• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kinerja (LKj)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kinerja (LKj)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Kinerja

(LKj)

KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA

LONDON

(2)

1

BAB I PENDAHULUAN

Sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 tahun 2003, tentang Organisasi Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri, Kedutaan Besar Republik Indonesia di London sebagai perwakilan diplomatik mempunyai tugas mempunyai tugas pokok mewakili dan memperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara, dan Pemerintah Republik Indonesia serta melindungi Warga Negara Indonesia, Badan Hukum Indonesia di Inggris dan Irlandia dan International Maritime Organization (IMO), melalui pelaksanaan hubungan diplomatik sesuai dengan kebijakan politik dan hubungan luar negeri Pemerintah Republik Indonesia, peraturan perundang-undangan nasional, hukum internasional, dan kebiasaan internasional.

Selain meningkatkan hubungan kerjasama bilateral dengan Inggris dan Irlandia, KBRI London juga memperjuangkan kepentingan nasional Republik Indonesia di fora multilateral, khususnya pada organisasi-organsiasi internasional yang berkedudukan di London antara lain International Maritime Organization (IMO), International Mobile Satellite Organization

(IMSO), International Coffee Organization (ICO), International Cocoa Organization (ICCO) dan International Sugar Organisation (ISO).

Sesuai Rencana Strategis KBRI London tahun 2015-2019 dan guna mewujudkan Visi Pembangunan Tahun 2015—2019 “Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong”, serta Visi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yakni “Terwujudnya Wibawa Diplomasi guna Memperkuat Jati Diri Bangsa sebagai Negara Maritim untuk Kepentingan Rakyat” maka ditetapkanlah Visi Kedutaan Besar Republik Indonesia di London, Inggris sebagai berikut: "Mengedepankan Kerja Sama Konkret untuk Memperjuangkan Kepentingan Rakyat dan Jati Diri Indonesia sebagai Negara Maritim melalui diplomasi yang berwibawa".

Untuk menjabarkan visi tersebut maka ditetapkanlah misi KBRI London yakni:

1. Memperkuat peran KBRI London dalam mendorong dan meningkatkan kerja sama yang memberikan hasil konkret bagi kepentingan rakyat.

(3)

2

2. Menegaskan posisi dan peran Indonesia sebagai Negara Maritim serta meningkatkan dan menjajaki area kerja sama baru di bidang kemaritiman dengan negara-negara dan organisasi internasional akreditasi.

3. Memperkuat kapasitas KBRI London dengan segenap diplomat dan staf pendukungnya untuk melakukan upaya diplomasi yang berwibawa.

Sepanjang tahun 2015, pelaksanaan diplomasi Indonesia di Inggris dan Irlandia telah menghasilkan berbagai capaian positif dan bermanfaat bagi kepentingan nasional Indonesia, terutama dalam upaya pengembangan dan peningkatan kerja sama bilateral di bidang politik, pertahanan, ekonomi, perdagangan, investasi, energi, lingkungan, pendidikan dan bidang-bidang kerja sama lainnya. Pada tahun yang sama juga pemegang paspor diplomatik Indonesia mendapatkan fasilitas bebas visa untuk melakukan kunjungan singkat ke Inggris selama 30 hari yang berlaku 1 Januari 2016. Pada tahun yang sama partisipasi aktif dan upaya penggalangan dukungan bagi pencalonan Indonesia sebagai anggota Dewan IMO Kategori C periode 2016-2017 telah membuahkan hasil terpilihnya kembali Indonesia untuk duduk dalam Dewan dimaksud.

Tingginya frekuensi saling kunjung pejabat tinggi pemerintah, anggota Parlemen dan kalangan bisnis khususnya dengan Inggris merupakan bukti tingginya minat dan keperluan untuk lebih memperkuat hubungan kerja sama yang telah ada dengan berbagai

stakeholders. Pada tanggal 13-16 Mei 2015, Wakil Presiden Jusuf Kalla melakukan kunjungan kerja ke Inggris dengan rangkaian kegiatan: pertemuan dengan kalangan usaha Inggris, menerima kunjungan kehormatan dari wakil Pemerintah Inggris, kunjungan kehormatan kepada Pangeran Andrew/Duke of York, pertemuan dengan masyarakat Indonesia, mengunjungi Paviliun Indonesia di Festival Asia; serta memberikan pidato kunci pada Jamuan Makan Malam Tiga Tahunan pada Federation of World Cocoa Commerce

(Triannual Cocoa Dinner). Pada 27-30 Juli 2015, PM Cameron kembali berkunjung ke Indonesia untuk yang kedua kalinya. Kunjungan tersebut merupakan lawatan pertama ke Asia setelah terpilih kembali menjadi Perdana Menteri Inggris, dan Indonesia adalah negara yang pertama dikunjungi. Pada kunjungan ini telah ditandatangani empat MoU bilateral, yakni: 1) MoU Kerja Sama Kepolisian dalam Mencegah dan Memberantas Terorisme dan Kejahatan Lintas Negara Lainnya; 2) MoU tentang Aktivitas Kerja Sama di bidang Maritim; 3) MoU tentang Kemitraan Riset dan Inovasi; serta 4) MoU tentang Kolaborasi di bidang kegiatan Sipil Keantariksaan.

