IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI SMK NEGERI 1 BAWEN TAHUN AJARAN
2015/2016 (Studi Analisis tentang Karakter Jujur, Disiplin
dan Tanggung Jawab)
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Oleh:
USRIYA HIDAYATI
NIM 111 11 068
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI SMK NEGERI 1 BAWEN TAHUN AJARAN
2015/2016
(Studi Analisis tentang Karakter Jujur, Disiplin dan
Tanggung Jawab)
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Oleh:
USRIYA HIDAYATI
NIM 111 11 068
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
MOTTO
اًقُلُخ ْمُهُنَسْحَاأًناَمْيِإ َنْيِنِم ْؤُمْلا ُلَمْكَاَو
“Dan orang mukmin yang paling sempurna Imanya adalah mereka yang
paling baik Akhlaknya “
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini aku persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku yang sangat aku hormati dan cintai Bapak Sungkono dan Ibu Sri
Supatmi, karena dengan bimbingan, pengorbanan, kasih sayang, dan doa keduanya lah
aku melangkah ke depan dengan optimis untuk meraih cita-cita.
2. Adikku tercinta Rif‟an Nur Fauzi yang selalu memberikan canda tawa sehingga
semangat lagi untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Sahabatku Ria Winarni, Dwi Silvia Anggraini, Siti Masitoh, Ika Khusnul Fadhilah dan
Fakhruni Nur Kharimah, yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
4. Teman-temanku seperjuangan angkatan tahun 2011, dan teman lainnya di IAIN
KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan
dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada
Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh
gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).
4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan
ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Muna Erawati S.Psi, M.Si selaku pembimbing akademik.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak kepala sekolah, guru dan siswa SMK Negeri 1 Bawen yang telah memberikan
ABSTRAK
Hidayati, Usriya. 2016. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 1 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 (Studi Analisis tentang Karakter Jujur, Disiplin dan Tanggung Jawab). Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.
Kata kunci: Kurikulum 2013 dan Karakter (Jujur, Disiplin dan Tanggung Jawab)
Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004, yang menekankan pada pendidikan karakter. Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter, dengan pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia. Walaupun Kurikulum 2013 sudah diterapkan sejak tahun 2013 silam, namun sampai sekarang masih ada keluhan dari guru dan peserta didik tentang Kurikulum 2013 ini. Adapun fokus penelitian ini adalah: (1) Bagaimana implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter jujur, disiplin dan tanggung jawab siswa? (2) Faktor-faktor pendukung dan pengambat apa saja dalam implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 1 Bawen? (3) Bagaimana solusi yang ditempuh untuk mengatasi faktor-faktor penghambat dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Bawen
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian diskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan yaitu: wawancara, dokumentasi, dan observasi. Studi kasus ini melibatkan berbagai pihak, yaitu: kepala sekolah, waka kurikulum, guru PAI dan peserta didik.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR BERLOGO ... i
HALAMAN JUDUL... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Penegasan Istilah ... 8
F. Metode Penelitian ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013 ... 23
2. Metode Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 25
3. Pengembangan Kurikulum 2013 ... 28
4. Standar Penilaian Kurikulum 2013 ... 33
5. Keunggulan Kurikulum 2013 ... 36
6. Kunci Sukses Kurikulum 2013... 38
7. Perbedaan Kurikulum 2013 dengan KTSP... 44
B.Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 46
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 48
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 49
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 51
C.Karakter Jujur, Disiplin dan Tanggung Jawab 1. Jujur... 53
2. Disiplin... 54
3. Tanggung Jawab... 55
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data 1. Sejarah Berdirinya Sekolah... 58
2. Identitas Sekolah... 59
3. Letak Geografis... 60
4. Visi dan Misi... 61
6. Sarana dan Prasarana... 62
7. Struktur Organisasi... 63
8. Data Guru dan Karyawan... 64
9. Keadaan Siswa... 64
10. Ekstrakurikuler... 67
B. Temuan Penelitian 1. Profil Responden ... 69
2. Hasil Penelitian ... 71
BAB IV ANALISIS DATA A. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran PAI dalam Membentuk Karakter Jujur, Disiplin dan Tanggung Jawab ... 90
B. Faktor Pendukung dan Penghambat ... 102
C. Solusi ... 106
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 108
B. Saran ... 110
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.2 Identitas Sekolah ... 59
Tabel 3.6 Sarana dan Prasarana ... 62
Tabel 3.7 Struktur Organisasi ... 63
Tabel 3.8 Data Guru dan Karyawan ... 64
Tabel 3.9 Data Siswa Kelas X ... 64
Tabel 3.9 Data Siswa Kelas XI ... 65
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum itu bersifat dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan
dan pengembangan agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman.
Akan tetapi, perubahan dan pengembangannya harus dilakukan secara
sistematis dan terarah, tidak asal berubah. Perubahan dan pengembangan
kurikulum tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas (Mulyasa, 2013:
59).
Perubahan yang terdapat pada Kurikulum 2013 ini adalah
penggabungan mata pelajaran. Selain itu pemerintah juga berencana menambah
jam pelajaran agar pembelajaran lebih mengedepankan pada karakteristik siswa
(Amri, 2013: 282-283).
Di era informasi dan pengetahuan yang ditandai oleh penggunaan
teknologi informasi dan kemampuan intelektual sebagai modal utama dalam
berbagai bidang kehidupan, ternyata disisi lain memberikan dampak negatif
terhadap pertumbuhan karakter bangsa. Semakin hari degradasi moral, sikap
dan perilaku semakin terasa diberbagai kalangan masyarakat.
Degradasi moral tersebut antara lain ditandai oleh memudarnya sikap
santun, ramah, serta jiwa kebhinnekaan, kebersamaan dan kegotongroyongan
dan ketidak jujuran marak di kalangan peserta didik, misalnya tawuran dan
menyontek (Zuchdi dkk, 2013: 1).
Di sekolah, terjadi penyimpangan-penyimpangan remaja tersebut tidak
hanya menjadi tanggung jawab pendidikan agama, tetapi juga merupakan
tanggung jawab seluruh pendidik di sekolah. Jika pendidikan karakter hanya
dibebankan kepada guru agama, maka moralitas yang akan tumbuh hanya
sebatas hafalan terhadap doktrin-doktrin agama (Budiningsih, 2004: 1-2).
