Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 5.1.
Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, kabupaten/kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah
Kabupaten/kota. D alam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan dari RTRW Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:
i. Pertahanan keamanan ii. Ekonomi
iii. Lingkungan hidup
iv. Sosial budaya Pedoman Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi
b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: i. Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.
ii.Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.
c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.
d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.
BAB V
Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) diperlukan sebagai dasar pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur skala kawasan, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada lokasi KSK, dan diharapkan keterpaduan pembangunan dapat terwujud. Tabel 5.1 memaparkan identifikasi arahan RTRW Kabupaten/Kota u ntuk Bidang Cipta Karya, Tabel 5 .2 memaparkan identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK), serta Tabel 5.3 memaparkan identifikasi indikasi program khusus untuk Bidang Cipta Karya. Jika RTRW di kabupaten/kota belum disahkan,maka
Tujuan Penataan Ruang Wilayah
5.1.1.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten disamping menjadi acuan dasar bagi penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan administrasi pertanahan juga berfungsi sebagai pedoman penyusunan RPJP Daerah; pedoman penyusunan RPJM Daerah; pedoman pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten; mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan antar sektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi dan sebagai pedoman penetapan kawasan strategis.
Acuan yang digunakan dalam penyusunan RTRW Kabupaten/Kota selain Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, adalah
Pesatnya perke mbangan di wilayah-wilayah cepat tumbuh ini perlu diantisipasi agar pemanfaatan ruangnya menjadi lebih optimal dan berwawasan lingkungan.
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah .
5.1.2.
Kebijakan penataan ruang wilayah kota merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, sedangkan fungsi dari kebijakan tersebut antara lain sebagai dasar untuk
memformulasikan strategi penataan ruang wilayah kabupaten, sebagai dasar untuk merumuskan rencana struktur dan rencana pola ruang wilayah kabupaten, memberikan arahan bagi penyusunan indikasi program utama, dan sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten kedalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi dari strategi penataan ruang wilayah kabupaten antara lain sebagai dasar untuk menyusun rencana struktur ruang dan pola ruang w ilayah kota serta penetapan kawasan strategis kabupaten, memberikan arahan bagi penyusunan indikasi program utama RTRW kabupaten dan sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Rencana Struktur Ruang Kabupaten PALI A.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka
tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat
kegiatan yang berhirarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem
jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan
transportasi.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dapat dirumuskan dengan
mengikuti kriteria:
Mengakomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur ruang 1.
wilayah provinsi, dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan;
Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah 3.
kabupaten memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Terdiri atas pusat pe layanan kawasan (PPK), pusat pelayanan a.
lingkungan (PPL), serta pusat kegiatan lain yang berhirarki lebih tinggi yang berada di wilayah Kabupaten yang kewenangan penentuannya ada pada pemerintah pusat dan pemerintah provinsi;
Memuat penetapan pusat pelayana n kawasan (PPK) serta pusat b.
pelayanan lingkungan (PPL); dan
Harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang c.
serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem wilayah kabupaten. Dapat memuat pusat-pusat kegiatan selain sebagaimana dimaksud di atas 4.
dengan ketentuan sebagai berikut:
Pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari a.
ditetapkan sebagai pusat kegiatan lokal (PKL).
Pusat kegiatan yang dapat ditetapkan menjadi pusat kegiatan lokal b.
promosi (PKLp) hanya pusat pelayanan kawasan (PPK); dan Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) harus c.
ditetapkan sebagai kawasan strategis kabupaten dan
mengindikasikan program pembangunannya di dalam arahan
pemanfataan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong untuk memenuhi kriteria PKL.
Sistem jaringan prasarana Kabupaten dibentuk oleh sistem jaringan 5.
transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Merujuk pada ketentuan struktur ruang wilayah Kabupaten yang terdiri atas 6.
sistem prasarana utama pembentuk ruang dan sistem prasarana lainnya.
Dari penjabaran kriteria di atas maka Pusat kegiatan di wilayah
kabupaten yang merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi,
dan/atau administrasi masyarakat di wilayah Kabupaten terbagi menjadi:
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berada di wilayah kabupaten; 2.
Pusat Kegiatan Skala Nasional (PKSN) yang berada di wilayah kabupaten; 3.
dan
Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang 4.
penentuannya ada pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu:
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan a.
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman b.
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Rencana Pola Ruang Kabupaten PALI B.
Tujuan utama dari suatu perencanaan dalam upaya pengembangan potensi wilayah adalah untuk meningkatkan nilai ekonomisnya. Oleh karena itu, rencana pemanfaatan ruang hendaknya menjadi akselerator dalam pertumbuhan kegiatan perekonomian wilayah perencanaan. Selain itu juga dimaksudkan untuk dapat menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan, sehingg a rencana pengembangan wilayah yang memanfaatkan sumberdaya alam dan lahan akan dapat terlaksana secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Pada dasarnya rencana pemanfaatan ruang merupakan pengalokasian dari rencana pengembangan kawasan lindung dan k awasan budidaya. Untuk itu digunakan kriteria/standar dari peraturan yang sudah ada, baik yang berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah, dan sebagainya. Berdasarkan dasar-dasar di atas maka secara umum rencana pemanfaatan ruang yang dikembangkan adalah rencana pola ruang dibedakan atas kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Rencana pola ruang wilayah merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten yang meliputi rencana peruntuk an ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Oleh karena itu, rencana pola ruang wilayah kabupaten memiliki fungsi sebagai berikut:
Sebagai alokasi ruang untuk kawasan budidaya bagi berbagai kegiatan 1.
Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang; 2.
Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima 3.
tahunan untuk dua puluh tahun; dan
Sebagai dasar dalam pemberi an izin pemanfaatan ruang skala besar pada 4.
wilayah Kabupaten.
Kawasan Strategis Kabupaten 5.1.3.
Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah
kabupaten yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan. Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis kabupaten akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan strategis untuk lebi h jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.3..
Kawasan strategis kabupaten berfungsi:
Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan 1.
keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kabupaten;
Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi 2.
masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kabupaten bersangkutan;
Untuk mewadahi penataan r uang kawasan yang tidak bisa terakomodasi 3.
di dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang;
Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW 4.
kabupaten; dan
Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten. 5.