(4)

3

Tidak dapat dipungkiri bahwa kendala utama dalam pencapaian misi KBRI London secara maksimal adalah keterbatasan dana. Hal tersebut cukup membatasi ruang gerak kegiatan yang dapat dilakukan atau didukung. Namun demikian, dengan anggaran yang terbatas KBRI London tetap berupaya mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin dengan menerapkan efisiensi dalam berbagai hal diantaranya dengan menyelenggarakan dan mendukung kegiatan-kegiatan yang sifatnya prioritas, melakukan kegiatan terpadu serta meminimalkan penggunaan sumber daya namun tetap untuk mendapatkan hasil yang tertinggi. Total penyerapan anggaran KBRI London pada tahun 2015 adalah 96,7% dengan sisa anggaran mayoritas pada belanja modal untuk konsultan gedung terkait proses kepindahan gedung KBRI London pada tahun 2017 dan pengadaan kendaraan bermotor. Sedangkan untuk penyerapan anggaran pada Anggaran 003 dan 004 penyerapannya berjumlah 100% dan 99%.

Dari sisi struktur organisasi, susunan organisasi KBRI London tahun 2015 sebagai wadah struktural guna menampung beban tugas dan volume pekerjaan yang ada di perwakilan ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor SK.06/A/OT/2004/01 tanggal 1 Juni 2004 yang berdasarkan bobot misi, kegiatan, intensitas dan derajat hubungan dengan Inggris, Irlandia, dan IMO, adalah sebagai berikut:

(5)

4

STRUKTUR ORGANISASI KBRI LONDON A. Unsur Pimpinan

No Jabatan Nama

1 Duta Besar LPBBP T.M. Hamzah Thayeb 2 Wakil Kepala Perwakilan/HOC Anita L. Luhulima

B. Unsur Pelaksana

3 Minister Counsellor Dindin Wahyudin

4 Minister Counsellor Masriati Lita S. Pratama 5 Minister Counsellor Dino R. Kusnadi

6 Minister Counsellor Eka A. Suripto 7 Sekretaris I Arifianto Sofiyanto 8 Sekretaris I Hastin A.B. Dumadi 9 Sekretaris I Gita L. Murti

10 Sekretaris III Dethi S. Gani 11 Sekretaris III Yudho P. Asruchin 12 Sekretaris III Atu Y. Indarto 13 Sekretaris III M. Ilham Effendy 14 Atase Pertahanan Kolonel Rui Duarte 15 PBU Atase Pertahanan Mayor Andre Dotulung 16 Atase Teknis Perhubungan Simson Sinaga

17 Atase Teknis Perdagangan Rita Rosiana 18 Atase Pendidikan dan Kebudayaan -

19 Seskabsus Fadjar Tjahjanto 20 Kepala Perwakilan BKPM Nurul Ichwan

21 Wakil Kepala Perwakilan BKPM Delfinur Rizky Novihamzah 22 Sekretaris II Protkons (Tugas Belajar) Landry H. Subianto

C. Unsur Penunjang

23 Bendaharawan dan Penata

Kerumahtanggaan Perwakilan Natalia Putri Astikasari 24 Bendaharawan dan Penata

Kerumahtanggaan Perwakilan Rizki Tegar P.R. Simangunsong 25 Petugas Komunikasi Win Harnoko 26 Petugas Komunikasi Intan Kartikasari

Dalam pelaksanaan tugas, semua unsur dibantu oleh pegawai setempat. Pada bulan Desember 2015 tercatat sebanyak 32 orang pegawai setempat yang bekerja di KBRI London. Jumlah tersebut masih berada di bawah penetapan jumlah maksimum pegawai setempat KBRI London sebanyak 38 orang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor SK.06/A/OT/2004/01 tanggal 1 Juni 2004

(6)

5

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

KBRI London telah melaksanakan berbagai kegiatan dalam rangka meningkatkan hubungan dan kerjasama antara Indonesia dengan Inggris, Irlandia dan IMO, baik secara bilateral dan regional, maupun multilateral, di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan kemasyarakatan. Secara umum hubungan dengan kedua negara akreditasi terus menunjukkan perkembangan yang positif dan produktif. Selama tahun 2015, hubungan bilateral Indonesia - Inggris dan Irlandia yang diwakili oleh KBRI London menunjukkan kualitas yang baik dan cenderung meningkat.

Laporan Kinerja (LKj) KBRI London memiliki dua fungsi utama. Pertama sebagai sarana bagi KBRI London untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada pihak yang berkepentingan; Kedua, merupakan sarana evaluasi atas pencapaian kinerja sebagai upaya untuk memperbaiki kinerja di masa datang.