Undang-undang No. 20 Tahun 2003, ditegaskan bahwa salah satu
strategi pembangunan pendidikan nasional adalah pengembangan dan
kurikulum berbasis kompetensi. Dalam pasal 35, Undang-undang No. 20
Tahun 2003 menyatakan kompetensi lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati. Kurikulum 2013 melanjutkan Pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu (Hidayati, 2013:
112-113).
Kurikulum berbasis karakter dan kompetensi diharapkan mampu
memecahkan berbagai persoalan bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan
dengan mempersiapkan para peserta didik melalui perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi terhadap sistem pendidikan secara efektif, efisien dan berhasil
guna. Oleh karena itu, pemeritah (Mendikbud) merevitalisasi pendidikan
karakter keseluruh jenis dan jenjang pendidikan termasuk dalam
pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar yang akan menjadi fondasi
bagi tingkat berikutnya. Melalui pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis
karakter dan berbasis kompetensi, kita berharap bangsa ini menjadi bangsa
yang bermartabat dan masyarakatnya memiliki nilai tambah (added value).
Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu
dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan
pendidikan. Melalui implementsi Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi
sekaligus berbasis karakter, dengan pendekatan tematik dan kontekstual
diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud
dalam perilaku sehari-hari.
Implementasi Kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat
diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang
terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma
atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan,
dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
pendidikan nilai dan pembentukan karakter tidak hanya dilakukan pada tataran
kognitif tetapi menyentuh internalisasi dan pengalaman nyata dalam kehidupan
Implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi
harus melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk
komponen-komponen yang ada dalam sistem pendidikan itu sendiri.
Komponen-komponen tersebut antara lain kurikulum, rencana pembelajaran, proses
pembelajaran, mekanisme penilaian, kualitas hubungan, pengelolaan
pembelajaran, pengelolaan sekolah/madrasah, pelaksanaan pengembangan diri
peserta didik, pemberdayaan sarana dan prasarana, pembiayaan, serta etos kerja
seluruh warga dan lingkungan sekolah/madrasah.
Kurikulum 2013 menuntut kerjasama yang optimal diantara para guru,
sehingga memerlukan pembelajaran berbentuk tim, dan menuntut kerjasama
yang kompak diantara para anggota tim. Kerjasama antar para guru sangat
penting dalam proses pendidikan yang akhir-akhir ini mengalami perubahan
yang sangat pesat.
Keberhasilan Kurikulum 2013 dalam membentuk kompetensi dan
karakter di sekolah dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari yang
tampak dalam setiap aktivitas peserta didik dan warga sekolah lainnya. Perilaku
tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk; kesadaran, kejujuran,
keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, kepedulian, kebebasan dalam
bertindak, kecermatan, ketelitian dan komitmen (Mulyasa, 2013: 9-11).
SMK Negeri 1 Bawen merupakan salah satu sekolah yang telah
menerapkan Kurikulum 2013 sejak tahun 2013 yang lalu, dan tahun ini
dan sumber belajar yang mendukung dan beberapa usaha yang ditempuh oleh
guru-guru.
Kurikulum 2013 yang mengedepankan pada aspek sikap daripada aspek
keterampilan dan pengetahuan, SMK Negeri 1 Bawen ingin menciptakan
karakteristik siswa yang sesuai dengan Kurikulum 2013 ini.
Sejauh ini, guru-guru PAI di SMK Negeri 1 Bawen selalu melakukan
usaha mempersiapkan hal-hal yang terkait dengan implementasi Kurikulum
2013. Banyak sekali persiapan-persiapan yang harus dilakukan terkait dengan
implementasi Kurikulum 2013 khususnya persiapan administrasi pembelajaran.
Salah satu persiapan tersebut adalah dengan mengadakan sosialisasi Kurikulum
2013 untuk mendukung implementasi dalam pembelajaran PAI.
Sosialisasi merupakan langkah penting yang akan menunjang dan
menentukan keberhasilan kurikulum. Sosialisasi ini perlu dilakukan oleh
berbagai pihak yang memiliki kewenangan untuk itu, yaitu; guru, kepala
sekolah, pengawas bahkan komite sekolah (Mulyasa, 2013: 10).
Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan, baik jasmani
maupun rohani kepada anak didik menurut agama Islam agar kelak dapat
berguna bagi hidupnya untuk mencapai kebahagiaan hidup serta berguna bagi
bangsa dan negaranya. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan
salah satu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum di sekolah atau madrasah.
Guru menjadi faktor terpenting dalam menentukan keberhasilan
pembelajaran mata pelajaran tertentu dan harus mampu merumuskan
profesinya harus berdasarkan pertimbangan profesional (profesional
judgement) secara tepat dan baik (Nurdin, 2005: 13). Hal ini mengingat guru
tidak hanya sebagai pengajar atau mentransfer ilmu pengetahuan kepada
peserta didik , akan tetapi sebagai tenaga profesional yang dapat menjadikan
peserta didiknya mampu merencanakan, menganalisis serta menyampaikan
masalah yang dihadapi.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kini berubah menjadi
Pendidikan Islam dan Budi Pekerti. Waktu pembelajaran yang semula 2 jam
mata pelajaran kini menjadi 3 jam mata pelajaran. Mengenai penambahan jam
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang menjadi 3 jam ini bukan menjadi
masalah yang besar justru dengan penambahan jam ini cukup berguna untuk
membangun karakter siswa di SMK Negeri 1 Bawen.
Berdasarkan latar belakang itulah, peneliti ingin mengetahui lebih jauh
bagaimana implementasi kurikulum di SMK Negeri 1 Bawen, dengan
mengambil judul “IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 1
BAWEN TAHUN AJARAN 2015/2016 (Studi Analisis tentang Karakter
Jujur, Disiplin dan Tanggung Jawab)”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dalam membentuk karakter jujur, disiplin dan tanggung jawab
2. Faktor-faktor pendukung dan pengambat apa saja dalam implementasi
Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK
Negeri 1 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016?
3. Bagaimana solusi yang ditempuh untuk mengatasi faktor-faktor penghambat
dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Bawen Tahun
Ajaran 2015/2016?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Kurikulum 2013 dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter jujur,
disiplin dan tanggung jawab siswa di SMK Negeri 1 Bawen Tahun Ajaran
2015/2016.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang pendukung dan pengambat
dalam implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMK Negeri 1 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016.
