• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIHAMPELAS DENGAN BIOINDIKATOR MAKROZOOBENTOS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENENTUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIHAMPELAS DENGAN BIOINDIKATOR MAKROZOOBENTOS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIHAMPELAS DENGAN

BIOINDIKATOR MAKROZOOBENTOS

ASSESMENT OF RIVER WATER QUALITY IN CIHAMPELAS RIVER

USING MACROZOOBENTHIC BIOINDICATOR

R. Wisnu Rizki Wibisono1 dan Dr. Barti Setiani Muntalif2 Program Studi Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl Ganesha 10 Bandung 40132

1

Wisnu.v6@gmail.com dan 2barti@tl.itb.ac.id

Abstrak: Sungai Cihampelas merupakan salah satu sungai yang melintasi wilayah Bandung. Sungai ini berhulu di Gunung Manglayang yang berada di daerah Ujung Berung dan bermuara di Sungai Citarik yang terletak di daerah Rancaekek yang merupakan salah satu sub-das Sungai Citarum. Sungai Cihampelas merupakan sungai yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan pertanian, permukiman dan juga industri. Pemanfaatan sungai ini di sisi lain menyebabkan kualitas perairan di sungai tersebut semakin menurun akibat semakin bertambahnya jumlah buangan limbah domestik dan juga industri. Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu Mei – Juli 2013 dan bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan sungai dari parameter fisika, kimia serta biologi. Penelitian ini menggunakan parameter Fisika-Kimia berupa suhu, pH, oksigen terlarut, COD, ortofosfat, nitrat dan kekeruhan untuk menilai kualitas perairan jangka pendek berdasarkan NSF-WQI, sedangkan parameter biologi yang digunakan adalah berupa bioindikator makrozoobentos untuk menilai kualitas perairan jangka panjang. Atribut (metrik) biologi yang digunakan untuk menilai gangguan ekologis yang terjadi pada perairan tersebut adalah dengan menggunakan

indeks FBI (Family Biotic Index). Berdasarkan hasil yang didapat dari masing-masing stasiun pengamatan

menunjukkan bahwa kualitas perairan Sungai Cihampelas mengalami penurunan ketika semakin mendekati daerah hilir yang merupakan kawasan industri serta padat pemukiman (daerah Gedebage – Soekarno Hatta). Hasil analisis biologi dengan menggunakan indeks FBI menunjukkan bahwa rentang status mutu di sepanjang Sungai Cihampelas adalah tidak tercemar sampai dengan tercemar ekstrim (3,6 -8) sedangkan berdasarkan NSF-WQI kualitas perairan adalah baik hingga buruk (39,99-73,74).

Kata kunci: bioindikator, family biotic index, makrozoobentos, pencemaran, Sungai Cihampelas

Abstract: Cihampelas River is one of the river that crosses Bandung region. Cihampelas river upstream starts from Manglayang Mountain which islocated in Ujung Berung district and its downstream ended on Citarik River that is located on Ranceaekek district which is one of the watershed of Citarum river. Cihampelas river is commonly used by the community to serve many purposes such as agriculture, settlement and industrial needs. But because of the use of this river by the community, it is causing the water quality of the river to decline. This research is held on May – July 2013 and the purpose of this research is to acquire the water quality of the river from physical, chemical and biological parameters. The physical and chemical parameter that is used on this research are temperature, pH, dissolve oxygen, chemical oxygen demand, ortophosphate, nitrate and turbidity to acquire a short term water quality using the NSF-WQI, while the biological parameter that is used to asses the ecological damage on the river is by using the Family Biotic Index (FBI). According to the result from each of the sampling station shows that the water quality of the river keeps declining when it gets closer to the downstream which is used as an industrial region and settlement area (Gedebage and Soekarno Hatta district). Biological analysisresult using Family Biotic Index shows that the water quality range along the Cihampelas river range form not polluted to extremely polluted (3,6 - 8) while according to the NSF-WQI the water quality range from good to bad (39,99-73,74).

(2)

Sungai merupakan salah satu ekosistem perairan alami yang menjadi habitat bagi berbagai macam organisme. Definisi sungai berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 38 tahun 2011 merupakan alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan kiri oleh garis sempadan.

