RANTAI DINGIN PRODUK PANGAN INDONESIA
KHUSUSNYANYA PELABUHAN DAN ANGKUTAN LAUT
Dr. Saut Gurning
Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Trans-Log)
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM-ITS) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
MELIMPAHNYA KOMODITAS BERBASIS PANGAN DI INDONESIA
Indonesia dengan kondisi alamiahnya memiliki potensi komoditas
produk-produk pertanian , peternakan, dan perikanan yang cukup
besar dan menjadi bahan konsumsi secara domestik dan barang
komoditas ekspor ke sejumlah negara sekitar Indonesia secara
regional. Kluster komoditas ini dalam proses pengangkutannya
lewat moda transportasi laut seringkali dilakukan dengan pola
angkutan kontainer pendingin (
reefer container
) atau
refrigerated
cargo
bersamaan dengan proses pendinginan dan pembekuan
produk guna menghindari masa destruksi komoditas tersebut
karena karakteristik bahan yang terbatas periode kesegarannya
(lihat Gambar 1 dan 2 di bawah) .
SELAMATKAN PRODUK-PRODUK SUMBER DAYA ALAM KITA SENDIRI
•
Tingkat ekonomi dan daya beli masyarakat Indonesia yang meningkat
mendorong semakin besarnya konsumsi produk-produk holtikultura,
peternakan, dan perikanan per kapita Indonesia
•
Namun justru sumber produk-produk tersebut berasal dari luar negeri
yang meningkat volume importasinya dalam dua tahun belakangan ini
dengan cukup besar 15-16 persen per tahunnya
•
Jeruk China, apel Selandia Baru dan durian bangkok masih lebih murah,
bersaing dan enak rasanya dibandingkan dengan jeruk berastagih, apel
malang dan durian kita sendiri
•
Tingkat kompetisinya salah satunya karena kekuatan logistik terlebih
lagi pada kemampuan penanganan rantai pendingin produk-produk itu
EFEKTIFKAH PEMBATASAN PINTU MASUK PRODUK HOLTIKULTURA ASING ?
• “Empat pintu masuk yang dibuka untuk impor produk hortikultura yakni Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Belawan, dan Bandara Soekarno-Hatta sementara Pelabuhan Tanjung Priok sudah ditutup dengan alasan sudah terlalu padat” (Republika, 23 September 2012),
merupakan usaha temporal yang ada batasannya dan tidak fundamental
• Yang perlu dilakukan adalah mendukung produk-produk holtikultura nasional dengan jaringan logistik pendinginan utamanya lewat pelabuhan-pelabuhan utama Indonesia
• Disamping kecintaan atas produk holtikultura nasional perlu lebih digalakan bagi keuntungan dan manfaat sektor pertanian domestik kita
• Dukungan logistik perlu disediakan dengan memperhatikan efektifitas dan efisiennya secara komersial dan memperhatikan persyaratan tingkat keamanan pangan holtikultura kita
TUNTUTAN PENGELOLAAN LOGISTIK BARANG-BARANG REFRIGERATED CARGO
KETERPADUAN DAN KOLABORASI MODAL PENTING RANTAI DINGIN
•
Keterpaduan berbagai pelaku usaha terkait rantai dingin sangat
diperlukan di indonesia mulai dari produsen hingga lokasi retail dan
kios
•
Penguatan infrastruktur, keterkaitan transportasi, dan variasi jasa
berbasis produk pendingin secara kolaboratif menjadi hal utama yang
perlu dilakukan
•
Institusi publik termasuk pemerintah menyediakan infrastruktur dasar
seperti penguatan produk jalan akses, jalur dan jasa angkutan kereta
api
berpendingin,
dan
pelabuhan/bandara
yang
memiliki
fasilitas/sentra pendinginan dapat menjadi peran penting pemerintah
•
Sementara pihak swasta diserahkan berbagai kegiatan dan peralatan
TUNTUTAN PENGELOLAAN LOGISTIK BARANG-BARANG REFRIGERATED CARGO
Angkutan Pengguna Fasilitas Kelola
•Volume ekonomik •Tarif yg volatile •Perubahan musim •Wilayah berbeda •• Varian jasa • Mengikuti proses rantai pendingin * Kinerja tinggi •Pendinginan di atas kapal •Shipping costs •Kapal khusus •Limbah cool chain
•Tarif rendah •Jasa bertambah • Kualitas jasa baik • Tersedia 24/7 publik/swasta • Armada khusus • Spesialisasi • Dedicated • Comparable • Cakupan produk • Multi-moda • Besaran biaya • Tingkat tarif KOM E RSI A L OP E RA S I KH USUS • Proses Karantina •Kepabeanan •Pengangkutan •Proses Inventori • Otomasi • Penggunaan ITK • Partial/full pre or no cooling op •Orientasi pada kualitas produk • Standar global • Pola kerjasama • Interaksi logistik •Pengepakan •Mudah dideteksi • Kualitas terjaga •Jasa pendinginan yang fleksibel • Efektivitas biaya •Buangan/limbah •Distribusi ke retail •Armada / moda transportasi • Kesatuan jasa • Termonitor • Multi-skills • Fleksibilitas
PERSOALAN PENANGANAN PRODUK PANGAN DI PELABUHAN
TRUK TANPA PENDINGIN
PROSES PENGEPAKAN BIASA
TERBATASNYA REFEER CONTAINER
SEPERTI APAKAH DAYA DUKUNG RANTAI PENDINGINAN PRODUK KITA?