3. Untuk mengetahui bagaimana solusi yang ditempuh untuk mengatasi
faktor-faktor penghambat dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1
Bawen Tahun Ajaran 2015/2016.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
bernilai ilmiah bagi para pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis
Hasil-hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan untuk
menyempurnakan implementasi kurikulum pada pembelajaran Pendidikan
Agama Islam baik bagi sekolah, termasuk guru, pengembang kurikulum,
maupun untuk tujuan penelitian lebih lanjut.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari interpretasi dan kesalahpahaman pengertian batasan
istilah, maka peneliti menyampaikan batasan-batasan istilah sebagai berikut :
1. Implementasi Kurikulum 2013
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,
atau inovasi dalam bentuk tindakann praktis sehingga memberikan dampak,
baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap
(Hamalik, 2013: 237).
Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK
(Competency Based Curriculum) dijadikan acuan dan pedoman bagi
pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan
(sikap, keterampilan dan pengetahuan) dalam seluruh jenjang dan jalur
Maka dari itu, arti dari implementasi Kurikulum 2013 disini adalah
pelaksanaan Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dalam membentuk karakter (meliputi: jujur, disiplin dan tanggung jawab)
siswa yang diterapkan di SMK Negeri 1 Bawen.
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam merupakan usaha berupa bimbingan, baik
jasmani maupun rohani kepada anak didik menurut agama Islam. Adapun
Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang diarahkan untuk
menyiapkan peserta didik, untuk mengenal, memahami, menghayati dan
mengamalkan hukum Islam kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan
pengalaman (Nurdin, 2005: 13).
Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan, baik jasmani
maupun rohani kepada peserta didik menurut agama Islam untuk mencapai
kebahagiaan di dunia maupun di akhirat serta berguna bagi bangsa dan
negara.
3. Karakter (Jujur, Disiplin dan Tanggung Jawab)
Secara terminologis, makna karakter dikemukakan oleh Thomas
Lickona. Menurutnya karakter adalah “A reliable inner disposition to
respond to situations in a moraly good way”. Selanjutnya Lickona
menambahkan, “Character so conceived has three interrelated parts: moral
knowing, moral feeling, and moral behavior.” Menurut Lickona, karakter
menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar
melakukan kebaikan. Dengan kata lain, karakter mengacu kepada
serangkaian pemikiran (cognitives), perasaan (affectives), dan perilaku
(behaviors) yang sudah menjadi kebiasaan (habits) (Zuchdi dkk, 2013:
16-17).
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan
akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka
berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya sendiri, dengan sesama
manusia, maupun dalam lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran,
perasaan, dan perkataan serta perilaku sehari-hari berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Nilai-nilai karakter itu adalah: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan
atau nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung
jawab (Suyadi, 2013: 7-9).
Namun disini penulis hanya akan mengambil 3 dari 18 nilai karakter
yang telah disebutkan diatas, 3 nilai karakter itu adalah jujur, disiplin, dan
tanggung jawab.
a. Jujur
Jujur yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara
mengatakan yang benar, dan melakukan yang benar), sehingga
menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat di
percaya (Suyadi, 2013: 8).
Jujur sebagai sebuah nilai merupakan keputusan seseorang untuk
mengungkapkan (dalam bentuk perasaan, kata-kata dan perbuatan)
bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau
menipu orang lain untuk keuntungan sendiri. Kata jujur identik dengan
benar yang lawan katanya adalah bohong. Maka jujur lebih jauh
dikorelasikan dengan kebaikan (kemaslahatan) (Kesuma dkk, 2012: 16).
Indikator karakter jujur antara lain:
1) Mengemukakan apa adanya
2) Berani bertanya
3) Menunjukan fakta yang sebenarnya
4) Berani menyatakan pendapat
5) Mengakui kesalahan (Mulyasa, 2014: 148).
Seseorang yang memiliki karakter jujur akan diminati orang lain,
baik dalam konteks persahabatan, bisnis, rekan atau mitra kerja, dan
sebagainya. Karakter ini merupakan salah satu karakter pokok untuk
menjadikan seseorang cinta kebenaran, apapun resiko yang akan diterima
dirinya dengan kebenaran yang ia lakukan.
b. Disiplin
Disiplin yaitu kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala
Indikator disiplin disini adalah
1) Masuk kelas tepat waktu
2) Mengumpulkan tugas tepat waktu
3) Memakai sragam sesuai tata tertib
4) Mengerjakan tugas yang diberikan
5) Tertib dalam mengikuti pembelajaran
6) Mengikuti praktikum sesuai dengan langkah yang ditetapkan
7) Membawa buku tulis maupun teks sesuai dengan mata pelajaran
c. Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan
dirinya sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara maupun agama
(Suyadi, 2013: 9).
Tanggung jawab yaitu suatu usaha seseorang yang diamanahkan,
harus dilakukan.Tanggung jawab diartikan sebagai usaha manusia untuk
melakukan amanah secara cermat, teliti, memikirkan akibat baik dan
buruknya, untung rugi dan segala hal yang berhubungan dengan hal
tersebut secara transparan menyebabkan orang percaya dan yakin.
Indikator tanggung jawab disini adalah:
1) Melaksanakan kewajiban
2) Melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan
3) Menaati tata tertib sekolah
5) Menjaga kebersihan lingkungan
Jadi yang dimaksud dengan judul Implementasi Kurikulum 2013 dalam
Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 1 Bawen Tahun Pelajaran
2015/2016 (Studi Analisis tentang Karakter Jujur, Disiplin dan Tanggung
Jawab) adalah pelaksanaan atau penerapan Kurikulum 2013 dalam membentuk
karakter jujur, disiplin dan tanggung jawab siswa dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di kelas.
F. Metode Penelitian
Untuk memperoleh penelitian yang valid, maka harus digunakan
metode yang tepat dan sesuai untuk pengolahan data sesuai obyek yang
dibahas. Dalam hal ini dikemukakan beberapa metode dan sumber data yang
berkaitan dengan penelitian yaitu :
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dilihat dari jenisnya, penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif,
yaitu suatu pendekatan dalam penelitian yang berorientasi pada fenomena
atau gejala yang bersifat alami. Mengingat tujuannya adalah untuk
mendapatkan data dilapangan, maka penelitian ini tidak dapat dilakukan
hanya dilabolatorium, melainkan harus dilakukan di lapangan (Ali, 1993:
152).
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian
informasi mengenai status suatu gejala yaitu keadaan gejala menurut apa
adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2004: 234).