Sungai Cihampelas merupakan salah satu sungai yang cukup besar di Bandung dan merupakan Sub-DAS dari sungai Citarum. Sungai Cihampelas memiliki panjang sekitar 8,5 kilometer (Dinas Pengairan Kota Bandung), memanjang melewati beberapa kecamatan, yakni Kecamatan Cilengkrang, Kecamatan Ujung Berung. Kecamatan Rancasari, Kecamatan Gedebage dan pada akhirnya bergabung dengan sungai Cikeruh. Penggunaan lahan di kawasan ini mengalami perubahan fungsi dari lahan pertanian menjadi daerah pemukiman dan juga daerah industri sehingga hal ini menyebabkan turunnya kualitas sungai secara bertahap.

Bentos merupakan organisme perairan yang hidup di dasar permukaan (epifauna) maupun di dalam (infauna) sedimen dasar perairan yang sebagian besar siklus hidupnya menetap di habitatnya yang merupakan substrat dasar suatu perairan. Akhir-akhir ini penggunaan metode biologi telah banyak menggantikan metode fisika-kimia dalam mengevaluasi perubahan pada lingkungan perairan terutama perairan sungai yang kebanyakan disebabkan oleh faktor antropogenik. Hal ini disebabkan karena beberapa keuntungan yang bisa didapat dari penggunaan makrozoobentos sebagai bahan evaluasi kualitas suatu perairan. Berbagai keuntungan tersebut menyebabkan makrozoobentos banyak digunakan sebagai metode dalam proses evaluasi kualitas suatu perairan secara terus-menerus dalam habitat hidupnya (Rosenberg dan Resh, 1993 dalam Ratnawati, 2007). Dalam penentuan status pencemaran dalam suatu perairan dengan menggunaan makrozoobentos, dapat digunakan berbagai metrik biologi dan salah satunya adalah dengan Family Biotic Index (FBI)

Family Biotic Index merupakan index biotik yang digunakan untuk menentukan besarnya tingkat ganggunan pada ekosistem sungai dengan cara menggunakan perkalian antara nilai kelimpahan organisme indikator yang ditemukan berdasarkan famili pada tiap pengamatan dengan skor yang sudah ditentukan Makrozoobentos yang diidentifikasi kemudian diberikan skor berdasarkan tingkat toleransinya terhadap zat pencemar. Untuk makrozoobentos yang paling toleran diberikan skor 10 sedangkan untuk makrozoobentos yang paling intoleran diberikan nilai 1. Tabel 1 akan menjelaskan tentang derajat pencemaran berdasarkan Family Biotic Index.

Tabel 1 Derajat pencemaran berdasarkan Family Biotic Index

Klasifikasi Indeks FBI

Tidak Tercemar 0 – 3,75

Tercemar Ringan 3,76 – 4,25

Tercemar Sedang 4,26 – 5

Tercemar Kritis 5,01 – 5,75

(3)

METODOLOGI

Penelitian ini mencakup pengambilan sampel makrozoobentos dan juga sampel air yang akan digunakan untuk mengukur parameter fisika – kimia. Hasil sampling kemudian akan dianalisis di laboratorium air dan laboratorium mikrobiologi lingkungan Teknik Lingkungan ITB. Hasil parameter kimia, fisika, biologi yang didapat dari sampling kemudian akan diolah untuk mendapatkan index yang akan menunjukkan status mutu air sungai tersebut. Alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram alir penelitian Studi literatur

Pengumpulan data

Data Primer Data Sekunder

Pengambilan sampel makrozoobentos

Pengumpulan data parameter fisika – kimia :

Suhu, pH, Oksigen Terlarut, Kekeruhan, Nitrat, Ortofosfat, COD

1. peta tata guna lahan 2. Data sungai

cihampelas

Analisis Data :

1. analisa nilai indeks WQI - NSF 2. analisis nilai indeks FBI

3. Korelasi NSF-WQI dengan FBI

Hasil dan Pembahasan

(4)

