuk bertanya atau berdiskusi, meskipun

tidak intensif. Metode ini biasanya di gunakan untuk

memberikan pengetahuan umu kepada peserta.

Selanjutnya, dilhat dari prinsip-prinsip belajar, metode ini

umumnya paling miskin menggunakan prinsip-prinsip

(64)

b. Video presentation adalah presentasi atau pelajaran yang

disajikan melalui film, televisi, atau video tentang

pengetahuan atau bagaimana melakukan suatu pekerjaan.

Ini dilakukan bilamana jumlah peserta cukup banyak dan

masalah yang di jelaskan tidak begitu kompleks. Teknik

ini hamper sama dengan lecture, miskin dalam

penggunaan prinsip-prinsip belajar kecuali transference.

c. Vestibule training/simulation adalah latihan yang

diberikan di sebuah tempat yang khusus dirancang

menyerupai tempat kerja, yang dilengkapi dengar berbagai

peralatan seperti di tempat kerja. Teknik ini dapat

mencangkup semua prinsip belajar

d. Role playing adalah metode pelatihan yang dilakukan

dengan cara para peserta diberi peran tertentu untuk

bertindak dalan situasi khusus. Ini di maksudkan untuk

dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain misalnya

pelanggan, atasan, rekan sekerja, sehingga para peserta

dapat berinteraksi dengan baik dengan orang lain

e. Case study adalah study kasus yang dilakukan dengan

memberikan beberapa kasus tertentu, kemudian peserta

diminta memecahkan kasus tersebut melalui diskusi

(65)

dengan situasi nyata pekerjaan akan menimbulkan

transference.

f. Self-studi adalah studi kasus yang dilakukan dengan

memberikan beberapa kasus tertentu, kemudian peserta

diminta memecahkan kasus tersebut melalui diskusi di

kelompok belajar. Kasus-kasus yang diberikan sesuai

dengan situasi nyata pekerjaan akan menimbulkan

transference.

g. Program learning adalah bentuk lain dari self-study,

yaitu mentiapkan seperangkat pertanyaan dan jawabannya

secara tertulis dalam buku, atau dalam sebuah program

komputer. Setelah membaca dan menjawab pertanyaan,

peserta memberikan feedback. Kemudian melalui

feedback dapat diketahui hasilnya.

h. Laboratory training adalah latihan untuk meningkatkan

kemmapuan hubungan antar pribadi, melalui sharing

pengalaman, perasaan, persepsi, dan perilaku di antara

beberapa peserta.

i. Action learning (belajar bertindak) adalah proses belajar

melalui kelompok kecil dalam memecahkan beberapa

persoalan dalam pekerjaan, yang dibantu oleh seorang

ahli, bisa dari dalam perusahaan atau dari luar

(66)

Sedangkan metode pelatihan menurut Olaniyan dan

Lucas dalam Silvia (2013: 6) terbagi kepada 6 macam,yaitu:

a. On the Job Training, merupakan program pelatihan yang

dialami oleh seorang karyawan dari waktu kewaktu

selama berada didalam lokasi tempat dimana ia bekerja.

b. Induksi atau orientasi, merupakan metode dalam pelatihan

untuk memperkenalkan hal-hal yang berhubungan dengan

perusahaan kepada karyawan yang baru bergabung

diperusahaan tersebut.

c. Magang, yaitu metode pelatihan dimana seorang

karyawan yang kurang terampil belajar kepada orang

yang lebih terampil.

d. Demontrasi, merupakan metode yang mengajarkan suatu

keterampilan kepada karyawan berdasarkan contoh yang

jelas.

e. Vestibule atau ruang depan, yaitu metode yang

menempatkan karyawan pada bidang kerja lain namun

yang relevan agar karyawan tersebut memperoleh

keterampilan yang khusus.

f. Pelatihan Formal, yaitu sebuah proses pengajaran praktis

dan teoritis yang bisa dilakukan didalam maupun diluar

(67)

6. Tujuan Pelatihan

Menurut Mangkunegara dalam Endayani, et al (2015: 2)

tujuan dari pelatihan antara lain :

a) Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi.

b) Meningkatkan produktivitas kerja.

c) Meningkatkan kualitas kerja.

d) Meningkatkan ketetapan perencanaan sumber daya manusia.

e) Meningkatkan moral semangat kerja.

f) Meningkatkan rangsangan agar karyawan mampu berprestasi

secara maksimal.

g) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

h) Menghindari keusangan.

i) Meningkatkan perkembangan pribadi karyawan.

7. Indikator Pelatihan

Menurut Siagian dalam Puspitasari (2014) untuk mengukur

variabel pelatihan digunakan indikator sebagai berikut :

1) Pengetahuan.

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa

Inggris yaitu knowledge. Pengetahuan itu adalah semua milik

atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan

hasil proses dari usaha manusia. Dalam kamus filsafat,

dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses

(68)

kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui

(subjek) memilliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya

sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu

menyusun yang diketehui pada dirinya sendiri dalam kesatuan

aktif. Sehingga dengan adanya pengetahuan yang cukup akan

membantu pekerjaan yang dilakukan cepat selesai dan dengan

hasil yang baik.

2) Kemampuan Berpikir.