Penelitian ini dilakukan di lapangan tanpa menggunakan prosedur
analisis statistik. Dalam hal ini peneliti akan mengadakan penelitian
langsung di SMK Negeri 1 Bawen guna memperoleh data-data yang akurat
mengenai implementasi Kurikulum 2013 dan problematika serta solusi yang
ditempuh dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian akan dilakukan.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SMK Negeri 1 Bawen.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Menurut S. Nasution data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari lapangan atau tempat penelitian (Nasution, 2004: 64).
Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari
lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Data primer digunakan
untuk mendapatkan informasi langsung mengenai SMK Negeri 1 Bawen.
Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah kepala sekolah,
waka kurikulum, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
siswa.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari sumber bacaan
data kepada pengumpul data, baik buku-buku maupun dokumen yang
resmi dari berbagai instansi pemerintah. Peneliti menggunakan data
sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi
yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan beberapa
informan di SMK Negeri 1 Bawen.
4. Prosedur Pengumpulan Data
Adapun dalam pengkajian skripsi ini peneliti ini menggunakan teknik
pengumpulan data penelitian dengan cara sebagai berikut :
a. Metode Wawancara
Interview atau wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua
orang, melibatkan peneliti yang ingin memperoleh informasi dari
seseorang dengan cara mengajukann pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan
tujuan tertentu. Menurut Esterberg (2002), dalam Sugiyono wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam satu
topik. Ia juga mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu
wawancara terstruktur, semistruktur dan tidak terstruktur (Sugiyono,
2008: 317).
Metode ini digunakan untuk mengetahui apa saja yang ada dalam
pikiran dan perasaan responden. Salah satu cara yang akan ditempuh
peneliti adalah melakukan wawancara secara mendalam dengan subyek
penelitian dengan tetap berpegang pada arah sasaran dan fokus penelitian.
1) Kepala Sekolah, materi wawancara adalah seputar
kurikulum-kurikulum sebelumnya, kurikulum-kurikulum yang sekarang diterapkan di SMK
Negeri 1 Bawen, pelaksanaan Kurikulum 2013, sarana dan prasarana
terkait dengan Kurikulum 2013, dan apa saja problem yang dihadapi
serta bagaimana solusi yang ditempuh dalam mengimplementasikan
Kurikulum 2013.
2) Waka Kurikulum, materi wawancara seputar kurikulum-kurikulum
sebelumnya, kurikulum yang sekarang diterapkan di SMK Negeri 1
Bawen, pelaksanaan Kurikulum 2013, sarana dan prasarana terkait
dengan Kurikulum 2013, dan apa saja problem yang dihadapi serta
bagaimana solusi yang ditempuh dalam mengimplementasikan
Kurikulum 2013.
3) Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, materi wawancara
seputar materi pelajaran Pendidikan Agama Islam terkait dengan
karaker jujur, disiplin dan tanggung jawab siswa saat di kelas, respon
terhadap Kurikulum 2013 dalam mata pelajaran Agama Islam,
bagaimana penilaian yang dilakukan terkait dengan Kurikulum 2013.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan pencarian data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, dan sebagainya (Arikunto, 1996: 6). Metode dokumentasi juga
data atau informan yang sudah dicatat dalam beberapa dokumen yang ada
seperti buku induk, buku pribadi dan surat-surat keterangan lainnya.
Teknik ini diarahkan untuk mengumpulkan berbagai informasi,
khususnya untuk melengkapi data dalam rangka menjawab pertanyaan
penelitian mengenai pelaksanaan Kurikulum 2013 dalam proses belajar
mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
c. Observasi
Metode observasi merupakan pengamatan langsung dan melihat
sendiri obyek yang akan diamati. Observasi juga bisa diartikan sebagai
pengamatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diteliti.
Sutrisno Hadi (1986) menyatakan dalam bukunya Dr. Sugiyono bahwa
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Obyek yang
akan diamati adalah ketika guru mengajar, bagaimana kondisi
pembelajarannya dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan
Kurikulum 2013.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data dan mengumpulkann
informasi mengenai implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 1 Bawen.
5. Analisis Data
Analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan
satuan yang dapat dikelola, mensintetiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dalam analisis
ini peneliti menggunakan tiga macam analisis yaitu reduksi data, penyajian
data, dan verifikasi data atau kesimpulan. Fokus analisis data ini pada ruang
lingkup Kurikulum 2013 dalam Pendidikan Agama Islam dan
Implementasinya, problematika yang dihadapai serta solusi yang ditempuh.
a. Reduksi Data
Langkah awal ini untuk memudahkan pemahaman terhadap yang
sudah terkumpul, reduksi data dilakukan dengan cara mengelompokkan
data berdasarkan aspek-aspek permasalahan penelitian, aspek-aspek yang
direduksi dalam penelitian ini adalah: Kurikulum 2013 dalam Pendidikan
Agama Islam, implementai Kurikulum 2013 dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam, problematika yang dihadapi serta solusi yang
ditempuh.
b. Penyajian Data
Data yang telah direduksi, kemudian disajikan dalam bentuk
deskripsi berdasarkan aspek-aspek dan penelitian, penyajian data
dimaksudkan untuk memudahkan peneliti menafsirkan data dan menarik
kesimpulan. Sesuai dengan aspek-aspek masalah penelitian ini, maka
susunan penyajian datanya dimulai dari ruang lingkup Kurikulum 2013
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, probematika yang
c. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan
pemahaman terhadap data yang telah dikumpulkan, sesuai dengan
hakikat penelitian kualitatif, penarikan kesimpulan ini dilakukan secara
bertahap, pertama menarik kesimpulan sementara, namun seiring
bertambahnya data, maka harus dilakukan verifikasi dengan cara
mempelajari kembali data yang telah ada. Berdasarkan verifikasi data
selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan akhir temuan penelitian.
6. Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Moelong “Kriteria keabsahan data ada empat macam yaitu:
kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian (Moelong, 2012:
37). Tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya memakai 3 macam antara
lain:
a. Kepercayaan
Kepercayaan data dimaksudkan untuk membuktikan data yang
dikumpulkan sesuai dengan yang sebenarnya.
b. Kebergantungan
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya
kemungkinan kesalahan dalam pengumpulan dan menginterpretasikan
data sehingga data yang dikumpulkan dapat dipertanggung jawabkan
secara ilmiah.
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan
dengan cara mengefek data dan informan serata interpretasi hasil
penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.
7. Tahap-tahap Penelitian
a. Observasi awal
1) Menyusun proposal penelitian.
