• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 1 BAWEN TAHUN AJARAN 20152016 (Studi Analisis tentang Karakter Jujur, Disiplin dan Tanggung Jawab) SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 1 BAWEN TAHUN AJARAN 20152016 (Studi Analisis tentang Karakter Jujur, Disiplin dan Tanggung Jawab) SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DI SMK NEGERI 1 BAWEN TAHUN AJARAN

2015/2016 (Studi Analisis tentang Karakter Jujur, Disiplin

dan Tanggung Jawab)

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh:

USRIYA HIDAYATI

NIM 111 11 068

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DI SMK NEGERI 1 BAWEN TAHUN AJARAN

2015/2016

(Studi Analisis tentang Karakter Jujur, Disiplin dan

Tanggung Jawab)

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh:

USRIYA HIDAYATI

NIM 111 11 068

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

اًقُلُخ ْمُهُنَسْحَاأًناَمْيِإ َنْيِنِم ْؤُمْلا ُلَمْكَاَو

“Dan orang mukmin yang paling sempurna Imanya adalah mereka yang

paling baik Akhlaknya “

(8)

PERSEMBAHAN

Atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini aku persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku yang sangat aku hormati dan cintai Bapak Sungkono dan Ibu Sri

Supatmi, karena dengan bimbingan, pengorbanan, kasih sayang, dan doa keduanya lah

aku melangkah ke depan dengan optimis untuk meraih cita-cita.

2. Adikku tercinta Rif‟an Nur Fauzi yang selalu memberikan canda tawa sehingga

semangat lagi untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Sahabatku Ria Winarni, Dwi Silvia Anggraini, Siti Masitoh, Ika Khusnul Fadhilah dan

Fakhruni Nur Kharimah, yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

4. Teman-temanku seperjuangan angkatan tahun 2011, dan teman lainnya di IAIN

(9)

KATA PENGANTAR

Asslamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan

dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada

Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih

yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan

ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya

membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Muna Erawati S.Psi, M.Si selaku pembimbing akademik.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak kepala sekolah, guru dan siswa SMK Negeri 1 Bawen yang telah memberikan

(10)
(11)

ABSTRAK

Hidayati, Usriya. 2016. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 1 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 (Studi Analisis tentang Karakter Jujur, Disiplin dan Tanggung Jawab). Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.

Kata kunci: Kurikulum 2013 dan Karakter (Jujur, Disiplin dan Tanggung Jawab)

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004, yang menekankan pada pendidikan karakter. Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter, dengan pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia. Walaupun Kurikulum 2013 sudah diterapkan sejak tahun 2013 silam, namun sampai sekarang masih ada keluhan dari guru dan peserta didik tentang Kurikulum 2013 ini. Adapun fokus penelitian ini adalah: (1) Bagaimana implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter jujur, disiplin dan tanggung jawab siswa? (2) Faktor-faktor pendukung dan pengambat apa saja dalam implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 1 Bawen? (3) Bagaimana solusi yang ditempuh untuk mengatasi faktor-faktor penghambat dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Bawen

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian diskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan yaitu: wawancara, dokumentasi, dan observasi. Studi kasus ini melibatkan berbagai pihak, yaitu: kepala sekolah, waka kurikulum, guru PAI dan peserta didik.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR BERLOGO ... i

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Penegasan Istilah ... 8

F. Metode Penelitian ... 13

(13)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum 2013 ... 23

2. Metode Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 25

3. Pengembangan Kurikulum 2013 ... 28

4. Standar Penilaian Kurikulum 2013 ... 33

5. Keunggulan Kurikulum 2013 ... 36

6. Kunci Sukses Kurikulum 2013... 38

7. Perbedaan Kurikulum 2013 dengan KTSP... 44

B.Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 46

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 48

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 49

4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 51

C.Karakter Jujur, Disiplin dan Tanggung Jawab 1. Jujur... 53

2. Disiplin... 54

3. Tanggung Jawab... 55

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data 1. Sejarah Berdirinya Sekolah... 58

2. Identitas Sekolah... 59

3. Letak Geografis... 60

4. Visi dan Misi... 61

(14)

6. Sarana dan Prasarana... 62

7. Struktur Organisasi... 63

8. Data Guru dan Karyawan... 64

9. Keadaan Siswa... 64

10. Ekstrakurikuler... 67

B. Temuan Penelitian 1. Profil Responden ... 69

2. Hasil Penelitian ... 71

BAB IV ANALISIS DATA A. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran PAI dalam Membentuk Karakter Jujur, Disiplin dan Tanggung Jawab ... 90

B. Faktor Pendukung dan Penghambat ... 102

C. Solusi ... 106

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.2 Identitas Sekolah ... 59

Tabel 3.6 Sarana dan Prasarana ... 62

Tabel 3.7 Struktur Organisasi ... 63

Tabel 3.8 Data Guru dan Karyawan ... 64

Tabel 3.9 Data Siswa Kelas X ... 64

Tabel 3.9 Data Siswa Kelas XI ... 65

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum itu bersifat dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan

dan pengembangan agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman.

Akan tetapi, perubahan dan pengembangannya harus dilakukan secara

sistematis dan terarah, tidak asal berubah. Perubahan dan pengembangan

kurikulum tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas (Mulyasa, 2013:

59).

Perubahan yang terdapat pada Kurikulum 2013 ini adalah

penggabungan mata pelajaran. Selain itu pemerintah juga berencana menambah

jam pelajaran agar pembelajaran lebih mengedepankan pada karakteristik siswa

(Amri, 2013: 282-283).

Di era informasi dan pengetahuan yang ditandai oleh penggunaan

teknologi informasi dan kemampuan intelektual sebagai modal utama dalam

berbagai bidang kehidupan, ternyata disisi lain memberikan dampak negatif

terhadap pertumbuhan karakter bangsa. Semakin hari degradasi moral, sikap

dan perilaku semakin terasa diberbagai kalangan masyarakat.

Degradasi moral tersebut antara lain ditandai oleh memudarnya sikap

santun, ramah, serta jiwa kebhinnekaan, kebersamaan dan kegotongroyongan

(17)

dan ketidak jujuran marak di kalangan peserta didik, misalnya tawuran dan

menyontek (Zuchdi dkk, 2013: 1).

Di sekolah, terjadi penyimpangan-penyimpangan remaja tersebut tidak

hanya menjadi tanggung jawab pendidikan agama, tetapi juga merupakan

tanggung jawab seluruh pendidik di sekolah. Jika pendidikan karakter hanya

dibebankan kepada guru agama, maka moralitas yang akan tumbuh hanya

sebatas hafalan terhadap doktrin-doktrin agama (Budiningsih, 2004: 1-2).

