• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen pendidikan karakter: Penelitian deskriptif di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Eco Pesantren Parongpong Kabupaten Bandung Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Manajemen pendidikan karakter: Penelitian deskriptif di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Eco Pesantren Parongpong Kabupaten Bandung Barat"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman di abad 21 ini memang sudah tidak dapat di hentikan, ilmu pengetahuan telah memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi kehidupan manusia, kemajuan teknologi banyak memberikan kemudahan kedalam berbagai aspek kehidupan manusia, berbagai pekerjaan dan kebutuhan manusia menjadi lebih mudah dan praktis untuk dapat terpenuhi. Namun sayangnya hal tersebut juga meninggalkan dampak negatif, manusia saat ini malah semakin menjauh dari jati diri kemanusiaan itu sendiri, hilangnya rasa empati, simpati, dan kepedulian, munculnya berbagai permasalahan sosial seperti perkelahian, pencurian, perampokan hingga pembunuhan, inilah kiranya yang dinamakan dekadensi moral atau kemerosotan akhlak. Berbagai persoalan tersebut lebih disebabkan lemahnya pengendalian diri (self control) pada manusia saat ini, bahkan ada yang mengatakan fenomena tersebut sebagai bukti gagalnya pendidikan. Asumsi tersebut didasarkan pada beberapa penelaahan terhadap sistem pendidikan saat ini, pendidikan saat ini terlalu fokus pada aspek kognitif atau peningkatan pengetahuan, dan kurang memperhatikan aspek afektif atau rasa dan sikap moral sehingga menghasilkan tindakan atau perilaku yang betolak belakang dengan norma-norma yang berlaku. Oleh karena itu, untuk menanggapi persoalan tersebut harus dilakukan evaluasi terhadap sistem pendidikan saat ini, terutama berkaitan dengan pedidikan karakter, sebab pendidikan karakter sebenarnya sejalan dengan hakikat pendidikan itu sendiri yakni memanusiakan

(2)

2

manusia atau mengembalikan hakikat kemanusiaan pada jati diri manusia, yaitu manusia yang berkarakter.

Pendidikan adalah pondasi utama dalam suatu bangsa, karena melalui pendidikan-lah karakter suatu bangsa di bentuk, dan kebanyakan negara yang maju adalah negara yang memiliki perhatian terhadap pendidikan di negaranya, begitupun sebaliknya negara yang tidak peduli terhadap pendidikan hampir dipastikan menjadi negara yang tertinggal bahkan terbelakang dari negara-negara lainnya. Oleh karena itu, untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berkarakter, yang di tandai dengan kecintaan dan kepedulian warga Indonesia terhadap warga negaranya dan berusaha memberikan yang terbaik untuk negaranya, terlebih melihat kondisi negara saat ini dan dipengaruhi oleh perkembangan zaman yang begitu cepat, maka pendidikan karakter harus di tangani secara serius di Indonesia. Adapun di gulirkannya pendidikan karakter bukan semata-mata bertujuan untuk menjauhkan warga Indonesia dari teknologi atau mengasingkan diri dari perkembangan zaman, melainkan untuk memberikan dasar yang kuat bagi warga Indonesia agar mampu melakukan penyesuaian diri terhadap perkembangan zaman yang begitu pesat.

Sekolah merupakan salahsatu wahana pendidikan yang dapat mempengaruhi dan membentuk karakter anak selain lingkungan keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan karakter di sekolah harus di kelola secara baik dan benar yakni melalui manajemen pendidikan karakter. Bahkan Saptono (2011:24) mengungkapkan empat alasan mendasar bahwa sekolah harus menjadi tempat terbaik bagi berlangsungnya pendidikan karakter, diantaranya: (1) Karena banyak

(3)

3

keluarga yang tidak melaksanakan pendidikan karakter; (2) sekolah tidak hanya bertujuan membentuk anak yang cerdas, tetapi juga anak yang baik; (3) kecerdasan seorang anak hanya bermakna manakala dilandasi dengan kebaikan; (4) karena membentuk anak didik agar berkarakter tangguh bukan sekedar tugas tambahan bagi guru, melainkan tanggung jawab yang melekat pada perannya sebagai seorang guru. Secara sederhana implementasi pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter kedalam rencana pembelajaran/kurikulum, mengarahkan seluruh stakeholders sekolah untuk bersama-sama fokus pada pengembangan karater peserta didik, dan membangun budaya sekolah yang berkarakter dsb.

Dalam rangka melakukan studi pendahuluan pada tanggal 17 dan 30 Januari 2018, di SMP Daarut Tauhiid Eco Pesantren Parongpong Kabupaten Bandung Barat (SMP DTBS Eco Pesantren), berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Deni Fauzi Rahman, S.Pd. Selaku Wakil Kepala Bidang Kurikulum, peneliti mendapatkan beberapa informasi terkait pendidikan karakter di SMP DTBS Eco Pesantren, yaitu: hal utama yang menjadi dasar orientasi sekolah terhadap pendidikan karakter salahsatunya terlihat dari 5 indikator profil output/lulusan SMP DTBS Eco Pesantren, yang salahsatu dari kelima indikator tersebut, khususnya pada poin kedua terdapat “Akhlak/ Karakter yang Baik”. Akhlak/ karakter yang baik itu meliputi karakter baik (Ikhlas, Jujur dan Tawadhu) dan karakter kuat (Disiplin, Berani dan Tangguh). Keenam poin dari karakter baik dan kuat tersebut sekaligus menjadi sistem tata nilai bagi peserta didik, yang artinya proses pendidikan karakter di SMP DTBS Eco Pesantren akan mengacu pada

(4)

4

enam poin tersebut. Selain itu, dalam pelaksanaannya, yang menjadi dasar/ landasar yuridis pendidikan karakter di SMP DTBS Eco Pesantren sebagaimana tercantum dalam Pepres No. 87 Th. 2017 yang didalamnya memuat tiga aspek hal dalam melakukan penguatan pendidikan karakter, yakni melalui manajemen kelas, membangun budaya karakter di sekolah dan melalui masyarakat. Pada praktisnya ketiga aspek tersebut direkayasa sehingga menjadi suatu sistem yang bisa mendorong kepada penguatan karakter peserta didik.

Secara keseluruhan, jumlah siswa di SMP DTBS Eco Pesantren ada 351 orang, dan berdasarkan informasi juga, untuk setiap bulan bahkan setiap minggu pelanggaran-pelanggaran terhadap aturan sekolah yang dilakukan oleh peserta didik selalu ada, dan sekolah juga memiliki rekaman catatan bagi pelanggaran yang pernah terjadi. Adapun konsekuensi atas pelanggaran-pelanggaran tersebut bergantung pada jenis pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan, apakan masuk pada jenis pelanggaran ringan, sedang atau berat (berdasarkan standar pelanggaran yang ada di SMP DTBS Eco Pesantren) tentu ada konsekuensi yang berbeda. Dan konsekuensi yang diberikan tidak semata-mata untuk memberikan hukuman namun sebagai bentuk proses pendidikan untuk menghendaki adanya perbaikan akhlak/karakter bagi seluruh peserta didik. Jikapun di persentasekan dari keseluruhan jumlah peserta didik, berapa persen perserta didik yang melanggar dan berapa yang taat peraturan, relatif berbeda setiap bulannya.

Berdasarkan uraian diatas, terkait teori manajemen pendidikan karakter dan potret sekilas pendidikan karakter di SMP DTBS Eco Pesantren, telah mengasilkan asumsi dan kesimpulan-kesimpulan, namun hal tersebut masih

(5)

5

bersifat sementara dan membutuhkan penjelasan yang lebih dalam, juga data yang valid. Dan ini juga yang semakin mendorong peneliti untuk mengkaji lebih dalam mengenai manajemen pendidikan karakter di SMP DTBS Eco Pesantren ini. Oleh karenanya, untuk melengkapi dan memudahkan penelitian ini, peneliti mengidentifikasi beberapa pokok permasalahan yang penting untuk dibahas lebih dalam, yaitu; bagaimana kondisi objektif SMP DTBS Eco Pesantren, bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pendidikan karakter di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Eco Pesantren Parongpong Kabupaten Bandung Barat serta bagaimana dampak/hasilnya bagi peserta didik SMP Daarut Tuhiid Boarding School Eco Pesantren Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Atas dasar pentingnya penelitian ini, untuk di kaji lebih dalam dan dikembangkan, maka penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk penelitian kualitatif/deskriptif dengan judul Manajemen Pendidikan Karakter (Penelitian Deskriptif di SMP Daarut Tauhiid Boarding School Eco Pesantren Parongpong Kabupaten Bandung Barat).

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat di rumuskan beberapa poin permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Latar Alamiah di SMP DTBS Eco Pesantren Parongpong Kabupaten Bandung Barat ?

2. Bagaimana Perencanaan Pendidikan Karakter di SMP DTBS Eco Pesantren Parongpong Kabupaten Bandung Barat ?

(6)

6

3. Bagaimana Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP DTBS Eco Pesantren Parongpong Kabupaten Bandung Barat ?

4. Bagaimana Pengendalian Pendidikan Karakter di SMP DTBS Eco Pesantren Parongpong Kabupaten Bandung Barat ?

5. Bagaimana Dampak manajemen pendidikan karakter di SMP DTBS Eco Pesantren Parongpong Kabupaten Bandung Barat terhadap karakter santri ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan malasalah diatas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk Mengetahui Latar Alamiah di SMP DTBS Eco Pesantren Parongpong Kabupaten Bandung Barat.

2. Untuk Mengetahui Perencanaan Pendidikan Karakter di SMP DTBS Eco Pesantren Parongpong Kabupaten Bandung Barat.

3. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP DTBS Eco Pesantren Parongpong Kabupaten Bandung Barat.

4. Untuk Mengetahui Pengendalian Pendidikan Karakter di SMP DTBS Eco Pesantren Parongpong Kabupaten Bandung Barat.

5. Untuk Mengetahui Dampak manajemen pendidikan karakter di SMP DTBS Eco Pesantren Parongpong Kabupaten Bandung Barat terhadap karakter santri.

(7)

7

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi peneliti ataupun bagi lembaga pendidikan yang bermaksud mengembangkan pendidikan karakter melalui manajemen pendidikan karakter. Adapun secara ideal, manfaat penelitian ini diharapkan menyentuh pada dua aspek, yaitu:

1. Secara Teoritik

Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru mengenai Manajemen Pendidikan Karakter guna mewujudkan cita-cita menjadikan manusia-manusia yang berkarakter atau mampu beradaptasi bahkan bersaing di era teknologi ini.

2. Secara Praktis

Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi lembaga pendidikan lain sebagai suatu model pendidikan karakter yang terencana dan matang serta tercapainya tujuan dari pendidikan karakter secara efektif dan efisien. sehingga harapan menjadikan manusia Indonesia yang berkarakter dapat terwujud.

E. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini akan lebih dahulu dibahas mengenai latar alamiah, karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (Lexy Moleong 2011:8). Dalam kerangka pemikiran penelitian ini, hal tersebut akan dijadikan sebagai latar alamiah lahirnya objek kajian peneliti.

(8)

8

Pendidikan pada dasarnya terkait oleh dua misi penting, yaitu hominisasi dan humanisasi (Mulyana dalam Rusmaini, 2017:136). Pendidikan sebagai proses homonisasi berkepentingan untuk memposisikan manusia sebagai makhluk yang memiliki keserasian dengan habitat ekologinya. Manusia diarahkan untuk mempu memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis seperti makan, minum, pekerjaan, sandang, tempat tinggal, berkeluarga dan kebutuhan biologis lainnya dengan cara-cara yang baik dan benar. Sedangkan pendidikan sebagai proses humanisasi mengarahkan manusia untuk hidup sesuai dengan kaidah moral, karena hakikatnya manusia adalah makhluk yang memiliki karakter/ potensi moral. Karakter manusia berkaitan dengan Tuhan, sesama manusia dan lingkungannya. Oleh karena itu, pendidikan seyogianya tidak memfokuskan proses pendidikan hanya pada salahsatu segi kemampuan saja, melainkan harus mampu menyeimbangkan karakter dan intelektual (Rusmaini, 2017:136).

Karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri seseorang seperti sifat-sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang membedakan antara dirinya dengan orang lain. Karakter juga merupakan perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat (Heri Gunawan, 2014:3). Mulyasa (2013:3) mengungkapkan bahwa karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang di wujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain, dan nilai-nilai karakter mulia lainnya. Artinya, karakter berkaitan erat

(9)

9

dengan (personality) kepribadian seseorang, sehingga seseorang bisa disebut berkarakter jika perilakunya sesuai dengan etika atau kaidah moral (Mulyasa, 2013:4). Ki Hajar Dewantara dalam Sumaryati (2016:208) memandang karakter sebagai budi pekerti atau watak. Budi pekerti adalah bersatunya antara gerak fikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan yang kemudian menimbulkan tenaga. Selain itu, Lickona dalam Mulyasa (2013:4) menyebutkan bahwa karakter yang baik menekankan pada tiga komponen karakter, yaitu (moral knowing) pengetahuan tentang moral, (moral feeling) perasaan tentang moral dan (moral action) tindakan moral. Dengan demikian, menurut Heri Gunawan (2014:27) pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik, dan biasa melakukannya (psikomotorik).

Mulyasa (2013:3) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter berbicara mengenai bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam keidupan, sehingga peserta didik memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, Rahardjo dalam I Gede Sujana (2014:26) juga menjelaskan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai suatu proses pendidikan secara holistik yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai pondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu

(10)

10

kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Artinya pendidikan karakter menekankan pada bagaimana menanamkan nilai-nilai karakter pada diri peserta didik sehingga nilai-nilai karakter itu menyatu dengan dirinya dan akan berdampak pada perilaku peserta didik dalam kehidupan sosial.

Misi utama dari pendidikan karakter sebenarnya sudah sejalan dengan Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga nergara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Bahkan keseriusan pemerintah Indonesia terhadap pendidikan karakter guna mewujudkan manusia Indonesia yang berkarakter sudah sejak lama di canangkan, hal tersebut di buktikan dengan adanya Undang-undang RI No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025 disana disebutkan bahwa bangsa berkarakter adalah bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun memang rencana tersebut belum dapat terealisasi secara optimal, maka sebagai sebuah langkah dinamis perlu dilakukan usaha yang terencana dan matang guna mewujudkan manusia Indonesia yang berkarakter melalui pendidikan karakter.

(11)

11

Pendidikan karakter harus di kelola atau di manage agar tujuan dari pendidikan karakter dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Manajemen dalam bahasa inggris dikenal dengan kata manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola. Definisi manajemen secara sederhana di kemukakan oleh Melayu S.P. Hasibuan dalam Badrudin (2013:3) yaitu bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan G.R. Terry menekankan pengertian manajemen pada suatu proses khas yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan/pelaksanaan, dan pengendalian (Badrudin, 2013:3).

Adapun penjelasan dari masing-masing fungsi manajemen yang dikemukakan oleh G.R. Terry tersebut (Badrudin, 2013: 15) adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning) merupakan serangkaian proses penetapan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang. Oleh karena itu, perencanaan lebih tepat di rumuskan sebagai penetapan tujuan, policy, prosedur, budget, dan program.

2. Pengorganisasian (Organizing) dapat dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokkan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.

(12)

12

3. Pelaksanaan (Actuating) merupakan tindakan pelaksanaan dari rencana yang dibuat atau lebih di kenal dengan istilah implementasi program, sebab pelaksanaan menghendaki perencanaan yang matang.

4. Pengendalian (Controling) yaitu proses pengawasan dan koreksi untuk menjamin implementasi program sesuai dengan prosedur yang telah di rencanakan dan untuk menghindari adanya penyimpangan dalam pelaksanaan program.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat di fahami bahwa pada prinsipnya terdapat tiga fokus dalam mengartikan manajemen (Rusmaini, 2017:136), yaitu:

1. Manajemen sebagai suatu ilmu, yakni menekankan perhatian pada keterampilan dan kemampuan manajerial yang diklasifikasikan menjadi kemampuan atau keterampilan teknikal, manusiawi dan konseptual.

2. Manajemen sebagai seni, tercermin dari perbedaan gaya (style) seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan sumber daya untuk mencapai tujuan.

3. Manajemen sebagai proses, yaitu untuk menentukan langkah yang sistematis dan terpadu sebagai aktifitas manajemen.

Maka, Manajemen Pendidikan Karakter bermakna ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan karakter dan proses pemanfaatan tersebut setidaknya melalui empat tahapan yaitu perencanaan

(13)

13

pendidikan karakter, pengorganisasian pendidikan karakter, pelaksanaan pendidikan karakter dan pengendalian pendidikan karakter.

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila (Heri Gunawan, 2014:30). Gagasan ini didasari oleh Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 yaitu “ ...bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga nergara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen sekolah (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen yang ada dalam sistem pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, rencana pembelajaran, proses pembelajaran, mekanisme penilaian, kualitas hubungan, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan pengembangan diri peserta didik, pemberdayaan sarana dan prasarana, pembiayaan, serta etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Dengan demikian pendidikan karakter tidak hanya dilakukan pada tataran kognitif, tetapi menyentuh internalisasi dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari (Mulyasa, 2013:7). Oleh karena itu, Zarkasi dalam Mulyasa (2013:8) mengemukakan bahwa pendidikan karakter sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan institusinya. Pengelolaan institusi

(14)

14

yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di dalam institusi tersebut secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik, dan tenaga kependidikan.

Manajemen pendidikan karakter setidaknya memuat tiga komponen fungsi manajemen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan/implementasi (actuating), dan pengendalian (controling). Dalam perencanaan (planning) pendidikan karakter secara eksplisit dilakukan dengan menentukan nilai-nilai karakter yang hendak di terapkan pada peserta didik untuk kemudian di integrasikan kedalam visi, misi, dan tujuan sekolah dan direalisasikan dalam setiap mata pelajaran di sekolah. Sedangkan pada tahap pelaksanaan/implementasi (actuating) pendidikan karakter, tentunya akan melibatkan berbagai komponen sekolah, diantaranya kurikulum, pendidik, peserta didik, alat pendidikan, strategi dan metode. Semua komponen tersebut harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan karakter secara efektif, yakni dengan peneladanan, pembiasaan, pemotivasian, dan menciptakan lingkungan yang berkarakter. Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dikerjakan oleh peserta didik akan membentuk karakter mereka. Dan pada tahap pengendalian (controling) proses implementasi pendidikan karakter di awasi dan perhatikan untuk menghindari adanya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya serta untuk mengetahui dan memberikan penilaian terhadap dampak dari pendidikan karakter itu sendiri, (Rusmaini, 2017:142).

(15)

15

SMP Daarut Tauhiid Boarding School Eco Pesantren (SMP DTBS Eco Pesantren) merupakan lembaga pendidikan umum berbasis pesantren, yang bergerak di bidang pendidikan dengan mengemban misi untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berkarakter sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No. 20 th. 2003 pasal 3 tentang tujuan dan fungsi Pendidikan Nasional dan Undang-undang RI No. 17 th. 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025. Selain itu dalam praktisnya pendidikan karakter SMP DTBS Eco Pesantren mengacu pada Pepres No. 87 Th. 2017 yang didalamnya memuat tiga aspek dalam rangka penguatan pendidikan karakter, yaitu melalui manajemen kelas, membangun budaya karakter di sekolah dan melalui masyarakat.

(16)

16

Secara Skematis Kerangka Pemikiran dalam Penelitian ini Dapat di Gambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

KONTEKS INPUT PROSES HASIL

1. UU No. 20 th. 2003 ps. 3 Tujuan & Fugsi Pend. Nasional 2. UU No. 17 th. 2007 RPJPN th 2005-2025 3. Banyak output pendidikan yang mapan pengetahuan tetapi lemah mental

SISWA/SANTRI

MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER :

1. Perencanaan Pend. Karakter 2. Pelaksanaan Pend. Karakter 3. Pengendalian Pend. Karakter

Tercapainya tujuan pendidikan karakter, yaitu menjadikan siswa/ santri yang cerdas, tangguh, berakhlak, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dampak Manajemen Pend. Karakter terhadap Akhlak/karakter Santri

(17)

17

F. Tinjauan Pustaka dan Hasil Penelitian yang Relevan

Tinjauan pustaka merupakan penelusuran pustaka yang berupa buku, hasil penelitian, karya ilmiah ataupun sumber lain yang relevan, yang digunakan peneliti sebagai bahan rujukan atau perbandingan terhadap penelitian yang dilakukan. Peneliti akan mengambil beberapa sumber sebagai bahan rujukan atau perbandingan baik dari buku-buku maupun dari hasil penelitian.:

1. Skripsi Dewi Azizatul Umaroh, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang Tahun 2013, dengan judul Manajemen Pendidikan Karakter Peserta Didik di SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang, Dalam skripsi ini terdapat konsep yang hampir sama, terutama dalam perumusan masalah serta kerangka teori yang diabahas, yang secara umum mencakup proses dan fungsi manajemen pendidikan karakter. Dan yang menjadi perbedaannya, skripsi Dewi Azizatul Umaroh ini tidak menjadikan latar alamiah sekolah sebagai bagian dari rumusan masalah, yang tentunya latar alamiah sangat penting untuk mengetahui objektifitas sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan karakter.

2. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter Diterbitkan oleh Bumi Aksara: Jakarta, 2013. Buku ini membahas tantang bagaimana nilai-nilai karakter di integrasikan kedalam komponen-komponen sekolah meliputi, kurikulum, rencana pembelajaran, program pembelajaran, pengelolaan lembaga dan komponen lainnya. Di dalam buku ini juga dibahas mengenai bagaimana pengelolaan pendidikan karakter dengan melalui proses perencanaan, implementasi dan pengendalian atau pengawasan pendidikan karakter.

(18)

18

3. Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah. Diterbitkan oleh Pustaka Belajar: Yogyakarta, 2013. Buku ini didalamnya menguraikan mengenai duduk perkara pendidikan karakter serta tawaran penerapannya dalam praktik pendidikan di sekolah secara terpadu antara komponen sekolah dan para pemangku kepentingan pendidikan. Para guru, kepala sekolah, dan segenap tenaga kependidikan. Didalam buku ini juga dijelaskan agar tujuan pendidikan karakter dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka harus ada kerjasama yang sinergis antar seluruh pemangku kepentingan termasuk masyarakat dan pemerintah.

4. Journal of Islamic Education Management, berjudul Manajemen Pendidikan Karakter di Lembaga Pendidikan Islam Vol. 3 No. 1 ISSN 2461-0674 Tahun 2017 yang ditulis oleh Rusmaini Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Didalam jurnal ini dibahas mengenai bagaimana pengelolaan pendidikan karakter di lembaga pendidikan islam yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi.

5. Ibn Maskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak. Diterbitkan oleh Penerbit Mizan di Bandung tahun 1997. Buku ini didalamnya mengemukakan tentang bagaimana langkah-langkah untuk sampai kepada akhlak yang sempurna. Bab pertama membahas tentang jiwa dan fakultas-fakultasnya; bab kedua tentang fitrah manusia; bab ketiga membicarakan tantang kebaikan dan kebahagiaan; bab keempat membicarakan makna keadilan; bab kelima membahas masalah persahatan dan cinta; dan bab terakhir tentang pengobatan dan penyembuhan penyakit jiwa.

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Sejak 2013 sampai dengan 2014, dari 38 perusahaan berperingkat HITAM, 21 perusahaan telah dikembalikan ke dalam PROPER untuk dilakukan pembinaan; 1 perusahaan tidak beroperasi

[r]

OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series) 18001:2007 merupakan bagian dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang digunakan untuk mengembangkan dan

Sesuai dengan peraturan rektor tentang pedoman praktik pengalaman lapangan (PPL) bagi mahasiswa program kependidikn Universitas Negeri Semarang, PPL bertujuan

LuatSiregarmewakiliGubernur Sumatera Utara dandisahkanolehresidenYunusNasution yang saatituikut di dalamrapattersebut.Dengandemikianterbentuklahsudah

Hal yang sama dikemukakan oleh Gessel (Monks, dkk., 2001), bahwa masa usia sebelas tahun lebih tegang dibandingkan dengan usia enam belas tahunan, dimana pada

Yang berjudul tentang Perkembangan-Perkembangan Baru Tentang Konstitusi Dan Konstitusionalisme Dalam Teori Dan Praktik, dalam buku ini membahas tentang luasnya arti

Menurut Sarwono (2002), kotoran dan urin kelinci mengandung unsur- unsur berpotensi tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan baku teknologi terapan seperti pembuatan kompos,