2) Menentukan tempat penelitian.
3) Mengurus surat-surat perizinan.
b. Pelaksanaan Penelitian
1) Mengadakan observasi langsung ke SMK Negeri 1 Bawen.
2) Mengidentifikasi data.
c. Akhir Penelitian
Tahap akhir penelitian ini adalah analisis data, pada tahap ini peneliti
melakukan pengecekan dan pemeriksaan tentang keabsahan data dengan
fenomena maupun dokumentasi untuk membuktikan kebenaran data yang
dikumpulkan oleh peneliti.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika diperlukan untuk menata dan mengatur sistematika
penulisan sehingga mudah dibaca dan dipahami. Adapun sistematika penulisan
BAB I : Pendahuluan
Merupakan gambaran keseluruhan skripsi yang meliputi: (a) latar
belakang masalah; (b) rumusan masalah; (c) tujuan penelitian; (d)
kegunaan penelitian; (e) penegasan istilah; (f) metode penelitian;
(g) sistematika penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka
Merupakan kajian teoritis yang berisi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan SMK Negeri 1 Bawen.
BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian
Pada bab ini dipaparkan tentang definisi obyek penelitian yaitu
SMK Negeri 1 Bawen.
BAB IV : Analisis Data
Pada bab ini dijelaskan tentang hasil penelitian yang diperoleh
peneliti dalam melakukan penelitian di lapangan.
BAB V : Penutup
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran pembahasan yang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013
Istilah kurikulum semula berasal dari istilah yang dipergunakan dalam
dunia atletik “curere” yang berarti berlari. Istilah tersebut erat hubungannya
dengan kata “curier” atau kurir yang berarti penghubung atau seseorang
yang bertugas menyampaikan sesuatu kepada orang atau tempat lain
(Nurgiyantoro, 1988: 2). Dalam dunia pendidikan pengertian tersebut dapat
diartikan sebagai bahan ajar yang sudah ditentukan kapan dimulai dan kapan
diakhiri yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.
Pengertian kurikulum terdapat dalam pasal 1 butir 19 UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu, kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu
(Kurniasih dkk, 2014: 3).
Imas Kurniasih dan Berlin Sani dalam Implementasi Kurikulum 2013:
Konsep dan Penerapan, mendefinisikan: “Curriculum as an idea, has its
roots in the latin word for race-course, explaining the curriculum as the
course of deeds and experience though which children become the adult
suatu gagasan, telahmemiliki akar kata Bahasa Latin Race-Source, menjelaskan kurikulum sebagai “mata pelajaran perbuatan” dan pengalaman
yang dialami anak-anak sampai menjadi dewasa, agar kelak sukses dalam
masyarakat dewasa (Kurniasih dkk, 2014: 3).
Hilda Taba seperti yang dikutip oleh Oemar Hamalik,
mengartikan:“Curriculum is a plan for learning” yang mempunyai arti
kurikulum adalah rencana pembelajaran.
Caswell and Cambell berpendapat bahwa: “Curriculum is all of the experiences children have under the guidance of teacher”. Kurikulum
merupakan seluruh pengalaman dari anak yang berada dalam pengawasan
guru.
Sedangkan Edward A. Krug memandang:“A curriculum consist of the
means used to achieve or carry out given purposes of schooling” artinya
kurikulum terdiri dari cara yang digunakan untuk mencapai atau
melaksanakan tujuan yang diberikan sekolah.
Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004. KBK dijadikan
acuan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan dan sikap)
dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur
pendidikan sekolah (Hamalik, 2007: 238).
Pengembangan sikap siswa berlangsung disemua sisi kehidupan yang
guru yang paham, akan menggunakan semua ini untuk membantu
pengembangan siswa secara optimal (Sitepu, 2013: 191).
2. Metode Pembelajaran Kurikulum 2013
Ada beberapa model atau metode pembelajaran yang dapat membuat
peserta didik aktif dan tentunya dapat dijadikan acuan pada proses
pembelajaran di kelas untuk Kurikulum 2013, antara lain sebagai berikut:
a. Metode Pembelajaran Kolaborasi
Strategi pembelajaran kolaborasi ini atau collaboration learning
merupakan strategi yang menempatkan peserta didik dalam kelompok
kecil dan memberinya tugas di mana mereka saling membantu untuk
menyelesaikan tugas atau pekerjaan kelompok. Dan dukungan sejawat,
keragaman pandangan, pengetahuan dan keahlian sangat membantu siswa
dalam mewujudkan belajar kolaboratif. Strategi yang dapat diterapkan
antara lain mencari informasi, proyek, kartu sortir, turnamen, tim quiz
dan lain sebagainya.
b. Metode Pembelajaran Individual
Metode pembelajaran individu atau individual learning memberikan
kesempatan kepada peserta didik secara mandiri untuk dapat berkembang
dengan baik sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dan strategi yang
dapat diterapkan antara lain tugas mandiri, penilaian diri, portofolio,
c. Metode Pembelajaran Teman Sebaya
Ada pendapat yang mengatakan seperti ini, “satu mata pelajaran
benar-benar dikuasai hanya apabila seorang peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta didik lain”. Dengan mengajar teman sebaya
peer learning memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mempelajari sesuatu dengan baik. Dan tentunya dengan waktu yang
bersamaan, ia menjadi narasumber bagi temannya. Strategi yang dapat
diterapkan antara lain: pertukaran dari kelompok per kelompok, belajar
melalui jigso (jigsaw), studi kasus dan proyek, pembacaan berita,
penggunaan lembar kerja, dan lain-lain.
d. Model Pembelajaran Sikap
Aktivitas belajar afektif atau affective learning membantu peserta
didik untuk menguji perasaan, nilai, dan sikap-sikapnya. Strategi yang
dikembangkan dalam model pembelajaran ini didesain untuk
menumbuhkan kesadaran akan perasaan, nilai dan sikap peserta didik.