Pengambilan contoh makrozoobentos dilakukan pada tiap stasiun sebanyak 3 kali pengulangan dengan mengikuti arus sungai. Pengambilan contoh dilakukan sekitar 1 – 2 minggu sekali sebanyak 5 kali berturut-turut. Hal ini berdasarkan atas pertimbangan bahwa rata-rata daur hidup bentos dari bertelur hingga menetas adalah sekitar 30 hari (Suwigyo et al. 2005)

Pengambilan contoh makrozoobentos dilakukan dengan menggunakan jala surber dengan ukuran luasan (25cm x 25cm) yang dilengkapi dengan jaring penampung dengan ukuran mata jaring . Peletakan jala surber dilakukan secara berlawanan dengan arah aliran air agar organisme makrozoobentos dapat tertampung dalam jaring. Jala surber diletakkan di dasar perairan selama kurang lebih 5 menit untuk menjaring biota yang hanyut ke dalam jaring dan substrat dalam bingkai jala surber digali untuk menangkap makrozoobentos yang bersembunyi di balik substrat. Selain itu apabila terdapat batu pada bingkai jala surber, maka batu tersebut akan disisihkan untuk kemudian disikat pada baki dan diambil makrozoobentos yang menempel pada bebatuan tersebut. Setelah itu jala surber diangkat dan makrozoobentos yang terbawa di dalam jaring surber diletakkan ke baki untuk kemudian dipindahkan ke dalam klip plastik yang telah diberi label berdasarkan titik stasiun dan diberi larutan alkohol 70% dan setelah itu diberi beberapa tetes larutan formalin untuk mengawetkan organisme untuk kemudian diidentifikasi.

Di laboratorium, contoh makrozoobentos dibersihkan dari lumpur, sampah, plastik, dan sedimen dengan dicuci dengan air serta diayak dengan menggunakan ayakan dengan ukuran mata jala 0,5 mm. Setelah pencucian dengan air untuk mengilangkan sedimen, lumpur dan sampah, kemudian dilakukan penyortiran dengan menggunakan mikroskop stereo. Identifikasi menggunakan buku identifikasi serta sumber identifikasi yang berasal dari internet.

Metode Analisis data Makrozoobentos

Data makrozoobentos yang didapatkan selama sampling akan dianalisis menggunakan indeks FBI (Family Biotic Index) yang akan memberikan penilaian status mutu suatu perairan berdasarkan spesimen makrozoobentos yang ditemukan pada lokasi tersebut. Semakin toleran suatu bentos terhadap polutan maka nilai FBI untuk makrozoobentos tersebut semakin besar dan untuk bentos yang memputnyai sifat intoleran yang tinggi terhadap pencemar, maka nilai FBI untuk makrozoobentos tersebut semakin kecil. Rumus dari FBI dijelaskan dalam persamaan 1 :

FBI = (1)

Dengan :

Ni = Jumlah individu spesies ke – i

T = nilai toleransi dari masing-masing family/genus N = jumlah total individu yang ditemukan dalam sampel

Persamaan 1 Rumus Indeks FBI Metode Pengambilan dan Analisis Parameter Fisika Kimia

Pengambilan contoh air dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan pengambilan contoh makrozoobentos. Pada setiap stasiun dilakukan pengambilan contoh air sebanyak satu kali namun pada saat di laboratorium analisa akan dilakukan dengan tiga kali pengulangan.

(5)

dilakukan secara in situ ( dianalisis di lapangan) sedangkan yang lainnya dianalisis di laboratorium (ex situ). Analisis kualitas air dilakukan di laboratorium air Teknik Lingkungan ITB. Data parameter fisika – kimia yang didapat di lapangan akan dianalisis dengan menggunakan metode WQI - NSF.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi penelitian berada di sepanjang sungai Cihampelas yang mempunyai hulu di kaki Gunung Manglayang, Kecamatan Ujung Berung dan berhilir pada sungai Citarik yang merupakan salah satu sub-DAS Citarum yang letaknya di kecamatan Rancaekek. Pemilihan titik sampling berdasarkan daerah aliran yang belum mengalami pencemaran atau hanya mengalami pencemaran ringan dan titik yang sudah mengalami pencemaran yang sedang maupun berat.