Undang-undang No. 20 Tahun 2003, ditegaskan bahwa salah satu

strategi pembangunan pendidikan nasional adalah pengembangan dan

kurikulum berbasis kompetensi. Dalam pasal 35, Undang-undang No. 20

Tahun 2003 menyatakan kompetensi lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah

disepakati. Kurikulum 2013 melanjutkan Pengembangan Kurikulum Berbasis

Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi

sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu (Hidayati, 2013:

112-113).

Kurikulum berbasis karakter dan kompetensi diharapkan mampu

memecahkan berbagai persoalan bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan

dengan mempersiapkan para peserta didik melalui perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi terhadap sistem pendidikan secara efektif, efisien dan berhasil

guna. Oleh karena itu, pemeritah (Mendikbud) merevitalisasi pendidikan

karakter keseluruh jenis dan jenjang pendidikan termasuk dalam

(18)

pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar yang akan menjadi fondasi

bagi tingkat berikutnya. Melalui pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis

karakter dan berbasis kompetensi, kita berharap bangsa ini menjadi bangsa

yang bermartabat dan masyarakatnya memiliki nilai tambah (added value).

Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk

meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada

pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu

dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan

pendidikan. Melalui implementsi Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi

sekaligus berbasis karakter, dengan pendekatan tematik dan kontekstual

diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan

menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta

mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud

dalam perilaku sehari-hari.

Implementasi Kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat

diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang

terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma

atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan,

dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,

pendidikan nilai dan pembentukan karakter tidak hanya dilakukan pada tataran

kognitif tetapi menyentuh internalisasi dan pengalaman nyata dalam kehidupan

(19)

Implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi

harus melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk

komponen-komponen yang ada dalam sistem pendidikan itu sendiri.

Komponen-komponen tersebut antara lain kurikulum, rencana pembelajaran, proses

pembelajaran, mekanisme penilaian, kualitas hubungan, pengelolaan

pembelajaran, pengelolaan sekolah/madrasah, pelaksanaan pengembangan diri

peserta didik, pemberdayaan sarana dan prasarana, pembiayaan, serta etos kerja

seluruh warga dan lingkungan sekolah/madrasah.

Kurikulum 2013 menuntut kerjasama yang optimal diantara para guru,

sehingga memerlukan pembelajaran berbentuk tim, dan menuntut kerjasama

yang kompak diantara para anggota tim. Kerjasama antar para guru sangat

penting dalam proses pendidikan yang akhir-akhir ini mengalami perubahan

yang sangat pesat.

Keberhasilan Kurikulum 2013 dalam membentuk kompetensi dan

karakter di sekolah dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari yang

tampak dalam setiap aktivitas peserta didik dan warga sekolah lainnya. Perilaku

tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk; kesadaran, kejujuran,

keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, kepedulian, kebebasan dalam

bertindak, kecermatan, ketelitian dan komitmen (Mulyasa, 2013: 9-11).

SMK Negeri 1 Bawen merupakan salah satu sekolah yang telah

menerapkan Kurikulum 2013 sejak tahun 2013 yang lalu, dan tahun ini

(20)

dan sumber belajar yang mendukung dan beberapa usaha yang ditempuh oleh

guru-guru.

Kurikulum 2013 yang mengedepankan pada aspek sikap daripada aspek

keterampilan dan pengetahuan, SMK Negeri 1 Bawen ingin menciptakan

karakteristik siswa yang sesuai dengan Kurikulum 2013 ini.

Sejauh ini, guru-guru PAI di SMK Negeri 1 Bawen selalu melakukan

usaha mempersiapkan hal-hal yang terkait dengan implementasi Kurikulum

2013. Banyak sekali persiapan-persiapan yang harus dilakukan terkait dengan

implementasi Kurikulum 2013 khususnya persiapan administrasi pembelajaran.

Salah satu persiapan tersebut adalah dengan mengadakan sosialisasi Kurikulum

2013 untuk mendukung implementasi dalam pembelajaran PAI.

Sosialisasi merupakan langkah penting yang akan menunjang dan

menentukan keberhasilan kurikulum. Sosialisasi ini perlu dilakukan oleh

berbagai pihak yang memiliki kewenangan untuk itu, yaitu; guru, kepala

sekolah, pengawas bahkan komite sekolah (Mulyasa, 2013: 10).

Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan, baik jasmani

maupun rohani kepada anak didik menurut agama Islam agar kelak dapat

berguna bagi hidupnya untuk mencapai kebahagiaan hidup serta berguna bagi

bangsa dan negaranya. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan

salah satu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum di sekolah atau madrasah.

Guru menjadi faktor terpenting dalam menentukan keberhasilan

pembelajaran mata pelajaran tertentu dan harus mampu merumuskan

(21)

profesinya harus berdasarkan pertimbangan profesional (profesional

judgement) secara tepat dan baik (Nurdin, 2005: 13). Hal ini mengingat guru

tidak hanya sebagai pengajar atau mentransfer ilmu pengetahuan kepada

peserta didik , akan tetapi sebagai tenaga profesional yang dapat menjadikan

peserta didiknya mampu merencanakan, menganalisis serta menyampaikan

masalah yang dihadapi.

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kini berubah menjadi

Pendidikan Islam dan Budi Pekerti. Waktu pembelajaran yang semula 2 jam

mata pelajaran kini menjadi 3 jam mata pelajaran. Mengenai penambahan jam

pelajaran Pendidikan Agama Islam yang menjadi 3 jam ini bukan menjadi

masalah yang besar justru dengan penambahan jam ini cukup berguna untuk

membangun karakter siswa di SMK Negeri 1 Bawen.

Berdasarkan latar belakang itulah, peneliti ingin mengetahui lebih jauh

bagaimana implementasi kurikulum di SMK Negeri 1 Bawen, dengan

mengambil judul “IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 1

BAWEN TAHUN AJARAN 2015/2016 (Studi Analisis tentang Karakter

Jujur, Disiplin dan Tanggung Jawab)”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dalam membentuk karakter jujur, disiplin dan tanggung jawab

(22)

2. Faktor-faktor pendukung dan pengambat apa saja dalam implementasi

Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK

Negeri 1 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016?

3. Bagaimana solusi yang ditempuh untuk mengatasi faktor-faktor penghambat

dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Bawen Tahun

Ajaran 2015/2016?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Kurikulum 2013 dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter jujur,

disiplin dan tanggung jawab siswa di SMK Negeri 1 Bawen Tahun Ajaran

2015/2016.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang pendukung dan pengambat

dalam implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMK Negeri 1 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016.

