• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum untuk melaksanakan kegiatan pembangunan perlu dengan metode kerja yang efisien dan efektif. Karena itu dalam bersaing kontraktor selalu menggunakan metode kerja yang membuat hasil akhir yang murah, tepat mutu dan tepat waktu. Pekerjaan pembangunan gedung bertingkat tinggi, umumnya menggunakan metode bottom up dimana metode ini dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan galian selesai mencapai elevasi rencana. Raft foundation dicor dengan metode papan catur, kemudian basement diselesaikan dari bawah ke atas, dengan menggunaan scaffolding. Kolom, balok dan slab dicor di tempat. Salah satu metode lain sekarang dikenal dengan menggunakan metode top down, dalam arti sebagian struktur basement diselesaikan sedemikian, sehingga ada bagian basement yang cukup kuat untuk menahan dan menanggulangi proses pelaksanaan beberapa lantai struktur yang diatas, dan sementara pekerjaan penyelesaian basement dikerjakan, juga dapat dilaksanakan secara simultan dengan pekerjaan sruktur bagian atas.

(2)

II.1 Pekerjaan Pondasi

Untuk gedung bertingkat pada umumnya menggunakan “Pondasi Dalam”, hingga mencapai kedalaman di mana daya dukung tanah sudah cukup tinggi.

Pondasi dalam, biasanya berbentuk tiang, dan ada tiga jenis, yaitu : 1. Tiang Pancang,

2. Tiang Bor (Bored Pile), 3. Tiang Frangki (Frangki Pile).

Seiring dengan kemajuan teknologi, perkembangan teknologi pondasi sekarang ini maju dengan pesatnya. Untuk bangunan-bangunan yang super tinggi kedalaman pondasi dapat mencapai 50 meter. Tentu saja didalam pelaksanaannya banyak sekali permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi, misalnya : tanah yang keras, tanah yang mudah longsor (pasir), tingginya air tanah dan sebagainya. Sehingga sekarang ini banyak kontraktor-kontraktor yang mengkhususkan/spesialisasi pada pekerjaan yang diambilnya. Hal ini dapat dimengerti karena disamping teknologi yang harus dikuasai juga harus didukung sumber daya alat yang canggih dan mahal dan sumber daya manusia yang profesional.

Untuk pondasi bangunan-bangunan high risk di perkotaan, pondasi tiang pancang sudah tidak cocok lagi dan mulai ditinggalkan. Di samping diesel hammer menimbulkan suara yang keras juga getaran-getaran yang ditimbulkan

(3)

akan mengganggu bangunan yang lain, oleh Dinas Tata Kota lebih disarankan memakai pondasi bored pile. Untuk jenis pondasi bored pile ini didalam prosesnya tidak menimbulkan getaran-getaran dan kebisingan. Di samping itu pondasi bored pile, diameter dan kedalamannya dapat diatur sesuai kebutuhan daya dukung yang kita inginkan.

II.1.1 Prosedur Pelaksanaan

Pekerjaan pondasi umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek. Tahap pertama adalah pekerjaan pengeboran, pekerjaan ini harus dilakukan dengan rotary drilling machine. Untuk tanah yang mudah longsor atau berpasir, dapat dipakai casing tambahan. Kalau ketemu tanah keras, ujung bucket drilling atau auger dapat dipasang ekstra lapisan baja keras (tungsteen) atau diamond (untuk mengebor bolder/batu). Selama pengeboran harus selalu dimonitor jenis tanahnya, apakah sudah mencapai lapisan keras yang diinginkan. Jika sudah sampai pada lapisan tanah keras yang disyaratkan dimana ciri-cirinya ditentukan berdasarkan hasil penyelidikan tanah, pada waktu pengeboran dilakukan harus dilakukan pencatatan mengenai elevasi dan jenis tanah yang dijumpai, selanjutnya diambil contoh tanah dari setiap elevasi tersebut dan disimpan sedemikian rupa sehingga sifat asli dari tanah tersebut tidak berubah.

