• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Umum Kacang Tanah. Kacang tanah (Arachis hypogaea,l.) merupakan tanaman polong-polongan atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Umum Kacang Tanah. Kacang tanah (Arachis hypogaea,l.) merupakan tanaman polong-polongan atau"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Kacang Tanah

Kacang tanah (Arachis hypogaea,L.) merupakan tanaman polong-polongan atau

legume yang berasal dari Amerika Selatan yang merupakan legume kedua yang terpenting setelah kedelai. Kacang tanah termasuk kelas Magnoliopsida, ordo Fabales, famili Fabaceae dan genus Arachis(Anonim, 2006).

Kacang tanah dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0- 500 m dari permukaan laut. Struktur tanah gembur dan drainase baik dengan keasaman (pH) tanah antara 6 – 6,5. Dalam masa pertumbuhannya memerlukan cahaya matahari yang cukup. Tanaman yang masih muda membutuhkan air yang cukup selama pertumbuhan dan setelah berumur 2,5 bulan berkurang (Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2006).

Budidaya kacang tanah memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya. Disamping itu kacang tanah merupakan tanaman komersial dan sebagai sumber pendapatan penting bagi petani lahan kering dan lahan bekas sawah. Resiko kegagalan panen kacang tanah akibat serangan hama penyakit lebih kecil dibanding kedelai. Produksi kacang tanah memberikan kontribusi sebesar 60 % dari pendapatan petani ( Sudjadi dan Supriaty, 2001 ).

Pertumbuhan Kacang Tanah

Pertumbuhan tanaman merupakan suatu hasil dari metabolisme sel-sel hidup yang dapat diukur sebagai pertambahan bobot basah atau kering, isi, panjang atau tinggi. Penandaan fase tumbuh kacang tanah penting untuk menetapkan jadwal pengairan,

(2)

penyiangan, pemanenan dan lainnya. Perlakuan tersebut bila tidak diberikan pada fase yang tepat akan memberikan respon yang berbeda dengan pemberian perlakuan yang sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman (Trustinah, 1986).

Fase Vegetatif

Fase vegetatif pada tanaman kacang tanah dimulai sejak perkecambahan hingga awal pembungaan yang berkisar antara 26 hingga 31 hari setelah tanam dan selebihnya adalah fase reproduktif. Fase vegetatif tersebut dibagi menjadi 3 stadia yaitu perkecambahan, pembukaan kotiledon dan perkembangan daun bertangkai empat (tetrafoliate). Proses perkecambahan hingga munculnya kotiledon ke permukaan tanah berlangsung selama 4-6 hari. Keesokan harinya kotiledon tersebut terbuka (Trustinah, 1986). Setelah pemunculan dan terbukanya kotiledon, batang akan memanjang dan tunas pucuk akan berkembang diikuti oleh perkembangan dua tunas (lateral). Daun kacang tanah muncul dari buku pada batang utama atau cabang.

Fase Reproduktif

Penandaan fase reproduktif didasarkan atas adanya bunga, buah dan biji.

Trustinah (1986) membagi fase reproduktif kacang tanah menjadi 9 stadia yaitu: mulai berbunga (R1), pembentukan ginofor (R2), pembentukan polong (R3), polong penuh/maksimal (R4), pembentukan biji (R5), biji penuh (R6), biji mulai masak (R7), masak panen (R8) dan polong lewat masak (R9).

(3)

Tanah Ultisol

Di Indonesia tanah masam terluas terdapat di Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Irian. Di luar pulau Jawa luas lahan ini diperkirakan 34,6 juta hektar dan yang paling luas penyebarannya di Sumatera yaitu 14,695 juta hektar. Sebahagian telah digunakan sebagai daerah perluasan areal pertanian dan transmigrasi (Pusat Penelitian Tanah, 1981 dalam Hanum, 1994 ).

Ultisol menempati bagian terluas dari lahan kering di Indonesia. Umumnya berkembang dari bahan induk tua seperti batuan liat atau batuan vulkanik masam, mempunyai horizon argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Permeabilitas tanah ultisol lambat sampai baik. Oleh karena itu di musim kemarau tanaman mudah menderita kekurangan air. Sebaliknya di musim hujan perakaran tanaman dapat mati karena penggenangan air setempat ( Sitanggang, 1992 ).

Tingginya Al pada ultisol ini menyebabkan buruknya perkembangan akar. Dengan demikian sistem perakaran terbatas pada lapisan tanah yang dangkal sehingga akar tidak dapat memanfaatkan air dan unsur hara yang tersimpan pada subsoil. Akibatnya tanaman mudah mengalami cekaman air, pertumbuhan terhambat dan biomas serta hasil yang diperoleh sangat rendah (Bertham dkk, 2003 ).

Diantara semua kendala, kekahatan P merupakan kendala penting dan umum dijumpai pada tanah masam. Hal ini karena fosfat yang difiksasi oleh mineral liat dalam tanah sebagai anion diikat oleh oksida dan oksida hidrat Fe dan Al dalam bentuk yang tidak tersedia untuk diserap tanaman. Akibatnya ketersediaan P sangat rendah bagi tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terganggu (Mujib dkk, 2006).