3. Untuk mengetahui bagaimana solusi yang ditempuh untuk mengatasi

faktor-faktor penghambat dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1

Bawen Tahun Ajaran 2015/2016.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

(23)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

bernilai ilmiah bagi para pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

Hasil-hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan untuk

menyempurnakan implementasi kurikulum pada pembelajaran Pendidikan

Agama Islam baik bagi sekolah, termasuk guru, pengembang kurikulum,

maupun untuk tujuan penelitian lebih lanjut.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari interpretasi dan kesalahpahaman pengertian batasan

istilah, maka peneliti menyampaikan batasan-batasan istilah sebagai berikut :

1. Implementasi Kurikulum 2013

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,

atau inovasi dalam bentuk tindakann praktis sehingga memberikan dampak,

baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap

(Hamalik, 2013: 237).

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis

kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK

(Competency Based Curriculum) dijadikan acuan dan pedoman bagi

pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan

(sikap, keterampilan dan pengetahuan) dalam seluruh jenjang dan jalur

(24)

Maka dari itu, arti dari implementasi Kurikulum 2013 disini adalah

pelaksanaan Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dalam membentuk karakter (meliputi: jujur, disiplin dan tanggung jawab)

siswa yang diterapkan di SMK Negeri 1 Bawen.

2. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam merupakan usaha berupa bimbingan, baik

jasmani maupun rohani kepada anak didik menurut agama Islam. Adapun

Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang diarahkan untuk

menyiapkan peserta didik, untuk mengenal, memahami, menghayati dan

mengamalkan hukum Islam kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan

pengalaman (Nurdin, 2005: 13).

Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan, baik jasmani

maupun rohani kepada peserta didik menurut agama Islam untuk mencapai

kebahagiaan di dunia maupun di akhirat serta berguna bagi bangsa dan

negara.

3. Karakter (Jujur, Disiplin dan Tanggung Jawab)

Secara terminologis, makna karakter dikemukakan oleh Thomas

Lickona. Menurutnya karakter adalah “A reliable inner disposition to

respond to situations in a moraly good way”. Selanjutnya Lickona

menambahkan, “Character so conceived has three interrelated parts: moral

knowing, moral feeling, and moral behavior.” Menurut Lickona, karakter

(25)

menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar

melakukan kebaikan. Dengan kata lain, karakter mengacu kepada

serangkaian pemikiran (cognitives), perasaan (affectives), dan perilaku

(behaviors) yang sudah menjadi kebiasaan (habits) (Zuchdi dkk, 2013:

16-17).

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan

akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang

universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka

berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya sendiri, dengan sesama

manusia, maupun dalam lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran,

perasaan, dan perkataan serta perilaku sehari-hari berdasarkan norma-norma

agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Nilai-nilai karakter itu adalah: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja

keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan

atau nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta

damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung

jawab (Suyadi, 2013: 7-9).

Namun disini penulis hanya akan mengambil 3 dari 18 nilai karakter

yang telah disebutkan diatas, 3 nilai karakter itu adalah jujur, disiplin, dan

tanggung jawab.

a. Jujur

Jujur yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara

(26)

mengatakan yang benar, dan melakukan yang benar), sehingga

menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat di

percaya (Suyadi, 2013: 8).

Jujur sebagai sebuah nilai merupakan keputusan seseorang untuk

mengungkapkan (dalam bentuk perasaan, kata-kata dan perbuatan)

bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau

menipu orang lain untuk keuntungan sendiri. Kata jujur identik dengan

benar yang lawan katanya adalah bohong. Maka jujur lebih jauh

dikorelasikan dengan kebaikan (kemaslahatan) (Kesuma dkk, 2012: 16).

Indikator karakter jujur antara lain:

1) Mengemukakan apa adanya

2) Berani bertanya

3) Menunjukan fakta yang sebenarnya

4) Berani menyatakan pendapat

5) Mengakui kesalahan (Mulyasa, 2014: 148).

Seseorang yang memiliki karakter jujur akan diminati orang lain,

baik dalam konteks persahabatan, bisnis, rekan atau mitra kerja, dan

sebagainya. Karakter ini merupakan salah satu karakter pokok untuk

menjadikan seseorang cinta kebenaran, apapun resiko yang akan diterima

dirinya dengan kebenaran yang ia lakukan.

b. Disiplin

Disiplin yaitu kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala

(27)

Indikator disiplin disini adalah

1) Masuk kelas tepat waktu

2) Mengumpulkan tugas tepat waktu

3) Memakai sragam sesuai tata tertib

4) Mengerjakan tugas yang diberikan

5) Tertib dalam mengikuti pembelajaran

6) Mengikuti praktikum sesuai dengan langkah yang ditetapkan

7) Membawa buku tulis maupun teks sesuai dengan mata pelajaran

c. Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan

dirinya sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara maupun agama

(Suyadi, 2013: 9).

Tanggung jawab yaitu suatu usaha seseorang yang diamanahkan,

harus dilakukan.Tanggung jawab diartikan sebagai usaha manusia untuk

melakukan amanah secara cermat, teliti, memikirkan akibat baik dan

buruknya, untung rugi dan segala hal yang berhubungan dengan hal

tersebut secara transparan menyebabkan orang percaya dan yakin.

Indikator tanggung jawab disini adalah:

1) Melaksanakan kewajiban

2) Melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan

3) Menaati tata tertib sekolah

(28)

5) Menjaga kebersihan lingkungan

Jadi yang dimaksud dengan judul Implementasi Kurikulum 2013 dalam

Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 1 Bawen Tahun Pelajaran

2015/2016 (Studi Analisis tentang Karakter Jujur, Disiplin dan Tanggung

Jawab) adalah pelaksanaan atau penerapan Kurikulum 2013 dalam membentuk

karakter jujur, disiplin dan tanggung jawab siswa dalam proses pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di kelas.

F. Metode Penelitian

Untuk memperoleh penelitian yang valid, maka harus digunakan

metode yang tepat dan sesuai untuk pengolahan data sesuai obyek yang

dibahas. Dalam hal ini dikemukakan beberapa metode dan sumber data yang

berkaitan dengan penelitian yaitu :

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dilihat dari jenisnya, penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif,

yaitu suatu pendekatan dalam penelitian yang berorientasi pada fenomena

atau gejala yang bersifat alami. Mengingat tujuannya adalah untuk

mendapatkan data dilapangan, maka penelitian ini tidak dapat dilakukan

hanya dilabolatorium, melainkan harus dilakukan di lapangan (Ali, 1993:

152).

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian

(29)

informasi mengenai status suatu gejala yaitu keadaan gejala menurut apa

adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2004: 234).

Penelitian ini dilakukan di lapangan tanpa menggunakan prosedur

analisis statistik. Dalam hal ini peneliti akan mengadakan penelitian

langsung di SMK Negeri 1 Bawen guna memperoleh data-data yang akurat

mengenai implementasi Kurikulum 2013 dan problematika serta solusi yang

ditempuh dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian akan dilakukan.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SMK Negeri 1 Bawen.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Menurut S. Nasution data primer adalah data yang diperoleh

langsung dari lapangan atau tempat penelitian (Nasution, 2004: 64).

Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari

lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Data primer digunakan

untuk mendapatkan informasi langsung mengenai SMK Negeri 1 Bawen.

Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah kepala sekolah,

waka kurikulum, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

siswa.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari sumber bacaan

(30)

data kepada pengumpul data, baik buku-buku maupun dokumen yang

resmi dari berbagai instansi pemerintah. Peneliti menggunakan data

sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi

yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan beberapa

informan di SMK Negeri 1 Bawen.

4. Prosedur Pengumpulan Data

Adapun dalam pengkajian skripsi ini peneliti ini menggunakan teknik

pengumpulan data penelitian dengan cara sebagai berikut :

a. Metode Wawancara

Interview atau wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua

orang, melibatkan peneliti yang ingin memperoleh informasi dari

seseorang dengan cara mengajukann pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan

tujuan tertentu. Menurut Esterberg (2002), dalam Sugiyono wawancara

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam satu

topik. Ia juga mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu

wawancara terstruktur, semistruktur dan tidak terstruktur (Sugiyono,

2008: 317).

Metode ini digunakan untuk mengetahui apa saja yang ada dalam

pikiran dan perasaan responden. Salah satu cara yang akan ditempuh

peneliti adalah melakukan wawancara secara mendalam dengan subyek

penelitian dengan tetap berpegang pada arah sasaran dan fokus penelitian.

(31)

1) Kepala Sekolah, materi wawancara adalah seputar

kurikulum-kurikulum sebelumnya, kurikulum-kurikulum yang sekarang diterapkan di SMK

Negeri 1 Bawen, pelaksanaan Kurikulum 2013, sarana dan prasarana

terkait dengan Kurikulum 2013, dan apa saja problem yang dihadapi

serta bagaimana solusi yang ditempuh dalam mengimplementasikan

Kurikulum 2013.

2) Waka Kurikulum, materi wawancara seputar kurikulum-kurikulum

sebelumnya, kurikulum yang sekarang diterapkan di SMK Negeri 1

Bawen, pelaksanaan Kurikulum 2013, sarana dan prasarana terkait

dengan Kurikulum 2013, dan apa saja problem yang dihadapi serta

bagaimana solusi yang ditempuh dalam mengimplementasikan

Kurikulum 2013.

3) Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, materi wawancara

seputar materi pelajaran Pendidikan Agama Islam terkait dengan

karaker jujur, disiplin dan tanggung jawab siswa saat di kelas, respon

terhadap Kurikulum 2013 dalam mata pelajaran Agama Islam,

bagaimana penilaian yang dilakukan terkait dengan Kurikulum 2013.

b. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan pencarian data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, dan sebagainya (Arikunto, 1996: 6). Metode dokumentasi juga

(32)

data atau informan yang sudah dicatat dalam beberapa dokumen yang ada

seperti buku induk, buku pribadi dan surat-surat keterangan lainnya.

Teknik ini diarahkan untuk mengumpulkan berbagai informasi,

khususnya untuk melengkapi data dalam rangka menjawab pertanyaan

penelitian mengenai pelaksanaan Kurikulum 2013 dalam proses belajar

mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

c. Observasi

Metode observasi merupakan pengamatan langsung dan melihat

sendiri obyek yang akan diamati. Observasi juga bisa diartikan sebagai

pengamatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diteliti.

Sutrisno Hadi (1986) menyatakan dalam bukunya Dr. Sugiyono bahwa

observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Obyek yang

akan diamati adalah ketika guru mengajar, bagaimana kondisi

pembelajarannya dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan

Kurikulum 2013.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data dan mengumpulkann

informasi mengenai implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 1 Bawen.

5. Analisis Data

Analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan

(33)

satuan yang dapat dikelola, mensintetiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dalam analisis

ini peneliti menggunakan tiga macam analisis yaitu reduksi data, penyajian

data, dan verifikasi data atau kesimpulan. Fokus analisis data ini pada ruang

lingkup Kurikulum 2013 dalam Pendidikan Agama Islam dan

Implementasinya, problematika yang dihadapai serta solusi yang ditempuh.

a. Reduksi Data

Langkah awal ini untuk memudahkan pemahaman terhadap yang

sudah terkumpul, reduksi data dilakukan dengan cara mengelompokkan

data berdasarkan aspek-aspek permasalahan penelitian, aspek-aspek yang

direduksi dalam penelitian ini adalah: Kurikulum 2013 dalam Pendidikan

Agama Islam, implementai Kurikulum 2013 dalam mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam, problematika yang dihadapi serta solusi yang

ditempuh.

b. Penyajian Data

Data yang telah direduksi, kemudian disajikan dalam bentuk

deskripsi berdasarkan aspek-aspek dan penelitian, penyajian data

dimaksudkan untuk memudahkan peneliti menafsirkan data dan menarik

kesimpulan. Sesuai dengan aspek-aspek masalah penelitian ini, maka

susunan penyajian datanya dimulai dari ruang lingkup Kurikulum 2013

dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, probematika yang

(34)

c. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan

pemahaman terhadap data yang telah dikumpulkan, sesuai dengan

hakikat penelitian kualitatif, penarikan kesimpulan ini dilakukan secara

bertahap, pertama menarik kesimpulan sementara, namun seiring

bertambahnya data, maka harus dilakukan verifikasi dengan cara

mempelajari kembali data yang telah ada. Berdasarkan verifikasi data

selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan akhir temuan penelitian.

6. Pengecekan Keabsahan Data

Menurut Moelong “Kriteria keabsahan data ada empat macam yaitu:

kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian (Moelong, 2012:

37). Tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya memakai 3 macam antara

lain:

a. Kepercayaan

Kepercayaan data dimaksudkan untuk membuktikan data yang

dikumpulkan sesuai dengan yang sebenarnya.

b. Kebergantungan

Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya

kemungkinan kesalahan dalam pengumpulan dan menginterpretasikan

data sehingga data yang dikumpulkan dapat dipertanggung jawabkan

secara ilmiah.

(35)

Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan

dengan cara mengefek data dan informan serata interpretasi hasil

penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.

7. Tahap-tahap Penelitian

a. Observasi awal

1) Menyusun proposal penelitian.

2) Menentukan tempat penelitian.

3) Mengurus surat-surat perizinan.

b. Pelaksanaan Penelitian

1) Mengadakan observasi langsung ke SMK Negeri 1 Bawen.

