• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA RESMI STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA RESMI STATISTIK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Nilai Tukar Petani Provinsi Riau No. 48/11/14/Th. XX, 1 November 2017

Nilai Tukar Petani Provinsi Riau

Oktober 2017

BERITA

RESMI

STATISTIK

• Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau Oktober 2017 sebesar 103,00, naik 1,28 persen dibanding NTP di bulan September 2017 sebesar 101,70. Kenaikan NTP ini disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,42 persen, relatif lebih besar dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,14 persen.

• NTP Oktober 2017 sebesar 103,00 dapat diartikan bahwa petani mengalami surplus. Surplus ini terutama terjadi pada petani subsektor perikanan (NTNP=115,85), subsektor tanaman pangan (NTPP =104,90) dan subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR= 104,29).

• Kenaikan NTP di Provinsi Riau pada bulan Oktober 2017 terjadi pada 4 subsektor penyusun NTP dengan rincian sbb: subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan NTPR sebesar 2,14 persen, subsektor hortikultura mengalami kenaikan NTPH sebesar 1,26 persen, subsektor perikanan mengalami kenaikan NTNP sebesar 0,35 persen dan subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan NTPP sebesar 0,24 persen. Sementara itu, subsektor peternakan mengalami penurunan NTPT sebesar 1,22 persen.

• JIka dibandingkan dengan 10 provinsi di pulau Sumatera, NTP Provinsi Riau menduduki peringkat ke-2, di bawah Provinsi Lampung.

• Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Riau mengalami kenaikan sebesar 1,24 persen, yaitu dari 113,39 pada September 2017 menjadi 114,80 pada Oktober 2017.

Nilai Tukar

Petani (NTP) di

Provinsi Riau

Oktober 2017

sebesar 103,00,

naik 1,28 Persen

dibanding

September

2017

PROVINSI RIAU

(2)

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dan dinyatakan dalam persentase. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat kemampuan daya beli petani di daerah perdesaan, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani. Semakin tinggi NTP dapat diartikan kemampuan daya beli atau daya tukar (term of trade) petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik.

Sejak Desember Tahun 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung di 33 provinsi termasuk Provinsi DKI Jakarta, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Tabel 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Gabungan Provinsi Riau Oktober 2017 (2012=100)

Rincian September Indeks Gabungan Riau Perubahan (%) 2017 Oktober2017

(1) (2) (3) (4)

Indeks Harga yang Diterima 130.17 132.01 1.42 Indeks Harga yang Dibayar Petani 127.99 128.17 0.14

Konsumsi Rumah Tangga 131.29 131.47 0.14

Bahan Makanan 137.48 137.97 0.35 Makanan Jadi 132.01 132.15 0.10 Perumahan 124.89 125.03 0.11 Sandang 127.37 127.46 0.07 Kesehatan 127.24 127.39 0.12 Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 119.73 119.71 -0.02 Transportasi dan Komunikasi 122.81 122.29 -0.43

BPPBM 114.79 114.99 0.17

Bibit 117.74 118.87 0.96 Obat-obatan & Pupuk 111.90 112.16 0.24 Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 107.72 106.63 -1.01 Transportasi 125.34 125.80 0.37 Penambahan Barang Modal 119.80 119.78 -0.01 Upah Buruh Tani 112.13 112.42 0.26

Nilai Tukar Petani 101.70 103.00 1.28

(3)

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di Provinsi Riau, NTP Riau pada bulan Oktober 2017 sebesar 103,00 atau naik sebesar 1,28 persen dibanding NTP September 2017 sebesar 101,70. Hal ini disebabkan harga barang/produk pertanian yang dihasilkan oleh rumah tangga mengalami kenaikan, sementara harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi mengalami penurunan seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 2

Indeks Harga yang Diterima Petani (It), Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dan Nilai Tukar Petani (NTP) Per Subsektor di Provinsi Riau September-Oktober 2017 (2012=100)

Subsektor September Bulan Perubahan (%)