Setelah pengeboran selesai harus dicatat kedalaman yang dicapai, kemudian sebelum dimasukkannya besi tulangan. Kondisi dasar lubang bor dibersihkan dengan cleaning bucket agar tidak ada endapan dan longsoran akibat pengeboran yang terjadi. Kemudian dilakukan pengukuran ulang kedalaman

(4)

dasar lubang bor dengan menggunakan pita ukur. Tahap selanjutnya penyetelan/ pemasangan besi beton, pada sisi luar tulangan harus diberi beton decking setebal 7 cm pada beberapa tempat untuk mendapatkan selimut beton yang baik pada semua bagian tiang bor. Pengecoran dilakukan setelah pemasangan besi selesai. Pelaksanaan pengecoran beton ke dalam lubang bor. Beton yang akan digunakan sudah harus siap di tempat pekerjaan, pada saat pembersihan sedang dilakukan. Siapkan tremie sesuai dengan kebutuhan dengan diameter yang sesuai, ujung tremie harus selalu tercelup didalam beton agar lumpur terdesak keatas dan tidak segregasi. Setelah pengecoran selesai, maka alat-alat harus dicuci bersih dan bebas dari beton yang mengering agar lebih memudahkan pada pengecoran berikutnya.

(5)

Gambar II.2 Proses Pelaksanaan Pondasi II.1.2 Toleransi Posisi Tiang

Untuk menjamin bahwa tiang bor dilaksanakan sesuai dengan lokasi yang direncanakan, maka diberikan toleransi baik posisi maupun kelurusan terhadap tiang bor yang dibuat. Jika dalam pelaksanaan ternyata terjadi penyimpangan sedemikian sehingga lebih besar dari toleransi yang diizinkan, maka tiang bor tersebut berarti tidak memenuhi syarat dan harus diganti tiang bor yang baru. Toleransi yang diberikan adalah sebagai berikut :

a. Toleransi kelurusan vertikal, dibatasi maksimum 1:200, tetapi dalam segala hal tidak boleh lebih besar dari 10 cm.

b. Toleransi posisi horisontal, ditentukan sebesar 5 cm ke segala arah atau 1

/20

II.1.3 Axial Loading Test

X diameter tiang bor, ditentukan oleh harga yang terkecil.

Axial loading test dimaksudkan untuk menentukan respons tiang bor terhadap suatu pembebanan tekan statis. Beban tersebut bekerja secara axial pada

(6)

tiang bor yang bersangkutan. Persyaratan mengenai hal tersebut harus sesuai dengan ASTM D 1143-81.

Jumlah axial loading test (failure test) ini ditetapkan sebagai berikut : a. 2 used pile diameter 1500 mm

b. 1 used pile diameter 1200 mm

Untuk axial loading test disyaratkan mempergunakan set-up system kentledge. Syarat-syarat pelaksanaan loading test mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Prosedur Pembebanan

Resultant beban-beban percbaan harus segaris dengan sumbu memanjang tiang bor. Jika hal tersebut belum terpenuhi maka pembebanan tidak boleh dilakukan, karena akan menimbulkan eksentrisitas pada tiang bor yang diuji.

b. Syarat Pembebanan

Pembebanan untuk loading test ini dilakukan hingga 200% dari anticipated design load. Pembebanan dilakukan dengan metode “Slow Maintained Load Test” dengan siklus beban sesuai dengan ASTM D 1143-81.

c. Prosedur Pembacaan Penurunan

i. Untuk time schedule A, 1 jam, 20 menit pembacaan dilakukan sebagai berikut : waktu menit : 0-1-2-3-10-15-20.

(7)

iii. Untuk C : sama seperti diatas, tetapi setelah 1 jam pertama dengan interval 10 menit setelah 1 jam kedua interval 15 menit untuk jam 3, 20 menit untuk jam ke 4, 20 menit untuk jam ke 5 dan selanjutnya dengan interval 1 jam.

iv. Jika terjdi failure, pembacaan dilakukan segera sebelum pengurangan beban 1.

d. Peralatan Untuk Pembebanan

Peralatan untuk pengadaan dan penerapan beban tekan yang diketahui besarnya terhadap tiang bor harus dibuat sedemikian sehingga beban dapat bekerja axial menurut sumbu tiang guna menghindari beban eksentris.

