• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

 Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Barat November 2016 sebesar 108,61; turun 1,08 persen dibandingkan NTP Oktober yang sebesar 109,79. Selain itu, NTP menurut subsektor tercatat untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) 100,43; Subsektor Hortikultura (NTP-H) 107,91; Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R) 117,85; Subsektor Peternakan (NTP-T) 104,46; dan Subsektor Perikanan (NTN) 101,34. NTP Subsektor Perikanan terbentuk dari gabungan perikanan tangkap dan budidaya perikanan yang memiliki NTP masing-masing sebesar 104,80 dan 95,26.

 Hasil pemantauan harga konsumen perdesaan menunjukkan terjadinya inflasi perdesaan di Sulawesi Barat pada November 2016 sebesar 0,97 persen, yang secara umum dipicu oleh meningkatnya indeks harga kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 1,79 persen, indeks harga kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,63 persen, indeks harga kelompok pengeluaran perumahan sebesar 0,08 persen, indeks harga kelompok pengeluaran sandang sebesar 0,29 persen, indeks harga kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 0,12 persen, indeks harga kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,07 persen, dan indeks harga kelompok pengeluaran transportasi dan komunikasi sebesar 0,23 persen.

 Inflasi di daerah perdesaan terjadi di seluruh provinsi di Indonesia, tertinggi di Gorontalo sebesar 1,97 persen dan terendah di Kalimantan Barat sebesar 0,05 persen. Sulawesi Barat menempati urutan ke enam dari 33 provinsi yang mengalami inflasi perdesaan.

 Untuk skala nasional, NTP bulan November 2016 sebesar 101,31; turun sebesar 0,40 persen dibandingkan bulan Oktober 2016, dan mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,87 persen.

No. 71/12/76/Th. X, 1 Desember 2016

PERKEMBANGAN

NILAI

TUKAR

PETANI

NOVEMBER 2016 NTP SULAWESI BARAT 108,61

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian di perdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

(2)

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung di 33 provinsi termasuk Provinsi DKI Jakarta, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Sulawesi Barat Menurut Subsektor Oktober – November 2016 serta Perubahannya (2012=100)

Subsektor Oktober November Persentase

Perubahan

(1) (2) (3) (4)

Gabungan

a. Nilai Tukar Petani (NTP) 109,79 108,61 -1,08

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 130,55 130,22 -0,25

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 118,91 119,90 0,83

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 121,79 122,98 0,97

- Indeks BPPBM 109,00 109,29 0,27

Gabungan tanpa Perikanan

a. Nilai Tukar Petani (NTP) 110,15 108,96 -1,08

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 131,01 130,68 -0,25

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 118,93 119,93 0,83

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 121,75 122,93 0,97

- Indeks BPPBM 108,93 109,22 0,27

1. Tanaman Pangan

a. Nilai Tukar Petani (NTPP) 101,02 100,43 -0,59

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 120,62 120,85 0,20

- Padi 120,27 119,50 -0,65

- Palawija 121,50 124,35 2,35

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 119,39 120,34 0,79

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 121,31 122,38 0,88

- Indeks BPPBM 109,46 109,74 0,26

2. Hortikultura

a. Nilai Tukar Petani (NTPH) 106,82 107,91 1,02

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 126,69 129,04 1,85

- Sayur-sayuran 130,91 133,57 2,03

- Buah-buahan 126,04 128,35 1,83

- Tanaman Obat 128,60 128,60 0,00

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 118,60 119,58 0,83

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 120,51 121,66 0,95

(3)

Subsektor Oktober November Persentase Perubahan

(1) (2) (3) (4)

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Nilai Tukar Petani (NTPR) 120,62 117,85 -2,30

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 145,05 142,96 -1,44

- Tanaman Perkebunan Rakyat 145,05 142,96 -1,44 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,25 121,30 0,88