Penetapan kawasan strategis kabupaten dari sudut ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan ditetapkan dengan kriteria:
Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; dan atau 1.
Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan 2.
Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi 3.
atau yang pengembangan infrastrukturnya mudah dilakukan; dan atau Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan kabupaten 4.
dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan kabupaten;
Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
5.2
(RPJMD)
Proses penyusunan rencana pembangunan jangka menengah dilakukan melalui pendekatan politik yang dideskripsikan dalam visi, misi dan program kepala daerah terpilih langsung dan secara politis diakui sebagai program prioritas pembangunan jangka menengah daerah.
Dalam rangka mendukung perencanaan pembangunan nasional,
Pemerintah Kabupaten PALI juga memperhatikan kewenangan yang diberikan oleh pemer intah pusat dan struktur tata pemerintahan. Oleh karena itu RPJMD Kabupaten PALI juga memperhatikan permasalahan yang menjadi lingkup nasional maupun amanat pembangunan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Sumber daya daerah yang dialokasi selain untuk m engatasi permasalahan-permasalahan internal di Kabupaten PALI juga diupayakan mendukung penyelesaian masalah yang menjadi agenda nasional dengan memperhatikan RPJM Nasional.
RPJMD Kabupaten PALI merupakan acuan dan pedoman dasar pembangunan yang ingin dicapai Kabupaten PALI dan juga merupakan pedoman manajerial bagi Kepala Daerah beserta perangkatnya dalam
Arahan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung 5.3
Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yang menyatakan bahwa “pengaturan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah
tentang Bangunan Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta
penyebarluasan peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan
standar teknis bangunan gedung dan operasionalisasinya di masyarakat”.
Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Persyaratan ini wajib dip enuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah.
Utamanya untuk daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sa ngat penting sebagai payung hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan
keselamatan bagi pengguna. Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kota merupakan salah satu prasyarat dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di kabupaten/kota.
5.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal dari
perencanaan air m inum jaringan perpipaan. dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama system beserta
dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RI-SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi. Penyusunan rencana induk
Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK) 5.5
Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten PALI didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten PALI berpedoman pada prinsip :
Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi); a.
Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase, persampahan); b.
Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan c.
Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’ d.
Sub Sektor Pengembangan Air Limbah Domestik 5.5.1
Berdasarkan hasil pembobotan dan scoring analisis SWOT untuk
subsektor air limbah domestic menunjukan bahwa di Kabupaten PALI terdapat beberapa kelemahan. Namun demikian, Kabupaten Kemering Ilir juga
mempunyai peluang yang cukup signifikan untuk diraih dengan merubah beberapa strategi yang ada pada saat ini.Berdasarkan hasil analisa SWOT, posisi pengelolaan sanitasi kabupaten PALI khususnya subsector air limbah domestic menunjukan bahwa faktor internal menjadi kekuatan khususnya keteersediaan an ggaran untuk program air limbah domestic. Namun demikian ada faktor eksternal yang menjadiancaman seperti buang air besar
sembarangan, pencemaran septic tenk dan septic tank tidak memenuhi syarat. Berdasarkan analisa SWOT, diperoleh beberapa isu strategis terkait dengan air limbah domestic di kabupaten PALI yaitu :
Perlunya penyusunan perda tentang pengelolaan air limbah domestic 1)
dengan dilengkapi dengan kewajiban dan sanksi dalam pengelolaan air limbah domestic serta adanya biaya retribusi pengelolaan air limbah.
Perlunya peningkatan kemampuan SDM bidang pengelolaan air limbah 2)
domestic baik kuantitas maupun kualitas disertai pengaturan job description dalam pengelolaannya.
Perlu pembangunan IPAL dan IPLT khususnya di desa/kelurahan yang 3)
Sementara itu permasalahan yang timbul dalam pe ngelolaan air limbah domestic di kabupaten PALI meliputi beberapa aspek. Secara lebih rinci aspek yang dimaksud dapat dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.4
Tujuan, Sasaran, dan Tahap Pencapaian Pengembangan air limbah
domestik
Tujuan
Sasaran
Strategi
Pernyataan
sasaran
Indikator
Sasaran
1.Mewujudkan
prasarana dan
sarana air limbah
domestic yang
memenuhi syarat
dan mampu
mengakses
seluruh
penduduk
Peningkatan
sarana air
limbah domestik
dari 12%
menjadi 80%
Meningkatkan
sarana air
limbah
domestik
hingga 80% di
tahun 2017
a). Menambah jumlah
jamban individual
(on-site) khususnya di
perdesaan yang
berbasis masyarakat
b). Menambah MCK
(komunal) khususnya
di perdesaan yang
mayoritas penduduk
miskin yang berbasis
masyarakat
c). Membangun IPAL,
IPLT dan jaringannya
di kawasan perkotaan
( kelurahan/desa
yang tumbuh cepat )
d). Mendorong
pembiayaan sendiri
bagi setiap keluarga
untuk pembangunan
jamban individual.
f). Men
ingkatkan
akses masyarakat
terhadap prasarana
dan sarana air limbah
sistem terpusat (
jangka panjang )
g). Merubah perilaku
dan meningkatkan
pemahaman
masyarakat dan
dunia usaha terhadap
pentingnya
pengelolaan air
limbah permukiman
h). Mendorong
partisipasi
masyarakat dan
usaha dalam
penyelenggaraan
pengembangan dan
pengelolaan air
limbah permukiman
i). Menyusun
perangkat perturan
baik dalam bentuk
perda maupun
peraturan bupati yang
mendukung
penyelenggaraan
pengelolaan air
limbah.
j). Mensosialisasikan
peraturan terkait
penyelenggaraan
pengelolaan air
limbah permukiman
2.
Mengembangkan
pengelolaan dan
pelayanan air
limbah domestik
Berkembangnya
pelayanan air
limbah domestic
hingga 80% di
tahun 2017
Jumlah
penduduk
yang terlayani
meningkat
dari 12%
menjadi 80%
l). Meningkatkan
koordinasi dan
kerjasama antar
lembaga
m). Mendorong dan
meningkatkan
komitmen para
pemangku
kepentingan untuk
memprioritaskan
pembangunan
sanitasi termasuk
pengelolaan air
limbah
A.Pelayanan AIR
Limbah
a). Mengembangkan
pelayanan air limbah
domestic baik
diperkotaan maupun
perdesaan untuk
mencapai SPM
b). Meningkatkan
cakupan pelayanan
air limbah domestic
baik dikelola oleh
pemerintah maupun
oleh masyarakat.
c). Meningkatkan
kinerja
penyelenggara
pengelolaan air
limbah domestic
e). Mendorong kerja
sama antar
kota/kabupaten
dalam upaya
melindungi badan air
dari pencemaran air
limbah domestic
1.PROGRAM
PELAYANAN
Program 1.1)
peningkatan pelayanan air limbah melalui sistem terpusat ( sewerage ) di perkotaan Program 1.2)
pembangunan prasarana dan sarana air limbah untuk masyarakat berpenghasilan rendah
diperkotaan Program 1.3)
pembinaan & bimbingan teknis dalam peningkatan kinerja PS Air limbah
Program 1.4)
pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna dalam bidang pengolahan air limbah
Program 1.5)
pembinaan % bimbingan teknis dalam peningkatan PS
air limbah untuk daerah tertentu : daerah endemi, daerah bencana daerah
terpencil, pulau – pulau kecil dan kawasan perbatasan.
B.PEMBIAYAAN AIR
LIMBAH
a. mendorong
peningkatan alternatif
sumber pembiayaan
yang murah dan
berkelanjutan
b. mendorong
peningkatan prioritas
pendanaan
pemerintah dalam
pengembangan
sistem
c. meningkatan
pembiayaan melalui
kemitraan pemerintah
dan swasta
d. pembangunan dan
pengelolaan berbasis
masyarakat.
PROGRAM 2.
PEMBIAYAAN
1.program
peningkatan
pembiayaan
pengelolaan air
limbah
penyelenggara PS air
limbah
C. PERAN SERTA
MASYARAKAT
a.Penyelenggaraan
sosialisasi perlunya
perilaku hidup bersih
dan sehat
b. mendorong
partisipasi
masyarakat dalam
pembangunan dan
pengolaan air limbah,
melalui pemberian
penghargaan dan
saksi.
c. melibatkan peran
serta badan usaha
swasta dan koperasi
dalam pembangunan
dan pengelolaan air
limbah.
d. sosialisasi untuk
merubah perilaku
supaya tidak
membuang tinja di
sembarang tempat
PROGRAM 3.
PERAN SERTA MASYARAKAT
3.1)Program
sosialisasi dan
kampanye dalam
pendidikan
lingkungan dan
kepedulian
lingkungan
3.2)Program
limbah berbasis
masyarakat
3.3)Deseminasi dan
sosialisasi Norma,
standar, Pedoman
dan Manual bidang
air limbah
3.4)Bantuan teknis
pembangunan air
limbah berbasis
masyarakat
D. KELEMBAGAAN
a. meningkatkan
koordinasi dan
kerjasama antar
wilayah dalam
pembangunan air
limbah
b. fasilitas
peningkatan
manajemen
pembangunan air
limbah didaerah
c. fasilitas
peningkatan
pengelolaan air
limbah melalui
pelatihan dan
pendidikan SDM
yang kompeten
PROGRAM 4.
KELEMBAGAAN
4.1)Program bantuan
teknis penyelenggara
kelembagaan PS air
Limbah
4.3)Program
peningkatan
koordinasi dengan
sektor lain
4.4) program
peningkatan
kemauan politik
(political will) dalam
penanganan Air
limbah
4.5)program
peningkatan
pengawasan kualitas
air limbah
permukiman
4.6)Program
peningkatan
kapasitas
Kelembagaan dan
SDM
E. PERATURAN
DAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan yang
melakukan
pengaturan terhadap
yang bergerak dalam
pembangunan dan
pengolalaan air
limbah .
Sumber : Permen PU No. 16/PRT/M/2008,RPJMD
Tabel 5.4 Tujuan ,Sasaran, dan tahap pencapaian pengembangan air limbah dolmestik merupakan pernyataan tujuan yang ingin dicapai dalam
mencapai st rategi penanganan permasalahan air limbah domestic di kabupaten PALI .
Dalam rangka untuk memperkecil kelemahan/kendala dan mengatasi tantangan/ ancaman dalam pembangunan subsector air limbah domestic di kabupaten PALI ke depan diperlukan upaya sebagai berikut :
Menciptakan kesadaran seluruh pemangku kepentingan ( stakeholders) 1)
terhadap pentingnya penanganan dan peningkatan pelayanan air limbah. Peningkatan peran serta seluruh pemangku kepentingan dalam upaya 2)
mencapai sasaran pembangunan air limbah.
Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut 3)
berperan serta secara aktif dalam memberikan pelayanan air limbah dengan kemitraan pemerintah-swasta.
Peningkatan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah melalui 4)
restrukturisasi kelembaga an dan membentuk BUMD yang mengelola air limbah.
Peningkatan partisipasi media untuk kempanye edukasi dan advokasi 5)
sanitasi air limbah
Peningkatan kualitas sumber daya manusia pengelolaan pelayanan air 6)
limbah melalui uji kompetensi, pendidikan, pelatihan, dan perbaikan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan kekuatan dan ancaman, isu strategis, permasalahan dan upaya untuk mengatasi permasalahan, dapat dirumuskan tujuan dan sasaran serta strategi untuk mencapai visi dan misi sanitasi yang dirumuskan berdasarkan k ondisi terkini dari pengelolaan air limbah domestic. Secara lebih jelas tujuan, sasaran dan strategi yang diperlukan dalam rangka pengembangan pengelolaan air limbah domestic di
kaabupaten PALI .
Sub Sektor Persampahan 5.5.2
cukup signifikan untuk diraih dengan merubah beberapa strategi yang ada pada saat ini. Berdasarkan hasil analisa SWOT, posisi pengelolaan sanitasi kabupaten PALI khususnya ketersediaan anggaran untuk program persampahan.
Dari hasil penilaian analisis SWOT menunjukan hasil sebagai berikut :
Berdasarkan data analisis SWOT diatas dapat diambil k esimpulan bahwa 1)
analisis nilai pada kondisi internal organisasi menunjukan nilai kekuatan adalah 3.60 dan kelemahan adalah 3.00. Jadi , kekuatan organisasi lebih besar 0.60 poin dibandingkan dengan kelemahannya.
Analisis nilai pada kondisi eksternal organi sasi menunjukan nilai peluang 2)
adalah 2.50 dan ancaman adalah 2.5. Jadi, ancaman sama besar 2,50 poin dibandingkan dengan peluang yang ada.
Beberapa isu strategi terkait persampahan berdasarkan analisis SWOT antara lain :
Penyempurnaan perda pengelolaan pe rsampahan dilengkapi dengan 1)
kewajiban dan sangsi dalam pengelolaan persampahan.
Peningkatan kemampuan SDM bidang pengelolaan persampahan baik 2)
kuantitas maupun kualitas disertai pengaturan job description dalam pengelolaannya.
Pembangunan TPA disetiap ibukota kecamatan dan desa-desa cepat tumbuh. 3)
Permasalah yang timbul dalam pengelolaan persampahan di kabupaten PALI meliputi beberapa aspek diantaranya :
Cakupan layanan sampah masih rendah, baru sebatas ibukota kabupaten 1)
(kota Kayuagung) dan satu ibukota kecamatan(Tugumulyo)
Khusus diluar ibukota kabupaten, sosialisasi dan penyuluhan masalah 2)
persampahan masih kurang sehingga sebagian masyarakat memerlukan sampah dengan membakar atau membuang sampah tidak pada tempatnya: Belum memasyarakatnya pengelolaan sampa h dengan pendekatan 3R 1.
(Recycle, Reuse, Reduce).
Kurang memadainya sarana pengelolaan persampahan yang dapat melayani 2.
seluruh wilayah kabupaten PALI .
Kurang memadainya jumlah dan kapasitas SDM pengelolaan sampah, 3.
Pendanaan pengelolaan sampah masih sangat mengandalkan anggaran 4.
pemerintah dan belum memaksimalkan peran swasta.
Permasalahan yang timbul dalam pengelolaan persampahan di kabupaten PALI meliputi beberapa aspek. Yaitu asepek Teknis & Oprasional, Sosial, Kelembagaan , Pembiayaan dan Kondisi Lingkungan.
Berbagai upaya tindak lanjut yang dapat dilakukan dengan memperkecil kelemahan/kendala dan mengatasi tantangan/ancaman dalam pembangunan subsektorpersampahan kabupaten PALI ke depan adalah sebagai berikut :
Meningkatkan kesadaran seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) 1)
terhadap pentingnya peningkatkan pengelolaan dan pelayanan persampahan.
Peningkatan peran serta seluruh pemangku kepentingan dalam upaya 2)
mencapai sasaran pembangunan persampahan.
Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha(swasta) untuk turut 3)
berperan serta secara akitf dalam memberikan pelayanan persampahan dengan kemitraanpemerintah-swasta.
Peningkatan partisipasi media untuk kampanye edukasi dan advokasi 4)
sanitasi air persampahan
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pengelolaan pelayanan 5)
persampahan melalui uji kompotensi, pendidikan, pelatihan, dan perbaikan pelayanan persampahan.
Berdasarkan kekuatan dan ancaman, isu strategi, permasalahan dan upaya untuk mengatasi permasalahan, dapat dirumuskan tujuan dan sasaran serta strategi untuk mencapai visi dan misi sanitasi yang telah dirumuskan berdasarkan kondisi terkini dari pengelolaan sanitasi di subsector persampahan. Secara lebih jelas tujuan, sasaran, dan strategi yang diperlukan dal am rangka pengembangan pengelolaan persampahan di Kabupaten PALI .
Tabel 5.5
Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Pengelolaan Persampahan
Pernyataan
sasaran
Indikator
Sasaran
1.Mewujudkan prasarana dan sarana
persampahan yang memenuhi syarat dan mampu mengakses seluruh penduduk
Meningkatan cakupan layanan dan kualitas sistem
pengelolaan dari 6,8 % menjadi 80% di tahun 2017
Berkurangnya timbulan sampah melalui akses cukupan layanan sampai 80% untuk
penanganan langsung kawasan komersil dan 50% untuk kawasan non komersial ( penanganan tidak langsung) hingga tahun 2017
a). Menambah jumlah kotak sampah dan TPS khususnya diperkotaan baik di kawasan permukiman maupun komersial. b). Menambah jumlah TPA sampah
khususnya diibukota kecamatan dan di desa-desa cepat tumbuh. c). Menambah armada persampahan
khususnya dikawasan perkotaan dan
kawasan cepat tumbuh lainnya.
d). Meningkatkan pengelolaan
persampahan melalui 3R khususnya di kawasan perdesaan. e). Mendorong pembiayaan sendiri bagi setiap keluarga untuk membuat kotak sampah.
f). Meningkatkan pola koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dalam
mengembangkan sistem persampahan. g). Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana
persampahan terpadu ( jangka panjang). h). Mengubah prilaku dan meningkatkan pemahaman
Peningkatan Peran aktif Masyarakat
Meningkatkan peran serta masyarakat menjadi 80 %
80 % peran serta persampahan di tahun 2017
i). Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam
penyelenggaraan pengembangan dan pengelolaan persampahan.
j). Mengoptimalkan perangkat peraturan baik dalam bentuk perda maupun
Peraturan Bupati yang mendukung
penyelenggaraan pengelolaan persampahan.
k). Mensosialisasikan peraturan terkait penyelenggaraan pengelolaan persampahan. l). Memperkuat kelembagaan pengelolaan persampahan.
m). Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga.
n). Mendorong dan meningkatkan komitmen para pemangku
kepentingan untuk memprioritaskan pembangunan sanitasi termasuk
pengelolaaan persampahan.
A.Pelayanan
Persampahan
a). Mengembangkan pelayanan
b). Meningkatkan cakupan pelayanan persampahan baik yang dikelola oleh pemerintah, swasta maupun oleh masyarakat. c). Meningkatkan kinerja penyelenggara pengelolaan
persampahan. d). Memprioritaskan pembangunan sarana dan prasarana
persampahan pada masyarakat daerah miskin dan rawan penyakit terkait sampah.
e). Mendorong kerja sama antar
kota/kabupaten dalam upaya melindungi badan air dari
pencemaran sampah.
1.PROGRAM PELAYANAN
Program 4.1)
peningkatan pelayanan persampahan melaului sistem langsung di perkotaan.
Program 4.2)
pembangunan prasarana dan sarana
persampahan untuk
masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan dan perdesaan melalui 3R.
Program 4.3)
pembinaan &
bimbingan teknis dalam peningkatan kinerja PS pesampahan.
Program 4.4)
pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna dalam bidang pengolahan pesampahan.
Program 4.5)
pembinaan & bimbingan teknis dalam peningkatan PS air limbah untuk daerah tertentu : daerah
endemi, daerah bencana
daerah
terpencil, pulau – pulau kecil dan kawasan perbatasan.
B.PEMBIAYAAN PERSAMPAHAN a. mendorong
peningkatan alternatif sumber pembiayaan yang murah dan berkelanjutan b. mendorong
peningkatan prioritas pendanaan pemerintah dalam pengembangan sistem persampahan. c. meningkatan pembiayaan melalui kemitraan pemerintah dan swasta.
masyarakat.
PROGRAM 5.
PEMBIAYAAN 1.program peningkatan pembiayaan
pengelolaan sampah. 2.program peningkatan kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) dalam penyelenggara PS persampahan.
C. PERAN SERTA MASYARAKAT a.Penyelenggaraan sosialisasi perlunya perilaku hidup bersih dan sehat
b. mendorong
partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengolaan air limbah, melalui pemberian
penghargaan dan saksi.
c. melibatkan peran serta badan usaha swasta dan koperasi dalam pembangunan dan pengelolaan persampahan. d. sosialisasi untuk merubah perilaku supaya tidak
membuang sampah di sembarang tempat dan membakar sampah.
PROGRAM 6.
PERAN SERTA MASYARAKAT
3.1)Program sosialisasi dan kampanye dalam pendidikan lingkungan dan kepedulian
persampahan berbasis masyarakat
3.3)Deseminasi dan sosialisasi Norma, standar, Pedoman dan Manual bidang
persampahan. 3.4)Bantuan teknis pembangunan
persampahan berbasis masyarakat
D. KELEMBAGAAN a. meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar wilayah dalam pembangunan persampahan.
b. fasilitas peningkatan manajemen
pembangunan persampahan.
c. fasilitas peningkatan pengelolaan
persampahan melalui pelatihan dan
pendidikan SDM yang kompeten
PROGRAM 7.
KELEMBAGAAN 4.1)Program bantuan teknis penyelenggara kelembagaan PS persampahan.
4.2)Program Bantuan teknis pembentukan badan pengelola persampahan. 4.3)Program
peningkatan koordinasi dengan sektor lain 4.4) program
peningkatan kemauan politik (political will) dalam penanganan persampahan. 4.5)program peningkatan
persampahan dan sampah berbahaya. 4.6)Program
peningkatan kapasitas Kelembagaan dan SDM (Sumber Daya Manusia)
E. PERATURAN DAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan yang
melakukan pengaturan terhadap yang
bergerak dalam pembangunan dan pengolalaan persampahan. Sumber :
Sub Sektor Drainase Lingkungan 5.5.3
Drainase adalah suatu tindakan untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan dan atau lahan sehingga fungsi kawasan tersebut tidak terganggu. Sedangkan drainase perkotaan merupakan suatu sistem drainase yang
menangani permasalahan kelebihan air di wilayah perkotaan meliputi drainase permukaan dan bawah permukaan.
Komponen drainase dalam konteks sanitasi yang dimaksud adalah drainase makro atau saluran yang fungsi utamanya untuk saluran pembuangan air hujan dan pengendalian banjir. Drainase ini d ibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu drainase primer, drainase sekunder, dan drainase tersier. Pengelolaannya dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Bina Marga dan Pengelolaan Sumber Daya Air Bidang Pengendalian Banjir dan Drainase.
Prinsip dasar dalam suat u perancangan pematusan air hujan (drainase) adalah mengalirkan secepat mungkin kelebihan air permukaan yang
kecepatan aliran dalam saluran alami pada suatu kawasan berbeda-beda, sesuai dengan tingkat kemiringannya.
Berdasarkan hasil pembobotan dan scoring analisis SWOT untuk
subsector drainase lingkungan menunjukan bahwa di kabupaten PALI terdapat beberapa kelemahan.
Namun demikian, kabupaten PALI juga mempunyai peluang yang cukup signifikan untuk diraih dengan merubah beberapa strategi yang ada pada saat ini. Berdasarkan hasil analisa SWOT, posisi pengelolaan sanitasi kabupaten PALI khususnya subs ektor drainase lingkungan menunjukan bahwa faktor internal menjadi kekuatan khusunya ketersediaan anggaran untuk program drainase lingkungan. Namun demikian ada faktor eksternal yang menjadi ancaman seperti sering terjadinya banjir di kawasan permukiman d an penggenangan dalam ewaktu yang lama sebagai akibat dari permukiman tanah yang relative datar.
Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh beberapa isu strategis terkait dengan drainase lingkungan dikabupaten PALI yakni :
Perlunya penyusunan perda tentang pen gelolaan drainase lingkungan 1)
dengan dilengkapi dengan kewajiban dan sanksi dalam pengelolaan drainase lingkungan serta adanya biaya retribusi pengelolaan drainase lingkungan.
Perlunya peningkatan kemampuan SDM bidang pengelolaan drainase 2)
lingkungan baik ku antitas maupun kualitas disertai pengaturan job description dalam pengelolaannya.
Sementara itu permasalahan yang timbul dalam pengelolaan drainase lingkungan di kabupaten PALI meliputi beberapa aspek. Secara lebih rinci aspek dimaksud dapat dilihat pada teknis, sosial, aspek kelembagaan, pendanaan/pembiayaan, dan aspek lingkungan/kondisi alam.
Dalam rangka untuk memperkecil kelemahan/kendala dan mengatasi tantangan/ancaman dalam pembangunan subsector drainase lingkungan di kabupaten PALI ke depan diperlukan upaya sebagai berikut :
Peningkatan peran serta seluruh pemangku kepentingan dalam upaya 2)
mencapai sasaran pembangunan drainase lingkungan.
Menciptakan iklim kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut berperan 3)
serta secara aktif dalam mebangun dan memelihara drainase lingkungan dengan kemitraan pemerintah swasta.
Peningkatan kinerja pengelolaan drainase lingkungan melalui pembentukan 4)
kelembagaan yang mengelola prasarana dan sarana drainase lingkungan.
Peningkatan partisipasi media untuk kompanye edukasi dan advokasi 5)
sanitasi drainase lingkungan.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia pengelolaan pelayanan drainase 6)
lingkungan melalui uji kompetensi , pendidikan, dan pelatihan.
Berdasarkan kekuatan dan ancaman , isu strategi , permasalahan dan upaya untuk mengatasi permasalahan, dapat dirumuskan tujuan dan
sasaranserta strategi untuk mencapai visi dan misi sanitasi yang telah
dirumuskan berdasarkan kondisi terkini dari pengelolaan sanitasi di subsector drainase lingkungan. Secara lebih jelas tujuan , sasaran dan strategi yang diperlukan dalam rangka pengembangan pengelolaan drainase lingkungan dikabupaten PALI dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
TABEL 5.6
TUJUAN, SASARAN, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN DRAINASE
Tujuan Sasaran Strategi
Pernyataan
sasaran
Indikator
Pemantapan
keterpaduan penanganan pengendalian banjir dan sektor/sub sektor terkait lainnya banjir melalui pengurangan
genangan banjir teratasi
a). Menambah panjang jaringan drainase lingkungan di lingkungan
permukiman dan non permukiman.
b). Memeilihara secara berkelanjutan
prasaranan dan sarana drainase lingkungan. c). Meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya drainase lingkungan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
d). Meningkatkan pola koorrdinasi antar pemerintah pusat, Provinsi dan kabupaten dalam mengembangkan sistem drainase lingkungan. e). Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana drainase lingkungan.
f). Mendorong
partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam
penyelenggaraan pengembangan dan pengelolaan drainase lingkungan.
g). Menyusun perangkat peraturan baik dalam bentuk perda maupun
peraturan bupati yang mendukung
penyelenggaraan pengelolaan drainase lingkungan.
Mengurangi
Genangan Air
genangan. lingkungan
permukiman. i). Memperkuat kelembagaan
pengelolaan drainase lingkungan.
j). Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga.
k). Mendorong dan meningkatkan komitmen para pemangku
kepentingan untuk memprioritaskan pembangunan sanitasi termasuk pengelolaan drainase lingkup. A. PELAYANAN DRAINASE
a). Mengembangkan pelayanan drainase baik diperkotaan maupun perdesaan untuk mencapai SPM. b). Meningkatkan cakupan pelayanan drainase baik yang dikelola oleh
pemerintah, swasta maupun oleh masyarakat. c). Meningkatkan kinerja penyelenggara pengelolaan drainase lingkungan.
d). Memprioritaskan pembangunan sarana dan prasarana
drainase pada masyarakat daerah miskin dan rawan penyakit terkait air. e). Mendorong kerja sama antar
kota/kabupaten dalam pengelolaan drainase.
PELAYANAN Program 1.1)
peningkatan pelayanan drainase lingkungan.
Program 1.2)
pembangunan prasarana dan sarana drainase lingkungan.
Program 1.3)
pembinaan & bimbingan teknis dalam
peningkatan kinerja drainase lingkungan.
Program 1.4)
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dalam bidang
pengolahan drainase lingkungan.
Program 1.5)
pembinaan & bimbingan teknis dalam
peningkatan pengelolaan drainase
lingkungan untuk daerah tertentu : daerah endemi, daerah bencana daerah terpencil, pulau – pulau kecil dan kawasan perbatasan.
a. mendorong
peningkatan alternatif sumber pembiayaan yang murah dan berkelanjutan b. mendorong
peningkatan prioritas pendanaan pemerintah dalam pengembangan sistem
c. meningkatan pembiayaan melalui kemitraan pemerintah dan swasta.
d. pembangunan dan pengelolaan berbasis masyarakat.
PROGRAM 2.
PEMBIAYAAN 1.program peningkatan pembiayaan
pengelolaan drainase lingkungan.
2.program peningkatan kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) dalam penyelenggara pengelolaan drainase lingkungan.
C. PERAN SERTA MASYARAKAT a.Penyelenggaraan sosialisasi perlunya perilaku hidup bersih dan sehat
b. mendorong
partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengolaan drainase lingkungan, melalui pemberian penghargaan dan saksi.
d. sosialisasi untuk merubah perilaku supaya tidak
membuang sampah di saluran drainase.
PROGRAM 3.
PERAN SERTA MASYARAKAT
3.1)Program sosialisasi dan kampanye dalam pendidikan lingkungan dan kepedulian
lingkungan 3.2)Program pembangunan
prasarana dan sarana drainase berbasis masyarakat
3.3)Deseminasi dan sosialisasi Norma, standar, Pedoman dan Manual bidang
drainase lingkungan. 3.4)Bantuan teknis pembangunan drainase lingkungan berbasis masyarakat
D. KELEMBAGAAN a. meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar wilayah dalam pembangunan drainase lingkungan. b. fasilitas peningkatan manajemen
pembangunan
drainase lingkungan di daerah.
c. fasilitas peningkatan pengelolaan drainase lingkungan melalui pelatihan dan
pendidikan SDM yang kompeten
PROGRAM 4.
4.1)Program bantuan teknis penyelenggara kelembagaan PS drainaase lingkungan. 4.2)Program Bantuan teknis pembentukan badan pengelola drainase lingkungan. 4.3)Program
peningkatan koordinasi dengan sektor lain 4.4) program
peningkatan kemauan politik (political will) dalam penanganan drainase lingkungan. 4.5)program
peningkatan
pengawasan drainase lingkungan
permukiman. 4.6)Program
peningkatan kapasitas Kelembagaan dan SDM (Sumber Daya Manusia)
E. PERATURAN DAN
PERUNDANG-UNDANGAN Peraturan yang
melakukan pengaturan terhadap yang
bergerak dalam pembangunan dan pengolalaan drainase lingkungan.
Aspek Higiene / Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 5.5.4
faktor perilaku yang secara teoritis memilikiandil 30 - 35 % terhadap derajat kesehatan.
Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat.Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang telah diluncurkan sejak tahun 1996.
Berdasarkan hasil pembobotan dan scoring analisis SWOT untuk prilaku hidup bersih dan sehat (PBHS) dan promosi kesehatan menunjukan bahwa di kabupaten PALI terdapat beberapa kelemahan. Namun demikian, kabupaten PALI juga mempunyaipeluang yang cukup signifika n untuk diraih dengan merubah beberapa strategi yang ada pada saat ini. Berdasarkan analisis SWOT, posisi pengelolaan PHBS dan promosi kesehatan kabupaten PALI menunjukan bahwa faktor internal menjadi kekuatan khususnya ketersediaan anggaran untuk program PHBS dan promosi kesehatan. Namun demikian ada faktor eksternal yang menjadi ancaman seperti buang air besar sembarangan, dan buang sampah sembarangan disebagian masyarakat.
Berdasarkan analis SWOT , diperoleh beberapa isu strategi terkait dengan pengelolaan PHBS dan promosi kesehatan di kabupaten PALI yakni :
Perlunya paying hukum dalam rangka pengelolaan PBHS dan promosi 1)
kesehatan.
Perlunya peningkatan kemampuan SDM bidang pengelolaan PHBS dan 2)
promosi kesehatan disebut job description dalam pengewlolaannya.
Perlunya pembangunan prasarana dan sarana yang mendukung program 3)
PHBS dan promosi kesehatan.
Perlunya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan PHBS dan promosi 4)
kesehatan.
Dalam rangka untuk memperkecil kelemahan/kendala dan mengatasi tantangan/ancaman dalam pembangunan PHBS dan promosi kesehatan dikabupaten PALI kedepan perlu upaya sebagai berikut :
Menciptakan kesadaran seluruh pemangku kepentingan ( stakeholders) dan 1)
seluruh masyarakat terhadap pentingnya PHBS dan promosi kesehatan.
Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (sw asta) untuk turut 2)
berperan serta secara aktif dalam PHBS dan promosi kesehatan dengan kemitraan pemerintah-swasta.
Peningkatan kinerja pengolaan PHBS dan promosi kesehataan. 3)
Peningkatan Partisipasi media untuk kampanye edukasi dan advokasi PHBS 4)
dan promosi kesehatan.
Peningkatan kualitass sumber daya manusia pengelolaan PHBS dan 5)
promosi keshatan melalui uji kompotensi , pendidikan dan pelatihan.
Berdasarkan kekuatan dan ancaman , isu strategis, permasalahan dan upaya untuk mengatasi permasalahan, dapat diru muskan tujuan dan sasaran serta strategi untuk mencapai visi dan misi sanitasi yang telah dirumuskan berdasarkan kondisi terkini dari pengelolaan PHBS dan promosi kesehatan. Secara lebih jelas tujuan, sasaran dan strategi yang diperlukan dalam rangka PHBS dan promosi kesehatan di Kabupaten PALI dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
TABEL 5.7
TUJUAN, SASARAN, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PROMOSI
Tujuan yang berprilaku hidup bersih dan sehat PHBS Rumah tangga dari 17,8 % di tahun 2012 menjadi 100% di tahun 2017.
Meningkatnya perbandingan jamban dari 1:48 menjadi 1:20 untuk perempuan sedangkan untuk laki-laki 1:50
80 % (49.566 RT) Peningkatan PHBS Rumah Tangga.
Jangka pendek =1:35 Pr, 1:48 Lk, Jangka menengah = 1:25 Pr 1:35 Lk, Jangka Panjang = 1:30 pr, 1:30 Lk
a). Mendorong pembiayaan sendiri dari masyarakat yang berkemampuan untuk PHBS.
b). Meningkatkan pola koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten dalam upaya penyadaran masyarakat untuk PHBS.
c). Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana sanitasi. d). Mengubah prilaku dan meningkatkan pemahaman
masyarakat dan dunia usaha terhadap pentingnya prilaku hidup bersih dan sehat.
e). Mendorong
partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam
penyelenggaraan PHBS.
f). Menyusun
perangkat peraturan baik dalam bentuk perda maupun
peraturan bupati yang mendukung
penyelenggaraan PHBS.
g).Mensosialisasikan peraturan terkait penyelenggaraan PHBS.
menjadi 1:30.(sekolah)
koordinasi dan kerjasama antar lembaga terkait PHBS. j). Mendorong dan meningkatkan komitmen para pemangku
kepentingan untuk memprioritaskan PHBS.
a. Mengembangkan promosi kesehatan kepada masyarakat. b. Meningkatkan kinerja penyelenggara promosi kesehatan. c.Mendorong kerjasama antar kota/kabupaten dalam upaya PHBS.
1.6) Pembinaan masyarakat dalam rangka PHBS. 1.7). Program pembinaan kepada pemangku
Mendorong 4.
partisipasi
masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah, melalui pemberian
penghargaan dan sanksi.
Melibatkan peran 5.
serta badan usaha swasta dan koperasi dan pembangunan dan pengelolaan air limbah.
Sosialisasi untuk 6.
merubah prilaku supaya tisdak membuang tinjak disembarang tempat.
PROGRAM 2.
PERAN SERTA MASYARAKAT Program sosialisasi 1.
dan kempanye dalam pendidikan lingkungan dan kepedulian lingkungan.
Program 2.
pembangunan PS Air limbah berbasis masyarakat.
Deseminasi dan 3.
sosialisasi norma, standar, pedoman dan manual bidang
air limbah.
Bantuan teknis 4.
pembangunan air limbah berbasis masyarakat.
F. KELEMBAGAAN a. meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar wilayah dalam pembangunan air limbah.
b. fasilitas peningkatan manajemen
pembangunan air limbah di daerah. c. fasilitas peningkatan pengelolaan air limbah melalui pelatihan dan pendidikan SDM yang kompoten.
PROGRAM 3.
KELEMBAGAAN 4.19)Program bantuan teknis penyelenggara kelembagaan PS Air limbah.
4.20)Program Bantuan teknis pembentukan badan pengelola air limbah.
4.21)Program
peningkatan koordinasi dengan sektor lain 4.22) program
peningkatan kemauan politik (political will) dalam penanganan air limbah.
4.23)program peningkatan
pengawasan kualitas air limbah
permukiman. 4.24)Program
SDM (Sumber Daya Manusia)
G. PERATURAN DAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan yang
melakukan pengaturan terhadap yang
bergerak dalam pembangunan dan pengolalaan air limbah.
Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) 5.6
Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahu n 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan
lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi :
Program Bangunan dan Lingkungan; a.
Rencana Umum dan Panduan Rancangan; b.
Rencana Investasi; c.
Ketentuan Pengendalian Rencana; dan d.
Pedoman Pengendalian Pelaksanaan e.
RTBL dapat berupa rencana aksi/kegiatan komunitas, rencana penataan lingkungan, atau panduan rancang Kabupaten.
Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan 5.7
(SPPIP)
permukiman dan infrastruktur perkotaa n yang sinergi dengan arah
pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya. SPPIP memuat arahan kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kab upaten/kota yang berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD). SPPIP memiliki beberapa fungsi, yaitu :
sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan a.
permukiman dan infrastruktur perkotaan, sehingga dapat terintegras i dengan program-program pembangunan lainnya yang telah ada.
Sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral b.
bidang Cipta Karya di daerah;
Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPIJM; c.
Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan dan strategi pembangunan d.
permukiman dan infrastruktur perkotaan yang tertuang di berbagai dokumen; dan Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkait dengan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.
Visi dan Misi Pengembangan permu ngkiman dan infrastruktur 5.7.1
perkotaan
Perumusan visi dan misi pembangunan dan pengembangan merupakan upaya perumusan arahan pembangunan permungkiman dan infrastruktur permungkiman yang hendak dicapai yang akan menjadi landasan bagi
penyusunan konsep dan stra tegi pembangunan permungkiman dan infrastruktur perkotaan yang disusun oleh seluruh pemangku kepentingan dan disepakati bersama dengan masyarakat di daerah.
Perumusan visi dan misi SPPIP kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir diperlukan sebagai landasan sert a pedoman bagi pembangunan permungkiman dan infrastruktur perkotaan kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir . Dengan partisipasi berbagai pihak dalam proses perumusannya, maka akan semangkin menguatkan landasan tersebut. Keterlibatan wakil dari masyarakat adal ah suatu hal mutlak yang diperlukan dalam proses pembangunan. Proses pembangunan tidak hanya mengendepankan sarana fisik tetapi juga mempunyai daya dukung yang harus diperhatikan keberadaanya yaitu faktor pendukung sosial
pembangunan permungkiman dan infrastruktur perkotaan tidak hanya selaras dengan kebijakan tetapi juga bersinergi dengan masyarakat, sehingga peran aktif masyarakat tidak hanya sebatas menyampaikan aspirasinya tetapi ikut serta menjaga hasil dari pembangunan.
Visi-Misi daerah diambil dari visi-misi yang berada didalam dokumen perencanaan pembangunan dan penataan ruang harus selaras serta bersinergi dengan kegiatan strategi pembangunan permungkiman dan infrastruktur
perkotaan, visi-misi daerah tidak terlepas dari visi misi kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir .
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman 5.7.2.
Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir
Dalam menentukan kawasan permukiman perkotaan mengacu pada kondisi eksisting wilayah, kenderungan perkembangan pembangunan fisik dan orientasi kegiatan suatu w ilayah yang dipersipkan menjadi pusat pertumbuhan yang berdasarkan kebijakan terkait seperti RTRW dan kebijakan lainnya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan kawasan peruntukan permukiman perkotaan adalah :
Kawasan yang didorong pertumbuhannya untu k mendukung pengembangan 1.
dan pembangunan wilayah kota dan berdasarkan kebijakan RTRW dan kebijakan lainnya,
Kawasan pengembangan perekonomian berupa perdagangan dan jasa, 2.
Kawasan permukiman perkotaan yang sesuai dengan kebijakan terkait( 3.
sesuai dengan RPJMD, RTRW) dan arahan pengembangan perkotaan, Kawasan pelayanan regional ( pendidikan tinggi dan jalan lingkar), 4.
Kawasan yang menjadi pusat kota, 5.
Kawasan yang dikendalikan pengembangannya, mengingat keterbatasan 6.
kondisi fisik, fungsi lahan pada kawasan terse but, faktor kebencanaan, estetika, dan kelestarian lingkungan.
Kawasan sempadan sungai, dan 7.
Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan 5.8
Strategis Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (RTBL KSK)
Dari RP2KP yang telah disusun kemudian diturunkan ke dalam suatu rencana operasional berupa Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK), dimana keduanya Pedoman Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya tetap mengacu pada strategi
pengembangan kota yang sudah ada. RTBL KSK merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di
perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RTBL KSK me rupakan rencana terpadu bidang permukiman dan infrastuktur bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1:5000 atau 1:1000. RTBL KSK disamping berfungsi sebagai alat operasionalisasi dalam
penanganan kawasan permukiman prioritas juga berfungsi sebagai masukan dalam penyusunan RPI2-JM. Oleh karena itu, dalam hal ini RPI2-JM perlu mengutip matriks rencana aksi program serta peta pengembangan kawasan dalam RTBL KSK yang didetailkan pada program tahunan.
Integrasi Strategi Pembangunan Kabupaten/Kota dan Sektor 9.
Berdasarkan dokumen rencana yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat disusun matriks strategi pembangunan pada skala Kabupaten yang meliputi
RTRW Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir Sebagai Acuan a.
RI-SPAM sebagai pengembangan air minum b.
SSK sebagai arahan pengembangan sektor Sanitasi c.
SPPIP sebagai acuan arahan pengembangan permukiman d.