2017 Oktober2017

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Harga yang DIterima (It) 135.33 135.89 0.41 b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 129.31 129.54 0.18 c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 104.65 104.90 0.24

2. Hortikultura

a. Indeks Harga yang DIterima (It) 120.41 122.06 1.37 b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 128.56 128.69 0.10 c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 93.66 94.84 1.26

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Harga yang DIterima (It) 131.77 134.76 2.27 b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 129.06 129.22 0.12 c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 102.10 104.29 2.14

4. Peternakan

a. Indeks Harga yang DIterima (It) 121.07 119.71 -1.12 b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.20 123.32 0.09 c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 98.27 97.08 -1.22

5. Perikanan

a. Indeks Harga yang DIterima (It) 143.85 144.92 0.75 b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124.60 125.09 0.40 c. Nilai Tukar Petani (NTNP) 115.45 115.85 0.35

5.1 Perikanan Tangkap

a. Indeks Harga yang DIterima (It) 150.78 151.50 0.48 b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.98 124.50 0.42 c. Nilai Tukar Petani (NTN) 121.62 121.69 0.06

5.2 Perikanan Budidaya

a. Indeks Harga yang DIterima (It) 133.38 134.97 1.19 b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 125.53 126.00 0.37 c. Nilai Tukar Petani (NTPi) 106.25 107.12 0.82

Riau

a. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 130.17 132.01 1.42 b. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 127.99 128.17 0.14

(4)

Kenaikan NTP di Provinsi Riau pada bulan Oktober 2017 terjadi pada 4 subsektor penyusun NTP dengan rincian sbb: subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan NTPR sebesar 2,14 persen, subsektor hortikultura mengalami kenaikan NTPH sebesar 1,26 persen, subsektor perikanan mengalami kenaikan NTNP sebesar 0,35 persen dan subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan NTPP sebesar 0,24 persen. Sementara itu, subsektor peternakan mengalami penurunan NTPT sebesar 1,22 persen seperti terlihat di Tabel 2.

1. Indeks harga yang diterima petani (It)

Pada Oktober 2017, indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Riau sebesar 132,01. Indeks harga yang diterima ini mengalami kenaikan sebesar 1,42 persen jika dibandingkan dengan It pada September 2017 sebesar 130,17

Kenaikan It di Provinsi Riau pada bulan Oktober 2017 terjadi pada 4 subsektor penyusun NTP dengan rincian sbb: subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan It sebesar 2,27 persen, subsektor hortikultura mengalami kenaikan It sebesar 1,37 persen, subsektor perikanan mengalami kenaikan It sebesar 0,75 persen dan subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan It sebesar 0,41 persen. Sementara itu, subsektor peternakan mengalami penurunan It sebesar 1,12 persen.

2. Indeks harga yang dibayar petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat ditunjukkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada Oktober 2017 di Provinsi Riau mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 127,99 pada September 2017 menjadi 128,17 pada Oktober 2017. Kenaikan Ib terjadi pada semua subsektor penyusun NTP dengan rincian sbb: subsektor perikanan mengalami kenaikan Ib sebesar 0,40 persen, subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan Ib sebesar 0,18 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan Ib sebesar 0,12 persen, subsektor hortikultura mengalami kenaikan Ib sebesar 0,10 persen dan subsektor peternakan mengalami kenaikan Ib sebesar 0,09 persen.

3. NTP Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP)

Pada Oktober 2017, NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 0,24 persen dibandingkan dengan NTPP bulan September 2017, yaitu dari 104,65 pada September 2017 menjadi 104,90 pada Oktober 2017. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,41 persen, relatif lebih besar dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,18 persen.