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,62 123,84 1,00

- Indeks BPPBM 109,21 109,47 0,24

4. Peternakan

a. Nilai Tukar Petani (NTPT) 105,59 104,46 -1,08

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 123,13 122,80 -0,27

- Ternak Besar 119,42 119,47 0,04

- Ternak Kecil 137,70 136,48 -0,89

- Unggas 110,92 111,12 0,19

- Hasil Ternak 128,30 127,52 -0,60

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 116,61 117,56 0,82

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 121,88 123,12 1,02

- Indeks BPPBM 108,01 108,49 0,44

5. Perikanan

a. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) 102,35 101,34 -0,99

b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 121,26 121,04 -0,18

c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 118,48 119,44 0,81

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,62 123,89 1,04

- Indeks BPPBM 110,44 110,79 0,32

5.1. Perikanan Tangkap

a. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 105,75 104,80 -0,89

b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan(It) 125,78 125,70 -0,07

- Penangkapan 125,78 125,70 -0,07

c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 118,95 119,94 0,83

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,55 123,82 1,04

- Indeks BPPBM 112,47 112,94 0,42

5.2. Perikanan Budidaya

a. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 96,39 95,26 -1,18

b. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 113,42 112,96 -0,41

- Budidaya 113,42 112,96 -0,41

c. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 117,67 118,58 0,78

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,74 124,02 1,04 - Indeks BPPBM 106,93 107,07 0,13

Hasil pemantauan harga produsen berbagai komoditi barang dan jasa di daerah perdesaan menunjukkan bahwa NTP Sulawesi Barat November 2016 sebesar 108,61 atau turun sebesar 1,08 persen dibandingkan dengan NTP Oktober yang sebesar 109,79. Hal ini disebabkan perubahan indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,25 persen sedangkan indeks yang dibayar petani meningkat sebesar 0,25 persen. Berarti secara umum kenaikan harga komoditi hasil pertanian dari bulan sebelumnya lebih lambat dibandingkan dengan kenaikan harga barang-barang keperluan konsumsi dan produksi. Akibatnya, perbandingan antara indeks harga yang diterima dengan indeks harga yang dibayar petani cenderung lebih rendah.

Apabila diamati NTP menurut subsektor bulan November 2016, dibandingkan dengan NTP subsektor yang sama bulan sebelumnya, hanya subsektor hortikultura mengalami peningkatan, yaitu

(4)

sebesar 1,02 persen. Sementara itu, empat subsektor lainnya mengalami penurunan. Subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,59 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 2,30 persen, subsektor peternakan turun sebesar 1,08 persen, dan subsektor perikanan turun sebesar 0,99 persen.

1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani (It) menggambarkan perkembangan harga beragam komoditi pertanian yang dihasilkan petani. November 2016, indeks harga yang diterima petani (It) gabungan dari lima subsektor adalah sebesar 130,22 atau turun sebesar 0,25 persen dibandingkan dengan indeks harga yang sama pada Oktober sebesar 130,55. Perubahan negatif It terjadi pada tiga subsektor, yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 1,44 persen, subsektor peternakan turun sebesar 0,27 persen, dan subsektor perikanan turun sebesar 0,18 persen. Sementara itu, It subsektor tanaman pangan dan subsektor hortikultura meningkat masing-masing sebesar 0,20 persen dan sebesar 1,85 persen.

Grafik 1

Perkembangan NTP Sulawesi Barat (2012 =100), Januari – November 2016

2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat diamati fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar penduduk Sulawesi Barat, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk proses produksi hasil pertanian.

Pada bulan November 2016, indeks harga yang dibayar petani (Ib) gabungan lima subsektor sebesar 119,90, meningkat sebesar 0,83 persen bila dibandingkan Ib Oktober yang sebesar 118,91. Perubahan positif Ib terjadi pada semua subsektor, dimana subsektor tanaman pangan meningkat sebesar 0,79 persen, subsektor hortikultura meningkat sebesar 0,83 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat meningkat sebesar 0,88 persen, subsektor peternakan meningkat sebesar 0,82 persen, dan subsektor perikanan meningkat sebesar 0,81 persen.

95.00 100.00 105.00 110.00 115.00 120.00 125.00

Jan '16 Feb '16 Mar '16 Apr '16 Mei '16 Juni '16 Juli '16 Agt 16 Sept 16 Okt 16 Nov '16

(5)

3. NTP Menurut Subsektor

Mengamati NTP menurut subsektor, terlihat bahwa NTP semua subsektor lebih besar dari 100. NTP November 2016 tertinggi terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 117,85 sedangkan yang terendah adalah subsektor tanaman pangan dengan NTP sebesar 100,43.

a) Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P)

Pada bulan November 2016, indeks harga yang diterima petani sebesar 120,85 atau meningkat sebesar 0,20 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan indeks yang dibayar petani sebesar 120,34 atau meningkat sebesar 0,79 persen, sehingga menyebabkan Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) turun sebesar 0,59 persen.

Indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan dikarenakan indeks harga pada subkelompok palawija meningkat sebesar 2,35 persen meskipun subkelompok padi turun sebesar 0,65 persen. Sementara itu, meningkatnya indeks yang dibayar petani (Ib) diakibatkan oleh meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,88 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,26 persen.

b) Subsektor Hortikultura (NTP-H)

Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura (NTP-H) November 2016 meningkat sebesar 1,02 persen dikarenakan indeks harga yang diterima petani meningkat sebesar 1,85 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani meningkat sebesar 0,83 persen.

Indeks yang diterima petani (It) mengalami perubahan yang positif dikarenakan adanya perubahan positif pada indeks harga subkelompok buah-buahan sebesar 1,83 persen, indeks harga subkelompok sayur-sayuran sebesar 2,03 persen dan indeks harga subkelompok tanaman obat cenderung stabil. Sementara itu, meningkatnya indeks yang dibayar petani disebabkan indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) meningkat sebesar 0,95 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,13 persen.

c) Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R)

Pada bulan November 2016, Nilai Tukar Petani pada Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R) turun sebesar 2,30 persen, disebabkan indeks harga yang diterima petani turun sebesar 1,44 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani meningkat sebesar 0,88 persen.

Perubahan negatif yang terjadi pada indeks yang diterima petani (It) dikarenakan turunnya indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,44 persen yaitu dari 145,05 menjadi 142,96. Di sisi lain perubahan positif pada indeks yang dibayar petani (Ib) dikarenakan indeks harga kelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) meningkat sebesar 1,00 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,24 persen.

d) Subsektor Peternakan (NTP-T)

Pada November 2016, Nilai Tukar Petani pada Subsektor Peternakan (NTP-T) mengalami perkembangan negatif sebesar 1,08 persen, dikarenakan indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,27 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani meningkat sebesar 0,82 persen.

Perubahan negatif indeks harga yang diterima petani (It) disebabkan oleh indeks harga subkelompok ternak kecil turun sebesar 0,89 persen dan indeks harga subkelompok hasil ternak turun sebesar 1,12 persen. Sementara itu, indeks harga subkelompok unggas meningkat sebesar 0,19 persen dan

(6)

indeks harga subkelompok ternak besar sebesar 0,04 persen. Indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami perubahan positif dikarenakan indeks kelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) meningkat sebesar 1,02 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,44 persen.

e) Subsektor Perikanan (NTNP)

Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan atau Nilai Tukar Nelayan (NTNP) mengalami perubahan negatif sebesar 0,99 persen pada November 2016 disebabkan perubahan indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,18 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani meningkat sebesar 0,81 persen.

Perubahan negatif yang terjadi pada indeks harga yang diterima petani (It) subsektor ini dikarenakan oleh indeks subkelompok perikanan tangkap turun sebesar 0,07 persen dan indeks harga subkelompok budidaya perikanan turun sebesar 0,41 persen. Sementara itu, perubahan positif yang terjadi pada indeks harga yang dibayar petani (Ib) diakibatkan oleh meningkatnya indeks harga kelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 1,04 persen dan indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,32 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada November 2016, Nilai Tukar Nelayan (NTN) turun sebesar 0,89 persen. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 0,07 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) meningkat sebesar 0,83 persen. Perubahan positif yang terjadi pada Ib dikarenakan indeks harga kelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) meningkat sebesar 1,04 persen dan indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,42 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada November 2016, Nilai Tukar Pembudidayaan Ikan (NTPi) turun sebesar 1,18 persen. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 0,41 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) meningkat sebesar 0,78 persen. Perubahan positif yang terjadi pada Ib dikarenakan indeks harga kelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) meningkat sebesar 1,04 persen sedangkan indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,13 persen.