Strategi yang dapat diterapkan antara lain: mengamati sebuah alat bekerja
atau bahan dipergunakan, penilaian diri dan teman, demonstrasi,
mengenal diri sendiri, dan posisi penasehat.
e. Model Pembelajaran Bermain
Permainan (game) sangat berguna untuk membentuk kesan dramatis
yang jarang peserta didik lupakan. Humor atau kejenakaan merupakan
pintu pembuka simpul-simpil kreativitas, dengan latihan lucu, tertawa,
diberikan. Permainan akan membangkitkan energi dan keterlibatan
belajar peserta didik. Strategi yang dapat diterapkan antara lain: tebak
gambar, tebak kata, tebak benda dengan stiker yang ditempel dipunggung
lawan, teka-teki, sosio drama, dan bermain peran.
f. Metode Pembelajaran Kelompok
Model pembelajaran kelompok (cooperative learning) sering
digunakan pada setiap kegiatan belajar-mengajar karena selain hemat
waktu juga efektif, apalagi jika metode yang diterapkan sangat memadai
untuk perkembangan peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara
lain proyek kelompok, diskusi terbuka, dan bermain peran.
g. Metode Pembelajaran Mandiri
Model pembelajaran mandiri (independent learning), peserta didik
belajar atas dasar kemauan sendiri dengan mempertimbangkan
kemampuan yang dimiliki dengan memfokuskan dan merefleksikan
keinginan. Strategi yang dapat diterapkan antara lain:
apresiasi-tanggapan, asumsi presumsi, visualisasi mimpi atau imajinasi, hingga
cakap memperlakukan alatatau bahan berdasarkan temuan sendiri atau
modifikasi dan imitasi, refleksi karya, melalui kontrak belajar, maupun
terstruktur berdasarkan tugas yang diberikan (inquiry, discovery, and
recovery).
h. Model Pembelajaran Multimodel
Pembelajaran multimodel dilakukan dengan maksud akan
Strategi yang dikembangkan dalam pembelajaran ini adalah proyek,
modifikasi, simulasi, interaktif, elaboratif, partisipatif, magang
(cooperative study), integratif, produksi, demonstrasi, imitasi,
eksperiensial, kolaboratif (Kurniasih dkk, 2014:43-45).
3. Pengembangan Kurikulum 2013
a. Konsep Pengembangan Kurikulum 2013
Konsep Kurikulum 2013 berkembang sejalan dengan perkembangan
teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau
teori pendidikan yang dianutnya. Pada dasarnya konsep Kurikulum 2013
sebenarnya dapat dianggap tidak membawa sesuatu yang baru. Konsep
kurikulum baru ini dinilai sudah pernah muncul dalam kurikulumyang
dulu pernah digunakan.
Konsep Kurikulum 2013 tersebut antara lain:
1) Kurikulum sebagai suatu substansi
Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi
murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang
ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjukan kepada suatu
dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan
belajar-mengajar, jadwal dan evaluasi.
2) Kurikulum 2013 sebagai suatu system
Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan,
sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum
menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan
menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah
tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah
bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
3) Kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum
Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli
pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi
adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem
kurikulum. Mereka yang mendalami kurikulum, mempelajarai
konsep-konsep dasar kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai
kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru
yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
Konsep Kurikulum 2013 menekankan pada aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik melalui penilaian berbasis test dan portofolio
saling melengkapi. Kurikulum baru tersebut akan diterapkan untuk
seluruh lapisan pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah
Menengah Atas maupun Kejuruan. Dan siswa untuk mata pelajaran
sudah tidak banyak lagi menghafal, tapi lebih banyak kurikulum
berbasis sains (Kurniasih dkk, 2014: 131-133).
Pada intinya, orientasi pengembangan Kurikulum 2013 adalah
tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan,
dan pengetahuan. Disamping cara pembelajarannya yang holistik dan
b. Perubahan yang ada dalam Kurikulum 2013
Adapun perubahan-perubahan yang ada dalam Kurikulum 2013 dari
kurikulum sebelumnya antara lain sebagai berikut:
1) Perubahan Standar Kompetensi Lulusan
Penyempurnaan standar kompetensi lulusan memperhatikan
pengembangan nilai, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu
dengan fokus pada pencapaian kompetensi. Pada setiap jenjang
pendidikan, rumusan empat kompetensi inti (penghayatan dan
pengamalan agama, sikap, keterampilan, dan pengetahuan) menjadi
landasan pengembangan kompetensi dasar pada setiap kelas.
2) Perubahan Standar Isi
Perubahan standar isi dari kurikulum sebelumnya yang
mengembangkan kompetensi dari mata pelajaran menjadi fokus pada
kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran melalui
pendekatan tematik-integratif (standar proses).
3) Perubahan Standar Proses
Perubahan pada standar proses berarti perubahan strategi
pembelajaran. Guru wajib merancang dan mengelola proses
pembelajaran aktif yang menyenangkan. Peserta didik difasilitasi
untuk mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan,
4) Perubahan Standar Evaluasi
Penilaian yang mengukur penilaian otentik yang mengukur
kompetensi sikap, keterampilan, serta pengetahuan berdasarkan hasil
dan proses. Sebelumnya ini penilaian hanya mengukur hasil
kompetensi.
Beberapa konsekuensi akibat dari perubahan substansi tersebut
adalah:
a) Penambahan jumlah jam belajar di SD
Beberapa perubahan drastis ada dalam Kurikulum 2013,
diantaranya waktu belajar ditambah, tetapi jumlah mata pelajaran
dikurangi. Di tingkat SD, dari 10 mata pelajaran (mapel) menjadi 6
mapel, yaitu: Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan,
Agama, Matematika, Sosial Budaya, dan Olahraga. Pelajaran IPA dan IPS ditiadakan, diintegrasikan ke mapel lain “Obyek kurikulum
baru ini adalah fenomena alam, fenomena sosial dan budaya”.
b) Penambahan jumlah jam belajar di SMP
Perubahan jumlah jam belajar di SMP adalah:
(1) Jumlah jam belajar siswa SMP berubah dari 32 jam per minggu
menjadi 38 jam per minggu.
(2) Kalau belajar 5 hari, berarti setiap hari anak belajar 8 jam
setiap hari. Jika perubahannya demikian, maka kemungkinan
masalah yang akan muncul adalah anak-anak makin bosan
lebih menarik dan membuat suasana yang menyenagkan saat
proses belajar mengajar berlangsung.
c) Penambahan jumlah jam pelajaran Agama
Adapun penambahan jumlah jam pelajaran Agama pada SD
dan sederajat bertambah dari 2 jam perminggu menjadi 4 jam per
minggu. Jam pelajaran Agama di SMP bertambah dari 2 jam per
minggu menjadi 3 jam per minggu.
d) Jumlah mata pelajaran dikurangi dari jumlah jam belajar ditambah
Di negara lain, termasuk di Firlandia, jumlah mata pelajaran
tetap banyak tapi jumlah total jam pelajaran per minggu dibatasi.