Laporan Kinerja ini disusun berdasarkan Perjanjian Kinerja (PK) dan dalam pelaksanaan politik luar negeri dan penyelenggaraan hubungan luar negeri serta praktek diplomasi, sangat erat hubungannya dengan faktor eksternal (regional dan global) dan faktor internal (domestik/nasional), yang bahkan tidak jarang berada di luar kendali Perwakilan. Namun, pengukuran tingkat capaian sasaran strategik setidaknya dapat dilihat dari sejumlah indikator. PK disusun berdasarkan dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah disepakati dan ditandatangi oleh Duta Besar RI - London selaku Kepala Perwakilan dan Menteri Luar Negeri RI pada bulan Maret 2015 yang lalu. Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, KBRI London menyusun 5 (lima) sasaran strategis sebagai berikut:

Sasaran 1:

Peningkatan dukungan Negara akreditasi terhadap kedaulatan NKRI dan penguatan peran KBRI London dalam mendukung diplomasi maritim, pengembangan infrastruktur poros maritim serta penguatan kepemimpinan Indonesia di IMO dan organisasi internasional lainnya.

(7)

6

Indikator Kinerja Sasaran 1:

Persentasi rekomendasi hasil kajian komprehensif KBRI London yang ditindaklanjuti Stakeholders, dengan target 93%.

Sasaran 2:

Peningkatan peran KBRI London dalam mendukung peningkatan pengaruh Indonesia di Negara akreditasi.

Indikator Kinerja Sasaran 2:

Persentasi realisasi rencana aksi sebagai implementasi dari perjanjian/kesepakatan dengan target 90%.

Sasaran 3:

Peningkatan peran KBRI London dalam menciptakan nilai manfaat ekonomi, dan pembangunan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.

Indikator Kinerja Sasaran 3:

1. Persentasi peningkatan Perdagangan (trade) dengan target 29%. 2. Persentasi peningkatan Pariwisata (tourism) dengan target 4%. 3. Persentasi peningkatan Investasi (investment) dengan target 15%. Sasaran 4:

Menguatnya peran soft power diplomasi yang dilakukan oleh KBRI London di Inggris dan Irlandia.

Indikator Kinerja Sasaran 4:

Persentasi publik di Inggris dan Irlandia yang berpandangan positif terhadap Indonesia dengan target 90%.

Sasaran 5:

Meningkatnya pelayanan dan perlindungan WNI/BHI serta pemberdayaan diaspora di Inggris dan Irlandia.

(8)

7

Indikator Kinerja Sasaran 5:

1. Persentasi permasalahan WNI dan BHI di Inggris dan Irlandia yang diselesaikan dengan target 90%.

2. Persentasi pemahaman WNI (diaspora) atas isu utama terkait perlindungan WNI di Negara akreditasi dengan target 80%.

3. Persentasi responden atau pengguna jasa yang menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran dengan target 80%.

(9)

8

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Secara umum selama tahun 2015 KBRI London telah berhasil melaksanakan kegiatan strategik yang mengarah pada pencapaian Tujuan dan Sasaran strategik sebagaimana telah ditetapkan dalam Renstra dan PK tahun 2015. Untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja tersebut, maka ditetapkan beberapa indikator kuantitatif faktual yang memberi kontribusi bagi penentuan tingkat akuntabilitas kinerja yang kredibel bagi KBRI London.

Selama tahun 2015 KBRI London telah berhasil melaksanakan berbagai kegiatan strategik yang mengarah pada pencapaian Tujuan dan Sasaran strategik sebagaimana telah ditetapkan dalam RENSTRA dan PK. Tujuan dan Sasaran tersebut antara lain: meningkatkan hubungan bilateral dengan negara akreditasi, promosi citra Indonesia di Inggris dan Irlandia, perluasan dan peningkatan investasi ekonomi Indonesia, promosi sosial budaya, pendekatan dengan pihak-pihak terkait di negara akreditasi guna memberikan perlindungan bagi WNI/BHI dan kegiatan lainnya yang menjadi misi KBRI London. Tujuan dan sasaran strategik tersebut dicapai melalui berbagai program/kegiatan dan diukur melalui Indikator Kinerja Utama, sebagaimana tercantum di dalam dokumen RENSTRA KBRI London tahun 2015 - 2016.

KBRI London melaksanakan rencana kegiatan diplomasi Indonesia dengan baik dan mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan hasil pengukuran kinerja (IKU) organisasi.

Sasaran I

Peningkatan dukungan Negara akreditasi terhadap kedaulatan NKRI dan penguatan peran KBRI London dalam mendukung diplomasi maritim, pengembangan infrastruktur poros maritim serta penguatan kepemimpinan Indonesia di IMO dan organisasi internasional lainnya.

(10)

9

Pada sasaran ini, untuk mencapai persentasi rekomendasi hasil kajian komprehensif KBRI London yang ditindaklanjuti Stakeholders yang tinggi KBRI London telah melaksanakan serangkaian kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah melakukan pendekatan kepada stakeholders terkait di negara akreditasi dalam mendukung penyusunan rekomendasi, mengembangkan jejaring kerja dalam mendukung penyusunan rekomendasi, mengembangkan diskusi terkait pengembangan infrastruktur poros maritim yang terlaksana, menyusun laporan/kajian hasil kunjungan pejabat tinggi/menteri, serta menyampaikan usulan/prakarsa di bidang polhukam, ekubang, dan sosial budaya untuk posisi Indonesia dalam negosiasi/perundingan bilateral, regional, dan multilateral.