Hasil pengukuran terhadap parameter kimia dan fisika perairan dilakukan sebanyak 5 kali pada bulan Mei – Juli 2013 di 6 titik yang berada di sepanjang sungai Cihampelas. Sungai Cihampelas memiliki lebar sungai berkisar antara 1 – 10 meter dan memiliki kedalaman sekitar 0,2 – 1,6 meter. Kondisi sungai tersebut menunjukkan sungai yang tidak terlalu lebar dan dalam. Hasil Pengukuran Fisika-Kimia

Pengukuran parameter fisika-kimia dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kualitas perairan Sungai Cihampelas serta dapat menjadi data pembanding bagi index kualitas air yang didapat dari index FBI. Dengan adanya parameter fisika-kimia ini juga kelak dapat diketahui parameter fisika-kimia yang paling berpengaruh terhadap makrozoobentos sehingga berpengaruh juga terhadap status kualitas perairan berdasarkan index FBI.

a. b. 7 7,1 7,2 7,3 7,4 7,5 pH rata-rata

(6)

c. d.

e. f.

g.

Gambar 2 Hasil Pengukuran Parameter Fisika Kimia; (a) pH; (b) Suhu; (c) Oksigen Terlarut; (d) COD; (e) Ortofosfat; (f) Nitrat; (g) Kekeruhan

Berdasarkan Gambar 2, nilai pH yang didapat selama pengamatan tidak banyak berbeda di setiap titik pengamatan yaitu berada dalam rentang 6,8 – 7,82. Rentang pH tersebut

0 1 2 3 4 5 6 7 Nilai DO rata-rata 0 20 40 60 80 100 120 Sta siu n 1 Sta siu n 2 Stas iun 3 Sta siu n 4 Sta siu n 5 Sta siu n 6

Nilai COD rata-rata 0 1 2 3 4 5 6 7 Nilai ortofosfat rata-rata 0 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 Nilai Nitrat Rata-rata 0 50 100 150 200 Tingkat kekeruhan rata-rata

(7)

dapat ditoleransi untuk kelangsungan hidup makrozoobentos yaitu dibawah 35°C (Ratnawati, 2007).

Untuk nilai oksigen terlarut selama penelitian diketahui semakin menurun seiring dengan aliran sungai yang semakin ke hilir. Titik 1 memiliki nilai DO yang tertinggi dikarenakan oleh keadaan alamnya yang masih alami. Disepanjang aliran sungai di titik 1 terdapat banyak air terjun serta memiliki kecepatan aliran yang cukup cepat sehingga hal ini akan mempermudah terjadinya aerasi yang akan menaikkan nilai DO pada titik tersebut. Selain itu disekitar aliran sungai di titik 1 terdapat banyak vegetasi dan juga memiliki kekeruhan air yang rendah, hal ini dapat menyebabkan nilai DO pada titik tersebut untuk semakin bertambah.

Nilai DO pada titik 3 mulai mengalami penurunan, hal ini dikarenakan pada titik tersebut banyak terjadi pembuangan limbah domestik ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu. Hal tersebut menyebabkan naikknya beban organik pada perairan tersebut sehingga akan menurunkan nilai DO. Nilai DO yang rendah terutama pada titik 4 yang memiliki nilai DO paling rendah disebabkan karena lokasi titik 4 terletak di dekat kawasan industri sehingga banyak limbah industri dan juga domestik yang dibuang ke dalam perairan yang berakibat pada tingginya beban organik yang dapat menurunkan nilai DO. Pada stasiun 5 dan 6 nilai DO yang didapat juga cukup rendah dikarenakan pada kedua stasiun pengukuran tersebut memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi dan juga kecepatan aliran yang lambat yang berpengaruh terhadap nilai DO para perairan tersebut.