Kemampaun berpikir merupakan kegiatan penalaran yang

reflektif, kritis dan kreatif yang berorientasi pada suatu proses

intelektual yang melibatkan pembentukan konsep

(conceptualizing), aplikasi, analisis, menilai informasi yang

terkumpul (sintesis) atau dihasilkan melalui pengamatan,

pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai landasan kepada

suatu keyakinan (kepercayaan) dan tindakan. Berpikir adalah

satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan

yang terarah kepada suatu tujuan. Kita berpikir untuk

menemukan pemahaman yang kita kehendak. Dengan adanya

kemampuan yang sepadan dengan pekerjaan yang dilakukan

maka pekerjaan akan menghasilkan hasil yang maksimal dan

(69)

3) Sikap (attitude)

Sikap adalah sebagai pernyataan evaluatif, baik yang

menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek,

individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana

perasaan seseorang tentang sesuatu. Mendefinisikan sikap

sebagai kecenderungan merespon sesuatu secara konsisten

untuk mendukung atau tidak mendukung dengan

memperhatikan objek tertentu. Sikap yang baik dalam

menghadapi suatu masalah akan sangat membantu dalam

kelancaran pekerjaan yang dilakukan.

4) Kecakapan

Kecakapan adalah suatu keterampilan yang memungkinkan

seseorang untuk mendapatkan pekerjaan atau untuk dapat tetap

bekerja, meliputi personal skills, interpersonal skills, attitudes,

habits dan behaviors. Kecakapan yang dimiliki seorang

karyawan dalam melaksankan tugasnya akan berpengaruh pada

hasil yang didapatnya nanti.

d. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Menurut Rivai dan Sagala (2009: 837) motivasi adalah

serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu

(70)

Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang

memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku

dalam mencapai tujuan. Menurut Wibowo (2010: 379) motivasi

merupakan dorongan terhadap serangkaian proses perilaku

manusia pada pencapaian tujuan. Sedangkan elemen yang

terkandung dalam motivasi meliputi unsur membnagkitkan,

mengarahkan, menjaga, menunjukkan intensitas, bersifat

terus-menerus dan adanya tujuan. Sedangkan menurut Kreitner, et al

dalam Wibowo (2010: 378) motivasi merupakan proses psikologis

yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada pencapaian

tujuan atau goal-directed behavior. Manajer perlu memahami

proses psikologis ini apabila mereka ingin berhasil membina

pekerjaan menuju pada penyelesaian sasaran organisasi.

Menurut Robbins dalam Wibowo (2010: 378) menyatakan

motivasi sebagai proses yang menyebabkan intensitas (intensity),

arah (direction), dan usaha terus-menerus (persistence) individu

menuju pencapaian tujuan. Menurut Berelson, et al dalam

Sinungan (2005: 134) motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap

mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan

atau gerakan dan mengarah atau menyalurkan perilaku kea rah

mencapai kebutuhan yang member kepuasan atau mengurangi

(71)

2. Teori Motivasi

Menurut Rivai dan Sagala (2009: 840) teori motivasi antara lain:

1) Hierarki Teori Kebutuhan (Hierarchial of Needs Theory)

Teori yang terkenal adalah teori kebutuhan yang

dikemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut Maslow bahwa

pada setiap diri manusia itu terdiri dari atas lima

kebutuhan yaitu:

a) Kebutuhan fisiologis, yaitu mencakup kebutuhan makan,

minum, perlindungan fisik.

b) Rasa aman, yaitu kebutuhan perlindungan dari ancaman

bahaya, pertentangan dan lingkungan hidup.

c) Kepemilikan sosial, yaitu kebutuhan seperti perasaan

diterima orang lain, perasaan dihormati dan kebutuhan ikut

serta dalam organisasi.

d) Penghargaan diri, yaitu kebutuhan akan status yang

diduduki seseorang.

e) Aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan

kemampuan, skill, potensi, kebutuhan untuk berpendapat

dengan mengemukakan ide-ide, memberikan penilaian dan

Gambar

Gambar 2.1 Terbentuknya Etos Kerja Islami
Gambar 2.2
Tabel 2.2 Uji Hipotesis
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

“On this PC” refers to music files actually on your machine, while “in the cloud” lists songs you’ve bought from Microsoft’s online music store; they’re held for you in

• Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang mengurutkan dan menuliskan urutan peristiwa pada teks (Bahasa Indonesia KD 3.8 dan 4.8) serta

Promosi selain bersifat memberitahu juga bersifat untuk membujuk terutama kepada pembeli-pembeli potensial, dengan mengatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik dari

Dimensi yang kedua adalah reliability probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu

Dalam kondisi berpolusi, nilai tahanan permukaan sangat dipengaruhi oleh resistivitas timbunan kotoran yang menempel pada permukaan isolator, sehingga untuk menjaga agar nilai

Hasil analisis menunjukkan bahwa galur terung yang memiliki potensi hasil yang paling tinggi adalah galur ‘Bandung’, kandungan vitamin C buah tertinggi pada galur

view table adalah perintah query yang tersimpan, tidak perlu menulis ulang sebuah query dengan kebutuhan data yang sama, indexing pada view table dapat mempercepat

Permodelan regresi linear digunakan untuk memperoleh model prediksi berdasarkan dari variabel berat badan ibu sebelum hamil, dan pertambahan berat badan pertrimester