2) Mengidentifikasi data.

c. Akhir Penelitian

Tahap akhir penelitian ini adalah analisis data, pada tahap ini peneliti

melakukan pengecekan dan pemeriksaan tentang keabsahan data dengan

fenomena maupun dokumentasi untuk membuktikan kebenaran data yang

dikumpulkan oleh peneliti.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika diperlukan untuk menata dan mengatur sistematika

penulisan sehingga mudah dibaca dan dipahami. Adapun sistematika penulisan

(36)

BAB I : Pendahuluan

Merupakan gambaran keseluruhan skripsi yang meliputi: (a) latar

belakang masalah; (b) rumusan masalah; (c) tujuan penelitian; (d)

kegunaan penelitian; (e) penegasan istilah; (f) metode penelitian;

(g) sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka

Merupakan kajian teoritis yang berisi tentang hal-hal yang

berkaitan dengan SMK Negeri 1 Bawen.

BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian

Pada bab ini dipaparkan tentang definisi obyek penelitian yaitu

SMK Negeri 1 Bawen.

BAB IV : Analisis Data

Pada bab ini dijelaskan tentang hasil penelitian yang diperoleh

peneliti dalam melakukan penelitian di lapangan.

BAB V : Penutup

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran pembahasan yang

(37)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum 2013

Istilah kurikulum semula berasal dari istilah yang dipergunakan dalam

dunia atletik “curere” yang berarti berlari. Istilah tersebut erat hubungannya

dengan kata “curier” atau kurir yang berarti penghubung atau seseorang

yang bertugas menyampaikan sesuatu kepada orang atau tempat lain

(Nurgiyantoro, 1988: 2). Dalam dunia pendidikan pengertian tersebut dapat

diartikan sebagai bahan ajar yang sudah ditentukan kapan dimulai dan kapan

diakhiri yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.

Pengertian kurikulum terdapat dalam pasal 1 butir 19 UU No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu, kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu

(Kurniasih dkk, 2014: 3).

Imas Kurniasih dan Berlin Sani dalam Implementasi Kurikulum 2013:

Konsep dan Penerapan, mendefinisikan: “Curriculum as an idea, has its

roots in the latin word for race-course, explaining the curriculum as the

course of deeds and experience though which children become the adult

(38)

suatu gagasan, telahmemiliki akar kata Bahasa Latin Race-Source, menjelaskan kurikulum sebagai “mata pelajaran perbuatan” dan pengalaman

yang dialami anak-anak sampai menjadi dewasa, agar kelak sukses dalam

masyarakat dewasa (Kurniasih dkk, 2014: 3).

Hilda Taba seperti yang dikutip oleh Oemar Hamalik,

mengartikan:“Curriculum is a plan for learning” yang mempunyai arti

kurikulum adalah rencana pembelajaran.

Caswell and Cambell berpendapat bahwa: “Curriculum is all of the experiences children have under the guidance of teacher”. Kurikulum

merupakan seluruh pengalaman dari anak yang berada dalam pengawasan

guru.

Sedangkan Edward A. Krug memandang:“A curriculum consist of the

means used to achieve or carry out given purposes of schooling” artinya

kurikulum terdiri dari cara yang digunakan untuk mencapai atau

melaksanakan tujuan yang diberikan sekolah.

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis

Kompetensi yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004. KBK dijadikan

acuan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan dan sikap)

dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur

pendidikan sekolah (Hamalik, 2007: 238).

Pengembangan sikap siswa berlangsung disemua sisi kehidupan yang

(39)

guru yang paham, akan menggunakan semua ini untuk membantu

pengembangan siswa secara optimal (Sitepu, 2013: 191).

2. Metode Pembelajaran Kurikulum 2013

Ada beberapa model atau metode pembelajaran yang dapat membuat

peserta didik aktif dan tentunya dapat dijadikan acuan pada proses

pembelajaran di kelas untuk Kurikulum 2013, antara lain sebagai berikut:

a. Metode Pembelajaran Kolaborasi

Strategi pembelajaran kolaborasi ini atau collaboration learning

merupakan strategi yang menempatkan peserta didik dalam kelompok

kecil dan memberinya tugas di mana mereka saling membantu untuk

menyelesaikan tugas atau pekerjaan kelompok. Dan dukungan sejawat,

keragaman pandangan, pengetahuan dan keahlian sangat membantu siswa

dalam mewujudkan belajar kolaboratif. Strategi yang dapat diterapkan

antara lain mencari informasi, proyek, kartu sortir, turnamen, tim quiz

dan lain sebagainya.

b. Metode Pembelajaran Individual

Metode pembelajaran individu atau individual learning memberikan

kesempatan kepada peserta didik secara mandiri untuk dapat berkembang

dengan baik sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dan strategi yang

dapat diterapkan antara lain tugas mandiri, penilaian diri, portofolio,

(40)

c. Metode Pembelajaran Teman Sebaya

Ada pendapat yang mengatakan seperti ini, “satu mata pelajaran

benar-benar dikuasai hanya apabila seorang peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta didik lain”. Dengan mengajar teman sebaya

peer learning memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mempelajari sesuatu dengan baik. Dan tentunya dengan waktu yang

bersamaan, ia menjadi narasumber bagi temannya. Strategi yang dapat

diterapkan antara lain: pertukaran dari kelompok per kelompok, belajar

melalui jigso (jigsaw), studi kasus dan proyek, pembacaan berita,

penggunaan lembar kerja, dan lain-lain.

d. Model Pembelajaran Sikap

Aktivitas belajar afektif atau affective learning membantu peserta

didik untuk menguji perasaan, nilai, dan sikap-sikapnya. Strategi yang

dikembangkan dalam model pembelajaran ini didesain untuk

menumbuhkan kesadaran akan perasaan, nilai dan sikap peserta didik.

Strategi yang dapat diterapkan antara lain: mengamati sebuah alat bekerja

atau bahan dipergunakan, penilaian diri dan teman, demonstrasi,

mengenal diri sendiri, dan posisi penasehat.

e. Model Pembelajaran Bermain

Permainan (game) sangat berguna untuk membentuk kesan dramatis

yang jarang peserta didik lupakan. Humor atau kejenakaan merupakan

pintu pembuka simpul-simpil kreativitas, dengan latihan lucu, tertawa,

(41)

diberikan. Permainan akan membangkitkan energi dan keterlibatan

belajar peserta didik. Strategi yang dapat diterapkan antara lain: tebak

gambar, tebak kata, tebak benda dengan stiker yang ditempel dipunggung

lawan, teka-teki, sosio drama, dan bermain peran.

f. Metode Pembelajaran Kelompok

Model pembelajaran kelompok (cooperative learning) sering

digunakan pada setiap kegiatan belajar-mengajar karena selain hemat

waktu juga efektif, apalagi jika metode yang diterapkan sangat memadai

untuk perkembangan peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara

lain proyek kelompok, diskusi terbuka, dan bermain peran.

g. Metode Pembelajaran Mandiri

Model pembelajaran mandiri (independent learning), peserta didik

belajar atas dasar kemauan sendiri dengan mempertimbangkan

kemampuan yang dimiliki dengan memfokuskan dan merefleksikan

keinginan. Strategi yang dapat diterapkan antara lain:

apresiasi-tanggapan, asumsi presumsi, visualisasi mimpi atau imajinasi, hingga

cakap memperlakukan alatatau bahan berdasarkan temuan sendiri atau

modifikasi dan imitasi, refleksi karya, melalui kontrak belajar, maupun

terstruktur berdasarkan tugas yang diberikan (inquiry, discovery, and

recovery).

h. Model Pembelajaran Multimodel

Pembelajaran multimodel dilakukan dengan maksud akan

(42)

Strategi yang dikembangkan dalam pembelajaran ini adalah proyek,

modifikasi, simulasi, interaktif, elaboratif, partisipatif, magang

(cooperative study), integratif, produksi, demonstrasi, imitasi,

eksperiensial, kolaboratif (Kurniasih dkk, 2014:43-45).