(5)

Tabel 3

Perkembangan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) per Subsektor dan Kelompok September-Oktober 2017 (2012 = 100)

Subsektor dan Kelompok September Bulan Perubahan (%)

2017 Oktober2017

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Harga yang DIterima (It) 135.33 135.89 0.41

- Padi 132.07 132.56 0.37

- Palawija 144.53 145.30 0.53

b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 129.31 129.54 0.18

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131.59 131.76 0.13

- Indeks BPPBM 116.92 117.48 0.48

2. Hortikultura

a. Indeks Harga yang DIterima (It) 120.41 122.06 1.37

- Sayur-sayuran 116.27 117.67 1.20

- Buah-buahan 124.78 126.71 1.55

- Tanaman obat 117.77 117.79 0.02

b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 128.56 128.69 0.10

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131.73 131.84 0.08

- Indeks BPPBM 113.34 113.57 0.20

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Harga yang DIterima (It) 131.77 134.76 2.27

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 131.77 134.76 2.27

b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 129.06 129.22 0.12

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131.55 131.71 0.12

- Indeks BPPBM 115.15 115.32 0.15

4. Peternakan

a. Indeks Harga yang DIterima (It) 121.07 119.71 -1.12

- Ternak Besar 125.27 124.18 -0.87

- Ternak Kecil 125.46 124.35 -0.88

- Unggas 113.34 111.43 -1.68

- Hasil Ternak 126.99 126.57 -0.33

b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.20 123.32 0.09

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 130.83 131.00 0.13

- Indeks BPPBM 111.45 111.49 0.03

5. Perikanan

a. Indeks Harga yang DIterima (It) 143.85 144.92 0.75

- Tangkap 150.78 151.50 0.48

- Budidaya 133.38 134.97 1.19

b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124.60 125.09 0.40

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.91 128.65 0.58

- Indeks BPPBM 117.66 117.64 -0.02

5.1. Perikanan Tangkap

a. Indeks Harga yang DIterima (It) 150.78 151.50 0.48

- Penangkapan Perairan Umum 148.39 147.30 -0.73

- Penangkapan Laut 151.54 152.85 0.86

b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 123.98 124.50 0.42

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.97 128.72 0.58

- Indeks BPPBM 115.77 115.82 0.05

5.2 Perikanan Budidaya

a. Indeks Harga yang DIterima (It) 133.38 134.97 1.19

- Budidaya Air Tawar 133.38 134.97 1.19

b. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 125.53 126.00 0.37

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.82 128.55 0.58

- Indeks BPPBM 120.52 120.39 -0.11

(6)

Naiknya indeks harga yang diterima petani untuk subsektor tanaman pangan/padi & palawija ini disebabkan oleh naiknya indeks harga kelompok padi yaitu sebesar 0,37 persen dan kelompok palawija yaitu 0,53 persen (khususnya jagung, gabah dan ubi jalar). Naiknya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,13 persen (khususnya cabai merah, udang laut, cabai rawit dll) dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,48 persen dibandingkan bulan sebelumnya (khususnya sewa tanah ladang, ongkos angkut, bibit padi dll).

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada Oktober 2017, NTPH mengalami kenaikan sebesar 1,26 persen, yaitu dari 93,66 pada September 2017 menjadi 94,84 pada Oktober 2017. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 1,37 persen, relatif lebih besar dibandingkan kenaikan indeks harga yang harus dibayar petani sebesar 0,10 persen.

Naiknya indeks harga yang diterima petani disebabkan naiknya indeks harga kelompok sayur-sayuran sebesar 1,20 persen, buah-buahan sebesar 1,55 persen dan tanaman obat sebesar 0,02 (khususnya mangga, cabai merah, cabai rawit dll). Naiknya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,08 persen (khususnya cabai merah, cabai rawit dll) dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,20 persen (khususnya NP/NPK, insektisida, gunting pangkas, herbisida, ongkos angkut dll).

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada Oktober 2017, NTPR mengalami kenaikan sebesar 2,14 persen, yaitu dari 102,10 pada September 2017 menjadi 104,29 persen pada Oktober 2017. Hal ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 2,27 persen, relatif lebih besar dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,12 persen.