Nilai COD yang didapat selama penelitian menunjukkan bahwa titik 4 memiliki nilai COD paling tinggi yang kemudian diikuti oleh titik 5 dan 6. Hal ini menunjukkan bahwa dampak aktivitas manusia pada titik tersebut sangat besar yang diakibatkan oleh pembungan limbah rumah tangga, pertanian serta industri pada titik tersebut. Hal ini menyebabkan tingkat oksigen yang diperlukan untuk penguraian zat kimiawi organik yang berupa limbah domestik maupun industri semakin meningkat sehingga nilai COD pada perairan tersebut semakin meningkat.

Nilai kandungan nitrat dan ortofosfat pada perairan tersebut menunjukkan bahwa terjadi kenaikan signifikan pada titik 4 sampai titik 6. Hal ini menandakan bahwa banyak unsur hara yang masuk ke dalam perairan pada titik tersebut. Unsur hara tersebut dapat berasal dari limbah domestik kawasan pemukiman padat penduduk dan pertanian di sekitar daerah Gedebage serta limbah industri yang berasal dari daerah sekitar Gedebage dan juga Soekarno-Hatta.

Untuk nilai kekeruhan juga terjadi kenaikan ketika aliran semakin mendekati hulu sungai yang diakibatkan oleh bungan industri serta erosi tanah terutama pada titik 6 dimana sering diadakan normalisasi sungai.

Nilai parameter yang telah didapat selama penelitian kemudian dianalisis menggunakan metode WQI - NSF untuk mengetahui status kualitas perairan masing-masing stasiun pengamatan. Berdasarkan hasil indeks WQI - NSF didapatkan hasil bahwa kualitas perairan Sungai Cihampelas adalah baik untuk titik 1, sedang untuk titik 2 dan titik 3, sedangkan untuk titik 4,5 dan 6 memiliki kualitas air yang buruk.

Tabel 2 Nilai Indeks WQI - NSF pada Setiap Lokasi Sampling

Lokasi Nilai WQI - NSF Status Kualitas Air

Stasiun 1 73,74 baik

Stasiun 2 66,19 Sedang

Stasiun 3 60,99 Sedang

(8)

Stasiun 5 46,27 Buruk

Stasiun 6 39,99 Buruk

Penilaian Indeks FBI

Analisis dengan menggunakan metode Family Biotic Index adalah berdasarkan hasil identifikasi makrozoobentos yang ditemukan pada setiap stasiun pengamatan. Makrozoobentos yang ditemukan akan diberikan nilai berdasarkan kepekaannya terhadap pencemar yang ada di lingkungan perairan. Untuk makrozoobentos dengan tingkat toleransi yang paling rendah akan diberikan nilai 1 sedangkan untuk makrozoobentos yang memiliki tingkat toleransi yang tertinggi akan diberikan nilai 10. Semakin tinggi nilai yang didapat pada sebuah stasiun pengamatan maka semakin rendah kualitas perairan pada stasiun tersebut dan begitu juga sebaliknya. Grafik hasil perhitungan nilai kualitas perairan yang didapat berdasarkan index FBI adalah sebagai berikut :

Tabel 3 Nilai Indeks FBI rata-rata di Setiap Titik Pengamatan Sepanjang Sungai Cihampelas

Lokasi Nilai FBI Tingkat Pencemaran

Stasiun 1 3,6 Tidak Tercemar

Stasiun 2 5,24 Tercemar Kritis

Stasiun 3 7,57 Tercemar Ekstrim

Stasiun 4 7,9 Tercemar Ekstrim

Stasiun 5 7,98 Tercemar Ekstrim

Stasiun 6 8 Tercemar Ekstrim

Berdasarkan Tabel 3 dapat diamati bahwa titik 1 memiliki nilai indeks FBI sebesar 3,6 yang menandakan bahwa tidak terjadi pencemaran pada perairan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya beberapa jenis makrozoobentos yang memiliki sifat intoleran terhadap pencemar pada titik tersebut seperti Perlidae (nilai 1) dan Nemouridae (nilai 2) sehingga dapat dikatakan bahwa makrozoobentos jenis tersebut merupakan bioindikator perairan yang belum tercemar pada lokasi tersebut. Makrozoobentos jenis ini dapat berkembang baik pada lokasi tersebut karena perairan tersebut memiliki nilai oksigen terlarut yang tinggi, suhu yang rendah serta terdapat banyak batuan dan dedaunan yang merupakan habitat yang cocok untuk perkembangbiakan makrozoobentos tersebut.

Pada Tabel 3 terlihat bahwa nilai indeks FBI pada titik 2 mulai meningkat. Nilai indeks FBI sebesar 5,24 menunjukkan bahwa perairan tersebut telah tercemar kritis. Nilai tersebut didapat karena mulai ditemukan beberapa makrozoobentos fakultatif seperti Baetidae dan Hydropsychidae (nilai 4). Kondisi perairan yang memiliki kecepatan arus yang sedang, bebatuan sungai yang berukuran besar serta suhu yang dingin membuat banyak ditemukannya larva makrozoobentos Hydropsychidae dan Baetidae di perairan titik 2.

(9)

3 adalah karena pada titik 3 memiliki kondisi lingkungan yang memungkinkan makrozoobentos ini untuk berkembang biak, yaitu dasar sedimen yang empuk serta terdapat banyak puing-puing yang merupakan habitat untuk makrozoobentos ini. Nilai oksigen terlarut pada lokasi ini yang mulai menurun tidak menghambat kelangsungan hidup makrzooobentos ini karena mereka memiliki hemogoblin berwarna merah terang yang dapat membantu mereka untuk menyerap oksigen dengan lebih efisien.

Sedangkan pada titik 4 sampai dengan titik 6 banyak ditemukan Oligochaeta (nilai 8) yang menyebabkan nilai FBI menjadi tinggi. Makrozoobentos ini memiliki nilai toleransi yang tinggi sehingga cocok untuk hidup di daerah dengan kualitas perairan yang sangat tercemar. Selain itu makrozoobentos ini senang hidup di daerah yang berlumpur, sehingga titik 5 dan titik 6 yang dasar perairannya berupa lumpur yang cukup tebal merupakan habitat yang cocok untuk kelangsungan hidup makrozoobentos ini.

As da

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 5 Foto dari Makrozoobentos; (a) Perlidae; (b) Hydropsychidae. (c) Chironomidae; (d) Oligochaeta

Perbandingan NSF – WQI Terhadap Family Biotic Index

Organisme yang hidup pada suatu perairan termasuk makrozoobentos sangat tergantung dari kondisi fisik – kimia perairan tersebut. Sehingga hal ini dapat menjadikan makrozoobentos sebagai indikator pencemaran suatu badan air yang kondisi fisik – kimianya telah berubah akibat dari pencemaran. Pada studi kasus di Sungai Cihampelas, Family Biotic Index sebagai parameter biologis dan juga NSF – WQI sebagai parameter fisik – kimia telah dipilih untuk menjelaskan korelasi antara organisme dan juga faktor fisik – kimia suatu perairan.

Berdasarkan hasil uji korelasi, variabel NSF – WQI dengan Family Biotic indeks memberikan nilai koefisien korelasi (r) sebesar - 0,884. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat korelasi antara NSF – WQI dengan Family Biotic Index sangat tinggi dan berhubungan negatif.

(10)

tersebut dapat digunakan untuk saling memperkuat status kualitas suatu perairan. Hal ini dapat menjadi landasan agar dalam suatu kegiatan pemantauan kualitas perairan, penggunaan bioindikator makrozoobentos dengan metode Family Biotic Index dapat digunakan berdampingan dengan NSF – WQI untuk mendapat gambaran yang lebih detail mengenai kualitas suatu perairan yang ditinjau tidak hanya dari faktor abiotik tapi juga dari faktor biotik perairan tersebut.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah status kualitas air semakin menurun seiring dengan semakin dekatnya aliran menuju hilir Sungai Cihampelas. Kualitas Sungai Cihampelas berdasarkan indeks FBI adalah tidak tercemar pada titik 1 dengan nilai indeks FBI sebesar 3,6. Tercemar kritis pada titik 2 dengan nilai indeks FBI sebesar 5,24 , kemudian tercemar ekstrim mulai dari titik 3,4,5 dan 6 dengan indeks FBI sebesar 7,57 pada titik 3, 7,9 pada titik 4, 7,98 pada titik 5 dan 8 pada titik 6.