II.2 King Post

Pada metode top down king post digunakan untuk menggantikan kolom beton pada metode bottom up, king post ini pengerjaannya diawal proyek bersamaan dengan pekerjaan bored pile. King post terbuat dari struktur baja yang difabrikasi diluar proyek biasanya diworkshop subkontraktor baja. Bahan king post dari baja H beam atau pipa besi, sedangkan dimensinya tergantung dari perhitungan kekuatannya. Karena king post harus menyangga sementara lantai basement 1, nantinya setelah tanah pada basement 2 digali, maka perlu memperhitungkan beban-beban yang terdapat pada lantai basement 1, diantaranya adalah armada alat-alat berat untuk galian tanah, bahan bangunan yang mungkin harus sementara diletakkan diatas lantai basement 1, dan beban-beban scaffolding untuk melanjutkan lantai diatasnya. Selain itu juga perlu

(8)

memperhitungkan faktor tekuk dari batang besi king post tersebut. Untuk menambah daya dukung kontrak antara beton bored pile dengan king post, perlu dipasang steel studs dengan sambungan las listrik yang berfungsi sebagai shear connectors. Pemasangan king post ke dalam beton bored pile dilakukan sewaktu beton cair (sebelum setting time).

Gambar II.3 Sketsa king post yang sudah tertanam didalam beton

bored pile

II.3 Dinding Penahan Tanah Pada Basement

Pembuatan dinding basement ini pada dasarnya adalah merupakan dinding penahan tanah, yang sekaligus dapat berfungsi untuk dewatering dan penahan gaya horizontal untuk plat lantai basement dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan membuatn bored pile dari bentonite, yang biasa disebut contiguous pile atau ada yang menyebut sebagai soldier pile.

Pembuatan dinding basement dengan bored pile beton dan bentonite, dengan cara selang seling. Bored pile diisi dengan bentonite, sebelum

(9)

bentonitenya terlalu keras, di antaranya harus segera dibor untuk diselingi dengan bored pile yang diisi dengan beton.

Untuk menghindari longsornya tanah yang terlalu banyak sewaktu pengeboran, cara pengeboran dari bored pile yang sejenis, dibuat dengan cara loncat selang satu titik dari bored pile yang sejenis pula. Kedalaman dan diameter dari bored pile tergantung dari perhitungan kekuatan, berdasarkan ketinggian basement, jenis tanah, dan beban perkiraan gaya horizontal yang ada dari bangunan disebelahnya.

Cara lain untuk pembuatan dinding penahan tanah pada basement , adalah dengan pembuatan diafragma wall, yaitu dengan penggalian dan pengecoran betonnya loncat selang selebar clam shell. Metode kerja pengecoran betonnya dilaksanakan dimana untuk menjaga longsornya tanah, lubang galian diisi bentonite cair dengan permukaan cairan bentonite tersebut harus lebih tinggi dari permukaan air tanah yang ada. Cairan bentonite akan membentuk lapisan dipermukaan tanah galian, dan juga cairan bentonite akan selalu menekan ke permukaan tanah galian, karena posisi permukaan cairan bentonite dibuat selalu tinggi dari permukaan air tanah yang ada. Beton yang dipakai dengan slump yang tinggi atau sangat encer, karena didalam tanah tidak mungkin lagi untuk memadatkan. Sehingga perlu menggunakan beton dengan kandungan semen yang lebih banyak. Tetapi sekarang sudah ada admixture yang berfungsi sebagai palstikizer, sehingga beton mempunyai workability yang sangat tinggi, dengan tidak menurunkan kekuatan betonnya. Dengan cara ini kemungkinan rembesan air tanah sangat kecil. Tetapi ada juga yang dipasang water stop, yang

(10)

menghubungkan antara tiang beton yang satu dengan yang lainnya yang bersebelahan. Ada pengkait khusus dari water stop tersebut, yang diletakkan pada kanan dan kiri beton. Pengkait tersebut sekaligus membentuk lidah dan alur dari tiang-tiang beton tersebut. Pembuatan dengan cara ini diharapkan finishing untuk permukaan dindingnya lebih mudah.