Naiknya indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh naiknya indeks harga kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,27 persen (khususnya kelapa sawit, karet dan kopi). Naiknya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,12 persen (khususnya cabai merah,cabai rawit dll) dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,15 persen (khususnya upah menuai/memanen, bibit kelapa dll).

d. Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada Oktober 2017, NTPT mengalami penurunan indeks sebesar 1,22 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 1,12 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,09 persen.

Turunnya indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh turunnya indeks harga pada kelompok ternak besar sebesar 0,87 persen, ternak kecil sebesar 0,88 persen, unggas sebesar 1,68 persen dan hasil ternak sebesar 0,33 persen (khususnya ayam ras pedaging, sapi potong, kambing dan telur ayam ras). Naiknya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,13 persen (khususnya cabai merah, cabai rawit dll) dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,03 persen (khususnya antibiotika, vitamin, broiler finisher dan jagung pipilan).

(7)

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada Oktober 2017, NTNP mengalami kenaikan sebesar 0,35 persen. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,75 persen, relatif lebih besar dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,40 persen. It pada Oktober 2017 mengalami kenaikan disebabkan oleh naiknya It pada kelompok perikanan tangkap sebesar 0,48 persen dan kelompok perikanan budadaya sebesar 1,19 persen (khususnya patin, udang dll). Naiknya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,58 persen (khususnya cabai merah, udang laut, mujair dll). Sementara itu, indeks BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,02 persen (khususnya benih bawal).

1). Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada Oktober 2017, NTN mengalami kenaikan sebesar 0,06 persen jika dibandingkan dengan NTN bulan sebelumnya. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 0,48 persen, relatif lebih besar dibandingkan kenaikan Ib sebesar 0,42 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Naiknya It disebabkan oleh naiknya indeks harga di sebagian besar ikan pada kelompok penangkapan laut sebesar 0,86 persen (khususnya udang, gulamah (gelamo/tigawaja), golok-golok/parang-parang dll). Kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,58 persen (khususnya cabai merah, udang laut, mujair dll) dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,05 persen dibandingkan bulan sebelumnya (khususnya keranjang dan jaring insang)

2). Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada Oktober 2017, NTPi mengalami kenaikan sebesar 0,82 persen. Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya It sebesar 1,19 persen, sementara Ib mengalami kenaikan sebesar 0,37 persen. Naiknya It disebabkan oleh naiknya indeks harga sebagian besar ikan pada kelompok budidaya air tawar sebesar 1,19 persen (khususnya mas, lele, patin dan bawal). Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,58 persen (khususnya cabai merah, udang laut, mujair dll). Sementara itu, Indeks BPPBM mengalami penurunan yaitu sebesar 0,11 persen (khususnya benih bawal).

4. Perbandingan NTP Antar Provinsi di Pulau Sumatera

Pada Oktober 2017, 7 dari 10 Provinsi di Pulau Sumatera mengalami kenaikan NTP dibanding September 2017. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Jambi yaitu sebesar 1,52 persen, kemudian diikuti Provinsi Riau yang mengalami kenaikan NTP sebesar 1,28 persen, Provinsi Bengkulu yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0,81 persen, Provinsi Kepulauan Riau yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0,71 persen, Provinsi Sumatera Utara yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0,66 persen, Provinsi Lampung yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0,61 persen dan Provinsi Sumatera Selatan yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0,41 persen. Sementara itu, 3 Provinsi di Pulau Sumatera mengalami penurunan NTP dengan rincian sebagai berikut: Provinsi Bangka Belitung mengalami penurunan NTP sebesar 2,12 persen, Provinsi Sumatera Barat mengalami penurunan NTP sebesar 0,65 persen dan Provinsi Aceh mengalami penurunan NTP sebesar 0,12 persen seperti terlihat di Tabel 4.