4. NTUP Subsektor

Pada November 2016, NTUP Sulawesi Barat turun sebesar 0,52 persen. Hal ini karena perubahan negatif It sebesar 0,25 persen lebih rendah dibandingkan indeks BPBBM yang mengalami perubahan positif sebesar 0,27 persen. Perubahan negatif NTUP disebabkan oleh turunnya NTUP empat subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,06 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,67 persen, subsektor peternakan turun sebesar 0,71 persen, dan subsektor perikanan turun sebesar 0,99 persen. Sementara itu, NTUP subsektor hortikultura meningkat sebesar 1,73 persen.

(7)

Tabel 2

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Sulawei Barat per Subsektor, dan Persentase Perubahannya, Oktober - November 2016 (2012=100)

Subsektor Oktober November Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 110,20 110,13 -0,06 2. Hortikultura 116,44 118,45 1,73 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 132,82 130,59 -1,67 4. Peternakan 114,00 113,19 -0,71 5. Perikanan 109,80 109,25 -0,50 a. Tangkap 111,84 111,30 -0,49 b. Budidaya 106,07 105,50 -0,54

Nilai Tukar Usaha Pertanian 119,77 119,15 -0,52

5. Perkembangan Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Perubahan Indeks harga Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Pada November 2016, Sulawesi Barat mengalami inflasi perdesaan 0,97 persen. Inflasi ini dipicu oleh meningkatnya indeks harga kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 1,79 persen, indeks harga kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,63 persen, indeks harga kelompok pengeluaran perumahan sebesar 0,08 persen, indeks harga kelompok pengeluaran sandang sebesar 0,29 persen, indeks harga kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 0,12 persen, indeks harga kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,07 persen, dan indeks harga kelompok pengeluaran transportasi dan komunikasi sebesar 0,23 persen.

Tabel 3

Inflasi Perdesaan Menurut Kelompok, Januari - November 2016 (2012=100)

KELOMPOK JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

Bahan Makanan 1,33 0,24 -0,03 -0,81 0,24 0,76 1,61 -1,44 0,94 -1,04 1,79 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau 0,75 0,35 0,20 0,56 0,35 0,75 0,49 0,15 0,73 0,67 0,63 Perumahan 0,74 0,12 0,05 0,08 0,30 0,13 0,17 0,46 0,03 0,11 0,08 Sandang 0,72 -0,01 0,12 0,25 0,07 0,48 0,91 0,10 0,13 0,04 0,29 Kesehatan 0,89 0,58 0,04 0,51 0,42 0,07 0,34 0,25 0,12 0,15 0,12 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 0,20 0,06 -0,22 0,29 0,32 -0,10 0,63 0,38 0,01 0,002 0,07 Transportasi & Komunikasi -1,48 -0,13 0,19 -1,71 -0,31 0,42 -0,04 0,00 0,33 0,05 0,23

(8)

6. Perbandingan Antarprovinsi di Pulau Sulawesi

Bila dibandingkan NTP antar provinsi di Pulau Sulawesi, pada Bulan November 2016 terlihat bahwa semua provinsi mengalami perubahan negatif. Perubahan negatif tertinggi terjadi pada Provinsi Sulawesi Barat yang turun sebesar 1,08 persen, diikuti Gorontalo yang turun sebesar 0,65 persen. Sulawesi Tengah turun sebesar 0,49 persen, Sulawesi Tenggara turun 0,45 persen, Sulawesi Selatan turun sebesar 0,30 persen, dan Sulawesi Tengah mengalami perubahan negatif terkecil sebesar 0,11 persen.