3. Pengembangan Kurikulum 2013

a. Konsep Pengembangan Kurikulum 2013

Konsep Kurikulum 2013 berkembang sejalan dengan perkembangan

teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau

teori pendidikan yang dianutnya. Pada dasarnya konsep Kurikulum 2013

sebenarnya dapat dianggap tidak membawa sesuatu yang baru. Konsep

kurikulum baru ini dinilai sudah pernah muncul dalam kurikulumyang

dulu pernah digunakan.

Konsep Kurikulum 2013 tersebut antara lain:

1) Kurikulum sebagai suatu substansi

Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi

murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang

ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjukan kepada suatu

dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan

belajar-mengajar, jadwal dan evaluasi.

2) Kurikulum 2013 sebagai suatu system

Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan,

sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum

(43)

menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan

menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah

tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah

bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.

3) Kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum

Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli

pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi

adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem

kurikulum. Mereka yang mendalami kurikulum, mempelajarai

konsep-konsep dasar kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai

kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru

yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.

Konsep Kurikulum 2013 menekankan pada aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik melalui penilaian berbasis test dan portofolio

saling melengkapi. Kurikulum baru tersebut akan diterapkan untuk

seluruh lapisan pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah

Menengah Atas maupun Kejuruan. Dan siswa untuk mata pelajaran

sudah tidak banyak lagi menghafal, tapi lebih banyak kurikulum

berbasis sains (Kurniasih dkk, 2014: 131-133).

Pada intinya, orientasi pengembangan Kurikulum 2013 adalah

tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan,

dan pengetahuan. Disamping cara pembelajarannya yang holistik dan

(44)

b. Perubahan yang ada dalam Kurikulum 2013

Adapun perubahan-perubahan yang ada dalam Kurikulum 2013 dari

kurikulum sebelumnya antara lain sebagai berikut:

1) Perubahan Standar Kompetensi Lulusan

Penyempurnaan standar kompetensi lulusan memperhatikan

pengembangan nilai, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu

dengan fokus pada pencapaian kompetensi. Pada setiap jenjang

pendidikan, rumusan empat kompetensi inti (penghayatan dan

pengamalan agama, sikap, keterampilan, dan pengetahuan) menjadi

landasan pengembangan kompetensi dasar pada setiap kelas.

2) Perubahan Standar Isi

Perubahan standar isi dari kurikulum sebelumnya yang

mengembangkan kompetensi dari mata pelajaran menjadi fokus pada

kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran melalui

pendekatan tematik-integratif (standar proses).

3) Perubahan Standar Proses

Perubahan pada standar proses berarti perubahan strategi

pembelajaran. Guru wajib merancang dan mengelola proses

pembelajaran aktif yang menyenangkan. Peserta didik difasilitasi

untuk mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan,

(45)

4) Perubahan Standar Evaluasi

Penilaian yang mengukur penilaian otentik yang mengukur

kompetensi sikap, keterampilan, serta pengetahuan berdasarkan hasil

dan proses. Sebelumnya ini penilaian hanya mengukur hasil

kompetensi.

Beberapa konsekuensi akibat dari perubahan substansi tersebut

adalah:

a) Penambahan jumlah jam belajar di SD

Beberapa perubahan drastis ada dalam Kurikulum 2013,

diantaranya waktu belajar ditambah, tetapi jumlah mata pelajaran

dikurangi. Di tingkat SD, dari 10 mata pelajaran (mapel) menjadi 6

mapel, yaitu: Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan,

Agama, Matematika, Sosial Budaya, dan Olahraga. Pelajaran IPA dan IPS ditiadakan, diintegrasikan ke mapel lain “Obyek kurikulum

baru ini adalah fenomena alam, fenomena sosial dan budaya”.

b) Penambahan jumlah jam belajar di SMP

Perubahan jumlah jam belajar di SMP adalah:

(1) Jumlah jam belajar siswa SMP berubah dari 32 jam per minggu

menjadi 38 jam per minggu.

(2) Kalau belajar 5 hari, berarti setiap hari anak belajar 8 jam

setiap hari. Jika perubahannya demikian, maka kemungkinan

masalah yang akan muncul adalah anak-anak makin bosan

(46)

lebih menarik dan membuat suasana yang menyenagkan saat

proses belajar mengajar berlangsung.

c) Penambahan jumlah jam pelajaran Agama

Adapun penambahan jumlah jam pelajaran Agama pada SD

dan sederajat bertambah dari 2 jam perminggu menjadi 4 jam per

minggu. Jam pelajaran Agama di SMP bertambah dari 2 jam per

minggu menjadi 3 jam per minggu.

d) Jumlah mata pelajaran dikurangi dari jumlah jam belajar ditambah

Di negara lain, termasuk di Firlandia, jumlah mata pelajaran

tetap banyak tapi jumlah total jam pelajaran per minggu dibatasi.

Kurikulum 2013 kurangi jumlah mata pelajaran tapi menambah jam

pelajaran per minggu.

e) Materi pelajaran IPA diintegrasikan dalam mapel Bahasa Indonesia

(Kurniasih dkk, 2014: 133-137).

4. Standar Penilaian Kurikulum 2013

Pada Kurikulum 2013, siswa tidak lagi menjadi objek dari pendidikan,

tetapi justru menjadi subjek dengan ikut mengembangkan tema dalam

materi yang ada. Dan dengan adanya perubahan ini, tentunya berbagai

standar dalam komponen pendidikan akan mengalami perubahan. Mulai dari

standar isi, standar proses maupun standar kompetensi lulusan, dan bahkan

standar penilaian pun juga mengalami perubahan.

(47)

berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Karena tujuan dari Kurikulum 2013

adalah mendorong siswa aktif dalam tiap pelajaran , maka salah satu komponen nilai siswa adalah jika si anak banyak bertanya”.