(8)

Ket:

( ) : Peringkat

5. Inflasi/Deflasi Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah perdesaan. Pada bulan Oktober 2017, di daerah perdesaan Provinsi Riau terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,14 persen. Inflasi perdesaan disebabkan oleh naiknya IKRT pada 5 kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga dengan rincian sbb: kelompok bahan makanan mengalami kenaikan indeks sebesar 0,35 persen, kelompok kesehatan mengalami kenaikan indeks sebesar 0,12 persen, kelompok perumahan mengalami kenaikan indeks sebesar 0.11 persen, kelompok makanan jadi, rokok & tembakau mengalami kenaikan indeks sebesar 0,10 persen dan kelompok sandang mengalami kenaikan indeks sebesar 0,07 persen. Di sisi lain, kelompok konsumsi rumah tangga yang mengalami penurunan indeks adalah kelompok transportasi & komunikasi yang mengalami penurunan indeks sebesar 0,43 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi & OR yang mengalami penurunan indeks sebesar 0,02 persen seperti terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5.

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Riau Menurut Kelompok Pengeluaran Oktober 2017(2012 = 100)

No Provinsi It Ib NTP

Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks % Perub

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Aceh 120.60 0.22 128.21 0.33 94.07 (9) -0.12 2 Sumatera Utara 129.68 0.80 130.32 0.14 99.51 (4) 0.66 3 Sumatera Barat 122.41 -0.04 127.89 0.61 95.71 (7) -0.65 4 Riau 132.01 1.42 128.17 0.14 103.00 (2) 1.28 5 Jambi 128.58 1.65 126.80 0.13 101.41 (3) 1.52 6 Sumatera Selatan 121.03 0.17 125.02 -0.24 96.81 (6) 0.41 7 Bengkulu 122.90 0.93 129.20 0.12 95.12 (8) 0.81 8 Lampung 133.72 0.77 125.41 0.16 106.62 (1) 0.61 9 Kepulauan Bangka Belitung 114.29 -2.00 122.02 0.11 93.67 (10) -2.12 10 Kepulauan Riau 118.57 0.83 121.95 0.12 97.23 (5) 0.71

Tabel 4.

Nilai Tukar Petani 10 Provinsi Di Pulau Sumatera dan Persentase Perubahannya Oktober 2017 (2012 = 100)

Kelompok Pengeluaran Bulan Perubahan

September’17 Oktober’17 Oktober’17 thd September’17

(1) (2) (3) (4)

Konsumsi Rumah Tangga 131.29 131.47 0.14

Bahan Makanan 137.48 137.97 0.35 Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 132.01 132.15 0.10 Perumahan 124.89 125.03 0.11

Sandang 127.37 127.46 0.07

Kesehatan 127.24 127.39 0.12 Pendidikan, Rekreasi & OR 119.73 119.71 -0.02 Transportasi & Komunikasi 122.81 122.29 -0.43

Subsektor Bulan Perubahan

September’17 Oktober’17 Oktober’17 thd September’17

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 115.74 115.67 -0.06 2. Hortikultura 106.24 107.47 1.16 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 114.43 116.86 2.12 4. Peternakan 108.63 107.38 -1.16 5. Perikanan 122.25 123.19 0.77 a. Tangkap 130.24 130.81 0.44 b. Budidaya 110.67 112.12 1.31

(9)

No Provinsi It Ib NTP

Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks % Perub

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Aceh 120.60 0.22 128.21 0.33 94.07 (9) -0.12 2 Sumatera Utara 129.68 0.80 130.32 0.14 99.51 (4) 0.66 3 Sumatera Barat 122.41 -0.04 127.89 0.61 95.71 (7) -0.65 4 Riau 132.01 1.42 128.17 0.14 103.00 (2) 1.28 5 Jambi 128.58 1.65 126.80 0.13 101.41 (3) 1.52 6 Sumatera Selatan 121.03 0.17 125.02 -0.24 96.81 (6) 0.41 7 Bengkulu 122.90 0.93 129.20 0.12 95.12 (8) 0.81 8 Lampung 133.72 0.77 125.41 0.16 106.62 (1) 0.61 9 Kepulauan Bangka Belitung 114.29 -2.00 122.02 0.11 93.67 (10) -2.12 10 Kepulauan Riau 118.57 0.83 121.95 0.12 97.23 (5) 0.71