Untuk kualitas Sungai Cihampelas berdasarkan metode WQI - NSF maka didapatkan bahwa kualitas air Sungai Cihampelas adalah sedang pada stasiun 1 adalah baik dengan nilai indeks 72,96, stasiun 2 adalah sedang dengan nilai indeks 65,45, stasiun 3 adalah sedang dengan nilai indeks 60,99, stasiun 4 adalah buruk dengan nilai indeks 41,97, stasiun 5 adalah buruk dengan nilai indeks 46,97, dan stasiun 6 adalah buruk dengan nilai 39,69.

Tingkat korelasi antara NSF-WQI dan FBI adalah -0,884 yang menunjukkan bahwa tingkat korelasi antara NSF – WQI dengan Family Biotic Index sangat tinggi dan berhubungan negatif.

DAFTAR PUSTAKA

[APHA] American Public Health Association. 1989. Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater. Ed ke-17. Washington DC: APHA, AWWA and WPCP

Anonim, (1998), Rapid Bioassasment Protocols, US EPA, tersedia dalam http : www.usepa.gov Anonim, (2012), 22 Hotspots di Wilayah Sungai Citarum, Citarum.org, terseia dalam

http://www.citarum.org.

Fachrul , M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta

Galdean, N., Callisto, M., Barbosa, F.A.R., in press. The diversity of benthic macroinvertebrates as an indicator of water quality and ecosystem health: a case study for Brazil.

Kania Ratnawati, (2007), Kajian Trimetrik Biologi Makroinvertebrata bentik dalam penentuan kualitas air sungai (studi kasus : Sungai Citarum Hulu), Tesis Pasca Sarjana Teknik Lingkungan, ITB.

Lind, O.T. 1979. Handbook of Common Methods in Limnology. C.V Mosby. St Louis. Odum EP (1971) Fundamentals of Ecology, Edisi ke-3. W.B.Saunders Co., Philadelphia.

Tiorinse Sinaga, (2009), Keanekaragaman Makrozoobentos sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba Balige Kabupaten Toba Samosir, Tesis Pasca Sarjana Biologi, Universitas

Gambar

Tabel 1 Derajat pencemaran berdasarkan Family Biotic Index
Gambar 1 Diagram alir penelitian Studi literatur
Gambar 2 Hasil Pengukuran Parameter Fisika Kimia; (a) pH; (b) Suhu; (c) Oksigen Terlarut;   (d) COD; (e) Ortofosfat; (f) Nitrat; (g) Kekeruhan
Tabel 2 Nilai Indeks WQI - NSF pada Setiap Lokasi Sampling
+3

Referensi

Dokumen terkait

Judul Makalah : Pembelajaran Kontekstual Menggunakan Metode Demonstrasi Dan Diskusi Ditinjau Dari Kemampuan Memori Siswa Di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Kelas XI

Pengujian validasi penampungan larutan ph down dilakukan untuk mengetahui bahwa penampung box larutan nutrisi dapat menampung sekitar 0.5 liter kemudian apabila di isi dengan

Hasil penelitian menunjukan Dalam studi kasus penelitian tentang landasan civitas kampus UNDIP dalam memilih moda transportasi baik kendaraan pribadi maupun kendaraan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan adapun saran yang dapat diajukan yaitu: (1) Sebaiknya pendidik selalu memperhatikan aspek pembelajaran dari

telah disampaikan oleh PT Henrison Iriana kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sorong pada periode bulan Januari-Juni 2020 (Laporan Semester I) yang dilaporkan pada

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mengetahui apakah anggaran yang disusun oleh Fakultas Ekonomi USU telah berfungsi sebagai

pada metode ini penyisipan informasi rahasia dilakukan dengan cara memanipulasi nilai luminance pada gambar yang digunakan sebagai media penampung. Masking berfungsi untuk

Variabel independen dalam pengukuran good corporate governance dapat ditambah tidak hanya diukur dengan menggunakan skor CGPI tetapi juga dapat menggunakan ukuran