• Pola pengangkutan kita lemah dengan kemampuan dan orientasi berpendingin. Jadi dibutuhkan truk berpendingin, angkutan kereta api berpendingin, layanan pelayaran berpendingin dan layanan kargo udara yang berpendingin
• Pola pengaturan dan kebijakan penanganan kargo-kargo berpendinginan kita relatif minimal dan terbatas baik informasi dan keberpihakannya
• Persoalan konsolidasi dan kontinuitas produk menjadi faktor “reluctant” kuat pihak investor tidak tertarik atas rantai pendingin ini
• Sementara pihak swasta diserahkan berbagai kegiatan dan peralatan atau perlengkapan layanan berpendingin
• Operator logistik yang berorientasi pada aspek komersial, operasional dan teknis jasa berpendigin masih terbatas
PROSES / TAHAPAN PENDINGINAN DI PELABUHAN
STEVEDORING CARGO-DOORING DELIVERING/RECEIVING
DI ATAS KAPAL DAN TRUK / HANDLER DI ATAS TRUK / HANDLER & PENYIMPANAN DI DEPO PETIKEMAS DAN SENTRA DISTRIBUSI
FAKTOR PENENTU KINERJA LOGISTIK DI PELABUHAN
Best practices secara Nasional / regional Product self value
Variasi demand
Respon aktif pasar
Level Komersialisasi
Tipe & Pola Layanan Fasilitas
Kinerja Operasional
Pengelolaannya
Adopsi dan Adaptasi
Proses Bisnis
Penilaian Komparasi Rekomendasi
Distribusi frekuensi & Product self-life
BAGAIMANA LAYANAN JASA PENDINGINAN DI PELABUHAN ?
• Tidak ada satupun pelabuhan-pelabuhan utama di Indonesia yang memiliki fasilitas dan sentra layanan pendinginan bagi produk-produk holtikultura, foltikultura, daging , perikanan dan makanan olahan
• Proses dan layanan pendinginan kargo-kargo berpendinginan kita perlu dilakukan pada setiap operasi stevedoring, cargo-dooring dan receiving/delivering
• Proses pendinginan kargo di atas kapal, pelabuhan, dan angkutan darat memiliki sistem yang berbeda dan relatif diskontinu
• Setiap daerah hinterland pelabuhan-pelabuhan utama Indonesia memiliki kargo-kargo utama penting yang membutuhkan layanan pendinginan
• Jasa EMKL, Pelayaran dan Pelabuhan Indonesia perlu mempertimbangkan jasa pendinginan bagi produk-produk holtikultura, daging dan perikanan Indonesia • Fasilitas, proses bisnis, dan fasilitas sentra pendinginan di pelabuhan sangat
Banana Cold Chain
KEBUTUHAN URGEN LAYANAN BERPENDINGIN KOMODITAS INDONESIA
• Indonesia membutuhkan berbagai skenario logistik produk-produk pertanian, peternakan, dan perikanan nasional baik untuk orientasi domestik maupun internasional
• Kolaborasi dari para petani, peternak, petambak dan nelayanan Indonesia beserta asosiasi pengolahan makanan, asosiasi transportasi, dan retailer Indonesia perlu bersama-sama membangun jaringan logistik produk berpendingin secara sistemik dengan berbagai parameter pendinginannya
• Chen dan Notteboom (2011) misalnya melakukannya untuk produk pisang untuk pasar Eropa dan Asia
• Standar, riset, dan inovasi pengangkutan berpendingin perlu lebih mendukung kebutuhan jaringan pendinginan berbagai produk-produk tropikal Indonesia • Dimulai dengan berbagai produk holtikultura yang memiliki nilai tambah lebih
KEBUTUHAN ALAT ANGKUT KAPAL YANG BERORIENTASI PRODUK LOKAL KITA
• Indonesia membutuhkan alat angkut laut yang didedikasikan untuk produk-produk petanian, perikanan, dan peternakan nasional
• Angkutan kontainer dapat menjadi pilihan karena sifat skala ekonomi dan kontinuitasnya yang terkoneksi dengan pola multimodanya yang relatif matur dibandingkan pola angkutan konvensional lainnya
• Semua proses pergerakan komoditas pendinginan perlu dikendalikan berdasarkan tingkat kualitasnya berdasarkan paramter tingkat suhu dan lamanya waktu penanganannya (degree-days)
• Standar, riset, dan inovasi pengangkeutan berpendingin perlu lebih mendukung kebutuhan jaringan pendinginan berbagai produk-produk tropikal Indonesia
• Dimulai dengan berbagai produk holtikultura yang memiliki nilai tambah lebih rendah dilanjutkan dengan produk daging dan perikanan yang bernilai tinggi