Kelompok Pengeluaran Bulan Perubahan

September’17 Oktober’17 Oktober’17 thd September’17

(1) (2) (3) (4)

Konsumsi Rumah Tangga 131.29 131.47 0.14

Bahan Makanan 137.48 137.97 0.35 Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 132.01 132.15 0.10 Perumahan 124.89 125.03 0.11

Sandang 127.37 127.46 0.07

Kesehatan 127.24 127.39 0.12 Pendidikan, Rekreasi & OR 119.73 119.71 -0.02 Transportasi & Komunikasi 122.81 122.29 -0.43

6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Pada Oktober 2017, terjadi kenaikan NTUP sebesar 1,24 persen. Hal ini disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,42 persen, relatif lebih besar dibandingkan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,17 persen (lihat Tabel 1). Kenaikan NTUP di Provinsi Riau pada bulan Oktober 2017 terjadi pada 3 subsektor penyusun NTP dengan rincian sbb: subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan NTUP sebesar 2,12 persen, subsektor hortikultura mengalami kenaikan NTUP sebesar 1,16 persen dan subsektor perikanan mengalami kenaikan NTUP sebesar 0,77 persen. Subsektor peternakan dan subsektor tanaman pangan mengalami penurunan NTUP masing-masing sebesar 1,16 persen dan 0,06 persen seperti terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya Oktober 2017 (2012=100)

Subsektor Bulan Perubahan

September’17 Oktober’17 Oktober’17 thd September’17

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 115.74 115.67 -0.06 2. Hortikultura 106.24 107.47 1.16 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 114.43 116.86 2.12 4. Peternakan 108.63 107.38 -1.16 5. Perikanan 122.25 123.19 0.77 a. Tangkap 130.24 130.81 0.44 b. Budidaya 110.67 112.12 1.31

NTUP Provinsi Riau 113.39 114.80 1.24

Diterbitkan oleh:

Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh Undang-Undang, hak cipta melekat pada Badan Pusat Statistik. Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik

Provinsi Riau

Jl. Pattimura No. 12 Pekanbaru 28131

Ka. BPS : Aden Gultom

Up. Kabid Stat. Distribusi : Agus Nuwibowo

Telepon: 0761-23042 E-mail: bps1400@bps.go.id Website : www.riau.bps.go.id

Gambar

Tabel 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Gabungan Provinsi Riau Oktober 2017 (2012=100) Rincian September  Indeks Gabungan Riau Perubahan (%)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji bagi Allah, akhirnya laporan Dasar Pemrograman Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) dengan judul“ Pengembangan

DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA | BIDANG PEMBINAAN PEMUDA | SEKSI PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PEMUDA 64 PENYULUH LINGKUNGAN HIDUP S-1 TEKNIK LINGKUNGAN / S-1 TEKNIK SIPIL DAN

Massa bangunan fasilitas pendukung merupakan bangunan dengan skala lebih intim dibandingkan dengan bangunan hunian untuk memberikan suasana kampung bagi pengguna dan

Media dapat berfungsi sebagai alat bantu, sebagai elemen dari proses pengajaran, maupun sebagai figur yang bertindak sebagai wakil guru dalam proses belajar mengajar. Akan

Fasilitas terminal LPG berfungsi menerima, menimbun dan memindahkan produk LPG yang berasal dari pengapalan impor dengan kapal tanker dan/atau dari kilang-kilang

(1) Seksi Pengolahan dan Penyajian Data Kependudukan dipimpin oleh Kepala Seksi berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengelolaan Informasi

URAIANKEGIATAN PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 4011 Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Ketergnggn ; 01 Meningkatnya penelitian dan pengembangan

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STANDAR MUTU STAIN SAR ... Latar Belakang ... Komponen Standar Mutu STAIN SAR ... Pelaksanaan Standar Mutu ... Strategi Pemenuhan Standar STAIN