Jejaring yang dikembangkan dan dibina meliputi berbagai instansi termasuk para pejabat di dalamnya baik dari sektor Pemerintah, anggota Parlemen, pengusaha swasta, akademisi, dan tokoh-tokoh masyarakat. Penyelenggaraan diskusi mengenai sektor kelautan dan maritim Indonesia telah menelurkan sejumlah rekomendasi kebijakan dan mendorong minat pengusaha Inggris untuk berbisnis dengan pengusaha Indonesia di sektor ini. Sebagai garda depan pengusung kepentingan nasional Indonesia di negara akreditasi, KBRI London senantiasa menyampaikan usulan/prakarsa pada perundingan/negosiasi/pertemuan bilateral dalam bentuk usulan butir wicara maupun kertas posisi. Hal yang sama juga dilakukan pada setiap kunjungan pejabat tinggi/menteri RI ke Negara akreditasi dengan melaporkan dan menganalisa hasil kunjungan para Menteri/Pejabat Tinggi tersebut untuk digunakan sebesar-besarnya demi kepentingan nasional Indonesia. Capaian pada sasaran ini mencapai 97% di atas target PK yang jumlahnya 93%.

Sasaran 2:

Peningkatan peran KBRI London dalam mendukung peningkatan pengaruh Indonesia di Negara akreditasi.

Untuk mencapai sasaran ini diperlukan pengukuran persentasi realisasi rencana aksi sebagai implementasi dari perjanjian/kesepakatan yang diwujudkan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: melakukan upaya penggalangan dukungan terhadap pencalonan Indonesia pada lembaga atau organisasi internasional; menindaklanjuti hasil pertemuan/kesepakatan, serta mengupayakan dukungan berbagai pihak di negara akreditasi terhadap kedaulatan NKRI.

(11)

10

Upaya penggalangan dukungan terhadap pencalonan Indonesia sebagai anggota Dewan IMO kategori C periode 2016-2017 membuahkan hasil dengan terpilihnya kembali Indonesia sebagai anggota Dewan tersebut pada bulan November 2015 dengan perolehan 127 suara mendukung. Upaya penggalangan dilakukan melalui lobi-lobi formal yakni melalui ratusan nota diplomatik permohonan dukungan dan saling dukung kepada negara-negara anggota IMO, demarche, dan resepsi diplomatik. Sedangkan lobi-lobi informal dilakukan melalui pendekatan secara personal.

Untuk tindak lanjut hasil pertemuan/kesepakatan, MoU Kerja Sama Kepolisian bidang

Counter-terrorism dan Dialog Kekonsuleran RI-Inggris telah ditindaklanjuti dengan studi banding yang dilakukan POLRI terhadap Metropolitan Police pada Oktober 2015. Terobosan terbaru juga diperoleh dalam bidang kekonsuleran dengan dibebaskannya para pemegang paspor diplomatik Indonesia untuk melakukan kunjungan singkat ke Inggris melalui Nota Verbal Kedubes Inggris di Jakarta tertanggal 21 Desember 2015.

Pemerintah kedua negara akreditasi senantiasa mendukung keutuhan NKRI. Lobi intensif KBRI London telah berhasil menggagalkan dibentuknya All-Party Parliamentary Group (APPG) on Papua di Parlemen Inggris. Tantangan yang sesungguhnya adalah pada tingkatan grass root dimana kelompok Free West Papua Campaign (FWPC) pimpinan Benny Wenda kerap menggalang dukungan dan melobi para konstituen anggota parlemen untuk mendesak wakil MPnya (Member of Parliament) untuk memperjuangkan kepentingan segelintir kelompok tersebut. Capaian pada sasaran ini mencapai 95%, atau berada di atas target PK 2015 yang berjumlah 90%.

Sasaran 3:

Peningkatan peran KBRI London dalam menciptakan nilai manfaat ekonomi, dan pembangunan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.

Pencapaian sasaran ini terutama diukur dari peningkatan nilai perdagangan, pariwisata dan investasi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan TTI di negara-negara akreditasi. Hal tersebut diantaranya dengan melakukan market intelligence survey; berpartisipasi dalam berbagai pameran pariwisata, produk perdagangan dan road show

promosi ke berbagai kota di negara akreditasi; memfasilitasi berbagai misi dagang dan pengusaha atau calon investor yang berminat berinvestasi di Indonesia; melayani business enquiries, memfasilitasi business matchmaking, menindaklanjuti kesepakatan bidang

(12)

11

ekonomi perdagangan yang telah dilakukan, serta berpartisipasi aktif dalam pertemuan-pertemuan ASEAN London Committee (ALC), MIKTA, dan organisasi komoditas dunia yang berpusat di Inggris seperti ISO, ICCO, ICO dan sebagainya.

Namun demikian, pada awal tahun 2016, keseluruhan kuantifikasi data yang akurat tidak semuanya telah terpublikasi. Sebagai contoh untuk data pariwisata hanya berupa estimasi, yakni peningkatan 5,11% wisatawan Inggris yang berkunjung ke Indonesia dan belum terdapat data untuk wisatawan Irlandia yang berkunjung ke Indonesia sepanjang tahun 2015. Kemudian, diperkirakan secara keseluruhan nilai perdagangan RI – Inggris mengalami penurunan sebesar 8,62%. Angka tersebut kebalikan dengan nilai perdagangan RI – Irlandia yang mengalami peningkatan sebesar 1,76%. Demikian halnya dengan investasi Inggris di Indonesia yang diperkirakan mengalami penurunan pada tahun 2015 sebesar 69%. Sebaliknya, investasi Irlandia di Indonesia mengalami peningkatan 100%. Apabila dirata-ratakan, nilai perdagangan dan investasi Irlandia terhadap Indonesia mengalami peningkatan sebesar 35,62% sedangkan nilai perdagangan dan investasi Inggris terhadap Indonesia mengalami penurunan sebesar 24%. Oleh karena itu, diperkirakan capaian sasaran 3 secara keseluruhan yang mencakup dua negara akreditasi adalah 11,62%. Nilai tersebut berada di bawah target PK 2015 sebesar 16%.

Sasaran 4:

Menguatnya peran soft power diplomasi yang dilakukan oleh KBRI London di Inggris dan Irlandia.

Soft power merupakan kekuatan yang sifatnya intangible dan sulit untuk dikuantifikasi. IKU sasaran ini berupa persentasi publik di Inggris dan Irlandia yang berpandangan positif terhadap Indonesia. Namun demikian, kuantifikasi persepsi publik yang positif mengenai Indonesia sulit untuk dinilai secara akurat mengingat belum terdapatnya survey yang menyeluruh dengan metode yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah yang dilakukan terhadap publik di kedua negara akreditasi. Oleh karena itu, KBRI London melakukan analisa dan evaluasi persepsi publik di kedua negara kreditasi melalui berbagai media, yakni interaksi langsung dengan tokoh-tokoh masyarakat, pemerintah, anggota Parlemen, feedback peserta dan pengunjung pada berbagai kegiatan kesenian dan kebudayaan Indonesia yang diselenggarakan oleh KBRI (delapan kegiatan besar) serta pantauan media massa di kedua negara akreditasi untuk menilai persepsi publik terhadap Indonesia.

(13)

12

Pada umumnya publik di negara-negara akreditasi yang mengetahui tentang Indonesia memiliki pandangan positif (90%). Berbagai upaya KBRI dalam mengedepankan Indonesia sebagai negara yang demokratis, moderen, moderat, toleran, multikultural dan memiliki seni budaya tradisional yang tinggi serta seni budaya kontemporer yang vibrant secara positif telah dipahami dengan baik oleh publik Inggris yang menjadi target KBRI. Hal tersebut diakibatkan semakin terbukanya Indonesia, ditambah dengan image sebagai negara demokrasi dimana mayoritas penduduknya bergama Islam moderat. Beberapa tahun yang lalu pemberitaan media massa mengenai Indonesia sering disertai dengan kalimat ‘negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam’. Namun kini seiring dengan perjalan waktu, sebagian besar pemberitaan mengenai Indonesia senantiasa dibumbui dengan keterangan mengenai ‘mayoritas populasi yang beragama Islam moderat dengan pemerintahan yang sekuler’. Diantara publik Inggris yang berpandangan positif tersebut, terdapat sekitar 20% masyarakat Inggris yang bersifat kritis namun setelah dlakukan pendekatan oleh KBRI dapat dijadikan menjadi positif. Untuk itu KBRI senantiasa perlu melakukan kegiatan dan pendekatan yang berkesinambungan agar dapat terus berkomunikasi dengan kalangan publik yang kritis tersebut.

Sementara itu, masih terdapat sebagian kecil publik Inggris (10%) yang masih memandang negatif terhadap Indonesia, khususnya pada masalah humanism (penegakan HAM seperti masalah Papua, pelaksanaan hukuman mati dan kemiskinan), perlindungan binatang, pelestarian lingkungan hidup dan ekstrimisme agama.

Kegiatan konkrit yang dilakukan untuk menumbuhkembangkan soft power di negara akreditasi adalah dengan mendukung dan menyelenggarakan berbagai

seminar/workshop/conference mengenai pembangunan di Indonesia, misi kebudayaan, membina WNI, kalangan diaspora dan pemerhati Indonesia di negara akreditasi, mengembangkan networking di berbagai segmen masyarakat negara akreditasi, serta mengupayakan tindak lanjut berbagai kesepakatan di bidang penerangan dan sosial budaya yang merupakan basis pengembangan soft power Indonesia di negara akreditasi. Capaian kinerja pada sasaran ini berjumlah 98%, berada jauh di atas target PK 2015 yang sebesar 90%.

(14)

13

Sasaran 5:

Meningkatnya pelayanan dan perlindungan WNI/BHI serta pemberdayaan diaspora di Inggris dan Irlandia.

Sasaran ini mempunyai 3 IKU, yakni: (1) persentasi permasalahan WNI dan BHI di Inggris dan Irlandia yang diselesaikan; (2) persentasi pemahaman WNI (diaspora) atas isu utama terkait perlindungan WNI di Negara akreditasi; (3) persentasi responden atau pengguna jasa yang menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran.

Jumlah WNI di wilayah akreditasi Inggris dan Irlandia cukup fluktuatif dan saat ini diperkirakan terdapat sekitar 9.780 orang, yang pada umumnya bekerja secara formal maupun informal, termasuk mereka yang menikah dengan warga negara setempat serta para mahasiswa/i yang belajar di kedua negara tersebut. Pekerja formal di samping home staff dan local staff KBRI serta perbankan dan BUMN, adalah mereka yang bekerja di sektor-sektor jasa, konstruksi, IT, perminyakan maupun perdagangan. Sementara pekerja non-formal adalah WNI yang bekerja sebagai domestic workers.

Inggris selama ini bukan merupakan tujuan penempatan TKI formal, tidak seperti penempatan resmi di negara-negara Timur Tengah atau Asia. Namun demikian, terdapat sejumlah pekerja non-formal (domestic workers) yang dibawa oleh para majikannya dari beberapa negara di Timur Tengah. Saat ini sebagian mereka masih bekerja pada majikan lama, namun tidak sedikit juga yang melarikan diri dan kemudian bekerja pada warga negara setempat.

Sekitar 2200 mahasiswa/i Indonesia yang belajar di Inggris adalah mahasiswa program S1, S2 dan S3. Sebagian dari mereka menuntut ilmu atas biaya sendiri/orang-tua; dan sebagian lainnya atas beasiswa dari berbagai skema pemerintah maupun swasta, a.l: Dikti, LPDP dan institusi swasta lainnya.

Inggris juga menjadi tempat transit bagi kapal-kapal wisata maupun kapal ikan yang berawak WNI. Kota-kota yang biasa disinggahi di Inggris antara lain Portsmouth, Aberdeen dan Dover. Berkaitan dengan upaya perlindungan terhadap WNI, dari penelusuran yang selama ini dilakukan, pada umumnya para WNI yang bekerja sebagai skilled worker

(profesional) relatif tidak memiliki masalah karena pengaturan perekrutan dan kontrak kerja yang dimiliki sudah memiliki standar yang sangat baik, khususnya termasuk cakupan

(15)

14

asuransi terhadap berbagai hal yang dapat terjadi terhadap penerima kerja maupun keluarganya.

Permasalahan yang paling mendominasi selama ini berasal dari beberapa kasus TKW/PLRT serta Anak Buah Kapal (ABK). Terkait TKW/PLRT, KBRI London tidak memiliki data akurat mengenai keberadaan mereka yang bekerja sebagai Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT), sebab hingga saat ini tidak terdapat perjanjian penempatan tenaga kerja sektor informal antara Pemerintah Indonesia dan Inggris. Namun demikian, KBRI London banyak menemukan sejumlah WNI yang diketahui bekerja sebagai PLRT dengan proses penempatan non prosedural. Dari berbagai keterangan yang diperoleh selama ini, para PLRT dimaksud merupakan TKW/PLRT yang didatangkan dari negara-negara tujuan penempatan di Timur Tengah atau yang kabur dari majikannya berkebangsaan Arab (Timur Tengah) pada saat diajak berlibur ke Inggris. Sejumlah permasalahan yang muncul selama ini, a.l: gaji yang dibayarkan di bawah standar, cakupan pekerjaan yang cukup banyak sehingga berdampak pada minimnya waktu istirahat, dll.

KBRI London terus berupaya untuk menghimbau para WNI/TKW dimaksud agar mengurus izin tinggal dan kontrak kerja, baik secara langsung ketika bertemu maupun melalui Indonesian Networking Development UK (INDUK), salah satu organisasi yang mewadahi para WNI/PLRT di London. Dapat diinformasikan pula bahwa para WNI/PLRT yang kabur dimaksud sebagian besar memilih untuk tetap bekerja karena mendapatkan imbalan gaji yang cukup menggiurkan sekitar GBP 900-1200 (USD $1600-2000) /bulan.

Disamping INDUK, KBRI London juga terus membangun jejaring yang intensif dengan institusi kepolisian serta menyebarluaskan nomor telepon hotline (+44 7881 221235) yang diharapkan dapat merespon secara cepat berbagai kejadian dan informasi yang diterima khususnya terhadap WNI/PLRT non-prosedural yang tidak terdata dalam database KBRI London.

Secara umum, dapat disampaikan bahwa proses pemulangan WNI/PLRT bermasalah selama ini tidak memerlukan jalur birokrasi yang rumit karena para WNI/PLRT yang akan pulang atau dipulangkan dapat langsung meninggalkan Inggris dengan paspor atau SPLP yang dimiliki tanpa memerlukan exit permit sebagaimana yang berlaku diseluruh negara Timur Tengah.

(16)

15

Dalam kaitan di atas, KBRI juga berupaya membantu para WNI/TKW bermasalah dengan memberikan penampungan sementara, serta memediasi penyelesaian dengan pihak pemberi kerja bagi para TKW/PLRT yang meminta bantuan KBRI dalam menyelesaikan masalahnya.