Tentunya banyak lagi komponen penilaian dalam kurikulum ini, seperti

proses dan hasil observasi siswa terhadap suatu masalah yang diajukan guru,

kemudian kemampuan siswa menalar suatu masalah juga menjadi

komponen penilaian sehingga anak terus diajak untuk berfikir logis, dan

yang terakhir adalah kemampuan anak berkomunikasi melalui presentasi

mengenai tema yang dibahas di kelas.

Ada 2 macam penilaian, yaitu:

a. Penilaian (assesment) adalah proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

b. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara

komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan

keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan

dan keterampilan.

Penilaian autentik juga bisa diartikan sebagai upaya pemberian tugas

kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang

ditemukan dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis,

merevisi dan membahas artikel, memberikan analisis oral terhadap

peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat dan sebagainya.

Penilaian autentik memiliki relevasi kuat terhadap pendekatan ilmiah

(48)

2013. Karena penilaian semacam ini, mampu menggambarkan peningkatan

hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menanya,

menalar, mencoba dan membangun jejaring.

Pada penilaian autentik ada kecenderungan yang fokus pada tugas-tugas

kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukan

kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Karenanya penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan saintifik.

Penilaian autentik merupakan pendekatan dan instrumen penilaian yang

memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk menerapkan

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sudah dimilikinya dalam bentuk

tugas-tugas seperti:

a. Membaca dan meringkasnya

b. Eksperimen

c. Mengamati

d. Survei

e. Proyek

f. Makalah

g. Membuat multi media

h. Membuat karangan, dan

i. Diskusi kelas

Kata lain dari penilaian autentik adalah penilaian kinerja, termasuk di

dalamnya penilaian portofolio dan penilaia proyek. Penilaian autentik

(49)

dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari

mereka yang mempunyai kelainan tertentu, hingga yang jenius. Penilaian

autentik dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu seperti seni atau ilmu

pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses dan

hasil pembelajaran (Kurinasih dkk, 2014: 47-49).

Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk

merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau

pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan

sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi

standar penilaian pendidikan.

5. Keunggulan Kurikulum 2013

Implementasi Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan

yang produktif, kreatif dan inovatif. Hal ini dimungkinkan, karena

kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi yang secara konseptual

memiliki beberapa keunggulan.

Menurut Mulyasa dalam bukunya Pengembangan dan Implementasi

Kurikulum 2013 mengatakan bahwa, ada 3 keunggulan kurikulum 2013

yaitu:

a) Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah

(kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat

peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan

potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek

(50)

bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer

pengetahuan (transfer of knowledge).

b) Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi

mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan

ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan,

kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta

pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal

berdasarkan standar kompetensi tertentu.

c) Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam

pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi,

terutama yang berkaitan dengan keterampilan (Mulyasa, 2014: 163-164).

Sedangkan menurut Imas Kurinasih dan Berlin Sani, keunggulan

Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

a) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap

pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.

b) Adanya penilaian dari semua aspek

Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya di dapat dari nilai ujian saja

tetapi juga di dapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan

lain-lain.

c) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah

diintegrasikan kedalam semua mata pelajaran.

d) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan

(51)

e) Kompetensi ynag dimaksud menggambarkan secara holistik domain

sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

f) Dan banyak lagi kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan

perkembangan kebutuhan seperti pendidikan karakter, metodologi

pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, serta

kewirausahaan.

g) Hal yang paling menarik dari Kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap

terhadap fenomena dan perubahan sosial.

h) Standar penilaian mengarah ppada penilaian berbasis kompetensi seperti

sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional.

i) Mengharuskan adanya remedial secara berkala.

j) Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena

pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks

dan pedoman pembahasan sudah tersedia.

k) Sifat pembelajaran sangat kontekstual.

l) Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi

profesi, paedagogi, sosial dan personal.

m)Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan

memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi, dan

membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan menerapkan

(52)

6. Kunci Sukses Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang

produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter. Dengan kreativitas, anak-anak

bangsa mampu berinovasi secara produktif untuk menjawab tantangan masa

depan yang semakin rumit dan kompleks. Meskipun demikian, keberhasilan

Kurikulum 2013 dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif dan

inovatif, serta dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional untuk

membentuk watak dan peradaban bangsa ynag bermartabat sangat

ditentukan oleh berbagai faktor (kunci sukses). Kunci sukses tersebut antara

lain :

a) Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kunci sukses pertama yang menentukan keberhasilan implementasi

Kurikulum 2013 adalah kepemimpinan kepala sekolah, terutama dalam

mengoordinasi, menggerakkan, dan menyelaraskan semua sumber daya

pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan

salah satu faktor penentu yang dapat menggerakkan semua sumber daya

sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah

melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan

bertahap. Oleh karena itu, dalam menyukseskan implementasi Kurikulum

203 diperlukan kepala sekolah yang mandiri, dan profesional dengan

kemampuan manajemen serta kepemimpinan yang tangguh, agar mampu

mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.

(53)

sumber daya sekolah dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi

program sekolah, pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, sarana dan

sumber belajar, keuangan, pelayanan siswa, serta hubungan sekolah

dengan masyarakat.

Keberhasilan Kurikulum 203, menuntut kepala sekolah yang

demokratis profesional, sehingga mampu menumbuhkan iklim

demokratis di sekolah, yang akan mendorong terciptanya kualitas

pendidikan dan pembelajaran yang optimal untuk mengembangkan

seluruh potensi peserta didik.

Kepala sekolah yang mandiri, demokratis dan profesional harus

berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat

macam nilai yakni pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik.

b) Kreativitas Guru

Kunci sukses kedua yang menentukan keberhasilan implementasi

Kurikulum 2013 adalah kreativitas guru, karena guru merupakan faktor

penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan

berhasil-tidaknya peserta didik dalam belajar.

Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, antara lain

ingin mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan materi

ke pendidikan sebagai proses, melalui pendekatan tematik integratif

dengan contextual teaching learning (CTL). Oleh karena itu,

pembelajaran harus sebanyak mungkin melibatkan peserta didik, agar

(54)

menggali berbagai potensi, dan kebenaran secara ilmiah. Dalam rangka

inilah perlunya kreativitas guru, agar mereka mampu memjadi fasilitator,

dan mitra belajar bagi peserta didik. Tugas guru tidak hanya

menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus kreatif

memberikan layanan dan kemudahan belajar (facilitate learning) kepada

seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang

menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani

mengemukakan pendapat secara terbuka. Rasa gembira, penuh semangat,

tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat merupakan modal

dasar bagi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia

yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai kemungkinan, dan

memasuki era globalisasi yang penuh dengan tantangan.

c) Aktivitas Peserta Didik

Dalam rangka mendorong dan mengembangkan aktivitas peserta

didik, guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik, terutama disiplin

diri (self-dicipline). Guru harus mampu membantu peserta didik

mengembangkan pola perilakunya, meningkatkan standar perilakunya,

dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin dalam

setiap aktivitasnya. Untuk mendisiplinkan peserta didik perlu dimulai

dengan prinsip yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yakni

sikap demokratis, sehingga perlakuan disiplin perlu berpedoman pada hal

tersebut, yakni dari, oleh dan untuk peserta didik, sedangkan guru tut

(55)

sebagai pengemban ketertiban, yang patut digugu, ditiru, dan di teladani

tetapi bersikap otiriter.

d) Sosialisasi Kurikulum 2013

Sosialisasi dalam implementasi kurikulum sangat penting dilakukan,

agar semua pihak yang terlibat dalam implementasinya di lapangan

paham dengan perubahan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas

pokok dan fungsinya masing-masing, sehingga mereka memberikan

dukungan terhadap perubahan kurikulum yang dilakukan.