Gambar II.4 Pekerjaan Galian Dinding Penahan Tanah

II.4 Capping Beam

Capping beam merupakan balok penutup pada konstruksi bangunan bawah (missal : turap, dinding, penahan, dan sebagainya). Selain sebagai penutup, capping beam juga berfungsi sebagai balok pengunci pada konstruksi diafragma wall.

Urutan pelaksanaannnya adalah sebagai berikut :

(11)

2. Pemasangan pembesian capping beam sesuai shop drawing, 3. Pemasangan bekisting,

4. Pengecoran capping beam, 5. Pembongkaran bekisting.

Kelima pekerjaan diatas saling berhubungan (saling berpengaruh satu sama lain) karena pelaksanaannya berurutan. Oleh karena itu, cepat atau lambatnya durasi dari satu siklus ini sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan ini.

II.5 Chemical Anchor

Chemical anchor merupakan stek besi yang dipasang untuk penyambungan besi plat atau balok yang dipasang sekeliling dinding yang menyatu dengan plat atau baloknya. Banyaknya chemical anchor sama dengan jumlah tulangan atas dan tulangan bawah pada plat sekeliling dinding ditambah dengan tulangan balok yang berhimpit ke dinding.

II.6 Pekerjaan Struktur

Pekerjaan struktur yang menggunakan metode “Top Down” dengan urutan dimulai dari Lantai Parkir 1 (P1), Lantai Parkir 2 (P2), Lantai Parkir 3 (P3) dan termasuk pekerjaan mat foundation. Pekerjaan struktur dengan menggunakan metode “Bottom Up” dengan urutan dimulai dari Lantai Parkir 3 (P3) termasuk pekerjaan mat foundation, Lantai Parkir 2, Lantai Parkir 1, Lantai 1, Lantai 2, dan seterusnya sampai roof.

(12)

Semua beton yang digunakan adalah beton readymix yang didapat dari supplier beton dengan takaran adukan serta cara pengiriman/pengangkutannya harus memenuhi persyaratan didalam ASTM C94-78a, ACI 304-73,ACI Committee 304. Adukan beton sesuai dengan perbandingan campuran yang sesuai dengan yang telah diuji oleh laboratorium serta secara konsisten harus dikontrol bersama-sama. Kekuatan beton minimum yang dapat diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang diadakan dilaboratorium. Adukan beton harus didesign dan disesuaikan dengan pemeriksaan dilaboratorium, kekuatan tercantum adalah kekuatan yang diijinkan minimum dan hasil dari test dengan percobaan di laboratorium adalah dasar dari yang diijinkan. Batas temperature beton readymix pada saat sebelum dicor disyaratkan tidak melampaui 38º C. Penambahan bahan additive dalam proses pembuatan beton readymix harus sesuai dengan petnjuk pabrik additive tersebut, bila diperlukan dua atau lebih bahan additive maka pelaksanaannya harus dilaksanakan dengan terpisah. Dalam pelaksanaannya harus sesuai ACI 212-2R-71 dan ACI 212-1R-63 dilakukan hanya oleh teknisi incharge. Kendaraan pengangkut harus dilengkapi dengan peralatan pengukur air yang tepat. Pelaksanaan pengadukan dapat dimulai dalam jangka waktu 30 menit setelah semen dan agregat dituangkan kedalam alat pengaduk. Proses pengeluaran beton readymix dilapangan proyek dari alat pengaduk dikendaraan pengangkut harus sudah dilaksanakan dalam jangka waktu 1,5 jam atau sebelum alat pengaduk mencapai 300 putaran. Dalam cuaca panas batas waktu tersebut harus diperpendek, perpanjangan waktu yang diijinkan sampai dengan 4 jam bila diperlukan retarder. Penggetaran beton agar

(13)

diperoleh beton yang padat harus sesuai dengan ACI 309R-87 (Recommended Practice for Consolidation of Concrete). Penggetaran ini harus delakukan dengan concrete vibrator (engine/electric).