(4)

Mikoriza

Jamur yang dapat berasosiasi dangan sistem perakaran tanaman tinggi diistilahkan dengan mikoriza. Dalam fenomena ini jamur menginfeksi dan mengkoloni akar tanpa menimbulkan nekrosis sebagaimana biasa terjadi pada infeksi jamur patogen dan mendapatkan pasokan nutrisi secara teratur dari tanaman. Secara harfiah mikoriza diartikan sebagai cendawan akar (Rao, 1994).

Usaha untuk meningkatkan penyerapan fosfat dapat dilakukan dengan simbiosis antara tanaman dengan FMA. Hifa fungi mikoriza dapat meningkatkan pengambilan P dengan cara memperluas daerah penyerapan dari sistem perakaran tanaman sehingga dapat dimanfaatkan untuk menambang residu P yang menumpuk dalam tanah. Pengaruh FMA terhadap pertumbuhan, serapan P dan hasil tanaman dipengaruhi oleh jenis dan varietas tanaman, jenis tanah, jenis FMA, jenis pupuk, faktor lingkungan (Kabirun, 2002).

Kebutuhan tanaman akan unsur P secara fisiologis dapat mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi. Tanaman yang kebutuhan P nya tinggi biasanya peka dan tanggap. Terdapat hubungan timbal balik antara ketersediaan P tanah dengan derajat infeksi dan keberlimpahan spora FMA. Derajat infeksi menurun dengan naiknya ketersediaan P tanah. Meskipun demikian belum jelas apakah pengaruh negatif itu bersifat langsung atau melalui mekanisme lain.

Adanya FMA ditandai oleh arbuskula dan vesikula. Arbuskula merupakan suatu struktur mirip haustoria pada jamur patogen yang dibentuk oleh hifa interseluler 2-3 hari setelah infeksi dan mempunyai banyak percabangan halus. Vesikula merupakan struktur jamur yang berasal dari pembengkakan hifa internal. Kebanyakan berbentuk bulat telur

(5)

dan berisi banyak lipida sehingga dapat berfungsi sebagai cadangan makanan atau pada kondisi tertentu bertahan sebagai spora. Pada sistem perakaran yang terinfeksi akan muncul hifa eksternal di sekitar rizosfer dan berfungsi sebagai alat absorbsi unsur hara (Mosse, 1981).

Pengaruh FMA terhadap pertumbuhan secara umum dinyatakan bahwa tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik daripada tanaman tanpa mikoriza. Dari hasil penelitian Haryantini dan Santoso (2001) perlakuan FMA jenis Gigaspora margarita

memberikan pengaruh pada beberapa komponen pertumbuhan cabai merah yang terlihat pada parameter luas daun, berat kering tajuk dan persentase pembentukan buah. Penyebabnya adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan serapan unsur hara, baik unsur hara makro maupun mikro. Selain itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia bagi tanaman. Begitu juga dengan hasil yang diperoleh Kabirun (2002) bahwa inokulasi FMA meningkatkan pertumbuhan tanaman, serapan P dan hasil padi gogo yang ditanam pada tanah entisol.

Baon (2004) mengatakan bahwa inokulasi FMA menghasilkan respon tanaman yang positif terhadap lingkar batang, tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun tanaman kakao. Umar (2003) melaporkan media bermikoriza meningkatkan pertumbuhan tinggi semai, berat kering total, top- root ratio, dan serapan P semai Eboni di persemaian.

Respon mikoriza pada suplai air dipengaruhi juga oleh kadar air tanah . Penelitian pengaruh kadar air tanah pada perkembangan jamur FMA masih menunjukkan hasil yang berbeda namun tanaman bermikoriza yang tumbuh di daerah gurun menunjukkan bahwa infeksi FMA bisa berkembang dalam kondisi stress air. Mawardi (2004) melaporkan bahwa aplikasi FMA mampu meningkatkan ketahanan tanaman nilam

(6)

terhadap cekaman kekeringan. Tanpa FMA cekaman kekeringan secara nyata menekan panjang akar total tanaman sedangkan dengan pemberian FMA mampu meningkatkan kemampuan adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan hingga kandungan air tanah 50 % kapasitas lapang. Hal yang sama juga dilaporkan Hapsoh dkk, (2003) bahwa cekaman kekeringan menyebabkan hasil biji kering, cabang produktif, buku subur, polong berisi dan jumlah biji menurun. Akan tetapi dengan simbiosis FMA mengurangi pengaruh cekaman kekeringan terhadap parameter tersebut pada tanaman kedelai.

Menurut Smith dan Read, (1997) beberapa dugaan mengapa tanaman bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan antara lain adalah:

1. Adanya mikoriza menyebabkan resistensi akar terhadap gerakan air menurun sehingga transport air ke akar meningkat.

2. Tanaman kahat P lebih peka terhadap kekeringan, adanya FMA menyebabkan status P tanaman meningkat, sehingga menyebabkan daya tahan terhadap kekeringan meningkat.

3. Adanya hifa eksternal menyebabkan tanaman bermikoriza lebih mampu

mendapatkan air daripada yang tidak bermikoriza.

4. Tanaman bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan, karena pemakaian air yang lebih ekonomis.

5. Pengaruh tidak langsung karena adanya miselium eksternal menyebabkan FMA efektif dalam mengagregasi butir-butir tanah, sehingga kemampuan tanah menyimpan air meningkat.

(7)

Hubungan Air Dengan Tanaman

Suatu tanaman budidaya herba membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Kandungan air pada tanaman bervariasi antara 70-90% tergantung umur, jaringan tertentu dan lingkungannya. Menurut Fitter (1981) air dibutuhkan tanaman untuk bermacam-macam fungsi antara lain :

1. Sebagai pelarut dan medium reaksi kimia

2. Medium untuk transfor zat terlarut organik dan anorganik

3. Medium yang memberikan turgor pada sel tanaman. Turgor menggalakkan

pembesaran sel, struktur tanaman dan penempatan daun.

4. Hidrasi dan netralisasi muatan pada molekul koloid untuk enzim, air hidrasi membantu memelihara struktur dan memudahkan fungsi katalis.

5. Bahan baku untuk fotosintesis, proses hidrolisis dan rekasi kimia lainnya dalam tumbuhan

6. Epavorasi (transpirasi) untuk mendinginkan permukaan tanaman

Air bagi pertanian tidak hanya berkaitan dengan aspek produksi tetapi juga kwalitas hasil. Dalam kondisi kekurangan air, air sangat dibutuhkan untuk mencapai kwalitas dan kwantitas hasil yang maksimal. Penelitian Sweeny dkk,(2003) di negara bagian Kansas Amerika Serikat menunjukkan pemberian air pada berbagai fase pertumbuhan reproduksi kedelai meningkatkan kwantitas dan kwalitas hasil sebesar 20 %. Kurnia dan Hidayat (2001) menyatakan bahwa pemberian air dengan irigasi tetes sebesar 50 – 70 % dari jumlah yang biasa di berikan petani lahan kering meningkatkan hasil tembakau sebesar 4,10 – 6,30 ton / ha dan cabai 0,40 - 70 ton / ha.

(8)

Secara umum tanaman kacang tanah relatif toleran terhadap kekeringan. Penggunaan air oleh tanaman kacang tanah selama pertumbuhannya dikendalikan oleh faktor iklim, agronomis dan varietasnya. Kebutuhan air selama pertumbuhan tanaman kacang tanah tergantung iklim yang umumnya berkisar antara 500 hingga 700 mm (Doorenbos dan Kassam, 1981) yang secara sederhana membagi periode pertumbuhan tanaman kacang tanah menjadi lima fase yaitu perkecambahan, vegetatif, pembungaan, pembentukan dan pengisian polong serta pemasakan. Setiap fase pertumbuhan tanaman tersebut memerlukan air yang berbeda dan mempunyai respon yang berbeda terhadap kekurangan air. Kekurangan air pada fase pertumbuhan tertentu yang dapat menurunkan pertumbuhan dan hasil secara nyata dikatakan sebagai fase kritis tanaman terhadap kekurangan air. Bagi tanaman kacang tanah fase pembungaan merupakan fase paling kritis atau paling sensitif terhadap kekurangan air kemudian diikuti oleh fase pembentukan dan pengisian polong. Kekurangan air selama fase pertumbuhan vegetatif menyebabkan pemunduran saat pembungaan dan panen. Kekurangan air selama fase pembungaan menyebabkan bunga gugur atau kegagalan dalam proses penyerbukan. Sedangkan kekurangan air selama pembentukan polong dan pengisian polong akan mengurangi bobot polong dan biji.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan bahan baku lokal yaitu tepung ikan 40%, tepung jagung 24%, dedak halus 10% dan ampas tahu 25% serta penambahan

Data yang dikumpulkan berupa data primer hasil wawancara meliputi persepsi kondisi sanitasi lingkungan yang terdiri dari kamar mandi, ketersediaan sumber air bersih,

Selanjutnya uji reliabilitas dapat dilihat masing-masing nilai cronbach alpha dari keseluruhan variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi

Berdasarkan hasil penelitian menyatakan motif yang digunakan siswa SMA Negeri 4 Manado adalah ( In order Motive ) motif masa depan. Hasil penelitian mengungkapkan

Dari hasil perhitungan uji korelasi dengan menggunakan rumus product moment didapatkan hasil p < 0,04 maka ha diterima artinya ada hubungan yang signifikan antara Mutu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan hukum pidana materil oleh hakim dalam putusan Nomor 24/PID.SUS/2012.Mks sudah cukup tepat, karena tindak pidana yang

The objective of this study was to find out whether the use of Treasure Hunt Game is effective to improve students’ English vocabulary mastery in the fourth graders of SD