Permasalahan lainnya yang selama ini banyak terjadi adalah terhadap para TKI yang bekerja sebagai anak buah kapal (ABK). Umumnya para TKI ABK tersebut tidak mendapatkan hak sesuai perjanjian yang telah disepakati dengan pemberi kerja. Terkait hal ini, KBRI telah mengunjungi para ABK tersebut guna membantu mengkomunikasikan dan memediasi hal-hal yang selama ini tidak sesuai dengan kesepakatan dengan pemberi kerja.

Guna meningkatkan pelayanan serta perlindungan yang lebih baik bagi WNI di wilayah akreditasi London, KBRI London bekerja sama dengan berbagai kelompok mahasiswa, keagamaan, dan perkumpulan WNI, secara periodik mengadakan/membuka pelayanan kekonsuleran di kantong-kantong masyarakat Indonesia di Inggris guna memfasilitasi berbagai kebutuhan pelayanan masyarakat Indonesia yang tidak dapat berkunjung langsung ke KBRI karena berbagai pertimbangan, utamanya jarak yang jauh, sakit dan alasan finansial. Pada tahun 2012-2015, KBRI telah mengadakan pelayanan warung kekonsuleran ke kantong-kantong WNI secara berkala di sejumlah kota-kota besar a.l. Birmingham, Manchester, Edinburgh, Nottingham, Newcastle, Glasgow, dan Belfast.

Terhadap WNI pelaku pernikahan campur, KBRI juga bekerja sama dengan perhimpunan komunitas pelaku pernikahan campur dan organisasi kemasyarakatan WNI lainnya (Periuk, INDUK, dll) untuk mensosialisasikan peraturan-peraturan hukum yang terkait dengan kehidupan komunitas pelaku pernikahan campur. Selain menghadirkan pembicara ahli, beberapa kegiatan sosialisasi juga diisi oleh para pelaku pernikahan campur yang berbagi best practices sehingga dapat memberikan/meningkatkan wawasan pelaku pernikahan campur, khususnya a.l terkait dengan status kewarganegaraan anak, izin tinggal suami jika ingin bermukim di Indonesia, serta kepemilikan properti di Indonesia.

Sebagai wujud komitmen untuk meningkatkan kerja sama yang lebih baik dalam bidang kekonsuleran, sejak tahun 2013 telah terselenggara pertemuan tahunan dalam format Dialog Kekonsuleran. Dialog Kekonsuleran Ketiga telah dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2015 di London. Hasil-hasil penting dari ketiga dialog tersebut, a.l: mengevaluasi proses layanan visa Inggris bagi WNI; pembahasan Perjanjian Bebas Visa Bagi Pemegang

(17)

16

Paspor Diplomatik dan Dinas, Pembahasan Perjanjian Notifikasi dan Bantuan Konsuler; Kerja sama antara Kejaksaan Agung RI dan Crown Prosecution Service (CPS); Kerja sama TSP (Transfer of Sentenced Person), dan Kerja sama Crisis Preparedness.

Capaian penting dari pelaksanaan dialog kekonsuleran adalah dengan pemberlakuan perjanjian bebas visa bagi pemegang paspor diplomatik dalam rangka kunjungan, wisata, dinas dan transit yang telah berlaku efektif sejak 1 Januari 2016. Capaian pada sasaran ini pada setiap IKU adalah 90%, 78%, dan 85%. Capaian tersebut rata-rata telah sesuai dengan target PK 2015.

(18)

17

B. REALISASI ANGGARAN

Pada Tahun Anggaran 2015, KBRI London memperoleh anggaran sebesar Rp 68.552.294.000,- dan realisasi sebesar Rp 66.048.148.473,- dengan presentase sebesar 96,7%, dengan perincian sebagai berikut:

REALISASI ANGGARAN

KBRI LONDON, TAHUN ANGGARAN 2015 Dalam RUPIAH

Program Kegiatan Anggaran Realisasi Sisa Anggaran Persentase

01/011.01.01 1302.002 309,943,000.00 276,188,481.00 33,754,519.00 89% 01/011.01.01 1302.003 4,006,425,000.00 4,004,285,651.00 2,139,349.00 100% 01/011.01.01 1302.004 595,016,000.00 587,994,624.00 7,021,376.00 99% 01/011.01.01 1302.005 53,550,000.00 52,153,823.00 1,396,177.00 97% 01/011.01.01 1302.994 61,233,863,000.00 59,128,405,186.00 2,105,457,814.00 97% 01/011.01.02 1302.995 659,857,000.00 565,535,081.00 94,321,919.00 86% 01/011.01.02 1302.996 181,333,000.00 180,289,692.00 1,043,308.00 99% 01/011.01.02 1302.997 134,086,000.00 130,091,820.00 3,994,180.00 97% 01/011.01.02 1302.998 1,378,221,000.00 1,123,204,115.00 255,016,885.00 81% Total 68,552,294,000.00 66,048,148,473.00 2,504,145,527.00 96%

Realisasi anggaran tersebut sudah sesuai dengan target realisasi anggaran seperti yang tercantum dalam RENSTRA KBRI London tahun 2015 – 2019 yakni 96% untuk Tahun Anggaran 2015.

(19)

18

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

Secara umum pelaksanaan kegiatan Perwakilan Tahun 2015 telah dilaksanakan sesuai dengan PK dan IKU, meskipun masih menghadapi beberapa kendala. Peningkatan hubungan bilateral Indonesia - Inggris dan Indonesia - Irlandia Tahun 2015 di bidang kerjasama politik, keamanan, ekonomi, sosial-budaya pada umumnya telah dapat terlaksana sesuai target yang telah ditetapkan kecuali untuk persentase peningkatan TTI yang cenderung mengalami penurunan. Khusus mengenai banyaknya realisasi investasi baru oleh perusahaan Irlandia di Indonesia menunjukkan bahwa pelaksanaan diplomasi ekonomi Indonesia oleh KBRI London di Irlandia telah berhasil dijalankan dengan baik dan efektif, sejalan dengan semakin kondusifnya iklim investasi di Indonesia. Hasil-hasil positif dari kunjungan resmi Wakil Presiden RI ke Inggris dan Perdana Menteri Inggris ke Indonesia serta pertemuan bilateral Menlu RI dengan Menlu Inggris dan Irlandia di Forum ASEM telah menciptakan dasar yang kuat untuk memperkokoh dan meningkatkan kerjasama bilateral antara Indonesia dengan Inggris dan Irlandia di tahun-tahun mendatang.

Laporan Kinerja KBRI London telah dapat diselesaikan sesuai pedoman pembuatan Laporan Kinerja (LKj) yang ditetapkan. Sejalan dengan itu KBRI London juga akan terus berupaya melakukan penyempurnaan pembuatan LKj pada tahun yang akan datang.

B. KENDALA-KENDALA

Sepanjang Tahun 2015, dalam pelaksanaan berbagai kegiatan, KBRI London menghadapi kendala utama yang bersifat internal dan eksternal. Namun demikian dapat dicatat beberapa kendala internal yang dihadapi antara lain:

1. Lambatnya proses birokrasi untuk memperoleh informasi dan konfirmasi terhadap informasi yang diperlukan dari negara akreditasi.

2. Masih lemahnya koordinasi antar instansi terkait di Pusat untuk mengembangkan potensi kerja sama yang ada secara terintegrasi.

3. Keterbatasan anggaran BBNO tahun 2015 sehingga membatasi ruang gerak KBRI London dalam melakukan kegiatan diplomasi dan kerja sama internasional.

(20)

19

4. Jumlah pegawai setempat yang terbatas karena masih kurang dari jumlah bezeting

KBRI London.

C. PEMECAHAN MASALAH

Upaya-upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pelaksanaan kegiatan KBRI London selama tahun 2015 antara lain:

1. Menggiatkan lobby dan pendekatan terhadap para pejabat pemerintah, anggota Parlemen, kalangan usahawan/swasta, tokoh-tokoh masyarakat dan akademisi guna memperoleh informasi dan konfirmasi terhadap informasi yang diperlukan dari negara akreditasi dari berbagai jalur/segmen.

2. Menggiatkan lobby dan pendekatan dengan berbagai stakeholders di Pusat guna memperlancara jalur koordinasi demi pencapaian kepentingan nasional.

3. Keterbatasan anggaran untuk kegiatan 2015 diatasi dengan optimalisasi anggaran, meprioritaskan kegiatan dan pelaksanaan kegiatan yang sifatnya terpadu agar efisien dalam arti menghemat anggaran namun juga mendapatkan sasaran dalam berbagai bidang pada saat yang bersamaan.

4. Melakukan kolaborasi dengan berbagai stakeholders, baik di Inggris maupun dengan instansi terkait dalam melakukan kegiatan terpadu sehingga dapat memangkas biaya penyelenggaraan promosi budaya dan kampanye branding Indonesia.

5. Kekurangan pegawai setempat teratasi dengan tenaga outsourcing terutama Kekurangan pegawai setempat teratasi dengan tenaga outsourcing terutama untuk tenaga kebersihan, tenaga pengemudi, tenaga researcher, serta tenaga resepsionis. KBRI London sampai saat ini terus mengupayakan perekrutan untuk pegawai setempat permanen, khususnya untuk tenaga pengemudi.

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan untuk pemecahan masalah dalam kegiatan ini adalah (1) melakukan pretest dan postest sebelum pemberian materi untuk mengetahui perubahan sikap dan pengetahuan

Jumlah proyek fisik yang dibangun di Kecamatan dalam tahun …………... Sektor Pertanian dan Pengairan

Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah diterapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara

dengan tujuan atau tidak, form maintenance reward dan kategori berita ini dilakukan seperti pada tabel 4.9 dan hasil uji coba dapat dilihat pada tabel 4.10. Tabel 4.9 Data

Jawa wab b (elas sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam (elas sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam

 Pecandu yang pesimistis untuk sembuh, menganggap situasi baik yang sedang berlangsung hanya sementara saja, terjadi pada situasi tertentu dan penyebab situasi baik

Rancangan dilakukan dengan menentukan geometri, perhitungan pendinginan dan cara pengadukan yang berkaitan dengan proses vulkanisasi serta pembuatan gambar teknis sehingga

Dari kajian keandalan scantling crane pedestal FPSO Belanak terhadap beban ekstrem dengan menggunakan metode, perangkat dan pemodelan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya