MENGGUNAKAN JASA KEUANGAN SYARIAH
DI BMT BINA USAHA KARANG JATI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah
Oleh:
RIZQA RAMADHANING TYAS NIM : 223-12-007
JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
ii
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana ekonomi syari’ah
Oleh :
Rizqa Ramadhaning Tyas NIM : 223-12-007
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
vi
I f you look what you have in life, you’ll always have more.
I f you look at what you don’t have in life, you’ll never have enough
-Oprah Winfrey-
I am thankfull for all of those who said NO to me.
I t’s because of them I ’m doing it myself
-Albert Einstein-
When one door closes, another opens, but we often look so long and so regretfully
U pon the closed door that we do not see the one which has opened for us
-Alexander Graham Bell-
A wealth without a religion is a blind
vii Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Almarhumah I buku tercinta I smi Nuryani S.Pd dan ayahku Bambang Budi Haryono
sebagai wujud terima kasih atas kasih sayang dan doa yang selama ini diberikan kepada
saya.
2. Adekku tersayang Ridhan Azka Hani Fanu yang telah memberikan semangatnya.
3. Bapak Nafis I rkhami M .Ag, M .A, selaku pembimbing saya.
4. Dosen jurusan syariah yang telah membimbing saya selama 2 tahun.
5. Teman-teman program studi S-1 Perbankan Syariah angkatan 2012 yang telah
menemaniku selama dua tahun ini.
viii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur atas kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Keragaman Produk, Kualitas Pelayanan, Etika Bisnis Islam dan Citra Perusahaan Terhadap Keputusan Nasabah untuk Menggunakan Jasa Keuangan Syariah di BMT Bina Usaha Karang Jati”. Penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Perbankan Syariah S-1 Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
2. Bapak Benny Ridwan, M.Hum, Ketua Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Salatiga
3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si, Ketua Program Studi S-1 Perbankan Syariah 4. Bapak Nafis Irkhami, M.Ag, M.A, Dosen Pembimbing yang telah
memberikan arahan dan petunjuk kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen, yang telah memberikan bekal ilmu yang tidak ternilai
ix
6. BMT Bina Usaha Karang Jati, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian hingga akhir.
7. Semua pihak yang terkait dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa mendatang.
Semoga Allah SWT memberikan karunia dan rahmat-Nya kepada penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang bersangkutan.
Salatiga, 24 Januari 2015 Penulis,
x
pengaruh keragaman produk, kualitas pelayanan, etika bisnis Islam dan citra perusahaan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa keuangan syariah di BMT Bina Usaha Karang Jati dan variabel manakah yang berpengaruh paling berpengaruh terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa keuangan syariah di BMT Bina Usaha Karang Jati.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan jumlah populasi 3.852 nasabah yang merupakan jumlah keseluruhan nasabah yang menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati sampai tahun 2014. Sedangkan sampelnya adalah 100 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling. Alat analisis yang digunakan adalah analisis linier berganda, dimana sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan. Terdapat pengaruh yang signifikan keragaman produk, kualitas pelayanan, etika bisnis Islam dan citra perusahaan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa keuangan syariah. Hal ini terbukti dari hasil uji t dan uji f menghasilkan nilai signifikansi <0,05. Nilai R Square sebesar 0,824 mengindikasi bahwa variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen sebesar 82,4%. Sedangkan sisanya 17,6% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar penelitian ini. Kemudian Kualitas pelayanan merupakan variabel yang memberikan pengaruh dominan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa keuangan syariah. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung
(0,396) lebih tinggi dibanding variabel lainnya.. Hal ini mengindikasi bahwa nasabah menginginkan adanya pelayanan yang baik dan memuaskan dari BMT Bina Usaha Karang Jati, karena kualitas pelayanan menciptakan kepuasan nasabah sehingga nasabah akan menggunakan jasa keuangan syariah di BMT Bina Usaha Karang Jati.
xi
HALAMAN PENGAJUAN JUDUL ……… ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… iii
HALAMAN PENGESAHAN ……….. iv
HALAMAN PERNYATAAN ……….. v
MOTTO ………. vi
PERSEMBAHAN ………... vii
KATA PENGANTAR ………... viii
ABSTRAK ………. x
DAFTAR ISI ………. xi
DAFTAR TABEL ………. xiv
DAFTAR GAMBAR ………. xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……… 7
1.3 Tujuan Penelitian ………. 8
1.4 Kegunaan Penelitian ……… 8
1.5 Sistematika Penulisan ……….. 9
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka ……….. 11
2.2.1 Keragaman Produk ………. 14
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ……….. 32
3.9.2 Analisis Regresi Berganda ………... 44
3.9.3 Uji T ………. 45
3.9.4 Uji F ………. 46
3.9.5 Koefisien Determinasi ……….... 47
4.2 Hasil Penelitian ……… 59
4.2.1 Deskripsi Responden ……….. 59
4.2.2 Deskripsi Karakteristik Umum Responden ……… 62
4.2.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Data ………. 65
4.2.4 Uji Asumsi Klasik ……….. 67
4.2.5 Model Persamaan Regresi Berganda ……….. 71
4.2.6 Pengujian Hipotesis ……… 74
4.2.7 Uji Goodness of Fit ……… 79
4.3 Pembahasan ………. 80
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……… 84
B. Saran ……….. 85
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …………. 60
Tabel 4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Umur……… 61
Tabel 4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan ……….. 61
Tabel 4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Status Marital …………. 62
Tabel 4.5 Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Menggunakan Jasa. 63
Tabel 4.6 Deskripsi Responden Berdasarkan Jarak Rumah ke BMT … 64
Tabel 4.7 Deskripsi Responden Berdasarkan Pengeluaran per Bulan … 64
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian ……….. 65
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas ………... 66
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinieritas ……….. 69
Tabel 4.11 Model Persamaan Regresi (Uji T) ……….. 72
Tabel 4.12 Hasil Uji F ………... 78
xv
1 1.1. Latar Belakang
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank- bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) sejak tahun 1992. Pada awal munculnya perbankan syariah hingga tahun 1998 dapat dikatakan mengalami perkembangan yang lambat. Hal ini diakibatkan karena tidak adanya perangkat hukum yang mendukung sistem operasional bank syariah. Sistem perbankan di Indonesia itu sendiri diatur dalam UU No. 7 tahun 1992 (diubah dengan UU No. 10 tahun 1998) tentang perbankan bahwa perbankan di Indonesia terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu Bank umum dan Bank perkreditan rakyat yang masing-masing dapat melakukan kegiatan usaha konvensional ataupun kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. sedangkan lembaga keuangan non Bank itu antara lain berbentuk koperasi, asuransi dan yang lainnya yang melakukan kegiatan usahanya dalam bentuk konvensional maupun syariah (Ascarya, 2008: 25).
penggunaan nama perlu dipertimbangkan. Istilah perkreditan menjadikan makna pembiayaan menjadi kabur. Harapan kepada BPRS, menjadi sangat besar, mengingat cakupan bisnis bank ini lebih kecil. Namun demikian, dalam realitasnya sistem bisnis BPRS juga terjebak pada pemusatan kekayaan hanya pada segelintir orang, yakni para pemilik modal. Komitmen untuk membantu meningkatkan derajat hidup masyarakat bawah mengalami kendala baik dari sisi hukum maupun teknis. Dari sisi hukum, prosedur peminjaman Bank umum dan BPRS sama, begitu juga dari sisi teknis. Padahal inilah kendala utama pengusaha kecil, sehingga harapan besar pada BPRS hanya menjadi idelita (Ridwan, 2004: 72)
Perlu dimengerti hingga sekarang ini di tahun 2013 di daerah Kecamatan Bergas terdapat sepuluh lembaga keuangan dalam bentuk syari’ah, diantaranya delapan lembaga yang berbentuk BMT (Baitul Maal wal Tamwil), dan dua BPRS. BMT – BMT tersebut mempunyai tujuan yang sama dengan yaitu sebagai lembaga untuk meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Produk merupakan keseluruhan konsep objek/proses yang memberikan sejumlah nilai pada konsumen (Lupiyoadi dan Hamdani, 2006: 70). Keragaman produk (features), dapat berbentuk produk tambahan dari suatu produk inti yang dapat menambah nilai suatu produk. Keragaman produk biasanya diukur secara subyektif oleh masing-masing individu (dalam hal ini konsumen) yang menunjukan adanya perbedaan kualitas suatu produk (jasa). Dengan demikian, perkembangan kualitas suatu produk menuntut karakter fleksibilitas agar dapat menyesuaikan diri dengan permintaan pasar. Produk jasa dari suatu perusahaan jasa harus dikemas secara sebaik mungkin, diharapkan agar bisa menarik konsumen untuk memakai atau mengkonsumsi jasa tersebut.
Parasuraman (1985) dalam Tho’in (2011) menyebutkan bahwa dimensi kualitas terdiri dari lima faktor, yaitu: (1) Reliability; yaitu kemampuan untuk memberikan jasa dengan segera dan memuaskan; (2) Responsiveness; yaitu kemampuan untuk memberikan jasa dengan tanggap; (3) Assurance; yaitu kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh para staf, bebas dari bahaya, risiko dan keragu-raguan; (4) Emphaty; yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pelanggan; (5) Tangibles; yaitu fasilitas fisik, perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi. Untuk meningkatkan kualitas layanan diperlukan pengetahuan strategik dalam bisnis (business strategy). Hal ini diperlukan untuk meningkatkan profesionalisme dalam bidang pelayanan (Sudarsono, 2007: 109)
Hadits, yang bertumpu pada 6 prinsip, terdiri dari kebenaran, kepercayaan, ketulusan, persaudaraan, pengetahuan, dan keadilan (Arifin, 2007: 74)
Kasali (2009: 110) menyatakan bahwa tidak dapat dipungkiri dunia ini terus berubah. Maka, tidak ada kata kunci lain selain beradaptasi dengan perubahan yang ada dalam persaingan dunia usaha yang sekarang semakin ketat, kepuasan konsumen kini menjadi syarat penting yang harus dimiliki oleh semua perusahaan agar bisa bersaing di pasar. Tuntutan kebutuhan konsumen akan mutu dan keragaman produk yang tinggi, harga terjangkau, dan pelayanan yang baik, menuntut para produsen dan pemasar berlomba memberikan nilai lebih pada produknya.
(Sutisna,2003:15). Sebelum terjadinya penggunaan terhadap sebuah jasa, seringkali seorang nasabah menerima informasi yang berkaitan dengan jasa dan lembaga yang menyediakan jasa tersebut. Informasi tersebut dapat berupa kesan nasabah yang telah melakukan penggunaan jasa yang sama terhadap citranya, atau berita yang disampaikan oleh pihak yang menyediakan jasa tersebut. Citra juga sangat berpengaruh bagi nasabah untuk memutuskan menggunakan jasa,
Pada fenomena di lapangan BMT memiliki keragaman produk yang sederhana dibandingkan dengan Bank Umum Syariah akan tetapi jumlah nasabah pada lembaga keuangan syariah tersebut semakin tahun semakin bertambah. Dilihat dari sisi etika binis Islam, kebanyakan BMT masih menggunakan perhitungan prosentasi dalam menentukan bagi hasil antara nasabah (mudharib) dan BMT (shahibul maal), yang akan membuat citra BMT tersebut sistem keuangannya masih disamakan dengan sistem keuangan konvensional. Akan tetapi BMT-BMT di kabupaten Semarang mempunyai standar kualitas pelayanan yang baik, seperti contoh melayani tabungan maupun pembiayaan dengan layanan jemput bola yaitu mengambil uang setoran dari tabungan maupun pembiayaan dengan mendatangi nasabah di rumah, tempat kerja dan lain-lain.
menilai segala sesuatunya dari sudut pandang, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang variabel- variabel yang dapat mempengaruhi keputusan nasabah dengan mengambil judul: “Pengaruh Keragaman Produk, Kualitas Pelayanan, Etika Bisnis Islam dan Citra Perusahaan terhadap Keputusan Nasabah untuk Menggunakan Jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah keragaman produk berpengaruh terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati?
2. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati?
3. Apakah etika bisnis Islam berpengaruh terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati?
4. Apakah citra perusahaan berpengaruh terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka dapat disusun tujuan penelitian sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengaruh keragaman produk terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati.
b. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati.
c. Untuk mengetahui pengaruh etika bisnis Islam terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati.
d. Untuk mengetahui pengaruh citra perusahaan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati.
e. Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati.
1.4. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka dapat disusun kegunaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagi Penulis, dapat meningkatkan pengetahuan penulis serta dapat menerapkan ilmu yang diperoleh yang dapat menambah wawasan ilmiah b. Bagi BMT, sebagai bahan pertimbangan atau masukan dalam
c. Bagi STAIN Salatiga, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademik dalam bidang manajemen lembaga keuangan syariah, khususnya mengenai pengaruh keragaman produk, kualitas pelayanan, etika bisnis islam dan citra perusahaan terhadap keputusan nasabah menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati.
d. Sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian khususnya pada kajian yang sama yang berkenaan dengan masalah keragaman produk, kualitas pelayanan, etika bisnis islam dan citra perusahaan.
1.5. Sistematika Penulisan
Agar skripsi memperoleh gambaran secara berurutan, maka penulis menyajikan sistematika penulisan yaitu uraian singkat mengenai hal – hal yang akan dilaporkan secara sistematis.
Bab I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab III Metode Penelitian, yang berisi tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, skala pengukuran, definisi konsep dan operasional, instrumen penelitian, uji instrumen penelitian dan alat analisis.
Bab IV Analisis, membahas tentang gambaran umum BMT dan analisa data kualitatif, pengujian instrument penelitian yang terdiri dari uji validitas dan reliabilitas, uji penyimpangan asumsi klasik, uji statistik yang terdiri dari analisa koefisien regresi, analisa koefisien determinasi, uji T (parsial), uji F (simultan) dan pembahasan.
11 2.1Telaah Pustaka
Penelitian Erlisa Aulia Gautama (2012) yang berjudul “Pengaruh Keragaman Produk, Pendapatan dan Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian
Elektronik Merk Polytron studi kasus pada PT. Atlanta Semarang”. Sampel
dalam penelitian ini adalah 50 responden. Uji hipotesis pada variabel keragaman produk menggunakan uji- t menunjukkan hasil signifikan dengan angka 3,551 dan sig. 0,0001 <α 0,05. Pada variabel pendapatan hasilnya sebesar 3,838 dan sig. 0,000 <α 0,05. Sedangkan pada variabel pelayanan juga memperoleh hasil yang positif yaitu 2,371 dan sig. 0,022 <α 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
keragaman produk, pendapatn dan pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
tabel= 1,678, maka keragaman produk memiliki pengaruh yang positif terhadap
keputusan pembelian konsumen.
Pada penelitian Rizqa Ramadhaning Tyas (2012) yang berjudul “Pengaruh Lokasi dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Nasabah untuk Menabung di BMT Sumber Mulia Tuntang” menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari kualitas pelayanan terhadap keputusan menabung. Hal ini terbukti dari hasil uji t lebih besar dari nilai t hitung yaitu reliability (3,838>1,7011), responsiveness (2,121>1,7011), assurance (3,062>1,7011), emphaty (4,760>1,7011), dan tangibles (3,290>1,7011), sedangkan pada variabel
lokasi juga menunjukkan nilai uji t lebih besar dari t hitung (3,4801>1,7011). Variabel yang berpengaruh paling dominan yaitu variabel emphaty.
Ahmad Ulinuha (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pelayanan dan Citra Pegadaian Syariah terhadap Keputusan Nasabah dalam
Menggunakan Jasa Layanan Gadai Pada Pegadaian Syariah Cabang Majapahit
Semarang”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelayanan dan citra
pegadaian syariah secara parsial maupun simultan memiliki pengaruh positif dan signifikan. Uji t dan uji f menghasilkan nilai signifikansi <0,05. Kemudian nilai R square sebesar 0,338 mengindikasi bahwa variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen sebesar 38%, sedangkan sisanya sebesar 0,620 atau 62% dijelaskan oleh variabel- variabel di luar penelitian.
Menggunakan Jasa BMT Robbani Kaliwungu”. Sampel pada penelitian ini
sebanyak 82 responden. Uji hipotesis menggunakan uji t menunjukkan hasil signifikan dengan angka 2,117 dengan sig 0,037<0,05. Sedangkan variabel etika bisnis islam juga menunjukkan hasil yang positif yaitu 5,109 dan sig. 0,000<0,05. Selanjutnya dalam uji F atau uji simultan nilai F hitung sebesar 26,397. Ini menunjukkan bahwa keragaman produk dan etika bisnis islam berpengaruh signifikan terhadap minat nasabah menggunakan jasa BMT Robbani Kaliwungu.
Penelitian Hadi (2009) dengan judul Etika Bisnis Islam (Studi tentang Pemasaran Produk Murabahah dalam Perspektif Etika Bisnis Islam pada Bank
Muamalat Indonesia Cabang Malang) menyimpulkan beberapa etika dalam
pemasaran yang dilakukan adalah memiliki kepribadian spiritual (taqwa), berperilaku baik dan simpatik (shidiq), menepati janji dan tidak curang, jujur dan terpercaya, tidak suka berburuk sangka, tidak suka menjelek-jelekan, tidak melakukan suap (riyswah).
Menurut Rahmatika (2011) dalam penelitiannya tentang Pengaruh Etika Bisnis Islami dalam Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan (Studi
kasus Waroeng Steak & Shake di Yogyakarta) menyimpulkan bahwa etika bisnis
teknik, kualitas fungsional dan citra perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
Saefullah (2012) yang berjudul Pengaruh Persepsi Pengguna Facebook Commerce (F-Commerce) terhadap Keinginan Bertransaksi Online
menyimpulkan bahwa secara simultan variabel persepsi kualitas pelayanan, kemudahan, dan kepercayaan berpengaruh secara signifikan. Secara parsial variabel persepsi kemudahan dan kepercayaan berpengaruh signifikan namun variabel kualitas pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap keinginan bertransaksi online pengguna facebook commerce.
Penelitian Widya Emil Luthfia (2012) tentang Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan dan Harga terhadap Keputusan Pembelian pada
Coffee Shop Kofisyop Tembalang yang menyimpulkan bahwa secara individual,
variabel yang memiliki pengaruh paling besar adalah variabel kualitas produk dengan koefisien regresi sebear 0,374, kemudian diikuti variabel harga sebesar 0,331, dan yang tidak memiliki pengaruh positif adalah variabel kualitas pelayanan yaitu -0,028.
2.2Kerangka Teori
2.2.1 Keragaman Produk 2.2.1.1Pengertian Produk
Menurut Kotler (2003: 428), produk jasa merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan.
Produk adalah apa saja, yang dapat ditawarkan kepada pasar agar dapat dibeli, digunakan atau dikonsumsi, yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan mereka (Amir, 2005: 8).
Dari pengertian produk di atas dapat disimpulkan bahwa produk adalah suatu objek/proses yang dapat ditawarkan kepada konsumen yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan mereka.
2.2.1.2Keragaman Produk
Keragaman produk (features) dapat berbentuk tambahan dari suatu produk inti yang menambah nilai suatu produk. Keragaman produk biasanya diukur secara subyektif oleh masing-masing individu (dalam hal ini konsumen) yang menunjukan adanya perbedaan kualitas suatu produk (jasa). Dengan demikian, perkembangan kualitas suatu produk menuntut karakter fleksibilitas agar dapat menyesuaikan diri dengan pasar (Lupiyoadi, 2006: 176).
memperkenalkan fitur baru yang dianggap berharga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk bersaing (Kotler, 2005: 350).
Perencanaan produk harus memikirkan produk pada tiga tingkat. Tingkat paling dasar adalah produk inti. Produk inti terdiri dari jasa untuk memecahkan masalah atau manfaat inti yang dicari konsumen mereka membeli suatu produk. Jadi, ketika merancang produk, terlebih dahulu pemasar harus menetapkan manfaat yang diberikan produk bagi konsumen. Kemudian perencanaan produk harus menyusun produk aktual selain produk inti. Produk aktual mungkin mempunyai lima macam karakteristik, yaitu tingkat mutu, sifat, desain, nama merek, dan kemasan. Akhirnya, perencanaan produk harus menyusun produk tambahan selain produk inti dan produk aktual dengan menawarkan tambahan servis dan manfaat bagi konsumen (Kotler, 1997: 274).
2.2.2 Kualitas Pelayanan
2.2.2.1Pengertian Kualitas Pelayanan
perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri.
Menurut Lovelock dalam Tjiptono (2000: 58) mengemukakan bahwa kualitas pelayanan merupakan tingkatan kondisi baik buruknya sajian yang diberikan oleh perusahaan jasa dalam rangka memuaskan konsumen dengan cara memberikan atau menyampaikan jasa yang melebihi harapan konsumen. Jadi penilaian konsumen terhadap kualitas pelayanan merupakan refleksi persepsi evaluatif terhadap pelayanan yang diterimanya pada waktu tertentu.
Menurut Tho’in (2011) bahwa kualitas pelayanan lebih menitik-beratkan pada kepuasan pelanggan, dimana kualitas pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampainnya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Pelayanan terbaik pada pelanggan dan tingkat kualitas dapat dicapai secara konsisten dengan memperbaiki pelayanan dan memberikan perhatian khusus pada standar kinerja karyawan baik internal maupun eksternal.
terhadap suatu produk atau jasa salah satunya dengan meningkatkan kualitas pelayanan.
2.2.2.2Dimensi Kualitas Pelayanan
Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry sebagaimana dikutip Umar (2000: 8-9), untuk mengevaluasi kualitas jasa pelanggan umumnya menggunakan 5 dimensi adalah sebagai berikut: a. Tangibles
Merupakan bukti nyata dari kepedulian dan perhatian yang diberikan oleh penyedia jasa kepada konsumen. Pentingnya dimensi tangibles ini akan menumbuhkan image penyedia jasa terutama bagi konsumen baru dalam mengevaluasi kualitas jasa.
Komponen-komponen dari dimensi tangibles meliputi penampilan fisik seperti gedung, ruangan front-ofifce, tempat parkir, kebersihan, kerapian, kenyamanan ruangan, dan penampilan karyawan.
b. Reliability
Reliability atau keandalan merupakan kemampuan perusahaan
reliability ini merupakan kemampuan perusahaan dalam menyampaikan jasa secara tepat dan pembebanan biaya secara tepat.
c. Responsiveness
Responsiveness atau daya tanggap merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan oleh langsung karyawan untuk memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap. Dimensi ini menekankan pada perhatian dan kecepatan karyawan yang terlibat untuk menanggapi permintaan, pertanyaan, dan keluhan konsumen. Jadi komponen atau unsur dari dimensi ini terdiri dari kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam melayani pelanggan, dan penanganan keluhan pelanggan.
d. Assurance
Assurance atau jaminan merupakan pengetahuan dan perilaku
employee untuk membangun kepercayaan dan keyakinan pada diri
meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan konsumen kepada perusahaan seperti, reputasi perusahaan, prestasi dan lain-lain
e. Emphaty
Emphaty merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh karyawan untuk memberikan perhatian kepada konsumen secara individu, termasuk juga kepekaan akan kebutuhan konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini merupakan gabungan dari akses (acces) yaitu kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, komunikasi merupakan kemampuan melakukan untuk menyampaikan informasi kepada konsumen atau memperoleh masukan dari konsumen dan pemahaman merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan konsumen.
2.2.3 Etika Bisnis Islam
2.2.3.1Pengertian Etika Bisnis Islam
Etika atau etos sebagai cabang filsafat yang mempelajari baik buruk perilaku manusia biasanya diklasifikasikan ke dalam filsafat moral (Irkhami, 2014: 10).
prinsip-prinsip moralitas. Dalam arti lain etika bisnis juga dikatakan sebagai seperangkat prinsip dan norma dimana para pelaku bisnis harus mempunyai komitmen dalam melakukan sebuah transaksi, berperilaku, dan juga berelasi guna mencapai tujuan bisnisnya dengan selamat (Badroen, 2006: 15).
Islam adalah agama yang hadir di muka bumi ini untuk menyampaikan ajaran-ajaran etika dan moral kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia (Irkhami, 2014: 10). Sedangkan pengertian bisnis Islami adalah usaha untuk mencukupi kebutuhan lewat proses penyediaan oleh produsen kepada konsumen dengan cara-cara serta aturan yang menurut syariat Islam diperbolehkan (Arifin, 2009: 122).
Menurut Arifin (2009: 123) etika bisnis Islam adalah ajaran baik buruk, benar salah atau ajaran tentang moral khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi bersumber dari ajaran agama Islam yang menjunjung tinggi sikap saling percaya, kejujuran dan keadilan.
2.2.3.2Prinsip Etika Bisnis Islam
a. Prinsip tauhid (kesatuan/unity)
Prinsip ini merupakan prinsip pokok dari segala sesuatu, karena di dalamnya terkandung perpaduan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan lain sebagainya menjadi satu (homogeneous whole). Maka Islam kemudian menawarkan keterpaduan antara agama sebagai perwujudan dari sikap taat hamba kepada Khalik, dengan berbagai aspek kehidupan di dunia (ekonomi, politik, sosial, budaya dan lain sebagainya) yang bertujuan untuk membentuk satu kesatuan yang utuh.
b. Prinsip keseimbangan (keadilan/equilibrium)
Prinsip yang kedua ini lebih menggambarkan dimensi kehidupan pribadi yang bersifat horizontal. Prinsip keseimbangan (Equilibrium) yang berisikan ajaran keadilan merupakan salah satu prinsip dasar yang harus dipegang oleh siapapun.
c. Prinsip kehendak bebas (ikhtiyar/free will)
intervensi bagi pasar dari pihak manapun, tak terkecuali oleh pemerintah.
d. Prinsip pertanggungjawaban (responsibility)
Untuk memenuhi segala bentuk kesatuan dan juga keadilan, maka manusia harus bertanggungjawab atas semua perilaku yang telah diperbuatnya. Dan dalam dunia bisnis hal semacam itu juga sangat berlaku. Setelah melaksanakan segala aktifitas bisnis dengan berbaagi bentuk kebebasan, bukan berarti semuanya selesai saat tujuan yang dikehendaki tercapai, atau ketika sudah mendapatkan keuntungan. Semua itu perlu adanya pertanggungjawaban atas apa yang telah pebisnis lakukan, baik itu pertanggungjawaban ketika ia bertransaksi, memproduksi barang, menjual barang, melkukan jual-beli, melakukan perjanjian dan lain sebagainya.
e. Prinsip kebenaran
proses untuk mendapatkan keuntungan harus berlandaskan prinsip kebenaran. Dan tentunya jika hal itu sudah dilaksanakan dengan sendirinya nilai kehalalannya akan tampak.
f. Prinsip ihsan (benevolence)
Prinsip ini mengajarkan untuk melakukan perbuatan yang dapat mendatangkan manfaat kepada orang lain, tanpa harus aturan yang mewajibkan atau memerintahnya untuk melakukan perbuatan itu. Atau dalam istilah lainnya adalah beribadah maupun berbuat baik seakan-akan melihat Allah, jika tidak seperti itu, maka yakinlah bahwa Allah melihat apa yang kita kerjakan.
2.2.4 Citra Perusahaan 2.2.4.1Citra Perusahaan
Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan hanya citra pada produk dan pelayanannya (Jefkins dan Yadin, 2004: 19). Sedangkan hal-hal positif yang meningkatkan citra perusahaan lebih dikenal dan diterima publiknya adalah sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, kualitas pelayanannya, keberhasilan dalam bidang marketing dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial (Rueslan, 1998: 66). Secara logika, jika perusahaan sudah mengalami krisis kepercayaan dari publik atau masyarakat umum maka akan membawa dampak negatif terhadap citranya, bahkan akan terjadi penurunan citra sampai pada titik yang paling rendah.
Sebelum terjadinya penggunaan terhadap sebuah jasa, seringkali seorang nasabah menerima informasi yang berkaitan dengan jasa dan lembaga yang menyediakan jasa tersebut. Informasi tersebut dapat berupa kesan nasabah yang telah melakukan penggunaan jasa yang sama terhadap citranya, atau berita yang disampaikan oleh pihak yang menyediakan jasa tersebut.
tersendiri tentang pengaruh informasi tersebut terhadap penggunaan jasa.
Untuk mengukur citra perusahaan, baik citra positif maupun negatif diperlukan alat ukur untuk mengetahui citra perusahaan tersebut. Ada empat hal yang digunakan sebagai alat pengukur pembentukan citra perusahaan (Rueslan,1998: 25), yaitu :
a. Kepercayaan
Merupakan kesan, dan pendapat atau penilaian positif khalayak terhadap suatu perusahaan.
b. Realitas
Menggambarkan suatu yang realitas, jelas terwujud, dapat hasilnya diukur, dan dapat dirasakan di pertanggung jawabkan dengan perencanaan yang matang dan sistematis bagi responden.
c. Terciptanya kerjasama yang saling menguntungkan
Menggambarkan keadaan yang saling menguntungkan antara perusahaan dan publiknya.
d. Kesadaran
2.2.5 Keputusan Nasabah 2.2.5.1Keputusan
Keputusan adalah hal sesuatu yang diputuskan konsumen untuk memutuskan pilihan atas tindakan pembelian barang atau jasa (Sutisna, 2003: 15). Keputusan juga diartikan untuk memutuskan suatu kesimpulan.
Menurut Amirullah (2002: 50) pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan- kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan.
Proses pemilihan dan penilaian itu biasanya diawali dengan mengidentifikasi masalah utama yang mempengaruhi tujuan, menyusun, menganalisis dan memilih berbagai alternatif tersebut dan mengambil keputusan yang dianggap paling baik.
2.2.5.2Proses Pembelian Keputusan Konsumen Gambar 2.1
Model Proses Pembelian Lima Tahap
Menurut Kotler (2002: 251) proses keputusan pembelian melewati lima tahap yaitu:
a. Pengenalan kebutuhan
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenal suatu masalah kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan yang nyata dengan yang diinginkan. Kebutuhan dipicu oleh stimuli intern dan ekstern.
b. Pencarian informasi
Seorang konsumen yang tergerak oleh stimuli akan berusaha untuk mencari lebih banyak informasi. Sumber-sumber informasi konsumen terdiri dari empat kelompok yaitu :
1) Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan
2) Sumber komersial : iklan, pedagang, perantara, pengemasan 3) Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan, penggunaan
produk
4) Sumber publik : media massa, organisasi rating konsumen c. Evaluasi alternative
d. Keputusan pembelian
Keputusan pembelian dipengaruhi oleh dua faktor, yang pertama adalah sikap atau pendirian orang lain. Kedua adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi. Konsumen membentuk suatu maksud pembelian atas faktor-faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan.
e. Perilaku pascapembelian
Setelah pembelian produk, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidak-puasan tertentu. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen dengan suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen merasa puas dia akan menunjukkan probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi.
2.3Kerangka Penelitian
Pada penelitian ini terdapat lima variabel yang diidentifikasi sebagai masalah penting, empat variabel independen yaitu: keragaman produk, kualitas pelayanan, etika bisnis islam dan citra perusahaan serta variabel dependen yaitu keputusan nasabah.
Untuk melakukan analisis ini diperlukan adanya alat ukur yang merupakan indikator dari variabel- variabel tersebut di atas. Secara skematis, berikut penulis sajikan kerangka penelitian sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.2:
2.4Hipotesis
Teori yang digunakan dalam penelitian kuantitatif akan mengidentifikasi hubungan antarvariabel. Hubungan antarvariabel bersifat hipotesis. Hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian (Prasetyo dan Jannah, 2011: 76)
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Citra Perusahaan (X4)
Keputusan Nasabah (Y)
Keragaman Produk (X1)
Kualitas Pelayanan (X2)
H1 : Keragaman produk memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati.
H2 : Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati.
H3 : Etika bisnis Islam berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati.
H4 : Citra perusahaan berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati.
H5 : Kualitas pelayanan merupakan variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati
32 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ditinjau dari tujuan penelitian digolongkan sebagai penelitian deskriptif dan penelitian verifikatif. Menurut Sugiyono (2006: 11). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Sedangkan penelitian verifikatif adalah suatu penelitian yang ditunjukkan untuk menguji teori dan akan mencoba menghasilkan metode ilmiah baru yakni status hipotesa yang berupa kesimpulan, apakah suatu hipotesa diterima atau ditolak.
Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan responden mengenai variabel-variabel yang diteliti yaitu keragaman produk, kualitas pelayanan, etika bisnis islam, citra perusahaan dan keputusan nasabah. Penelitian verifikatif pada dasarnya menguji kebenaran suatu hipotesis yang dilakukan
kualitas pelayanan, etika bisnis islam dan citra perusahaan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BMT Bina Usaha, yang terletak di Karang Jati. Waktu dilakukan penelitian ini adalah pada tanggal 3 November sampai dengan 8 November 2014.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi merupakan kumpulan pengukuran atau data pengamatan yang dilakukan terhadap orang, benda, atau tempat. Dalam penelitian ini populasinya adalah nasabah yang menggunakan jasa BMT sampai dengan tahun 2014 yang berjumlah 3.852 nasabah.
3.3.2 Sampel
Keterangan :
n = jumlah sampel N = populasi
moe = margin of error max yaitu tingkat kesalahan maksimal yang masih dapat ditoleransi
Berdasarkan data yang diperoleh dari BMT Bina Usaha Karang Jati, jumlah nasabah yang ada sampai tahun 2014 berjumlah 3.852, maka dalam penentuan sampel dengan margin of error diambil sebesar 0,1 % adalah :
2
Berdasarkan perhitungan diatas maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 responden. Hal ini juga untuk memenuhi standar ideal minimal jumlah sampel penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data primer dan data sekunder adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara meninjau serta melakukan pengamatan langsung dan pencatatan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti. 2. Interview
Yaitu teknik pengumpulan data melalui tanya jawab dengan karyawan BMT untuk memperoleh data mengenai profil BMT, jumlah nasabah serta produk tabungan, pembiayan dan jasa lainnya.
3. Kuesioner
Yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat daftar pertanyaan tertulis. Kuesioner berisi pertanyaan mengenai gambaran umum dari responden, serta sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan penelitian, guna mendapat data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 4. Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data untuk memperoleh data-data sekunder, dengan cara menggunakan informasi dari literatur, buku-buku ataupun sumber lainnya yaitu dokumen-dokumen perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.
3.5 Skala Pengukuran
mengukur sikap responden dalam memberikan tanggapan terhadap pertanyaan atau nasalah yang diberikan kepada yang bersangkutan dalam suatu riset tertentu (Sarwono, 2009: 72).
Pengukuran data dalam penelitian ini menggunakan 5 tingkat yang terdiri dari Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (S), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Kelima penilaian ini diberi bobot sebagai berikut:
a) Jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi bobot 1 b) Jawaban Tidak Setuju (TS) diberi bobot 2
c) Jawaban Netral (N) diberi bobot 3 d) Jawaban Setuju (S) diberi bobot 4
e) Jawaban Setuju Sekali (SS) diberi bobot 5
3.6 Definisi Konsep dan Operasional
Definisi konsep dan operasional dari variabel-variabel yang dianalisis adalah sebagai berikut:
3.6.1 Keragaman Produk
Keragaman produk (features) dapat berbentuk tambahan dari suatu produk inti yang menambah nilai suatu produk (Lupiyoadi, 2006: 176). Variabel keragaman produk akan diukur melalui indikator sebagai berikut:
3.6.2 Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan merupakan tingkatan kondisi baik buruknya sajian yang diberikan oleh perusahaan jasa dalam rangka memuaskan konsumen dengan cara memberikan atau menyampaikan jasa yang melebihi harapan konsumen (Tjiptono, 2000: 58). Variabel kualitas pelayanan diukur melalui indikator sebagai berikut:
a. Tangibles (bukti fisik)
b. Reliability (keandalan)
c. Responsiveness (daya tanggap)
d. Assurance (jaminan)
e. Emphaty (empati)
3.6.3 Etika Bisnis Islam
Etika bisnis Islam adalah ajaran baik buruk, benar salah atau ajaran tentang moral khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi bersumber dari ajaran agama Islam yang menjunjung tinggi sikap saling percaya, kejujuran dan keadilan (Arifin, 2009: 123). Variabel etika bisnis Islam diukur melalui indikator sebagai berikut:
a. Tauhid
f. Ihsan 3.6.4 Citra Perusahaan
Citra itu abstrak dan tidak dapat diukur secara matematis tetapi dapat dirasakan dari hasil penelitian baik atau buruk seperti penerimaan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari masyarakat luas (Rueslan, 1998: 62). Variabel citra diukur melalui indikator sebagai berikut: a. Kepercayaan
b. Realitas
c. Kerjasama saling menguntungkan d. Kesadaran
3.6.5 Keputusan Nasabah
Keputusan adalah hal sesuatu yang diputuskan konsumen untuk memutuskan pilihan atas tindakan pembelian barang atau jasa (Sutisna, 2003: 15). Adapun keputusan nasabah diukur dengan:
a. Pengetahuan
b. Sikap pendirian dan kepercayaan c. Persepsi
3.7 Instrumen Penelitian
diolah. Variasi jenis instrumen penelitian adalah angket, ceklis (checklist), atau daftar centang, pedoman wawancara, pedoman pengamatan (Arikunto, 2006: 160).
Dalam penelitian ini menggunakan angket dalam bentuk skala sikap (likert), berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala deskriptif. Angket dalam penelitian ini berisi tentang variabel bebas dan variabel terikat yaitu keragaman produk, kualitas pelayanan, etika bisnis islam, citra perusahaan serta keputusan nasabah dengan masing- masing pernyataan diberi skor sebagai berikut: Sangat Tidak Setuju (STS) diberi bobot 1, Tidak Setuju (TS) diberi bobot 2, Netral (N) diberi bobot 3, Setuju (S) diberi bobot 4 dan Setuju Sekali (SS) diberi bobot 5.
3.8 Uji Instrumen Penelitian
Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Instrumen dalam penelitian ini akan diuji dengan uji validitas dan reliabilitas.
3.8.1 Uji Validitas
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. (Saifuddin Azwar, 2003:5).
Teknik yang digunakan untuk menguji validitas kuesioner adalah berdasarkan Rumus Koefisien Product Moment Pearson, yaitu:
rxy : koefisien Korelasi Product Moment X : nilai dari item ( pertanyaan)
Y : nilai dari total item
N : banyaknya responden atau sampel penelitian (Saifuddin 2003)
Perhitungan ini akan dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Package for Social Science). Untuk menentukan valid atau tidaknya suatu data maka akan dibandingkan nilai r hitung (Corrected Item Total Correlation) dengan nilai r tabel. Kriteria penilaian uji validitas,
adalah:
a). Apabila r hitung > r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat dikatakan item kuesioner tersebut valid.
3.8.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. (Saifuddin Azwar, 2003:4). Hasil pengukuran dapat dipercaya atau reliabel hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. (Saifuddin Azwar, 2003:4).
Cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner adalah dengan menggunakan Rumus Koefisien Cronbach Alpha: (Saifuddin Azwar, 2003 : 35)
Cronbach Alpha pada penelitian ini akan digunakan nilai 0.6 dengan asumsi bahwa daftar pertanyaan yang diuji akan dikatakan reliabel bila nilai Cronbach Alpha ≥ 0.6 (Nunally, 1996 dalam Imam Ghozali, 2001 : 140).
3.9 Alat Analisis 3.9.1 Uji Asumsi Klasik
3.9.1.1Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, dependent variable dan independent variable keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Imam Ghozali, 2001; 153).
Mendeteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal P-P Plot. Adapun pengambilan keputusan didasarkan kepada:
a). Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
3.9.1.2Uji Multikolineritas
Uji asumsi multikolinieritas dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan linear antara variabel bebas (independent) satu dengan variable bebas (independent) lainnya. Dalam analisis regresi linear berganda, terdapat dua atau lebih variabel bebas (independent) yang diduga akan mempengaruhi variabel tergantungnya (dependen). Pendugaan tersebut akan dapat dipertanggungjawabkan apabila tidak terjadi adanya hubungan yang linear di antara variabel independent. Pengujian adanya multikoliniearitas dilihat dari nilai tolerance dan varian variabel factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =1/tolerance). Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah niai tolerance<0,1 atau sama dengan nilai VIF<10 (Ghozali, 2001; 157).
3.9.1.3Uji Heteroskedastisitas
grafik plot antara nilai prediksi dengan residualnya, adapun dasar untuk menganalisisnya adalah :
a). Jika ada pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b). Jika tidak ada pola yang serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.9.2 Analisis Regresi Berganda
Regresi digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung dan memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas (Sarwono, 2012: 91). Untuk mendapatkan persamaan yang melibatkan hubungan antara tiga variabel atau lebih menggunakan regresi berganda (multiple regression). Analisa ini digunakan untuk meramalkan apakah ada tidaknya hubungan sebab akibat antara variabel-variabel tersebut. Variabel yang menyebabkan terjadinya perubahan (x): dengan variabel yang terkena pengaruh variabel yang lainnya (y). untuk mempermudah dan menghemat waktu maka dalam penelitian ini dibantu dengan program SPSS dalam proses perhitungannya.
Rumus:
Keterangan:
3.9.3 Uji Signifikan Parsial atau Uji T
Pengukuran ttes dimaksudkan untuk mempengaruhi apakah secara
Keterangan: hipotesis alternative (Ha) diterima, sebaliknya dikatakan tidak signifikan bila nilai thit < ttabel atau nilai probabilitas signifikansi lebih besar dari 0,05
(tingkat kepercayaan yang dipilih) maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternative (Ha) ditolak,
3.9.4 Uji F
Untuk menguji secara bersama-sama antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan melihat tingkat signifikansi (F) pada 5% rumus yang digunakan (Gujarati, 1997; 185):
Keterangan:
R : koefisien korelasi ganda.
Fh : F hitung.
K : jumlah variabel bebas.
N : jumlah sampel yang dipakai.
Pengujian setiap koefisien regresi bersama-sama dikatakan signifikan bila nilai mutlak Fhit > Ftabel atau nilai probabilitas signifikansi lebih kecil
dari 0,05 (tingkat kepercayaan yang dipilih) maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima, sebaliknya dikatakan tidak signifikan bila nilai Fhit < Ftabel atau nilai probabilitas signifikansi lebih kecil
dari 0,05 (tingkat kepercayaan yang dipilih) maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak.
3.9.5 Koefisien Determinasi
nol), maka sumbangan dari variabel bebas terhadap variasi nilai variabel tergantung semakin kecil. Secara umum dikatakan bahwa besarnya
49
4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Sejarah Berdirinya BMT Bina Usaha Karang Jati
BMT (Baitul Maal wat Tamwil) Bina Usaha pada proses pendiriannya dibantu dan difasilitasi oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) dimana dalam pendiriannya PINBUK ini bekerja sama dengan Departemen Tenaga Kerja melalui Program Penanggulangan Pengangguran Pekerja Terampil (P3T). Pada awal-awal tahun berdirinya BMT Bina Usaha ini, cara memperkenalkan diri kepada masyarakat yaitu dengan cara mengadakan sosialisasi-sosialisasi di tempat-tempat umum yang biasa digunakan warga masyarakat untuk berkumpul, dalam hal ini khususnya di masjid-masjid. Awal mula BMT Bina Usaha ini memperkenalkan diri dengan adanya sosialisasi pada bulan Juli 1998 di Masjid Ad-Dakwah, Karang Jati dan secara resmi mulai beroperasional pada tanggal 1 November 1998 di Jalan PTP Ngobo no. 4 Sruwi Karangjati, kecamatan Bergas.
Dasar hukum yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan operasi BMT Bina Usaha adalah sebagai berikut:
a. BMT Bina Usaha berbadan hukum koperasi berdasarkan Akta Pendirian Koperasi dengan SK Menteri Koperasi PKM No. 066/BH/KDK.11.1/III/1999 tanggal 23 Maret 1999
b. Perubahan Anggaran Dasar dan Badan Hukum nomor 57/BH/PAD/XIV.23/188.4/II/2009 tanggal 11 Februari 2009 c. SISIPK No. 064/SISPK/KDK11.1/V/2011
d. Ijin Gangguan No. 503/124/2011
e. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Koperasi No. 11,17,2,64,00263
4.1.3. Struktur Organisasi
organisasi BMT Bina Usaha adalah sebagai berikut: a. Pengawas
1. Melakukan pengawasan secara tidak langsung 2. Melakukan koordinasi dengan pengurus b. Pengurus
1. Mengadakan rencana kerja dan rencana anggaran pendapatan dan belanja BMT
2. Menyelenggarakan rapat
3. Menyelenggarakan rapat pengurus minimal 1 kali setiap bulan untuk mengevaluasi pelaksanaan usaha BMT oleh pengelola 4. Menunjuk pengelola BMT yang professional
c. Pengelola 1. Manager
a) Memimpin kegiatan BMT secara menyeluruh b) Melakukan koordinasi seluruh staf BMT
c) Menyusun rencana kerja bulanan, triwulanan, dan tahunan yang merupakan penjabaran dari kebijakan umum pengawas dan Rapat Anggota Tahunan
d) Menandatangani surat-surat untuk kepentingan intern dan ekstern
g) Meneliti laporan periodik (bulanan, triwulanan, dan tahunan)
2. Kepala Pembiayaan
a) Menyusun rencana pembiayaan
b) Menerima usulan dan melakukan wawancara analisa pembiayaan
c) Memantau, membina, dan medata jalannya pengangsuran pembiayaan agar tidak macet
d) Menganalisa proposal pembiayaan nasabah
e) Mengajukan persetujuan pembiayaan kepada manajer f) Melakukan survei untuk mencari calon nasabah baru g) Melakukan administrasi pembiayaan
h) Melakukan penagihan lapangan
i) Melaksanakan pelayanan pengambilan atau pengantaran dari debitur
3. Pembukuan (Accounting)
a) Membukukan semua transaksi keuangan
b) Membuat laporan-laporan keuangan secara periodik
manajer
e) Mengarsip semua berkas, surat-surat dan dokumen-dokumen lain sehingga tidak hilang.
4. Kasir (Teller)
a) Bertindak sebagai penerima uang dan juru bayar
b) Melayani penerimaan serta penarikan dari dan ke nasabah c) Melakukan pembayaran sesuai dengan perintah manajer d) Menghitung bagi hasil seluruh nasabah
e) Mengadministrasikan seluruh transaksi yang berhubungan dengan kas
f) Setiap akhir jam kerja menghitung uang yang ada dan meminta pemeriksaan dari manajer
5. Pemasaran (Marketing)
a) Melakukan kegiatan-kegiatan kerja dan promosi
b) Mencari sumber-sumber dana dengan melihat kemungkinan dan peluang dana murah yang dapat dihimpun baik dari nasabah maupun simpanan dari pihak ketiga
a. Baitul Maal
Yaitu peran sosial dalam penyaluran dana kepada delapan golongan. BMT Bina Usaha selain sebagai organisasi bisnis juga merupakan organisasi sosial. BMT Bina Usaha mendapat dana dari zakat, infak, dan sodaqoh.
b. Baitul Tamwil
Yaitu mengelola dana umat yang sangat potensial dan sesuai syariat islam. BMT Bina Usaha sebagai organisasi bisnis adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk pembiayaan terhadap usaha-usaha produktif dan menguntungkan. Jenis produk yang dikeluarkan BMT Bina Usaha terdiri dari:
1. Produk Simpanan
Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah dalam bentuk simpanan biasa atau simpanan berjangka. Produk simpanan yang terdapat pada BMT Bina Usaha meliputi: a) Si Rela (Simpanan Sukarela Lancar)
sesuai dengan ketetapan BMT.
b) Si Suka (Simpanan Sukarela Berjangka)
Merupakan simpanan dengan akad mudharabah, yaitu anggota BMT menginvestasikan sejumlah dana kepada BMT dan BMT akan mengelola dana tersebut dalam bentuk pembiayaan dan usaha lain yang bermanfaat. Anggota BMT akan memperoleh bagian keuntugan berdasarkan nisbah yang telah disepakati.
c) Si Supel (Simpanan Sukarela Pelajar)
Merupakan simpanan yang diperuntukkan bagi pelajar, dengan akad wadiah yadhamanah, yaitu akad titipan uang dengan tanggungan keamanan dari BMT dan BMT diperkenankan untuk mengelola uang tersebut untuk keperluan yang bermanfaat. BMT akan memberikan pembagian kadar keuntungan sesuai dengan ketetapan BMT.
d) Si Suqur (Simpanan Persiapan Ibadah Qurban)
Adalah dana amanah anggota BMT berupa zakat, infaq, shadaqah dan dana sosial yang disampaikan kepada BMT dan BMT akan menyalurkan serta mengalokasikan dana tersebut kepada pihak yang membutuhkan dan berhak menerima (mustahiq).
2. Produk Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan uang yang dapat dipinjamkan kepada peminjam berdasarkan persetujuan atau kesepakatan bersama antara pihak BMT dengan nasabah. Nasabah peminjam (pembiayaan) wajib mengembalikan dan melunasi pinjaman beserta bagi hasilnya setelah jangka waktu tertentu yang telah ditentukan sesuai kesepakatan bersama. Jenis-jenis pembiayaan di BMT Bina Usaha adalah sebagai berikut:
a) Mudharabah (MDA)
dalam akad pembiayaan.
b) Musyarakah (MSA)
Yaitu akad kerjasama antara BMT dan anggota BMT untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (modal usaha) dan keuntungan usaha dibagi antara BMT dengan anggota BMT sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam akad pembiayaan.
c) Murabahah (MBA)
Yaitu akad jual beli suatu barang antara BMT (penjual) dengan anggota BMT (pembeli) dengan menegaskan harga belinya kepada anggota BMT dan anggota BMT membayarkan dengan harga yang lebih sebagai margin. d) Ijarah (IJR)
Yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan pemilikan barang itu sendiri.
e) Qardhul Hasan (QH)
1) Bersedia menjadi anggota 2) Amanah dan bertanggung jawab 3) Memiliki kartu identitas
4) Memiliki usaha dan atau pekerjaan tetap 5) Mengisi formulir permohonan pembiayaan 6) Bersedia di survei ke rumah atau tempat usaha
7) Permohonan pembiayaan dilengkapi fotocopy identitas diri (KTP suami-istri dan Kartu Keluarga) yang masih berlaku 8) Pengajuan pembiayaan harus diketahui suami atau istri atau
orang tua (bagi yang belum menikah)
9) Satu keluarga hanya diperbolehkan mengajukan satu permohonan pembiayaan
10)Memberikan fotocopy jaminan yang akan dijadikan agunan 11)Berkas yang sudah masuk tidak dapat diminta kembali
4.2.Hasil Penelitian
4.2.1. Deskripsi Responden
pada penjelasan berikut;
4.2.1.1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada bagian ini dapat dijelaskan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)
Pria 32 32
Wanita 68 68
Total 100 100
Sumber: Data primer yang diolah, 2014
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nasabah BMT Bina Usaha sebagian besar berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 68 %. Hal ini dapat dipahami karena nasabah wanita BMT Bina Usaha sering menggunakan jasa dan produk BMT tersebut untuk usaha dagangnya.
4.2.1.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur
Umur Responden sebagian besar berumur antara 20 sampai 40 tahun yaitu sebanyak 84 %. Hal ini mengindikasikan bahwa nasabah yang menggunakan jasa BMT Bina Usaha masih berusia produktif dan masih memiliki aktivitas usaha.
4.2.1.3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pada bagian ini dapat dijelaskan karakteristik responden berdasarkan pendidikan yang ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Pendidikan Responden
Pendidikan Jumlah Persentase (%)
dalam menggunakan dan memanfaatkan jasa BMT Bina Usaha.
4.2.1.4. Deskripsi Responden Berdasarkan Status Marital
Pada bagian ini dapat dijelaskan karakteristik responden berdasarkan status marital responden yang ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Status Marital Responden
Status Marital Jumlah Persentase (%)
Menikah 95 95
Tidak Menikah 5 5
Total 100 100
Sumber: Data primer yang diolah, 2014
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar nasabah BMT Bina Usaha menikah yaitu sebanyak 95 %. Hal ini berarti jasa dan produk BMT Bina Usaha banyak digunakan oleh nasabah yang sudah berkeluarga dalam mengembangkan usahanya.
4.2.2. Deskripsi Karakteristik Umum Responden
Karang Jati
Pada bagian ini dapat dijelaskan mengenai lama menabung nasabah di BMT Bina Usaha Karang Jati yang ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Lama Menabung di BMT Bina Usaha Karang Jati Lama
Menabung Jumlah Persentase (%)
< 6 Bulan 2 2
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar nasabah BMT Bina Usaha sudah menabung antara 1 sampai 3 tahun yaitu sebanyak 46 %. Hal ini mengindikasikan bahwa nasabah mempunyai keyakinan dan kepercayaan dalam menggunakan jasa dan produk BMT Bina Usaha Karang Jati.
4.2.2.2. Deskripsi Mengenai Jarak Rumah Nasabah Dengan Kantor BMT Bina Usaha Karang Jati
Jarak Rumah Dengan Kantor BMT Bina Usaha Karang Jati
Jarak Jumlah Persentase (%)
< 1 Km 19 19
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati bertempat tinggal antara 1 sampai 5 kilometer yaitu sebanyak 76 %. Hal ini mengindikasikan bahwa jasa dan produk BMT Bina Usaha banyak digunakan oleh nasabah yang bertempat tinggal dan tempat usahanya berada dekat dengan kantor BMT Bina Usaha Karang Jati.
4.2.2.3. Deskripsi Mengenai Pengeluaran Nasabah Setiap Bulannya
Pada bagian ini dapat dijelaskan mengenai pengeluaran nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati setiap bulannya yang ditunjukkan pada tabel berikut
Tabel 4.7
Pengeluaran Nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati Setiap Bulannya
Pengeluaran Jumlah Persentase (%)
nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati setiap bulannya berkisar antara Rp. 1.000.000 sampai Rp. 2.000.000 yaitu sebanyak 58 %. Hal ini mengindikasikan bahwa nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati memiliki penghasilan yang cukup dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
4.2.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Data
Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat dianalisis menggunakan pengujian validitas dan reliabilitas. Hasil pengujian validitas dari instrumen penelitian yang digunakan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian
X4.2 0,815 0,199 Valid
Berdasarkan tabel 4.8 dijelaskan mengenai validitas item kuesioner. Dengan bantuan program SPSS diperoleh angka Corrected Item Total Correlation /r hitung. Dari data pada tabel 4.8 terlihat seluruh
r hitung lebih besar bila dibandingkan r tabel product moment = 0,199
(dengan =5%, df=n-k-1=95) maka semua item pertanyaan instrumen penelitian yang digunakan dapat dikatakan valid.
Setelah dilakukan pengujian validitas maka selanjutnya juga dilakukan pengujian reliabilitas. Hasil pengujian reliabilitas dari instrumen penelitian yang digunakan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian
NO. VARIABEL CRONBACH ALPHA
memiliki Cronbach alpha lebih besar dari 0,60, sehingga instrumen penelitian ini dapat dikatakan andal (reliabel) dan dapat digunakan sebagai alat ukur.
4.2.4. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi yaitu model analisis regresi linier berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik. Model regresi yang baik adalah model yang dapat memenuhi asumsi klasik yang disyaratkan (Gujarati, 1995). Adapun pengujian terhadap asumsi klasik dengan program SPSS 10.0 yang dilakukan pada penelitian ini meliputi :
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dalam penelitian dilihat dengan cara memperhatikan penyebaran data (titik) pada Normal P-Plot of Regression Standardized Residual dari variabel terikat. Persyaratan
Uji Normalitas Data dengan Normal P-Plot
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
Deteksi adanya multikolinearitas menurut Imam Ghozali (2001:63) multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF di bawah 10. Setiap analisis harus menentukan tingkat kolinearitas yang masih dapat ditolerir.
Nilai toleransi dan VIF, ringkasan hasil output SPSSnya ditunjukkan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolinearitas Berdasarkan Nilai Tolerance dan VIF
Variabel Nilai Tolerance Nilai VIF
X1