Penutup beton atau selimut beton harus sesuai dengan persyaratan SKSNI 1991 pasal 3.16.7 yaitu :

• Plat lantai : 20 mm

• Balok/kolom : 40 mm

• Tie beam/pile caps : 70 mm

Pengecoran beton harus mengikuti persyaratan PBI 1971, ACI Committee 304 ASTMC 94-98, beton yang akan dituang harus ditempatkan sedat mungkin kecetakan akhir dalam posisi lapisan horizontal kira-kira tidak lebih dari ketebalan 30 cm. tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak melebihi 1,5 m. untuk beton expose tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh lebih dari 1 m, bila diperlukan tinggi jatuh lebih besar, belalai gajah, corong pipa ataupun benda lainnya harus diperiksa sedemikian rupa sehingga pengecoran beton effektif pada lapisan horizontal tidak lebih dari 30 cm dan jarak dari corong haruslah sedemikian rupa sehingga tidak terjadi segregasi.

Setelah dicor setiap lapisan beton harus dogetarkan dengan alat penggetar vibrator untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang-sarang kerikil lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum dan pada umumnya tidak boleh tebal dari 30-50 cm. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran dilaksanakan dan harus berlangsung terus menerus selama sedikitnya 2 minggu, suhu pengecoran pada awal pengecoran harus

(14)

dipertahankan tidak melebihi 38º C, dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan betonpun harus tetap dalam keadaan basah apabila cetakan dan acuan tersebut pelaksanaannya perawatan beton tetap dilakukan dengan membasahi beton terus menerus dengan menutupinya dengan karung basah atau dengan cara lain. Untuk perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar, pemanasan atau proses lain untuk mempersingkat waktu pengerasan dapat dipakai.

II.7 Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah pada metode top down dimulai setelah pelaksanaan pengecoran slab Lantai Parkir 1dilaksanakan dan galian dimulai dari center void Lantai Parkir 1 (P1) langsung menuju level Parkir 2 (P2) setelah selesai dilanjutkan Lantai Parkir 3 (P3) sampai pondasi mat foundation. Pada galian tanah metode battom up dilakukan mulai dari sejak penyerahan lahan langsung menuju Lantai Parkir 1 (P1) selanjutnya sebelum dilanjutkan ke lantai dibawahnya terlebih dahulu dilakukan pemasangan Ground Anchor pada dinding Secant Pile tujuannya menjaga dari kemungkinan runtuh sebab dinding secant pile tidak direncanakan untuk menahan tanah, seterusnya tiap sampai pada lantai level dibawahnya harus dipasang ground anchor terlebih dahulu.

Terhadap kemungkinan adanya air dasar galian baik waktu penggalian maupun pada waktu pekerjaan pondasi harus disediakan pompa air atau pompa lumpur yang jikadiperlukan dapat bekerja terus menerus untuk menghindari tergenangnya air pada dasar galian. Semua tanah kelebihan yang berasal dari

(15)

pekerjaan galian, setelah mencapai jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan setiap saat yang dianggap perlu, bagian yang akan diurug kembali harus diurug dengan tanah yang bersih bebas dari kotoran dan memenuhi syarat-syarat sebagai tanah urug. Pelaksanaannya secara berlapis-lapis dengan penimbunan lubang-lubang galian yang terletak didalam garis bangunan harus diisi kembali dengan tanah urug yang diratakan dan dialiri air serta dipadatkan sampai mencapai 100% kepadatan kering maksimum yang dibuktikan dengan test laboratorium. Semua daerah urugan dan timbunan diatur berlapis sedemikian sehingga dicapai suatu lapisan setebal 15 cm dalam keadaan padat. Tiap lapis harus dipadatkan dan lolos uji CBR dan sand cone sebelum lapisan tanah berikutnya. Pemadatan dilakukan sampai mencapai hasil kepadatan lapangan tidak kurang dari 95% kepadatan maksimum hasil laboratorium. Kepadatan maksimum terhadap kadar air optimum dari percobaan proctor contoh tanah harus disimpan dalam tabung gelas atau plastik untuk bukti penunjukan atau referensi dan diberi label yang berisikan nomor contoh, kepadatan kering maksimum dan kadar optimumnya.