Sosialisasi kurikulum perlu dilakukan terhadap berbagai pihak yang

terkait dalam implementasinya, serta terhadap seluruh warga sekolah,

bahkan terhadap masyarakat dan orang tua peserta didik. Sosialisasi ini

penting, terutama agar seluruh warga sekolah mengenal danmemahami

visi misi sekolah, serta kurikulum yang akan diimplementasikan. Di

tingkat sekolah, sosialisasi bisa langsung oleh kepala sekolah apabila

yang bersangkutan sudah mengenal dan cukup memahaminya. Namun,

jika kepala sekolah belum memahami atau masih belum mantap dengan

konsep-konsep perubahan kurikulum yang akan dilakukan, maka bisa

mengundang ahlinya yang ada dimasyarakat, baik dari kalangan

pemerintah, akademisi maupun dari kalangan penulis atau pengamat

pendidikan. Sebaiknya dalam sosialisasi juga dihadirkan komite sekolah,

bahkan bila memungkinkan seluruh orang tua, untuk dapat masukan,

(56)

e) Fasilitas dan Sumber Belajar

Fasilitas dan sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam

mendukung suksesnya implementasi kurikulum antara lain: laboratorium,

pusat sumber belajar, dan perpustakaan, serta tenaga pengelola dan

peningkatan kemampuan pengelolaannya. Fasilitas dan sumber belajar

teraebut perlu didayagunakan seoptimal mungkin, dipelihara, dan

disimpan dengan sebaik-baiknya. Kreativitas guru dan peserta didik perlu

senantiasa ditingkatkan untuk membuat dan mengembangkan alat-alat

pembelajaran serta alat peraga lain yang berguna bagi peningkatan

kualitas pembelajaran. Kreativitas tersebut diperlukan, bukan

semata-mata karena keterbatasan fasilitas dan dana dari pemerintah, tetapi

merupakan kewajiban yang harus melekat pada setiap guru untuk

berkreasi, berimprovisasi, berinisiatif, dan inovatif.

f) Lingkungan yang Kondusif Akademik

Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme dan

harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, serta

kegiatan-kegiatan ynag berpusat pada peserta didik (student-centered

activities) merupakan iklim yang dapat membangkitkan nafsu, gairah dan

semangat belajar. Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang

punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik

tersendiri bagi proses belajar, sebaliknya iklim belajar yang kurang

(57)

Iklim belajar yang kondusif-akademik harus ditunjang oleh berbagai

fasilitas belajar yang menyenangkan seperti; sarana, laboratorium,

pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru, hubungan yang

harmonis antara peserta didik dengan guru dan di antara peserta didik itu

sendiri, serta penataan organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat,

sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik. Iklim belajar

yang menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan

aktivitas serta kreativitas peserta didik.

g) Partisipasi Warga Sekolah

Kunci sukses yang turut menentukan keberhasilan Kurikulum 2013

adalah partisipasi warga sekolah, khususnya tenaga kependidikan.

Keberhasilan pendidik di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan

kepala sekolah dalam memberdayakan seluruh warga sekolah, khususnya

tenaga kependidikan yang tersedia. Dalam hal ini, peningkatan

produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan

perilaku tenaga kependidikan di sekolah melalui aplikasi berbagai konsep

dan teknik manajemen personalia modern (Mulyasa, 2014: 39-55).

7. Perbedaan Kurikulum 2013 dengan KTSP

Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013,

dan Kurikulum 2013 ini sudah dilaksanakan pada tahun pelajaran 2013/2014

pada sekolah-sekolah tertentu saja. Perubahan kurikulum tentu juga

menghadirkan beberapa perbedaan dengan yang lama, berikut adalah

(58)

a) Kurikulum 2013

1) SKL (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu,

melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan

Standar Isi, yang berbentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang

dituangkan dalam Permendikbud No. 67, 68, dan 70 Tahun 2013.

2) Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skiils

yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.

3) Di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI.

4) Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata

pelajaran lebih sedikit dibanding dengan KTSP.

5) Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata

pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan

ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran

terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan,

Menyimpulkan, dan Mencipta.

6) TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata

pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran.

7) Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur

semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan

proses dan hasil.

8) Pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib.

9) Penjurusan mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA.

Gambar

Tabel 3.2 Identitas Sekolah
Tabel 3.6 Sarana dan Prasarana
Tabel 3.8 Data Guru dan Karyawan
Tabel 3.9 Data Kelas XI
+2

Referensi

Dokumen terkait

(3) Gaji dan penghasilan lain para anggota Direksi ditetapkan oleh Menteri dengan mengingat ketentuan yang ditetapkan dengan atau berdasarkan Undang- undang. Anggota

Hasil penelitian menunjukkan Lama pengeluaran ASI Transisi pada ibu nifas setelah diberi ASI Fit dan pijat ASI yakni selama 1,87 hari (1-3 hari), Lama

Mahasiswa memiliki ketrampilan belajar sehingga dapat menjelaskan konsep- konsep matriks dan operasinya serta penerapannya. Mahasiswa dapat memodelkan masalah-masalah nyata ke

Pada penulisan ilmiah ini penulis mencoba membuat suatu aplikasi secara komputerisasi pada Toko Mega Cellular Bekasi yang digunakan dalam pencatatan penjualan. Penulis

Agar energi surya dapat digunakan pada malam hari, maka pada siang hari energi listrik yang dihasilkan disimpan terlebih dahulu ke batere yang dikontrol oleh regulator

M elalui kegiatan KKN -PPM para ibu-ibu rumah tangga di desa Pemakuan, kecamatan Sungai Tabuk telah dilatih untuk membuat ko mpos dari ampas sagu dan aneka

Meskipun penyelenggaraan penuntutan atas perkara pidana pemilu pada dasarnya menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana / KUHAP (lex generalis) namun dalam UU

Tidak dikirim oleh negara yang tidak terlibat dalam konflik bersenjata yang dimaksud. Jika membandingkan kriteria yang tercantum dalam Pasal 47 Protokol Tambahan