Kurikulum 2013 kurangi jumlah mata pelajaran tapi menambah jam
pelajaran per minggu.
e) Materi pelajaran IPA diintegrasikan dalam mapel Bahasa Indonesia
(Kurniasih dkk, 2014: 133-137).
4. Standar Penilaian Kurikulum 2013
Pada Kurikulum 2013, siswa tidak lagi menjadi objek dari pendidikan,
tetapi justru menjadi subjek dengan ikut mengembangkan tema dalam
materi yang ada. Dan dengan adanya perubahan ini, tentunya berbagai
standar dalam komponen pendidikan akan mengalami perubahan. Mulai dari
standar isi, standar proses maupun standar kompetensi lulusan, dan bahkan
standar penilaian pun juga mengalami perubahan.
berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Karena tujuan dari Kurikulum 2013
adalah mendorong siswa aktif dalam tiap pelajaran , maka salah satu komponen nilai siswa adalah jika si anak banyak bertanya”.
Tentunya banyak lagi komponen penilaian dalam kurikulum ini, seperti
proses dan hasil observasi siswa terhadap suatu masalah yang diajukan guru,
kemudian kemampuan siswa menalar suatu masalah juga menjadi
komponen penilaian sehingga anak terus diajak untuk berfikir logis, dan
yang terakhir adalah kemampuan anak berkomunikasi melalui presentasi
mengenai tema yang dibahas di kelas.
Ada 2 macam penilaian, yaitu:
a. Penilaian (assesment) adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
b. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan
keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan
dan keterampilan.
Penilaian autentik juga bisa diartikan sebagai upaya pemberian tugas
kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang
ditemukan dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis,
merevisi dan membahas artikel, memberikan analisis oral terhadap
peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat dan sebagainya.
Penilaian autentik memiliki relevasi kuat terhadap pendekatan ilmiah
2013. Karena penilaian semacam ini, mampu menggambarkan peningkatan
hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menanya,
menalar, mencoba dan membangun jejaring.
Pada penilaian autentik ada kecenderungan yang fokus pada tugas-tugas
kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukan
kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Karenanya penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan saintifik.
Penilaian autentik merupakan pendekatan dan instrumen penilaian yang
memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk menerapkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sudah dimilikinya dalam bentuk
tugas-tugas seperti:
a. Membaca dan meringkasnya
b. Eksperimen
c. Mengamati
d. Survei
e. Proyek
f. Makalah
g. Membuat multi media
h. Membuat karangan, dan
i. Diskusi kelas
Kata lain dari penilaian autentik adalah penilaian kinerja, termasuk di
dalamnya penilaian portofolio dan penilaia proyek. Penilaian autentik
dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari
mereka yang mempunyai kelainan tertentu, hingga yang jenius. Penilaian
autentik dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu seperti seni atau ilmu
pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses dan
hasil pembelajaran (Kurinasih dkk, 2014: 47-49).
Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk
merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau
pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan
sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi
standar penilaian pendidikan.
5. Keunggulan Kurikulum 2013
Implementasi Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan
yang produktif, kreatif dan inovatif. Hal ini dimungkinkan, karena
kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi yang secara konseptual
memiliki beberapa keunggulan.
Menurut Mulyasa dalam bukunya Pengembangan dan Implementasi
Kurikulum 2013 mengatakan bahwa, ada 3 keunggulan kurikulum 2013
yaitu:
a) Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah
(kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat
peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan
potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek
bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer
pengetahuan (transfer of knowledge).
b) Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi
mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan
ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan,
kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta
pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal
berdasarkan standar kompetensi tertentu.
c) Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi,
terutama yang berkaitan dengan keterampilan (Mulyasa, 2014: 163-164).
Sedangkan menurut Imas Kurinasih dan Berlin Sani, keunggulan
Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:
a) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap
pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.
b) Adanya penilaian dari semua aspek
Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya di dapat dari nilai ujian saja
tetapi juga di dapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan
lain-lain.
c) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah
diintegrasikan kedalam semua mata pelajaran.
d) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan
e) Kompetensi ynag dimaksud menggambarkan secara holistik domain
sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
f) Dan banyak lagi kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan
perkembangan kebutuhan seperti pendidikan karakter, metodologi
pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, serta
kewirausahaan.
g) Hal yang paling menarik dari Kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap
terhadap fenomena dan perubahan sosial.
h) Standar penilaian mengarah ppada penilaian berbasis kompetensi seperti
sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional.
i) Mengharuskan adanya remedial secara berkala.
j) Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena
pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks
dan pedoman pembahasan sudah tersedia.
k) Sifat pembelajaran sangat kontekstual.
l) Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi
profesi, paedagogi, sosial dan personal.
m)Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan
memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi, dan
membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan menerapkan
6. Kunci Sukses Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang
produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter. Dengan kreativitas, anak-anak
bangsa mampu berinovasi secara produktif untuk menjawab tantangan masa
depan yang semakin rumit dan kompleks. Meskipun demikian, keberhasilan
Kurikulum 2013 dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif dan
inovatif, serta dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional untuk
membentuk watak dan peradaban bangsa ynag bermartabat sangat
ditentukan oleh berbagai faktor (kunci sukses). Kunci sukses tersebut antara
lain :
a) Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kunci sukses pertama yang menentukan keberhasilan implementasi
Kurikulum 2013 adalah kepemimpinan kepala sekolah, terutama dalam
mengoordinasi, menggerakkan, dan menyelaraskan semua sumber daya
pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan
salah satu faktor penentu yang dapat menggerakkan semua sumber daya
sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah
melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan
bertahap. Oleh karena itu, dalam menyukseskan implementasi Kurikulum
203 diperlukan kepala sekolah yang mandiri, dan profesional dengan
kemampuan manajemen serta kepemimpinan yang tangguh, agar mampu
mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.
sumber daya sekolah dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi
program sekolah, pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, sarana dan
sumber belajar, keuangan, pelayanan siswa, serta hubungan sekolah
dengan masyarakat.
Keberhasilan Kurikulum 203, menuntut kepala sekolah yang
demokratis profesional, sehingga mampu menumbuhkan iklim
demokratis di sekolah, yang akan mendorong terciptanya kualitas
pendidikan dan pembelajaran yang optimal untuk mengembangkan
seluruh potensi peserta didik.
Kepala sekolah yang mandiri, demokratis dan profesional harus
berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat
macam nilai yakni pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik.
b) Kreativitas Guru
Kunci sukses kedua yang menentukan keberhasilan implementasi
Kurikulum 2013 adalah kreativitas guru, karena guru merupakan faktor
penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan
berhasil-tidaknya peserta didik dalam belajar.
Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, antara lain
ingin mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan materi
ke pendidikan sebagai proses, melalui pendekatan tematik integratif
dengan contextual teaching learning (CTL). Oleh karena itu,
pembelajaran harus sebanyak mungkin melibatkan peserta didik, agar
menggali berbagai potensi, dan kebenaran secara ilmiah. Dalam rangka
inilah perlunya kreativitas guru, agar mereka mampu memjadi fasilitator,
dan mitra belajar bagi peserta didik. Tugas guru tidak hanya
menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus kreatif
memberikan layanan dan kemudahan belajar (facilitate learning) kepada
seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang
menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani
mengemukakan pendapat secara terbuka. Rasa gembira, penuh semangat,
tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat merupakan modal
dasar bagi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia
yang siap beradaptasi, menghadapi berbagai kemungkinan, dan
memasuki era globalisasi yang penuh dengan tantangan.
c) Aktivitas Peserta Didik
Dalam rangka mendorong dan mengembangkan aktivitas peserta
didik, guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik, terutama disiplin
diri (self-dicipline). Guru harus mampu membantu peserta didik
mengembangkan pola perilakunya, meningkatkan standar perilakunya,
dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin dalam
setiap aktivitasnya. Untuk mendisiplinkan peserta didik perlu dimulai
dengan prinsip yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yakni
sikap demokratis, sehingga perlakuan disiplin perlu berpedoman pada hal
tersebut, yakni dari, oleh dan untuk peserta didik, sedangkan guru tut
sebagai pengemban ketertiban, yang patut digugu, ditiru, dan di teladani
tetapi bersikap otiriter.
d) Sosialisasi Kurikulum 2013
Sosialisasi dalam implementasi kurikulum sangat penting dilakukan,
agar semua pihak yang terlibat dalam implementasinya di lapangan
paham dengan perubahan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya masing-masing, sehingga mereka memberikan
dukungan terhadap perubahan kurikulum yang dilakukan.
Sosialisasi kurikulum perlu dilakukan terhadap berbagai pihak yang
terkait dalam implementasinya, serta terhadap seluruh warga sekolah,
bahkan terhadap masyarakat dan orang tua peserta didik. Sosialisasi ini
penting, terutama agar seluruh warga sekolah mengenal danmemahami
visi misi sekolah, serta kurikulum yang akan diimplementasikan. Di
tingkat sekolah, sosialisasi bisa langsung oleh kepala sekolah apabila
yang bersangkutan sudah mengenal dan cukup memahaminya. Namun,
jika kepala sekolah belum memahami atau masih belum mantap dengan
konsep-konsep perubahan kurikulum yang akan dilakukan, maka bisa
mengundang ahlinya yang ada dimasyarakat, baik dari kalangan
pemerintah, akademisi maupun dari kalangan penulis atau pengamat
pendidikan. Sebaiknya dalam sosialisasi juga dihadirkan komite sekolah,
bahkan bila memungkinkan seluruh orang tua, untuk dapat masukan,
e) Fasilitas dan Sumber Belajar
Fasilitas dan sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam
mendukung suksesnya implementasi kurikulum antara lain: laboratorium,
pusat sumber belajar, dan perpustakaan, serta tenaga pengelola dan
peningkatan kemampuan pengelolaannya. Fasilitas dan sumber belajar
teraebut perlu didayagunakan seoptimal mungkin, dipelihara, dan
disimpan dengan sebaik-baiknya. Kreativitas guru dan peserta didik perlu
senantiasa ditingkatkan untuk membuat dan mengembangkan alat-alat
pembelajaran serta alat peraga lain yang berguna bagi peningkatan
kualitas pembelajaran. Kreativitas tersebut diperlukan, bukan
semata-mata karena keterbatasan fasilitas dan dana dari pemerintah, tetapi
merupakan kewajiban yang harus melekat pada setiap guru untuk
berkreasi, berimprovisasi, berinisiatif, dan inovatif.
f) Lingkungan yang Kondusif Akademik
Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme dan
harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, serta
kegiatan-kegiatan ynag berpusat pada peserta didik (student-centered
activities) merupakan iklim yang dapat membangkitkan nafsu, gairah dan
semangat belajar. Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang
punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik
tersendiri bagi proses belajar, sebaliknya iklim belajar yang kurang
Iklim belajar yang kondusif-akademik harus ditunjang oleh berbagai
fasilitas belajar yang menyenangkan seperti; sarana, laboratorium,
pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru, hubungan yang
harmonis antara peserta didik dengan guru dan di antara peserta didik itu
sendiri, serta penataan organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat,
sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik. Iklim belajar
yang menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan
aktivitas serta kreativitas peserta didik.
g) Partisipasi Warga Sekolah
Kunci sukses yang turut menentukan keberhasilan Kurikulum 2013
adalah partisipasi warga sekolah, khususnya tenaga kependidikan.
Keberhasilan pendidik di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan
kepala sekolah dalam memberdayakan seluruh warga sekolah, khususnya
tenaga kependidikan yang tersedia. Dalam hal ini, peningkatan
produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan
perilaku tenaga kependidikan di sekolah melalui aplikasi berbagai konsep
dan teknik manajemen personalia modern (Mulyasa, 2014: 39-55).
7. Perbedaan Kurikulum 2013 dengan KTSP
Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013,
dan Kurikulum 2013 ini sudah dilaksanakan pada tahun pelajaran 2013/2014
pada sekolah-sekolah tertentu saja. Perubahan kurikulum tentu juga
menghadirkan beberapa perbedaan dengan yang lama, berikut adalah
a) Kurikulum 2013
1) SKL (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu,
melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan
Standar Isi, yang berbentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang
dituangkan dalam Permendikbud No. 67, 68, dan 70 Tahun 2013.
2) Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skiils
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
3) Di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI.
4) Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata
pelajaran lebih sedikit dibanding dengan KTSP.
5) Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata
pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan
ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran
terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan,
Menyimpulkan, dan Mencipta.
6) TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata
pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran.
7) Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur
semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan
proses dan hasil.
8) Pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib.
9) Penjurusan mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA.