Muhammad Shakti Prabowo, 2015
EVALUASI PENERAPAN PROGRAM SAPTA PESONA
UNTUK MENINGKATKAN KEPUASAN WISATAWAN
DI WISATA ALAM PANGJUGJUGAN
KABUPATEN SUMEDANG
(Studi Persepsi Wisatawan)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pariwisata Program Studi Manajemen Resort & Leisure
Oleh
Muhammad Shakti Prabowo
NIM 1000698
PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Evaluasi Penerapan Program Sapta Pesona untuk Meningkatkan
Kepuasan Wisatawan di Wisata Alam Pangjugjugan Kabupaten
Sumedang
(Studi Persepsi Wisatawan)
Oleh
Muhammad Shakti Prabowo
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial
©Muhammad Shakti Prabowo 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
April 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Muhammad Shakti Prabowo, 2015
LEMBAR PENGESAHAN MUHAMMAD SHAKTI PRABOWO
1000698
EVALUASI PENERAPAN PROGRAM SAPTA PESONA UNTUK MENINGKATKAN KEPUASAN WISATAWAN
DI WISATA ALAM PANGJUGJUGAN KABUPATEN SUMEDANG
(Studi Persepsi Wisatawan)
Disetujui dan disahkan oleh : Dosen Pembimbing I
Prof. Dr. H. Darsiharjo, M.S. NIP. 19620921 198603 1 005
Dosen Pembimbing II
Fitri Rahmafitria, SP., M.Si. NIP. 19741018 200812 2 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Manajemen Resort & Leisure
SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA :
Hari, Tanggal : Jum’at, 26 Juni 2015
Waktu : 09.00 sd. selesai
Tempat : Ruang Ujian Sidang FPIPS
Panitia Ujian Sidang terdiri dari :
Ketua : Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si.
Sekretaris : Fitri Rahmafitria, SP., M.Si.
Anggota : Dr. Elly Malihah, M.Si.
Dr. H. Aceng Kosasih, M.Ag.
Wida Budiarti, S.Pd.
Ahmad Hidayat
Penguji : Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M.Pd.
Rosita, SS., MA.
Muhammad Shakti Prabowo, 2015
.PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “EVALUASI
PENERAPAN PROGRAM SAPTA PESONA UNTUK
MENINGKATKAN KEPUASAN WISATAWAN DI KAWASAN
WISATA ALAM PANGJUGJUGAN KABUPATEN SUMEDANG (Studi Persepsi Wisatawan)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara
yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi
apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau
ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Mei 2015
Yang membuat pernyataan,
Muhammad Shakti Prabowo
EVALUASI PENERAPAN PROGRAM SAPTA PESONA UNTUK MENINGKATKAN KEPUASAN WISATAWAN
DI WISATA ALAM PANGJUGJUGAN KABUPATEN SUMEDANG
(StudiPersepsiWisatawan)
ABSTRAK Oleh
Muhammad Shakti Prabowo 1000698
Sapta Pesona merupakan tujuh unsur yang terkandung di dalam setiap produk wisata serta dipergunakan sebagai tolok ukur peningkatan kualitas produk pariwisata. Unsur-unsur sapta pesona yang terdiri atas keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan dan kenangan perlu diterapkan sehingga destinasi wisata menjadi sehat dan nyaman, menjadi rumah kedua bagi para wisatawan, serta membawa penghidupan yang berkualitas bagi masyarakat lokal. Penelitian ini membahas mengenai pengevaluasian penerapan program sapta pesona untuk meningkatkan kepuasan wisatawan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis persepsi wisatawan mengenai tingkat kepentingan (importance) dan kinerja (performance) dari program Sapta Pesona di Wisata Alam Pangjugjugan, menganalisis tingkat kepuasan wisatawan terhadap pelaksanaan program Sapta Pesona dan merekomendasikan upaya peningkatan kinerja program SaptaPesona di Wisata Alam Pangjugjugan. Untuk mengukur tingkat kepuasan wisatawan digunakan metode importance-performance analysis. Berdasakan hasil penelitian didapati bahwa terdapat 3 unsur yang dinilai belum mencapai tingkat kepuasan wisatawan yaitu unsure kebersihan, keramahan dan kenangan. Disisi lain, terdapat item-item yang berpotensi untuk ditingkatkan kinerjanya seperti bersikap sebagai tuan rumah yang baik serta selalu membantu wisatawan, memberikan senyum yang tulus dan menyajikan makanan dan minuman khas lokal.
EVALUATION OF IMPLEMENTATION OF THE SEVEN CHARM PROGRAM TO INCREASE TOURIST SATISFACTION IN
PANGJUGJUGAN NATURAL TOURIST DESTINATION SUMEDANG DISTRICT
(Study of Tourist’s Perception)
ABSTRACT By
Muhammad Shakti Prabowo 1000698
Seven charm is seven elements contained in any travel products and used as benchmarks to improve the quality of tourism products. These elements consisting of security, order, cleanliness, coolness, beauty, hospitality and memories need to be implemented so that tourist destinations to be healthy and comfortable, being a second home for the tourists, as well as bring a quality livelihood for local communities. This study discusses the evaluation of implementation of the seven charm programs to increase tourist satisfaction. The purpose of this study was to analyze the perception of tourists on the level of importance and performance of seven charm program in Pangjugjugan Natural Tourist Destination, analyze the level of satisfaction of tourists on the implementation of seven charm program and recommends
efforts to improve seven charm’s performance in Pangjugjugan Natural
Tourist Destination. To measure the level of satisfaction of tourists used importance-performance analysis methods. Based on the results of the research found that there are 3 elements assessed has not reached the level of tourist satisfaction is an element of cleanliness, hospitality and memories. On the other hand, there are the items that have the potential for improved performance such as being a good host and always help tourists, providing a genuine smile and serves typical local food and drink.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
Industri pariwisata telah lama dikenal sebagai industri penghasil
devisa dan penggerak ekonomi di banyak negara selain dari sektor minyak
bumi dan gas (Migas). Menurut data Badan Pusat Statistik dan Pusat Data
dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada
tahun 2011 sektor pariwisata menyumbang sebesar USD 8,554.40 juta,
sementara itu pada tahun 2012 terjadi kenaikan jumlah devisa yaitu sebesar
USD 9,120.85 hal ini membuat sektor pariwisata berada di peringkat kelima
sebagai penyumbang devisa negara terbesar bagi negara Republik
Indonesia. Sementara itu, menurut Quick Wins pada tahun 2012, dampak
pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto sebesar Rp 321.57 triliun
menyumbang sebesar 3.90% terhadap PDB nasional, di bidang kesempatan
kerja sektor pariwisata mempekerjakan 9.28 juta orang, penerimaan pajak
dari sektor pariwisata sebesar Rp 11.57 triliun dan penerimaan upah dan gaji
dari sektor pariwisata sebesar Rp 104.51 triliun serta menyumbangkan
sebesar 3.77% terhadap nasional. Sementara itu, dilihat dari dunia global,
industri pariwisata mengalami perkembangan yang memuaskan. Menurut
press release UN-WTO pada tahun 2013 mencatat pertumbuhan kedatangan
wisatawan sebanyak 5% hal ini mencapai rekor sebanyak 1,087 juta
kunjungan. Meskipun dihadang berbagai persoalan ekonomi namun tidak
mempengaruhi 52 juta wisatawan untuk berkunjung ke seluruh dunia pada
tahun 2013. Pada tahun 2014, UN-WTO meramalkan pertumbuhan
kunjungan wisatawan sebesar 4% - 4.5%.
Dari sisi kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Indonesia,
menurut Pusdatin Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf) pada tahun 2009 jumlah wisatawan yang berkunjung ke
Indonesia sebanyak 6,323,730 orang dengan lama tinggal 7.69 hari, dengan
sebesar USD 6,297.99 terhadap devisa negara. Untuk lebih lengkapnya
dapat dilihat dalam Tabel 1.1 :
Tabel 1.1
DATA KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE INDONESIA
TAHUN 2008-2012
Tahun Wisatawan Mancanegara Rata-Rata
Lama
Sumber : Pusat Data dan Informasi Kemenparekraf & BPS, 2013
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan
kunjungan wisatawan mancanegara mencapai puncaknya pada tahun 2008
dengan jumlah kunjungan sebanyak 6.234.497 orang, pertumbuhan dengan
tahun sebelumnya sebanyak 13,24 %, rata lama tinggal 8,58 hari,
rata-rata pengeluaran sebanyak USD 137,38 per orang per hari dan penerimaan
devisa sebanyak USD 7.347,60. Namun pada tahun 2009, terjadi penurunan
pertumbuhan kunjungan yang amat drastis sebanyak 11,81% dari tahun
sebelumnya hal ini disebabkan keadaan ekonomi global yang sedang
dilanda krisis ekonomi di penghujung tahun 2008. Namun hal ini tidak
menyurutkan langkah untuk terus berupaya dalam meningkatkan kunjungan,
hal ini ditandai dengan kenaikan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun
2010 sebanyak 7.002.944 orang dengan pertumbuhan kunjungan sebanyak
10,74%.
Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki
kawasan dan potensi wisata yang indah di Indonesia. Di Jawa Barat terdapat
wisata alam berupa gunung dan pantai yang dapat memanjakan wisatawan.
Selain memiliki kekayaan alam, Jawa Barat juga kaya akan budaya seperti
tarian tradisional, kampung adat, upacara adat, dan pusat kerajinan khas
memiliki 73 tempat rekreasi dan 517 potensi daya tarik wisata yang tersebar
di 26 kabupaten dan kota di Jawa Barat Hal ini menjadikan Jawa Barat
sebagai provinsi yang banyak memiliki potensi pariwisata di bidang alam
dan budaya.
Kabupaten Sumedang merupakan salah satu kabupaten yang ada di
Propinsi Jawa Barat yang memiliki kekayaan alam dan budaya sebagai
modal dalam pembangunan pariwisata. Menurut Badan Pusat Statistik pada
tahun 2012 Kabupaten Sumedang memiliki 26 destinasi wisata yang terbagi
dalam : 13 destinasi Wisata Alam, 8 destinasi wisata Minat khusus dan 7
destinasi Wisata Budaya. Di tahun yang sama, jumlah wisatawan yang
berkunjung sebanyak 503.581 orang dengan rincian sebagai berikut :
wisatawan nusantara sebanyak 502.117 orang sedangkan wisatawan
mancanegara sebanyak 1.454 orang. Di bawah ini Tabel 1.2 yang
menunjukkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sumedang
Tahun 2009-2013 :
Tabel 1.2
DATA JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KE KABUPATEN SUMEDANG
TAHUN 2009-2013
Wisatawan Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
Nusantara 477.732 512.727 456.122 502.117 187.802
Mancanegara 12.621 9.858 1.132 1.464 1.561
Total 490.353 522.585 457.254 503.581 189.363
Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Sumedang, 2013
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat ditarik kesimpulan bahwa kunjungan
wisatawan ke Kabupaten Sumedang mengalami fluktuasi yang amat
beragam. Kunjungan terbanyak terjadi pada tahun 2010 yaitu sebanyak
522.585 wisatawan, sementara kunjungan paling sedikit terjadi pada tahun
2013 dimana hanya terdapat 189.363 wisatawan yang berkunjung ke
Kabupaten Sumedang. Kabupaten Sumedang memiliki 26 destinasi wisata
wisata alam semakin tinggi, meskipun berfluktuasi hal ini dipaparkan dalam
Tabel 1.3 berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang :
Tabel 1.3
DATA JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN DI DESTINASI WISATA ALAM
DI KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2009 – 2013
Wisatawan Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah 204.236 216.042 181.511 217.980 85.505
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang, 2013
Berdasarkan Tabel 1.3, kunjungan wisatawan yang mengunjungi
destinasi wisata alam mencapai puncaknya pada tahun 2012 dimana terdapat
217.980 wisatawan yang berkunjung, namun pada tahun 2013 kunjungan
wisatawan ke destinasi wisata alam mengalami penurunan secara drastis,
yakni sebanyak 85.505 wisatawan. Kawasan wisata alam dapat
dikelompokkan menjadi wisata pantai dan pegunungan, karena Kabupaten
Sumedang topografi alamnya berupa pegunungan, maka pengembangan
wisata alam lebih difokuskan ke arah pegunungan. Wisata pegunungan
menawarkan udara sejuk dan ketenangan yang cocok bagi wisatawan yang
ingin melepas penat dari kesibukan di kota besar. Salah satu kawasan wisata
alam yang cukup dikenal di Kabupaten Sumedang adalah Kawasan Wisata
Alam Pangjugjugan yang terletak di Desa Cilembu Kecamatan Pamulihan
Kabupaten Sumedang.
Desa Cilembu yang terletak di Kecamatan Pamulihan Kabupaten
Sumedang telah lama dikenal sebagai daerah penghasil ubi madu dan
penghasil susu sapi. Seiring dengan perkembangannya, desa ini mulai
dikenal sebagai daerah agrobisnis dengan komoditi lebih luas dari ubi dan
susu sapi. Komoditi lebih luas itu meliputi pengadaan tanaman teh rosella
dan tanaman obat herbal lainnya, produk pertanian organik dengan
dukungan pupuk kompos. Didukung oleh keadaan alamnya yang masih
relatif belum banyak terjamah. Di desa ini terdapat Wisata Alam
Pangjugjugan yang merupakan tempat bagi pengunjung untuk bisa
sekitar pengunjung dapat pula belajar tentang alam dan ilmu kehidupan. Di
tempat ini juga hasil pertanian dan peternakan diolah menjadi produk
industri rumah makanan dan minuman. Wisata Alam Pangjugjugan pun
dapat dijadikan sebagai tempat pendidikan dan latihan. Disini terdapat
beberapa rumah pondokan untuk disewakan kepada pengunjung dengan
pemandangan tertuju langsung ke jalan desa, sebuah danau buatan, kolam
ikan serta hamparan sawah dan kebun (Brosur Wisata Alam Pangjugjugan).
Wisata Alam Pangjugjugan merupakan salah satu kawasan wisata alam
yang banyak dikunjungi wisatawan di Kabupaten Sumedang, berikut ini
data kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Wisata Alam
Pangjugjugan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4
DATA JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KE WISATA ALAM PANGJUGJUGAN
TAHUN 2011-2014
Tahun Jumlah Wisatawan Pertumbuhan
(%)
2011 66.755 -
2012 95.290 42,7
2013 67.568 -29
2014 72.454 7,23
Sumber : Pengelola Kawasan Wisata Alam Pangjugjugan, 2015
Berdasarkan Tabel 1.4, jumlah wisatawan yang berkunjung ke
Kawasan Wisata Alam Pangjugjugan mengalami fluktuasi yang cukup
signifikan. Tahun 2012 merupakan tahun terbanyak kunjungan wisatawan
dimana terdapat 95.290 wisatawan yang berkunjung dengan pertumbuhan
dibanding tahun 2011 sebesar 42,7%, namun pada tahun 2013 mengalami
penurunan dimana hanya terdapat 67.568 wisatawan dengan pertumbuhan
-29%, hal ini diduga karena belum optimalnya pengimplementasian program
sapta pesona di Kawasan Wisata Alam Pangjugjugan.
Sapta Pesona adalah tujuh unsur yang terkandung di dalam setiap
produk wisata serta dipergunakan sebagai tolok ukur peningkatan kualitas
Indonesia, Marie Elka Pangestu mengungkapkan mengenai pentingnya
penerapan Sapta Pesona di sebuah destinasi wisata dalam kunjungan
kerjanya di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada 4 Agustus 2014. Beliau
mengungkapkan bahwa :
“Pengembangan dan pengelolaan destinasi wisata yang aman, tertib,
bersih, sejuk, indah, ramah, dan memberikan kenangan yang manis di hati wisatawan perlu diwujudkan, sehingga destinasi wisata menjadi sehat dan nyaman, menjadi rumah kedua bagi para wisatawan, serta membawa
penghidupan yang berkualitas bagi masyarakat lokal,”
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan
sapta pesona perlu dilaksanakan karena dapat memberi manfaat berupa
sehat dan nyamannya destinasi wisata yang dapat menjadi rumah kedua bagi
wisatawan, serta dapat membawa penghidupan yang berkualitas bagi
masyarakat lokal di sekitar destinasi wisata.
Menurut Kotler dan Keller (2008) dalam Ratnasari (2011, hlm. 117)
kepuasan dinyatakan sebagai tingkat perasaan dimana seseorang
menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk/jasa yang diterima dan
yang diharapkan. Sementara itu menurut Oxford Advanced Learner’s
Dictionary (2000) dalam Tjiptono (2011, hlm. 292) mendeskripsikan
kepuasan sebagai “the good feeling that you have when you achieved
something that wanted to happen does happen”; “the act of fulfilling a need or desire”; dan “an acceptable way of dealing with a complaint, a debt, an
injury, etc.”. Berdasarkan kutipan diatas dapat diartikan bahwa kepuasan adalah perasaan senang yang didapatkan seseorang ketika seseorang tersebut
berhasil mendapat sesuatu yang diinginkannya. Begitu besar manfaat yang
didapat bila sebuah kawasan wisata dapat mewujudkan kepuasan bagi para
wisatawan/pelanggannya, hal ini terlihat dari pernyataan Ratnasari (2011,
hlm. 118) “apabila pelanggan merasa puas, maka dia akan menunjukkan
besarnya kemungkinan untuk kembali membeli produk yang sama.
terhadap produk/jasa kepada orang lain.” Tidak jauh berbeda dengan yang
dikatakan oleh Ratnasari, Tjiptono (2008, hlm. 24) mengungkapkan bahwa
terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat
diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi
harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang, terciptanya
loyalitas pelanggan dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut
(word of mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan kegiatan pra penelitian
didapatkan hasil bahwa dalam kaitannya dengan penerapan program sapta
pesona wisatawan yang berkunjung ke Wisata Alam Pangjugjugan belum
merasa puas atas pelayanan yang diberikan. Berikut ini dijelaskan mengenai
rincian atas ketidakpuasan wisatawan di Wisata Alam Pangjugjugan : 10
orang menyatakan tidak puas dengan unsur kebersihan, 14 orang
menyatakan tidak puas terhadap unsur keramahan dan 12 orang merasa
tidak puas dengan unsur kenangan. Berdasarkan hasil pra penelitian dan
pengamatan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa walaupun responden
hanya merasa ada 3 unsur sapta pesona yang belum dirasa puas, namun bila
hal ini dibiarkan lama-kelamaan jumlah unsur sapta pesona yang dirasa
tidak dirasa puas akan semakin bertambah seiring dengan tidak dibenahinya
point-point yang membuat responden tersebut merasa tidak puas. Apabila
pelanggan merasa tidak puas, maka akan terjadi hal-hal yang seperti yang
diutarakan oleh Ratnasari (2011, hlm. 118) bahwa pelanggan yang tidak
puas dapat melakukan tindakan pengembalian produk atau atau secara
ekstrem, bahkan dapat mengajukan gugatan terhadap perusahaan melalui
pengacara dan dipastikan memberikan referensi yang negatif terhadap
produk/jasa kepada orang lain.
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik
untuk mengkaji lebih dalam serta mengangkat dalam judul Penelitian
Meningkatkan Kepuasan Wisatawan di Wisata Alam Pangjugjugan Kabupaten Sumedang (Studi Persepsi Wisatawan)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan diatas,
maka rumusan masalah yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah persepsi wisatawan terhadap kepentingan sapta
pesona di Wisata Alam Pangjugjugan ?
2. Bagaimanakah persepsi wisatawan terhadap kinerja sapta pesona
di Wisata Alam Pangjugjugan ?
3. Bagaimanakah kepuasan wisatawan wisatawan terhadap sapta
pesona di Wisata Alam Pangjugjugan ?
4. Bagaimanakah upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan
kepuasan wisatawan di Wisata Alam Pangjugjugan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis persepsi wisatawan terhadap kepentingan sapta
pesona di Wisata Alam Pangjugjugan.
2. Menganalisis persepsi wisatawan terhadap kinerja sapta sapta
pesona di Wisata Alam Pangjugjugan.
3. Menganalisis kepuasan wisatawan terhadap sapta pesona di
Wisata Alam Pangjugjugan.
4. Mengidentifikasi upaya yang harus dilakukan dalam
meningkatkan kepuasan wisatawan di Wisata Alam
Pangjugjugan.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari Penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi penulis, sebagai masukan dan pengetahuan mengenai
Program Sapta Pesona dalam kaitannya untuk meningkatkan
kepuasan wisatawan.
2. Bagi pengelola, sebagai bahan rujukan bagi Wisata Alam
Pangjugjugan dalam menerapkan Sapta Pesona untuk
meningkatkan kepuasan wisatawan.
3. Bagi Peneliti lain, sebagai bahan rujukan untuk Penelitian
selanjutnya yang memiliki keterkaitan dengan Penelitian ini.
1.5 Sistematika Penelitian
Skripsi ini disusun dengan mengacu kepada sistematika penelitian
yang tercantum dalam buku Pedoman Akademik terbitan Universitas
Pendidikan Indonesia. Berikut sistematika yang digunakan peneliti :
1. BAB I : Pendahuluan
Berisi perihal penjabaran latar belakang Penelitian, rumusan
masalah, tujuan Penelitian dan manfaat Penelitian.
2. BAB II : Tinjauan Pustaka
Berisi perihal teori-terori para ahli yang mendukung Penelitian
dan kerangka pemikiran peneliti.
3. BAB III : Metode Penelitian
Berisi perihal penjabaran mengenai metode yang digunakan dan
penjelasan lainnya seperti : Lokasi, Populasi, Sampel, Variabel
Operasional, Instrumen Penelitian dan Teknik pengumpulan data.
Serta dalam Bab ini peneliti menggunakan metode Deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif dalam Penelitiannya.
4. BAB IV Pembahasan dan Hasil Analisis
Berisi perihal penjelasan mengenai hasil Penelitian dan
5. BAB V : Kesimpulan dan Rekomendasi
Berisi mengenai hasil dari pembahasan dan rekomendasi yang di
rekomendasikan oleh peneliti dari hasil pembahasan.
6. Daftar Pustaka
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Menurut Sukmadinata dalam Aries penelitian deskriptif adalah
suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena-fenomena alamiah maupun fenomena-fenomena buatan
manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik,
perubahan, hubungan, kesamaa dan perbendaan antara fenomena yang satu
dengan fenomena lainnya.
Sementara itu menurut Sugiyono (2013, hlm 11) metode kuantitatif
dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
Penelitian ini berjenis penelitian kebijakan (policy research).
Riduwan (2012, hlm. 51) mengemukakan bahwa policy research
(penggunaan metode penelitian kebijakan) dimulai karena adanya masalah,
dan masalah ini pada umumnya dimiliki oleh para administrator, manajer
atau para pengambil keputusan pada suatu organisasi. Penelitian kebijakan
sangat relevan bagi perencana dan perencanaan kasus-kasus sosial. Menurut
Majchrzak dalam Riduwan penelitian kebijakan adalah suatu proses
penelitian yang dilakukan pada masalah-masalah sosial yang mendasar,
sehingga hasil temuannya dapat direkomendasikan kepada pembuat
keputusan untuk bertindak secara praktis dalam menyelesaikan kasus-kasus
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertempat di Wisata Alam Pangjugjugan di Kampung
Babakan Anjun, Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan Kabupaten
Sumedang. Perjalanan dari Kota Bandung menuju lokasi memakan waktu 1 – 1,5 jam jika lancar. Lokasi ini terletak di sekitar perkebunan dan pesawahan sehingga dari jalan utama pengunjung harus melalui jalan kecil
untuk menuju lokasi. Ada beberapa alternatif jalan yang dapat dilalui.
Pengunjung yang berasal dari Bandung/Jakarta dapat melalui 3 alternatif
jalan, sementara pengunjung yang berasal dari Garut dan Sumedang hanya
dapat melalui 1 alternatif jalan saja. Transportasi umum yang tersedia yang
melalui lokasi ini yaitu dengan menggunakan ojek. Angkutan ojek dapat
tersedia di jalan utama lintas Bandung – Sumedang maupun Bandung –
Tasik. Dengan menggunakan ojek, pengunjung dapat langsung menuju ke
lokasi. Sebenarnya adapula angkutan umum yang melayani rute Cicalengka – Tanjungsari yang melalui jalan utama, namun rute angkutan umum tersebut tidak langsung menuju lokasi Wisata Alam Pangjugjugan.
3.3 Populasi
Menurut Sugiyono (2013, hlm. 119) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan pernyataan diatas, subjek penelitian yang akan
dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung
ke Kawasan Wisata Alam Pangjugjugan.
3.4 Sampel
Menurut Sugiyono (2013, hlm. 120) sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
probability sampling. Menurut Sugiyono (2013, hlm.122) teknik probability
sampling dengan jenis pendekatan simple random sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sementara simple
random sampling menurut Sugiyono (2013, hlm. 122) adalah teknik
sampling dengan pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diteliti, peneliti
menggunakan rumus Slovin. Berikut ini disajikan tabel jumlah wisatawan
yang berkunjung ke Kawasan Wisata Alam Pangjugjugan yang selanjutnya
akan diolah atau dihitung untuk dijadikan sampel penelitian.
Tabel 3.1
DATA JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KE WISATA ALAM PANGJUGJUGAN TAHUN 2011-2014
Tahun Jumlah Wisatawan
2011 66.755
2012 95.290
2013 67.568
2014 72.454
Sumber : Pengelola Kawasan Wisata Alam Pangjugjugan, 2015
Cara penghitungan jumlah populasi yaitu dengan menjumlahkan
jumlah wisatawan dari tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014 kemudian dibagi 4,
adapun hasilnya yaitu sebanyak 75516, jumlah ini diketahui sebagai N atau
ukuran populasi.
Untuk menentukan berapa jumlah responden yang diambil, peneliti
menggunakan rumus Slovin. Rumus tersebut adalah sebagai berikut :
Dimana :
n = Number of samples (jumlah sampel)
N = Total population (jumlah seluruh anggota populasi)
E = Error tolerance (persentase kelonggaran ketidaktelitian karena
Berdasarkan rumus Slovin, maka ukuran sampel adalah sebagai berikut :
n =
n =
n =
n = 99.8 atau dibulatkan menjadi 100
Berdasarkan penghitungan rumus Slovin diatas, jumlah sampel pada
penelitian ini berjumlah 100 orang (responden), dengan tingkat kesalahan
yang ditolerir sebesar 10%. Oleh karena itu, kuesioner akan disebar
sebanyak 100 buah kepada responden.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang diperlukan dengan penelitian ini,
maka peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Penyebaran kuesioner/angket
Kuesioner merupakan alat untuk membantu peneliti dalam
melengkapi data-data penelitian yang dibutuhkan dalam bentuk
daftar pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi.
2. Penelitian Lapangan atau Observasi
Peneliti melakukan studi observasi langsung untuk melihat
kondisi dan situasi existing lokasi penelitian.
3. Studi Literatur
Peneliti melakukan studi literatur yaitu berupa pendalaman studi
yang didapat dari hasil penelitian terdahulu yang didapat dari
buku, jurnal, brosur dan sumber yang relevan dengan penelitian
ini.
Peneliti melakukan pendalaman studi literatur secara elektronik
dengan mengunjungi situs-situs yang menyediakan beragam
jurnal dan hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
5. Dokumentasi (foto, rekaman dan catatan penelitian)
Peneliti melakukan pengambilan gambar dari lokasi dan
objek-objek yang akan diteliti disertai dengan mencatatkannya kedalam
catatan penelitian.
3.6 Operasional Variabel
Nazir dalam Rahmawati (2009, hlm 126) mengungkapkan bahwa
definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasiskan kegiatan
ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur
variabel tersebut. Sementara itu Setiady (2014, hlm. 38) mengungkapkan
bahwa operasional variabel adalah penarikan batasan yang lebih
menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep.
Tujuannya agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang sesuai dengan
hakikat variabel yang sudah didefinisikan konsepnya, maka peneliti harus
memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan
untuk variabel yang ditelitinya. Berikut ini dijabarkan mengenai penarikan
batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik dari suatu konsep. Pada
penelitian ini sapta pesona yang menjadi variabel tunggal.
Tabel 3.2
OPERASIONAL VARIABEL
Variabel Konsep Variabel Sub
Variabel Indikator Ukuran Skala
Sapta Pesona Sapta Pesona
adalah tujuh unsur
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
terjaganya keamanan dan
kenyamanan yang dirasakan
wisatawan di Wisata Alam
Pangjugjugan
dipergunakan
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
kesigapan pegawai Wisata Alam
Pangjugjugan dalam membantu
wisatawan di Wisata Alam
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
keramahan petugas terhadap
wisatawan di Wisata Alam
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
keterpeliharaan lingkungan di
Wisata Alam Pangjugjugan.
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
kesediaan petugas dalam
membantu memberi informasi
kepada wisatawan di Wisata
Alam Pangjugjugan.
Ordinal
Tertib Mewujudkan budaya antri
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
keterwujudan budaya antri di
Wisata Alam Pangjugjugan.
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
keterpeliharaan lingkungan
sebagai akibat dari menaati
peraturan yang berlaku di Wisata
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
kesigapan petugas di Wisata
tugas Alam Pangjugjugan.
Rambu-rambu dalam kondisi jelas, teratur dan rapi
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
rambu-rambu yang jelas, teratur
dan rapi di Wisata Alam
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
keikutsertaan wisatawan untuk
tidak membuang sampah
sembarangan di Wisata Alam
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
keikutsertaan wisatawan dalam
menjaga kebersihan lingkungan
Wisata Alam Pangjugjugan
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
kesiapan petugas dalam
menghidangkan sajian makanan
dan minuman yang bersih dan
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
kesiapan petugas dalam
menyiapkan perlengkapan
penyajian makanan dan minuman
yang bersih.
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
kebersihan dan kerapihan pakaian
dan penampilan petugas di Wisata
Alam Pangjugjugan.
Sejuk Pengelola
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
pelaksanaan penghijauan
lingkungan dengan menanam
pohon di Wisata Alam
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
keterpeliharaan penghijauan di
Wisata Alam Pangjugjugan.
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
terjaganya lingkungan dalam
keadaan indah dan alami di
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
perawatan lingkungan yang ditata
secara teratur di Wisata Alam
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
keterjagaan keindahan vegetasi,
tanaman hias dan peneduh di
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
sikap petugas yang baik serta
membantu wisatawan di Wisata
Alam Pangjugjugan.
Memberikan senyum yang tulus.
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
pemberian senyum yang tulus
oleh petugas kepada wisatawan di
Wisata Alam Pangjugjugan.
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
penyajian makanan makanan dan
minuman khas.
Perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan atas
ketersediaan cinderamata yang
menarik, khas serta mudah
dibawa.
Ordinal
Sumber : Diolah oleh Peneliti, 2015
3.7 Jenis dan Sumber Data
Hal pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan penelitian
adalah mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian
tersebut. Data-data tersebut dipergunakan untuk mempermudah dalam
menganalisis dan mempermudah proses penelitian. Berikut ini merupakan
Tabel 3.3 yang berisi tentang data-data yang dibutuhkan selama penelitian,
sumber perolehan data tersebut dan jenis data.
Tabel 3.3
TABEL JENIS DAN SUMBER DATA
No. Data yang Dibutuhkan Sumber Data Jenis Data
1 Data Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Tahun 2012
Pusat Data dan Informasi
Wisata Alam Pangjugjugan tahun 2013 Alam Pangjugjugan
4 Daftar Periksa Atraksi Wisata Aspek Fisik, Sosial dan Ekonomi
Catatan Lapangan
Penelitian Data Primer Sumber : Diolah Oleh Peneliti, 2015
3.8 Instrumen Penelitian dan Skala Pengukuran
Menurut Sugiyono (2011, hlm. 305) Instrumen penelitian merupakan
alat yang digunakan dalam pengumpulan data dan informasi yang
diperlukan dalam penelitian. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar
isian yang dikeluarkan oleh Program Studi Manajemen Resort dan Leisure
untuk mendeskripsikan Wisata Alam Pangjugjugan yang ditinjau dari segi
ekonomi, sosial dan lingkungan sekitar Wisata Alam Pangjugjugan, selain
itu peneliti juga menggunakan kuisioner atau angket, yaitu daftar pertanyaan
atau pernyataan yang dapat mewakili pendapat responden. Skala
pengukuran yang digunakan peneliti yaitu :
1. Pendekatan Skala Likert
Dalam menentukan persepsi wisatawan mengenai pelaksanaan
program Sapta Pesona di Wisata Alam Pangjugjugan, peneliti
menggunakan Skala Likert. Riduwan (2007, hlm. 12) berpendapat
bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau
gejala sosial. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan
menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi
menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya
indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak
untuk membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau
pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban
dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap
1. Sangat tidak setuju dengan bobot nilai 1
2. Tidak setuju dengan nilai bobot 2
3. Ragu-ragu dengan nilai bobot 3
4. Setuju dengan nilai bobot 4
5. Sangat setuju dengan nilai bobot 5
Hasil dari skala likert ini berupa data ordinal, sedangkan dalam
penelitian ini, peneliti membutuhkan tingkatan data interval oleh
karena itu, peneliti menggunakan Method Successive Interval
(MSI) untuk mengubah data ordinal menjadi data interval.
2. Method Successive Interval (MSI)
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa dalam penelitian ini
membutuhkan data interval yang sebelumnya telah diubah dari
data ordinal yang diolah menggunakan teknik Method Successive
Interval. Adapun langkah-langkah untuk melakukan transformasi
data tersebut yaitu :
1. Menghitung frekuensi (f) setiap pilihan jawaban,
berdasarkan hasil dari jawaban responden pada setiap
pernyataan.
2. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap
pernyataan, dilakukan perhitungan proporsi (p) setiap
pilihan jawaban dengan cara membagi frekuensi (f) dengan
jumlah responden.
3. Berdasarkan proporsi tersebut untuk setiap pernyataan,
dilakukan perhitungan proporsi komulatif untuk setiap
pilihan jawaban.
4. Menentukan nilai batas Z (tabel normal) untuk setiap
pernyataan dan setiap pilihan jawaban.
5. Menentukan nilai interval rata-rata untuk setiap pilihan
jawaban melalui persamaan sebagai berikut :
3.9 Rancangan Uji Validitas dan Relabilitas Instrumen 3.9.1 Uji Validitas
Menurut Sugiyono, (2008, hlm. 445) uji validitas adalah untuk
mengetahui tepat tidaknya angket yang tersebar. Hasil penelitian yang valid
merupakan hasil penelitian yang terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya
terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh
peneliti.
Adapun rumus yang dipergunakan untuk menguji validitas yaitu
teknik korelasi product moment sebagai berikut :
√
Sumber : Noor dalam Rahmawati, 2013 hlm. 44
Berdasarkan rumus diatas, dapat diuraikan sebagai berikut :
X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item.
Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item. ΣX = Jumlah skor dalam distribusi X
ΣY = Jumlah skor dalam distribusi Y
ΣX² = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X ΣY² = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y N = Banyaknya responden
Validitas item akan teruji bila r hitung lebih besar daripada r tabel. R
hitung yang digunakan yaitu sebesar 0,361. Dalam uji validitas dan
reliabilitas, angket akan disebar sebanyak 30 angket untuk selanjutnya diisi
dan dikumpulkan kembali untuk melakukan uji validitas. Untuk
penulis menggunakan software SPSS Versi 20 For Windows. Tabel 3.4
berikut ini menjabarkan tentang hasil uji validitas yang telah dilakukan.
Tabel 3.4
HASIL UJI VALIDITAS ITEM IMPORTANCE (TINGKAT KEPENTINGAN)
Item r hitung r tabel Keterangan
1 0,634 0,361 Valid
2 0,680 0,361 Valid
3 0,509 0,361 Valid
4 0,578 0,361 Valid
5 0,693 0,361 Valid
6 0,652 0,361 Valid
7 0,661 0,361 Valid
8 0,766 0,361 Valid
9 0,691 0,361 Valid
10 0,543 0,361 Valid
11 0,669 0,361 Valid
12 0,705 0,361 Valid
13 0,697 0,361 Valid
14 0,705 0,361 Valid
15 0,645 0,361 Valid
16 0,698 0,361 Valid
17 0,604 0,361 Valid
18 0,730 0,361 Valid
20 0,709 0,361 Valid
21 0,748 0,361 Valid
22 0,596 0,361 Valid
23 0,601 0,361 Valid
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2015
Tabel 3.5
HASIL UJI VALIDITAS ITEM PERFORMANCE (TINGKAT KINERJA)
Item r hitung r tabel Keterangan
1 0,790 0,361 Valid
2 0,643 0,361 Valid
3 0,564 0,361 Valid
4 0,608 0,361 Valid
5 0,674 0,361 Valid
6 0,500 0,361 Valid
7 0,465 0,361 Valid
8 0,680 0,361 Valid
9 0,753 0,361 Valid
10 0,516 0,361 Valid
11 0,703 0,361 Valid
12 0,782 0,361 Valid
13 0,753 0,361 Valid
14 0,725 0,361 Valid
15 0,716 0,361 Valid
16 0,681 0,361 Valid
17 0,718 0,361 Valid
19 0,574 0,361 Valid
20 0,740 0,361 Valid
21 0,640 0,361 Valid
22 0,702 0,361 Valid
23 0,728 0,361 Valid
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2015
Berdasarkan tabel 3.4 dan 3.5 dapat dijelaskan bahwa semua item
pernyataan dalam keadaan valid dan dapat digunakan untuk mengukur
hal-hal yang akan diukur dalam penelitian ini.
3.9.2 Uji Reliabilitas
Menurut Umar (2002, hlm. 113 ) reliabilitas adalah suatu nilai yang
menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala
yang sama. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk
memberikan hasil pengukuran yang konsisten.
Untuk menguji reliabilitas, penulis menggunakan rumus alfa
conbrach sebagai berikut :
r
ii =
Dimana untuk mencari
yaitu :
rii = Reliabilitas instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan Σó² = Jumlah butir pertanyaan Ó1² = Varians total
Menurut Guliford dalam Hasanah (2014, hlm. 45) untuk menentukan
suatu instrument reliabel atau tidak, dapat digunakan kategori koefisien
reliabilitas sebagai berikut :
1. 0,80<ri≤1,00 reliabilitas sangat tinggi
3. 0,40<ri≤0,60 reliabilitas sedang
4. 0,20<ri≤0,40 reliabilitas rendah
5. -1,00<ri≤0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliable)
Sama halnya dengan uji validitas, dalam rangka uji reliabilitas
penulis menyebar 30 buah angket untuk selanjutnya diisi dan dikumpulkan
kembali sebagai bahan untuk menguji reliabilitas. Tabel 3.6 dan 3.7 berikut
ini menjabarkan tentang hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan.
Tabel 3.6
HASIL UJI RELIABILITAS ITEM IMPORTANCE
Pernyataan Nilai r Hitung Nilai r Tabel Keterangan
Pernyataan 1 – 23 0,939 0,700 Reliabel
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2015
Tabel 3.7
HASIL UJI RELIABILITAS ITEM PERFORMANCE
Pernyataan Nilai r Hitung Nilai r Tabel Keterangan
Pernyataan 1 – 23 0,943 0,700 Reliabel
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2015
Berdasarkan tabel 3.6 dan 3.7 mengenai hasil uji reliabilitas item
importance atau kepentingan dan item performance atau kinerja, maka dapat
disimpulkan bahwa instrument dalam penelitian ini reliable atau dapat
digunakan kembali untuk mengukur objek yang sama pada penelitian
selanjutnya.
3.10 Metode Analisis Data
Menurut Bogdan dalam Sugiyono (2013, hlm. 244) analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga
dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
garis kontinum dan Importance Performance Analysis sebagai alat untuk
menganalisis dalam penelitian ini.
3.10.1 Garis Kontinum
Berikut ini merupakan langkah-langkah penghitungan dalam teknik
garis kontinum sebagaimana dalam Panuju (1995, hlm. 45) :
1. Mencari nilai indeks maksimum
Nilai indeks maksimum = skor tertinggi jumlah pernyataan
jumlah responden
2. Mencari nilai indeks minimum
Nilai indeks minimum = skor terendah jumlah pernyataan
jumlah responden
3. Mencari panjang kelas interval
=
Gambar 3.1 Garis Kontinum
Sumber : Riduwan (2007, hlm. 12)
3.10.2 Importance-Performance Analysis
Menurut Tjiptono dalam Ong dan Pambudi metode Importance
Performance Analysis dikemukakan pertama kali oleh Martilla dan James pada tahun 1977 dalam artikel mereka “Importance-Performance Analysis” yang dipublikasikan di Journal of Marketing. Pada teknik ini responden
diminta untuk menilai tingkat kepentingan dan kinerja perusahaan,
kemudian nilai rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja tersebut dianalisis
pada Importance-Performance Matrix, yang mana sumbu x mewakili
persepsi sedangkan sumbu y mewakili harapan. Dalam menentukan tingkat
∑
Berdasarkan rumus diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
CS : Kepuasan Pelanggan
I : Tingkat kepentingan (Importance)
Pp : Tingkat kinerja (Perceived performance)
Apabila CS<0 : wisatawan merasa sangat puas
Apabila CS=0 : wisatawan merasa puas
Apabila CS>0 : wisatawan merasa tidak puas
Nugracha (2014, hlm. 52) berpendapat bahwa dalam
Importance-Performance Analysis ini dilihat berdasarkan dua aspek yaitu tingkat
kepentingan dan tingkat kinerja. Langkah awal untuk menentukan posisi
dari atribut-atribut dalam penelitian ini pada matriks IPA adalah menghitung
rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan untuk setiap item dari
atribut dengan rumus :
̅̅̅ ∑
̅̅̅̅
∑
Dimana :
̅̅̅ = Bobot rata-rata tingkat kepuasan item ke-i
̅ = Bobot rata-rata tingkat kepentingan item ke-i
n =Jumlah responden atau sampel
Langkah berikutnya yaitu menghitung rata-rata tingkat kepentingan
dan tingkat kepuasan untuk keseluruhan item dengan rumus :
̿̿̿ ∑ ̅
̿
∑ ̅
Dimana :
̿̿̿ = Nilai rata-rata kepuasan item
̿ = Nilai rata-rata tingkat kepentingan item = Jumlah item
Setelah dilakukan penghitungan, maka nilai ̿̿̿ akan bertindak
menggambarkan kepuasan (x) dan ̿ akan bertindak sebagai titik
perpotongan pada sumbu vertikal yang menggambarkan kepentingan (y).
Setelah diketahui nilai kepuasan dan kepentingan item serta nilai rata-rata
kepuasan dan kepentingan item, lalu nilai tersebut dimasukkan kedalam
diagram kartesius yang nantinya akan ditafsirkan menjadi sebuah matriks
yang berupa empat kuadran yang bernama Importance-Performance Matrix.
Berikut ini contoh Importance-Performance Matrix :
Gambar 3.2
Importance-Performance Matrix
Sumber : Martilla dan James (1977, hlm. 78)
Adapun penjelasan dari kuadran-kuadran tersebut sebagai berikut :
1. Prioritas Utama (Concentrate Here)
Pada kuadran ini terdapat faktor-faktor yang dianggap penting
dan atau diharapkan konsumen, akan tetapi kinerja perusahaan
dinilai belum memuaskan sehingga pihak perusahaan perlu
berkonsentrasi untuk mengalokasikan sumber dayanya guna
2. Pertahankan Prestasi (Keep Up the Good Work)
Pada kuadaran ini terdapat faktor-faktor yang dianggap penting
dan diharapkan sebagai faktor penunjang kepuasan konsumen
sehingga perusahaan wajib untuk mempertahankan prestasi
kinerja tersebut.
3. Prioritas Rendah (Low Priority)
Pada kuadaran ini terdapat faktor-faktor yang dianggap
mempunyai tingkat persepsi atau kinerja aktual yang rendah dan
tidak terlalu penting dan atau tidak terlalu diharapkan oleh
konsumen sehingga perusahaan tidak perlu memprioritaskan atau
memberikan perhatian lebih pada faktor-faktor tersebut.
4. Berlebihan (Possibly Overkill)
Pada kuadran ini terdapat faktor-faktor yang dianggap tidak
terlalu penting dan tidak terlalu diharapkan oleh pelanggan
sehingga perusahaan lebih baik mengalokasikan sumber daya
yang terkait pada faktor tersebut kepada faktor lain yang lebih
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Dian P. (2010). Sapta Pesona Dalam Meningkatkan Promosi Sadar Wisata di Medan. Kertas Karya pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan: tidak diterbitkan.
Ali, Hasan. (2008). Marketing. Medpress (anggota IKAPI)
Amantha, Goestyari P. (2013) Evaluasi Pelaksanaan Sapta Pesona pada Objek Wisata Lembah Hijau Bandar Lampung. Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung: tidak diterbitkan.
Anonim. (2014). Sekilas Jabar. [Online]. Tersedia : http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1261[14 Maret 2014]
Anonim. (2014). Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025.[Online].Tersedia
:http://www.jabarprov.go.id/root/rpjpd/Bab%205s.pdf[14 Maret 2014]
Anonim. (2014). Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Sumedang.
[Online]. Tersedia
Anonim. (2014). Statistik Daerah Kabupaten Sumedang 2013. [Online]. Tersedia:
http://sumedangkab.bps.go.id/publikasi/statistik-daerah-kabupaten-sumedang-2013[17 10 Juli 2014]
Apriliani, Putri Restu. (2013). Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana Taman Wisata Alam Curug Cilengkrangdi Kabupaten Bandung. Skripsi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.
Aries, Erna Febru. (2008). Penelitian Deskriptif. [Online]. Tersedia: http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/27/penelitian-deskriptif/ [07 Oktober 2014]
Brosur Wisata Alam Pangjugjugan Kabupaten Sumedang tahun 2013.
Darsoprajitno, Soewarno H. (2002). Ekologi Pariwisata Tata Laksana Pengelolaan Objek dan Daya Tarik Wisata. Penerbit Angkasa : Bandung
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2008). Buku Saku Sadar Wisata dan Sapta Pesona. Depbudpar : Jakarta.
Direktorat Jenderal Pariwisata. (1992). Himpunan Peraturan Perundang-Undangan dalam Bidang Kepariwisataan. Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi : Jakarta
Fandeli, Chafid. (2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Fitriani, Mita. (2011). Strategi Pengelolaan Pariwisata Pantai Lontar Indah di Kabupaten Serang. Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang: tidak diterbitkan.
Goeldner, Charles R. dan Ritchie, J.R. Brent. (2009). Tourism Principles, Practices, Philosophies Ninth Edition. Wiley : New Jersey.
Griffin. (2005). Customer Satisfaction and Loyalty : How to Earn It, How to Keep It (new and revised ed.)
Haribudiman, Irwan. (2013). Persepsi Wisatawan. [Online]. Tersedia: http://www.slideshare.net/Irwan_H/persepsi-wisatawan [14 Oktober 2014]
Hassan, Sri Martina Intan P. (2013). Pengaruh Customer Value dalam Meningkatkan Kepuasan Wisatawan di Saung Angklung Udjo (Survei terhadap Wisatawan Nusantara Individu di Saung Angklung Udjo). Skripsi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.
Ismayanti. (2010). Pengantar Pariwisata.Grasindo : Jakarta
Khalik, Wahyu. (2014). Kajian Kenyamanan dan Keamanan Wisatawan di Kawasan Pariwisata Kuta Lombok. Tesis, Program Studi Magister Kajian Pariwisata, Universitas Udayana: tidak diterbitkan.
Kurnia, Dani. (2011). Pengaruh Citra Restoran terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen (Survei pada Konsumen Restoran Hanamasa Istana Plaza Bandung). Skripsi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.
Kotler dan Amstrong. (2009). Principles of Marketing. New Jersey.
Kotler dan Keller. (2009). Marketing Management (thirteenth ed.). Prentice Hall : New Jersey.
Morgan, Michael dkk (2010). The Tourism And Leisure Experience Concumer and Managerial Perspectives. MPG Books Group Ltd. : Bristol.
Martilla, J. dan James, J. (1977). Importance-Performance Analysis, Journal of Marketing.
Muljadi, A.J. (2009). Kepariwisataan dan Perjalanan. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Musa, Fatma. (2013). Penerapan Sapta Pesona pada Desa Wisata Torosiaje dalam Menunjang Kepariwisataan di Kabupaten Pohuwato.Tugas Akhir pada Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo: tidak diterbitkan.
Nasution (2004). Manajemen Jasa Terpadu. Ghalia Indonesia : Bogor
Nugracha, Tri Rana A. (2014) Analisis Kualitas Lulusan Program Studi Manajemen Resort & Leisure Berdasarkan Tingkat Kepuasan Pengguna Lulusan. Skripsi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.
Panuju, Redi. 1995. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Pendit, Nyoman S. (2002). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. PT. Pradnya Paramita : Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 Tentang Pengusahaan Kepariwisataan Alam.
Priyono, Agus. (2013). Pemaparan Seminar Kebijakan Pencegahan Penularan Zoonosis di Destinasi Pariwisata Indonesia. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif : Jakarta.
Priyono, Agus. (2013). Pemaparan Seminar Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berwawasan Lingkungan. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif : Jakarta.
Putra,Gede Gunawan Adnyana. (2002). Perilaku Masyarakat dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan Permukiman Untuk Menunjang Program Sapta Pesona Pariwisata (Studi Kasus Di Desa Kalibukbuk Di Kawasan Pariwisata Lovina Singaraja – Bali). Tesis, Magister Ilmu Lingkungan. Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro: tidak diterbitkan.
Rahmawati, Annisa. (2013). Analisis Produk Wisata Unggulan Pantai Batu Karas Berdasarkan Persepsi Wisatawan. Skripsi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.
Ratnasari, Ririn dan Aksa Mastuti. (2011). Teori dan Kasus Manajemen Pemasaran Jasa. Ghalia Indonesia : Jakarta
Razak, Abdul. (2008). Sifat dan Karakter Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (Pendekatan Pengelolaan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam). Makalah Pengelolaan Ekowisata, Program Pasca Sarjana / S2, Program Studi Manajemen Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta: tidak diterbitkan.
Reisinger, Yvette dan Turner, Lindsay, W. (2011). Cross-Cultural Behaviour in Tourism Concepts and Analysis. Routledge : New York.
Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru – Karyawan dan Peneliti Pemula. Alfabeta : Bandung.
Risi, Marcelo. (2014). International Tourism Exceeds Expectations With Arrivals Up By 52 Million In 2013. [Online]. Tersedia : http://media.unwto.org/press-release/2014-01-20/international-tourism-exceeds-expectations-arrivals-52-million-2013 [13 Maret 2014].
Saksono, Arie. Sapta Pesona Pariwisata Indonesia.[Online]. Tersedia :http://ariesaksono.wordpress.com/2008/11/12/sapta-pesona-pariwisata-indonesia/[28 Mei 2014].
Selby, Martin. (2004). Understanding Urban Tourism Image, Culture and Experience. St. Martin’s Press : New York.
Setiady, Taupan (2014). Pengaruh Servicescape Terhadap Kepuasan Pengunjung di Floating Market Lembang. Skripsi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.
Sinaga, Irene Priscila (2013). Analisis Kondisi Sapta Pesona Pariwisata Menurut Wisatawan Mancanegara di Kabupaten Samosir. Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan: tidak diterbitkan.
Sudirman. (2015). Partisipasi Pedagang dalam Menanggulangi Kebersihan Obyek Wisata di Kebun Raya Universitas Mulawarman Samarinda. Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman: tidak diterbitkan.
Sugiyono.(2006). Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantiatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta : Bandung.
Suwantoro, Gamal. (1997). Dasar-dasar Pariwisata. Penerbit Andi : Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy. (2008). Strategi Pemasaran Edisi III. Penerbit Andi : Yogyakarta.
Umar, Husein. (2003). Metode Riset Bisnis. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Utama,Indra (2001). Analisis Hubungan Sapta Pesona Dengan Kepuasan Wisatawan dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Pariwisata Bukit Lawang. Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara : tidak diterbitkan.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Universitas Pendidikan Indonesia. 2013. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI : Bandung.
Wibowo, Billy. (2011). Pengembangan Gunung Puntang Sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di Kabupaten Bandung. Skripsi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.
Wijanarko, Cecep. (2010) Kepuasan Konsumen Balcony Resto Bandung Dilihat dari Kuakitas Jasa (Survei pada Konsumen Balcony Resto Kota Bandung). Skripsi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.