II.8 Dewatering

Dalam pelaksanaan pekerjaan galian tanah agar selama pekerjaan berlangsung tidak ada gangguan air tanah yang menyebabkan air basah sehingga akan menyulitkan pekerjaan galian maka dibuatlah sumur dewatering dibeberapa tempat yang tujuannya untuk menurunkan muka air tanah. Mula-mula sumur dalam dibust kemudian dipasang pompa dan airnya bisa disalurkan kesumur

(16)

recharge atau dibuang kesaluran kota. Biasanya sumur dewatering ini akan dicabut setelah pekerjaan substruktur selesai, dan kalau waterproofing tidak bagus pengerjaannya pada lantai basement maka setelah sumur dewatering dibongkar akan terjadi kebocoran dibanyak tempat.

Spesifikasi Teknis Dewatering :

1. Standpipe Piezometer (observation wells)

• Observation well dipasang sebelum pekerjaan galian, dengan tujuan untuk mendapatkan muka air tanah (MAT) pada beberapa kondisi, yaitu MAT pada musim kemarau, sebelum pekerjaan galian dan selama pekerjaan galian.

• MAT diukur sekali setiap hari sebelum pekerjaan galian, dan minimum 2 x sehari selama proses galian.

• Pengukuran dilakukan dengan alat diometer dengan ketelitian 1 cm.

• Piezometer harus dipasang 1 meter dari tepi galian. 2. Recharging Wells

• Disekeliling galian (diluar soldier piles) harus dipasang beberapa recharging wells, terutama untuk bagian yang berbatasan dengan jalan dan rumah penduduk. Perumahan 1 dan 2 lantai kemungkinan terdiri dari pondasi dangkal, sehingga rentan terhadap penurunan MAT, akan tetapi harus diperhatikan juga

(17)

supaya tidak overcharge yang mengakibatkan tekanan air melebihi tekanan air design dari soldier pile.

• Bagian atas dari sumur tersebut harus diproteksi untuk menghindari kecelakaan.

3. Dewatering Wells

• Dari perhitungan didapat volume air 65 m³ per hari, jumlah yang relative rendah. Dalam hal ini pompa deep well tidak terlalu efisien, untuk mengatasi hal ini dan untuk memompa air hujan selain dipasang 3 pompa deep well, juga harus dipasang beberapa pompa simersible di sump-pit. Lokasi dari pompa-pompa submersible sangat tergantung dari metode dan tahapan galian.

• Debit pompa deep well minimum 125 liter/menit dengan head 20 sampai 30 meter, sedangkan debit sumur submersible adalah 125 sampai 250 liter/menit dengan head 15 sampai 20 meter.

• Untuk efisiensi, harus dibuatkan saluran-saluran yang menghubungkan tempat genangan air dan pompa.

• Muka air tanah harus dibawah 1 meter dibawah dasar galian.

II.9 Waterproofing

Bagian yang diwaterproofing adalah plat, dan dinding basement, plat dan atap beton, ground reservoir, daerah toilet dan daerah basah lainnya. Standar mutu bahan berdasarkan ASTM 828, ASTME, TAPP 1 803 dan 407, bahan yang

(18)

digunakan adalah lembaran dari produk bithuthene 2000 atau sejenisnya yang setara, jenis bahan membrane ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

• Tebal bahan minimum 1,5 mm, karakteristik fisik, kimiawi dan kepadatan yang merata.

• Kedap air dan uap termasuk bagian yang akan disusun overlapping.

• Memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan dan tekanan.

• Susunan polimer tidak berubah akibat perubahan cuaca.

Bahan yang didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan tertutup, dan harus disimpa ditempat yang terlindung, tidak lembab, keringdan bersih. Dalam pelaksanaannya sebelum dipasang kondisi lapangan harus bersih sampai kondisi siap pasang. Khusus untuk bahan waterproofing yang dipasang ditempat yang berhubungan dengan matahari tetapi tidak mempunyai lapis pelindung terhadap ultra violet maka diatasnya harus diberi lapisan pelindung sesuai gambar pelaksanaan dimana lapisan ini dapat berupa screed maupun material finishing lainnya.

II.10 Metode Top Down dan Metode Bottom Up

Pekerjaan struktur dengan metode Top Down dilaksanakan dengan urutan pekerjaan struktur yang dimulai dari atas kebawah dari sejak terima lahan di elevasi -1.100 dilanjutkan dengan urutan pekerjaan Lantai P1, Lantai P2, dan Lantai P3 (termasuk pekerjaan mat foundation).

(19)

Pekerjaan struktur dengan menggunakan metode Bottom Up dengan urutan Lantai P3 (termasuk pekerjaan mat foundation), Lantai P2, Lantai P1, Lantai 1, Lantai 2, dan seterusnya sampai roof.

Design struktur perencanaan untuk metode Top Down baik mengenai gambar perencanaan dan data-data lain mengikuti design dari konsultan perencana dalam hal ini PT. Ateller Enam Arsitek, begitupun untuk metode bottom up gambar perencanaan dan data-data lain juga mengikuti design dari konsultan perencana.

Tujuan studi membandingkan metode estimasi waktu dan mutu pelaksanaan pekerjaan sub-struktur dan struktur antara metode Top Down dengan metode Bottom Up di Proyek Pembangunan Gedung DPRD DKI Jakarta dimana realisasinya adalah dengan menggunakan metode Top Down. Dengan memberikan informasi bahwa ada suatu metode pelaksanaan pekerjaan sub-struktur yang belum banyak digunakan untuk lahan ditengah kota yang terbatasa sekali untuk pelaksanaan pembangunangedung dan lain-lain yang sangat aman terhadap lingkungan lebih mahal dan lebih lama dibandingkan dengan metode bottom up yang sampai sekarang sering digunakan. Disamping itu juga memberikan informasi bahwa kalau bukan suatu keharusan memakai metode Top Down yang diinstruksikan oleh konsultan, maka penggunaan metode bottom up merupakan pilihan yang tepat.

Gambar

Gambar II.1 Rotary Drilling Machine
Gambar II.2 Proses Pelaksanaan Pondasi  II.1.2  Toleransi Posisi Tiang
Gambar II.3 Sketsa king post yang sudah tertanam didalam beton
Gambar II.4 Pekerjaan Galian Dinding Penahan Tanah

Referensi

Dokumen terkait

Lapisan tanah dasar adalah tanah permukaan semula, permukaan tanah galian ataupun tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan

Cairan ionik (ionic liquid) adalah garam yang berwujud cair pada suhu kamar atau di bawah suhu kamar dan bentuk lelehannya secara keseluruhan tersusun

Dalam suatu analisis dimana dua buah bakar cair dengan volume dan jenis yang sama terbakar, bahan bakar cair dengan permukaan diameter yang lebih kecil akan terbakar

Sambungan mekanis ini berbentuk tabung logam penuh dimana terdapat suatu keran/lubang sebagai tempat pengisian, adapun jenis material pengisinya adalah logam cair

Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu

Selain permukaan yang memiliki daya pantul yang lebih besar (seperti salju atau es), semua energi tersebut akan diserap oleh tanah sehingga memanaskan permukaan

Segera setelah terjadi cedera pada lapisan sel mesothel akan mengakibatkan perdarahan dan peningkatan permeabilitas vaskuler disertai keluarnya cairan dari permukaan

Karies atau lubang gigi merupakan penyakit pada jaringan gigi yang diawali dengan terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan gigi (pit, fissure,