Jika dibandingkan perubahan indeks harga konsumen perdesaan (inflasi/deflasi) antarprovinsi di Pulau Sulawesi, semua provinsi mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Gorontalo sebesar 1,97 persen dan terendah di Sulawesi Tenggara sebesar 0,14 persen. Inflasi tertinggi kedua terjadi di Sulawesi Barat yang mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,97 persen. Sementara itu, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara mengalami inflasi perdesaan masing-masing sebesar 0,59 persen, sebesar 0,51 persen, dan sebesar 0,36 persen.

Tabel 4

Nilai Tukar Petani Provinsi dan Persentase Perubahannya November 2016 (2012=100)

PROVINSI IT NOVEMBER 2016 IB NOVEMBER 2016 NTP NOVEMBER 2016

INDEKS % PERB INDEKS INDEKS INDEKS % PERB

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sulawesi Utara 117,37 0,20 124,28 0,31 94,44 -0,11 Sulawesi Tengah 121,85 0,01 124,09 0,50 98,20 -0,49 Sulawesi Selatan 129,57 0,08 124,70 0,38 103,91 -0,30 Sulawesi Tenggara 121,98 -0,32 123,28 0,13 98,95 -0,45 Gorontalo 132,15 0,87 124,94 1,52 105,77 -0,65 Sulawesi Barat 130,22 -0,25 119,90 0,83 108,61 -1,08 Tabel 5

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Menurut Provinsi se-Sulawesi, November 2016 (2012=100)

Provinsi Makanan Bahan

Makanan Jadi, Minuman,

Rokok & Tembakau

Perumahan Sandang Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi & Olah raga Transportasi dan Komunikasi Konsumsi Rumah Tangga (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Sulawesi Utara 0,56 0,32 0,26 0,13 0,09 0,03 0,05 0,36 Sulawesi Tengah 1,20 0,14 0,00 0,66 0,52 0,02 -0,10 0,59 Sulawesi Selatan 1,00 0,32 -0,23 0,16 0,24 0,02 0,16 0,51 Sulawesi Tenggara 0,17 0,11 0,28 0,01 0,76 0,08 -0,18 0,14 Gorontalo 3,63 0,55 0,16 0,09 0,55 -0,01 0,26 1,97 Sulawesi Barat 1,79 0,63 0,08 0,29 0,12 0,07 0,23 0,97

(9)

Grafik 2

Laju Inflasi Perdesaan Indonesia dan

Provinsi se-Sulawesi, November 2016 (2012=100)

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00

Indonesia Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar

0.87 0.36 0.59 0.51 0.14 1.97 0.97

(10)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Suntono, SE, M.Si

Kepala BPS Provinsi Sulawesi Barat

Telepon: (62-426) 21265 Faks: (62-426) 22103 E-mail: suntono@bps.go.id

BADAN PUSAT STATISTIK

PROVINSI SULAWESI BARAT

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan logam Pb, Cd dan Hg dalam sampel krim pemutih wajah (krim siang dan malam) sebagian besar di atas ambang batas yang telah ditetapkan oleh peraturan Badan Pengawas

Hal ini terlihat dari hasil waktu respon query yang lebih cepat pada tabel yang diletakkan pada file fisik yang berbeda dibandingkan dengan waktu respon query pada tabel

02 Meningkatnya Kualitas Data dan Informasi Pendidikan serta Kehumasan 03 Meningkatnya Kualitas Kinerja Pegawai dan Operasional Perkantoran 01 Jumlah Dokumen Rencana Kerja dan

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi

Tabel 4.7 Nilai BCR watermark hasil ekstraksi dari citra host yang disisipkan watermark dan dilakukan proses kompresi

Latar belakang yang mendasari prosesing benih sistem kering yaitu kondisi cuaca yang tidak menentu dalam melaksanakan prosesing benih sistem basah, seperti hujan,

Puji syukur kami panjatkan kehadlirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

4) Perubahan paradigma dan prinsip dasar untuk yang melayani: a) Mendengar suara Tuhan langsung mengenai masalah dll. b) Menolong orang lain untuk mendengar suara Tuhan